Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI INTRAVENA, PERHITUNGAN DOSIS OBAT DAN TRANSFUSI DARAH

Nama : Dyah Galuh Sandra Pitaloka


NIM : 201902030077
Kelas :A
Semester : 3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PENDIDIKAN PROFESI


NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
TERAPI INTRAVENA

A. Definisi
Terapi Intravena adalah tindakan yang dilakukan dengan cara memasukan cairan,
elektrolit, obat intravena dan atau nutrisi parental kedalam tubuh melalui intravena
(Weinstein,2001). Terapi ini umumnya disebut sebagai terapi infus atau infusan dan
dapat dilakukan dengan dua jenis cairan, kristaloid dan koloid.
Terapi intravena merupaka metode yang efektif dan efisien untuk menyuplai
kebutuha cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan
terapi intravena, perwatan, serta pematauan terapi intravena.

B. Jenis-Jenis Larutan
Jenis-jenis larutan yang dipakai untuk terapi intravena meliputi :
1. Larutan nutrisi
Larutan nutrisi mengandung beberapa bentuk karbohidrat (misal: dekstrosa,
glukosa) dan air. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan, sedangkan
Karbohidrat untuk memenuhi kebutuhan kalori dan energy.
Contoh: 1 liter dekstrosa 5% dlm air (D5W) mengandung 170 kalori

2. Larutan elektrolit
Larutan elektrolit mengandung berbagai macam kation dan anion. Larutan
yang digunakan adalah salin normal (0,9% natrium klorida) dan larutan Ringer
laktat (natrium, klorida, potasium, kalsium dan laktat).
Larutan seperti salin adalah larutan isotonik (konsentrasi zat yg terlarut sama
dengan plasma). Contoh: NaCl 0,9%, Dekstrosa 5% dalam air, Ringer laktat / RL.
Sebagian Salin normal (0,45% natrium klorida) merupakan larutan hipotonik
(konsentrasi zat terlarut lebih rendah dari plasma) dan akan memberikan hidrasi
ekstra. Contoh: NaCl 5%
Dekstrosa 5% dalam larutan Ringer laktat adalah larutan hipertonik
(konsentrasi zat terlarut lebih tinggi dari konsentrasi plasma) dan dapat menarik
cairan keluar dari sel dan ruang interstisial ke dalam sistem vascular. Contoh:
Dekstrosa 10% dalam NaCl, Dektrosa 10% dalam air, Dektrosa 20% dalam air

3. Ekspander/ penambah volume darah


Digunakan untuk meningkatkan volume darah setelah terjadi kehilangan
darah (misal akibat hemoragi) atau plasma (akibat luka bakar yg menarik sejumlah
plasma dari aliran darah ke area luka bakar) yg parah.
Jenis larutan yang digunakan adalah dekstran, plasma dan albumin.

C. Pemilihan Vena
1. Vena tangan paling sering digunakn untuk terapi IV rutin
2. Vena lengan depan : periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat,
sering digunakan untuk terapi rutin
3. Vena lengan atas : juga digunakan untuk terapi IV
4. Vena ekstremitas bawah : digunakan hanya menurut kebijakan institusi dan
keinginan dokter
5. Vena kepala : digunakan sesuai dengan kebijakan institusi dan keinginan dokter
6. Vena subklavia : dilakukan oleh dokter untuk terapi jangka panjang atau infus
cairan yang mengiritasi (hipertonik)
7. Jalur vena sentral: digunakan untuk tujuan infus atau mengukur tekanan vena
sentral. Contoh Vena sentral adalah : v. subkalvia, v. jugularis interna/eksterna, v.
femoralis.
8. Vena femoralis : biasanya hanya digunakan pada keadaan darurat tetapi dapat
digunakan untuk penempatan kateter sentral
9. Pirau arteriovena (Scribner) : implantasi selang plastik antara arteri dan vena
untuk dialisis ginjal.

D. Pertimbangan Dasar Dalam Pemilihan Sisi (Vena)


1. Vena Periver
a. Cocok untuk kebanyakan obat dan cairan isotonik
b. Cocok untuk terapi jangka pendek
c. Biasanya mudah untuk diamankan
d. Tidak cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi
e. Tidak cocok untuk terapi jangka panjang
f. Sukar untuk diamankan pada pasien yang agitasi
2. Vena Sentral
a. Cocok untuk obat-obatan yang mengiritasi atau cairan hipertonik
b. Cocok untuk terapi jangka panjang
c. Obat-obatan harus diencerkan
d. Resiko komplikasi yang berhubungan dengan pemasangan kateter vena
sentral, seperti infeksi, hemothoraks, pneumothoraks
e. Tidak disukai karena pasien bisa terganggu (namun masih mungkin)

E. Tujuan
Tujuan tindakan ini adalah :
1. Untuk membuat jalur penyelamat guna memasukkan obat yang dibutuhkan segera
2. Untuk menyediakan cairan parenteral dan elektrolit
3. Untuk memberikan vitamin larut air dan obat-obatan
4. Memulihkan keseimbangan asam-basa
5. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh, elektrolit, vitamin, protein, kalori
dan nitrogen pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang
adekuat melalui mulut.

F. Indikasi
1. Pasien yang mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Pasien yang mengalami gangguan nutrisi
3. Pasien dengan terapi pemberian tranfusi darah/ plasma / pre dan post operasi

G. Persiapan Alat dan Bahan


1. Sarung tangan bersih 1 pasang
2. Kapas alkohol
3. Torniquet
4. Perlak/Alas
5. Hansaplast/Kasa Steril
6. Plester / hypafix / Plester transparan
7. Gunting plester
8. Surflo / jarum intravena
9. Infuse set
10. Cairan infuse
11. Jam tangan
12. Bengkok
13. Lidi kapas
14. Pompa elektrolik (bila diperlukan)
15. Alcohol
16. Kassa
17. Bethadine (povidone-iodin)

H. Prosedur Kerja
Tahap Prainteraksi :
1. Mengucapkan salam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Jaga privasi klien
4. Beri klien posisi supine atau semi fowler dengan lengan diluruskan
Tahap Kerja :
5. Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan bersih
R = Mencegah transmisi organisme
6. Cek sairan yang akan digunakan dengan prinsip 5 benar medikasi, warna,
kejernihan, tanggal kadar luarsa
R = Meminimalisir kesalahan cairan yang diambil ataupun mencegah barang
yang sudah tidak bisa dipakai.
7. Buka set infus
R = Memudahka ketika akan dipakai
8. Pasang rollr klem selang infus 2 – 4 cm di bawah ruang udara, roller klem
dalam posisi off
R = kedekatan klem rol pada ruang drip memungkinkan pengaturan lebih akurat
tentang kecepata aliran. Gerakan klem pada “off” mencegah penetesan cairan
pada klien, perawat, tempat tidur, atau lantai.
9. Buka segel botol cairan infuse dengan mempertahankan sterelisasi dari kedua
ujung
R = Mencegah bakteri masuk ke peralatan infus dan aliran darah
10. Masukan ujung set infuse kedalam botol cairan infus tanpa harus menyentuh
area steril
R = mencegah bakteri masuk ke peralatan infuse dan aliran darah.
11. Isi ruang udara dengan cara memijit ruang udara sehingga terisi 1/3 sampai ½
bagian
R = Menjamin slang bersih dari udara sebelum penyambungan ke IV, dan
mencegah udara masuk ke dalam selang.
12. Buka roller klem dan alirkan cairan infuse sampai keluar dari ujung selang
kebengkok
R = Mencegah susahnya cairan infus dari kemacetan akibat ada udara
13. Periksa adanya udara disepanjang selang
R = Gelembung udara besar dapat bertindak sebagai emboli
14. Pasang kembali roller klem dalam posisi off
R = Mencegah kehilangan cairan yang tidak sengaja
15. Tutup ujung selang dengan penutupnya
R = Menjaga kesterilan ujung selang
16. Pasang perlak dan alasnya dibawah lengan klien
R = Mengurangi resiko kontaminasi.
17. Pasang torniquet 10 – 12 cm diatas lokasi penusukan
R = Tourniqet meneka aliran balik vena tetapi tidak menyumbat aliran arteri
18. Minta klien untuk mengepal tangannya
R = Memudahkan perawat menemukan aliran darah vena
19. Pilih vena yang akan ditusuk (diutamakan dari arah distal)
20. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol dari
arah dalam kearah luar (gerakan sirkular) jangan menyentuh area yang telah
didesinfeksikan
R = Agar terhindar dari mikroorgaisme / tidak terkontaminasi
21. Tarik kulit kearah distal berlawanan dengan arah penusukan agar vena semakin
terlihat dan tidak berubah posisi jangan menyentuh area steril
R = Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi parallel dengan vena
difungsi, resiko menusuk vena sampai tembus keluar berkurang
22. Memasukan jarum (surflo) secara perlahan kelokasi penusukan dengan sudut 20
– 30 derajat
R = Memungkinkan perawat menempatkan jarum menjadi parallel dengan vena
yang sebenarnya
23. Jika terlihat darah masuk kedalam jarum(Surflo) maka mengindikasikan posisi
sudah masuk kedalam pembuluh vena
R = Menghindari kesalahan penusukan
24. Tarik jarum perlahan dan stabilisasi kateter surflo dengan satu tangan
R = Memudahkan untuk darah tidak tercecer sembarangan
25. Masukan kateter surflo lebih dalam mengikuti arah pembuluh darah vena. Hati –
hati terhadap tindakan ini karena dapat menyebabkan oedema jika pembuluh
darah pecah
R = Memastikan agar tetap berada pada aliran darah yang benar
26. Lepaskan torniquet
R = Menguragi aliran balik darah
27. Pasang roller klem dalam posisi On sehingga cairan infus dapat mengalir
melalui selang infuse ke arah pembuluh darah, tetesan cairan infus hanya
sebagai maintanance
R = Memungkinkan aliran vena dan mencegah obstruksi aliran larutan IV
28. Daerah punksi ditutup dengan kasa steril dan kuatkan dengan plester seperti
posisi pita menyilang
R = Mencegah terlepasnya infuse IV secara tidak sengaja
29. Atur tetesan infus sesuai kolaborasidokter
R = Mempertahankan kecepatan aliran larutan IV yang benar
30. Tulis tanggal dan waktu pemasangan infus, tulisan ini dapat ditempelkan diatas
selang infus
R = Memberikan data yang cepat tentang tanggal insersi IV dan dapat diketahui
penggantian balutan selanjutnya
31. Rapikan alat dan klien
R = Mengurangi penularan organisme
32. Lepas sarung tangan
R = Mengurangi penularan organisme
33. Cuci tangan
R = Mengurangi penularan organisme
Tahap Terminasi Akhir :
34. Evaluasi
35. Rencana tindak lanjur
36. Berpamitan
37. Dokumentasi

I. Yang Harus Diperhatikan Saat Memasang Infus


1. Pertahankan prinsip steril
2. Lakukan pemasangan pada bagian distal baru ke bagian proksimal
3. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru
4. Ganti kasa steril penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi
5. Observasi tanda / reaksi alergi terhadap infus atau komplikasi lain
6. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan
7. Kencangkan klem infus sehingga tidak mengalir
8. Tekan lokasi penusukan menggunakan kasa steril, lalu cabut jarum infus perlahan,
periksa ujung kateter terhadap adanya embolus
9. Bersihkan lokasi penusukan dengan anti septik. Bekas-bekas plester dibersihkan
memakai kapas alcohol

J. Perhitungan Tetesan Infus


1. Tetesan Makro : 1cc = 15-20 tetes
2. Tetesan Mikro : 1cc = 60 tetes
Rumus : TPM = Jumlah Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes
Waktu (menit)

K. Daftar Pustaka
Tamsuri,A. Seri Asuhan Keperawatan : klien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit.(cetakan I :2009).Jakarta : EGC
Azari,A.A. 2019. Diary Of Nursing . Sukabumi :CV jejak
PERHITUNGAN DOSIS OBAT

A. Definisi
Dosis obat adalah jumlah obat yang diberikan kepada penderita dalam satuan
berat (gram, milligram, microgram) atau satruan isi (milliliter, liter) atau unit unit
lainnya (unit internasional)

B. Tujuan
Tujuan perhitungan dosis obat agar pemberian sejumlah obat mencapai efek
terapeutik (dosis lazim atau dosis terapeutik). Karena pemberian obat yang melebihi
dosis terapeutik bisa menyebabkan keracunan (dosis toxica).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat


1. Faktor Obat
a. Sifat fisika : daya larut obat dalam air atau lemak, Kristal atou amorf, dan lain-
lain
b. Sifat kimiawi : asam, basa, garam, ester, pH
c. Toksisitas obat
2. Cara Pemberian Obat Kepada Penderita
a. Oral
b. Parental
c. Rektal, vaginal
d. Local, topical
e. Lain-lain : implantasi, sublingual
3. Faktor Penderita
a. Umur
b. Berat badan (BB)
c. Jenis kelamin
d. Ras
e. Toleransi
f. Obesitas
g. Sensitivitas individual
h. Keadaan patofisiologi

D. Cara Menghitung Dosis Obat


1. Dosis obat untuk anak (berdasar perbandingan dengan dosis orang dewasa)
a. Berdasar Perbandingan Umur
 Young : Da = n x Dd (mg) (Untuk usia <8tahun)
n + 12
 Dilling : Da = n x Dd (mg)
20
 Cowling : Da = n+1 x Dd
24
 Gaubius : Da = 1 x Dd (Untuk usia <1tahun)
12
Da = 1 x Dd (Untuk usia 1-2 tahun)
8
Da = 1 x Dd (Untuk usia 2-3 tahun)
6
Da = 1 x Dd (Untuk usia 3-4 tahun)
4
Da = 1 x Dd (Untuk usia 4-7 tahun)
3
Da = 1 x Dd (Untuk usia 7-14 tahun)
2
Da = 2 x Dd (Untuk usia 14-20 tahun)
3
 Fried : Da = m x Dd
150
Keterangan : Da (Dosis Anak), Dd (Dosis Dewasa), n (usia anak dalam tahun), m
(usia anak dalam bulan).
b. Berdasarkan Berat Badan
 Sagel : Da = (13w + 15) x Dd (Untuk usia 0-20 minggu)
100
Da = (8w + 7) x Dd (Untuk usia 20-52 minggu)
100
Da = (3w + 12) x Dd (Untuk usia 1-9 tahun)
100
Da = (63w + 16) x Dd (untuk usia 10-19 tahun)
100
 Clark : Da = w anak x Dd
w dewasa
1
 Augsber-ger : Da = (1 w + 10) x Dd
2
w dewasa
Keterangan : Da (Dosis anak), Dd (Dosis dewasa, BB normal 70kg), w (BB
dalam kg).

c. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh


 Crawford – Terry – Rouke : Da = LPT anak x Dd (berdasarkan nomogram)
LPT dewasa
 Wagner : Da = LPT anak x x Dd
LPT dewasa
 Sagel : Da = LPT anak x Dd
LPT dewasa
Keterangan : Da (Dosis anak), Dd (Dosis dewasa, LPT normal 1,73 m2)

E. Daftar Pustaka
Athijah, Umi. 2011. Buku Ajar Preskripsi Obat dan Resep Jilid 1. Surabaya:Pusat
Penerbit dan Percetakan UNAIR
TRANSFUSI DARAH

A. Definisi
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah lengkap atau komponen
darah (plasma atau eritrosit) ke dalam sirkulasi vena. Transfusi darah diperlukan saat
kehilangan banyak darah.

B. Jenis / Nama Darah


1. Whole Blood, diberikan kepada klien dengan pendarahan hebat, trauma post
operasi. Bertujuan untuk meningkatkan volume sirkulasi darah.
2. Blood Products
a. Packed RBCS, diberikan sebagai pengobatan pada kasus anemia berat.
Bertujuan untuk Meningkatkan jumlah sel darah merah, Mempertahankan Hb
dalam batas normal, Menghindari resiko overload dalam sirkulasi.
b. Plateletts, diberikan pada kasus trombo cytopenia, pemberian diupayakan
secepatnya.
c. Fresh Frozen Plasma (FFP), yaitu plasma yang berisi factor-faktor koogulasi.
Bertujuan untuk mengatasi defisiensi faktor-faktor koogulasi.
d. Cryoprecipitate (>Frozen 20mL VII, XIII dan Fibrinogen), diberikan kepada
klien dengan hemophilia.
e. Human Serum Albumin -> albumin (5% dan 25%) : 25% albumin.
Mempunyai konsentrasi albumin yang tinggi dibandingkan dengan 5%.
Biasanya terdapat dalam 50mL atau 100mL unit. Diberikan kepada klien
dengan syok hipovolemik, luka bakar, dehidrasi, dan hipoalbumenemin.

C. Produk Darah Untuk Transfusi


1. Darah lengkap: Untuk pembedahan jantung atau hemoragi akut. Mengganti
volume darah dan semua produk darah (plasma, protein plasma, trombosit dan
faktor pembekuan darah).
2. Sel darah merah: Meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam darah
orang yg mengalami anemia, pembedahan, gangguan perdarahan yg lambat. Satu
unit dapat meningkatkan hematokrit kira-kira 4%.
3. Platelet: Mengganti trombosit pada klien dengan gangguan perdarahan atau
defisiensi trombosit.
4. Plasma: Meningkatkan volume darah dan menyediakan faktor pembekuan. Tidak
memerlukan uji golongan darah (tidak mengandung SDM)
5. Albumin: Ekspander volume darah, menyediakan protein plasma
6. Faktor pembekuan darah: Digunakan untuk klien dengan defisiensi faktor
pembekuan. Setiap unit mengandung faktor yg berbeda terkait dg jalur
pembekuan

D. Tujuan
1. Untuk menggantikan jumlah darah pasien yang hilang melebihi jumlah tertentu
2. Untik meningkatkan komponen darah dalam tubuh
3. Untuk menggantikan darah yang tidak cocok pada bayi neonatus (exchange
transfusion) dengan kadar bilirubin >20 mg/dL
4. Untuk menggantikan darah pasien dengan darah baru yang disebabkan oleh
keracunan, dll.
5. Memelihara dan mempertahankan kesehatan
6. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar tetap
bermanfaat.
7. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran
darah (stabilitas peredaran darah).
8. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
9. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
10. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
11. Tindakan terapi kasus tertentu.

E. Indikasi
1. Pada pasien yang kehilangan banyak darah (operasi, melahirkan, fraktur, dll)
2. Pasien dengan penyakit kelainan darah tertentu (misalnya anemia, leukemia, dan
sejenisnya)
3. Pada neonatus yang hiperbilirubinemia, yang tidak dapat diatasi dengan terapi
lain.
4. Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal
anemia hemolitik atau trombositopenia

F. Persiapan
1. Persiapan Alat :
a. Untuk pengambilan contoh darah (blood cross) :
1) Botol kecil yang bersih
2) Spuit dan jarum steril
3) Formulir permintaan darah
b. Untuk pelaksanaan pemberian darah kepada pasien :
1) Peralatan untuk pemasangan infus atau infus steril
2) Cairan sesuai dengan kebutuhan (cairan NaCl)
3) Cairan desinfektan (alkohol 70%)
4) Handscoon bersih
5) Kapas
6) Persediaan darah yang cocok dengan golongan darah pasien sesuai denagn
kebutuhan
2. Persiapan Pasien :
Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan selama transfuse
darah berlangsung termasuk meminta tanda tangan surat persetujuan

G. Prosedur Kerja
1. Mencuci tangan.
Rasional: mencegah cross infeksi
2. Menggunakan handscoon bersih
3. Melakukan observasi terhadap suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah
Rasional : Verifikasi TTV
4. Memasang NaCl 0,9%
Rasional : mengetahui kepatenan dari aliran transfuse dan mencegah hemolysis.
5. Membuka transfusi set darah diatur dalam posisi clam tertutup
6. Desinfeksi botol NaCl lalu pasang set transfusi darah
7. Memindahkan set transfusi kantung darah
8. Alirkan transfusi darah 2ml/menit dan dampingi pasien selama 15 menitpertama
Rasional : kebanyakan reaksi terjadi pada 15-20 menit pertama transfusi. Alirkan
darah dalam jumlah sedikit untuk meminimalkan reaksi yang timbul.
9. Melepaskan handscoon
10. Merapikan klien dengan dan lingkungannya
11. Melakukan observasi terhadap TTV setiap 5 menit pada menit pertama, tiap 15
menit selama 1 jam berikutnya, tiap 1 jam sampai dengan transfuse selesai.
Rasional : perubahan TTV merupakan suatu tanda awal terjadinya reaksi
transfuse.
12. Memperhatikan nrespon klien sehubungan dengan transfuse darah.
Rasional : mendapatkan gambaran perubahan phsylogical karena reaksi transfuse.
13. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Rasional : Dokumentasi tindakan untuk aspek legal dan tanggung jawab juga
tanggung gugat perawat atas tindakan yang diberikan.

H. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Sebelum pemberian darah dilakukan, cocokkan dengan teliti label atau etiket botol
darah dengan status pasien bersangkutan. Darah tanpa label tidak boleh diberikan.
2. Perhatikan keadaan darah apakah dalam keadaan baik. Bila kelihatan ada
gumpalan, darah tidak boleh diberikan.
3. Bila akan diberikan, cairan darah harus bercampur darah (secara homogeny) yaitu
dengan cara membalikkan botol perlahan-lahan. Darah tidak boleh dikocok atau
dipanaskan.
4. Awasi reaksi pasien terutama 15 menit pertama, apakah ada reaksi (menggigil,
sesak nafas, urticarial, suhu meninggi, dll). Bila terjadi hal demikian, maka selan
transfuse segera di klem dan di laporkan pada petugas ruangan atau dokter yang
menanganinya.
5. Pada pasien dengan suhu tinggi, sebelum transfuse darah terlebih dahulu harus
meminta petunjuk dokter yang bersangkutan.
6. Catat tanggal dan jam pemberian, jumlah dan golongan darah yang akan diberikan
nomer seri pada boto, reaksi pasien, dll.
7. Sediakan obat-obatan anti alergi, lengkap dengan spuitnya.

I. Daftar Pustaka
Bandiyah, Siti. (2013). Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan (KDDK).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Ratna Hidayati, dkk. (2014). Praktik Laboratorium Keperawatan Jilid I. Pare :
Erlangga.
A. Aziz Alimul Hidayat dan Musrifatul Uliyah. (2011). Praktik Kebutuhan Manusia
(KDM). Surabaya : Health Books.

Anda mungkin juga menyukai