STENOSIS URETER
A. Konsep Stenosis Ureter
1. Definisi
Stenosis ureter adalah penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan
parut dan kontraksi (C. Smeltzer, Suzanne. 2012). Stenosis uretra adalah
penyempitan atau penyumbatan dari lumen uretra sebagai akibat dari pembentukan
jaringan fibrotik (jaringan parut pada uretra dan atau pada daerah peri uretra).
(Nursalam, 2010). Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen uretra.
Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang kecil sampai tidak dapat mengeluarkan urin keluar dari tubuh.
(Muttaqin, Arif. 2012). Jadi stenosis uretra adalah kondisi yang terjadi pada
saluran uretra yang mengalami penyempitan akibat dapat mengganggu proses
berkemih sehingga aliran berkemih akan mengecil ataupun tidak dapat berkemih.
a. Infeksi
a. Ginjal
Ginjal biasanya disebut juga ren atau kidney. Organ ini terletak secara
retroperitoneal dan di antara otot – otot punggung dan peritoneum rongga
abdomen atas. Ginjal terdiri dari dua buah yaitu bagian kanan dan bagian kiri.
Berbentuk seperti kacang, pada margo lateral berbentuk conveks sedangkan
pada margo medial berbentuk konkaf (Syaifuddin, 2006).
Setiap ginjal mempunyai kelenjar adrenal pada bagian atasnya. Ginjal kiri
letaknya lebih tinggi daripada ginjal kanan dikarenakan adanya hepar pada sisi
kanan tubuh. Ginjal kiri biasanya berada 1 cm superior ginjal kanan. Tepi atas
ginjal kiri berada setinggi interspacecolumna vertebra thorakal 11-12. Tepi
bawah ginjal kanan berada setinggi tepi atas columna vertebra lumbal 3.
Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan, dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari ginjal perempuan. Berat ginjal pada orang dewasa
sangat ringan, yaitu ± 150 gram. Adapun ukuran ginjal yaitu panjang: 4-5
inchi (10-12 cm); lebar: 2-3 inchi (5-7 cm); tebal: 1 inchi (5 cm).
Keterangan :
1. kaliks minor
2. kaliks mayor
3. papilla ginjal
4. korteks ginjal
5. pelvis ginjal
6. medulla
7. pyramid ginjal
8. kapsula ginjal
9. ureter
10. nefron
Keterangan :
1. arteri dan vena arcuata
2. interlobular arteri dan
vena
3. segmental arteri
4. vena renalis
5. arteri renalis
6. interlobar arteri dan vena
7. vena arcuata
8. arteri arcuate
9. arteriole afferent
10. juxta-glomerular
aparatus
11. arteriole effferen
12. glomerulus
13. kapsula bowman
14. tubulus proksimal
15. tubulus distal
16. kapiler peritubular
17. lengkung henle
18. tubulus pengumpul
kortikal
19. ductus pengumpul
Gambar 2.3. Vaskularisasi pada ginjal (Guyton, 2016)
b. Ureter
Keterangan :
1. ginjal
2. muskulus psoas mayor
3. ureter
4. vesica urinaria
(1) ureteropelvis junction
(2) pelvic brim
(3) ureterovesical junction
Vesica Urinaria (VU) atau kandung kemih adalah suatu organ yang
berfungsi untuk menampung urine. Pada laki–laki, organ ini terletak di belakang
symphisis pubis dan di depan rectum. Pada perempuan, organ ini terletak agak di
bawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah kenari
dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya dapat
mencapai umbilicus dan berbentuk seperti buah pir.
d. Uretra
4. Manifestasi Klinis
Sumbatan pada uretra dan tekanan kandung kemih yang tinggi dapat
menyebabkan imbibisi urin keluar kandung kemih atau uretra proksimal dari
striktur. Gejala yang khas adalah pancaran miksi kecil dan bercabang. Gejala yang
lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, disuria, kadang-kadang
dengan infiltrat, abses dan fistel. Gejala lanjut adalah retensio urin. (Mansjoer,
Arif. 2010). Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang dan gejala infeksi dan
retensi urinarius terjadi. Sriktur menyebabkan urin mengalir balik dan
mencetuskan sistitis, prostatitis, dan pielonefritis. Gejala dan tanda striktur
biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan kemudian timbul sindrom
lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti digambarkan pada hipertrofia
prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak luas dan mungkin multiple. (C.
Smeltzer, Suzanne. 2012). Keluhan: kesulitan dalam berkemih, harus mengejan,
pancaran mengecil, pancaran bercabang dan menetes sampai retensi urin.
Pembengkakan dan getah atau nanah di daerah perineum, skrotum dan terkadang
timbul bercak darah di celana dalam. Bila terjadi infeksi sistemik penderita febris,
warna urin bisa keruh (Nursalam, 2008).
1. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
3. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat kadang
kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan
spongiofibrosis.
6. Patofisiologi
Pada keadaan kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat hingga sampai
pada suatu saat kemudian akan melemah, otot kandung kemih semula menebal
sehingga terjadi trabekulasi pada fase kompensasi. kemudian timbul sakulasi
(penonjolan mukosa masih di dalam otot) dan divertikel (menonjol ke luar) pada
fase dekompensasi. Pada fase ini akan timbul residu urin yang memudahkan
terjadinya infeksi. Tekanan di dalam kandung kemih yang tinggi akan
menyebabkan refluks sehingga urin masuk kembali ke ureter, bahkan sampai ke
ginjal. Infeksi dan refluks dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik yang
kemudian menyebabkan gagal ginjal. (Mansjoer, Arif. 2000).
Lesi pada epitel uretra atau putusnya kontinuitas, baik oleh proses infeksi
maupun akibat trauma, akan menimbulkan terjadinya reaksi peradangan dan
fibroblastik. Iritasi dan urin pada uretra akan mengundang reaksi fibroblastik
yang berkelanjutan dan proses fibrosis makin menghebat sehingga terjadilah
penyempitan bahkan penyumbatan dari lumen uretra serta aliran urin mengalami
hambatan dengan segala akibatnya. Ekstravasasi urin pada uretra yang mengalami
lesi akan mengundang terjadinya peradangan periuretra yang dapat berkembang
menjadi abses periuretra dan terbentuk fistula uretrokutan (lokalisasi pada penis,
perineum dan atau skrotum). (Nursalam, 2008).
8. Komplikasi
3. Abses periurethra
4. Batu urethra
5. Fistel uretro-kutan
6. Karsinoma urethra
9. Prosedur Diagnostik
Analisis urin dan kultur untuk mencari adanya infeksi. Ureum dan kreatinin
darah untuk melihat fungsi ginjal. Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi
retrograd (untuk melihat uretra anterior) atau antegrad (untuk melihat uretra
posterior). Dapat pula dilakukan uroflowmetri dan uretroskopi. (Mansjoer, Arif
2010).
5. Inspeksi
6. Palpasi
1. Colok dubur
2. Kalibari dengan kateter lunak (lateks) akan ditemukan adanya hambatan
3. Untuk Kepastian diagnosis dapat ditegakkan dan dipastikan dengan
uretrosistografi, uretoskopi kedalam lumen urethra dimasukkan dimana
kedalam urethra dimasukkan dengan kontras kemudian difoto sehingga
dapat terlihat seluruh saluran urethra dan buli-buli. dan dari foto tersebut
dapat ditentukan :
a. Lokalisasi striktur : Apakah terletak pada proksimal atau distal
dari sfingter sebab ini penting untuk tindakan operasi.
b. Besarnya kecilnya striktur
c. Panjangnya striktur
d. Jenis striktur
4. Bila sudah dilakukan sistomi : bipolar-sistografi dapat ditunjang dengan
flowmetri
5. Pada kasus-kasus tertentu dapat dilakukan IVP, USG, (pada striktura
yang lama dapat terjadi perubahan sekunder pada kelenjar
prostat,/batu/perkapuran/abses prostat, Efididimis / fibrosis diefididimis.
10. Penatalaksanaan Medis
Pada pasien yang datang dengan retensio urin harus dilakukan sistostomi
kemudian baru dilakukan pemeriksaan uretrografi untuk mengetahui adanya
striktur uretra. Pada pasien dengan infiltrat urin atau abses dilakukan insisi,
sistostomi, baru kemudian dilakukan uretrografi. Bila panjang striktur uretra lebih
dari 2 cm atau terdapat fistula uretrokutan, atau residif, dapat dilakukan
urethroplasty. Bila panjang striktur kurang dari 2 cm dan tidak ada fistel maka
dilakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse. Untuk stenosis uretra anterior
dapat dilakukan otis uretrotomi. (Mansjoer, Arif.2010) Tidak ada terapi medis
untuk mengobati penyakit striktur uretra. Intervensi utama untuk mengatasi
masalah striktur uretra adalah dengan pembedahan.
1. Pelebaran uretra, baik secara uretrotomi internal atau pemasangan stent uretra
1. Tujuan Bila panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau terdapat fistula
uretrokutan atau residif, dapat dilakukan uretroplasty.
2. Bila panjang striktur kurang dari 2 cm dan tidak ada fistel maka dapt
dilakukan bedah endoskopi dengan lat Sachse.
4. Pada wanita dilakukan dilatasi, balon kateter (plastik atau metal) dimasukkan
ke dalam uretra untuk membuka daerah yang menyempit. Jika cara tersebut
gagal bisa dilakukan otis uretrotomi
5. Pemasangan stent
1. Pengertian
Double–J stent merupakan alat untuk mempermudah aliran urin dari ginjal
ke kandung kemih yang terganggu akibat adanya obstruksi. Pemasangan DJ stent
pada ureter, baik unilateral maupun bilateral memiliki makna sebagai implantasi
benda asing pada tubuh yang dapat menimbulkan komplikasi, salah satunya adalah
infeksi.
Fungsi dari benda ini adalah untuk mempermudah aliran kencing dari
ginjal ke kandung kencing, juga memudahkan terbawanya serpihan batu saluran
kencing. Ketika ujung DJ stent berada di sistema pelvikokaliks maka peristaltik
ureter terhenti sehingga seluruh ureter dilatasi. (Sumber peristaltik berada di kaliks
minoris ginjal). Urine dari ginjal mengalir di dalam lubang DJ stent dan juga
antara DJ stent dengan ureter.
2. Tujuan
1. Memecah batu yang berada disaluran kemih/ureter keluar bersama air seni.
2. Melancarkan air seni yang tersumbat akibat adanya batu tersebut.
3. Menghilangkan nyeri pada saat membuang air seni akibat sumbatan batu di
dalam saluran kemih.
3. Indikasi DJ-Stent
3. setelah operasi URS batu ureter distal, karena dikhawatirkan muara ureter
bengkak sehingga urine tidak dapat keluar.
6. operasi batu ginjal yang jumlahnya banyak dan terdapat kemungkinan batu sisa.
Jika tidak dipasang dapat terjadi bocor urine berkepanjangan.
7. batu ginjal yang besar dan direncanakan ESWL. Seandainya tidak dipasang
maka serpihan batu dapat menimbulkan rasa nyeri.
9. untuk mengamankan ginjal saat kedua ginjal/ureter tersumbat dan baru dapat
diterapi pada 1 sisi saja. Maka sisi yang lain dipasang DJ stent.
10. pada pasien gagal ginjal karena sumbatan kencing, (jika tidak dapat dilakukan
nefrostomi karena hidronefrosis kecil).
4. Efek samping
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan Penunjang
A. Pengkajian
1. Pengkajian
1. Demografi
2. Keluhan Utama
4. Pola Fungsional
c. Pola eliminasi: biasanya frekuensi BAK klien menurun akibat striktur uretra.
5. Pemeriksaan Penunjang
2. Makanan dan cairan, Gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan.
3. Eliminasi, Gejala: penurunan kekuatan atau aliran urin, ketidakmampuan untuk
mengosongkan kandung kemih dengan lengkap, dorongan dan frekuensi
berkemih, nokturia, disuria, hematuria. Tanda: adanya massa atau sumbatan pada
uretra.
5. Keamanan : Demam
6. Pemeriksaan fisik
7. Pengkajian psikososial
1. Respon emosional pada penderita sistim perkemihan, yaitu : menarik diri,
cemas, kelemahan, gelisah, dan kesakitan.
2. Respon emosi pada pada perubahan masalah pada gambaran diri,
takut dan kemampuan seks menurun dan takut akan kematian.
Riwayat psikososial terdiri dari:
a) Intra personal
B. Diagnosa Keperawatan
Pre op
Intra op
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan batuk tidak efektif (D.0149)
Post op
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan
pola istirahat tidak cukup (D.0055)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (post prosedur operasi aff Dj
Stent) (D.0077)
1. Nyeri akut berhubungan dengan Tingkat Nyeri (L. 08066, SLKI Hal:145) Manajemen Nyeri (I.08238, Hal: 201- 202)
agen pencedera fisik (post 1. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang 1) Definisi: mengidentifikasi dan mengelola
prosedur operasi aff Dj Stent) berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau pengalaman sensorik atau emosional yang
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berkaitan dengan kerusakan jaringan atau
(D.0077)
berintensitas ringan hingga berat dan konstan fungsional dengan onset mendadak atau
2. Ekspektasi: menurun lambat dan berintensitas ringan hingga
3. Kriteria Hasil berat dan konstan
2) Tindakan:
Kriteria hasil IR-ER 1. Observasi
Meringis 1 2 3 4 5 a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kesulitan Tidur 1 2 3 4 5 durasi, frekuensi, kualitas,intensitas
Gelisah 1 2 3 4 5 b. Identitas skala nyeri
c. Identifikasi respons nyeri non verbal
Keterangan : d. Identifikasi faktor yang memperberat
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada dan memperingatan nyeri
saat pengkajian). e. Identifikasi pengetahuan dan
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah keyakinan tentang nyeri
dilakukan intervensi). f. Identifikasi pengaruh budaya
Meringis,kesulitan tidur, gelisah terhadap respons nyeri
1 : Meningkat g. Identifikasi pengaruh nyeri pada
2 : Cukup Meningkat kualitas hidup
3 : Sedang h. Monitor keberhasilan terapi
4 : Cukup Menurun komplementer yang sudah diberikan
5 : Menurun i. Monitor efek samping penggunaan
analgesik
2. Teraupetik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
b. mengurangi rasa nyeri : mis.
TENS, hipnosis, akupuntur, terapi
musik, biofeedback, terapi
pijat,aromaterapi, kompres
hangat/dingin, terapi bermain
c. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri : mis
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
e. Fasilitas istirahat tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgesik
secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
f. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L. 02011, SLKI Hal:84) Perawatan sirkulasi (L.1.02079 Hal:345)
berhubungan dengan penurunan 1. Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang 1.) Definisi : Mengidentifikasi dan merawat area
arteri/vena ditandai dengan akral berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau lokal dengan keterbatasan sirkulasi perifer
teraba dingin (D.0009) fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan 2.) Tindakan :
berintensitas ringan hingga berat dan konstan 1. Observasi
2. Ekspektasi: meningkat a. Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer,
3. Kriteria Hasil edema, pengisisan kapiler)
b. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
c. Monitor panas, nyeri, bengkak pada
Kriteria hasil IR-ER ekstremitas
Denyut nadi perifer 1 2 3 4 5 2. Terapeutik
Kelemahan otot 1 2 3 4 5 a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
Akral 1 2 3 4 5 darah diarea keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran tekanan darah pada
Keterangan : ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada c. Lakukan pencegahan infeksi
saat pengkajian). 3. Edukasi
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah a. Anjrkan berolahraga dengan rutin
dilakukan intervensi). b. Anjurkan berolahraga dengan rutin
Denyut nadi perifer, Kelemahan otot, Akral c. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang
1 : Meningkat tepat
2 : Cukup Meningkat d. Ajarkan program diet untuk memperbaiki
3 : Sedang sirkulasi
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
3. Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan (L. 08064, SLKI Hal:110) Edukasi kesehatan (1.2383), siki hal:65)
berhubungan dengan efek samping 4. Definisi: keseluruhan rasa nyaman dan aman secara fisik, 1.) Definisi : mengajarkan pengelolaan faktor
terapi medikasi ditandai dengan psikologis, spiritual, sosial, budaya dan lingkungan risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan
mengeluh tidak nyaman (D.0074) 5. Ekspektasi: meningkat sehat
6. Kriteria Hasil 2.) Tindakan :
1. Observasi
Kriteria hasil IR-ER a. identifikasi kesiapan dan kemampuan
Keluhan tidak 1 2 3 4 5 menerima informasi
nyaman b. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Gelisah 1 2 3 4 5 berdasarkan tingkat fungsi fisik, kognitif dan
Gatal 1 2 3 4 5 kebiasaan identifikasi bahaya keamanan
dilingkungan
c. identifikasi faktor-faktor yang dapat
Keterangan : meningkatkan dan menurunkan motivasi
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada perilaku hidup bersih dan sehat
saat pengkajian). 2. Terapeutik
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah a. Sediakan materi dan media pendidikan sesuai
dilakukan intervensi). kesepakatan
Keluhan tidak nyaman, Gelisah, Gatal b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
1 : Meningkat kesepakatn
2 : Cukup Meningkat c. berikan kesempatan untuk bertanya
3 : Sedang 3. Edukasi
4 : Cukup Menurun a. Ajarkan individu dan kelompok berisiko
5 : Menurun tinggi tentang bahaya lingkungan
b. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
c. ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Risiko gangguan integritas Intergritas kulit dan jaringan (L.14125, Hal: 33) Perawatan intergritas kulit (I.11353)
kulit/jaringan berhubungan 1) Definisi: keutuhan kulit (dermis, dan/ atau epidermis) atau a. Observasi
dengan perubahan pigmentasi jaringan (membran mukosa,kornea,fasia, otot, tendon, - Identifikasi penyebab gangguan
tulang, kartilago, kapsul sendi dan atau ligamen. integritas kulit (miss. Perubahan
(D.0139) 2) Ekspektasi : meningkat sirkulasi, perubahan status nutrisi,
3) Kriteria Hasil penurunan kelembapan, suhu
lingkungan ekstrem, penurunan
Kriteria hasil IR-ER mobilitas).
Elastisitas 1 2 3 4 5 b. Terapeutik.
Perfusi jaringan 1 2 3 4 5 - Hindari produk berbahan dasar
Kerusakan jaringan 1 2 3 4 5 alkohol jika kulit kering.
Kerusakan lapisan kulit 1 2 3 4 5 c. Edukasi.
Perdarahan 1 2 3 4 5 - Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum air yang cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan
Keterangan : nutrisi.
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada saat
pengkajian).
ER: Expectation rate (target yang diinginkan setelah dilakukan
intervensi).
Nyeri, demam, kemerahan, bengkak
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Kadar sel darah putih
1 : Memburuk
2 : Cukup Memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
5. Bersihan jalan napas tidak Bersihan jalan naps (L. 01001, SLKI Hal:18) Manajemen jalan napas (1.01011, Hal:186)
efektif berhubungan dengan 1. Definisi: Kemampuan membersihkan sekret atau 1.) Definisi : Mengidentifikasi dan
sekresi yang tertahan ditandai obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas mengelola kepatenan jalan napas
2. Ekspektasi: meningkat
dengan batuk tidak efektif 2.) Tindakan
3. Kriteria Hasil
(D.0149) 1. Observasi
Kriteria hasil IR-ER a. Monitor pola napas (frekuensi,
Produksi sputum 1 2 3 4 5 kedalaman, usaha napas)
Batuk efektif 1 2 3 4 5 b. Monitor bunyi napas
Gelisah 1 2 3 4 5 c. monitor sputum (jumlah,warna,aroma)
2. Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
Keterangan : dengan head-tilt dan chin-lift
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada b. posisikan semi fowler atau fowler
saat pengkajian). c. Lakukan fisioterapi dada
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah d. Berikan oksigen
dilakukan intervensi). 3. Edukasi
Produksi sputum, batuk efektif, gelisah
a. Ajarkan teknik batuk efektif
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
4. Kolaborasi
3 : Sedang a. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
4 : Cukup Menurun mukolitik, ekspektoran, jika perlu
5 : Menurun
6. Risiko hipovolemia berhubungan Status Cairan (L. 03028, SLKI Hal:107) Manajemen hipovolemia (1.03116) Hal:184)
dengan kekurangan intake cairan 1. Definisi: kondisi volume cairan intravaskuler, intertisial 1.) Definisi : mengidentifikasi dan mengelola
(D.0034) dan atau/ intraseluler penuaian volume cairan intravaskular
2. Ekspektasi: membaik 2.) Tindakan :
3. Kriteria Hasil 1. Observasi
a. periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
Kriteria hasil IR-ER Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
Turgor kulit 1 2 3 4 5 tekanan darah menurun, turgro kulit)
Output urine 1 2 3 4 5 b. monitor intake dan output cairan
Intake cairan 1 2 3 4 5 2. Terapeutik
a. hitung kebutuhan cairan
Keterangan : b. berikan asupan cairan oral
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada 3. Edukasi
saat pengkajian). a. anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah b. anjurkan menghindari perubahan posisi
dilakukan intervensi). mendadak
Turgor kulit, output urine, intake cairan 4. kolaborasi
1 : Meningkat a. kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
2 : Cukup Meningkat Nacl, RL)
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
7. Risiko inkontinensia urin urgensi Kontinensia urine (L. 04036, SLKI Hal:53) Manajemen eliminasi urine (1.04152, Hal: 175)
berhubungan dengan kapasitas 1. Definisi: pola kebiasaan buang air kecil 1.) Definisi: mengidentifikasi dan mengelola
kandung kemih kecil (D.0051) 2. Ekspektasi: membaik gangguan pola eliminasi urine
3. Kriteria Hasil 2.) Tindakan
1. Observasi
a. identifikasi tanda-tanda dan gejala retensi atau
Kriteria hasil IR-ER inkontinensia urine
Kemampuan 1 2 3 4 5 b. monitor eliminasi urine
berkemih 2. Terapeutik
Frekuensi berkemih 1 2 3 4 5 a. batasi asupan cairan
Sensasi berkmeih 1 2 3 4 5 b. catat waktu-waktu dan haluaran urine
3. Edukasi
Keterangan : a. ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada b. ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
saat pengkajian). urine
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah c. anjurkan minum yang cukup
dilakukan intervensi). d. anjurkan mengurangi minum sebelum tidur
Kemampuan berkemih, frekuensi berkemih, 4. Kolaborasi
sensasi berkemih a. kolaborasi pemberian obat supositoria uretra
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
8. Ansietas berhubungan dengan Tingkat pengetahuan (L. 09093, SLKI Hal:132) Reduksi Ansietas (I.09314)
kekhawatiran mengalami kegagalan 1. Definisi: kecukupan informasi kognitif yang berkaitan a. Observasi
ditandai dengan merasa khawatir, dengan topik tertentu - Identifikasi saat tingkat ansietas
gelisah (D.0080) 2. Ekspektasi: menurun berubah
3. Kriteria Hasil - Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan.
Kriteria hasil IR-ER - Monitor tanda – tanda ansietas
Ferbalisasi 1 2 3 4 5 b. Terapeutik
kebingungan - Ciptakan suasana terapeutik untuk
Perilaku gelisah 1 2 3 4 5 menumbuhkan kepercayaan.
Pola tidur 1 2 3 4 5 - Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan
- Pahami situasi yang membuat
Keterangan : ansietas
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada b. Edukasi
saat pengkajian). - Informasikan secara faktual
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah mengenai diagnosis, pengobatan,
dilakukan intervensi). dan prognosis
Meringis,kesulitan tidur, gelisah - Anjurkan keluarga untuk tetap
1 : Meningkat bersama pasien.
2 : Cukup Meningkat - Latih teknik relaksasi
3 : Sedang c. Kolaborasi
4 : Cukup Menurun - Kolaborasi pemberian obat
5 : Menurun antiansietas, jika perlu.
9. Gangguan pola tidur Pola tidur (L. 05045, SLKI Hal:96) Dukungan tidur (1.05174, Hal: 48)
berhubungan dengan kurang 1. Definisi: keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur 1.) Definisi : memfasilitasi siklus tidur dan
kontrol tidur ditandai dengan 2. Ekspektasi: membaik terjaga yang teratur
pola istirahat tidak cukup 3. Kriteria Hasil 2.) Tindakan
(D.0055) 1. Observasi
Kriteria hasil IR-ER
a. identifikasi pola aktivitas dan tidur
Keluhan sulit tidur 1 2 3 4 5
Keluhan istirahat 1 2 3 4 5
b. identifikasi faktor pengganggu tidur
tidak cukup 2. Terapeutik
Keluhan tidak puas 1 2 3 4 5 a. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur tidur
b. lakukan prosedur untuk meningkatkan
Keterangan : kenyamanan
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada 3. Edukasi
saat pengkajian). a. jelaskan pentingnya tidur cukup selama
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah sakit
dilakukan intervensi). b. anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Keluhan sulit tidur, Keluhan istirahat tidak cukup, Keluhan c. ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara
tidak puas tidur
nonfarmakologi
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
10. Defisit pengetahuan Tingkat pengetahuan (L. 12111, SLKI Hal:146) Edukasi kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan kurang 1. Definisi: kecukupan informasi kognitif yang berkaitan a. Observasi
terpapar informasi ditandai dengan topik tertentu - Identifikasi kesiapan dan
dengan menanyakan masalah 2. Ekspektasi: meningkat kemampuan menerima informasi
3. Kriteria Hasil d. Terapeutik
yang dihadapi (D.0111)
- Sediakan materi dan media
Kriteria hasil IR-ER pendidikan kesehatan sesuai
Meringis 1 2 3 4 5 kesepakatan
Kesulitan Tidur 1 2 3 4 5 e. Edukasi
Gelisah 1 2 3 4 5 - Jelaskan faktor resiko yangdapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup sehat
Keterangan :
IR : initial rate (hasil/skor yang didapat dari pasien pada
saat pengkajian).
ER: expectatin rate (target yang diinginkan setelah
C. Intervensi Keperawatan dilakukan intervensi).
Meringis,kesulitan tidur, gelisah
1 : Meningkat
2 : Cukup Meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun