HEMODIALISIS DASAR
• Dapat menjamin terapi dialisis yang aman dan efektif dengan mengalirkan dan
mengembalikan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal.
• Mudah digunakan, konsisten dan dengan risiko yang minimal terhadap pasien
yang menjalani hemodialisis.
PILIHAN AKSES VASKULAR UNTUK HD
1. Arteriovenous fistula
2. Arteriovenous graft
3. Tunneled catheter
4. Non-tunneled catheter
AV FISTULA DAN GRAFT
• AVF – anastomosis arteri dan vena pasien sendiri, sehingga darah mengalir
langsung dari arteri ke vena.
• AVF – a.radialis & v.sefalika, snuffbox, lengan bawah, siku atau lengan atas.
• Pemeriksaan Fisik:
• Pulsasi AV ektremitas atas (aksila, brakial, radial, ulnar)
• TD di kedua lengan (<10, 10-20, >20 mmHg)
• Tes Allen (+ pulse oximetry)
• Tanda pemasangan kateter sentral sebelumnya, operasi di lengan/dada/leher
• Edema lengan, vena kolateral, perbedaan ukuran lengan
Tes Allen (Tes Patensi Arkus Palmaris)
1. Posisi pasien menghadap pemeriksa, lengan diekstensikan dan
telapak tangan menghadap keatas.
2. Tekan kedua arteri radialis dan ulnaris pada pergelangan tangan.
Interpretasi:
3. Saat arteri ditekan, mintalah pasien untuk membuat gerakan.
jika telapak tangan
menggenggam tetapkali
beberapa pucat saattelapak
sehingga tekanan
tangan memucat.
pada arteri
4. Saat dilepaskan
telapak patensitekanan
à lepaskan
tangan pucat, arteri pada
dan arteri ulnaris dan
perhatikan
adekuasi dari apakah
aliran telapak
darah tangan menjadi kemerahan. Kemudian
menurun.
lepaskan semua tekanan.
Pucat >5 detik à tes +
5. Ulangi langkah 2-4 untuk arteri radialis.
EVALUASI PREOPERATIF
Pemeriksaan Imajing
1. USG Doppler
a. Diameter lumen vena: minimal 2,5 mm (Okada dan Shenoy, 2014).
Diameter lumen arteri: minimal 2,0 mm
b. Tes dilatasi vena dan arteri.
c. Mapping – sistem vena sefalika dan ulnaris
2. Venografi – evaluasi vena sentral, edema lengan, vena kolateral di
bahu/dada, perbedaan ukuran lengan.
3. Arteriografi – pulsasi arteri minimal, perbedaan MAP >20 mmHg
pada kedua lengan.
LOKASI PEMASANGAN AVF
• Konvensional
• Snuffbox
• Radiosefalika atau Brescia-Cimino
• Arteri ulnaris dan vena basilica lengan bawah
• Arteri brakialis dan vena sefalika lengan atas
• Transposisi
• Vena basilica lengan bawah dan arteri radialis pergelangan tangan
• Vena basilica lengan bawah dan arteri brakialis
• Vena sefalika dan srteri brakialis
• Transposisi vena basilica lengan atas dan arteri brakialis
• Perforasi vena di proksimal lengan bawah ke proksimal arteri radialis
LOKASI PEMASANGAN AVF
• Stenosis
• Trombosis
Masalah yang Sering Dijumpai dengan AVF
• Aneurisma, akibat trauma pembuluh darah dari kanulasi yang sering dan/atau
stenosis di proksimal.
• Infeksi
• Biasanya dengan dua lumen yang terhubung dengan dua port (biru dan merah)
• Vena femoralis
• Vena subklavia
• Sangat jarang, vena cava inferior melalui pendekatan translumbar atau transhepatik
Tunneled vs Non-tunneled Catheters
• Umur kateter
Komplikasi Kateter Tunnel
• Infeksi
• Exit site
• Tunnel
Dapat mencegah:
KOAGULASI
ANTIKOAGULASI:
PEMBERIAN
ANTIKOAGULAN
Heparin :
Antithrombin III -
dependent
KOAGULASI PADA DIALISIS
à Sering : APTT
TEKNIK ANTIKOAGULAN (UFH)
www.postgradmedj.com
• Ig G complez : aktivasi platelet - PF4
• Heparin berikatan dengan dan produksi mikropartikel
PF4 – imunogen protrombotik meningkat
Timbul Ig G antibody : PF4- • Kompleks imun memediasi kerusakn
heparin-Ig G complex endotel
an outcome of HIT.26 functional assa
(false positives
DIAGNOSA HEPARIN INDUCED
DIAGNOSIS populations suc
confirmatoryTHROMBOCYTOPENIA
The diagnosis of HIT remains a clinical one, supported by No single ass
laboratory testing. The criteria for diagnosis of testing become
HIT include: assays are done
However, comp
N normal platelet count before the commencement of heparin strated that fu
N thrombocytopenia defined as a drop in platelet count by 30%
to ,1006109/l or a drop of .50% from the patient’s baseline
immunoassays,
HIT antibodies,
platelet count
N onset of thrombocytopenia typically 5–10 days after initia-
tion of heparin treatment, which can occur earlier with
MONITORING
Because the d
previous heparin exposure (within 100 days) recognising HI
N acute thrombotic event recommended
N the exclusion of other causes of thrombocytopenia
The American C
the College of A
N the resolution of thrombocytopenia after cessation of
heparin
line15 in relatio
high risk for H
N HIT antibody seroconversion table 2. British
count before i
INSIDENSI
• Insidensi pembentukan antibodi HIT : 8 %
• Insidensi terjadinya HIT : 1-5 %
• Insidensi HIT post surgical lebih tinggi dari medikal
• Insidensi HIT UFH vs LMWH : 5 % vs 0,5% (data dari
pasien ortopedik)
PENCEGAHAN
• Bila mungkin pemakaian heparin < 5 hari
• Memakai LMWH pada pasien post operatif risiko
tinggi
• Monitoring hitung platelet setidaknya tiap hari
antar hari k4 sd 14 sampai heparin dihentikan
PANDUAN PEMBERIAN ANTIKOAGULAN
PANDUAN PERNEFRI 2013
4.4.3Antikoagulan lain
a.Heparin berat molekul rendah (low molecular weight heparin/LMWH) mahal
dan manfaatnya dalam hal perdarahan terkait dialisis ataupun komplikasi lainnya
tidak berbeda dibandingkan dengan heparin.
b.Antikoagulan regional dengan sitrat.
c.Antikoagulan dengan prostasiklin.