OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS:2A
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus dan Bayi Baru Lahir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang materi yang dibahas bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Mardiani Bebasari, M.Keb selaku dosen
pengajar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi sangat penting untuk tubuh seseorang agar kebal dari penyakit. Imunisasi adalah
suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Apabila kelak terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut karena
system imun tubuh mempunyai sistem memori daya ingat, ketika vaksin masuk ke dalam tubuh
maka dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan
sebagai pengalaman (Butarbutar, 2018). Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I)
yaitu tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, pneumonia, meningitis, polio dan
campak. Imunisasi dasar lengkap adalah imunisasi yang diberikan pada anak sebelum berusia 1
tahun yang terdiri dari imunisasi HB 0, imunisasi BCG, imunisasi DPT-HB-HIB, imunisasi
polio, imunisasi IPV dan imunisasi campak (Kemenkes RI, 2018).
Imunisasi dasar lengkap dapat melindungi anak dari wabah penyakit, kecacatan dan
kematian. Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit (Kusumawati, 2017). Tujuan umum program imunisasi dasar adalah turunnya
angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi akibat PD3I sedangkan tujuan khusus dari
program imunisasi dasar adalah tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap ( Sarri, 2018).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perencanaan kebutuhan dalam penyelenggaraan imunisasi?
2. Bagaimana cara penggadaan logistic?
3. Bagaimana pendistibusian vaksin?
4. Bagaimana penyimpanan vaksin?
5. Bagaiaman tempat pelayanan imunisasi wajib?
6. Bagamana penanaganan limbah imunisasi?
7. Bagaimanan pemantauan dan evaluasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetauhi perencanaan kebutuhan dalam penyelenggaraan imunisasi
2. Untuk mengetahui cara penggadaan logistic
3. Untuk mengetahui pendistibusian vaksin
4. Untuk mengatahui penyimpanan vaksin
5. Untuk mengataui tempat pelayanan imunisasi wajib
6. Untuk mengetahui penanaganan limbah imunisasi
7. Untuk mengetauhi pemantauan dan evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
Komponen Mikroplaning
Mikroplaning yang disusun dengan baik harus memiliki komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Jumlah dan data sasaran
2. Jumlah kebutuhan vaksin dan logistik imunisasi
3. Identifikasi ketersediaan SDM
4. Peta wilayah kerja puskesmas
5. Identifikasi hambatan terhadap akses dan penggunaan pelayanan
6. Identifikasi desa/kelurahan berisiko tinggi
7. Identifikasi solusi untuk mengatasi hambatan
8. Rencana kegiatan beserta pembiayaan
2) .Sasaran bayi bertahan hidup (surviving infant) Jumlah bayi yang bertahan
hidup (Surviving Infant) dihitung/ditentukan berdasarkan jumlah bayi lahir hidup
dikurangi dengan jumlah kematian bayi yang didapat dari perhitungan Angka Kematian
Bayi (AKB) dikalikan dengan jumlah bayi lahir hidup. Jumlah ini digunakan sebagai
sasaran jenis imunisasi yang diberikan pada bayi usia 2-11 bulan.
wilayah agama kabupaten/kota. Sedangkan untuk anak usia sekolah yang tidak
bersekolah data dapat diperoleh dari dinas sosial kabupaten/kota atau dengan melakukan
pendataan langsung oleh kader posyandu dan dasawisma di masyarakat.
3) .Wanita Usia Subur (WUS) WUS yang menjadi sasaran program imunisasi
adalah semua wanita usia 15 s.d 39 tahun, termasuk ibu hamil. Menghitung estimasi
sasaran WUS dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:
*Dihitung mulai bulan Januari sampai dengan bulan melakukan analisis (bulan
berjalan) .
Dengan mengetahui risiko suatu wilayah kita dapat melakukan penentuan wilayah
(desa/kelurahan) prioritas. Wilayah risiko tinggi menjadi prioritas pertama, dilanjutkan
dengan wilayah risiko sedang kemudian rendah. Penentuan wilayah prioritas ini juga
perlu mempertimbangkan ketersediaan sumber daya.
Perencanaan imunisasi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan oleh petugas yang
profesional. Perencanaan disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas, kabupaten/kota,
provinsi, dan pusat (bottom up). Perencanaan puskesmas, kabupaten/kota, provinsi, dan pusat
(bottom up). Perencanaan imunisasi wajib meliputi:
Jumlah sasaran anak sekolah didapatkan dari data yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan atau Kementerian Agama (untuk siswa MI) atau
pendataan langsung pada sekolah.
a. Perencanaan Vaksin
Jika ada kegiatan massal dalam pelayanan imunisasi, Anda akan mendapatkan
IP vaksin lebih besar dari pada pelayanan imunisasi rutin.
Salah satu kendala dalam perhitungan kebutuhan vaksin dan logistiknya adalah
pencatatan data logistik yang belum terdokumentasikan dengan baik dan pelaporan yang belum
rutin dilakukan. Ketidakakuratan pencatatan dan pelaporan dapat menyebabkan angka kebutuhan
yang dimintakan dari Puskesmas ke Kabupaten dan Kabupaten ke Provinsi menjadi tidak akurat
sehingga vaksin yang terdistribusi hanya berdasarkan angka yang diminta tanpa didasari oleh
analisa stok yang dimiliki oleh masing-masing unit tersebut.
Peran rumah sakit merupakan suatu satuan usaha melakukan kegiatan produksi. Kegiatan
produksi rumah sakit adalah produksi jasa, sehingga yang dimaksud dengan kegiatan logistik
disini hanya menyangkut manajemen persediaan bahan, barang serta peralatan yang dibutuhkan
dalam rangka produksi jasa tersebut. Barang atau bahan-bahan yang sudah disediakan bagian
logistik rumah sakit tersebut tentunya perlu dilakukan inventory control yang bertujuan untuk
menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Menurut Aditama dalam
Febriawati (2013) menyatakan bahwa:
Manajemen logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alatalat. Prinsip-prinsip dalam manajemen merupakan pegangan
umum untuk dapat terselenggaranya fungsi-fungsi logistik dengan baik.
Menurut Sutedi (2014:6) berpendapat bahwa kedudukan pengadaan barang dan jasa dalam
manajemen logistik, meliputi:
1. Perencanaan
2. Penyimpanan/penggudangan
3. Penganggaran
4. Distribusi/penyaluran
5. Pengadaan
6. Evaluasi/status stok
1. Dapur/bahan makanan
2. Barang Inventaris
3. Farmasi
4. Kerumah Tanggaan
5. Laboratorium
6. Suku cadang peralatan medis
7. Air
8. Alat Tenun (Linen dan Londry)
9. Alat Tulis Kantor
10. IPAL (Instalasi Pengelolaan Limbah)
C.PENDISTRIBUSIAN VAKSIN
Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari
produsen pada konsumen dan pemakai. Dalam Pendistribusian Pemerintah bertanggung
jawab dalam pendistribusian logistik sampai ke tingkat provinsi. Pendistribusian
selanjutnya merupakan tanggung jawab pemerintah daerah secara berjenjang dengan
mekanisme diantar oleh level yang lebih atas atau diambil oleh level yang lebih bawah,
tergantung kebijakan masing-masing daerah.
Seluruh proses distribusi vaksin dari pusat sampai ke tingkat pelayanan, harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang
optimal kepada sasaran.
a. Pusat ke Provinsi
1. Penyedia vaksin bertanggung jawab terhadap seluruh pengiriman vaksin
dari pusat sampai ke tingkat provinsi.
8. Wadah pengiriman vaksin berupa cold box yang disertai alat untuk
mempertahankan suhu dingin. berupa:
a. Cool pack untuk vaksin TT, Td, DT, hepatitis B, dan DPT-HB.
b. Cold pack untuk vaksin BCG dan campak.
c. Dry ice dan/atau cold pack untuk vaksin polio.
9. Pelarut dan penetes dikemas pada suhu kamar terpisah dengan vaksin
(tanpa menggunakan pendingin).
10. Pada setiap cold box disertakan alat pemantau paparan suhu tambahan
berupa:
a. Indikator paparan suhu beku untuk vaksin sensitive beku (DT, TT, Td,
Hep. B dan DPT-HB).
b. Indikator paparan suhu panas untuk vaksin BCG.
3) Menggunakan cold box yang disertai alat penahan suhu dingin berupa:
a. Cool pack untuk vaksin TT, DT, Td, hepatitis B PID dan DPT-HB.
1) Dilakukan dengan cara diantar oleh kabupaten/kota atau diambil oleh puskesmas.
3) Menggunakan cold box atau vaksin carrier yang disertai dengan cool pack.
4) Disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan
Vaccine Arrival Report (VAR).
5) Pada setiap cold box atau vaksin carrier disertai dengan indikator pembekuan.
d. Distribusi dari Puskesmas ke tempat pelayanan.
Vaksin dibawa dengan menggunakan vaksin carrier yang diisi cool pack dengan
jumlah yang sesuai.
D.PENYIMPANAN VAKSIN
Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu 2 s.d 8ºC atau pada suhu ruang terhindar dari
sinar matahari langsung. Seharisebelum digunakan.Beberapa ketentuan yang harus selalu
diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan vaksin terhadap
panas,masa kedaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian
sisavaksin.
3. Belum kedaluwarsa.
e. Monitoring vaksin dan logistik Setiap akhir bulan atasan langsung pengelola vaksin
melakukan monitoring administrasi dan fisik vaksin serta logistik lainnya. Hasil
monitoring dicatat pada kartu stok dan dilaporkan secara berjenjang bersamaan dengan
laporan cakupan imunisasi.
Sarana penyimpanan:
a. Kamar dingin dan kamar beku
1) Kamar dingin (cold room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 M3) sampai dengan 100.000 liter
(100 M³). Suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara +2°C s.d. +8°C. Kamar
dingin ini berfungsi untuk menyimpan vaksin BCG, campak, DPT, TT, DT, hepatitis
B dan DPT-HB.
2) Kamar beku (freeze room) adalah sebuah tempat penyimpanan vaksin yang
mempunyai kapasitas (volume) mulai 5.000 liter (5 M³) sampai dengan 100.000 liter
(100 M³), suhu bagian dalamnya mempunyai kisaran antara -15°C s.d. -25°C. Kamar
beku utamanya berfungsi untuk menyimpan vaksin polio.
Kamar dingin dan kamar beku umumnya hanya terdapat di tingkat provinsi
mengingat provinsi harus menampung vaksin dengan jumlah yang besar dan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
b. Lemari es dan freezer
Lemari es adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis B, Campak dan
DPT-HB-Hib, pada suhu yang ditentukan +2 °C s.d. + 8 °C dapat juga difungsikan untuk
membuat kotak dingin cair (cool pack). Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio
pada suhu yang ditentukan antara -15°C s.d. -25°C atau membuat kotak es beku (cold
pack).
Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh tempat pelayanan vaksinasi yaitu lemari es
standart program. Vaccine Carrrier (termos) adalah alat untuk mengirim atau membawa vaksin.
Cold Box digunakan sebagai tempat penyimpanan vaksin sementara apabila dalam keadaan
darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang rusak yang bila
diperbaiki memakan waktu lama. Freeze Tag digunakan untuk memantau suhu vaksin. Auto
Disable Syringe yang selanjutnya disingkat ADS adalah alat suntik sekali pakai untuk
pelaksanaan pelayanan imunisasi. Safety Box adalah sebuah tempat yang berfungsi untuk
menampung sementara limbah bekas ADS yang telah digunakan dan harus memenuhi
persyaratan khusus. Cold Chain adalah sistem pengelolaan vaksin yang dimaksudkan untuk
memelihara dan menjamin mutu vaksin dalam pendistribusian mulai dari pabrik pembuat vaksin
sampai pada sasaran (Permenkes, 2017)Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan Imunisasi Program, wajib menggunakan Vaksin yang disediakan
oleh Pemerintah Pusat.
Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum bekas yang
terkontaminasi, yaitu infeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru),
infeksi virus hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru), dan infeksi HIV
sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru). Berikut ini prinsip-prinsip penting dalam
pelaksanaan pengelolaan limbah.
1. The “polluter” principle atau prinsip “pencemar yang membayar” bahwa
semua penghasil limbah secara hukum dan finansial bertanggung jawab untuk
menggunakan metode yang aman dan ramah lingkungan dalam pengelolaan limbah.
2. The “precautionary” principle atau prinsip “pencegahan” merupakan prinsip kunci yang
mengatur perlindungan kesehatan dan keselamatan melalui upaya penanganan yang
secepat mungkin dengan asumsi risikonya dapat terjadi cukup signifikan.
3. The “duty of care” principle atau prinsip “kewajiban untuk waspada” bagi yang
menangani atau mengelola limbah berbahaya karena secara etik bertanggung jawab
untuk menerapkan kewaspadaan tinggi.
4).pengelolaan syringe
2. Pengelolaan limbah non-infeksius
Limbah non-infeksius kegiatan imunisasi seperti limbah kertas pembungkus alat suntik dan
kardus pembungkus vaksin dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Limbah
tersebut dapat disalurkan ke pemanfaat atau dapat langsung dibuang ke tempat pembuangan
akhir (TPA).
1. Pemantauan
Pemantauan merupakan fungsi penting dalam manajemen program agar kegiatan sejalan
dengan ketentuan program. Beberapa alat pemantauan yang dimiliki adalah sebagai berikut.
5) Lebih dimanfaatkan sendiri atau sebagai umpan balik untuk dapat mengambil
tindakan daripada dikirimkan laporan.
Pemantauan mengacu pada pengukuran pencapaian cakupan imunisasi dan indikator sistem
lainnya. Misalnya, pemberian imunisasi yang aman, manajemen vaksin, dan lain-lain.
Pemantauan berkaitan dengan pelaporan karena melibatkan kegiatan pengumpulan data dan
prosesnya. DQS bertujuan untuk mendapatkan masalah-masalah melalui analisis dan
mengarah pada peningkatan kinerja pemantauan kabupaten/kota dan data untuk perbaikan.
d. Supervisi Suportif
Supervisi suportif merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan, meliputi pemantauan, pembinaan, dan pemecahan masalah, serta tindak
lanjut. Kegiatan ini sangat berguna untuk melihat bagaimana program atau kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan standar dalam rangka menjamin tercapainya tujuan kegiatan
imunisasi. Supervisi suportif didorong untuk dilakukan dengan terbuka, komunikasi dua
arah, dan membangun pendekatan tim yang memfasilitasi pemecahan masalah. Kegiatan
supervisi dimanfaatkan untuk melaksanakan “on the job training” terhadap petugas di
lapangan. Supervisi diharapkan akan menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kinerja
petugas lapangan.
d. supervisi suportif untuk memantau kualitas pelaksanaan program
G. stock management system (SMS) untuk memantau ketersediaan Vaksin dan logistik
h. Cold Chain equipment management (CCEM) untuk inventarisasi peralatan Cold Chain
i. rapid convinience assessment (RCA) untuk menilai secara cepat kualitas pelayanan
Imunisasi survei cakupan Imunisasi untuk menilai secara eksternal pelayanan Imunisasi
k .pemantauan respon imun untuk menilai respon antibodi hasil pelayanan Imunisasi.
2. evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses kegiatan apabila
dibandingkan dengan target atau yang diharapkan. Berdasarkan sumber data, ada 2 macam
evaluasi, yaitu evaluasi dengan data sekunder dan evaluasi dengan data primer.
3) Suhu Lemari Es
Pencatatan suhu lemari es atau freezer dilakukan setiap hari pada grafik suhu yang tersedia
untuk tiap-tiap unit. Pencatatan suhu dilakukan 2 kali setiap pagi dan sore hari. Dengan
menambah catatan saat terjadinya peristiwa penting pada grafik tersebut, seperti sweeping,
KLB, KIPI, penggantian suku cadang, grafik suhu ini akan menjadi sumber informasi
penting.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan salah satu unsur manajemen yang penting dalam pengelolaan
program imunisasi. Perencanaan nasional penyelenggaraan imunisasi program dilaksanakan
oleh Pemerintah berdasarkan perencanaan yang dilakukan oleh puskesmas, pemerintah
daerah kabupaten/kota, dan pemerintah daerah provinsi secara berjenjang. Dengan demikian,
perencanaan di tingkat puskesmas menjadi ujung tombaknya. Perencanaan sebagaimana
dimaksud meliputi penentuan sasaran, kebutuhan logistik, dan pendanaan. (Kementerian
Kesehatan, 2021).
B. Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis meminta
kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah penulis kedepannya. Atas perhatiannya
penulis ucapkan terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Askeb Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah Series Imunisasi - Putu Dian Prima Kusuma Dewi,
S.S.T., M.Kes., Putu Sukma Megaputri, S.S.T., M.Kes. - Google Buku
03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small20200707-22450-pulo2e-libre.pdf
(d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net)