Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.

M DENGAN
AKSEPTOR KB IMPLAN DI PUSKESMAS
KECAMATAN KOTA SIGLI
KABUPATEN PIDIE

Untuk memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Studi Diploma Tiga
Kebidanan Pada STIKes Medika
Nurul Islam

Disusun Oleh
NURAFNI
NIM : 20020008

PELAKSANAAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN PROGRAM STUDI


DIPLOMA TIGA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI
KESEHATAN MEDIKA NURUL ISLAM
SIGLI TAHUN 2023
LEMABARAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.R DENGAN


AKSEPTOR KB IMPLAN DI PUSKESMAS KECAMATAN
KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE

Disiapkan dan Disusun Oleh :


NURAFNI
NIM : 2020008

Laporan Pelaksanaan Praktik Belajar Ini Telah Disetujui


Oleh Pembimbing

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Ketua LPPM

Nur Asyiah Putri Helnasari, M.Keb., Aifo (ZUFRIANI, SST)


NIDN. 1318119001 NIDN.

Mengatahui,
Ketua Jurusan Kebidanan

(Nur Asyiah Putri Helnasari, M.Keb.,AIFO)


NIDN. 1318119001

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan “ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NY.R
DENGAN AKSEPTOR KB IMPLAN DI PUSKESMAS KECAMATAN
KOTA SIGLI KABUPATEN PIDIE ”. Penulis menyadari dalam penulisan
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
ilmu yang penulis miliki, akan tetapi berkat bimbingan, arahan dan dukungan
serta bantuan dari berbagai pihak maka laporan ini dapat diselesaikan. Untuk itu
izinkanlah penulis untuk mengucapkan ribuan terimakasih kepada yang terhormat
kepada :
1. Drs.H. T. Syamsul Bahri, selaku Ketua Yayasan Payung Negeri Aceh
Darussalam.
2. Ns.Neila fauziah,S.Kep.,MMRS selaku Ketua STIKes Medika Nurul Islam
Sigli.
3. Nur Asyiah Putri Helnasari,M.Keb.,AIFO selaku Ketua Jurusan Diploma III
Kebidanan STIKesMedika Nurul Islam Sigli. Dan selaku pembimbing Praktek
Belajar Lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
4. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Medika Nurul Islam Sigli yang telah
memberikan kesempatan menyusun laporan praktik belajar lapangan ini.
5. (Kepala puskesmas) selaku kepala puskesmas yang telah memberikan izin
untuk melakukan Praktek Belajar Lapangan ke Puskesmas Kota Sigli.
6. ZUFRIANI, SST selaku CI dan beserta jajaran yang telah banyak memberikan
arahan selama Praktek Belajar Lapangan.
7. Ny. R selaku pasien selaku responden

Demikianlah ucapan terima kasih selanjutnya dengan tangan terbuka


penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan Laporan Praktek Belajar Lapangan ini. Atas semua jasa dan
bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak pada Mahasiswi D-III Kebidanan
STIKes Medika Nurul Islam Sigli di Desa mesjid bungie, mengucapkan
terimakasih yang tak terhingga dan semoga akan tercatat disisi Allah dan
mendapatkan pahala yang setimpal, Aamiin Ya Rabbal’Alamin……

Sigli, 07 Juni 2023

(NURAFNI)

iv
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................ 4
C. Manfaat.......................................................................................... 4

BAB II TINJAUN KASUS......................................................................... 6


A. Asuhan Kebidanan Dengan Metode Soap..................................... 6

BAB III TINJAUN TEORI........................................................................ 11


A. KONTRASEPSI IMPLAN........................................................... 11
1. Pengertian Implan................................................................... 11
2. Cara Kerja Dan Efektifitas...................................................... 11
3. Keuntungan............................................................................. 12
4. Indikasi ................................................................................... 13
5. Keluhan Yang Dapat Di Alami............................................... 13
6. Efeksamping............................................................................ 14
7. Waktu Pemakaain ................................................................... 15
8. Faktor Dalam Pemilihan Implant............................................ 16

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 21
A. Kesimpulan…................................................................................ 21
B. Penutup.......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana mempunyai kontribusi yang penting
dalam meningkatkan kualitas penduduk, yaitu dalam hal menangani
pertambahan jumlah penduduk. WHO menyatakan bahwa program keluarga
berencana dapat mengantisipasi dan menentukan jumlah anak yang diinginkan
setiap pasangan serta dapat memperkirakan jarak kelahiran (World Health
Organization, 2021). Pelayanan KB senantiasa dilakukan untuk menurunkan
total fertility rate (TFR) agar mengurangi beban pembangunan demi
terwujudnya kesejahteraan rakyat dan bangsa Indonesia. TFR merupakan rata-
rata anak yang dilahirkan oleh wanita usia subur dengan rentang usia yaitu 15-
49 tahun.
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) penggunaan
kontrasepsi meningkat dari 54% pada tahun 2014 dan 60,3% pada tahun
2016.Secara regional,proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan
penggunaan kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir .Di
Afrika dari 23,6% menjadi 27,6% ,di Asia telah meningkat dari 60,9%
menjadi 61,6% sedangkan di Amerika Latin dan Karibia naik sedikit dari
66,0% menjadi 66,7%.Diperkirakan 225 juta perempuan dinegara-negara
berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi.Kebutuhan yang belum terpenuhi untuk
kontrasepsi masih terlalu tinggi
Menurut BKKBN 2020, cakupan peserta KB aktif pada tahun 2020
yang memakai metode kontrasepsi implan sebesar 8,5%. Angka ini jauh lebih
rendah apabila dibandingkan dengan metode kontrasepsi suntik 72,9%,
metode pil 19,4%, dan metode IUD sebesar 8,5%. Jika dilihat dari efektivitas,
suntik dan pil termasuk metode kontrasepsi jangka pendek yang memiliki
tingkat efektivitas lebih rendah dibadingkan dengan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) seperti Implan, IUD, MOW dan MOP. Pola ini terjadi

1
setiap tahun, yang dapat menunjukkan bahwa peserta lebih banyak yang
menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (Kemenkes RI, 2021).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyatakan Keluarga Berencana
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Risiko 4
Terlalu (Terlalu muda melahirkan di bawah usia 21 tahun, Terlalu tua
melahirkan diatas 35 tahun, Terlalu dekat jarak melahirkan kurang dari 3
tahun, dan Terlalu banyak jumlah anak lebih darimenyumbangkan dampak
pada peningkatan Angka Kematian Ibu di Indonesia (Kemenkes RI, 2021).
Angka Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia tahun 2020 sebesar 2,45.
Jumlah ini terbilang tinggi dibandingkan dengan target yaitu 2,2 pada tahun
2021. Badan Pusat Statisik mencatat penduduk Indonesia pada September
2020 sebanyak 270.203.917 jiwa, meningkat 32,56 juta jiwa dari tahun 2010
yang sebesar 237,63 juta jiwa. Persebaran penduduk menurut jenis kelamin
adalah 136.661.899 untuk penduduk laki-laki dan 133.542.018 untuk
penduduk perempuan.
Tahun 2020 presentase ibu meninggal di Indonesia yang melahirkan
berusia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun sebesar 33% dari seluruh
kematian ibu, sehingga apabila program Keluarga Berencana dapat
dilaksanakan dengan baik, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah
melalui penggunaan kontrasepsi (Kemenkes RI, 2021). BKKBN melaporkan,
cakupan peserta KB aktif di Indonesia tahun 2020 sebesar 67,6%. Angka ini
meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31%. (Kemenkes RI, 2021).
Berdasarkan data dari dinas kesehatan aceh tahun 2021 akseptor KB
aktif di aceh yaitu Suntik 52%, Pil 30%, Kondom 7%, Implan 4%, mow
3%,dan AKDR 4% terlihat cakupan akseptor terendah adalah MOP hanya
sebesar 0,08% dari cakupan KB aktif dan yang tertinggi adalah suntik sebesar
52,26% untuk meningkatkan cakupan metode kontrasepsi jangka panjang

2
seperti AKDR, Implan, MOP dan MOW perlu dilakukan peningkatan
kerjasama dengan BKKBN. (Profil Kesehatan Pidie, 2021)
Implan merupakan salah satu jenis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) yang berbentuk batang kecil yang dipasang di bawah lapisan kulit
lengan atas bagian dalam. Implan berisi hormon progesteron yang dapat
efektif selama tiga tahun dan dapat kembali subur setelah proses pencabutan
(BKKBN, 2020). Menurut BKKBN, implan merupakan salah satu strategi
pelayanan KB untuk percepatan penurunan angka Total Fertility Rate (TFR)
di Indonesia. Berdasarkan pemakaiannya, implan lebih efisien karena dipakai
dalam waktu yang lama serta lebih aman dan efektif. Angka kegagalan MKJP
dilaporkan sebesar 0,2 per 1000 pengguna, sedangkan metode non MKJP
dilaporkan terjadi 10 per 1000 pengguna. Dari hal tersebut terlihat bahwa
metode MKJP lebih efektif untuk dapat mencegah kehamilan pada
penggunanya (Biran Affandi, 2014).
Pengetahuan merupakan suatu hal yang dapat digunakan untuk
memahami serta menerima sebuah perubahan yang telah terjadi. Pengetahuan
digunakan untuk membantu mengenal macam-macam kontrasepsi yang
memadai sehingga dapat menentukan pilihan dalam ber-KB secara tepat.
Calon pengguna dapat memahami pengertian kontrasepsi yang dipilih lengkap
dengan efek samping, kontraindikasi, dan dapat membantu seseorang
mengatasi masalah yang akan muncul akibat pemakaian kontrasepsi tersebut.
Pemahaman yang benar tentang metose ber-KB akan berdampak pada wanita
dalam menggunakan metode KB (Rindiarti, A., Arjuna, T., & Santoso, 2013).
Memperhatikan begitu pentingnya Pengetahuan , tentang efek samping
alat kontrasepsi implant bagi akseptor KB Implant , maka sebagai salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatan pengetahuan akseptor KB
implant adalah dengan memberikan pengetahuan tentang efek samping
melalui berbagai metoda misalnya melalui media cetak, elektronik,
Pendidikan kesehatan , konseling KB, Sehingga akseptor KB Implan dapat
meningkatkan pengetahuan nya tentang efek samping pemakaian KB Implant.
Adapun yang menjadi tujuan utama dari penulisan jurnal ini adalah untuk
Mengetahui gambaran pengetahuan Akseptor KB Implant tentang efek
samping Alat Kontrasepsi Implant.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care dengan pelayanan
keluarga berencana metode implan dengan menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Asuhan Kebidanan Berencana (KB) pada Ny.R di
puskesmas kota Sigli Kecamatan Sigli Kabupaten Pidie
b. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan yang dilakukan secara SOAP
pada Ny.R sebagai akseptor KB Implan di puskesmas kota Sigli
Kecamatan Sigli Kabupaten Pidie

C. Manfaat.
1. Manfaat Bagi Institusi
Hasil asuhan kebidanan ini dapat digunakan sebagai dokumentasi bagi
mahasiswa dalam meningkatkan proses pembelajaran dan data dasar untuk
asuhan kebidanan komprehensip selanjutnya.
2. Bagi Penulis
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana alkon implan
secara langsung dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang selama ini
dipelajari pendidikan.
3. Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang komprehensif yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan
4. Bagi Lahan Praktek
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan
secara komprehensif dan untuk tenaga kesehatan dapat memberikan ilmu

4
yang dimiliki serta mau membimbing kepada mahasiswa tentang cara
memberikan asuhan yang berkualitas.
BAB II
TINJAUN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA ASEPTOR KB

Nomor Register :
Masuk Tanggal, Jam : 05-06-2023, 14: 35
Tempat Pengkajian : Puskemas Kota Sigli

BIODATA
Ibu Ayah
Nama : Ny. M Nama : Tn. K
Umur : 40 Tahun Umur : 44 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Aceh Suku/bangsa : Aceh
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Peukan Baro Alamat : Peukan Baro
No.HP : No.HP :

DATA SUBJEKTIF
1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Pertama : √ Kunjungan
Ulang
Keluhan utama : Ibu ingin ber KB
2. Riwayat Perkawinan
a. Kawin :1
b. kawin pertama umur : 24 tahun
c. Dengan suami sekarang : 16 Tahun
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche Umur : 16 tahun siklus : 28 hari
teratus/tidak
b. Lama : 7 hari sifat darah : encer
c. Dismenorroe : ya Banyaknya : 100 cc

6
d. Flour albus : sedikit
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : normal
1. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : KB Suntik 3 bln
(Medroksiprogesteron acetate).
5. Riwayat kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pertama/ sedang diderita : Tidak ada
b. Penyakit yang pernah /sedang diderita keluarga : Tidak ada
c. Riwayat penyakit ginekologi : Tidak ada
6. Pola pemenuhan kebutuhan sehari hari
a. Pola nutrisi /makan minum :
1) Frekuensi : 3 x sehari 7-12 gelas sehari
2) Macam : nasi, sayur, ikan, telur air mineral
3) Jumlah : 1 porsi 2 liter
4) Keluhan : tidak ada tidak ada
b. Pola eliminasi BAB
1) Frekuensi : 1x sehari
2) Warna : kuning
3) Bau : khas
4) Konsistensi : padat
5) Jumlah : sedang
c. Pola aktivitas
1) Kegiatan sehari hari : Mengurus rumah tangga
2) Istirahat / tidur : Cukup
d. Seksualitas
1) Frekuensi : 3 kali dalam seminggu
2) Kaluhan seksual : Tidak ada
e. Pola personal hiygene
1) Kebiasaan mandi : 3 kali/ hari
2) Kebiasaan membersihkan alat kelamin : sesudah BAB, BAK, mandi.
3) Kebiasaan menggantikan pakaian dalam : setelah mandi
4) Jenis pakaian dalam yang digunakan : katun
7. Keadaan psikososial spiritual
a. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi : ibu sudah menggerti
b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi yang di pakai sekarang : ibu
sudah paham
c. Dukungan suami/keluarga : suami dan keluarga setuju ibu menggunakan
alat kontrasepsi Implan.

DATA OBJEKTIF
1. Pemesiksaan fisik
a. Keadaan umum : Baik
1) Kesadaran : composmentis
2) Tanda vital
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 85 x/menit
c) Pernafasan : 19 x/menit
d) Suhu : 36,6◦c
3) Berat badan : 63 kg
4) Tinggi badan :153 cm
b. Kepala
1) Hiperpigmentasi : tidak ada
2) Mata : konjungtiva merahmuda, sclera bening
3) Mulut : bersih
4) Leher : tidak ada kelenjar tiroid
c. Payudara
1) Betuk : normal
2) Puting susu : menonjol
3) Masa /tumor : tidak ada
d. Abdomen
1) Bentuk : normal
2) Bekas luka : tidak ada
3) Masa/ tumor : tidak ada
e. Ekstremitas
1) Oedema : tidak ada

8
2) Varises : tidak ada
3) Reflek patela : positif
f. Genetalia luar
1) Tanda chandwich : tidak ada
2) Varises : tidak ada
3) Bekas luka : tidak ada
4) Kelenjar bartholin : tidak ada\
5) Pengeluaran : tidak ada
6) Anus hemoroid : tidak ada hemoroid
2. Pemeriksaan dalam /ginekologis : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan

ASESSMENT
Ny. M umur 29 tahun P4A0 akseptor baru KB Implan

PLANNING
1. Melakukan pendekatan pada ibu/klien dan suami serta keluarga dengan
memperhatikan dan mau menyediakan waktu, bersikap ramah dan sopan,
memperkenalkan diri maksud dan tujuan untuk konseling KB pasca
persalinan, serta menjaga privasi percakapan dengan klien sehingga klien
bebas bertanya dan mengemukakan pendapat.
Hasil: Ibu dan keluarga menyambut dengan baik maksud dan tujuan yang
akan diberikan.
2. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengemukakan masalahnya.
Hasil: Ibu saat ini sedang menyusui dan ibu ingin menggunakan KB dalam
jangka waktu yang lama, salah satunya yaitu KB implan dan ibu ingin tahu
tentang KB implan
3. Menjelaskan tentang implan (definisi, cara kerja, indikasi, kontraindikasi, efek
samping, serta keuntungan dan kerugian). Implan atau susuk kontrasepsi
merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4
cm yang didalamnya terdapat hormon progesteron, implan ini kemudian
dimasukkan kedalam kulit di bagian lengan atas
4. Melakukan informed consent sebagai bukti bahwa ibu setuju dengan tindakan
yang akan dilakukan
Hasil : ibu dan suami setuju dan akan menanda tangani informed consent.
5. Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal tekanan darah:
110/80mmHg, Nadi: 85x/menit, suhu: 36,6 c, pernafasan: 19x/menit, hasil
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan.
6. Melakukan teknik pemasangan implan yang baik dan benar sesuai standar
yang berlaku.
7. Menjelaskan hal yang harus dilakukan pasien apabila terjadi perdarahan
bengkak dan terlepasnya batang

10
BAB III
TINJAUN TEORI

A. Kontrasepsi Implant
1. Pengertian Implant
Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak
permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai
lima tahun, metode ini dikembangkan oleh the Population Council, yaitu
suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk
mengembangkan metode kontrasepsi. Implant merupakan alat kontrasepsi
yang dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul
silastik yang lentur dimana di dalam setiap kapsul berisi hormon
levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Kontrasepsi
implant ini memiliki cara kerja menghambat terjadinya ovulasi,
menyebabkan selaput lendir endometrium tidak siap dalam menerima
pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir dan menipiskan lapisan
endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant sebesar
97-99% (BKKBN, 2014).
Menurut Saifuddin (2010) kontrasepsi implant ini dapat bekerja
efektif selama 5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun untuk jenis jadena,
indoplant, dan implanton. Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh
semua ibu dalam usia reproduksi serta tidak mempengaruhi masa laktasi,
pencabutan serta pemasangan implant perlu pelatihan, kemudian setelah
dilakukan pencabutan implant maka kesuburan dapat segera kembali,
kontrasepsi implant memiliki efek samping utama terjadinya perdarahan
bercak dan amenorhea.

2. Cara Kerja dan Efektivitas


Cara kerja dan efektifitas implant adalah mengentalkan lendir
serviks yang dapat mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, menekan
ovulasi, serta efektif dalam mencegah kehamilan yaitu dengan kegagalan
0,3 per 100 tahun (Marliza, 2013).
Mekanisme kerja implant untuk mencegah terjadinya kehamilan
melalui beberapa cara yaitu :
a. Mencegah ovulasi
Dimana pada kedua jenis implant norplan, hormon lenovogestrel
berdistribusi melalui membran silastik dengan kecepatan yang lambat
dan konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormon dalam
plasma darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi, kadar
levonorgestrel yang dipertahankan dalam tubuh klien dengan sistem
norplant secara parsial menekan lonjakan LH dan menghambat
ovulasi. Sekresi FSH dan LH tetap berada pada kadar normal
(BKKBN, 2014).
b. Perubahan lender serviks
Disini lender serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat
pergerakan spermatozoa, implant kemungkinan besar juga menekan
poliferasisiklik endometrium yang dipicu oleh esterogen sehingga
endometrium tetap dalam keadaan atrofi (BKKBN, 2014).
c. Menghambat perkembangan sikli dari endometrium. Efektifitas
implant ini pada jenis norplant akan berkurang sedikit setelah 5 tahun
dan pada tahun ke enam kira-kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.
Kemudian untuk jenis jadena sama efektifnya dengan norplant pada 3
tahun pertama pemakaiannya, selanjutnya efektifitasnya berkurang
namun belumdiketahui penyebabnya, kemungkinan karena kurangnya
pelepasan hormon (BKKBN, 2014).

3. Keuntungan Kontrasepsi Implant


Kontrasepsi implant memiliki keuntungan adalah memiki daya guna
yang tinggi, perlindungan dalam jangka waktu yang panjang,
pengembalian kesuburan yang cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak
memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh esterogen, tidak
mengganggu dalam kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI,
klien hanya perlu kembali untuk kontrol bila terdapat keluhan selama
pemakaian kontrasepsi, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

12
Pemakaian kontrasepsi implant ini juga memiliki keuntungan non
kontrasepsi diantaranya (Saifuddin, 2010) adalah mengurangi rasa nyeri,
mengurangi jumlah darah haid, mengurangi atau memperbaiki anemia,
melindungi dari terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka
kejadian kanker jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab
radang panggul, menurunkan angka kejadian endometritis.

4. Indikasi Penggunaan Implant


Klien yang boleh menggunakan kontrasepsi implant adalah
(BKKBN, 2014):
a. Dalam usia reproduksi.
b. Telah memiliki anak maupun belum memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi yang dimiliki efektivitas tinggi dan
menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
e. Pasca keguguran.
f. Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.
g. Riwayat kehamilan ektopik.
h. Memiliki tekanan darah yang < 180/110 mmHg dengan masalah
pembuluh darah atau anemi bulan sabit (sickle cell).
i. Tidak diperkenan menggunakan alat kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon esterogen.
j. Pada klien yang sering lupa minum pil teratur.

5. Keluhan yang dapat dialami pengguna implant


Menurut Saifuddin (2010) beberapa klien dapat mengalami
perupahan pola haid berupa pendarahan bercak (spotting), hipermenorhea,
atau meningkatkan darah haid serta amenorhea. Beberapa keluahan dari
klien yang sering dialami dalam penggunaan metode kontrasepsi implant
ini adalah:
a. Nyeri kepala, nyeri payudara, perasaan mual, atau pening.
b. Peningkatan atau penurunan berat badan
c. Perubahan perasaan atau gelisah.
d. Memerlukan tindakan pembedahan untuk insersi dan pencabutannya.
e. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual
termasuk HIV/AIDS.
f. Klien tidak dapat sendiri menghentikan pemakaian kontrasepsi sesuai
dengan keinginan klien, tetapi harus datang ke fasilitas kesehatan
untuk dilakukan pencabutan oleh tenaga kesehatan yang telah
mendapat pelatihan.
g. Efektivitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkolosis
(fifampisin) atau obat epilepsi (feniton dan barbiturat).
h. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).

6. Efek Samping
a. Amenorhea, penanganannya pastikan hamil atau tidak, bila tidak
memerlukan penanganan khusus maka cukup dengan konseling saja.
Kemudian bila klien tetap tidak menerima maka angkat implant dan
anjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi lain. Bila terjadi
kehamilan dan klien ingin mempertahankan kehamilannya lakukan
pencabutan implant dan jelaskan bahwa progestin tidak berbahaya bagi
janin namun bila diduga terjadinya kehamilan ektopik maka lakukan
rujukan karena tidak akan ada pengaruh diberikan obat hormon untuk
memancing pendarahan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu tahun
2015 menunjukkan bahwa ketidakteraturan siklus menstruasi
merupakan salah satu efek samping dari pengguaan kontrasepsi
implant.
b. Perdarahan bercak (spotting) ringan, berikan penanganan dengan
memberikan penjelasan bahwa spotting ini sering terjadi terutama pada
tahun pertama kemudian bila tidak terdapat masalah dan tidak hamil
maka diperlukan penanganan. Bila klien tetap mengeluh dengan
perdarahan bercak dan ingin melanjutkan pemakaian implant maka
berikan klien pil kombinasi selama satu siklus atau berikan ibu profen

14
3 x 800 mg selama 5 hari, beri penjelasan bahwa setelah pil kombinasi
habis akan terjadi perdarahan kemudian bila terjadi perdarahan yang
lebih banyak dari biasanya berikan klien 2 pil kombinassi untuk 3-7
hari kemudian dilanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat
juga diberikan 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg esterogen equin
konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Ekspulsi, maka lakukan penanganan dengan cabut kapsul ekspulsi
kemudian periksa apakah kapsul yang lain masih di tempat lalu
pastikan ada atau tidaknya infeksi pada daerah insersi kemudian bila
tidak ada infeksi dan kapsul baru 1 buahpada tempat insersi yang
berbeda, namun bila ada infeksi pada daerah insersi makalakukan
pencabutan pada seluruh kapsul dan pasang kapsul yang baru pada
lengan lain atau manganjurkan klien untuk menggunakan kontrasepsi
lain.
d. Infeksi pada daerah insersi, bila terjadi infeksi tanpa nanah maka
bersihkan dengan sabun, air atau antiseptik lalu berikan antibiotik yang
sesuai untuk 7 hari lalu implant jangan dilepas serta anjurkan klien
untuk datang 1 minggu kemudian. Bila keadaan tidak membaik maka
cabut implant dan pasang di lengan yang lainnya atau mencari metode
kontrasepsi lainnya.
e. Berat badan naik atau turun, maka berikan informasi pada klien bahwa
perubahan berat badan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang jika terjadi
perubahan berat badan 2 kg atau lebih namun apabila perubahan tidak
dapat diterima maka bantu klien untuk mencari kontrasepsi lain
(BKKBN, 2014).

7. Waktu Pemakaian Kontrasepsi Implant


Menurut Saifuddin (2010) waktu dalam pemakaian alat kontrasepsi
implant dapat dimulai dalam keadaan dimana ketika mulai siklus haid hari
ke-2 sampai hari ke-7, tidak memerlukan alat kontrasepsi tambahan.
Ketika klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat dengan syarat
tidak memungkinkan hamil atau tidak sedang hamil, disarankan untuk
tidak melakukan hubungan seksual atau gunakan metode kontrasepsi lain
sampai 7 hari pasca pemakaian kontrasepsi. Insersi dapat dilakukan bila
diyakini klien tidak sedang hamil atau diduga hamil. Bila diinsersi setelah
hari ke-7 dalam siklus haid maka klien tidak dapat melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi tambahan sampai 7 hari
pasca pemasangan implant.
Bila klien menyusui selama 6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinannya, maka insersi dilakukan setiap saat, bila klien menyususi
penuh dan tidak perlu adanya kontrasepsi tambahan. Bila setelah 6 minggu
melahirkan dan terjadinya haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat
tetapi klien tidak boleh melakukan hubungan seksual atau menggunakan
alat kontrasepsi tambahan sampai 7 hari pasca insersi. Bila klien
menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi implant, maka insersi dapat dilakukan setiap saat, bilamana
diyakini klien tersebut tidak dalam keadaan hamil atau diduga hamil atau
klien menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya dengan benar. Bila
kontrasepsi yang digunakan ibu sebelumnya adalah kontrasepsi suntik,
maka kontrasepsi implant dapat diberikan saat jadwal disuntik ulang
tersebut dan tidak memerlukan kontrasepsi tambahan. Bila kontrasepsi
sebelumnya adalah IUD maka klien yang ingin mengganti alat
kontrasepsinya menjadi implant maka dapat dilakukan insersi pada hari
ke-7 dengan syarat tidak boleh melakukan hubungan seksual atau
menggunakan alat kontrasepsi tambahan lainnya selama 7 hari, dan IUD
segera dicabut. Bagi klien pasca keguguran, maka insersi dalam dilakukan
kapan saja.

8. Faktor dalam Pemilihan Kontrasepsi Implant


a. Usia
Menurut Saifuddin (2010) usia yang baik menggunakan
kontrasepsi implant adalah usia reproduksi yaitu 20-35 tahun. Sasaran
langsung untuk menurunkan angka fertilitas PUS (umur 15-49 tahun)
dimana umur wanita adalah variabel penting yang mempunyai

16
pengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Usia wanita
menentukan pilihan dalam menggunakan alat kontrasepsi yang
ingindigunakan karena usia wanita mempengaruhi keinginan jumlah
anak yang mereka inginkan, dimana usia yang lebih muda lebih
berkeinginan untuk memiliki anak lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang lebih tua usianya sehingga pemilihan tersebut (BKKBN,
2014).
Semakin tua atau dewasa seseorang dalam mempresepsikan
dirinya lebih mudah terkena atau rentan terhadap kesakitan atau sakit
dibandingkan dengan yang lebih muda usianya, sehingga dapat
dijadikan sebagai penopang dalam terjadinya perilaku pencegahan
(Marliza, 2013).
Usia merupakan variabel yang telah diperhatikan dalam
penyelidikan epidemiologi yaitu angka kesulitan ataupun angka
kematian. Usia seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan
ekstabilitas metode kontrasepsi tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia membagi kelompok usia
untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu usia < 20 tahun atau >
35 tahun, usia 20-35 tahun. Usia < 20 tahun atau usia > 35 tahun
adalah usia untuk menunda kehamilan, dan untuk usia 30-35 tahun
merupakan usia untuk menjarangkan kehamilan sehingga pemilihan
kontrasepsi lebih ditujukan untuk metode kontrasepsi jangka panjang.
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses balajar untuk setiap individu
itu sendiri dalam pencapaian pemahaman dan memperoleh
pengetahuan yang lebih tinggi lagi tentang objek tertentu atau yang
spesifik dimana hal ini diperoleh dengan formal yang akan berefek
pada induvidu lainnya terkait dengan pola pikir, perilaku, serta akhlak
sesuai dengan pendidikannya. Pendidikan menjadi suatu proses
peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir, dan perilaku
masyarakat. Dengan adanya dinamika dari berbagai aspek maka
pendidikan akan terus menerus danberkesinambungan, sehingga
masyarakat mampu menerima gagasan invasif secara rasional dan
bertanggung jawab. Hal ini menjadikan pendidikan seseorang
mempengaruhi perilaku sehari-hari, orang yang berpendidikan tinggi
belum tentu dapat menggunakan KB secara efektif (BKKBN, 2014).
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
dalam menerima informasi yang datang kemudian akan berpikir sejauh
mana keuntungan mempunyai pendidikan yang lebih tinggi tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lontaan, dkk pada
tahun 2014 di Kabupaten Talaud tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi pasangan usia subur
menunjukkan bahwa terdapat tidak selalu terdapat hubungan antara
pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi, hal tersebut dipengaruhi
oleh jumlah responden dan karakteristik dari setiap penelitian yang
dilakukan, hubungan dengan pendidikan dengan pola pikir, presepsi
dan perilaku dari masyarakat merupakan hal yang berperan dimana
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin rasional dalam
pengambilan berbagai keputusan dalam hal ini keputusan dalam
pemilihan kontrasepsi yang ingin digunakan sesuai keinginan serta
kebutuhan masing-masing.
c. Paritas
Paritas merupakan jumlah kelahiran hidup dan mati yang dimiliki
dari suatu kehamilan dari usia 28 minggu ke atas yang pernah dialami
oleh ibu. Paritas sebanyak 2-3 kali adalah paritas yang paling aman
ditinjau dari sudut pandang kematian maternal. Paritas 1 dan paritas
tinggi (lebih dari 3) adalah paritas yang memiliki angka kematian
maternal yang lebih tinggi dimana lebih tinggi paritasmaka lebih tinggi
kematian maternal. Untuk resiko pada paritas satu dapat ditangani
dengan asuhan obstetrik lebih baik sedangkan untuk paritas tinggi
ditangani dengan dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana,

18
kemudian sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan (Wiknjosastro, 2013).
Menurut Nursalam (2014) paritas adalah jumlah anak yang
pernah dilahirkan oleh seorang ibu, dimana paritas ini sangat
berpengaruh terhadap penerimaan seseorang pada pengetahuan.
Semakin banyak pengetahuan seorang ibu maka penerimaannya akan
semakin mudah. Jenis paritas terbagi menjadi :
1) Primipara, yaitu seorang ibu yang telah melahirkan bayi untuk
pertama kalinya.
2) Multipara, yaitu seorang ibu yang telah melahirkan bayi yang
sudah beberapa kali (dua sampai lima kali).
3) Grande Multipara, yaitu ibu yang sudah melahirkan bayi sebanyak
lima kali atau lebih.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan gaya hidup serta
kebiasaan dari masing-masing indidvidu sehingga dalam hal ini
pekerjaan memiliki peranan yang cukup penting dan erat kaitannya
dengan pemikiran seseorang serta dari keputusan yang diambil
seseorang dalam menentukan jenis kontrasepsi yang
digunakannya.Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang
bekerja dan ikut berpartisipati dalam menyumbangkan sumber
perekonomian keluarga cenderung lebih mengatur kesuburannya
dengan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama sekali. Persaingan
dalam karir dan pekerjaan bahkan kebijakan dari tempat kerja
membuat mereka memilih untuk tidak memiliki anak, sehingga mereka
harusmemilih konrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam
kurun waktu yang lama (Mosha dan Ruben, 2013).
e. Pengetahuan
Pengetahuan adalah salah satu faktor yang menjadi dasar
terjadinya perilaku kesehatan pada sesesorang dimana pengetahuan
menjadi hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan pada objek tertentu. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenal benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
atau gejala yang timbul dari pengamatan akal (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan keluarga berencana
adalah syarat penggunaan metode kontrasepsi dengan cara yang efektif
serta efisien, dimana melalui pengetahuan yang baik ini maka
memberikan peluang pada calon akseptor untuk memilih metode
kontrasepsi dengan benar sesuai tujuan ber-KB (BKKBN, 2014).
f. Dukungan suami
Dukungan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya
implant merupakan satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat
mempengaruhi seseorang dalam berperilaku, dimana setiap tindakan
yang dilakukan secara medis harus mendapat dukungan atau partisipati
kedua pihak suami atau istri karenamenyangkut kedua organ
reproduksinya.
g. Efek samping
Menurut Pinem tahun 2009 hingga saat ini pelayanan kurang
berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat
kontrasepsi relatif masih banyak dengan alasan efek samping.
h. Biaya
Pemakaian kontrasepsi serta fertilitas diasumsikan dapat dipengaruhi
oleh tingkat kesejahteraan ekonomi dimana semakin indeks kekayaan
akan semakininggi tingkat penerimaan dan pemakaian kontrasepsi.
Salah satu indikator dari keinginan untuk memakai alat KB adalah
tingkat kemandirian yang diukur berdasarkan proporsi pemakaian alat
atau cara berKB yang membayar untuk pelayanan yang mereka
peroleh (Wahyuni, 2011).

20
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Program Keluarga Berencana mempunyai kontribusi yang penting
dalam meningkatkan kualitas penduduk, yaitu dalam hal menangani
pertambahan jumlah penduduk. Implan merupakan salah satu jenis Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang berbentuk batang kecil yang
dipasang di bawah lapisan kulit lengan atas bagian dalam. Implan berisi
hormon progesteron yang dapat efektif selama tiga tahun dan dapat kembali
subur setelah proses pencabutan. Implan merupakan salah satu strategi
pelayanan KB untuk percepatan penurunan angka Total Fertility Rate (TFR)
di Indonesia. Berdasarkan pemakaiannya, implan lebih efisien karena dipakai
dalam waktu yang lama serta lebih aman dan efektif.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan dalam berpikir dan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada akseptor
KB
2. Bagi Puskesmas
Di harapkan tenaga kesehatan lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
melaksanakan asuhan atau pelayanan kebidanan secara efektif dan efesien
khususnya pada akseptor Kb
3. Pasangan usia subur
Pasangan usia subur hendaknya lebih teliti dalam memilih alat kontrasepsi
yang akan digunakan sehingga tidak menimbulkan efek samping yang
dapat mengganggu kesehatan ataupun penampilan PUS, bila menimbulkan
efek samping hendaknya berkonsultasi kepada tenaga medis yang ada,
sehingga PUS tetap bisa menggunakan alat
kontrasepsi dan menjadi akseptor KB.
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta. BKKBN

Saifuddin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Marliza, A. 2013. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu


Untuk Memilih Implant Sebagai Alat Kontrasepsi Di Kelurahan Terjun
Kecamatan Medan Marelan. Jurnal Maternity and Neonatal.Vol 1 No. 2.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Wiknjosaatro, H. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Mosha, I.H., & Ruben, R. 2013. Communication, knowledge, social network and
family planning utilization among cauples in Mwanza, Tarnzania. African
Journal Of Reproductive Health. Sep 17 (3): 57-70.

Wahyuni, S. 2011. Karakteristik Penggunaan Kontrasepsi Di Wilayah Kerja


Puskesmas Alai Ilir Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi
Jambi 011. Skripsi FKM-UI.

Anda mungkin juga menyukai