Anda di halaman 1dari 21

KEPRIBADIAN PSIKOLOGI

DI

OLEH :

Humairah
Anisa Zahra
Manza Aulia Risky
M.Rinas
Sri Wahyuni
Nor Asliza
Afra Huaina
Sintia Rahmadhani
Sutia Rahmaton
Raisa Zahara
Rauziatun Zahra
Mukramaton
Muniratul Husna

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUL


SALEH PRODI KEPERAWATAN
PIDIE TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “Kepribadian Psikologi” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat serta
salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

Sigli, 02 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...............................................................................3
A. Definisi.................................................................................................3
B. Sigmund Freud.....................................................................................3
1. Struktur Kepribadian..........................................................................4
2. Perkembangan Kepribadian...............................................................6
3. Implementasi Teori Sigmund Freud dalam Praktik Pendidikan........9
C. Erik Erikson..........................................................................................11
D. Sulvivan................................................................................................13
BAB III PENUTUP............................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali warga Negara Indonesia yang
mempunyai kepribadian baik. Kepribadian sangat mencerminkan perilaku
seseorang, maka dengan adanya mata kuliah ini kita diajarkan menjadi seorang
pribadi yang mempunyai kepribadian yang sangat baik. Setiap orang sama seperti
kebanyakan atau bahkan semua orang lain, kita bisa tahu apa yang diperbuat
seseorang dalam situasi tertentu berdasarkan pengalaman diri kita sendiri.
Kenyataannya, dalam banyak segi, setiap orang adalah unik, khas. Akibatnya
yang lebih sering terjadi adalah kita mengalami salah paham dengan teman di
kampus, sejawat di kantor tetangga atau bahkan dengan suami atau istri dan anak-
anak dirumah. Kita terkejut oleh tindakan di luar batas yang dilakukan oleh
seseorang yang biasa dikenal alim dan saleh, dan masih banyak lagi. Oleh karena
itu, kita membutuhkan sejenis kerangka acuan untuk memahami dan menjelaskan
tingkah laku diri sendiri dan orang lain. kita harus memahami defenisi dari
kepribadian itu, bagaimana kepribadan itu terbentuk. Selain itu kita membutuhkan
teori-teori tentang tingkah laku, teori tentang kepribadian agar terbentuk suatu
kepribadian yang baik.
Sehingga gangguan-gangguan yang biasa muncul pada kepribadian setiap
individu dapat dihindari. Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari ilmu
psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang penting
guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam
pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda
satu dengan yang lainnya bahkan tidak semua orang dapat memahami kepribadian
dirinya sendiri.
Hal itulah yang menjadi latar belakang kami membuat makalah ini. Hal
yang dibahas dalam makalah ini adalah konsep psikologi perkembangan
pemikirang Sigmund Freud.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kepribadian?
2. Apa pengertian dari kepribadian menurut Sigmund Freud?
3. Apa pengertian dari kepribadian menurut Erik Erikson?
4. Apa pengertian dari kepribadian menurut Sullivan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kepribadian
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
3. Untuk mengetahui unsur-unsur kepribadian
4. Untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadian
5. Untuk mengetahui macam-macam gangguan kepribadian

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Kepribadian dalam psikologi adalah pola-pola unik dan relatif stabil dari
pikiran, perasaan, dan perilaku yang membedakan individu satu dengan yang lain.
Kepribadian mencakup berbagai karakteristik individu, termasuk cara berpikir,
merasa, dan berperilaku dalam berbagai situasi. Ini mencakup aspek-aspek seperti
kecenderungan, preferensi, kebiasaan, nilai-nilai, dan reaksi emosional yang
berperan dalam membentuk bagaimana seseorang berinteraksi dengan dunia dan
orang lain.
Kepribadian merupakan konsep kompleks yang melibatkan banyak faktor,
termasuk faktor genetik, lingkungan sosial, pengalaman hidup, dan interaksi
antara faktor-faktor ini. Banyak teori kepribadian yang berbeda telah
dikembangkan oleh psikolog untuk mencoba memahami dan menjelaskan sifat-
sifat kepribadian individu.
Selain itu, kepribadian dalam psikologi juga mencakup berbagai aspek
seperti tingkat kesadaran diri, stabilitas perilaku seiring waktu, serta bagaimana
individu mengatasi tekanan dan tantangan dalam kehidupan mereka. Kepribadian
memainkan peran penting dalam membentuk interaksi sosial, hubungan
antarpribadi, dan pengambilan keputusan individu. Sebagai hasilnya, pemahaman
tentang kepribadian memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang
psikologi, seperti klinis, sosial, perkembangan, dan industri-organisasi.

B. Sigmund Freud
Sumbangan Freud dalam teori psikologi kepribadian substansial sekaligus
di antara teori kepribadian substansial sekaligus kontroversial. Teori Psikoanalisis
menjadi teori yang paling komprehensif di antara teori kepribadian lainnya,
namun juga mendapat tanggapan yang banyak baik tanggapan positif maupun
negatif. Peran penting dari ketidaksadaran beserta insting-insting seks dan agresi
yang ada di dalamnya dalam pengaturan tingkah laku, menjadi karya/temuan

3
monumental Freud. Sistematik yang dipakai Freud dalam mendiskripsi
kepribadian menjadi tiga pokok yaitu : struktur kepribadian, dinamika
kepribadian, dan perkembangan kepribadian.

1. Struktur Kepribadian

Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni


sadar, prasadar, dan tak sadar. Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga
model struktural yang lain, yakni id, ego dan superego. Struktur baru ini tidak
mengganti struktur lama tetapi melengkapi/menyempurnakan gambaran
mental terutama dalam fungsi dan tujuannya.

a. Tingkat Kehidupan Mental


1) Sadar (Conscious)

Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati


pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari
kehidupan mental (fikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang
masuk ke kesadaran (consciousness).

2) Prasadar (Preconscious)

Prasadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni


tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar.
Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi
kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar.

3) Taksadar (Unconscious)

Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur


kesadaran dan menurut Freud merupakan bagian terpenting dri jiwa
manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran
bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik.
Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari
lahir, dan pengalam-pengalaman traumatik (biasanya pada masa anak-
anak) yang ditekan oleh kesadaran dipindah ke daerah tak sadar.

4
b. Wilayah Pikiran
1) Id (Das Es)

Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari


id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id
berisi semua aspek psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls
dan drives. Id berada dan beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili
subjektivitas yang tidak pernah sisadari sepanjang usia. Id
berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis
yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur
kepribadian lainnya.

2) Ego (Das Ich)

Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita


sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle)
usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah
terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang


memiliki dua tugas utama ; pertama, memilih stimuli mana yang
hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai
dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id,
karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh
energi dari id.

3) Superego (Das Ueber Ich)

Superego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian,


yang beroperasi memakai prinsip idealistik (edialistic principle)
sebagai lawan dari prinsip kepuasan id dan prinsip realistik dari ego.
Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia tak punya sumber

5
energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam satu
hal penting – superego tak punya kontak dengan dunia luar sehingga
tuntutan superego akan kesempurnaan pun menjadi tidak realistis.

Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati


(conscience) dan ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara
jelas tetapi secara umum, suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman
mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari
kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego
ideal berkembang dari pengalaman mendapatkan imbalan atas perilaku
yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya
dilakukan.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan,


menghukum dengan keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan
maupun baru dalam fikiran. Ada tiga fungsi superego ; (1) mendorong
ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan moralistik, (2)
merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang
bertentangan dengan standar nilai masyarakat, (3) mengejar
kesempurnaan.

2. Perkembangan Kepribadian

Dapat dikatakan bahawa perkembangan kepribadian adalah belajar


mempergunakan cara–cara baru dalam mereduksikan tegangan, yang timbul
karena individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber
tegangan (tension). Adapun sumber tegangan yang pokok adalah :

a. Proses pertumbuhan fisiologis


b. Frustasi
c. Konflik
d. Ancaman

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan,


yakni tahap infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital

6
(>12 tahun). Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk
kepribadian, terbagi menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase
falis. Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan
biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan
insting seks berarti perubahan kateksis seks, dan perkembangan biologis
menyiapkan bagian tubuh untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual
(erogenus zone)

1) Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)

Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada tahun


pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen yang paling
penting dan peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan pemuasan
kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau perangsangan atas
mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah laku yang
menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

2) Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)

Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari
kehidupan. Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut ke
daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari kaitannya
dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces (kotoran) pada fase
ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-aturan kebersihan oleh
orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan mengenai bagaimana
dan dimana seharusnya seorang anak membuang kotorannya.

3) Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun)

Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau


kelima, yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari
daerah dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik
kepada alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud
memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan kenikmatan
yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah seksual anak

7
kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian kateksis obyek
yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini adalah timbulnya
Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration anxiety (pada laki-
laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus complex adalah kateksis
obyek seksual kepada orang tua yang berlawanan jenis serta permusuhan
terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin
memiliki perhatian lebih dari ibunya) dan menyingkirkan ayahnya,
sebaliknya anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan menyingkirkan
ibunya.

4) Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)

Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mengalami
periode peredaan impuls seksual. Menurut Freud, penurunan minat seksual
itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh
perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai fenomena biologis,
alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase ini anak
mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido
dengan kepuasan non seksual, khususnya bidang intelektual, atletik,
keterampilan, dan hubungan teman sebaya. Dan pada fase ini anak
menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan lebih mudah dididik
dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas).

5) Fase Genital

Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam


diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang memicu
pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll),
dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis genital
mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek diluar,

8
seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta
lain jenis, perkawinan dan keluarga.

3. Implementasi Teori Sigmund Freud dalam Praktik Pendidikan

Berdasarkan konsep kunci dari teori kpribadian Freud, berikut ini


akan dijelaskan beberapa teori yang dapat diimplementasikan dalam
pendidikan, yaitu:

Pertama, konsep kunci bahwa manusia adalah makhluk yang


memiliki kebutuhan dan keinginan. Dengan demikian, implementasi
pandangan Freud dalam pendidikan sangat memberikan kontribusi yang
signifikan, terutama memberikan panduan atau acuan pada guru dalam
melakukan pembelajaran dan memberikan bimbingan, sehingga bimbingan
benar-benar efektif dan sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. Adapun
fungsi-fungsi bimbingan yang dilakukan oleh guru antara lain:

1) Memahami individual siswa.

Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang


efektif jika mereka dapat memahami dan mengerti persoalan, sifat,
kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Karena itu, bimbingan yang
efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara menyeluruh.
Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya
didasarkan atas pemahaman diri anak didiknya.

2) Preventif dan Pengembangan individual siswa

Preventif dan perkembangan merupakan dua sisi dari satu mata


uang. Preventif berusaha mencegah kemerosotan perkembangan seseorang
dan minimal dapat memelihara apa yang telah dicapai dalam
perkembangannya melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif,
memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap pola prilaku yang dapat
membantu setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Membantu individu untuk menyempurnakan setiap siswa pada situasi
tertentu ketika membutuhkan pertolongan dalam menghadapi dan

9
menjalani kesehariannya. Bimbingan dapat memberikan bantuan pada
siswa untuk penanganan dalam kegiatan pembelajaran dan membantu
memberikan pilihan yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Kedua, konsep teori tentang kecemasan yang dimiliki seseorang dapat


digunakan sebagai wahana sebagai wahana pencapaian tujuan bimbingan oleh
guru, yaitu membentu individu supaya mengerti diri dan lingkungannya,
mampu memilih dan memutuskan, merencanakan hidup secara bijaksana,
mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupannya, memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, mampu mengelolah aktivitas
sehari-hari dengan baik dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

Ketiga, konsep teori psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa


lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia. Dalam sistem pembinaan
akhlak individual, Islam menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan
membiasakan anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan
norma agama dan sosial. Bila sebuah keluarga mampu memberikan
bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan tumbuh menjadi
manusia yang baik.

Keempat, teori Freud tentang terapan perkembangan kpribadian


individu dapat digunakan dalam proses bimbingan, baik sebagai materi
maupun pendekatan. Konsep ini memberikan arti bahwa materi, metode, dan
pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian
individu, karena setiap tahapan mempunya karakteristik dan sifat yang
berbeda.

Kelima, konsep freud tentang ketidaksadaran dapat digunakan dalam


proses bimbingan yang dilakukan oleh guru pada individu, dengan harapan
dapat mengurangi impuls-impuls yang bersifat irrasional sehingga berubah
menjadi rasional.

10
C. Erik Erikson
Erik Erikson adalah seorang psikolog perkembangan yang
mengembangkan Teori Psikososial, yang mencakup perkembangan kepribadian
sepanjang seluruh siklus hidup individu. Menurut Erikson, kepribadian adalah
hasil dari interaksi antara faktor biologis, sosial, dan psikologis. Kepribadian
dipahami sebagai pola-pola karakteristik dan perilaku yang berkembang seiring
waktu dalam respons terhadap berbagai tahap perkembangan dan tantangan
kehidupan.
Dalam teori psikososial Erikson, kepribadian adalah refleksi dari
bagaimana individu menghadapi dan menyelesaikan konflik psikososial yang
muncul pada setiap tahap perkembangan mereka. Setiap tahap perkembangan
memainkan peran penting dalam membentuk aspek-aspek tertentu dari
kepribadian individu. Kepribadian tidak hanya berhenti berkembang pada satu
titik dalam kehidupan, tetapi terus berubah dan beradaptasi sepanjang seluruh
siklus hidup seseorang.
Erik Erikson mengembangkan Teori Psikososial yang memandang
perkembangan kepribadian sebagai proses yang terjadi sepanjang seluruh siklus
hidup individu. Teori ini menekankan peran penting dari konflik psikososial
dalam membentuk kepribadian seseorang. Terdapat delapan tahap perkembangan
yang diidentifikasi oleh Erikson, masing-masing dengan konflik unik yang harus
diatasi oleh individu. Berikut adalah tahap-tahap tersebut:

1. Tahap 1: Kepercayaan vs. Mistrust (0-1 tahun)


a. Konflik utama: Bayi mengembangkan kepercayaan pada dunia melalui
hubungannya dengan orangtua atau pengasuhnya.
b. Hasil positif: Bayi merasa aman dan percaya bahwa dunia ini dapat
diandalkan.
c. Hasil negatif: Bayi mungkin mengalami rasa curiga atau
ketidakpercayaan.
2. Tahap 2: Otonomi vs. Malu dan Meragukan (2-3 tahun)
a. Konflik utama: Anak mulai mengembangkan otonomi dan merasa mampu
melakukan tugas-tugas dasar sendiri.

11
b. Hasil positif: Anak merasa mampu dan percaya diri dalam mengatasi
tugas-tugas.
c. Hasil negatif: Anak mungkin mengalami rasa malu dan meragukan
kemampuannya.
3. Tahap 3: Inisiatif vs. Rasa Bersalah (4-5 tahun)
a. Konflik utama: Anak aktif mengejar inisiatif dan berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas.
b. Hasil positif: Anak mengembangkan perasaan inisiatif dan kreativitas.
c. Hasil negatif: Anak mungkin merasa bersalah dan kurang berinisiatif.
4. Tahap 4: Kerja Keras vs. Inferioritas (6-11 tahun)
a. Konflik utama: Anak mencari prestasi dan kompetensi dalam tugas-tugas
dan hubungan sosial.
b. Hasil positif: Anak merasa kompeten dan percaya diri dalam pencapaian.
c. Hasil negatif: Anak mungkin merasa rendah diri dan inferior.
5. Tahap 5: Identitas vs. Peran Bercabang (12-18 tahun)
a. Konflik utama: Remaja mencari identitas diri dan berpartisipasi dalam
peran sosial yang lebih kompleks.
b. Hasil positif: Remaja mengembangkan identitas diri yang stabil dan
komitmen
c. Hasil negatif: Remaja mungkin mengalami kebingungan identitas
6. Tahap 6: Intimasi vs. Isolasi (19-40 tahun)
a. Konflik utama: Individu mencari hubungan intim dan berusaha
membentuk hubungan yang mendalam.
b. Hasil positif: Individu mampu mencintai dan berkomitmen dalam
hubungan yang sehat.
c. Hasil negatif: Individu mungkin mengalami isolasi sosial dan emosional.
7. Tahap 7: Produktivitas vs. Stagnasi (41-65 tahun)
a. Konflik utama: Individu mencari makna dalam pekerjaan dan kehidupan
sehari-hari mereka.
b. Hasil positif: Individu merasa produktif dan berkontribusi pada
masyarakat.
c. Hasil negatif: Individu mungkin mengalami stagnasi dan ketidakpuasan.

12
8. Tahap 8: Integrasi vs. Putus Asa (65+ tahun)
a. Konflik utama: Individu merenungkan hidup mereka dan mengevaluasi
pencapaian serta kebermaknaan hidup mereka.
b. Hasil positif: Individu menerima kehidupan mereka dan merasa puas
dengan pencapaian mereka.
c. Hasil negatif: Individu mungkin merasa putus asa dan memiliki banyak
penyesalan.

Teori psikososial Erikson menyoroti pentingnya perkembangan sosial dan


emosional sepanjang siklus kehidupan individu dan bagaimana konflik dalam
tahap-tahap ini dapat membentuk kepribadian seseorang.

D. Sulvivan
Menurut Harry Stack Sullivan, seorang psikolog terkenal dalam bidang
psikologi kepribadian, kepribadian adalah sistem perilaku yang konsisten dan
relatif stabil yang mencakup respons individu terhadap lingkungannya. Dalam
pandangan Sullivan, kepribadian adalah hasil dari interaksi sosial dan pengalaman
sosial sepanjang seluruh hidup individu. Sullivan menekankan peran penting
hubungan interpersonal dalam membentuk dan memengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang.
Kepribadian, dalam pemahaman Sullivan, mencakup cara individu
berperilaku, berpikir, dan merasa dalam berbagai situasi, terutama dalam konteks
hubungan sosial. Ia juga menggambarkan kepribadian sebagai refleksi dari
pengalaman sosial dan interaksi dengan orang lain, terutama dalam masa kanak-
kanak dan masa remaja, yang memainkan peran penting dalam membentuk
karakteristik individu dan cara individu berinteraksi dengan dunia sekitarnya.
Pemahaman kepribadian dalam pandangan Sullivan menekankan peran
pentingnya lingkungan sosial, interaksi interpersonal, dan pengalaman dalam
perkembangan individu. Kepribadian terus berkembang dan berubah seiring
waktu sejalan dengan pengalaman-pengalaman sosial yang dialami oleh individu.

13
1. Teori tentang Kebutuhan Dasar

Sullivan berpendapat bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar


untuk terhubung dengan orang lain. Ia mengidentifikasi tiga kebutuhan
dasar:

 Keamanan: Kebutuhan akan perasaan aman dalam hubungan sosial.


 Kasih Sayang: Kebutuhan akan afeksi dan cinta dari orang lain.
 Prestasi: Kebutuhan akan mencapai tujuan pribadi dan mencapai
prestasi.
2. Teori tentang Perkembangan Sosial

Sullivan mengemukakan bahwa perkembangan kepribadian


terutama dipengaruhi oleh pengalaman sosial dalam hubungannya dengan
orang lain, terutama dalam masa kanak-kanak. Ia menggambarkan tiga
tahap perkembangan utama:

 Tahap Infancy (Bayi): Pada tahap ini, hubungan antara bayi dan ibu
adalah yang paling penting. Bayi belajar bagaimana merasa aman dan
nyaman melalui interaksi dengan ibu.
 Tahap Childhood (Anak-anak): Selama masa ini, anak-anak mulai
berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka belajar mengembangkan
hubungan sosial di luar keluarga.
 Tahap Adolescence (Remaja): Ini adalah tahap di mana remaja mulai
mencari identitas sosial mereka dan mengembangkan hubungan yang
lebih intim, terutama dalam konteks asmara.
3. Dinamika Kepribadian

Sullivan menggambarkan kepribadian sebagai sejumlah fungsi


yang dia sebut sebagai "prototipe perilaku." Prototipe perilaku adalah pola
perilaku yang berkembang dalam hubungan interpersonal dan dapat
berubah seiring waktu. Kepribadian dipahami sebagai totalitas dari
prototipe-perilaku ini.

14
4. Anxiety (Kecemasan)

Sullivan juga menekankan peran kecemasan dalam perkembangan


kepribadian. Ia membedakan dua jenis kecemasan:

 Kecemasan Dasar: Kecemasan yang muncul ketika individu merasa


terancam dalam hubungannya dengan orang lain, misalnya ketika
hubungan terasa tidak aman atau tidak stabil.
 Kecemasan Neurotik: Kecemasan yang muncul ketika individu
mengalami konflik internal antara berbagai aspek kepribadian mereka,
seperti keinginan yang berlawanan.
5. Terapi Interpersonal

Sullivan mengembangkan terapi interpersonal sebagai metode


untuk membantu individu mengatasi masalah-masalah psikologis melalui
perbaikan hubungan sosial mereka. Terapi ini menekankan pentingnya
memahami dan memperbaiki dinamika hubungan sosial dalam
pengembangan dan pemeliharaan kesehatan mental.

Teori kepribadian Harry Stack Sullivan menekankan pentingnya hubungan


sosial dan interaksi dalam pembentukan kepribadian individu. Ia berkontribusi
pada pemahaman kita tentang bagaimana pengalaman sosial dan hubungan antar
manusia memainkan peran sentral dalam perkembangan manusia dan kesehatan
mental.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian dalam psikologi adalah pola-pola unik dan relatif stabil dari
pikiran, perasaan, dan perilaku yang membedakan individu satu dari yang lain. Ini
mencakup berbagai karakteristik individu seperti cara berpikir, merasa, dan
berperilaku dalam berbagai situasi. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetik,
lingkungan sosial, pengalaman hidup, dan interaksi antara faktor-faktor ini.
1. Sigmund Freud

Sigmund Freud adalah seorang psikolog yang mengembangkan teori


psikoanalisis tentang kepribadian. Teori ini mencakup struktur kepribadian
(id, ego, superego) dan tahapan perkembangan kepribadian (misalnya, fase
oral, anal, dan falik). Freud juga menyoroti pentingnya ketidaksadaran
dalam membentuk perilaku individu.

2. Erik Erikson

Erik Erikson mengembangkan Teori Psikososial yang menekankan


perkembangan kepribadian sepanjang siklus hidup individu. Teori ini
mencakup delapan tahap perkembangan dengan konflik psikososial yang
unik pada setiap tahapnya. Konflik ini membentuk aspek-aspek tertentu dari
kepribadian individu.

3. Harry Stack Sullivan

Harry Stack Sullivan menyajikan teori kepribadian yang


menekankan peran penting hubungan interpersonal dalam membentuk dan
memengaruhi perkembangan kepribadian. Teorinya mencakup konsep
kebutuhan dasar, tahapan perkembangan sosial, dinamika kepribadian,
kecemasan, dan terapi interpersonal.

Setiap teori ini memberikan pandangan yang berbeda tentang bagaimana


kepribadian manusia terbentuk dan berkembang sepanjang hidup. Memahami

16
berbagai teori ini dapat membantu kita lebih baik memahami kompleksitas dan
keragaman kepribadian manusia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2011. Surabaya: Erlangga

Sunaryo M.Kes. Psikologi Untuk Kepeawatan. 2004. Jakarta: EGC

Sunaryo M.Kes. Psikologi Untuk Kepeawatan Ed.2. 2014. Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai