Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK BELAJAR DI

PUSKESMAS PIDIE DENGAN PERMASALAHAN


ABORTUS IMMINENS PADA IBU R

Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


DIII Kebidanan Pada STIKes Medika Nurul Islam

Disusun Oleh:

KHAREISA ZELHIJANA
NIM: 20020005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MEDIKA NURUL ISLAM
2023
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK BELAJAR DI


PUSKESMAS PIDIE DENGAN PERMASALAHAN
ABORTUS IMMINENS PADA IBU R

Disiapkan dan Disusun Oleh:


KHAREISA ZELHIJANA
NIM: 20020005

Telah Disetujui Oleh Ci Puskesmas


Pada Tanggal 12 Juni 2023

Risfayanti, S.Tr.keb
NIP: 197601152006042002

Mengetahui,
Ketua Jurusan D-III Kebidanan

Nur Asyiah Putri Helnasari ,.M.Keb.,AIFO


NIDN:13164860

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan “Laporan Pelaksanaan Praktek Belajar Di Puskesmas Pidie
Dengan Permasalahan Abortus Imminens Pada Ny.R”

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki,
akan tetapi berkat bimbingan, arahan dan dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak maka laporan ini dapat diselesaikan

Sigli, Juni 2023

Khareisa Zelhijana

iii
DAFTAR ISI

COVER
LEMBARAN PENGESAHAN...................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar Belakang……………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………..1
C. Tujuan……………………………………………………………… 5
D. Manfaat…………………………………………………………….. 5
BAB II TINJUAN PUSTAKA…………………………………………….6
A. Pengertian …………………………………………………………. 6
B. Gejala………………………………………………………………. 7
C. Penyebab…………………………………………………………… 7
D. Cara Dokter Mendiagnosis………………………………………… 8
E. Cara Mengetahui…………………………………………………....8
F. Komplikasi………………………………………………………….9
G. Pencegahan………………………………………………………… 9
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................10
BAB IV PENUTUP ....................................................................................17
A. Kesimpulan………………………………………………………… 17
B. Saran ………………………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan


masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas
maternal. Abortus termasuk dalam masalah kesehatan reproduksi yang
perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab penderitaan wanita
di seluruh dunia. Abortus bisa terjadi karena kondisi ibu yang lemah,
kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Abortus
yang sering terjadi adalah abortus spontan, janin yang dikandungnya sudah
keluar sebagian dan sebagian lagi tertinggal di dalam rahim. Bila abortus
(keguguran) ini terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi terjadinya
perdarahan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu.

Menurut WHO (2015) abortus merupakan masalah kesehatan


reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan penyebab
penderitaan wanita di seluruh dunia. Abortus terbagi dua yaitu abortus
spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah kehilangan
kehamilan pada usia <20 minggu atau janin dengan berat <500 gram.
Frekuensi abortus spontan di Indonesia 10%-15% dari 6 juta kehamilan
setiap tahunnya dan 2500 orang diantaranya berakhir dengan kematian. Ini
menyebabkan masalah abortus mendapat perhatian, sebab dapat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas maternal. Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan kejadian abortus salah satunya adalah faktor ibu
yaitu umur ibu, paritas, usia kehamilan, tingkat pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, status ekonomi, berbagai penyakit medis, status gizi ibu
dan riwayat abortus.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan permasalahan kesehatan di


dunia (2015), hal ini terjadi karena setiap hari sekitar 830 wanita
meninggal akibatkomplikasi kehamilan dan persalinan. Angka Kematian
Ibu ini 99% terjadi di negara-negara berkembang, dan sampai saat ini
kematian ibu masih merupakan masalah utama di bidang kesehatan ibu
dan anak, sebab angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam
menilai derajat kesehatan suatu bangsa.

Indonesia (2013) memiliki AKI yang masih tergolong tinggi


diantara negara- negara ASEAN. Penyebab utama kematian ibu di
Indonesia pada umumnya adalah komplikasi kehamilan/persalinan yaitu
perdarahan (42%), eklampsi/preeklampsi (13%), abortus (11%), infeksi
(10%), partus lama/persalinan macet (9%) dan penyebab lain (15%).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun
2012 melaporkan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dimana
Indonesia masih tertinggi di Asia Tenggara. Setiap tahun diperkirakan ada
5 juta ibu hamil di Indonesia, dari jumlah tersebut, dua meninggal dalam
satu jamnya karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dengan


kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram.Di Amerika Serikat, abortus didefinisikan sebagai terbatasnya
terminasi kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari
pertama haid normal terakhir. Abortus memiliki gejala pendarahan,
keluranya konsepsi, dan mengalami kontraksi.Hal ini terjadi akibat adanya
pembukaan dari daerah mulut rahim atau servik. Terdapat beberapa
penyebab abortus antara lain; kelainan kromosom, infeksi, plasenta
sirkumvalata, dan adanya ketidakseimbangan metabolik ibu. Secara klinis
terdapat beberapa macam abortus yaitu abortus iminens, abortus insipiens,
abortus inkompletus dan abortus kompletus, missed abortion dan abortus
habitualis. Abortus habitualis didefinisikan sebagai kejadian abortus 2 kali
berturut-turut atau lebih sebelum 20 minggu.

Ibu yang mengalami kejadian itu umumnya tidak mendapat


kesulitan untuk hamil, tetapi kehamilannya tidak dapat berlanjut dan akan
berhenti sebelum waktunya. Terkadang muncul pada trimester pertama
atau pada kehamilan lebih lanjut. Dari seluruh kehamilan terdapat 0,4%

2
kejadian abortus habitualis2. Faktor penyebab abortus habitualis sangat
banyak, diantaranya adalah faktor janin, maternal, infeksi, kelainan
endometrium, namun sebesar 40% lebih tidak diketahui faktor
penyebabnya.

Faktor usia ibu berpengaruh terhadap kejadian abortus. Semakin


tua usia ibu saat hamil, maka risiko mengalami abortus akan semakin
meningkat.Kejadian abortus meningkat pada usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun. Semakin muda usia ibu saat hamil semakin berisiko
mengalami abortus, begitu pula semakin tua usia ibu saat hamil semakin
berisiko mengalami abortus.

Angka kematian ibu saat melahirkan yang telah di targetkan dalam


MDGspada tahun 2015 adala 110, dengan kata lain akselerasi sangat
dibutuhkan sebab pencapaian target tesebut masih cukup jauh. Indonesia
dianggap belum mampu mengatasi tingginya angka kematian ibu yang 307
per 1.000 kelahiran hidup. Berarti setiap tahunnya ada 13.778 kematian
ibu data setiap dua jam adadua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal
karena berbagai penyebab.Kecenderungan perbandingan pada tahun 1990
yang masih 450 per 1.000 kelahiran hidup, namun target MDGs yang 125
per 1.000 kelahiran hidup terasa sangat berat untuk dicapai tanpa upaya
percepatan. Salah satu faktor penyebab tingginya angka kematian pada ibu
adalah kasus abortus.

Abortus spontan menjadi komplikasi kehamilan yang umum terjadi


dan penyebabnya sangat bervariasi serta masih sering diperdebatkan.
Abortus spontan diduga sering disebabkan oleh abnormalitas uterus,
gangguan hormon dan imunologi, infeksi, dan kelainan kromosom. Rata-
rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Beberapa studi menyatakan bahwa
abortus spontan terjadi pada 10% -25% kehamilan pada usia kehamilan
antara bulan kedua dan kelima dengan 50% -75% kasus disebabkan oleh
abnormalitas kromosom.

Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian abortus adalah


faktor usia. Sugiharti (2011) dalam penelitian Resya (2016) menyatakan
3
bahwa pada 105 kasus abortus terdapat 58,5% ibu berusia < 20 tahun,
17,1% berusia antara 20 –35 tahun, dan 87,5% berusia > 35 tahun. Lu’lul
(2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ibu hamil yang berusia <
20 tahun memiliki risiko abortus < 2%, meningkat 10% pada usia ibu > 35
tahun, dan mencapai 50% pada usia ibu > 45 tahun. Frekuensi abortus
berbanding lurus dengan angka graviditas, sekitar 6% abortus terjadi pada
kehamilan pertama atau kedua dan meningkat menjadi 16% pada
kehamilan selanjutnya. Riwayat abortus juga merupakan faktor risiko yang
dapat meningkatkan risiko terjadinya abortus pada ibu hamil. Sekitar 21
dari 35 ibu hamil dengan riwayat abortus mengalami abortus spontan pada
kehamilan selanjutnya. Ibu hamil dengan riwayat abortus sebelumnya
memiliki risiko 1,4 kali lebih besar mengalami abortus pada kehamilan
selanjutnya. Data dari beberapa studi menyatakan bahwa ibu yang pernah
mengalami abortus spontan 1 kali memiliki risiko abortus rekuren
sebanyak 15%, meningkat menjadi 25% apabila pernah mengalami
abortus sebanyak 2 kali, dan meningkat lagi menjadi 30 – 45% setelah
mengalami abortus spontan 3 kali berturut-turut.

Abortus sering dikaitkan dengan tingginya angka persalinan


prematur, abortus rekuren, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Selain itu,
abortus diduga

memiliki pengaruh terhadap kehamilan berikutnya, baik menyebabkan


penyulit kehamilan atau pada produk kehamilan). Abortus seringkali
mengakibatkan komplikasi seperti perdarahan, infeksi, perforasi, dan
syok). Perdarahan dan infeksi merupakan penyebab tersering kematian
ibu.

Komplikasi abortus yang membahayakan kesehatan ibu dan dapat


memberikan dampak negatif pada berbagai aspek tersebut harus dapat
dicegah. Pencegahan terhadap abortus dapat diawali dengan melihat
faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus. Beberapa faktor
yang merupakan penyebab terjadinya abortus adalah umur ibu, usia

4
kehamilan, jumlah paritas, jarak kehamilan, tingkat pendidikan, status
ekonomi, dan riwayat abortus sebelumnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
permasalahan
dalam laporan ini yaitu “Bagaimana Permasalahan Abortus
Imminens Pada Ny.R di Puskesmas Pidie?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Permasalahan Abortus Imminens Pada Ny.R di
Puskesmas Pidie.

2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui permasalahan abortus imminens pada Ny.R di
Puskesmas Pidie.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan terkait permasalahan abortus imminens
pada Ny.R di Puskesmas Pidie.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan masukan untuk
memperluas wawasan mahasiswa/i STIKes Medika Nurul Islam.

3. Bagi Tenaga Kesehatan


Sebagai masukan untuk melakukan perencanaan program
pencegahan dan penanggulangan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Abortus Imminens


Abortus imminens terkait dengan tindakan aborsi atau abortus.
Menurut Harvard Medical School, aborsi adalah pengangkatan jaringan
kehamilan, hasil pembuahan, atau janin dan plasenta dari rahim. Secara
umum, istilah janin dan plasenta digunakan setelah usia kehamilan 8
minggu. Jaringan kehamilan dan hasil pembuahan mengacu pada jaringan
yang dihasilkan oleh bersatunya sel telur dan sel sperma sebelum 8
minggu.

Terdapat beberapa jenis aborsi, yakni:


1. Aborsi dini: terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
2. Aborsi terlambat: terjadi pada usia kehamilan antara 12 dan 20
minggu
3. Aborsi spontan: berakhirnya kehamilan secara spontan tanpa
intervensi alias keguguran

Adapun abortus imminens bukan merupakan tindakan atau


peristiwa aborsi. Abortus imminens adalah ancaman terhadap keselamatan
kehamilan berupa munculnya perdarahan dari vagina pada saat hamil
muda. Dalam hal ini, janin masih hidup di dalam rahim dan belum terjadi
aborsi. Namun janin terancam aborsi bila tidak dilakukan penanganan
yang tepat.

Abortus imminens juga disebut threatened abortion alias ancaman


keguguran. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan threatened
abortion sebagai keluarnya darah dari vagina yang terkait dengan
kehamilan atau perdarahan dari vagina yang tampak jelas pada paruh
pertama masa kehamilan tanpa pelebaran serviks. Abortus imminens bisa
terjadi pada awal kehamilan dengan nyeri perut dan/atau perdarahan.
Hampir 25 persen wanita hamil mengalami perdarahan dari vagina pada

6
dua trimester pertama kehamilan dan sekitar 50 persen berkembang ke
aborsi.

B. Gejala Abortus Imminens


Abortus imminens terjadi ketika pasien hamil pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu mengalami perdarahan dari vagina. Perdarahan
yang biasanya ringan hingga sedang ini menjadi salah satu gejala utama
abortus imminens. Selain perdarahan, gejala yang muncul adalah nyeri di
area perut berupa:

1. Kram intermiten atau timbul-tenggelam


2. Nyeri di bagian atas tulang kemaluan
3. Panggul terasa tertekan
4. Nyeri di punggung bawah

Perdarahan vagina biasanya muncul lebih dulu, diikuti nyeri perut


selama berjam-jam hingga berhari-hari. Perdarahan adalah gejala abortus
imminens yang paling sering menandakan risiko keguguran. Lebih dari
separuh kasus abortus imminens berlanjut menjadi keguguran. Adapun
risiko aborsi spontan lebih kecil bila masih ada aktivitas jantung pada
janin.

C. Penyebab Abortus Imminens


Penyebab abortus imminens tak dapat dipastikan hingga saat ini.
Ada berbagai faktor risiko yang berpengaruh, seperti:

1. Masalah kromosom pada janin


2. Penggunaan alkohol dan/atau obat-obatan terlarang
3. Masalah hormon
4. Konsumsi kafein berlebih
5. Paparan terhadap obat atau zat kimia tertentu
6. Kelebihan berat badan
7. Usia lebih dari 40 tahun
7
8. Merokok
9. Trauma pada perut
10. Masalah plasenta
11. Infeksi
12. Tekanan darah tinggi
13. Masalah ginjal
14. Diabetes yang tak terkendali
15. Masalah struktur rahim, serviks, atau ovarium
16. Gangguan tiroid

D. Cara Dokter Mendiagnosis Abortus Imminens


Dokter mendiagnosis abortus imminens dengan serangkaian
pemeriksaan, seperti riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan
ultrasonografi (USG). Pertama-tama, dokter akan mengecek riwayat
kehamilan, medis, dan penyakit pasien. Dokter akan menanyakan gejala
yang dialami, termasuk meminta pasien mendeskripsikan nyeri yang
dirasakan dan seberapa banyak darah yang keluar dari vagina.

Setelah itu, dokter akan melakukan USG transvaginal untuk


mendeteksi kehamilan dan menentukan apakah janin masih bertahan.
Prosedur USG juga bisa membantu menyingkirkan kemungkinan
kehamilan ektopik alias kehamilan di luar kandungan. USG biasanya
sudah bisa mendeteksi detak jantung pasien kira-kira 45 hari setelah
menstruasi terakhir.

E. Cara Mengatasi Abortus Imminens


Banyak kasus abortus imminens tidak memerlukan perawatan
sama sekali selain mengendalikan perdarahan. Bagi pasien dengan
golongan darah rhesus negatif, dokter mungkin akan memberikan
immunoglobulin. Tujuannya adalah mencegah tubuh menghasilkan
antibodi yang akan melawan darah janin. Penanganan lainnya termasuk:

8
1. Tirah baring atau bed rest
2. Membatasi aktivitas
3. Tidak berhubungan seksual hingga gejala hilang
4. Obat-obatan tertentu, misalnya hormon progesterone yang dapat
menyokong kehamilan

F. Komplikasi Abortus Imminens


Komplikasi abortus imminens yang paling utama adalah keguguran
atau kematian janin dalam kandungan. Sekitar 50 persen pasien yang
mengalami abortus imminens kehamilannya berakhir dengan keguguran.
Komplikasi lainnya meliputi:

1. Perdarahan berat
2. Jaringan janin atau plasenta tertinggal di dalam rahim seusai
kehamilan
3. Peradangan pada lapisan rahim paling dalam (endometrium)
4. Aborsi karena infeksi rahim

Berbagai penelitian juga menemukan ada peningkatan risiko


masalah kehamilan di trimester akhir bila terjadi perdarahan pada trimester
pertama, seperti jalan lahir tertutup plasenta, plasenta terlepas sebelum
kelahiran, kelahiran prematur, bayi dengan berat lahir rendah,
pertumbuhan janin terhambat, kematian janin atau bayi baru lahir.

G. Pencegahan Abortus Imminens


Belum ada cara yang terbukti secara ilmiah bisa mencegah abortus
imminens. Ibu hamil hanya perlu menjaga kehamilan sebagaimana
mestinya untuk mengantisipasi perdarahan yang bisa berujung pada aborsi.
Dokter biasanya akan merekomendasikan ibu hamil untuk menekan risiko
abortus imminens dengan menerapkan gaya hidup sehat dan mengonsumsi
suplemen bila perlu.

9
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

Masuk Tanggal : 29 Mei 2023 Jam : 10:15 WIB

Tempat Pemeriksaan :

BIODATA

Ibu Ayah

Nama : Ny.R Nama :Tn. M

Umur : 39 Tahun Umur : 39 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Aceh Suku//Bangsa : Aceh

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Mekanik

Alamat : Cot Rheng Alamat : Cot Rheng

No.Hp :- No.Hp :-

DATA SUBJEKTIF
1. Kunjungan saat ini () kunjungan pertama ( ) kunjungan ulang
2. Keluhan utama : ibu dating ingin memeriksa kehamilan
karena sudah 4 hari keluar flek flek anak keempat
3. Riwayat Perkawinan
a. Kawin : 1 kali
Kawin pertama umur : 25 tahun
b. Dengan suami sekarang : 9 tahun

10
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche umur : 14 tahun Siklus : 28 hari
b. Lama : 7 hari Teratur/tdk : Teratur
c. Dismenore : (+) Sifat darah : Encer
Banyaknya : 40cc
d. HPHT : 22-3-2023
TTP : 29-12-2023
5. Riwayat Kehamilan Saat Ini
a. Riwayat ANC
1) ANC sejak umur kehamilan 4 minggu
2) ANC ditempat : puskesmas pidie
Frekuensi : Trimester I 1 kali
Trimester II kali
Trimester III kali
b. Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan - minggu
Pergerakan janin dalam 24 jam terahir - kali
c. Pola Nutrisi Makan Minum
1) Frekuensi : 3x sehari : 8 Gelas
2) Macam : Lauk+nasi+buah : Air Putih
3) Jumlah : 1 porsi : 2L/Hari
4) Keluhan : Tidak ada : Tidak ada
d. Pola Eliminasi BAB BAK
1) Frekuensi : 1x sehari : 5x sehari
2) Warna : Kuning : Kuning Benih
3) Bau : Khas : Pesing
4) Konsistensi : Padat : Cair
5) Jumlah : Normal : 150cc
e. Pola Aktivitas
1) Kegiatan sehari-hari : Mengurus Pekerjaan Rumah
2) Istirahat / tidur : 1 jam siang hari 7 jam malam hari
f. Pola Seksualitas
1) Frekuensi : Tidak ada

11
2) Keluhan : Tidak ada
g. Personal Hygine
1) Kebiasaan mandi : 2x sehari
2) Kebiasaan membersihkan kelamin : Setiap BAB dan BAK
3) Kebiasaan mengganti pakaian dalam : Sesudah mandi
4) Jenis pakaian dalam yang digunakan : Katun
h. Riwayat Imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
1) TT 1 tanggal : Catin 1x Tahun 2009
2) TT 2 tanggal :
3) TT 3 tanggal :
4) TT 4 tanggal :
5) TT 5 tanggal :
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : Ibu sudah pernah
keguguran 3 kali
7. Riwayat kontrasepsi yang digunakan : KB MAL
8. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat sistemi yang pernah / sedang diderita : Tidak ada
b. Penyakit yang pernah / sedang diderita : Tidak ada
c. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
d. Kebiasaan – kebiasaan :
1) Merokok : (-)
2) Minum minuman jamu: (-)
3) Minum minuman keras: (-)
4) Perubahan pola makan : (-)
9. Keadaan Psikososial spiritual
a. Kelahiran ini (  ) diinginkan ( ) tidak diinginkan
b. Pengetahuan ibu tentang kehamilan dan keadaan sekarang : Ibu sudah
cukup memahami
c. Penerimaan ibu terhadap kehamilan saat ini : Menerima
d. Tanggapan keluarga terhadap kehamilan : Menerima
e. Ketaatan ibu dalam beribadah : Taat

12
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanan darah : 120/80 mmhg
2) Nadi : 80x/menit
3) Pernafasan :18x/menit
4) Suhu : 36,2 °C
c. Tinggi badan : 146 cm
d. Berat badan : 45 kg
e. IMT : 45 kg = 15,41
1,46 m x 1,46 m
Kenaikan BB selama hamil 12,5 sampai 18
f. Lingkar lengan atas : 26, 5
g. Kepala dan Leher
1) Oedema wajah : (-)
2) Chlosma gravidarum : (-)
3) Mata : Konjungtiva sedikit pucat, sclera bening
4) Mulut : Bersih, tidak ada caries
5) Leher : Tidak ada pembengkakan
h. Payudara
1) Bentuk : Simetris
2) Areola mamae : Menghitam
3) Puting susu : Menonjol
4) Kolostrum : Tidak ada
i. Abdomen
1) Bentuk : Membesar sesuai usia kehamilan
2) Bekas luka : (-)
3) Strie gravidarum : (-)
4) Palpasi leopold
a) Leopold I : Tidak dilakukan
b) Leopold II : Tidak dilakukan

13
c) Leopold III : Tidak dilakukan
d) Leopold IV : Tidak dilakukan
5) TBJ :-
6) Auskultasi DJJ :-
j. Ekstremitas : (-)
1) Edema : (-)
2) Varises : (-)
3) Reflek patela : (+)
4) Kuku : Bersih
k. Genetalia Luar
1) Tanda chadwich : (-)
2) Varises : (-)
3) Bekas luka : (-)
4) Kelenjar Bartholin : (-)
5) Pengeluaran : Flek-flek ±4 hari
l. Anus
1) Pengeluaran : (-)
2. Pemeriksaan Panggul Luar (bila perlu)
a. Distansia spinarum : - cm
b. Distansia kristarum : - cm
c. Boudelouge : - cm
d. Lingkar panggul : - cm
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah :O
b. Hemoglonin :-
c. Protein urine :-
d. HIV : (-)
e. Sifilis : (-)
f. HBSaG : (-)

14
ASSASSMENT

1. Diagnosis Kebidanan : Ibu dengan G4P0A3, usia kehamilan 4-6 minggu


dengan abortus imminens.
2. Masalah : Abortus Imminens
3. Kebutuhan : konseling tentang bahaya Abortus Imminens
4. Diagnosa Potensial : Abortus Komplit

PLANNING
1. Menberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan

2. Menjelaskan pada ibu ap aitu Abortus Imminens


3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang total 2-3 hari sampai keadaan ibu
sudah membaik
4. Menganjurkan ibu untuk banyak mengonsumsi air putih 2L dalam sehari
5. Mengajurkan ibu untuk menghindari minuman yang berkafein seperti kopi
dan teh
6. Mengajurkan ibu untuk menghindari makan mentah seperti lalapan
mentah,sayuran metah.
7. Mengajurkan ibu untuk menghindari pekerjaan yang berat
8. Mengamjurkan ibu untuk mengonsumsi tablet fe selama kehamilan paling
sedikit 90 tablet
9. Mengajurkan ibu untuk mengonsumi asam folat seuai dengan saran dokter
10. Mengajukan ibu untuk rutin memeriksa kehamilan sebanyak 6 kali
11. Mengajurkan ibu untuk melakukan usg kerumah sakit
12. Mengajurkan ibu untuk tidak khawatir dan tetap tenang
13. Menganjurkan ibu untuk menghindari bau yang berbahan kimia seperti cat
rambut,cat rumah
14. Mengajurkan ibu untuk dating kemabali apabila ada keluhan yang serupa
15. Rujuk rumah sakit Citra Husada untuk konsultasi dengan Dokter
Kandungan

15
EVALUASI
1. Ibu memahami apa itu Abortus Imminens
2. Ibu sudah menjalankan untuk istirahat total dirumah selama 2-3 hari
3. Ibu sudah mulai menjalankan dan mau mengonsumsi air putih 2L dalam
sehari
4. Ibu sudah mulai untuk menghindari minuman yang berkafein seperti kopi
dan teh
5. Ibu sudah memahami untuk menghindari makan mentah seperti lalapan
mentah,sayuran metah.
6. Ibu sudah menerapkan untuk menghindari pekerjaan yang berat
7. Ibu sudah mau dan mampu untuk mengonsumsi tablet fe selama
kehamilan paling sedikit 90 tablet
8. Ibu sudah mampu untuk mengonsumi asam folat seuai dengan saran
dokter
9. Ibu sedang menerapkan untuk rutin memeriksa kehamilan sebanyak 6 kali
10. Ibu mau untuk melakukan usg kerumah sakit
11. Ibu sudah mulai melakukannya untuk tidak khawatir dan tetap tenang
12. Ibu sudah melakukannya untuk menghindari bau yang berbahan kimia
seperti cat rambut,cat rumah
13. Ibu mau melakukannya untuk datang kemabali apabila ada keluhan yang
serupa
14. Ibu sudah melakukannya untuk Rujuk rumah sakit Citra Husada untuk
konsultasi dengan Dokter Kandungan

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus imminens adalah masalah yang serius namum bisa diatasi melalui
konsultasi dokter. Kondisi janin pada ibu hamil yang mengalami abortus
imminens masih bisa dipertahankan jika masih dalam keadaan baik. Jika
kondisi janin buruk atau berbahaya, dokter akan melakukan Tindakan khusus
untuk menyelamatkan bayi atau bahkan penghentian kehamilan.

B. Saran

Ibu yang mengalami Abortus Iminens harus menerapkan hidup pola sehat ,
istirahat yang total sampai perdarahan berhenti,menhindari pekerjaan
berat,makan makanan yang bergizi dan ibu disarankan untuk rutin memeriksa
kehamilan agar bisa memantau keadaan janin,

17
DAFTAR PUSTAKA

A, N., Wahyudin, E., & AM, N. 2017. Efektivitas Penggunaan MgSO4 Sebagai
Tokolitik Pada Ancaman Persalinan Prematur Di RSUP Dr. Wahidin
Aditama, P. L., & Mudlikah. 2019. Obstetri dan Ginekologi. Guepedia.
Amalia, L. M., & Sayono. 2015. Risk Factors Incident Abortion. Studies in
Islamic Hospital Sultan Agung Semarang
Anemia, D., Di, S., & Marga, R. B. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Ansar, C. I. 2020. Perpaduan Pengetahuan Dalam Pencegahan Abortus
Imminens Pada Ibu Hamil Suku Bugis-Makassar Di Kota Makassar.
Aurelius. (2019). Sistem Respirasi. Yogyakarta
Barozha, D. L., & Apriliana, E. 2016. Hiperemesis Gravidarum dan Abortus
Iminens pada Kehamilan Trimester Pertama. Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Darmawamsyih. 2014. Penyakit Kronik Dalam Kehamilan. Alauddin University
Press.
Ester, N. J. (2019). Epidemiologi Kesehatan Reproduksi. Deepublish.
Febriyeni, dkk. 2021. Asuhan Kebidanan Kehamilan Komprehensif. Yayasan
Kita Menulis.

18

Anda mungkin juga menyukai