Program Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

PROGRAM KELUARGA BERENCANA

DI

OLEH :

Kelompok 4

Maya tursina

Raudhatul Jannah

Intan Novita Ramadhani

AKADEMI KEBIDANAN DARUL HUSADA


SIGLI - 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas
tentang “ Program Keluarga Berencana” tepat pada waktunya. Tak lupa shalawat
serta salam penulis hadiahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak hal yang kurang dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat
memperbaikinya. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menjadi sumber ilmu yang baru bagi kita semua. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................3
C. Manfaat Makalah....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................4
A. Definisi Kontrasepsi..............................................................................4
B. Kontrasepsi Hormonal............................................................................4
1. Kontrasepsi Pil..................................................................................7
2. Kontrasepsi Suntik............................................................................9
3. Kontrasepsi Implan...........................................................................10
4. Kontrasepsi AKDR...........................................................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................21


A. Kesimpulan.............................................................................................21
B. Saran.......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya, kontrasepsi sering kali dianggap sebagai cara untuk


menjarangkan kehamilan atau mengurangi jumlah penduduk. Seiring dengan
perkembangan, masalah kontrasepsi tersebut, kini menjadi bagian dari
masalah kesehatan reproduksi. Keberadaan metode dan alat-alat kontrasepsi
terkini, memaksa para penyelenggara pelayanan Keluarga Berencana untuk
memperbaharui pengetahuannya. Masalah-masalah kontrasepsi telah
memasuki tahapan yang jauh lebih rumit, yaitu menyangkut masalah
kesetaraan gender dan hak asasi manusia.

Teknologi kontrasepsi berkembang sangat pesat dalam waktu tiga


dasawarsa terakhir ini. Standarisasi pelayanan kontrasepsi secara nasional dan
oleh Badan Internasional (misal: WHO) telah diterbitkan secara berkala.
Sayangnya,perkembangan tersebut tidak selalu diikuti dengan cermat oleh
para petugas kesehatan dan keluarga berencana di Indonesia.

Berbagai kontroversi timbul dalam perkembangan teknologi


kontrasepsi selama ini, khususnya mengenai dampak negatif penggunaan
kontrasepsi bagi wanita dalam jangka panjang. Banyak berbagai pertanyaan
yang diajukan tentang berbagai risiko negatif penggunaan kontrasepsi, tetapi
sangat sedikit penyampaian informasi tentang dampak positif kontrasepsi
kepada kesehatan reproduksi wanita. Padahal, kontrasepsi tidak hanya
memiliki dampak negatif, tetapi memiliki dampak positif seperti mencagah
jenis kanker tertentu dan anemia yang seringkali dijumpai pada wanita di
Indonesia.

Oleh karena itu, secara berkala perlu dilakukan sosialisasi


“contraceptive technology update” bagi para ilmuwan, petugas pelayanan
kesehatan dan KB agar mereka mampu mengikuti perkembangan alat, obat

1
dan cara kontrasepsi terkini. Dengan meningkatnya pengetahuan mereka,
pelayanan KB di Indonesia diharapkan dapat meningkat kualitasnya, sehingga
sasaran KB yang ditetapkan dalam Pembangunan Nasional dapat dicapai.

Teknologi Kontrasepsi Terkini (TKT) atau Contraceptive Technology


Update (CTU) merupakan suatu upaya untuk pemutakhiran informasi dan
teknologi kontrasepsi. Penggunaan istilah teknologi terkini, tidaklah indentik
dengan penggunaan peralatan canggih dan piranti yang mahal. Istilah ini
diartikan sebagai teknologi tepat guna dan sesuai untuk institusi pelayanan
dengan sumber daya terbatas, dilaksanakan oleh petugas yang kompeten, dan
memberi manfaat maksimal bagi masyarakat atau keluarga yang
membutuhkan pelayanan kontrasepsi berkualitas. Pemahaman tentang
teknologi terkini, juga diharapkan dapat mengurangi/menghilangkan masalah
barier medik diantara petugas klinik yang sebelumnya menjadi penghambat
akses bagi keluarga yang membutuhkan pelayanan KB.

Bagaimanapun juga, pemberi pelayanan KB tentunya memerlukan


penyegaran pengetahuan dan keterampilan yang disesuaikan dengan
kemajuan teknologi kontrasepsi maupun perkembangan ilmu terbaru untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB bagi masyarakat. Tidak dapat
dipungkiri bahwa sebagian besar pemberi pelayanan KB adalah para bidan.
Program KB di Indonesia tidak akan berhasil tanpa hadirnya bidan. Bidan
merupakan ujung tombak penyedia layanan KB. Hal senada tercantum dalam
Kepmenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 yang menyatakan bahwa bidan
dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan KB,
dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. Para anggota IBI diharapkan
dapat meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan
reproduksi terstandar. Standarisasi pelayanan KB telah ada dalam kebijakan
Depkes RI yang meliputi keahlian, kompetensi, peralatan, sarana, prasarana,
dan manajemen klinik. Oleh karenanya, melalui pelatihan ini diharapkan
kualitas pelayanan KB akan semakin meningkat sesuai dengan standar

2
sehingga dapat memuaskan klien/akseptor KB, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan jumlah akseptor KB.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih jelas teknologi kontrasepsi terkini
2. Untuk mengetahui implikasi teknologi kontrasepsi terkini terhadap
pelayanan kebidanan

C. Manfaat Makalah
1. Sebagai bahan pembantu materi yang akan dipelajari pada mata kuliah
keluarga berencana
2. Sebagai bahan diskusi bagi mahasiswa dalam memahami implikasi
teknologi kontrasepsi terkini terhadap pelayanan kebidanan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/
menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel
telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan
sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
Menurut Kamus BKKBN (2011) Kontrasepsi adalah Obat atau alat
untuk mencegah terjadinya konsepsi (kehamilan). Jenis kontrasepsi ada dua
macam, yaitu kontrasepsi yang mengandung hormonal (pil, suntik dan
implant) dan kontrasepsi non-hormonal (IUD, Kondom).
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi
ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Dapat dipercaya;
2. Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan; 3. Daya kerjanya
dapat diatur menurut kebutuhan; 4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu
melakukan koitus; 5. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus; 6. Mudah
pelaksanaanya; 7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat; 8. Dapat diterima penggunaanya oleh pasangan yang
bersangkutan.

B. KONTRASEPSI HORMONAL

Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi


yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi.

4
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi.

1. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal


Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Disamping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi.
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesterone
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap
dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-
puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising
factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari
ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan
isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002). Adapun efek samping

5
akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping yang sering terjadi yaitu
rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada payudara, dan fluor
albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang disertai muntah, diare,
dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya
pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit
kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian
garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. kadang efek samping
demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak menghentikan
kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut, akseptor
dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan kandungan
hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon
progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan
dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu
makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia,
kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea.
Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal
dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya
infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen
estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan
banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan
menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan
payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram.

6
1. Kontrasepsi Pil
a. Definisi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium
selama siklus haid yang normal, sehingga juga menekan
releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil
Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan
gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual,
muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri .

b. Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan
97% (Handayani, 2010).

c. Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:


 Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi
yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi
hormonnya konstan setiap hari.
 Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet
tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi.
 Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang
berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap
hari.
d. Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks

7
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
 Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
a) Tidak mengganggu hubungan seksual
b) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
e) Mudah dihentikan setiap saat
f) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.

e. Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:


 Amenorhea
 Perdarahan haid yang berat
 Perdarahan diantara siklus haid
 Depresi
 Kenaikan berat badan
 Mual dan muntah
 Perubahan libido
 Hipertensi
 Jerawat
 Nyeri tekan payudara
 Pusing
 Sakit kepala
 Kesemutan dan baal bilateral ringan
 Mencetuskan moniliasis
 Pelumasan yang tidak mencukupi
 Perubahan lemak
 Disminorea

8
 Kerusakan toleransi glukosa
 Hipertrofi atau ekropi serviks
 Perubahan visual
 Infeksi pernafasan
 Peningkatan episode sistitis
 Perubahan fibroid uterus.

2. Kontrasepsi Suntik
a. Efektivitas kontrasepsi Suntik.
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi suntik
mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan per 100
perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat
efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100
wanita per tahun pemakain NET EN .

b. Jenis kontrasepsi Suntik


Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan
yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150 mg
DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat).
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara
di suntik intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
c) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma

9
 Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.

c. Keuntungan kontrasepsi Suntik


Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak
mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia lebih
35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul .

d. Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati
(2013) yaitu:
 Gangguan haid
 Leukorhea atau Keputihan
 Galaktorea
 Jerawat
 Rambut Rontok
 Perubahan Berat Badan

3. Kontrasepsi Implan
a. Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant,
atau Implan.
 Nyaman

10
 Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
 Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
 Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
 Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
 Aman dipakai pada masa laktasi.

b. Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:


 Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
 Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg
3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
 Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan
75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

c. Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:


 Lendir serviks menjadi kental
 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
 Mengurangi transportasi sperma
 Menekan ovulasi.

d. Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:


 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka panjang
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

11
 Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
 Tidak mengganggu ASI
 Klien hanya kembali jika ada keluhan
 Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
 Mengurangi nyeri haid
 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi dan memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
 Menurunkan kejadian endometriosis.
e. Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid
berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya
jumlah darah haid, serta amenorhea.

4. Kontrasepsi AKDR
a. Sejarah Perkembangan
Alat kontrasepsi yang prinsipnya memasukkan perintang ke
dalam organ intim wanita sesungguhnya sudah dikenal sejak ratusan
tahun silam. Namun produk intrauterine device (IUD) dalam versi
lebih modern pertama kali dibuat pada tahun 1909 oleh dr R. Richter.
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Ernst Grafenberg tahun 1920
yang membuat alat kontrasepsi mekanik dari sebuah cincin perak.
Kini IUD dibuat dari plastik dan tembaga. Pada tahun 1996,
muncul IUD yang bisa menghasilkan hormon juga. IUD cukup populer
sebagai salah satu alat kontrasepsi yang efektif dan penggunaannya
jangka panjang. Efek samping seperti radang pangggul dan penyebab

12
perdarahan bercak pervagina sempat dikaitkan dengan penggunaan
IUD. Tetapi, sudah banyak perbaikan sejak penemuan ini.
IUD (Intra Uterine Devivice) atau AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahin) yang pertama dikenalkan oleh Righter tahun 1909
terbuat dari logam, sempat populer tahun 1929, karena efek samping
berupa infeksi dan mortalitas yang tinggi, penggunaannya sempat
terhenti. Penemuan IUD oleh Ishihama dari Jepang tahun 1956 dan
Oppenheimer dari Israel tahun 1959. Pada saat ini AKDR merupakan
salah satu kontrasepsi yang paling popular dan diterima oleh program
Keluarga Berencana di setiap negara. Sekitar 60 – 65 juta wanita di
seluruh dunia memakainya, dengan pemakai terbanyak di China.
AKDR termasuk salah satu kontrasepsi yang sangat efektif. AKDR
mempunyai kemampuan mencegah kehamilan yang dinilai sangat
efektif. Selain kemudahan dalam pemasangan juga mudah untuk lepas
spontan (ekspulsi). Sebagian besar AKDR dilengkapi dengan tali
(ekor) agar mudah mendeteksi. Bahan dasarnya plastik, Jenisnya
banyak yaitu AKDR polos (inert IUD), AKDR yang mengandung
tembaga (copper bearing IUD), AKDR yang mengandung obat
(medicated IUD)

b. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di
endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatakan oleh tembaga, yang
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme glikogen,
dan penyerapan estrogen serta menghambat transportsi sperma. Pada
pemakai AKDR yang mengandung tembaga, jumlah spermatozoa yang
mencapai saliran genetalia atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan
tuba mengganggu viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang
diambil dari pemakai AKDR yang mengandung tembaga
memeperlihatkan degerasi mencolok.

13
Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa tidak
terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang mengandung
tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi bukan merupakan
mekanisme kerja terpenting kecuali apabila AKDR yang mengandung
tembaga digunakan untuk kontrasepsi pasca coitus. LNG-IUS
menginduksi atrofi dan produksi mukus serviks antagonis, yang akan
meningkatkan efektifitasnya .

c. Rincian mekanisme kerja AKDR adalah sebagai berikut:


a) Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara
pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing
yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan serbukan
leukosit yang dapat melarutkan blastokist atau sperma.
b) Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan
pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokist tidak dapat
hidup dalam uterus.
c) Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang
dapat menghalangi nidasi.
d) Pergerakan ovum yang bertambah cepat dalam tuba fallopii.
e) AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lendir
serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk melewati
kavum uteri.
f) Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan seksual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
memepengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak
terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan
seksual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah
terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah
dibuahi.

14
g) Dari penelitian-penelitian terakhir, didangka bahwa IUD juga
mencegah spermatozoa membuahi sel telur (mencegah fertilitas).
Ini terbukti dari penelitian di Chili: a. Diambil ovum dari 14
wanita pemakai IUD dan 20 wanita tanpa menggunakanan
kontrasepsi. Semua wanita telah melakukan senggama sekitar
waktu ovulasi.; b. Ternyata ovum dari wanita akseptor IUD tidak
ada yang menunjukkan tanda-tanda fertilitas maupun
perkembangan embrionik normal, sedangkan setengah jumlah
ovum pada wanita ynag tidak menggunakan kontrasepsi
menunjukkan tanda-tanda fertilisasi dan perkembangan embrionik
normal.; c. Penelitian ini menunjukkan bahwa IUD antara lain
bekerja dengan cara mencegah terjadinya fertilisasi.
h) Untuk IUD yang mengandung Cu: a.Antagonisme kationic yang
spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim carboniyc
anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita,
dimana Cu menghambat reaksi carboniyc anhydrase sehingga
tidak memungkinkan terjadinya implantasi dan juga mugkin
menghambat aktivasi alkali phosphatase.; b. Mengganggu
pengambilan estrogen endogeneuse oleh mukosa uterus.; c.
Menganggu jumlah DNA dalm sel Endometrium.; d.
Mengganggu metabolisme glikogen.
i) Untuk IUD yang mengandung hormon progesteron. a. Gangguan
proses pematangan proliferatif sekretoir sehingga timbul
penekenan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi endometrium tetap berada dalam fase
decidual/progestational.; b. Lendir serviks yang menjadi lebih
kental/tebal karena pengaruh progestin (Handayani:2010)

d. Efek Samping
a) Spotting

15
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting
akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering
mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.

b) Perubahan siklus menstruasi.


Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih
pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus
normal rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya
siklus haid berubah menjadi 21 hari.
c) Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
d) Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
e) Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau haid yang
lebih banyak.
f) Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial
yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi
sebagai flora normal vagina.
g) Pendarahan Post seksual.
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang
AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga
menimbulkan pendarahan.

e. Upaya Bidan Dalam Menanggulangi Efek Samping


a) Jika permasalahan ringan, dianjurkan agar dilakukan konseling.

16
b) Jika terjadi terdapat infeksi maupun gejalanya segera dibawa ke
rumah sakit terdekat.
c) Pada efek samping amenore, periksa apakah sedang hamil atau
tidak.
d) Apabila tidak, AKDR tidak dilepas. Memberi konseling dan
menyelidiki penyebab amenorea apabila dikehendaki.
e) Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu.
f) Apabila benang tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu,
AKDR tidak dilepas.
g) Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan
tanpa melepas AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta perkembangan
kehamilan harus lebih diamati dan diperhatikan.
h) Untuk penanganan dismenore yaitu memastikan dan menegaskan
adanya penyakit radang panggul (PRP) dan penyebab lain dari
kekejangan.
i) Menanggulangi penyebabnya apabila ditemukan.
j) Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat,
AKDR dilepas dan membantu klien menentukan metode
kontrasepsi yang lain.

f. Pada perdarahan hebat yaitu :


a) Apabila tidak ada kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan
serta perdarahan hebat, melakukan konseling dan pemantauan.
b) Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet
setiap hari selama 1-3 bulan)
c) AKDR memungkinkan dilepas apabila klien menghendaki.
Apabila klien telah memakai AKDR selama lebih dari 3 bulan dan

17
diketahui menderita anemi (Hb <7g%) dianjurkan untuk melepas
AKDR dan membantu memilih metode lain yang sesuai.

g. Keuntungan
a) Kontrasepsi ini sangat efektif mencegah kehamilan jangaka
penjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun.
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi
lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
d) Metode jangka panjang.
e) Tidak adanya efek samping hormonal
f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu
menyusui tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
g) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
h) Dapat digunakan sampai menopause
i) Tidak ada interaksi dengan obat-obat
j) Membantu mencegah kehamilan ektopik
k) Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur

h. Kerugian
Setelah pemasangan, biasanya ibu akan merasakan nyeri dibagian
perut dan mengalami pendarahan sedikit. Ini biasanya berjalan selama
3 bulan setelah pemasangan dilakukan. Tetapi jika sudah lewat 3
bulan pendarahan masih terjadi harus segera dilakukan pemeriksaan

i. Teknik Pemasangan AKDR


Teknik pemasangan AKDR pada saat ini memiliki perbedaan dengan
yang terdahulu yaitu pada penggunaan tenaculum, dahulu tenaculum
tidak digunakan. Perbedaan lain yaitu pengusapan vagina dan serviks
menggunakan cairan antiseptic. Dengan perkembangan teknik

18
diharapkan angka kejadian infeksi pasca pemasangan menjadi lebih
sedikit.

j. AKDR Update
Jenis AKDR terbaru yaitu skyla, memiliki ukuran yang lebih kecil
dari AKDR mirena. Mengandung levonorgestrel. Jenis Skyla ini dapat
digunakan dalam jangka waktu 3 tahun, sedangkan Mirena dapat
digunakan dalam jangka waktu 5 tahun. Skyla dapat digunakan oleh
wanita yang belum memiliki anak dan mirena digunakan pada wanita
yg sudah memiliki anak.

Jenis AKDR yang lain adalah AKDR progestin dengan dua jenis
yaitu prigestase yang mengandung progesterone dan mirena yang
mengandung levonorgestrel. Cara kerjanya menutup jalan pertemuan
sperma dan sel telur, mengurangi jumlah sperma yang bisa masuk tuba
falopi (tempat sel telur), menjadikan selaput lendir rahim tipis dan tidak
siap ditempati sel telur, serta meng-inaktifkan sperma.
Kontrasepsi ini sangat efektif dan bisa dipasang selama satu tahun.
Keuntungan lainnya adalah tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan
cepat kembali, dapat digunakan bersama dengan obat tuberculosis,
epilepsi, dan hormon estrogen untuk wanita perimenopause.
Keterbatasannya perlu dilakukan pemeriksaan dalam, harga dan
pemasangan relatif mahal, memerlukan tenaga kesehatan khusus,
menyebabkan amenore pada penggunaan jangka panjang, menurunkan
kadar HDL kolesterol, memicu pertumbuhan mioma dan kanker payudara,
serta meningkatkan resiko rangang panggul. Kontraindikasi pengguna
AKDR progestin adalah hamil (bisa menyebabkan keguguran), perdarahan
per vagina yang belum jelas penyebabnya, keputihan, menderita salah satu
penyakit reproduksi, dan menderita kanker.
AKDR progestin bisa dipasang selama siklus haid, 48 jam setelah
melahirkan, enam bulan pertama untuk ibu yang menyusui secara

19
eksklusif, serta pasca keguguran jika tidak mengalami infeksi. Kerugian
Progestin adalah versi sintetis dari progesteron, yaitu hormon seks wanita,
yang memainkan peran penting dalam kehamilan. Progestin adalah salah
satu hormon yang digunakan dalam terapi penggantian hormon yang
banyak digunakan untuk mengobati gejala-gejala menopause. Akan tetapi,
suntikan progestin juga telah dikaitkan dengan kegagalan perawatan
kesuburan. Peneliti menemukan risiko baru dalam penelitian terhadap
ketiga kelompok wanita tersebut. Semua alat kontrol kelahiran yang
digunakan dalam penelitian ini terbukti efektif dan tidak satupun dari
peserta mengalami perubahan berat badan dan peningkatan kadar
kolesterol atau tekanan darah.

20
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variebel yang mempengaruhi fertilisasi.
(Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi menurut Mochtar, 2004 adalah cara
mencegah terjadinya konsepsi dengan menggunakan alat atau obat-obatan.
Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Sedangkan
kontrasepsi menurut BKKBN, 2012 adalah menghindari/mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma.

B. SARAN
Program KB merupakan program kontrasepsi yang bertujuan untuk
mengatur atau mengendalikan populasi penduduk di Indonesia. Metode KB
alamiah adalah salah satu cara kontrasepsi. Untuk merealisasikan cara KBA
ini, kita sebagai tenaga medis harus memberikan dan menyampaikan
informasi yang secara lengkap dan jelas kepada masyarakat tentang
bagaimana cara melakukan KBA, manfaat, kerugian dan lain-lain agar
masyarakat tahu dan merealisasikannya dengan benar.

21
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2018. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar


Harapan.

BKKBN. 2017. Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan dan


Keguguran.

BKKBN. 2017. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.

BKKBN. 2020. Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional 2020. Jakarta.

BPS Kabupaten Serdang Bedagai. 2021. Sumatera Utara Dalam Angka. Jakarta
: BPS Sumatera Utara.

BPS Sumatera Utara. 2021.Sumatera Utara dalam angka 2021. Badan


Pusat Statistik Sumatera Utara. Sumatera Utara.

22

Anda mungkin juga menyukai