KELOMPOK 1
Kelompok 1
Penyusun
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar....................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................2
C. TUJUAN PENELITIAN.........................................................................2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus termasuk kelompok gangguan metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan insulin yang
disebabkan gangguan kerja dan atau sekresi insulin (PERKENI.
Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia 2015)
Menurut WHO 2016 Diabetes mellitus merupakan permasalahan
kesehatan yang dianggap penting karena termasuk penyakit tidak
menular yang menjadi target tata laksana oleh para pemipin dunia.
Jumlah kasus DM semakin bertambah sampai beberapa tahun yang
akan datang.
Diperkirakan 578,4 juta penduduk dengan diabetes pada tahun
2030 dibandingkan 463 juta di tahun 2019 dan tahun 2045 jumlahnya
akan meningkat menjadi 700,2 juta. (Diabetes Federation International.
IDF Diabetes Atlas Ninth Edition 2019). Kasus diabetes secara global
meningkat hampir dua kali lipat. Hal ini menandakan adanya kenaikan
faktor risiko berat badan yang berlebih atau obesitas. 10 tahun terakhir,
prevalensi DM mengalami kenaikan secara drastis terutama pada negara
dengan tingkat penghasilan rendah dan menengah, dibandingkan negara
dengan tingkat penghasilan tinggi. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Menurut International Diabetes Federation (2019) diprediksi
adanya peningkatan kasus DM di Indonesia dari 10,7 juta pada tahun
2019 menjadi 13,7 juta pada tahun 2030. Laporan Riskesdas tahun 2018
menunjukkan bahwa prevalensi DM yang terdiagnosis oleh dokter pada
penduduk umur ≥ 15 tahun adalah 2%. Hal ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan prevalensi DM di Indonesia dibandingkan hasil Riskesdas
2013 yaitu 1,5%. Berdasarkan pengelompokan usia, penderita DM
terbanyak ada pada kelompok usia 55-64 tahun dan 65-74 tahun.
1
Diabetes mellitus termasuk silent killer disease, disebabkan
banyaknya penderita yang tidak menyadari sebelum terjadinya
komplikasi. Terdapat dua kategori DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.
Pada penelitian ini kategori yang akan dibahas adalah diabetes tipe 2.
DM tipe 2 disebut juga non-insulin dependent dimana insulin bekerja
kurang efektif. DM tipe 2 merupakan 90% dari seluruh kategori
diabetes mellitus. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain gangguan
sistem kardiovaskular seperti atherosklerosis, retinopati, gangguan
fungsi ginjal dan kerusakan saraf. Kondisi diabetes dengan komplikasi
adalah penyebab kematian ketiga tertinggi di Indonesia sebesar 6,7%.
(Kementerian Kesehatan RI, 2018)
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti bermaksud meneliti
Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada tn. dengan kasus dm (diabetes
melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada tn. dengan kasus dm (diabetes
melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada tn. dengan kasus DM
(diabetes melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
2) Menetapkan diagnosis keperawatan pada tn. dengan kasus DM
(diabetes melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada tn. dengan kasus DM
(diabetes melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada tn. dengan kasus DM
(diabetes melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
5) Melakukan evaluasi keperawatan pada tn. dengan kasus DM (diabetes
melitus) tipe II di ruangan cemara 1 RSUD Torabelo Sigi
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovakuler, dan neuropati. (Amin
& Hardi 2018)
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa
darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah
normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140
mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2016).
2. Klasifikasi
HbA1c % Glukosa dara Glikosa plasma
puasa 2 jam setelah
TIGO (mg/dl)
Diabetes ≥6,5 ≥ 126 ≥ 200
Pra diabetes 5,7 – 6-4 100-125 140-199
Normal ≤ 5,7 100 <140
3
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan
penghancuran sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri
tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan
genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi:
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Disebabkan oleh kegagalan relative beta dan resisten insulin.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin
(DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari
sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula
mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel
4
tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah
tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek
reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes
Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat
timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses
terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia
di atas 65tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
4. Manifestasi klinik
5
b. Polidipsi (Banyak Minum)
Sebagai respon dari kekurangan cairan dalam sel atau dehidrasi
maka timbul rasa haus. Maka seseorang akan terus banyak
minum dan kesalahan yang sering terjadi dalam mengatasi rasa
haus adalah mencari softdrink yang manis dan segar. Akibatnya
glukosa darah makin naik dan selanjutnya akan menimbulkan
komplikasi akut yang bisa membahayakan.
c. Polifagia
Polifagia atau banyak makan terjadi sebagai akibat kondisi
metabolik yang diinduksi oleh adanya defisiensi insulin serta
pemecahan lemak dan protein. Pada mulanya memang berat
badan akan bertambah, tetapi lama kelamaan otot tidak mendapat
cukup gula untuk mendapatkan energi. Hasilnya jaringan otot
dan lemak harus 20 dipecah untuk mencukupi kebutuhan energi.
Badan kurus pada penderita diabetes tipe 1, untuk diabetes tipe 2
kebanyakan penderitanya awalnya masih gemuk, tapi kemudian
hari berat badannya turun.
d. Rasa Seperti Flu dan Lemah
Keluhan lain yaitu dapat menyerupai sakit flu, kelemahan dan
kelelahan, nafsu makan menurun. Hal ini disebabkan karena
sumber energi dalam hal ini glukosa tidak dapat diproses di
dalam sel karena menumpuk dalam peredaran darah sehingga
tidak bisa digunakan.
e. Mata Kabur
Kadar glukosa dalam darah yang tinggi akan menarik cairan yang
ada dalam lensa mata. Mata Pun akan mengalami kesulitan untuk
fokus dan penglihatan menjadi kabur.
f. Rasa Kesemutan
Akibat adanya kerusakan saraf yang disebabkan oleh glukosa
darah yang tinggi sehingga dinding pembuluh darah rusak dan
mengganggu nutrisi pada saraf. Karena kerusakan terjadi pada
6
saraf sensoris, keluhan yang paling sering muncul adalah rasa
kesemutan atau kebas, terutama pada tangan dan kaki.
Selanjutnya bisa timbul rasa nyeri pada betis, kaki, dan lengan.
5. Patofisiologi
Patofisiologi (J MAJORITY | Volume 4 Nomor 5 | Februari 201)
DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
a. Resistensi insulin
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi
insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak
mampu merespon insulin secara normal. Keadaan ini lazim
disebut sebagai “resistensi insulin”.
b. Disfungsi sel B pancreas
Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang
nya aktivitas fisik serta penuaan. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 dapat juga terjadi produksi glukosa hepatik yang berlebihan
namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B langerhans secara
autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi insulin
pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan
tidak absolut.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B
menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya
sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila
tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan
terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas
akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin
eksogen. Pada penderita diabetes melitus
tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua factor tersebut,yaitu re
sistensi insulin dan defisiensi insulin.
7
Pathway (Amin&Hardi2)
Kegagalan Produksi
Insulin
Infeksi, Gangguan
Penyembuhan Luka
Defisit nutrisi
8
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Edukasi
Diabetes mellitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan
penyandang DM memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga,
masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:
9
3) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang
ditunjukkan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang
diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan
perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes
karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi
faktor resiko kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
memperbaiki pemakaian insulin. Latihan juga dapat meningkatkan
kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta
trigliserida (ADA, 2012).
Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu
10
pilar dalam pengelolaan diabetes mellitus. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :
jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
d. Terapi Farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang
benar, olah raga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau
suntikan insulin. Pasien diabetes mellitus tipe 1 mutlak diperlukan
suntikan insulin setiap hari. Pasien diabetes mellitus tipe 2,
umumnya pasien perlu minum obat anti diabetes secara oral atau
tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi
tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet (ADA,
2012).
Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Penyakit DM
Ada dua faktor resiko menurut KemenKes (2014) dalam rangka
Hari Diabetes Sedunia faktor-faktor resiko dikelompokkan menjadi
2 yaitu:
a. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1) Ras dan Etnik
2) Umur
3) Jenis Kelamin
4) Pendidikan
5) Pekerjaan
6) Riwayat Keluarga Dengan DM
7) Status Sosial Ekonomi
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi
1) Stres Dan Depresi
2) Overweight
3) Obesitas
4) Hipertensi
5) Merokok
11
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien, meliputi:
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
b. Keluhan utama
1) Kondisi hiperglikemi:
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing,
dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
2) Kondisi hipoglikemi
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit
kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional,
penurunan kesadaran.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal
pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu
klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan
muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala,
kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.
d. Riwayat kesehatan dahulu
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan
penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan
seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi
yang mengandung estrogen.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
f. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas danIstirahat
12
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
dengan aktivitas, letargi, disorientasi, koma
2) Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard
akut, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
padakaki, penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia,
perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels, kulit
panas, kering dan kemerahan, bola matacekung.
3) Integritasego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, pekarangsang.
4) Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa
nyeri terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen,
diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus
lemah,hiperaktif padadiare.
5) Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaandiuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi
abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau aseton
6) Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan
memori, refleks tendon menurun, kejang.
13
7) Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
8) Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
9) Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme
pada
wanita
10) Gastrointestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas,
wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
11) Muskuloskeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
12) Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaphoresis
(keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus. (Harjo,2018)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidak stabilan kadar glukosa darah b.d hiperglikemia
b. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
c. Defisit nutrisi b.d kurangnya asuoan makanan
d. gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi
e. Risiko Infeksi b.d penyakit kronis genitalia
14
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Ketidakstabilan kadar glukosa Manajemen hiperglikemia (I.03115)
Darah (D.0027) darah (L.03022) Definisi:
Kategori : Fisiologi Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola kadar
Subkategori : Nutrisi dan Cairan Kadar glukosa darah berada glukosa darah diatas normal
Definisi : pada rentang normal Tindakan:
Variasi kadar glukosa naik/turun dari Kriteria hasil : Observasi :
rentang normal. Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi kemungkinan penyebab
Penyebab : keperawatan selamak masalah hiperglikemia
1. Hiperglikemia risiko ketidakstabilan kadar - Monitor tanda dan gejala
1. Disfungsi pangkreas glukosa darah dapat teratasi hiperglikemia
2. Resistensi insulin dengan indikator : Terapeutik:
3. Gangguan toleransi glukosa 1. Mengantuk cukup - Berikan asupan cairan oral
darah menurun Edukasi :
4. Gangguan glukosa darah puasa 2. Pusing menurun - Anjurkan menghindari olahraga saat
Hipoglikemia 3. Lelah/ lesu cukup kadar glukosa darah lebih dari 250
1. Penggunaan insulin atau obat menurun mg/dL
glikemik oral 4. Rasa lapar sedang - Anjurkan monitor kadar glukosa
15
2. Hiperinsulinemia (mis. 5. Gemetar cukup menurun darah secara mandiri
Insulinoma) 6. Berkeringat cukup - Anjurkan kepatuhan terhadap diet
3. Endokrinopati (mis. Kerusakan menurun dan olahraga
adrenal atau pituitari) 7. Rasa haus menurun
Kolaborasi :
4. Disfungsi hati 8. Perilaku aneh menurun
5. Disfungsi ginjal kronis 9. Kesulitan bicara menurun - kolaborasi pemberian insulin, jika
6. Efek agen farmakologis 10. Kadar glukosa dalam perlu
7. Tindakan pembedahan darah sedang Kolaborasi pemberian kalium, jika perlu
neoplasma 11. Kadar glukosa dalam
8. Gangguan metabolik bawaan urine sedang.
(mis. Gangguan penyimpanan
lisosomal, galaktosemia,
gangguan penyimpanan
glikogen)
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif :
Hipoglikemia
1. Mengantuk
2. Pusing
16
Hiperglikemia :
1. Lelah atau lesu
Objektif :
Hipoglikemia :
1. Gangguan koordinasi
2. Kadar glukosa dalam darah atau
urine rendah
Hiperglikemia :
1. Kadar gluosa dalam darah atau
urin tinggi
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
Hipoglikemia
1. Palpitasi
2. Mengeluh lapar
Hiperglikemia
1. Mulut kering
2. Haus meningkat
Objektif:
17
Hipoglikemia
1. Gemetar
2. Kesadaran menurun
3. Perilaku aneh
4. Sulit bicara
5. Berkeringat
Hiperglikemia
1. Jumlah urine meningkat
Kondisi klinis terkait :
1. Diabetes melitus
2. Ketoasidosis diabetik
3. Hipoglikemia
4. Hiperglikemia
5. Diabetes gestasional
6. Penggunaan kortikostiroid
Nutrisi parenteral total (TPN)
2. NYERI AKUT ( D. 0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
Kategori : psikologis keperawatan selama 1 x 24 jam Observasi
Subkategori: nyeri dan kenyamanan diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
18
Definisi : pengalaman sensorik atau menurun, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan 1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
kerusasakan jaringan aktual atau 2. Pasien tidak meringis 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
fungsional, dengan onset mendadak 3. Sikap protektif menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
atau lambat dan berintensitas ringan 4. Gelisah menurun dan memperingan nyeri
hingga berat yang berlangsung kurang 5. Kesulitan tidur menurun 5. Identifikasikeyakinan dan pengetahuan
dari 3 bulan. 6. Tanda tanda vital membaik tentang nyeri
Penyebab : 6. Identifikasi pengaruh budaya
1. Agen pencedera fisiologis(mis, terhadaprespon nyeri
inflamasi, iskemia,neoplasma) 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
2. Agen pencedera kimiawi(mis, kualitas hidup
terbakar, bahan kimia iritan) 8. Monitor keberhasilan terapi
3. Agen pencedera fisik(mis. Abses, komplementer yang sudah diberikan
amputasi, terbakar, terpotong, 9. Monitor efek samping penggunaan
mengangkat berat, prosedur analgetik
operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan) Terapeutik
Gejala dan tanda mayor 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
Subjektif : mengurangi rasa nyeri
19
1. Mengeluh nyeri 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
Objektif : rasa nyeri
1. Tampak meringis 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Bersikap protektif (misalnya . 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
waspada, posisi menghindari dalam pemilihan straegi meredakan
nyeri) nyeri
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat Edukasi
5. Sulit tidur 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
Gejala dan tanda minor nyeri
Subjektif (tidak tersedia) 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Objektif : 3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
1. Tekanan darah meningkat 4. Anjurkan menggunakan analgetik yang
2. Pola nafas berubah tepat
3. Nafsu makan berubah 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
4. Proses berfikir terganggu mengurangi rasa nyeri
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi
7. Diaforesis 1. Kolaborasi pemberian analgetik
20
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Syndrom koroner akut
Glaukoma
21
4. Ketidakmampuan mengabsorbsi pilihan makana yang jenis nutrient
nutrient sehat meningkat - identifikasi perlunya pengguanaan
5. Peningkatan kebutuhan 5. pengetahuan tentang selang nasogastric
metabolisme pilihan minuman yang - monitor asupan makanan
6. faktor ekonomi (mis, financial sehat meningkat - monitor berat badan
tidak mencukupi) 6. pengetahuan tentang - monitor hasil pemeriksaan
7. Factor psikologis (mis. Stress, standar asupan nutrisi laboratorium
keengganan untuk makan) yang tepat meningkat
Terapeutik :
Gejala dan Tanda Mayor : 7. sikap terhadap
- melakukan oral hygiene sebelum
- Subjektif makanan/minumam
makan, jika perlu
(tidak tersedia) sesuai dengan tujuan
- fasilitasi menentukan pedoman diet
- Objektif kesehatan meningkat
(mis, piramida makanan)
1. Berat badan menurun minimal 8. sariawan menurun
- sajikan makanan secara menarik dan
10% di bawah rentang ideal 9. Berat badan membaik
suhu yang sesuai
Gejala dan Tanda Minor : 10. indeks masa tubuh
- berikan makana tinggi serat utuk
- Subjektif membaik
mencegah konstipasi
1. cepat kenyang setelah makan 11. frekuensi makanan
- berikan makanan tinggi kalori dan
2. kram/nyeri abdomen membaik
tinggi protein
3. Nafsu makan menurun 12. nafsu makan membaik
22
- Objektif - berikan suplemen makanan , jika
1. bising usus hiperaktif perlu
2. Otot pengunya lemah - hentikan pe,berian makan melalui
3. Otot menelan lemah selang nasogatrik, jika asupan oral
4. membrane mukosa pucat dapat di toleransi
5. sariawan
Edukasi :
6. serum albumin turun
- anjurkan posisi duduk , jika mampu
7. rambut rontok berlebihan
- ajarkan diet yang diprogramkan
8. diare
Kondisi klinik terkait : Kolaborasi :
1. stoke - kolaborasi pemberian medikasi
2. parkinsom sebelum makan ( mis,pereda nyeri,
3. mobius syndrome antiemetic), jika perlu
4. cerebral palsy - kolaborasi dengan ahli giji untuk
5. cleft lip menentukan jumlah kalori dan jenis
6. cleft palate nutrient yang di butuhkan, jika perlu
7. amyotropic
8. Infeksi
9. AIDS
23
4. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan Integritas Kulit / Jaringan Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
(D.0129) (L.14125) Definisi
Kategori : Lingkungan Mengidentifikasi dan merawat kulit
Setelah melakukan
Subkategori : Keamanan dan proteksi untuk menjaga keutuhan, kelembaban
pengkajian selama 3 × 24 jam
Definisi dan mencegah perkembangan
integritas kulit / jaringan
Kerusakan kulit (dermis dan/atau mikroorganisme
meningkat, dengan kriteria
epidermis) atau jaringan (membran
hasil :
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, Tindakan
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau 1. Elastisitas cukup Observasi
ligamen). meningkat - Identifikasi penyebab gangguan
Penyebab 2. Hidrasi cukup meningkat integritas kulit (mis. perubahan
1. Perubahan sirkulasi 3. Perfusi jaringan cukup sirkulasi, perubahan status nutrisi,
2. Perubahan status nutrisi penurunan kelembaban, suhu
24
(kelebihan atau kekurangan meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
3. Kekurangan/kelebihan volume 4. Kerusakan jaringan cukup mobilitas)
cairan menurun Terapeutik
4. Penurunan mobilitas 5. Kerusakan lapisan kulit - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
5. Bahan kimia iritatif cukup menurun baring
6. Suhu lingkungan yang ekstrem 6. Nyeri cukup menurun - Lakukan pemijatan pada area
7. Faktor mekanis (mis. penekanan 7. Perdarahan cukup penonjolan tulang, jika perlu
pada tonjolan tulang, gesekan) menurun - Bersihkan perineal dengan air
atau faktor elektris 8. Kemerahan cukup hangat, terutama selama periode
(elektrodiatermi, energi listrik menurun diare
bertegangan tinggi) 9. Hematoma cukup - Gunakan produk berbahan petroleum
8. Efek samping terapi radiasi menurun dan minyak pada kulit kering
9. Kelembaban 10. Pigmentasi abnormal - Gunakan produk berbahan
10. Proses penuaan cukup menurun ringan/alami dan hipoalergik pada
11. Neuropati perifer 11. Jaringan parut cukup kulit sensitif
12. Perubahan pigmentasi menurun - Hindari produk berbahan dasar
13. Perubahan hormonal 12. Nekrosis cukup menurun alkohol pada kulit kering
14. Kurang terpapar informasi 13. Abrasi kornea cukup Edukasi
tentang upaya menurun - Anjurkan menggunakan pelembab
25
mempertahankan/melindungi 14. Suhu kulit cukup (mis. lotion, serum)
integritas jaringan membaik - Anjurkan minum air yang cukup
Gejala dan Tanda Mayor 15. Sensasi cukup membaik - Anjurkan meningkatkan asupan
Subjektif 16. Tekstur cukup membaik nutrisi
(tidak tersedia) 17. Pertumbuhan rambut - Anjurkan meningkatkan asupan buah
Objektif cukup membaik dan sayur
1. Kerusakan jaringan dan/atau - Anjurkan menghindari terpapar suhu
lapisan kulit ekstrem
Gejala dan Tanda Minor - Anjurkan menggunakan tabir surya
Subjektif SPF minimal 30 saat berada di luar
(tidak tersedia) rumah
Objektif - Anjurkan mandi dan menggunakan
1. Nyeri sabun secukupnya
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
Kondisi Klinis Terkait
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
26
3. Gagal Ginjal
4. Diabetes Melitus
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)
5. Risiko Infeksi (D.0142) setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
Kategori : lingkungan keperawatan selama 3x24 jam Obsevasi
Subkategori : keamanan dan proteksi diharapkan tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Definisi: menurun, dengan kriteria hasil ; Dan Iskemik
Beresiko mengalami peningkatan 1. Demam menurun
terserang organisme patogenik 2. Kemerahan menurun Terapeutik
Faktor resiko 3. Nyeri menurun 2. Batasi jumlah pengunjung
1. Penyakit kronis( mis. Diabetes 4. Bengkak menurun 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
militus) 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
2. Efek prosedur infasif dengan pasien dan lingkungan pasien
3. Malnutrisi 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
4. Peningkatan paparan organisme beresiko tinggi
patogen lingkungan
5. Ketidak adekuatan pertahanan Edukasi
tubuh primer : 6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
a. Gangguan peristaltik 7. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
27
b. Kerusakan integritas benar
kulit 8. Ajarkan etika batuk
c. Perubahan sekresi pH 9. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
d. Penurunan kerja siliaris atau luka operasi
e. Ketuban pecah lama 10. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Ketuban pecah sebelum 11. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
waktunnya
g. Merokok Kolaborasi
h. Statis cairan tubuh 12. Kolaborasi pmberian imunisasi
6. ketidak adekuatan pertahanan tubuh
sekunder:
a. Penurunan Hb
b. Imununosupresi
c. Leukopenia
d. Supresi respon inflamasi
e. Vaksinisasi tidak
adekuat
Kondisi klinis terkait
1. AIDS
28
2. Luka bakar
3. Penyakit paru obstruktif kronik
4. Diabetes mielitus
5. Tindakan infasif
6. Kondisi penggunaan terapi
steroid
7. Penyalah gunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum
waktunya
9. Kanker
10. Leukimia
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
29
BAB III
PERKEMBANGAN KASUS
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan utama saat masuk RS:
30
dirasakan pada perut sebelah kanan, skala nyeri 5, klien nampak
meringis, waktu nyeri >30menit dan hilang timbul.
4. Keluhan lain yang menyertai :
x x x x
x x x x x x x
Keterangan:
: laki-laki G1 : Kakek dan nenek dari ayah dan dari
ibu klien sudah meninggal karena
: perempuan
faktor usia.
G2 : Ayah klien anak pertama dari 4
: Menikah
bersaudara dan sudah meninggal
: Keturunan
31
karena faktor usia,ibu klien anak
: Klien
ke2 dari 3 bersaudara dan sudah
meninggal karena faktor usia.
-- - -: tinggal serumah G3 : klien bersaudara 4, klien anak ke-3
dan klien sudah menikah dan memiliki 2
orang anak laki-laki dan perempuan.
D. Pengkajian pola fungsional kesehatan
32
nampak gelisah
4. Pola kebersihan Klien mengatakan Klien mengatakan
diri: mandi 2x/hari, 2x Sikat belum mandi, belum
Mandi gigi bersamaan dengan sikat gigi dan nelum
Sikat gigi mandi. potong kuku
Cuci rambut Klien mencuci rambut
Potong kuku 1x/hari
Klien potong kuku 1
minggu 1x
5. Pola eliminasi: Klien mengatakn BAB Klien mengatakan
BAB: Frekuensi, 1x/ hari, warna kuning belum BAB sejak
warna, kosistensi kecoklatan, konsisten masuk RS.
BAK: Frekuensi, mudah saat BAB.
warna, jumlah Klien mengatakan BAK Klien mengatakan
urin 8-10x/hari dengan sering kencing
warna urin kuning ±10x/hari
jernih,
6. Pola aktivitas Klien mengatakan Klien mengatakan
sering melakukan aktivitas terganggu.
aktivitas seperti biasa
sebagai kepala rumah
tangga pekerjaan klien
petani.
33
8. Pola hubungan Klien mengatakan setiap Klien mengatakan
peran hari klien berperan saat sakit klien belum
sebagai kepala keluarga bisa memenuhi
yang mencari nafkah kebutuhan rumah
untuk kebutuhan rumah tangga karena masi
tangga. dalam keadaan sakit.
E. Pemeriksaan fisik
34
Inspeksi : rambut klien terdistribusi rata, bersih dan tidak ada
ketombe
Palpasi : tidak teraba benjolan dikepala dan tidak ada nyeri tekan
2. Telinga
Inspeksi : telinga seperti huruf C, ada serumen berwarna kuning,
kondisi telinga normal tidak ada cairan yang keluar dari telinga dan
pendengaran klien baik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
Inspeksi : pupil bereaksi terhadap cahaya, pupil isokor, sklera
berwarna putih, konjungtiva anemis, klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di area mata
4. Hidung
Inspeksi : tidak ada deviasi septum, kondisi hidung bersih, klien
dapat membedakan bau-bauan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Mulut
Inspeksi : warna bibir pucat, mukosa bibir lembab, tidak ada massa,
gigi klien nampak kuning dan lidah berwarna putih.
6. Leher
Inspeksi : tidak ada nyeri tekan , tidak ada DVP.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran tiroid.
7. Dada
Jantung
35
Auskultasi : bj1 “lup” bj2 “dup” tidak ada bunyi tambahan atau
murmur.
Paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, ekspansi paru simetris kanan dan
kiri
Palpasi : palpasi vokal fremitus redup
Perkusi : terdengar bunyi paru sonor
Auskultasi : bunyi paru vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan
atau ronchi
8. Abdomen
Inspeksi : warna kulit abdomen merata, tidak ada bekas luka,
nampak bengkak pada abdomen sebelah kanan.
Auskultasi : terdengar bising usus 15x/menit.
Perkusi : terdengar bunyi tympani
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan
9. Genetalia
Inspeksi : klien tidak terpasang kateter.
10. Ekstrimitas atas
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada fraktur, klien
dapat mengangkat kedua tangan dan dapat melawan tekanan, klien
terpasang ivfd ditangan sebelah kanan.
Palpasi : tidak nyeri tekan
11. Ekstrimitas bawah
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada bengkak, tidak ada fraktur, klien
dapat mengangkat kedua tangan dan dapat melawan tekanan, klien
berjalan tanpa menggunakan alat bantu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
12. Kulit :
Inspeksi : warna kulit sawo matang, integritas kulit kering, turgor kulit
cepat kembali.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
36
F. Data penunjang
Tanggal 14-11-2022
a. Hasil laboratorium :
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
GDS 579 mg/dl 65-110 mg/dl
Tanggal 15-11-2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
GDS 170 mg/dl 65-110 mg/dl
Tanggal 16-11-2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan/Normal
GDP 82 mg/dl 120 mg/dl
37
38
Klasifikasi data
DS :
1. Klien mengeluh sakit pada perut sebelah kanan tembus sampai
belakang
P: Klien merasakan nyeri saat beraktivitas berat
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada perut sebelah kanan
39
ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Gangguan glukosa darah Ketidakstabilan Kadar
1. Klien mengeluh pusing puasa Glukosa Darah (D.0027)
2. Klien mengatakan sering
kencing ±10x/hari
DO:
1. KU lemah
2. Kadar glukosa darah 579
mg/dl
40
pada abdomen sebelah
kanan
- Klien nampak gelisah.
- Klien mengeluh susah
tidur karena sering
terbangun.
41
Intervensi keperawatan
Nama : Tn. N
NO. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia (I.03115)
(D.0027) keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
DS: diharapkan kestabilan kadar - Identifikasi kemungkinan penyebab
- Klien mengeluh pusing glukosa darah (L.03022) hiperglikemia
- Klien mengatakan sering kencing meningkat dengan kriteria hasil: - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
±10x/hari 1. Lelah / lesu menurun Terapeutik:
2. Kadar glukosa dalam - Berikan asupan cairan oral
DO: darah membaik. Edukasi :
- KU lemah - Anjurkan menghindari olahraga saat kadar
- Kadar glukosa darah 579 mg/dl glukosa darah lebih dari 250 mg/dL
- Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri
- Anjurkan kepatuhan terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian insulin, jika perlu
42
2. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.108238)
DS: keperawatan selama 2x24 jam Observasi
1. Klien mengeluh sakit pada perut diharapkan tingkat nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
sebelah kanan tembus sampai (L.08066) menurun, dengan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
belakang kriteria hasil: - Identifikasi skala nyeri
P: Klien merasakan nyeri saat - Keluhan nyeri menurun
beraktivitas berat - Meringis menurun Terapeutik
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk - Skala nyeri menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
R: nyeri pada perut sebelah kanan - Kesulitan tidur menurun mengurangi rasa nyeri
T: waktu nyeri >30menit dan hilang - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
timbul nyeri
DO:
1. skala nyeri 5 Edukasi
2. Klien nampak meringis. - Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ada nyeri tekan pada abdomen - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
sebelah kanan mengurangi rasa nyeri
4. Klien nampak gelisah. Kolaborasi
5. Klien mengeluh susah tidur karena - Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.
sering terbangun.
43
IMPLEMENTASI
44
09.15 +250 mg/dl klien harus istirahat - Kolaborasikan pemberian insulin
yang cukup.
- Menganjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri d/h
09.18 klien mengontrol kadar glukosa
setiap minggu.
- Mengkolaborasikan pemberian
insulin d/h klien diberikan
novarapid 3x6 unit
levemir 10 unit
45
R: nyeri pada perut sebelah kanan T: waktu nyeri >30menit dan hilang
T: waktu nyeri >30menit dan hilang timbul
timbul O:
10.05 2. mengidentifikasi skala nyeri d/h - skala nyeri 5
skala nyeri 5 - Klien nampak meringis.
10.10 3. memberikan teknik - Ada nyeri tekan pada abdomen sebelah
nonfarmakologis untuk kanan
mengurangi rasa nyeri d/h klien - Klien nampak gelisah.
menggunakan aromaterapi - Klien mengeluh susah tidur karena sering
4. menjelaskan strategi meredakan terbangun.
nyeri d/h klien memahami strategi A : Masalah nyeri akut belum teratasi
meredakan nyeri menggunakan P : lanjutkan intervensi
aromaterapi. - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
5. mengajarkan teknik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
nonfarmakologis untuk - Identifikasi skala nyeri.
mengurangi rasa nyeri d/h klien - Berikan teknik nonfarmakologis untuk
menggunakan aromaterapi mengurangi rasa nyeri.
dibagian abdomen sebelah kanan - Kolaborasi pemberian analgeti.
6. mengkolaborasi pemberian
46
analgetik d/h
- Ivfd Rl 20 tpm
- Inj. Ketorolac 30mg
Catatan Perkembangan
47
No.
Hari/Tgl No Dx Evaluasi TTd
1. Rabu / 16-11-2022 1
S:
- Klien mengeluh pusing
- Klien mengatakan sering kencing ±7x/hari
O:
- KU baik
- GDP 82 mg/dl
- G2PP 180 mg/dl
A: Masalah kestabilan kadar glukosa darah teratasi
P: Intervensi dihentikan, klien dibolehkan pulang
2. Rabu / 16-11-2022 2
S:
- Klien mengeluh sakit pada perut sebelah kanan tembus sampai
belakang
P: Klien merasakan nyeri saat beraktivitas berat
48
Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: nyeri pada perut sebelah kanan
T: waktu nyeri >30menit dan hilang timbul
O:
- skala nyeri 2
- Ada nyeri tekan pada abdomen sebelah kanan
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dihentikan, klien dibolehkan pulang.
49
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa darah setiap hari bervariasi,
kadar gula darah akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu
2 jam. Kadar glukosa darah normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-
140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2016).
DM tipe II terjadi karena sebetulnya insulin tersedia, tetapi tidak bekerja
dengan baik dimana insulin yang ada tidak mampu memasukkan glukosa dari
peredaran darah ke dalam sel-sel tubuh yang memerlukannya sehingga glukosa
dalam darah tetap tinggi yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia.
Hiperglikemia terjadi bukan hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin
(defisiensi insulin), tapi pada saat bersamaan juga terjadi rendahnya respons
jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi insulin). Resistensi insulin disertai
dengan penurunan rangkaian reaksi dalam metabolisme didalam sel. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Hal ini yang menyebabkan terjadi ketidakstabilan kadar glukosa
darah yang dimanifestasikan dengan tanda dan gejala mayor hiperglikemia berupa
data subjektif meliputi pasien mengatakan lelah dan lesu, sedangkan data
objektifnya meliputi kadar glukosa darah/urin tinggi. Tanda dan gejala minor
hiperglikemia berupa data subjektif meliputi pasien mengatakan mulut kering,
haus meningkat dan sering kencing pada malam hari, sedangkan data objektifnya
meliputi jumlah urin meningkat (Maria,2021).
Berikut akan diuraikan pelaksanaan keperawatan pada pada Tn.N dengan
diagnose medis DM tipe II sesuai fase dalam proses keperawatan yang meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi.
Pengkajian, pada pengakajian kasus Tn.N didapatkan Tn.N mengeluh
pusing dan mengatakan sering kencing kurang lebih 10 x/hari, Tn.N tampak
50
lemah dan dari hasil laboratorium didapatkan kadar glukosa darah sewaktu 579
mg/dl. Hal tersebut sesuai tanda dan gejala yang dijelaskan oleh Maria,2021.
Diagnosa, menurut WOC dan sumber (Amin dan Hardi,2015), diagnosa
yang biasa muncul pada pasien DM tipe II adalah sebanyak 5 diagnosa. Masalah
keperawatan atau diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respon Pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons Pasien, individu, keluarga
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim pokja
SDKI DPP, 2017). Pada kasus Tn.N dengan diagnose medis DM tipe II di Ruang
Cemara 1 RSUD Torabello Sigi, diagnose keperawatan yang diangkat pada kasus
Tn.N yaitu masalah ketidakstabilan kadar glokosa darah. Diagnosa yang diangkat
didukung oleh data subjektif dan objektif. Pasien Diabetes Militus Tipe 2
menunjukkan sebagian besar memiliki rerata kadar glukosa darah sewaktu yang
tinggi dengan kendali glukosa darah yang buruk (Amir et al., 2015). Diabetes
Melitus Tipe 2 yaitu ditemukan keluhan dan gejala yang khas dengan hasil
pemeriksaan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl
(Fatimah, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Zaqqi,dkk (2021) terjadinya
hiperglikemia yang tidak terkontrol pada klien diabetes disebabkan oleh berbagai
faktor. Adapun faktor yang paling signifikan dalam mempengaruhi hiperglikemia
tidak terkontrol adalah kepatuhan aktivitas fisik, diet, obat, kontrol rutin dan tidak
merokok. Selain itu menurut (Suciana & Arifianto, 2019) terdapat juga berbagai
faktor dapat memperngaruhi terjadinya hiperglikemia pada klien diabetes. Adapun
salah satunya adalah kepatuhan dalam pengelolaan diabetes yakni,
penatalaksanaan lima pilar diabetes. Lima pilar penting ini terdiri dari edukasi,
program diet, aktivitas fisik, farmakologi, dan pemeriksaan gula darah.
Intervensi, Berdasrakan factor-faktor dan pengakajian serta diagnose yang
ditegakkan maka dilakukan perencanaan yang disusun berdasarkan konsep teori
yang telah didapatkan untuk diterapkan secara actual. Penyusun dalam
menetapkan suatu intervensi keperawatan harus mempertimbangkan beberapa
51
faktor baik faktor pendukung dan faktor penghambat. Adapun faktor pendukung
diantaranya kelengkapan alat pemeriksaan yang tersedia, pasien kooperatif,
adanya dukungan dari keluarga, pasien dan tenaga medis yang ada di ruangan.
Sedangkan faktor penghambat diantaranya kurangnya waktu dalam berinteraksi
dengan pasien. Pada klien Tn. N dengan DM tipe II penyusun memberikan
intervensi terutama menajemen hiperglikemia, dengan menetapkan intervensi
diantaranya: indentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia, monitor tanda
dan gejala hiperglikemia, berikan asupan cairan oral, anjurkan menghindari
olaraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mh/dl, anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri, dan anjurkan kepatuhan terhadap diet dan olaraga,
serta kolaborasi pemberian insulin,jika peru (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Dengan rencana tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan kestabilan kadar
glukosa darah meningkat dan dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam.
Rencana intervensi diimplementasikan selama dari hari pertama sampai
hari ketiga. Menajemen Hiperglikemia dengan mengidentifikasi kemungkinan
penyebab hiperglikemia; : disfungsi pankreas, resistensi insulin, gangguan
toleransi glukosa darah dan gangguan glukosa darah puasa, memonitor tanda dan
gejala hiperglikemia, menganjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL, menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara
mandiri, menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga; Diet dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan glukosa pada tubuh. Kemudian latihan
jasmani/ olahraga adalah untuk mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin. Penyuluhan program diet, berdasarkan penelitian Susanti dan
Bistara (2018) apabila melakukan program diet dengan menggunakan prinsip 3J
(jadwal, jenis dan jumlah) dengan teratur maka hal ini menyebabkan glukosa
darah dalam rentang normal (Harmawati, 2020). Selain itu melakukan kolaborasi
pemberian insulin, jika perlu; Penatalaksanaan pemberian obat antidiabetik Gula
darah klien dapat terkontrol dengan baik jika meminum obat dan patuh terhadap
diet. Menurut Wilkinson (2016) pemberian obat antidiabetik merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari peningkatan status nutrisi klien.
52
Evaluasi keperawatan dilakukan selama 3 hari pada klien Tn.N dengan
diagnose medis DM tipe II di Ruang Cemara 1 RSUD Torabello Sigi, masalah
keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah belum teratasi namun klien telah
dianjurkan pulang oleh dokter dengan anjuran melakukan kontrol kembali ke poli
dan diresepkaan obat insulin antidiabetik. Pada hari ketiga evaluasi hasil
pemeriksaan glukosa 2 jam PP 180 mg/dl, hal ini terjadi dikarenakan respon
setiap individu terhadap intervensi yang diberikan berbeda-beda. Ada hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia diabetes
melitus (Nur, 2021). Lansia yang memiliki dukungan keluarga kurang baik
mempunyai peluang 4,21 kali untuk kualitas hidup baik (Ratnawati et al.,2019).
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai
dengan hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sensivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovakuler, dan neuropati. (Amin
& Hardi 2018)
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Kadar glukosa
darah setiap hari bervariasi, kadar gula darah akan meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar glukosa darah
normal pada pagi hari sebelum makan atau berpuasa adalah 70-110
mg/dL darah. Kadar gula darah normal biasanya kurang dari 120-140
mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung
gula maupun mengandung karbohidrat (Irianto, 2016).
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2016) etiologi diabetes mellitus, yaitu
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe1
2. Faktor imunologi:
3. Faktor lingkungan
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya
DM tipe II, diantaranya adalah:
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik
54
B. Saran
Diharapkan laporan studi kasus ini dapat berguna bagi pembaca dan
khususnya bagi mahasiswa keperawatan. Kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun guna memperbaiki laporan studi
kasus ini.
55
DAFTAR PUSTAKA
56
Tim Pokja SLKI DPP PNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1. Jakarta Selatan. DPP PPNI
U. Herlambang et al., (2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Tethadap
Stress dan Penurunan Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Fakultas Keperawatan Universitas Erlangga; Surabaya
Universitas Indonesia. 2010. Available from:
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20267101- T 28492-Prevalensi dan
faktor-full text.pdf
WHO Global Report. Global Report on Diabetes. Isbn [Internet]. 2016;978:6–86.
Available from: http://www.who.int/about/licensing/
World Health Organization. Global Report on Diabetes. Isbn [Internet].
2016;978:88.Available from: http://www.who.int/about/licensing/%5Cnhtt
p://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871 /1/9789241565257_eng.pdf
Zaqqi,U.,dkk. (2021). Analisis Faktor HiperGlikemia Tidak Terkontrol Pada
Klien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Keperawatan sekolah tinggi ilmu
keperawatan kendal; Kendal
57