Anda di halaman 1dari 106

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

(SOP) TEKNIK PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION


TERHADAP TINGKAT NYERI DAN KECEMASAN
PADA KANKER SERVIK

KARYA TULIS ILMIAH

WURI HANDAYANI
NIRM. 18047

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) TEKNIK PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION
TERHADAP TINGKAT NYERI DAN KECEMASAN
PADA KANKER SERVIK

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Diploma Tiga Keperawatan

Diajukan oleh:
WURI HANDAYANI
NIRM. 18047

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2021
KARYA TULIS ILMIAH
Judul
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) TEKNIK PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION
TERHADAP TINGKAT NYERI & KECEMASAN
PADA KANKER SERVIKS

Dipersiapkan dan Disusun oleh:

WURI HANDAYANI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 18 juli 2021

DEWAN PENGUJI

Pembimbing :Ns. Putri Permata Sari, M.Kep. ( )

Penguji Utama :Ns. Elfira Awalia Rahmawati, M.Kep., Sp.Kep.An ( )

Penguji II :Ns. Susiana Jansen, M.Kep,. Sp.Kep.An ( )


SURAT PERNYATAAN PLAGIAT

Saya yang bertanggung jawab di bawah ini dengan sebenarnya

menyatakan, bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini saya susun tanpa tindak

plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI

Jakarta.

Jika dikemudian hari saya melakukan tindak plagiarisme, Saya

sepenuhnya akan bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta, termasuk pencabutan gelar atas ijazah

yang saya terima.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis

Wuri Handayani

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional

Prosedur Teknik progressive Muscle relaxation terhadap Tingkat Kecemasan

Pada Pasien Kanker Servik’’. Rangkaian penyusunan laporan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai

gelar Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Dalam penyusunan proposal ini tidak terlepas dukungan dari berbagai

pihak. Peneliti secara khusus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu. Peneliti banyak menerima bimbingan,

petunjuk dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak yang bersifat moral

maupun material. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu/Saudara yang penulis hormati yaitu:

1. Bapak Ahmad Samdani, SKM., MPH, Ketua YAYASAN SAMUDRA APTA.

2. Ibu Buntar Handayani, S.Kp., M.Kep., MM, Direktur Akademi Keperawatan

PELNI Jakarta.

3. Ns. Sri Atun Wahyuningsih, M.Kep., Sp.Kep.J, Ketua Program Studi

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

4. Ns. Putri Permata Sari, M.Kep, Dosen Pembimbing Proposal Karya Tulis

Ilmiah Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

5. Seluruh Dosen dan Staff Akademi Keperawatan PELNI Jakarta yang telah

memberikan banyak dukungan, do’a serta ilmu yang sangat bermanfaat.

ii
6. Kepada bapak Maryono dan ibu Turisah kedua orang tua yang selama ini telah

membantu peneliti dalam bentuk perhatian, kasih sayang, semangat, serta doa

yang tidak henti-hentinya mengalir demi kelancaran dan kesuksesan peneliti

dalam menyelesaikan proposal ini.

7. Teman-teman Mahasiswa/i Akademi Keperawatan PELNI Jakarta Angkatan

XXIII dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini

masih banyak kekurangan, masukan dan saran diharapkan dari semua pihak.

Semoga Karya Tulis Proposal ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu

keperawatan.

Jakarta, Agustus 2021

Wuri Handayani

iii
ABSTRAK

Kanker leher rahim merupakan tumor ganas yang berasal dari sel epitel skuamosa kanker
yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus oleh karena itu diperlukan
terapi untuk menurunkan nyeri dan kecemasan, Salah satu terapi nonfarmakoterapi
yang digunakan terhadap tingkat nyeri dan kecemasan adalah teknik progressive
muscle relaxation. Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) Progressive Muscle Relaxation Terhadap tingkat nyeri
dan kecemasan pada kanker servik. Metode penulisan ini menggunakan literature
review, dengan jumlah lima literature review yang terkait dengan pengembangan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Progressive Muscle Relaxation Terhadap tingkat
nyeri dan kecemasan pada kanker servik. Hasil yang didapatkan setelah melakukan
literature review yaitu dapat mengembangkan (SOP) Progressive Muscle Relaxation
Terhadap tingkat nyeri dan kecemasan pada kanker servik. berdasarkan jurnal – jurnal
terkait dengan hasil 10 langkah pengembangan SOP. Dapat disimpulkan bahwa
Teknik Progressive Muscle Relaxation mampu menurunkan nyeri dan kecemasan
pada kanker servik karena otot otot yang tegang menjadi lebih rileks.
Kata Kunci: Progressive Muscle Relaxation; Nyeri &Kecemasan; Kanker servik

iv
ABSTRACT

Cervical cancer is a malignant tumor originating from cancerous squamous


epithelial cells caused by infection with the human papiloma virus. Therefore,
therapy is needed to reduce pain and anxiety. One of the non-
pharmacotherapeutic therapies used to treat pain and anxiety is the progressive
muscle relaxation technique. This writing aims to develop a standard operating
procedure (SOP) for progressive muscle relaxation on the level of pain and
anxiety in cervical cancer. This writing methoud uses a literature review, with a
total of live literature reviews related to the development of standard operating
procedures (SOP) for progressive muscle relaxation on the level of pain and
anxiety in cervical cancer. The results obtained after conducting a literature
review were able to develop progressive muscle relaxation (SOP) on the level of
pain and anxiety in cancer. Based on journals related to the results of the ten
steps of SOP development. It can be concluded that the progressive muscle
relaxation techique is able to reduce pain and anxiety in cervical cancer because
the tense mucles become more relaxed.
Keywords: Progressive Muscle Relaxation;Pain and anxiety;cervical Cancer

v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN PLAGIAT .................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .........................................................................................6
C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................6
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................8
A. Tinjauan Pustaka ...........................................................................................8
1. Konsep Maternitas .....................................................................................8
2. Konsep Kanker Servik ...............................................................................9
3. Konsep Kecemasan .................................................................................18
4. Konsep Nyeri ...........................................................................................29
5. Konsep Progressive Muscle Relaxation ..................................................38
B. Kerangka Konsep .......................................................................................48
BAB III METODE PENULISAN .......................................................................49
A. Metodelogi ..................................................................................................49
B. Plan, Do, Study and Act (PDSA).................................................................49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................52
A. Hasil.............................................................................................................52
B. Pembahasan .................................................................................................52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................64
A. Kesimpulan .................................................................................................64
B. Saran ............................................................................................................64

vi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.12 Bagan Kerangka Konsep……………………………….. 35

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 SkalaPenilaianNumerik………………………………. 25
Gambar 2.2 Skala Nyeri wajah……………………………………. 26
Gambar 2.3 Skala Deskripsi intensitas Nyeri sederhana………….. 26
Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Numerik……………………… 26
Gambar 2.5 Skala Analog Visual…………………………………. 27
Gambar 2.6 melatih otot tangan…………………………………… 39
Gambar 2.7 melatih otot bagian belakang………………………… 40
Gambar 2.8 melatih otot biseps…………………………………… 40
Gambar 2.9 Melatih otot bahu…………………………………... 41
Gambar 3.0 melatih otot leher, pumggung, dan dada……………... 41

Gambar 3.6 melatih otot perut dan kaki…………………………... 45

viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Plagiarisme

Lampiran 2. Langkah-langkah pengembangan SOP teknik progressive muscle

relaxation terhadap tingkat nyeri dan kecemasan pada kanker servik.

Lampiran 3.Bagan SOP teknik progressive muscle relaxation terhadap tingkat

nyeri dan kecemasan pada kanker servik.

Lampiran 4. Pengembangan SOP teknik progressive muscle relaxation terhadap

tingkat nyeri dan kecemasan pada kanker servik

Lampiran 5. Jadwal literature review

Lampiran 6. Lembar hadir oponen

Lampiran 7. Daftar riwayat hidup

Lampiran 8. Lembar revisian

ix
DAFTAR SINGKATAN

PMR : Progressive Muscle relaxation

SOP ; Standar Operasional Prosedur

HAM-A ; Hamilton anxiety rating scale

SAS ; Self-rating anxiety scale

KEMENKES RI ; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

IASP : International Association For Study of Pain

NRS : Numeric Rating Scale

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker leher rahim adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel

skuamosa. Tanpa memandang usia dan latar belakang, setiap perempuan

berisiko terkena kanker yang disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus

(HPV) (Rivan, 2017). Human papillomavirus (HPV) adalah infeksi virus yang

paling umum pada saluran reproduksi, waktu tertular infeksi bagi wanita dan

pria adalah segera setelah aktif secara seksual. HPV ditularkan secara seksual,

tetapi kontak alat kelamin kulit ke kulit adalah cara penularan yang dikenal

(World Health Organization, 2018).

Kanker servik adalah kanker urutan keempat pada wanita dengan

perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 mewakili 7,5% dari semua

kematian akibat kanker pada wanita. Perkiraan lebih dari 311.000 kematian

akibat kanker serviks setiap tahun, lebih dari 85% diantaranya terjadi di Negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Negara yang berpenghasilan rendah dan

menengah, akses terhadap tindakan pencegahan ini terbatas dan kanker serviks

sering kali tidak teridentifikasi sampai penyakit itu berkembang lebih lanjut

dan gejalanya berkembang selain itu, akses ke pengobatan penyakit stadium

akhir tersebut (misalnya,operasi kanker,radioterapi,dan kemoterapi) mungkin

sangat terbatas yang mengakibatkan tingkat kematian kanker serviks yang

lebih tinggi. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks secara global

6,9/100.000 dapat dikurangi dengan intervensi yang efektif (WHO, 2018).

1
2

Kanker servik menempati urutan kedua setelah kanker payudara yang

paling banyak ditemukan pada wanita di Indonesia. Angka kejadian kanker

serviks sebesar 23,4/100.000 penduduk dengan rata rata kematian 13,9/100.000

penduduk, artinya hampir 50% penderita kanker serviks berakhir dengan

kematian. Terbatasnya akses informasi yang akurat menjadi salah satu

penyebab tingginya kasus kanker serviks di Indonesia. Penyebab lainnya

adalah minimnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini. Akibatnya, sebagian

besar kasus yang ditemukan sudah memasuki tahap stadium lanjut dan

menyebabkan kematian (Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Dampak kanker servik bagi penderita tidak hanya sakit secara fisik, namun

terjangkit virus HPV yang menyebabkan kanker servik dan juga kutil kelamin,

sedangkan ke psikologis yaitu kecemasan. Dukungan psikologis sangat

diperlukan untuk membantu pasien mengatasi status penyakitnya untuk

mengurangi cemas, rasa sakit dan memperkuat status psikologis pada pasien

kanker servik, selain dapat menimbulkan efek dari kemoterapi seperti mual,

muntah, tidak nafsu makan dan rambut rontok (Vinta, 2017). Ada juga

gangguan dalam hal kebutuhan kenyamanan akan dapat memberikan efek

negative pada kesehatan pasien, hal ini sering terjadi gangguan kenyamanan

adalah keluhan nyeri, secara definisi nyeri merupakan pengalamanan seorang

pasien secara sensori dan emosional yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan secara potensial ataupun aktual (Kumar & Elavarasi, 2017).

Intervensi yang diberikan pada pasien kanker servik dapat berupa

farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologis berupa analgesik yang


3

dapat menimbulkan efek samping lain dan mempengaruhi kondisi apabila

diberikan terus-menerus, terapi non-farmakologi salah satunya yaitu teknik

Progressive Muscle Relaxation digunakan untuk menurunkan ketegangan otot

seseorang, prinsip dari terapi adalah melakukan latihan penegangan otot setelah

dilakukan relaksasi otot, terapi ini merupakan menghemat biaya dan bisa

dilakukan dirumah dengan pendampingnya (Butcher et.al, 2018).

Progressive Muscle Relaxation adalah suatu keterampilan yang dapat

dipelajari dan digunakan untuk mengurangi kecemasan atau menghilangkan

ketegangan otot akibat kemoterapi, akan mengalami rasa nyaman tanpa

tergantung pada hal atau subjek di luar dirinya dan menurunkan nyeri (Ekarini,

2019). Keuntungan terapi ini selain mengatasi nyeri mulai dari pengkajian

yaitu lokasi, intensitas, durasi, dan kualitas. Secara proses fisiologis persepsi

subjektif nyeri dari pasien sangat penting yang dimunculkan oleh sistem syaraf

dimana terdiri dari aspek emosional yaitu rasa yang menyakitkan, sikap

terhadap nyeri dan ekpresi dari nyeri (Prihanto, 2020). Teknik relaksasi otot

progresif juga mampu menurunkan kecemasan pasien dikarenakan salah satu

bentuk relaksasi otot secara progresif dengan tanpa ketegangan otot dan

megurangi ketegangan dan parameter fisiologis akan berubah (Dewi & Rasmi,

2017).

Nyeri yang di alami pasien kanker servik berjumlah 25 orang dari 29

orang. Nyeri yang dirasakan nyeri pada bagian perut setelah kemoterapi, nyeri

berupa rasa panas seperti terbakar, kebas dan nyeri yang hebat pada kanker

servik sedangkan mengalami kecemasan 30 orang dari 35 orang (WHO, 2018).


4

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadya, Natosba dan Adhisty pada

tahun 2020, yang berjudul “Pengaruh Progressive Muscle Relaxation sebagai

Penerapan Palliatif Care terhadap Nyeri dan Kecemasan pada Pasien Kanker

Servik” bahwa tingkat kecemasan pada kanker servik sebanyak 35 responden

terdapat 11 orang (31,4%) tingkat kecemasan berat, sebanyak 10 orang

(31,0%) dengan kecemasan sedang, sebanyak 7 orang (20,0%) tingkat

kecemasan ringan , dan 7 orang (20,0%) tidak mengalami tingkat kecemasan.

Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) menurunkan tingkat nyeri

dan kecemasan dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi dalam

menurunkan nyeri dan kecemasan pada kanker servik. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Effendy dan Nisman tahun 2017,

bahwa tingkat nyeri dan kecemasan klien sebelum mendapatkan terapi

progressive muscle relaxation adalah (81,5%) dan setelah terapi menjadi nyeri

sedang (66,7%), nyeri ringan (33,3%) dan tidak nyeri (15,0%).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Natosba et.al tahun 2020,

yang berjudul ”Aplikasi Progressive Muscle Relaxation sebagai upaya reduksi

Nyeri dan Kecemasan Kanker Serviks” menyatakan bahwa nyeri selalu diikuti

gangguan emosi seperti cemas, depresi dan iritasi. Hasil penelitian menyatakan

bahwa skor kecemasan mengalami penurunan bersamaan nyeri dari 45

responden. kecemasan berat 15 orang, kecemasan sedang 20 orang dan

kecemasan ringan 10 orang. Individu yang cemas dan tegang akan

meningkatkan rangsang nyeri, yang dapat dilihat dari teori gate control yaitu

jika modulasi input melewati input nosisepsi, kemudian diblok dan transmisi
5

nosisepsi berhenti atau dihalangi di substansia gelatinosa tanduk dorsal dari

korda spinalis. Setelah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif secara

signifikan mengurangi nyeri dan kecemasan diantara kelompok studi dalam

skala indeks peringkat nyeri dengan menggunakan skala nyeri visual analog

dan skala intensitas nyeri (Ismail & Elgzar, 2018).

Peran perawat bertanggungjawab dalam memberikan asuhan

keperawatan secara profesional, maka dalam memberikan pelayanan atau

asuhannya harus selalu memperhatikan manusia sebagai makhluk yang

holistik, yaitu makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur

biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Seorang perawat maternitas juga

harus menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang komprehensif

melalui proses keperawatan, Asuhan keperawatan pada pasien kanker serviks

juga meliputi pemberian edukasi dan informasi kepada pasien guna untuk

meningkatkan pengetahuan klien dapat mengurangi kecemasan serta

menurunkan nyeri (Aspiani, 2017).

Berdasarkan uraian diatas, melihat tingginya angka kejadian dan dampak

yang ditimbulkan dari kanker servik, kemudian di dukung dari berbagai jurnal

terkait manfaat Teknik Progressive Muscle Relaxation yang dapat diterapkan

sebagai terapi non-farmakologi terhadap pasien kanker serviks, maka penulis

tertarik mengembangkan standar operasional prosedur Teknik Progressive

Muscle Relaxation Terhadap tingkat Nyeri dan Kecemasan pada Pasien Kanker

Servik.
6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan ini adalah “Pentingnya Teknik

Progressive Muscle Relaxation Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri dan

Kecemasan Pada Pasien Kanker Servik”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan SOP teknik

Progressive Muscle Relaxation terhadap penurunan tingkat nyeri dan

kecemasan pada pasien kanker servik.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran penerapan SOP teknik Progressive Muscle

Relaxation (PMR) terhadap penurunan tingkat nyeri dan kecemasan

pada pasien kanker servik.

b. Menentukan langkah langkah yang tepat dalam melakukan teknik

Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap penurunan tingkat

nyeri dan kecemasan pada pasien kanker servik.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Hasil penulisan sop ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan

informasi baru dalam upaya penanganan non farmakologi terhadap tingkat

nyeri dan kecemasan pada pasien kanker serviks dengan teknik Progressive

Muscle Relaxation (PMR).


7

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

a. Sebagai penelitian pendahuluan untuk mengawali penelitian lebih lanjut

tentang pengaruh teknik Progressive Muscle Relaxation (PMR)

Terhadap Tingkat nyeri dan Kecemasan Pada Pasien Kanker Servik.

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian bidang

keperawatan tentang pengaruh teknik Progressive Muscle Relaxation

(PMR) Terhadap Tingkat nyeri dan Kecemasan Pada Pasien Kanker

Servik, serta memberikan konstribusi terhadap pengembangan ilmu

keperawatan.

3. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan dan

acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pengaruh teknik

Progressive Muscle Relaxation terhadapt tingkat nyeri dan kecemasan pada

pasien kanker servik.

4. Bagi penulis

Dengan penyusunan SOP ini penulis mendapatkan pengalaman

mengembangkan SOP pengaruh teknik Progressive Muscle Relaxation

terhadap tingkat nyeri dan kecemasan pada pasien kanker servik.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Maternitas

a. Definisi

Keperawatan maternitas adalah pemberian layanan kesehatan yang

berkualitas dan profesional yang mengidentifikasi, berfokus dan

beradaptasi dengan kebutuhan fisik dan psikososial ibu bersalin, keluarga

dan bayi baru lahir yang menjadikan keluarga sebagai unit dasar dalam

masyarakat yang memiliki fungsi penting dalam melahirkan, mengasuh

anak dan saling mendukung anggota keluarganya (Bopak, 2017).

b. Peran Perawat Maternitas

Peran perawat dalam keperawatan maternitas yaitu: merefleksi kan

tujuan dan nilai yang di laksanakan pada situasi tertentu dan memberikan

pelayanan kepada ibu dan bayi baru lahir (Indriyani & Asmuji, 2018).

1) Care Provider (sebagai pelaksana) yaitu memberikan asuhan

keperawatan baik secara langsung maupun tidak secara langsung dan

sebagai perantara antara ibu hamil dengan tenaga kesehatan

(Wahyuningsih, 2019).

2) Health educator (sebagai pendidik) yaitu perawat memberikan

pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dengan upaya untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan sehingga terjadi

perubahan perilaku yang positif (Setyowati, 2020).

8
9

3) Counselor yaitu peran perawat untuk membantu klien membuat

keputusan guna untuk meningkatkan kesehatan secara menyelutuh

yang diberikan secara objektif dan sitematik (Fauzah, 2020).

4) Manager yaitu untuk mengembangkan sistem pelayanan dan

mengatur pelayanan perawatan maternitas (Apriza dkk, 2020).

5) Rescarcher perawat melakukan sebuah penelitian secara ilmiah dan

mengembangkannya di lingkup maternitas (Wahyudi, 2020).

6) Advocate yaitu perawat mengajarkan dan membantu meningkatkan

kemandirian dan derajat kesehatan serta memberikan edukasi kepada

ibu hamil (Nuraeni, 2017).

2. Konsep Kanker Servik


a. Definisi

Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer)

merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada

organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim

yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)

(Kementiran Kesehatan RI, 2017).

Kanker adalah muncul dari transformasi sel normal menjadi sel

tumor dalam proses multistage yang umumnya berkembang dari lesi

prankanker ke tumor ganas (Diananda, 2018). Kanker adalah penyakit

akibat mutasi sekumpulan gen pada sel tumbuh yang mengatur proses

proses penting yaitu siklus pembelahan sel, pengaturan kematian sel


10

(apoptosis) dan pertahanan kestabilan atau integritas genom(bentuk

jamak dari gen) (Mardiah, 2017).

b. Etiologi

Adapun Etiologi kanker servik Menurut Padila tahun 2017, adalah:

1) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.

Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan

hubungan seksual maka semakin besar kemungkinan mendapat kanker

servik. Menikah pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.

2) Jumlah Kehamilan dan Partus

Kanker servik dijumpai pada wanita yang sering partus. Kehamilan

yang optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan

setelah tiga mempunyai resiko yang meningkat.

3) Jumlah Perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti

pasanganmempunyai faktor resiko yang sangat besar terhadap kanker

serviks.

4) Infeksi Virus Infeksi virus human papiloma (HPV) diduga sebagai

faktor penyebab kanker serviks.

5) Sosial ekonomi

Kanker servik banyak dijumpai pada golongan social ekonomi

rendah. Hal ini disebabkan faktor social ekonomi erat kaitannnya

dengan gizi, imunitas, dan kebersihan perorangan. Pada golongan


11

social ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitasmakanan

kurang, sehingga mempengaruhi imunitas tubuh.

6) Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker. Wanita

perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks

dibandingkan dengan wanita tidak merokok. Penelitian menunjukkan,

lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin danzat-zat

lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan

daya tahanserviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.

Sedangkan pemakaian AKDR akan terpengaruh terhadap servik yaitu

bermula dari adanya erosi servik yangkemudian menjadi infeksi yang

berupa radang yang terus menerus. Hal ini dapat sebagai pencetus

terbentuknya kanker serviks.

7) Riwayat kanker serviks pada keluarga

Bila seorang wanita mempunyai saudara kandung atau ibu yang

mempunyai kanker serviks, maka ia mempunyai kemungkinan 2-3

kali lebih besar untuk juga mempunyaikanker serviks dibandingkan

dengan orang normal. Beberapa peneliti menduga hal ini berhubungan

dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV.


12

c. Tanda dan gejala

Menurut Cohen tahun 2019, gejala kanker leher rahim adalah

sebagai berikut:

1) Keputihan, makin lama makin berbau busuk

2) Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi

perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak

melakukan hubungan seksual

3) Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun

4) Nyeri tulang panggul dan tulang belakang

5) Nyeri disekitar vagina

6) Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

7) Nyeri pada anggota gerak (kaki)

8) Terjadi pembengkakan pada area kaki

9) Sakit waktu hubungan seks

10) Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul

11) Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan

d. Patofisiologi

Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30

tahun. Faktor resiko mayor untuk kanker serviks adalah infeksi Human

Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara seksual. Faktor resiko

lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia

muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status

sosial ekonomi yang rendah dan merokok. Karsinoma sel skuamosa


13

biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa

endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi).

Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya

sel progresif yang berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia

servikal dan karsinoma atau High-grade Squamous Intraepithelial Lesion

(HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma serviks terjadi bila

tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker

servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal.

Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat

dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal

invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum

kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan

pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh

(Bruner & Suddart, 2017).

e. Klasifikasi

Klasifikasi kanker serviks menurut Akbar tahun 2019, sebagai

berikut:

1) Stadium 1: Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks

(penyebaran ke korpus uteri).

2) Stadium I A: Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara

mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau

dengan invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium IB.


14

3) Stadium I A1: Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm

dan lebar horizontal tidak lebih 7 mm.

4) Stadium I B: Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara

mikroskopik lesi lebih dari stadium I A2.

5) Stadium II: Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum

mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina

6) Stadium II A: Tanpa invasi ke parametrium.

7) Stadium II B: Sudah menginvasi ke parametrium.

8) Stadium III: Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau

mengenai sepertiga bawah vagina dan/ atau menyebabkan

hidronefrosis (air) tidak berfungsinya ginjal.

9) Stadium III A: Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina

dan tidak menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul

10) Stadium III B: Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau

menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.

11) Stadium IV: Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi.

12) Stadium IV A: Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau

rectum dan/ atau keluar rongga panggul minor

13) Stadium IV B: Metastasis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma

dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel

tanpa invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan

lesi kanker serviks.


15

f. Pemeriksaan diagnostic kanker servik

Jenis pemeriksaan kanker serviks antara lain:

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara

melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah

memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah

pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak

putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika

tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi

pada serviks(wardani, 2017).

2. Pap smear

Pap smear Merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak

dini munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan

dengan cepat, tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau

serta hasil yang akurat. Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika

wanita tidak sedang masa menstruasi(Ahmad & Mukhlisiana, 2017)

Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari

setelah hari pertama masa menstruasi. Selama dua hari sebelum

pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau

penggunaan pembersih vagina, karena dapat menghilangkan atau

menyembunyikan sel-sel abnormal. apabila pemeriksaan positif yang

berarti terdapat sel sel abnormal maka harus dilakukan pemeriksaan

berupa kalposkopi, yaitu pemeriksaan dengan pembesaran (seperti


16

mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung

permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan

kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan serviks.

Setelah itu, dilakukan biopsi pada lesi-lesi (Wong, 2017).

g. Penatalaksanaan kanker servik

Menurut Binka et.al, tahun 2017, sebagai berikut:

1) Stadium I A Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA

meliputi:

a) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingostomi,

b) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput

lendir serviks dan epitel serta kelenjarnya,

c) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar

getah bening,

d) Terapi radiasi internal.

2) Stadium I B Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB

meliputi:

a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,

b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,

c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening

diikuti terapi radiasi dan kemoterapi,

d) Terapi radiasi dan kemoterapi.


17

3) Stadium II Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II

meliputi:

a) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi

b) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening.

c) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening

diikuti terapi radiasi dan kemoterapi.

4) Stadium II B Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B

meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang diikuti dengan

kemoterapi.

5) Stadium III Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III

meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan

dengan kemoterapi.

6) Stadium IV A Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A

meliputi terapi radiasi internal dan eksternal yang dikombinasikan

dengan kemoterapi.

7) Stadium IV B Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB

meliputi:

a) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi

gejalagejala yang disebabkan oleh kanker dan untuk

meningkatkan kualitas hidup,

b) Kemoterapi.

c) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat

kombinasi.
18

h. Penatalaksanaan non farmakologi

Progressive Muscle Relaxation Pengobatan terhadap keluhan

penderita kanker serviks juga dapat dilakukan dengan terapi

komplementer yang menimbulkan keselarasan tubuh dan pikiran yang

diyakini memfasilitasi penyembuhan fisik dan psikologis yang

menggabungkan latihan nafas dalam, serangkaian seri kontraksi serta

relaksasi otot tertentu, dan distraksi kecemasan pada pasien kanker

Adanya pengaruh yang berdampak positif pada saat pengobatan untuk

menahan rasa sakit dan memberikan rasa lega dari kecemasan (Haryati &

Sitorus, 2017).

3. Konsep Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu

yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang

membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi

ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan, serta bencana yang terjadi

dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan

psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu ansietas atau kecemasan

(Sutejo, 2018).

Kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai oleh afek

negatif dan gejala gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang

mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa

yang akan datang dengan perasaan khawatir (Marhamah, 2018).


19

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak

menyenangkan yang akan menimbulkan atau disertai perubahan

fisiologis dan psikologis (Sari & Batubara, 2017).

b. Etiologi

Menurut Lutfia (2017) etiologi kecemasan adalah :

1) Pengalaman pasien dalam menjalani pengobatan. Pengalaman individu

tentang kemoterapi kurang, maka cenderung mempengaruhi peningkatan

kecemasansaat menghadapi kemoterapi.

2) Tingkat Pendidikan. Seseorang yang berpendidikan kurang, akan

mengalami kecemasan karena ketidaktahuan dan tingkat pemahaman

tentang pengobatan kanker serviks kurang.

3) Tidak ada dukungan keluarga. Hal ini dapat mengganggu psikologis

pasien karena pasien merasa tidak ada keluarga yang empati makan akan

berdampak pada tingkat kecemasan.

4) Kurangnya komunikasi dengan perawat. Pasien kanker serviks dan

perawat membutuhkan komunikasi yang baik, karena pasien

membutuhkan
20

c. Dampak dari kecemasan

Kanker servik selain potensial memberikan penderitaan bersifat

fisik juga memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika gangguan fisik

dimanifestasikan dalam bentuk keluhan nyeri, mual, keputihan hingga

perdarahan sampai komplikasi organ maka gangguan psikis bisa

dimanifestasikan dalam bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan

perasaan tidak berguna. Mengingat dampak kanker serviks diatas maka

penderita kanker serviks membutuhkan dukungan keluarga. Dukungan

keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggota keluarganya yang sakit. Perhatian dari keluarga sangat

membantu pemilihan kesehatan keluarganya (Gakidau et. al, 2017).

Pasien kanker servik yang menjalani kemoterapi mempengaruhi

kemoterapi yang dijalani seperti tidak mau lagi menjalani kemoterapi

karena trauma dengan efek samping pada kemoterapi, seperti nyeri,

penurunan kondisi tubuh yang membuat turunnya Hb sehingga pasien

tidak bisa menjalani kemoterapi dan penerimaan obat terhadap tubuh

yang menyebabkan efek samping yang dialami lebih besar dari yang

seharusnya. Kecemasan dapat memperburuk mual muntah yang

dirasakan setelah kemoterapi sehingga asupan nutrisi menjadi berkurang

dan kadar Hemoglobin dalam darah menurun (Anisa, 2017).


21

d. Tingkat kecemasan

Menurut Nurpeni, dkk (2018) Terdapat tiga tingkat kecemasan, yaitu:

1) Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi

waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Kecemasan sedang

perasaan yang menganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar

berbeda yang menyebabkan agitasi atau gugup. Hal ini

memungkinkan individu untuk memusatkan perhatian pada hal yang

penting dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan tingkat ini

mempersempit lahan persepsi.

3) Kecemasan berat

Dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih fokus pada

sesuatu yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang

lainnya.

4) Panik

Bentuk kecemasan yang terjadi disorganisasi dan dapat

membahayakan dirinya. Kecemasan dapat dikomunikasikan melalui

perilaku individu, seperti tekanan darah yang meningkat, nadi cepat,

mulut kering, menggigil sering kencing dan pening.


22

e. Faktor yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Afiyah (2017)., mengatakan bahwa faktor yang pada terjadinya

kecemasan meliputi :

1) Usia

Prevelensi tingkat kecemasan lebih tinggi pada kelompok usia

termuda dan terendah pada orang dewasa yang lebih tua,

kemungkinan karena lebih banyak gangguan hidup sehari hari pada

pasien kanker yang lebih muda, sementara itu pasien yang lebih tua

mungkin sudah memiliki gangguan fungsi, kognitif dan emosional

yang lebih siap untuk menerima penyakit(Vadebeck, 2017).

2) Jenis kelamin

Pasien kanker wanita menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih

tinggi daripada pria. Konsisten pada tingkat kecemasan yang lebih

tinggi pada populasi wanita sehat secara umum dibandingkan dengan

pria. Perbedaan kelamin mungkin mencerminkn perbedaan dalam

kemauan untuk melaporkan kesusahan tetapi juga bisa timbul karena

wanita cenderung menggunakan pendekatan emosional untuk

mengatasi masalah ini (Simamora, 2018).

3) Status perkawinan

Kanker dapat menyebabkan lebih banyak kesusahan daripada

diagnose lainnya. Pasien yang sudah menikah mengalami kecemasan

daripada pasien yang belum menikah, karena dengan pasangan dapat

berbagai beban emosional, motivasi, memberikan dukungan sosial dan


23

dapat patuh terhadap pengobatan yang meminimalisasi penurunan

fungsional dan meningkatkan kualitas hidup terkait kesehatan

(Hastono, 2017).

4) Status sosial dan ekonomi

Kanker penyebab utama kematian di dunia dengan beban ekonomi

yang relatif berat. Dampak besar terhadap biaya tersebut dilihat dari

biaya perawatan primer ( termasuk perawatan dirumah). Masalah yang

terjadi pada kondisi sosial dan ekonomi akan lebih besar pada

masyarakat kalangan menengah ke bawah(Suwartini, 2019).

5) Tingkat pendidikan

Pendidikan pada umumnya berguna dalam merubah pola pikir,

pola bertingkah laku dan pola pengambilan keputusan. Tingkat

pendidikan seseorang dapat memengaruhi banyaknya pengetahuan

yang dimiliki seorang yang didapatkan melalui proses pendidikan

yang dijalani baik formal maupun nonformal. Tingkat pendidikan

seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap

sesuatu yang datang dari luar. Beberapa menujukkan bahwa tingkat

pendidikan yang lebih tinggi memainkan peran preventif melawan

kecemasan dari masalah penyakit yang dialami(Yuliana & Sukarta,

2018).
24

6) Jenis kanker dan stadium

Kanker paru dan kanker payudara dengan stadium lanjut

melaporkan banyak kecemasan daripada jenis kanker lainnya. Pasien

kanker serviks wanita akan melaporkan lebih banyak kecemasan dan

gejala depresi dibandingkan pria, serta kecemasan dan gejala depresi

akan lebih tinggi bila penyakitnya mengalami metastasis ke organ

tubuh lainnya (Kaplan & saddock, 2017).

f. Gejala kecemasan

Menurut Rihiantoro dan Toro (2018) Gejala kecemasan yaitu:

1) Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang

menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, dan mudah tersinggung.

2) Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat

dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan

gelisah.

3) Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut

ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian

lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi,

mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat

buruk.
25

6) Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang berubah-ubah

sepanjang hari.

7) Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,

kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

8) Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),

penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah, perasaan

ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada,

denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan

detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.

10) Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.

11) Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di

perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar

lembek, kehilangan berat badan, dan sulit buang air besar

(konstipasi).

12) Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan

air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid),

ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.

13) Gejala otonom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,

pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu berdiri/merinding.


26

14) Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, napas

pendek dan cepat, dan muka merah.

g. Penatalaksanaan Kecemasan

1) Penatalaksanaan Farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini

digunakan untuk jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk jangka

panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan

ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti

buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaaces,

2017).

2) Penatalaksanaan non farmakologi

1) Relaksasi

Kecemasan dapat digunakan teknik relaksasi yaitu relaksasi

dengan melakukan pijat/pijatan pada bagian tubuh tertentu dalam

beberapa kali akan membuat peraaan lebih tenang, mendengarkan

musik yang menenangkan, dan menulis catatan harian. Selain itu,

terapi relaksasi lain yang dilakukan dapat berupa meditasi,

relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif

(Siahaan, 2017).

2) Distraksi

Metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara

mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa


27

terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang

menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa

menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit

stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi

yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual

(membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga

dapat menurunkan hormonhormon stressor, mengaktifkan hormon

endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan

perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem

kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan

aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau

lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan,

kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang

lebih baik (Potter & Perry, 2017).

3) Humor

Kemampuan untuk menyerap hal-hal lucu dan tertawa

melenyapkan stres. Hipotesis fisiologis menyatakan bahwa tertawa

melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan perasaan stres

dilenyapkan (Thyas, 2017).

4) Terapi spiritual

Aktivitas yang dapat mempunyai efek positif dalam menurunkan

stres. Praktek seperti berdoa, meditasi atau membaca bahan bacaan


28

keagamaan dapat meningkatkan kemapuan beradaptasi terhadap

gangguan stressor yang dialami (Ardian, 2017).

5) Aromterapi

Minyak essensial yang dinilai dapat membantu mengurangi

bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman

seperti cemas, depresi, nyeri, dan sebagainya (Gillian, & Janca,

2018).

i. Skala pengukuran tingkat kecemasan

1) Hamilton anxiety rating scale (HAM-A)

Kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan

yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala

HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya simptom ada individu yang mengalami kecemasan.

Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0

sampai dengan 4. Menurut skala HARS terdiri dari 14 item

penilaian, meliputi: (Hamilton, 2017).

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan

nilai kategori: 0 = Tidak ada gejala sama sekali

1= Ringan/satu gejala yang ada

2= Sedang/ separuh dari gejala yang ada

3= Berat/ lebih dari setengah

gejala yang ada 4= Sangat

berat/semua gejala ada


29

Penentuan derajat kecemasan dengan menjumlah

nilai skor dan item dengan kriteria hasil:

a) Skor <14= tidak ada kecemasan

b) Skor 14-20= kecemasan ringan

c) Skor 21-27= kecemasan sedang

d) Skor 28-41= kecemasan berat

e) Skor 42-56= panik

2) Zung Self – rating anxiety scale (SAS)

Merupakan teknik pengukuran kecemasan yang dibuat oleh

seorang psikologis dari universitas Duke. Terdiri dari 20 item

pertanyaan yang berisi 4 kategori yaitu gejala kognitif, motorik,

sistem syaraf pusat (Zung, 2017).

4. Konsep Nyeri

a. Definisi

Menurut International Association for the Study of Pain tahun 2017

mendefinisikan nyeri sebagai perasaan dan pengalaman sensoris atau

emosional yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, nyeri selalu bersifat

subjektif karena perasaan nyeri berbeda-beda pada setiap orang dalam hal

skala atau tingkatannya. Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi

bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak,dan menyebabkan

individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.


30

Nyeri berarti perasaan distress, kesakitan atau ketidaknyamanan

yang ditimbulkan dari stimulasi ujung saraf tertentu. Tujuan nyeri

terutama untuk perlindungan, nyeri berperan sebagai suatu sinyal

peringatan dari tubuh terhadap jaringan yang sedang mengalami

kerusakan dan meminta individu untuk meredakan atau menghilangkan

nyeri dari sumber (Rosdahl & Kowalski, 2017).

b. Klasifikasi nyeri

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi

nyeri adalah berdasarkan durasi (akut dan kronik), patofisiologi (nyeri

nosiseptif, nyeri neuropatik) dan etiologi (paska pembedahan, kanker)

(Nanda, 2015).

1) Nyeri berdasarkan durasi

Nyer i berdasarkan durasi terbagi menjadi 2 yaitu nyeri akut

dan nyeri kronis, Nyeri akut terjadi dalam waktu kurang dari 3

bulan yang timbul secara mendadak akibat trauma atau inflamasi,

dan tanda respon simpatis. Nyeri kronik terjadi apabila nyeri lebih

dari 3 bulan, hilang timbul atau terus menerus dan merupakan

tanda respon parasimpatis (Trilaxmi, 2018).

2) Nyeri berdasarkan patofisiologi

a) Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif yaitu nyeri yang dihasilkan oleh

rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan

aktifasi maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf


31

yang bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri) (Machsun,

2018).

b) Nyeri neuropati

Nyeri neuropati yaitu nyeri yang ditimbulkan akibat

kerusakan neural pada saraf perifer maupun pada sistem

saraf pusat yang meliputi jalur saraf aferen sentral dan

perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan

menusuk (Machsun, 2018).

c) Nyeri berdasarkan lokasi

1) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa di permukaan

tubuh (kulit, mukosa).

2) Deep pain, rasa nyeri di bagian organ tubuh

3) Refered pain, nyeri yang disebabkan karena penyakit

organ yang ditransmisikan ke bagian tubuh daerah yang

berbeda, bukan daerah asal nyeri.

4) Central pain, nyeri yang terjadi karena adanya rangsangan

dari sistem saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus

dan lain-lain (Alvianita, 2019).

d) Nyeri berdasarkan etiologi

1) Nyeri akibat kanker dan pembedahan

Nyeri dirasakan oleh pasien yang menderita kanker atau

penyakit yang berhubungan dengan proses patologis,


32

prosedur invasif, toksin-toksin dari pengobatan, infeksi

dan keterbatasan secara fisik (Alvianita, 2019).

c. Faktor yang mempengaruhi nyeri

Reaksi klien terhadap nyeri sangat personal dan memberikan berbagai

variasi terhadap pengalaman nyeri antar individu, Faktor yang

mempengaruhi nyeri antara lain:

1) Tahap perkembangan

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variabel

penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.

Dalam hal ini, anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan

nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi

ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka (Ratih, 2019).

2) Jenis kelamin

Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin

misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan

tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis

dalam situasi yang sama. Padahal secara umum pria dan wanita tidak

berbeda dalam persepsi nyeri, hanya saja terpengaruh oleh

sensitivitas, pengalaman ekspresi, kondisi situasional yang

mempengaruhi dan bagaimana anak menanggapi nyeri (Metha,

2019).
33

3) Lingkungan dan dukungan keluarga

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan, pencahayaan dan

aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat rasa

nyeri. Dukungan keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu

faktor penting yang mempengaruhi persepsi individu. Contoh,

individu yang mengalami nyeri tanpa dukungan dari orang tua atau

teman dekatnya cenderung merasakan nyeri lebih berat daripada

individu yang diberi dukungan (Wulandari, 2020).

4) Pengalaman nyeri sebelumnya

Anak mengidentifikasi nyeri berdasarkan pada pengalaman di

masa lalu. Pengalaman nyeri sebelumnya dan pengendalian nyeri

yang tidak adekuat dapat meningkatkan distress anak selama

prosedur Tindakan (Metha, 2019).

5) Tingkat kognitif

Tingkat kognitif adalah faktor kunci yang mempengaruhi

persepsi nyeri anak. Peningkatan kognitif yang semakin matang akan

mempengaruhi pemahaman anak mengenai nyeri dan dampaknya

serta koping untuk menghilangkan nyeri (Machsun, 2018).

d. Pasien yang mendapatkan obat pereda nyeri (analgesik) yang diberikan

pada saat merasakan nyeri. Sebagian mengatakan obat analgesic

diberikan maksimal dua kali sehari, namun obat analgesik tersebut hanya

dapat memberikan efek pereda nyeri selama 1-2 jam setelah pemberian

obat. Teknik Progressive Muscle Relaxation penatalaksanaan non-


34

farmakologi yang dapat diterapkan pada pemberian minimal 2 kali sehari

selama 15-30 menit (Yastati, 2018).

e. Alat Pengukuran Nyeri

Menurut Hidayat (2016) pada pengukuran nyeri terdapat beberapa

instrumen yang sering digunakan pada saat akan melakukan pengkajian

terhadap nyeri, yaitu:

1) Skala Penilaian Numerik (Numerical Rating Scale/NRS)

Pengukuran ini digunakan untuk mengetahui penilain nyeri

menggunakan skala 0 sampai 10.

Gambar 2.1 Skala Penilaian Numerik (Hidayat, 2017)

a) Skala 0 (tidak nyeri): tidak nyeri, wajah tampak tersenyum,

aktivitas tidak terganggu.

b) Skala 1-3 (nyeri ringan): perut bagian bawah terasa kram,

aktivitas masih dapat dilakukan, komunikasi baik, kontentrasi

baik.

c) Skala 4-6 (nyeri sedang): perut bagian bawah terasa kram,

wajah tampak menyeringai, mendesis, nyeri yang dirasakan

menyebar ke daerah pinggang, penurunan nafsu makan,

aktivitas sebagian terganggu, sulit untuk konsentrasi, tampak


35

memegang bagian yang terasa nyeri, dapat mendeskripsikan

nyeri yang dirasakan.

d) Skala 7-9 (nyeri berat tapi masih dapat terkontrol): perut

bagian bawah terasa kran berat, wajah tampak menyeringai,

menangis, nyeri menyebar dari area pinggang sampai paha,

tidak dapat beraktivitas, respon terhadap perintah terkadang

tidak diikuti, dapat menunjukkan lokasi nyeri yang dirasakan,

mual, tidak nafsu makan.

e) Skala 10 (nyeri sangat berat/tidak dapat terkontrol): perut

bagian bawah terasa kram berat, nyeri menyebar dari daerah

pinggang sampai kaki dan punggung, pusing, mual hingga

muntah, tidak nafsu makan, tubuh lemas, tidak bisa

beraktivitas, tangan tampak mengepal, gigi mengatup,

menjerit terkadang hingga pingsan, tidak mampu

berkomunikasi.

2) Skala Nyeri Wajah

Skala nyeri wajah menggambarkan wajah tersenyum (tidak nyeri),

kemudian meningkat secara bertahap menjadi wajah yang kurang

bahagia, wajah sangat sedih, sampai wajah ketakutan (nyeri berat)

dengan gambar profil kartun.


36

Gambar 2.2 Skala Nyeri Wajah (Kozier, 2017)

Menurut Barus (2018) terdapat beberapa skala atau pengukuran

nyeri, diantaranya:

a) Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

Gambar 2.3 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana (Borus, 2018)

b) Skala Intensitas Nyeri Numerik

Gambar 2.4 Skala Intensitas Nyeri Numerik (Novitasari, 2017).

c) Skala Analog Visual

Gambar 2.5 Skala Analog Visual (Mark, 2017)


Keterangan:

1. Skala 0 tidak nyeri

2. Skala 1-5 nyeri sedang

3. Skala 6-10 nyeri hebat


37

e. Penatalaksanaan nyeri

1) Terapi farmakologis

Terapi farmakologi yang paling umum digunakan dalam tindakan

invasif adalah anastesi topikal atau Eutetic Mixture of Local

Anesthetics (EMLA). Anestesi ini mempermudah tindakan

pemasangan infus dan pengambilan darah, namun EMLA

membutuhkan reaksi waktu paling lama 60 menit. Selain itu terdapat

juga terapi farmakologi lain seperti vapocoolant spray dan liposomal

4% lidokain (Rosyidah, 2016).

2) Terapi non farmakologis

Metode terapi non farmakologi untuk mengatasi nyeri antara lain:

a) Teknik relaksasi yaitu suatu prosedur non farmakologi untuk

memberikan kenyamanan dari ketegangan dan stress. Teknik ini

dapat memberikan kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau

nyeri (Hastono & Suryadi, 2018).

b) Stimulus kutaneus merupakan stimulasi fisik pada kulit yang dapat

mengurangi nyeri seperti kompres (Fatriansari, 2019). kompres

dingin yaitu pemberian terapi nonfarmakologi yang dapat

menimbulkan efek anastesi lokal pada luka tusuk a kibat

pemasangan infus (Handono, 2020).

c) Distraksi merupakan tindakan non farmakologi yang mengalihkan

perhatian dan pikiran anak dari stimulus nyeri (Mertajaya, 2018).


38

5. Konsep Progressive Muscle Relaxation

a. Definisi

Progressive Muscle Relaxation adalah suatu metode yang terdiri

atas peregangan dan relaksasi sekelompok otot serta memfokuskan pada

perasaan rileks (Dewi, 2017).

Progressive Muscle Relaxation adalah suatu terapi relaksasi yang

diberikan kepada klien dengan menegangkan otot otot tertentu dan

kemudian relaksasi untuk mendapatkan perasaan rileks (Lestari, 2017).

b. Tujuan Progressive Muscle Relaxation

Menurut Astuti dan Johan (2020) , bahwa tujuan dari Teknik

Progressive Muscle Relaxation adalah:

1) Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.

2) Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.

3) Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan

tidak memfokus perhatian seperti rileks.

4) Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.

5) Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

6) Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia

ringan, kecemasan,

7) Membangun emosi positif dari emosi negatif.


39

c. Langkah Progressive Muscle Relaxation

Menurut Abbasi et.al,(2018) untuk melakukan relaksasi otot progresif

yaitu:

1) Persiapan

Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang

tenang:

a) Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata

tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau

duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.

b) melepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan

sepatu.

c) melonggarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya

mengikat.

2) Melatih otot tangan

a) Genggam tangan kiri seperti membuat suatu kepalan.

b) membuat kepalan semakin kuat sambil rasakan sensasi

ketegangan yang terjadi.

c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan

rileks yang dialami.

e) melakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.


40

Gambar 2.6 melatih otot tangan (Dermawan, 2017)


3) untuk melatih otot tangan bagian belakang

a) Tekuk kedua jari tangan ke belakang sehingga otot di tangan

bagian belakang dan bawah menegang

b) Jari-jari menghadap ke langit-langit

Gambar 2.7 melatih otot bagian belakang (Agus, 2018)


4) untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas pangkal

lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot

biseps akan menjadi tegang.


41

Gambar 2.8 melatih otot biseps (Wina, 2017)

5) Untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga

menyentuh kedua telinga.

b) Memfokuskan gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di

bahu punggung atas, dan leher.

Gambar 2.9 melatih otot bahu (Gerungan, 2018)


42

6) Untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi, mata, rahang dan

mulut).

a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis

sampai otot terasa kulitnya keriput.

b) menutup mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar

mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.

Gambar 3.0 melemaskan otot-otot wajah (Maryani, 2018)


7) Untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang

a) Katupkan rahang(seperti tersenyum), diikuti dengan menggigit

gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang

Gambar 3.1 mengendurkan ketegangan otot rahang (Masriadi, 2017)


43

8) Untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut

a) Bibir seperti dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan di sekitar mulut.

Gambar 3.2 mengendurkan otot-otot (listinawati, 2018)


9) untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun belakang.

a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru

kemudian otot leher bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa

sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher

dan punggung atas.

Gambar 3.2 merilekskan otot leher bagian depan & belakang (Savitri, 2017)
44

10) untuk melatih otot leher bagian depan.

a) Gerakan membawa kepala ke muka.

b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

Gambar 3.3 melatih otot leher bagian depan (Syatriani, 2018)


11) untuk melatih otot punggung

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

b) Punggung dilengkungkan.

c) codongkan dada kedepan seperti tegak, tahan kondisi tegang

selama 10 detik, kemudian rileks.

d) Saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lurus.


45

Gambar 3.4 melatih otot punggung (Susanti, 2018)


12) untuk melemaskan otot dada

a) Tarik napas untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-

banyaknya.

b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan

di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.

d) mengulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan

antara kondisi tegang dan rileks.

Gambar 3.5 melemaskan otot dada (Rohmah, 2017)


13) untuk melatih otot perut

a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

b) Tahan selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas

c) mengulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

Gambar 3.6 melatih otot perut (Wijaya, 2018)


46

14) untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis)

a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga

ketegangan pindah ke otot betis.

c) Tahan posisi selama 10 detik, lalu dilepas.

d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Gambar 3.7 melatih otot-otot kaki (Hutahean, 2018)


d. Manfaat Progressive Muscle Relaxation

Bahwa gejala mual muntah pada pasien kemoterapi bukan hanya

dipengaruhi oleh pasien kanker yang menjalani kemoterapi yang

diberikan latihan PMR (Progressive Muscle Relaxation) memperlihatkan

adanya peningkatan rata-rata status fungsional. Efektifitas PMR dapat

mengurangi mual, muntah, dan ansietas akibat kemoterapi pada pasien

kanker (Firmana, 2017).

Manfaat dari Progressive Muscle Relaxation diantaranya adalah

untuk menurunkan tegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,

tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik untuk mengurangi

disritmia jantung, kebutuhan oksigen, meningkatkan gelombang otak


47

yang terjadi ketika sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta rileks.

seperti meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi”memperbaiki

kemampuan untuk mengatasi stress; mengatasi insomnia, depresi,

kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan;

membangun emosi positif dan negative” (Kushariyadi 2017).

a. Mekanisme kerja Progressive Muscle Relaxation terhadap kecemasan

Pengelolaan diri didasari pada sistem syaraf simpatis dan para

simpatis. Pada saat seseorang mengalami kecemasan syaraf yang bekerja

lebih dominan yaitu sistem syaraf simpatis, sedangkan keadaan rileks

yang bekerja adalah syaraf para simpatis. Dimana syaraf simpatis dan

para simpatis yang kerjanya saling berlawanan ketika otot otot

dirilekskan dapat menormalkan kembali fungsi fungsi organ tubuh

(Pailak, 2017).

Gerakan Progressive Muscle Relaxation ini menstimulasikan

pengeluaran hormon endorphin yang memberikan rasa bahagia dan

kenyamanan pada tubuh. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat alami

diproduksi di otak dan susunan saraf tulang belakang. Endorphin bekerja

mengikat reseptor yang ada di sistem limbik, sistem limbik yaitu bagian

dari otak yang dikaitkan dengan suasana hati dan emosi. Setelah

dilakukan relaksasi otot progresif dapat membantu tubuhnya menjadi

rileks dan memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik (Afriyanti, 2017).


48

B. Kerangka Konsep

Kanker Servik
Alat Ukur kecemasan: Faktor yang mempengaruhi
1. Hamilton Anxiety kecemasan
Rating Scale (HAM- Post kemoterapi 1. Usia
A) 2. Jenis kelamin
2. Self-rating Anxiety 3. Status perkawinan
Nyeri & Kecemasan
Scale (SAS) 4. Status sosial dan ekonomi
Alat ukur nyeri 5. Tingkat pendidikan
1. Skala Penilaian 6. Jenis kanker dan stadium
Penatalaksanaan non Faktor yang mempengaruhi
Numerik farmakologi nyeri
1. Teknik Progressive 1. Tahap perkembangan
(Numerical) Rating 2. Jenis kelamin
Muscle Relaxation
3. Lingkungan dan dukungan
Scale/NRS)
keluarga
Literature Review Teknik
2. Skala Nyeri Wajah
Progressive Muscle
Relaxation Terhadap
Tingkat
Nyeri&Kecemasan

Pengembangan Standar
Operasional Teknik
Progressive Muscle
Relaxation Terhadap
Tingkat
Nyeri&Kecemasan

Gambar 2.12 Bagan Kerangka Konsep


Sumber : (Barus 2018, Judha,2020, Nurasiah,2019, Ratih, 2019;
Solehati,2018 Wulandari et al, 2020;
BAB III

METODE PENULISAN

A. Metodelogi

Metodelogi yang digunakan dalam pengembangan Standar Operasional

Prosedur tehnik relaksasi otot progresif terhadap tingkat nyeri dan kecemasan

pada pasien kanker serviks ini adalah literature riview. Literature riview yang

digunakan pada penulisan ini digunakan untuk mengindetifikasi langkah-

langkah yang tepat dalam menangani tingkat nyeri dan kecemasan pada pasien

kanker servik dengan tehnik relaksasi otot progresif. Dalam pencarian literature

penulis menggunakan Relaksasi otot progresif, terhadap tingkat kecemasan

pasien kanker serviks (Syambani & Rahmayanti, 2020).

Literature review adalah sebuah metodologi penelitian yang bertujuan

untuk mengumpulkan dan mengambil intisari dari penelitian sebelumnya serta

menganalisis beberapa overview para ahli yang tertulis dalam teks. Literature

riview mempunyai peran sebagai landasan bagi berbagai jenis penelitian karena

hasil literature review memberikan pemahaman tentang perkembangan

pengetahuan, sumber stimulus pembuatan kebijakan, memantik penciptaan ide

baru dan berguna sebagai panduan untuk penelitian bidang tertentu(Ningtyas,

2020).

B. Plan, Do, Study and Act (PDSA)

Metode PDSA adalah cara untuk menguji perubahan yang diterapkan

dalam rangka memastikan jalannya peningkatan mutu yang berkesinambungan,

4 langkah dalam PDSA berfungsi untuk memandu proses berpikir dalam

49
50

memecah tugas menjadi beberapa langkah teknis dan kemudian mengevaluasi

hasilnya, meningkatkannya dan mengujinya kembali (Arini, 2019).

1. Plan

a. Mengumpulkan jurnal jurnal, artikel dan buku terkait Teknik

Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik.

b. Mengidentifikasi jurnal jurnal, artikel dan buku terkait Teknik

Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik.

c. Melakukan analisis jurnal jurnal, artikel dan buku terkait Teknik

Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik.

d. Membuat rencana pengembangan SOP Teknik Progressive Muscle

Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan Kecemasan pada Kanker

Servik.

e. kriteria pasien

1) Usia 35-55 tahun.

2) Mengalami tingkat kecemasan ringan-sedang.

3) Pasien yang tidak mengalami bedres total.

4) Mengalami nyeri akut dan nyeri kronis.


51

2. Do

Penulis mengembangkan standar operasional prosedur yang merupakan

terapi non farmakologi berupa Progressive Muscle Relaxation Terhadap

Tingkat Nyeri dan Kecemasan pada Kanker Servik.

3. Study

a. Penulis akan melakukan Study literature dari jurnal terkait Teknik

Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik.

b. Penulis akan menganalisa hasil pencarian literature riview terkait

Teknik Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik.

c. Penulis akan mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah pada

SOP yang penulis kembangkan.

d. Penulis akan menetapkan langkah-langkah yang tepat saat melakukan

Teknik Progressive Muscle Relaxation menjadi SOP.

4. Act

SOP ini akan dijadikan sebagai panduan dalam terapi non farmakologi

Teknik Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan

Kecemasan pada Kanker Servik agar hasil yang didapatkan menjadi lebih

efektif dan efisien.


52

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil Penulisan Literature Review

Tabel 4.1 Hasil penulisan Literature Review SOP Teknik Progressive


Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan Kecemasan
pada Kanker Servik.
No Judul Penelitian Metode Intervensi Hasil
Penelitian Penelitian
1 Pengaruh Eka Nadya Jenis penelitian Tahap Persiapan Berdasarkan hasil
progressive Rahmania, untuk mengetahui penelitian adanya
1. Memberikan
muscle Jum Nastoba, pengaruh terhadap tingkat
salam teraupetik
relaxation Karolin progressive muscle dan menjelaskan nyeri 10
sebagai Adhisty, relaxation sebagai prosedur dan didapatkan hasil
penerapan (2020). penerapan paliatif tujuan penurunan 5
paliatif care care terhadap nyeri 2. Menyiapkan responden dan
terhadap nyeri dan kecemasan lingkungan yang kecemasan pada 15
dan pasien kanker tenang didapatkan hasil
3. Memvalidasi
kecemasan serviks kondisi pasien penurunan 10
pasien kanker 4. Menjaga privasi responden kanker
servik pasien serviks di RSUP
5. Mencuci tangan Adam Malik
sebelum Medan.
melakukan
tindakan dengan
sabun dan air
mengalir atau
menggunakan
handsanitizer
Tahap Kerja

1. Posisikan pasien
pada posisi
duduk/tidur yang
paling nyaman
2. Instruksikan
pasien
memejamkan
mata
3. Instruksikan
pasien agar
tenang dan
mengendorkan
otot-otot tubuh.
dari ujung kaki

52
53

sampai dengan
otot wajah dan
rasakan rileks
4. instruksikan
kepada pasien
agar menarik
nafas dalam
lewat hidung,
tahan 3 detik lalu
hembuskan lewat
mulut
5. Lakukan selama
kurang lebih 20
menit
Tahap Terminasi

1. Evaluasi
perasaan pasien
2. Lakukan kontrak
pertemuan
selanjutnya
3. Akhiri dengan
salam
2 Pengaruh Pratini, KD, Penelitian ini 1. Peneliti Hasil penelitian pre
relaksasi otot Sulistiowati, menggunakan quasi melakukan test 6,30 dan post
progresif NMD, eksperiment dengan Pengkajian test dengan rata rata
Rumah Singgah
terhadap Suanarta, rancangan pretest terhadap tingkat
Kanker Denpasar
tingkat (2019). and posttest with 2. Peneliti kecemasan 5,27
kecemasan control group untuk melakukan yang artinya
pasien mengetahui dengan terdapat perbedaan
kemoterapi di pengaruh relaksasi pendekatan one yang signifikan
Rumah otot progresif group pre test- penurunan tingkat
Singgah terhdap tingkat post test design kecemasan
without control
Kanker kecemasan pada sedangkan tingkat
grup pada kanker
Denpasar pasien kemoterapi servik nyeri pre test 4,25
di Rumah Singgah 3. Peneliti dan post test 2,29
Kanker Denpasar melakukan dengan rata rata
penelitian ini yang artinya
Teknik penurunan terhadap
pengambilan tingkat nyeri
4. sampel dengan
kanker servik dgn
menggunakan
accidental teknk progressive
sampling. muscle relaxation
Sampel yang
digunakan
sebanyak 23
responden
Instrumen yang
digunakan adalah
lembar observasi
kecemasan HRS.
5. Peneliti
melakukan teknik
54

relaksasi otot
progresif pada
kanker servik
6. Peneliti
melakukan
pengumpulan
data dan
pengolahan data

3. Relaxation Perihanto & Penelitian ini untuk 1. posisi nyaman Berdasarkan


untuk Caecilia titin mengetahui duduk/tidur penelitian yang
menurunkan retnani, pengaruh relaxation 2. Anjurkan klien dilakukan yaitu
untuk menutup teknik progressive
nyeri (VAS) (2020). untuk menurunkan
mata musle relaxation
dan nyeri pada pasien 3. Anjurkan klien tingkat nyeri
kecemasan kanker serviks. untuk relaksasi sebanyak 25 yang
(HARS) semua otot , dilakukan selama15
mulai dari kaki menit dengan
dan relaksasi penurunan 15
wajah responden
4. Nafas melalui pengukuran nyeri
hidung, visual analog scale
hembuskan nafas (VAS) sedangkan
dalam kecemasan
hembuskan satu, sebanyak 8 yang
Lakukan selama dilakukan dengan
20 menit. Sehari waktu 15 menit
5. Ciptakan mengalami
lingkungan yang penurunan
sunyi dan bebas kecemasan 4
dari gangguan responden
menggunakan
HARS
4. Pengaruh Liananda Penelitian ini 1. Anjurkan klien Berdasarkan hasil
progressive Putri & Eka merupakan mengambil terhadap tingkat
muscle Nadya kuantitatif dengan posisi yang nyeri kanker servik
dirasakan paling
relaxation Rahmani, pra eksperimental sebelum diberikan
nyaman, bisa
terhadap (2018). dalam klasifikasi duduk/tidur intervensi sebanyak
tingkat nyeri one goup pretest 2. Pejamkan mata 29 setelah
& kecemasan and posttest design. dengan pelan diberikan
pasien kanker tidak perlu mengalami
serviks di dipaksakan, penurunan 10
RSUP Dr. sehingga tidak respoden sedangkan
ada ketegangan
Mohammad kecemasan sebelum
otot sekitar mata.
Hosein. 3. Kendorkan otot- diberikan intervensi
otot serileks sebanyak 22
mungkin, mulai kemudian setelah
dari kaki, tangan, diberikan 8
dan wajah responden yang
4. Mulai dengan menandakan
bernapas yang
penurunan
lambat dan
wajar, Ulang kecemasan.
55

terus point 4
selama 20-30
menit
5. Observasi skala
nyeri dan
kecemasan
setelah intervensi
6. Ucapkan salam
5. Pengaruh Fitriana, Jum Terdri atas lembar 1. Peneliti Berdasarkan hasil
progressivem Natosba & screening awal melakukan penelitian dengan
uscle Siti Army responden, lembar penjelasan rata rata tingkat
kepada seluruh
relaxation & Lestari, karakteristik nyeri pada
responden
hypnotherapy (2019) responden, lembar mengenai kelompok kontrol
terhadap nyeri observasi prosedur 3,00 sedangkan
& kecemasan pengukuran nyeri & progressive kecemasan
pada pasien kecemasan.. muscle kelompok kontrol
kanker relaxation 42,73 artinya ada
serviks 2. Teknik penurunan nyeri &
pengambilan
kecemasan pada
sampel yang
digunakan adalah kanker setalah
dengan sebanyak diberikan teknik
25 responden. Progressive Muscle
Teknik Relaxation
pengumpulan
data
menggunakan
lembar observasi
kecemasan HRS
Analisa data
menggunakan uji
paired T-test.
3. Peneliti
menjelaskan
kepada
responden
mengenai
prosedur urut-
urutan teknik
progressive
muscle
relaxation
secara langsung.
4. Peneliti
melakukan
pengumpulan
data dan
evaluasi
Berdasarkan
hasil penelitian
karakteristik
dengan rata rata
tingkat nyeri
pada kelompok
56

kontrol 3,00
sedangkan
kecemasan
kelompok
kontrol 42,73
artinya ada
penurunan nyeri
& kecemasan
pada kanker
setalah diberikan
teknik
Progressive
Muscle
Relaxation

2. Pengembangan SOP tindakan tehnik Progressive Muscle Relaxation pada

penderita kanker servik dapat menurunkan nyeri dan kecemasan kanker

servik.

Hasil pengembangan SOP Progressive Muscle Relaxation

Penelusuran SOP dengan literatur review yang penulis peroleh dari

beberapa sumber jurnal, buku, maupun artikel, diperoleh pengembangan SOP

sebagai berikut:
57

Tabel 4.2 SOP Teknik Progressive Muscle Relaxation


Terhadap Tingkat Nyeri & Kecemasan
Pada Kanker Servik
No SOP Rasional

1. Melakukan salam terapeutik Melakukan salam terapeutik, perawat


akan lebih mudah menjalin hubungan
saling percaya dengan klien, sehingga
akan lebih efektif dalam mencapai
tujuan asuhan keperawatan yang telah
diterapkan, memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan pelayanan
keperawatan(Kusomo, 2017; Purnamasari,
2020; Lasmiah, 2020).).

2. Mencuci tangan Mencuci tangan adalah suatu prosedur/


tindakan membersihkan tangan dengan
menggunakan sabun dan air yang
mengalir atau dengan Handrub dengan
antiseptik berbasis alkohol. Langkah ini
bertujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang ada di tangan,
mencegah terjadinya infeksi serta bersih
(Lailasari & Suparno, 2015; Ratna, 2017).

3. Menggunakan masker Sebagai alat bantu untuk melindungi,


mencegah dan mengurangi respon
negatif dari polusi dan kuman di udara
yang dapat mengganggu kesehatan serta
di jadikan sebagai salah satu alat
perlindungan diri (Tantona, 2020, fitri,
2017).

4. Menjelaskan prosedur Agar klien memahami prosedur yang


tindakan akan dilakukan oleh perawat (Noviestari
& Supartini, 2015; Khairani, 2019).
58

5. Memberikan kesempatan Memberikan kesempatan pada klien


klien untuk bertanya atau dalam memilih topik pembicaraan.
menyampaikan sesuatu. Perawat dapat berperan dalam
menslimulasi pasien untuk mengambil
peran dalam membuka pembicaraan
(Amalia, 2018, Hadjam, 2018, &
Kartika2019).

6. Melakukan informed consent Informed consent atau persetujuan


medik adalah persetujuan yang akan
diberikan oleh klien setelah
mendapatkan penjelasan atau informasi
atas tindakan yang akan dilakukan
terhadap klien tersebut. Informed
consent sebagai bentuk infomasi kepada
klien mengenai semua tindakan medis
yang akan dilakukan meskipun
informasi yang akan disampaikan
bersifat eksplisit maupun implisit
(Sulistiyowati, 2016; Mathar, 2018;
Murdiman, 2019).

7. Menjaga privasi klien Agar menjaga kerahasian klien, serta


memberikan ketenangan dan
kenyamanan bagi klien (Pieter, 2017,
Syarif, 2017, & Eka, 2018).

8. Mengukur TTV dan Mengukur TTV klien bertujuan untuk


mengukur tingkat nyeri mendapatkan hasil ukur objektif pada
menggunakan skala VAS dan ketelitian yang optimal serta akan
kecemasan menggunakan menjadi acuan untuk perbandingan
HARS dengan nilai Nyeri setelah diberikan
intervensi. Mengukur TTV dilakukan
sebelum dan setelah intervensi yang
akan diberikan. Pencatatan untuk
pendokumentasian keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan bukti
59

untuk tujuan evaluasi serta


membandingkan dengan hasil akhir nilai
tekanan darah setelah diberikan
intervensi (Asmalinda, Novita &
Setiawati, 2021).

9. Tahap kerja 1. Secara definisi, dapat memberikan


pengaruh pada peningkatan
1. atur posisi pasien pada manajemen jalan napa dan ventilasi,
tempat duduk atau menjaga keselarasan tubuh, serta
tempat tidur nyaman memberikan keamanan (Putri, 2018,
2. redupkan ruangan dan Maryanani, 2017, & Elisa, 2019).
putar musik yang lembut 2. Agar pasien merasa nyaman,tenang,
dengan volume pelan tidak ada ketegangan saat menjalani
3. instruksikan pasien teknik progressive muscle relaxation
menutup mata (Rahmadana,2021;Susilaningsih,
4. anjurkan tarik napas 2019, shute, 2017).
dalam hembuskan 3. Teknik progressive muscle
rileks(3-6x) dan katakan relaxation pada bagian menutup
rileks (saat mata agaruntuk melemaskan otot
mengintruksikan otot wajah (Irmayani, 2018,
pertahankan nada suara Melzack, 2018, & Burke, 2019).
lembut) 4. Teknik napas dalam dalam tubuh
5. mulai proses kontraksi mengalir keluar seiring hembuskan
dan rileksasi otot diringi napas, dan ketenangan akan masuk
tarikan nafas dan saat menghirup nafas(Setiawati,
hembuskan secara 2021, Sari 20 17, & santi, 2018).
perlahan. 5. Rileksasi untuk mengendurkan
a) Wajah, rahang, mulut ketegangan yang dialami oleh otot
(kedipkan mata, dan (Kartika, 2019, Nugraha, 2018, &
kerutkan dahi, wajah Laely, 2017).
lalu rileks). a) Gerakan ini bertujuan untuk
b) Leher (tarik dagu kea melemaskan otot otot diwajah
rah leher lalu rileks) seperti otot dahi, mata, rahang
c) Tangan kanan dan mulut (Setyaningsih, 2018,
(genggam kuat kuat Desen, 2018, & Agung, 2017).
lalu rileks) b) Gerakan ini bertujuan untuk
d) Lengan kanan merileksasikan otot otot leher
(kontraksikan lalu bagian depan maupun belakang
rileks) (Gulo, 2017, Alini,2018 &
e) Tangan kiri (genggam Hernita 2018).
lalu rileks). . c) Gerakan ini bertujuan otot tangan
yang dilakukan menggengam
tangan kanan kemudian
relaksasikan secara perlahan
60

lahan dan rasakan keadaan rileks


(Mubarak, 2018, Indrawati, 2017
& Susanto 2019).
d) Gerakan ini bertujuan untuk
melatih otot otot biseps, otot
biseps adalah otot besar yang
terdapat dibagian atas pangkal
lengan (Jaworska, 2017, Geircha,
2017, Arini, 2019).
e) Gerakan ini bertujuan untuk
melatih otot tangan yang
dilakukan menggenggam tangan
kiri membuat suatu kepalan
(Aden, 2018, Akbar, 2019 &
Putri, 2017).

10. Tahap Terminasi : 1. Penilaian hasil dan proses


1. Melakukan evaluasi sesuai menentukan seberapa jauh
dengan tujuan keberhasilan yang dicapai sebagai
2. perawat mengukur skala dari tindakan dengan tujuan
nyeri VAS dan kecemasan menentukan kesehatan, untuk
HARS setelah melakukan menilai efektifitas, efisiensi, dan
teknik Progressive Muscle produktivitas dari tindakan
Relaxation keperawatan yang telah diberikan
3. Tindakan lanjut: anjurkan (Wijaya 2017, Rantung 2017, &
melalakukan kembali Suparman, 2018)
prosedur jika mengalami 2. Skala nyeri menggunakan visual
ketegangan analog scale dapat digunakan
4. Kontrak waktu yang akan ketidaknyamanan secara verbal,
datang mengevaluasi skala nyeri setelah
5. Melakukan dokumentasi tindakan untuk memastikan apakah
tindakan terjadinya penurunan atau kenaikan
skala nyeri sedangkan kecemasan
HARS merupakan pengukuran
kecemasan yang didasarkan
munculnya symptom pada individu
yang mengalami cemas. (Hawari,
2017; Gemilang, 2018; Masriadi,
2016).
3. Apabila mengalami ketegangan
maka melakukan teknik Teknik
progressive muscle relaxation untuk
melemaskan otot otot agar
kecemasan dan nyeri teratasi
(Yudiyanta, 2015, Inukirana, 2020,
61

& Lasut, 2018).


4. Kontrak ini penting dibuat agar
terdapat kesepakatan antara perawat
dan pasien untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak yang dibuat
termasuk tempat, waktu, dan tujuan
interaksi (Stuart, 2017, Rarung,
2018, & Indah, 2018).
5. Menjaga keselamatan pasien dan
catatan akurat. Dokumentasi yang
akurat memungkinkan untuk
meninjau keberhasilan intervensi
dan identifikasi intervensi lebih
lanjut. (Delves & Yates, 2019).

A. Pembahasan

Kanker servik merupakan penyakit yang ditandai dengan

pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan penyebaran sel yang abnormal,

Nyeri yang paling dirasakan individu dimana sel kanker sudah menyebar

ke jaringan sekitarnya(Herlana,2017). Nyeri apabila tidak diatasi membuat

individu merasakan kesakitan sehingga memperlambat penyembuhan

sedangkan kecemasan bentuk respon emosional yang secara umum

muncul pada saat individu terdiagnosa kanker servik maka reaksinya

penolakan & cemas pada saat individu mengalami penolakan dan merasa

cemas cenderung untuk tidak mudah beradaptasi dengan kondisi

penyakitnya(Mangan,2017).

Teknik Progressive Muscle Relaxation sangat efektif untuk

mengatasi nyeri & kecemasan kanker servik, Progressive Muscle

Relaxation adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan

imajinasi, ketekunan, atau sugesti(Hardoes, 2017). Menurut agus(2017)


62

usia menimbulkan tubuh lebih rentang terserang infeksi. Individu akan

mudah mengalami ketegangan yang dapat menimbulkan nyeri &

kecemasan karena beberapa factor diantarnya( kurangnya mendeteksi dini,

kurangnya informasi dari perawat & kurangnya pemahaman tentang

penyakit tersebut) (Dalimartha, 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmania, Natosba, &

Adhisty (2020), bahwa penelitian yang dilakukan pada kanker servik

setelah dilakukan pemberian Progressive Muscle Relaxation terdapat

penurunan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari sebelum diberikan

teknik Progressive Muscle Relaxation didapatkan 4.20 dalam sehari

kemudian diperoleh hasil setelah pemberian inhalasi aromaterapi lemon

frekuensi mual 3.10 kali dalam sehari. Hasil ini menunjukkan bahwa nyeri

dan kecemasan responden rata-rata sebelum dan sesudah diberikan teknik

Progressive Muscle Relaxation memiliki perbedaan yang signifikan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa diberikan teknik Progressive Muscle

Relaxation mempunyai pengaruh terhadap nyeri dan kecemasan pada

kanker servik.

Hasil penelitian Pratini, Sulistiowati dan Suanarta, 2019. teknik

Progressive Muscle Relaxation menghasilkan impuls yang dikirim lewat

serabut saraf besar yang berada di permukaan kulit, serabut saraf besar ini

akan menutup gerbang sehingga otak tidak menerima pesan nyeri karena

sudah diblokir oleh stimulasi kulit dengan teknik ini, akibatnya persepsi
63

nyeri akan berubah selain meredakan nyeri akan merangsang otot-otot

menjadi rileks.

Hasil penelitian Fitriana, Natosba dan Lestari, 2019 menunjukkan

teknik Progressive Muscle Relaxation efektif untuk menurunkan nyeri dan

kecemasan,terutama pada kanker servik. Berdasarkan lima junal terpilih

sesuai dengan penulisan maka di dapatkan beberapa langkah dalam

pengembangan SOP teknik Progressive Muscle Relaxation untuk

menurunkan Nyeri dan kecemasan menggunakan skala VAS. Skala nyeri

responden 35 orang pada kelompok sebelum diberikan Progressive Muscle

Relaxation pada rata-rata 42.90 dan setelah diberikan Progressive

Muscle Relaxation berpengaruh untuk menurunkan nyeri dan kecemasan

pada kanker servik, hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif

terapi untuk menurunkan nyeri dan kecemasan kanker servik.


64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengembangan standar operasional prosedur

teknik progressive muscle relaxation terhadap tingkat nyeri dan

kecemasan pada pasien kanker serviks antara lain:

1. Pengembangan SOP dapat dikembangkan melalui literature review

dengan 5 jurnal terkait

2. Teknik progressive muscle relaxation mampu menurunkan nyeri dan

kecemasan kanker serviks karena dengan latihan tarik napas dalam

beserta gerakan seperti bahu, tangan, dan kaki maka akan terjadi

perubahan aktifitas motorik sehingga otot otot yang tegang menjadi

lebih rileks pada pasien kanker serviks.

3. Berdasarkan literature review pengembangan SOP teknik progressive

muscle relaxation terhadap tingkat nyeri dan kecemasan pada pasien

kanker serviks terdiri dari 10 langkah.

B. Saran

1. Bagi masyarakat

Diharapkan standar operasional prosedur(SOP) ini dapat digunakan

sebagai non farmakologi.

2. Bagi Perkembangan ilmu keperawatan

Penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan acuan dalam

pengembangan standar operasional prosedur teknik progressive muscle

64
65

relaxation terhadap penurunan tingkat nyeri dan kecemasan pada

pasien kanker serviks.

3. Bagi Pelayanan kesehatan

Melalui penulisan yang telah dilakukan ini, SOP teknik progressive

muscle relaxation terhadap tingkat nyeri dan kecemasan dapat

digunakan dalam menangani nyeri dan kecemasan pada pasien kanker

serviks

4. Bagi institusi

Pengembangan standar operasional prosedur (SOP) ini dapat

dijadikan referensi kepustakaan.


DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, B. Mirzakhany, N.Oshnari LA. Irani A. (2018). The effect of relaxation


techniques on edema, anxiety and depression in post-mastectomy
lymphedema patients undergoing omprehensive decongestive therapy: A
clinical trial.

Afiyah, R, K. (2017). Dukungan keluarga mempengaruhi kemampuan


adaptasi(penerapan model adaptasi roy) pada pasien kanker di yayasan
kanker indonesia cabang jawa timur. Jurnal ilmiah kesehatan.

Afriyanti. (2017). Akne vulgaris pada remaja. Fakultas kedokteran universitas


lampung. Vol 4, 59-65.

Ahmad, Mukhlisiana. (2017). Karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap


smear di RSPAD Gatot Soebroto. Jurnal ilmu kesehatan masyarakat.

Alvianita,E,. (2019). Perbedaan Terapi Guided Imagery dengan Gambar dan


Musik Terhadap Skala Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek (Diploma tesis), Politeknik Kesehatan,
Tanjungkarang.

Ambarwati,N.dan Wardani K. (2017). Efek samping kemoterapi secara fisik


pasien penderita kanker serviks. Jurnal unimus. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anjaswarni, T. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Komunikasi


dalam Keperawatan. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Ann Isaces.(2017). Keperawatan kesehatan jiwa psikiatri. Jakarta.

Annisa,D.F.(2017). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia lansia.


Universitas Negeri Padang (UNP).

Apriani, L. P. (2019). Gambaran asuhan keperawatan pemberian TAK stimulasi


persepsi sesi 1: mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik untuk
mengatasi resiko perilaku kekerasan skizofrenia. Diploma Thesis,
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Denpasar.

Apriza, & Fatmayanti. (2020). Konsep dasar keperawatan maternitas. Jakarta:


Yayasan Kita Menulis.

Ardian, R. (2017). Pengaruh kecemasan terhadap kanker serviks pada wanita.


nuha medika, Yogyakarta.

Astuti, johan. (2020). Asuhan ibu dalam masa kehamilan. Jakarta: Erlangga.
Barus, (2018).Skala Nyeri Persalinan .jurnalOnline.

Binka,C. Doku, D.T., & Asare, K. A,. (2017). Ekspriences of servikal Cancer
pantients in rural Ghana : An Exploratori studi. PLOS ONE.

Brunner & Suddarth. (2017). Keperawatan medikal bedah. Jakarta. EGC

Butcher, H. K. Dochterman, J. M., Wagner, C. M., & Bulechek. (2018). Nursing


Intervention Classification (NIC) (7th ed.; I. Nurjannah, Ed.). Singapore:
Elsevier.

Chrisnawati,Gratika & Aldino, Tutuk. (2019). Aplikasi pengukuran tingkat


kecemasan berdasarkan Skala HARS berbasis android. Jakarta. Jurnal
Teknik Komputer AMIK BSI.

Cohen, A. Jhingran, A., Oaknin dan L,.Denny,( 2019). Cervical kanker. Lancet,
vol 3, 93.

De Paolis,G. Naccarato, A. Cibelli, F.(2019). The effectiveness of progressive


muscle relaxation and interactive guided imagery as a pain-reducing
intervention in advanced cancer patients: A multicentre randomised
controlled non-pharmacological trial. Complementary Therapies in
Clinical Practice, Vol 4.

Dewi A,(2017). Penerapan progressive musle relaxation terhadap tingkat


kecemasan dan nyeri pada kanker serviks. Universitas pendidikan
ganesha.

Dewi, A. P. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada


pasien pra-operasi section caesarea. Naskah publikasi, STIKES bina usada
Bali: Bali

Dewi, R., & Purwaningsih, E. (2017). Pelaksanaan Cuci Tangan Oleh Perawat
Sebelum dan Sesudah Melakukan Tindakan Keperawatan. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Sai Betik, Vol 9, 103-108.

Diananda,R. 2018. Kanker serviks: sebuah peringatan buat wanita. In: Diananda,
R. mengenal seluk beluk kanker. Yogyakarta: katahar.

Elisa,R.S.(2019). Pengaruh media boneka jari kertas terhadap keterampilan


berbicara di kelas rendah, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Ernawati, D. A. (2017). Pemeriksaan Fisik Anak, Modul Skil Lab. Anak Jilid 1:
Universitas Jendral Soedirman.

Fauzah,Siti (2020). Keperawatan maternitas Vol. 2. Jakarta: Prendamedia Group


Ferly J,Ervik M,Lam F,Colombet M,Mery L. Znaor A. (2018). Global Cancer
Observatory: Cancer Today. Lyon, France: International Agency For
Research on Cancer.

Firmana, D. (2017). Keperawatan kemoterapi. Jakarta. Salemba Medika

Fitri, A. R. (2017, Januari 17). Analisis tindakan keperawatan.

Fitrijanah.(2021).Dampak penggunaan media boneka tangan terhadap


kemampuan menyimak cerita siswa TK. Teuku Nyak Arief Lamreung
Aceh Besar, Skripsi, Universitas Islam Negri Ar-Raniry, Banda Aceh.

Hamilton,P. M,. (2017). Dasar dasar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Handono, F. R., Wahyuni, W, & Siswanto, H. (2020). Efektivitas kompres dingin


dan teknik distraksi terhadap nyeri. Jurnal Kesehatan Indra Husada, Vol 8.

Hartono. (2017). Kecemasan pada kanker serviks wanita di RSUP Dr sardijito


Yogyakarta: BPFE.

Haryati, Sitorus, R. (2018). Pengaruh latihan progresif muscle relation terhadap


status fungsional dalam konteks asuhan keperawatan pasien kanker
serviks dengan kemoterapi di RS.dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar.
Jurnal medulla.

Ifan. (2017). Analisa tindakan keperawatan. Jakarta ; Ar-Ruzz Media.

Indriyani Diyan & Asmuji. (2018). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta ;
Ar-Ruzz Media

Inukirana, S. (2019, Feb 22). Ketahui bagaimana cara menilai skala nyeri.

Irmayani, (2018). Pengaruh teknik distraksi terhadap skala nyeri pada tindakan
pemasangan infus di ruang perawatan anak RSUD Syekh Yusuf Gowa.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol 12, 505-508.

Judha, (2020). Pengukuran Nyeri. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kaplan & Sadock, (2017). Buku ajar keperawatan psikiatri klinis. Ed 2. Salemba
medika.

Kementrian Kesehatan RI, (2017). profil kesehatan RI: data penderita kanker
serviks di Indonesia. Jakarta: kementrian kesehatan RI.

Kumar,K.H,. & Elavarasi, P. (2017). Definition of pain and classification of Pain


disorders Journal ofAdvanced Clinical & Research Insights,Vol 3, 87–90.
Kushariyadi. (2017). Terapi modalitas keperawatan pada klien psikogeriatrik.
Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.

Lasut, E., Rarung, M., Suparman, E. (2018). Karakteristik penderita kanker servik
di BLU RSUP Prof. DR.R.D. Kandou. Jurnal e-clinic.

Lee, J.E,. et.,al. (2017). Monochord sounds and progressive muscle relaxation
reduce anxiety and improve relaxation during chemotherapy: A pilot EEG
study.

Lei et al. (2020). HPV Vaccination and the Risk of Invasive Cervical Cancer. N
Engl J Med, Vol 8, 83-90.

Lestari. (2017). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat


kecemasan terhadap pasien preoperasi di ruangan wijaya kusuma. RSUD
DR. Frsoepraptocepu. Jurnal Maternitas Vol. 3.

Machsun,T,.(2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan Meniup


Baling-Baling terhadap Skala Nyeri di Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah. Semarang (Undergraduate Thesis) Universitas
Muhammadiyah Semarang, Vol 4, 95-100.

Makiyah,K.(2019, May 29). Analisa sintesa tindakan keperawatan DOPS.

Marhamah,Q. (2018). Gambaran kecemasan diri siswa siswi di SMPN pada masa
pubertas. Jurnal ilmu keperawatan.

Mawaddah,E.Rusmini,Mardiatun,Ningsih, U.M. (2021). Penerapan konsep


atraumatic care saat pemasangan infus dan venipunktur pada anak. Jurnal
Keperawatan Terpadu, Vol 3, 17-27.

Mertajaya,I.M.(2018). Analisis Intervensi Teknik Distraksi Menonton Kartun


Edukasi Terhadap Skala Nyeri Saat Pengambilan Darah Intravena Di
Ruang Cempaka Anak Rumah Sakit Pelni Jakarta. Jurnal JKFT, Vol. 3,
46-58.

Metha, K.R., Fajar, T. W., Hayati, H. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Reaksi Nyeri Akibat Tindakan Invasif pada Anak yang Dirawat.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Altruistik, Vol. 2, 13-19.

Nandar,S. (2015). Nyeri Secara umum (General Pain) Continouing Neurology


Education 4 Vertigo dan Nyeri. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB
Press).

Ningtyas, (2020). Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. Universita


Muhhamadiyah Semarang.
Nuraini, F. ( 2017). Asuhan Kebidanan Continuity Of Care pada Ny I Masa
Hamil Jenangan Ponorogo.

Nurfatimah. (2019). Peran serta orangtua dan dampak hospitalisasi pada anak usia
3-6 tahun di ruang anak RSUD Poso, Jurnal Bidan Cerdas, Vol 2, 77-83.

Oktiawati, A.,Widodo, Y. P., & Istianah, N. (2020).Pengaruh relaksasi otot


progresif terhdap nyeri & kecemasan kanker. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, Vol 11, 10-17.

Padila. (2017). Asuhan keperawatan maternitas 2. Jogjakarta : Nuha medika.

Pamungkas & Indah, T. (2019). Perbedaan penilaian skala nyeri antara


menggunakan numeric rating scale dan wong baker faces pain rating scale
terhadap manifestasi perilaku nyeri pada pasien bedah anak di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek, Diploma Thesis, Politeknik Tanjungkarang.

Potter dan Perry. (2017). Fundamental keperawatan. Jakarta. EGC.

Pradana, D,A., (2018). Pasien kanker servik di RSUP Dr. H. Adam Malik Medan.
Jurnal fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pratiwi, M. (2019). Hubungan penerapan atraumatic care dengan kecemasan anak


prasekolah saat proses hospitalisasi di RS Royal Prima Jambi. Scientia
Journal, Vol 8, 48-56.

Putri,A.D. (2018). Penggunaan media boneka jari untuk meningkatkan kecerdasan


linguistic anak usia dini kelompok 4-5 tahun di RA Plus Naina Kids Kec.
Medan Area, Skripsi, Universitas Islam Negri, Sumatera Utara.

Raharjo, (2018). Tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang dirawat diruang
ICU RS. Panti Waluyo ; Surakarta. Konseling Psikologi Jurnal Practice
and Reseach.

Rahmadana,A., Semana, A., Nurafriani. (2021). Hubungan peran orangtua dengan


kecemasan pada anak yang dilakukan tindakan invasif. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa & Penelitian Keperawatan, Vol 1, 1-5.

Ratih, N. L. M. D. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Sectio


Caesaria dengan Nyeri Akut di Ruang Drupadi RSUD Sanjiwani Glanyar
(Diploma Tesis), Politeknik Kesehatan, Denpasar.

Ricvan Dana Nindrea, (2017). Prevalensi dan factor yang mempengaruhi lesi
prakanker serviks pada wanita: journal endurance.
Rihiantoro, Toro. (2018). Pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
kecemasan pada pasien pre operasi. Jurnal ilmiah keperawatan sai betik,
Vol 14, 98-105.

Rosyidah,R. (2016). Pengaruh teknik progressive muscle relaxation terhadap


tingkat nyeri & kecemasan di RSUD Dr. Moewardi (Skripsi). Universitas
Kedokteran, Surakarta.

Sari,S.R. (2018). Hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat nyeri


pemasangan infus pada anak prasekolah (3-6 tahun) di rumah sakit. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa & Penelitian Keperawatan, Vol 3, 23-28.

Setyowati. (2020). Peran perawat maternitas pada ibu hamil di masa pandemi
COVID-19.

Simamora irawati ike.(2018). Gambaran tingkat kecemasan keluarga pada pasien


yang dirawat diruang intensif care unit (ICU) dan high care unit (HCU)
rumah sakit sumedang bandung: UNPAD consulting psyschology journal
practice and research.

Solehati, (2018.). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas.


Bandung : PT. Refika Aditama.

Steeds,C.E. (2017). The anatomy and physiology of pain. Surgery (United


Kingdom),Vol 34, 55-59.

Stelzle,D.Tanaka LF,Lee KK, et,al. (2020). pengaruh progressive muscle


relaxation dan logoterapi terhadap perubahan ansietas, depresi,
kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker.
Estimates of the global burden of cervical cancer associated with HIV.
Lancet Glob Health.

Stuart, G. W. (2017). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta.

Suganda, M. W. (2017). Hukum Kedokteran. Bandung: Alfabeta.

Sulastri. (2018). Gambaran kecemasan ibu hamil trimester III. Yogyakarta:


Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Sulistyaningrum,P. H. (2020). Informed consent: persetujuan tindakan kedokteran


dalam pelayanan kesehatan bagi pasien Covid-19. Jurnal Kedokteran, Vol
2, 166-186.

Sutejo, I. R. & Purwandhono, A. (2016). Modul keterampilan klinik dasar blok 6


pemeriksaan fisik dasar dan BLS (3). Fakultas Kedokteran, Uiversitas
Jember.
Suwiyoga, I. K. (2017). Penanganan nyeri pada kanker servik stadium lanjut.
(online). Jurnal studi jender srikandi.

Syambani, Z & Rahmayanti, Mayu. (2020). Panduan penulisan skripsi literature


review. Malang: Universitas Negeri Islam Maulana Malik Ibrahim.

Trilaxmi,I. S, Richard, K. K, Debora , M. P, & Sekplin, A. S. (2018) . Mixed Pain.


Jurnal Sinaps, Vol 1, 59-69.

Ulfa,F.A& Urifah, S. (2017). Penurunan respon maladaptif pada anak prasekolah


menggunakan storytelling book: seri pemasangan infus di RSUD
kabupaten Jombang, Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol 3, 1-6.

Vadebeck,Sheila L, (2017). Buku ajaran keperawatan jiwa. EGC. Jakarta.

Vinta Mayanda. (2017). Hubungan karakteristik wanita dengan kejadian kanker


serviks di RSU Mutia Sari, vol 11 no 1: prodi D4 kebidanan, Riau,
Indonesia.

Wahyudi, I. (2020). Pengalaman perawat menjalani peran danfungsiperawat di


puskesmas Kabupaten Garut. Garut: Jurnal Sahabat Keperawatan,Vol 2,
35-45.

Wahyuningsih,Sri,. (2019). Buku ajar keperawatan meternitas. Jember: KHD


Production.

Wardani, E. K. (2017). Respon fisik dan Psikologi Pasien dengan Kanker Serviks
yang telah mendapat kemoterapi di RSUD Moewardi Surakarta.

Wong, D, L. (2017). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta .

World Health Organization. (2020). Global strategy to accelerate the elimination


of cervical cancer as public health problem.

Wulandari, MSR, Effend, C.Nisma, W, A. (2017). Kualitas hidup nyeri dan


kecemasan pada wanita penderita kanker serviks & kanker ovarium di
RSUP Dr sardijito Yogyakarta: studi komprasi, thesis.
Wulandari,I.S.Setyaningsih, E., & Nurul Afni, A. C. (2020). Teknik relaksasi otot
progresif terhadap tingkat nyeri pada pasien kanker serviks. Jurnal
Keperawatan Aisyiyah, Vol 7, 75-85.

Wulandari,M.Vania,Susilo,Eko,Choiriyyah,Zumrotul.(2020).Hubungan
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan yang Sedang Menjalani
Hospitalisasi di Ruang Aster 6 RSUD Tidar (Tesis). Universitas Ngudi
Waluyo, Magelang.
Yastati, S. C. (2018). Evaluasi penggunaan obat nyeri pada kanker servis rawat
inap di RSUP dr.Sardjito Yogyakarta. Surakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Yudiyanta, Khoirunnisa, N., Novitasari, R. W. (2015). Assesment nyeri. Jurnal


Fakultas Kedokteran, Vol 42, 214-234.

Zung. (2017). A rating instrument for anxiety disorders. USA: psychosomatics.


LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2

Instrumen Penelitian Skala Hars(Hamilton Anxiety Rating Scale)

Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat buruk
- Takut akana
pikiran sendiri
- Mudah tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa tegang
- Lesu
- Tidak bisa
istirahat dengan
tenang
- Mudah terkejut
- Mudah menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada gelap
- Pada orang asing
- Ditinggal sendiri
- Pada binatang besar
- Pada keramaian
lalu lintas
- Pada kerumunan
orang banyak
4 Gangguan tidur
- Susah tidur
- Terbangun malam hari
- Merasa tidak nyenyak
- Bangun dengan lesu
- Banyak mimpi-mimpi
- Mimpi buruk
- Mimpi
yang
menakutka
n
5 Gangguan kecerdasan
- Sulit konsentrasi
- Daya ingat buruk
6 Perasaan depresi
- Hilangnya minat
- Berkurangnya
kesenangan pada hobi
- Merasa sedih
- Bangun dini hari
- Perasaan berubah-
ubah sepanjang hari
7 Gejala somatik (otot)
- Sakit dan nyeri di
otot- otot
- Kaku
- Kedutan otot
- Gigi gemerutuk
- Suara stabil
8 Gejala somatik (sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan kabur
- Muka merah atau
pucat
- Merasa lemah
- Perasaan ditusuk-tusuk
9 Gejala kardiovaskuler
- Takikardia
- Berdebar
- Nyeri di dada
- Denyut nadi mengeras
- Perasaan
lesu/lemas seperti
mau pingsan
- Detak jantung
menghilang
(berhenti sekejap)
10 Gejala respiratori
- Rasa tertekan
atau sempit di
dada
- Perasaan tercekik
- Sering menarik napas
- Napas pendek/sesak
11 Gejala gastrointestinal
- Sulit menelan
- Perut melilit
- Gangguan pecernaan
- Nyeri sebelum
dan sesudah
makan
- Perasaan terbakar
di perut
- Rasa penuh
atau kembung
- Mual
- Buang air besar
lembek
- Kehilangan
berat badan
- Sukar air
besar
(konstipasi)
12 Gejala urogenital
- Sering buang air kecil
- Tidak dapat
menahan air seni
- Menorrhagia
- Ereksi hilang
- Impotensi
13 Gejala otonom
- Mulut kering
- Muka merah
- Mudah berkeringat
- Pusing, sakit kepala
- Bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku
pada wawancara
- Gelisah
- Tidak tenang
- Jari gemetar
- Kerut kening
- Muka tegang
- Tonus otot meningkat
- Napas pendek
dan cepat
- Muka merah
Skor Total
Skor :
0 : Tidak ada
1 : Ringan
2 : Sedang
3 : Berat
4 : Berat sekali

Total Skor :
Kurang dari 14 : tidak ada kecemasan
14-20 : kecemasan ringan
21-40 : kecemasan berat
42-56 : kecemasan berat sekali

Sumber (Christinawati & Aldino, 2019) skala kecemasan.


Sumber: (Sulastri, 2018) relaksasi otot progresif..
Lampiran 3

Instrumen Penelitian Nyeri VAS (Visual Analog Scale)

1. Skala nyeri sebelum diberikan terapi

2. Skala nyeri sesudah diberikan terapi

Skala VAS Interpretasi


0 tidak nyeri
1cm - 3cm Nyeri ringan
4cm - 6cm Nyeri sedang
7cm – 9cm Nyeri berat terkontrol
10cm Nyeri berat tidak terkontrol
Lampiran 4
Bagan Standar Operasional Prosedur Teknik Progressive Muscle Relaxation

Salam Terapeutik

Mencuci Tangan

Menggunakan Masker

Menjelaskan Prosedur Tindakan

Memberikan kesempatan Melakukan


Menjaga Privasi pasien untuk bertanya atau Informed
Klien menyampaikan sesuatu Consent

Mengukur Ttv dan


mengukur tingkat nyeri
menggunakan skala VAS
Redupkan ruangan
dan putar musik
Atur posisi pada tempat yang lembut dengan
duduk/tempat tidur yang volume pelan.
nyaman

Mulai proses Anjurkan tarik napas


kontraksi dan dalam hembuskan
rileksasi otot rileks(3-6x) dan
katakan rileks(saat Instruksikan pasien
diiringi tarikan
menginstrusikan menutup mata
nafas dan
pertahankan nada
hembuskan secara
suara lembut)
perlahan

Nafas secara rileks 3x


gerakan kaki, tangan,
lengan, tungkai, dan
buka mata kembali.
Lampiran 5
Jadwal Literature Review

Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2

Pengajuan Judul

Penyusunan Proposal

Ujian
Proposal

Revisi Proposal

Penyusunan
Hasil
Literature
Review

Sidang Hasil
Revisi Hasil Sidang
Publikasi
Lampiran 6
Catatan dan Masukan
No Catatan & Masukan Ket.
1 Tambahkan data nyeri dan kecemasan
2 Perbaiki typo typo

3 Bahasa asing di miringkan


4 Perbaiki lurus teksnya msh ada yang berantakan
5 Dapus perbaiki
6 Menjorok ke dalam
7 Selaaskan nomornya

8 Halaman dimulai dari latar beakang dibawah tengah tengah

9 Daftar isi bolt/miring

10 Tambahkan plan dengan criteria seperti apa


Lampiran 7
SOP Progressive Muscle Relaxation(Pmr)

PENGERTIAN Progressive Muscle Relaxation(Pmr)


TUJUAN Mengurangi ketegangan otot dan syaraf, mengurangi
tingkat kecemasan klien, bermanfaat untuk penderita
insomnia, dan mengurangi stress dan gangguan tidur.
PERLENGKAPA Tempat tidur
N Tempat duduk
Bantal tipis
PROSEDUR A. Tahap Interaksi
PELAKSAN 1. Menyambut pasien, memberi salam,
AAN dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Menanyakan kesiapan pasien
4. Menjaga privasi pasien
5. Mengawali dengan doa dan mengakhiri
dengan doa
B. Tahap Kerja

a. Persiapan Pasien
1. Membuat kontrak waktu dan tempat
dengan klien sesuai dengan kesepakatan
2. Mempersiapkan perlengkapan dan tempat
pertemuan
3. Menjelaskan pengertian dan tujuan dari
teknik progressive muscle relaxation
4. Posisikan Ibu bersender tempat tidur
atau tempat duduk
5. Bantal tipis diletakkan dibelakang kepala
atau kaki untuk menyangga dan lurus.

C. fase kerja
1. Minta klien untuk melepaskan kacamata dan
jam tangan, melonggarkan ikat pinggang dan
pakaian yang ketat.
2. Mempersilahkan klien duduk dan tenang pada
posisi berbaring ditempat tidur pada posisi
yang nyaman.
3. Menjelaskan PMR mulai dari
pengertian,tujuan,dan proses pelaksanaan yang
terdiri dari prosedur umum.
4. Meminta reponden untuk mempertahankan
mata terbuka selama beberapa menit.
Kemudian secara perlahan menutup mata dan
mempertahankannya tetap tertutup
5. Meminta reponden untuk tarik napas dalam
beberapa kali sebelum memulai latihan dengan
cara nafas dalam secara perlahan lahan melalui
hidung dan hembuskan keluar melalui mulut 1
kali.
6. Melanjutkan dengan 14 gerakan mulai dari otot
tangan belakang, otot bisep, otot bahu, otot
dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut, otot
leher depan dan belakang, otot punggung, otot
dada, otot perut, otot kaki dan paha.
Lampiran 8

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Wuri Handayani
NIRM : 18047
Judul Penelitian :Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Teknik Progressive Muscle Relaxation Terhadap
Tingkat Nyeri Dan Kecemasan Pada Kanker Servik
Pembimbing : Ns. Putri Permata Sari, M.Kep.
No. Tanggal Materi Konsultasi Paraf

1. 17 November Konsul judul KTI, Pengembangan


2020 Standar Operasional Prosedur (SOP)
Teknik Progressive Muscle Relaxation
Terhadap Tingkat Nyeri Dan
Kecemasan Pada Kanker Servik
2. 26 No vember Konsultasi kembali judul proposal lewat
2020 chat,dan lanjutkan mencari jurnal
sebanyak – banyaknya.
3. 2 Desember 2020 Konsul mengenai jurnal yang didapati
dan membuat Bab 1.
Konsultasi bab 1 mengenai latar
4. 18 Februari 2021 belakang, rumusan masalah, manfaat
penelitian dan penulisannya lewat zoom
jam 15.00
5. 27 Mei 2021 memperbaiki latar belakang tambahkan
tanda dan Bab 2 di loker.
6. 2 juni 2021 Bab 2 terkait urutan penulisan, kerangka
konsep, sumber penelitian harus
diperhatikan .
7. 7 juni 2021 Konsul Kembali mengenai perubahan
kerangka konsep lewat chat

8. 11 juni 2021 Konsul bab 2 menyerahkan hasil revisi.


9. 18 Juni 2021 Konsul Bab 3 tentang penulisan Bab 3
harus diperhatikan.
10. 12 Juli 2021
Menyerahkan hasil revisi Bab 3 ke loker

11. 13 Juli 2021 Konsul Perbaikan terkait


penatalaksanaan dan mencari tahun
terbaru
12. 23 Juli 2021 Konsul semua dari Bab 1-3 lewat zoom.

13. 26 Juli 2021 Cek kata demi kata tidak boleh typo,
paragrafnya dan halamannya.
14. 29 Juli 2021 Konsul proposal kti“ instrumen
penelitian siapa dan instrumenya
menggunakan apa?
15. 11 Agustus 2021 Konsul proposal kembali hasil revisi
yang kemaren.
Saran : Acc sidang proposal KTI dan
membuat PPT.
16. 22 September Konsul bab 4 & 5 dan manuskrip,
2021 perbaiki penulisan manuskrip.

17. 01 Oktober 2021 Perbaiki bab 3 bagian metode penelitian,


hasil revisi bab 4 & 5 dan manuskrip.
Saran : Acc sidang hasil Rabu, 05
Oktober 2021.
Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : Wuri Handayani

Tempat Tanggal Lahir : Karang Anyar, 12 November 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl.pedongkelan belakang rt 11/ rw 16 no 67

Alamat Email : wurihaniefah@gmail.com

Pekerjaan : Mahasiswa

Kewarganegaraan : Indonesia

B. Riwayat Pendidikan

Tahun 2006 sampai 2012 : SDN kapuk 06 pagi

Tahun 2012 sampai 2015 : SMP IP. YAKIN

Tahun 2015 sampai 2018 : SMA IP. YAKIN

Tahun 2018 sampai 2021 : Akademi Keperawatan PELNI Jakarta


Lampiran 10
LEMBAR HADIR OPONEN
Nama : Wuri Handayani
NIRM : 18047
NAMA MHS JUDUL DAN
NO HARI/TGL TTD KDP
SIDANG KETERANGAN
1 Senin, 19 Alma Zahra F Pengembangan protokol
April 2021 pemberian terapi tepid
water sponge untuk
menurunkan suhu tubuh
pada anak balita yang
mengalami kejang demam

2 Senin, 19 Dewi Astuti Gambaran Pengembangan


April 2021 Standar Operasional
Prosedur (SOP) pemberian
aroma jars terhadap asupan
nutrisi anak prasekolah
saat hospitalisasi

3. Sabtu, 22 Santi Analisis intervensi


mei 2021 novitasari pemberian rebusan daun
salam untuk menurunkan
kadar asam urat bagi lansia
di rw 03 kelurahan
cengkareng jakarta barat

4. Senin, 26 Novyan Dimas Pengembangan teknik


Juli 2021 Setoadji relaksasi benson yerhadap
kadar gula darah pada
penderita diabetes.
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNIK Progressive Muscle
Relaxation Terhadap Tingkat Nyeri dan Kecemasan pada Kanker Servik

SOP RASIONAL

Melakukan salam terapeutik perawat akan lebih mudah menjalin hubungan


saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang telah diterapkan.(Kusomo,
2017, Purnamasari, 2020, Lasmiah, 2020).).
Mencuci tangan untuk menghilangkan mikroorganisme yang
ada di tangan, mencegah terjadinya infeksi
serta bersih (Lailasari & Suparno, 2015; Ratna,
2017).
Menggunakan masker Sebagai salah satu alat perlindungan diri
(Tantona, 2020, Fitri, 2017)

Menjelaskan prosedur tindakan Agar klien memahami prosedur yang akan


dilakukan (Noviestari & Supartini, 2015;
Khairani, 2019).

Memberikan kesempatan klien untuk bertanya atau Memberikan kesempatan pada klien untuk
menyampaikan sesuatu. bertanya (Amalia, 2018, Dewi, 2018, Kartika,
2019).

Melakukan informed consent Sebagai informasi tindakan medis yang akan


dilakukan (Anjaswarni, 2016, Suwiyoga 2017,
Prandana, 2018).

Menjaga privasi klien Agar menjaga kerahasian klien (Pieter, 2017,


Syarif, 2017, Eka, 2018).

Mengukur TTV dan mengukur tingkat nyeri Mengukur TTV klien bertujuan untuk
menggunakan skala VAS dan kecemasan menggunakan
mendapatkan hasil ukur objektif pada ketelitian
HARS
yang optimalserta akan menjadi acuan untuk
perbandingan dengan nilai Nyeri setelah
diberikan intervensi. Mengukur TTV dilakukan
sebelum dan setelah intervensi yang akan
diberikan. Pencatatan untuk pendokumentasian
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan
bukti untuk tujuan evaluasi serta
membandingkan dengan hasil akhir nilai
tekanna darah setelah diberikan intervensi
(Asmalinda, Novita & Setiawati, 2021).
1. Secara definisi, dapat memberikan
Tahap kerja
pengaruh pada peningkatan manajemen
1. atur posisi pasien pada tempat duduk atau tempat jalan napa dan ventilasi, menjaga
tidur nyaman keselarasan tubuh, serta memberikan
2. redupkan ruangan dan putar musik yang lembut keamanan (Putri, 2018, Maryanani, 2017,
dengan volume pelan & Elisa, 2019).
3. instruksikan pasien menutup mata 2. Agar pasien merasa nyaman,tenang, tidak
4. anjurkan tarik napas dalam hembuskan rileks(3-6x) ada ketegangan saat menjalani teknik
dan katakan rileks (saat mengintruksikan
pertahankan nada suara lembut) progressive muscle relaxation
5. mulai proses kontraksi dan rileksasi otot diringi (Rahmadana,2021;Susilaningsih,2019,
tari- kan nafas dan hembuskan secara perlahan.
A) Wajah, rahang, mulut (kedipkan mata, dan shute,2017).
kerutkan dahi, wajah lalu rileks). 3. Teknik progressive muscle relaxation pada
bagian menutup mata agaruntuk
B) Leher (tarik dagu kea rah leher lalu rileks) melemaskan otot otot wajah (Irmayani,
C) Tangan kanan (genggam kuat kuat lalu rileks) 2018, Melzack, 2018, & Burke, 2019).
4. Teknik napas dalam dalam tubuh mengalir
D) Lengan kanan(kontraksikan lalu rileks) keluar seiring hembuskan napas, dan
ketenangan akan masuk saat menghirup
E) Tangan kiri (genggam lalu rileks). nafas(Setiawati, 2021, Sari 2017, & santi,
2018).
5. Rileksasi untuk mengendurkan ketegangan
yang dialami oleh otot (Kartika, 2019,
Nugraha, 2018, & Laely, 2017).
A) Gerakan ini bertujuan untuk
melemaskan otot otot diwajah seperti
otot dahi, mata, rahang dan mulut
(Setyaningsih, 2018, Desen, 2018, &
Agung, 2017).
B) Gerakan ini bertujuan untuk
merileksasikan otot otot leher bagian
depan maupun belakang (Gulo, 2017,
Alini,2018 & Hernita 2018).
C) Gerakan ini bertujuan otot tangan yang
dilakukan menggengam tangan kanan
kemudian relaksasikan secara perlahan
lahan dan rasakan keadaan rileks
(Mubarak, 2018, Indrawati, 2017 &
Susanto 2019).
D) Gerakan ini bertujuan untuk melatih
otot otot biseps, otot biseps adalah otot
besar yang terdapat dibagian atas
pangkal lengan (Jaworska, 2017,
Geircha, 2017, Arini, 2019).
E) Gerakan ini bertujuan untuk melatih
otot tangan yang dilakukan
menggenggam tangan kiri membuat
suatu kepalan (Aden, 2018, Akbar,
2019 & Putri, 2017).
1. Penilaian hasil dan proses menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai
Tahap Terminasi : sebagai dari tinda- kan dengan tujuan
menentukan kesehatan, untuk menilai
efektifitas, efisiensi, dan produktivitas
dari tindakan keperawatan yang telah
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan diberikan (Wijaya 2017, Rantung 2017, &
2. perawat mengukur skala nyeri VAS dan kecemasan Suparman, 2018)
HARS setelah melakukan teknik Progressive Muscle 2. skala nyeri menggunakan visual analog
Relaxation scale dapat digunakan ketidaknyamanan
3. Tindakan lanjut: anjurkan melalakukan kembali secara verbal, mengevaluasi skala nyeri
prosedur jika mengalami ketegangan setelah tindakan untuk memastikan
4. Kontrak waktu yang akan datang apakah terjadinya penurunan atau
kenaikan skala nyeri sedangkan
5. Melakukan dokumentasi tindakan kecemasan HARS merupakan
pengukuran kecemasan yang didasarkan
munculnya symptom pada individu yang
mengalami cemas. (Hawari, 2017;
Gemilang, 2018; Masriadi, 2016).
3. Apabila mengalami ketegangan maka
melakukan teknik Teknik progressive
muscle relaxation untuk melemaskan otot
otot agar kecemasan dan nyeri teratasi
(Yudiyanta, 2015, Inukirana, 2020, &
Lasut, 2018).
4. Kontrak ini penting dibuat agar terdapat
kesepakatan antara perawat dan pasien
untuk pertemuan berikutnya. Kontrak
yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan
tujuan interaksi (Stuart, 2017, Rarung,
2018, & Indah, 2018).
5. Menjaga keselamatan pasien dan catatan
akurat. Dokumentasi yang akurat
memungkinkan untuk meninjau
keberhasilan intervensi dan identifikasi
intervensi lebih lanjut. (Delves & Yates,
2019).

Nama WURI HANDAYANI


Email wurihaniefah@gmail.com
TTL KARANG ANYAR, 12 NOVEMBER 1999
Quote proses dan niat yang sungguh akan
mencapai suatu Keberhasilan pencapaian
diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai