Anda di halaman 1dari 80

PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA

PENGGUNAAN LEAFLET DAN VIDEO CUCI TANGAN TERHADAP


PERILAKU ANAK SEKOLAH MENCUCI TANGAN

SEPTI RIZKI ARYANTI


NIRM : 17053

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA


JAKARTA
2020
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA
PENGGUNAAN LEAFLET DAN VIDEO CUCI TANGAN TERHADAP
PERILAKU ANAK SEKOLAH MENCUCI TANGAN

KARYA TULIS ILMIAH


Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Ahlimadya Keperawatan
Program D-3 Keperawatan

SEPTI RIZKI ARYANTI


NIRM : 17053

PROGRAM D-3 KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PELNI JAKARTA
JAKARTA
2020
KARYA TULIS ILMIAH
PENGEMBANGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PADA
PENGGUNAAN LEAFLET DAN VIDEO CUCI TANGAN TERHADAP
PERILAKU ANAK SEKOLAH MENCUCI TANGAN

Disusun oleh :

SEPTI RIZKI ARYANTI

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 28 Agustus 2020

Pembimbing Utama Ketua Dewan Penguji

Ns. Elfira Awalia R.,M.Kep.,Sp.Kep.An Ns. Sri Atun, M.Kep.,Sp.Kep.J


NIDN : 03023048305 NIDN : 0315076910

Pembimbing Pendamping

Ns. Susiana Jansen.,M.Kep.,Sp.Kep.An


NIDN : 0301019202

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan pada Program D-3
Keperawatan Akademi Keperawatan PELNI Jakarta
Tanggal 28 Agustus 2020

Ns. Sri Atun Wahyuningsih, M.Kep., Sp.Kep.J.


Ketua Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

i
SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME

Saya yang bertanggung jawab dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan

bahwa Karya Tulis Ilmiah ini, saya susun tanpa tindakan Plagiarisme sesuai

peraturan yang berlaku di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jika dikemudian hari saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya

sepenuhnya akan bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Jakarta, 28 Agustus 2020

Pembuat Pernyataan

Septi Rizki Aryanti

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadiran Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini dengan judul “Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Pada Penggunaan Leaflet Dan Video Cuci Tangan Terhadap Perilaku Anak

Sekolah Mencuci Tangan”. Rangkaian penyusunan Laporan Karya Ilmiah ini

merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar

Ahlimadya Keperawatan di Akademi Keperawatan PELNI Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapat terimakasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak/Ibu/Saudara

yang penulis hormati yaitu :

1. Bapak Ahmad Samdani, SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra Apta

2. Ibu Buntar Handayani, SKp., M.Kep.,MM sebagai Direkrut Akademi

Keperawatan PELNI Jakarta

3. Ns. Elfira Awalia R., M.Kep.,Sp.Kep.An Dosen Pembimbing Utama.

4. Ns. Susiana Jansen, M.Kep.,Sp.Kep.An Dosen Pembimbing Pendamping.

5. Ns. Sri Atun., M.Kep.,Sp.Kep.J sebagai Kaprodi sekaligus Dewan Penguji

Karya Tulis Ilmiah.

6. Kedua orang tua dan kakak saya yang telah memberikan semangat, doa dan

dukungan.

iii
Akhir kata, semoga semua bantuan dan dukunganya yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap

semoga penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu kesehatan khususnya

keperawatan.

Jakarta, 28 Agustus 2020

Septi Rizki Aryanti

iv
ABSTRAK

Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di masyarakat, padahal cuci
tangan bisa memberi kontribusi pada peningkatan status kesehatan masyarakat.
Anak – anak usia sekolah mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya
cuci tangan dalam kehidupan sehari – hari, terutama ketika di lingkungan sekolah.
Cuci tangan merupakan tehnik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan penularan infeksi. Penulisan ini bertujuan untuk mengembangkan
SOP pada penggunaan leaflet dan video cuci tangan terhadap pengetahuan ibu
tentang mencuci tangan dalam upaya pencegahan diare pada anak. Metode
penulisan ini menggunakan literature riview yang terkait dengan SOP pada
penggunaan leaflet dan video cuci tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang
mencuci tangan. Kesimpulan dari hasil yang didapatkan setelah melakukan
literature riview dengan jumlah lima literature riview yang terkait dengan SOP
pada penggunaan leaflet dan video cuci tangan terhadap perilaku anak sekolah
tentang mencuci tangan dapat meningkatkan perilaku anak sekolah tentang
mencuci tangan. Yang dimana media leaflet bisa mempengaruhi dan
meningkatkan perilaku anak sekolah atas kesadaran tentang pentingnya cuci
tangan.
Kata kunci : cuci tangan, media leflet, video, standar oprasional prosedur,
pengetahuan ibu

v
ABSTRACK

Washing hands is often seen as a trivial thing in society, even though washing
hands can contribute to improving the health status of the community. School-age
children have a habit of paying less attention to the need to wash their hands in
their daily life, especially when in a school environment. Hand washing is the
most important basic technique in preventing and controlling transmission of
infection. This writing aims to develop SOPs on the use of hand-washing leaflets
and videos on the knowledge of mothers about washing hands in an effort to
prevent diarrhea in children. This writing method uses a literature review related
to the SOP on the use of hand-washing leaflets and videos on the behavior of
school children about washing hands. The conclusion from the results obtained
after conducting a literature review with a total of five literature reviews related
to SOP on the use of hand-washing leaflets and videos on the behavior of school
children about washing hands can improve the behavior of school children about
washing hands. Which is where the leaflet media can influence and improve the
behavior of school children with the awareness of the importance of washing
hands.

Keywords: hand washing, leaflet media, video, standard operating procedures,


maternal knowledge.

vi
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN PLAGIARISME .......................................................................... ii


ABSTRAK ............................................................................................................................... v
ABSTRACK ............................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBA................................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................... 6
1. Tujuan Khusus ...................................................................................................... 6
2. Tujuan Umum ....................................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 8
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 8
1. Definisi Anak ...................................................................................................... 8
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah ................................................. 9
3. Konsep Tumbuh Kembang................................................................................ 12
4. Konsep Diare ..................................................................................................... 20
5. Konsep Cuci Tangan ......................................................................................... 25
6. Konsep Teori Pendidikan Kesehatan ................................................................ 30
7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi perilaku anak sekolah ........................... 35
8. Peran Perawat Anak .......................................................................................... 36
B. Kerangka Konsep .................................................................................................. 40
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 41
A. Metodologi .......................................................................................................... 41
B. Plan, Do, Study, Act (PDSA) .............................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 43
A. Hasil .................................................................................................................... 43
B. Pembahasan ......................................................................................................... 51

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 56
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 56
B. Saran ...................................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 58

viii
DAFTAR TABEL

1. Table 4.1 Hasil Penelusuran literature riview ……………………… hal 43

2. Table 4.2 Pengembangan SOP pada penggunaan ………………….. hal 49

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil plagiarism
2. Lembar kuesioner perilaku anak sekolah tentang cuci tangan
3. Leaflet 6 tahap mencuci tangan terhadap perilaku anak mencuci tangan

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 6 tahap cuci tangan yang benar ……………………………. hal 29

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah buang air besar yang terjadi pada anak yang

sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari,

disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah.

Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan

terjadi defisit cairan tubuh, maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan

derajat dehidrasi maka diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi,

diare dehidrasi ringan sedang dan diare dehidrasi berat. Pada dehidrasi

berat terjadi defisit cairan sama dengan atau lebih dari 10% berat badan.

Anak dan terutama bayi memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita

dehidrasi dibandingkan orang dewasa (Rudolp, 2011).

Penyakit diare masih menempati peringkat kedua penyebab

kematian pada anak dibawah 5 tahun. Di Indonesia berdasarkan laporan

kesehatan United Nations Children's Fund (Unicef) dan World Health

Organization (WHO) (2011), angka mortality rate untuk diare pada anak–

anak di bawah usia 5 tahun mencapai 41 per 1000 kelahiran hidup dan

jumlah kematiannya mencapai angka 173 per 1000 penduduk. Penyakit

diare pada bayi dan anak balita dibawah 5 tahun bisa sangat berbahaya

karena dapat menyebabkan kematian. Kematian diakibatkan oleh

kekurangan cairan yang banyak keluar bersama tinja. Dehidrasi karena

diare merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan anak.

1
2

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018)

menunjukkan bahwa setiap tahunnya terdapat 25,2% dari kematian balita

di Indonesia disebabkan oleh diare. Berdasarkan Profil Kesehatan

Indonesia (2017), kejadian KLB diare terlihat bahwa angka CFR (Case

Fatality Rate) pada tahun 2011 sebesar 0,40%, sedangkan pada tahun

2012-2017 angka CFR kasus diare masih cukup tinggi yaitu (≥1%).

Cuci tangan sering dianggap sebagai hal yang sepele di

masyarakat, padahal cuci tangan bisa memberi kontribusi pada

peningkatan status kesehatan masyarakat. Anak – anak usia sekolah

mempunyai kebiasaan kurang memperhatikan perlunya cuci tangan dalam

kehidupan sehari – hari, terutama ketika di lingkungan sekolah. Mereka

biasanya langsung makan makanan yang mereka beli di sekitar sekolah

tanpa cuci tangan terlebih dahulu, padahal sebelomnya mereka bermain –

main. Perilaku tersebut tentunya berpengaruh dan dapat memberikan

kontribusi dalam terjadinya penyakit diare. Cuci tangan merupakan tehnik

dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan

infeksi (Sunardi dkk, 2017).

Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu perilaku non-

kesehatan yang berpengaruh terhadap status kesehatan balita. Disebutkan

demikian karena sekitar 19% kematian balita di Indonesia disebabkan

penyakit yang berhubungan dengan diare. Salah satu jalur masuknya virus,

bakteri dan patogen penyebab diare ke makanan. Dengan pola seperti ini,
3

salah satu bentuk perilaku efektif dan efisien dalam upaya pencegahan dan

pencemaran adalah mencuci tangan (Paramita, 2011).

Cuci Tangan Pakai Sabun merupakan kebiasaan yang bermanfaat

untuk membersihkan tangan dari kotoran dan membunuh kuman penyebab

penyakit yang merugikan kesehatan. Mencuci tangan yang baik

membutuhkan beberapa peralatan berikut : sabun antiseptik, air bersih, dan

handuk atau lap bersih. Untuk hasil yang maksimal disarankan untuk

mencuci tangan selama 20-30 detik (Kemenkes RI, 2017).

Mencuci tangan terbukti dapat mencegah penyakit diare dan ISPA

(Infeksi Saluran Pernafasan Atas) yang menjadi penyebab utama kematian

pada anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh

dunia meninggal sebelum mencapai umur 5 tahun karena penyakit tersebut

(Depkes RI. 2011) Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan

perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci

tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air,

sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi

makan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian

diare (Made, 2015).

Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari – jari menggunakan air dan

sabun untuk menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan

salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan

sering kali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan


4

pathogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak

langsung ataupun kontak tidak langsung. Tangan yang bersentuhan

langsung dengan kontoran manusia atau binatang ataupun cairan tubuh

lain, tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan

parasite pada orang lain (Depkes RI, 2015).

Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan perilaku yang sangat

efektif untuk mencegah penyebaran berbagai penyakit menular seperti

diare, ISPA dan Flu Burung. Menurut kajian yang disusun oleh Curtis,

Rabie and Cairncross (2011) didapatkan hasil bahwa perilaku cuci tangan

dapat menurunkan insiden diare hingga 42-47%, menurunkan transmisi

ISPA hingga lebih dari 30%, dan dapat menurunkan 50% insiden flu

burung (Apriany, 2012).

Pendidikan kesehatan mengenai mencuci tangan merupakan upaya

yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak mencuci tangan sejak dini.

Penggunaan metode dan media yang tepat pada ibu dan anak perlu

diperhatikan. Metode demonstrasi merupakan suatu upaya dengan

memperagakan suatu cara agar anak lebih mudah dalam memahami

(Fathurrahman, 2011).

Pendidikan kesehatan dengan menggunakan media video yang

didukung dengan leaflet yang diberikan kepada orang tua yang dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kebiasaan cuci tangan pakai sabun

(CTPS). Tujuan pendidikan kesehatan dengan media video ialah dapat

mengubah perilaku cuci tangan orang tua yang dapat menambah


5

pengetahuan dan manfaat sarana cuci tangan menggunakan sabun

(Qurrotul, 2015).

Perilaku diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman serta

faktor-faktor diluar orang tersebut (lingkungan) baik fisik maupun

nonfisik, kemudian pengalaman dan lingkungan tersebut diketahui,

dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan motivasi,

niat untuk bertindak, dan akhirnya terjadilah perwujudan niat berupa

perilaku (Notoatmodjo, 2010).

Hasil Penelitian oleh Larasati, Susanti dan Prasetyo (2015)

menyatakan bahwa penggunaan media promosi kesehatan video efektif

dalam meningkatkan motivasi kesehatan. Menurut Citerawati (2012)

dimana dengan audio visual cara penyampaian dan penerimaan bahan

pendidikan menjadi lebih mudah karena diketahui 83% pengetahuan

manusia disalurkan melalui penglihatan dan 11% melalui pendengaran.

Sehingga sesorang/individual lebih memahami dan bisa mengingat.

Sehingga penyuluhan menggunakan video promosi cuci tangan yang

diberikan dapat efektif dalam meningkatkan tindakan pencegahan diare

pada anak sekolah (Nanik, 2016).

Berdasarkan latar belakang di atas, melihat tingginya angka

pengetahuan anak sekolah tentang mencuci tangan, kemudian didukung

dari berbagai jurnal yang terkait manfaat mencuci tangan, maka penulis

tertarik untuk mengembangkan SOP pada penggunaan leaflet dan video

cuci tangan terhadap pengetahuan anak sekolah mencuci tangan.


6

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan ini adalah bagaimana

“Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pada penggunaan

leaflet dan video cuci tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang

mencuci tangan”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui SOP pengaruh penggunaan leaflet dan video cuci

tangan terhadap perilaku ibu tentang mencuci tangan.

2. Tujuan Umum

a. Mengembangkan SOP pengaruh penggunaan leaflet dan video cuci

tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang mencuci tangan.

b. Memberikan gambaran tentang SOP penggunaan leaflet dan video

cuci tangan yang benar kepada anak sekolah yang anaknya

mengalami diare.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

SOP pada penggunaan leaflet dan video cuci tangan terhadap perilaku

anak sekolah tentang mencuci tangan.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

a. Sebagai acuan atau panduan dalam memberi pengetahuan terhadap

anak sekolah tentang mencuci tangan.


7

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penulisan

bidang keperawatan tentang memberikan pengetahuan perawat

dalam memberikan pengetahuan kepada anak sekolah tentang

mencuci tangan.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat umum, khususnya pada

anak sekolah yang mengalami penyakit diare untuk mengetahui

tentang mencuci tangan.

4. Bagi perkembangan Teknologi Ilmu Keperawatan

a. Sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada anak sekolah

tentang mencuci tangan dalam pengambilan data penelitian.

b. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan penelitian

bidang keperawatan tentang memberikan informasi kepada anak

sekolah tentang mencuci tangan pada anak dengan diare pada masa

yang akan datang dalam rangka peningkatan ilmu pengetahuan dan

teknologi keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Anak

Seorang anak adalah orang yang berusia 0-18 tahun dan belum

menikah (World Health Organization, 2017). Anak adalah orang yang

berusia 0 sampai dengan belum mencapai 18 tahun dan belum pernah

kawin (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

RI, 2013).

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentan

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari bayi (0-1 tahun) usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), prasekolah

(2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun).

Anak memiliki rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan

yaitu cepat dan lambat (Alimul, 2011).

Masa anak sekolah merupakan masa keemasan (golden age)

dimana stimulasi seluruh aspek perkembangan berperan penting untuk

tugas perkembangan selanjutnya dimana 80 % perkembangan kognitif

anak telah tercapai pada usia prasekolah (Apriana, 2011).

8
9

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Sekolah

a. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan dan perkembangan manusia mencakup

berbagai aspek yang dalam hal ini penulis membaginya menjadi

dua yaitu aspek fisik dan non- fisik. Perkembangan pada aspek fi

sik manusia terdiri dari perkembangan tinggi badan, berat badan,

motorik (otot dan syaraf) dan perkembangan otak, sedangkan

perkembangan non-fisik manusia terdiri dari perkembangan

kognitif, sosio- emosional, dan perkembangan bahasa.

Perkembangan fisik dan non-fisik manusia memiliki perbedaan

disetiap individunya. Pekembangan salah satu individu bisa saja

lebih cepat dan lebih baik dari pada perkembangan

individu lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut terjadi karena

adanya faktor usia, faktor genetika, faktor makanan dan faktor

lingkungan

Berat badan meningkat 2 – 3 kg/tahun, tinggi badan meningkat 6 –

7 cm/tahun (Dian Andesta, 2018).

b. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial yaitu anak memiliki personality

yang baik, memiliki keberanian, kooperatif, mampu menerima

pendapat dan kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain. Jika

anak memilik perkembangan psikososial yang kurang baik atau

meyimpang, anak akan memiliki sifat negatif seperti tidak percaya


10

diri, mengasingkan diri dan merasa rendah diri. Faktor yang dapat

mempengaruh perkembangan psikososial antara lain stimulasi,

komunikasi ibu dan anak, status kesehatan, lingkungan dan

kelompok teman sebaya (Soetjiningsih, 2014).

c. Perkembangan Kongnitif

Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan

yang sangat komprehensif yaitu berkaitan dengan kemampuan

berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal,

memecahkan masalah-masalah nyata, beride dan kreatifitas.

Perkembangan kognitif memberikan pengaruh terhadap

perkembangan mental dan emosional

anak serta kemampuan berbahasa. Sikap dan tindakan anak juga

berkaitan dengan kemampuan berfikir anak (Dian Andesta, 2018).

d. Perkembangan Moral dan Spiritual

Standar moral anak adalah standar moral orang tua mereka

dan orang dewasa lain yang memengaruhi mereka, tidak selalu

menjadi standar moral diri mereka sendiri. Ketika perkembangan

moral anak mengalami kemajuan, mereka akan belajar cara

menangani perasaan marah (Kyle & Carman, 2012).

e. Perkembangan Keterampilan Motorik

Pada usia sekolah, perkembangan motorik anak lebih halus,

lebih sempurna, dan terkoordinasi dengan baik, seiring dengan

bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Anak-anak terlihat


11

sudah mampu mengontrol dan mengoordinasikan gerakan anggota

tubuhnya seperti menggerakkan tangan dan kaki dengan baik. Otot-

otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat, sehingga berbagai

aktivitas fisik seperti menendang, melompat, melempar,

menangkap dan berlari dapat dilakukan secara lebih akurat dan

cepat. Di samping itu, anak juga semakin mampu menjaga

keseimbangan badannya. Penguasaan badan, seperti membongkok

melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah

raga berkembang pesat. Mereka juga mulai memperlihatkan

gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan

untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau

memainkan instrumen musik tertentu (Hascita Istiqomah, 2019)

f. Perkembangan Komunikasi dan Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

seseorang dalam pergaulannya atau berhubungan dengan orang

lain. Bahasa merupakan alat pergaulan. Penggunaan bahasa

menjadi efektif sejak seorang indivu berkomunikasi dengan orang

lain. Pada perkembangan bahasanya dimulai dengan meniru suara

atau bunyi tanpa arti dan diikuti

dengan ucapan satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat

sederhana, dan seterusnya. Dengan menggunakan bahasa inilah

anak berhubungan sosial dengan tingkat perilaku sosialnya (Safri

Mardison, 2016).
12

3. Konsep Tumbuh Kembang

Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak

pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel

– sel serta bertambahnya jaringan intraseluler, sedangkan yang

dimaksud dengan kembang atau berkembang adalah proses

pematangan fungsi atau organ tubuh termasuk perkembangan

kemampuan mental dan kecerdasan serta prilaku anak (Ridha, 2017).

Pada kenyataannya tubuh kembang secara eksplitsit bisa dipisahkan

satu sama lain, proses tumbuh kembang ini berlangsung sejak awal

pembuahan (konsepsi) sampai akhir masa remaja dengan melewati

masa – masa atau periode prental, bayi baru lahir, prasekolah, sekolah

dini dan remaja (Ridha, 2017).

Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat

ditentukan oleh masa atau waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat

(2008) secara umum terdiri atas masa prenatal dan masa postnatal:

a. Masa prenatal masa prenatal terdiri atas dua fase yaitu fase embrio

dan fase fetus. Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali

mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi

perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu organisme dan

terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu

hingga kelahiran, sedangkan minggu ke 12 sampai ke 40 terjadi

peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan


13

berat badan terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan

subkutan dan jaringan otot.

b. Masa postnatal terdiri atas masa neonates, masa bayi, masa usia

prasekolah, masa sekolah, dan masa remaja.

c. Masa Neonates

Pertumbuhan dan perkembangan postnatal setelah lahir diawali

dengan masa neonates (0 – 28hari). Pada masa ini terjadi

kehidupan yang baru di dalam ekstrauteri yaitu adanya proses

adaptasi semua system organ tubuh.

1) Masa Bayi (0 – 12 Bulan)

a) Umur 1 Bulan

Fisik : berat badan akan meningkat 150 – 200 gr/mg, tinggi

badan meningkat 2,5 cm/bulan, lingkar kepala meningkat

1,5 cm/bulan. Besarnya kenaikan seperti ini akan

berlangsung sampai bayi umur 6 bulan.

Motorik : bayi akan mulai berusaha untuk mengangkat

kepala dengan dibantu oleh orang tua, tubuh

ditengkurepkan, kepala menoleh ke kiri ataupun kekanan,

reflek menghisap, menelan, menggenggam sudah mulai

positif.

Sensori : mata mengikuti sinar ke tengah

Sosialisasi : bayi sudah mulai tersenyum pada orang yang

ada disekitarnya.
14

b) Umur 2 – 3 bulan

Fisik : fontanel posterior sudah menutup

Motorik : mengangkat kepala, dada dan berusaha untuk

menahannya sendiri dengan tangan, memasukkan tangan ke

mulut, mulai berusaha untuk meraih benda – benda yang

menarik yang ada disekitarnya, bisa didudukan dengan

posisi punggung disokong, mulai asik bermain sediri

dengan tangan dan jarinya.

Sensori : mulai tertawa pada seseorang, senang jika tertawa

keras, menangis sudah mulai berkurang.

c) Umur 4 – 5 bulan

Fisik : berat badan menjadi dua kali dari berat badan lahir,

mengeluarkan air liur karna tidak adanya koordinasi

menelan saliva.

Motorik : jika didudukan kepala sudah bisa seimbang dan

punggung sudah mulai kuat, bila ditengkurapkan sudah bisa

mulai miring dan kepala sudah bisa tegak lurus, reflek

primitive sudah mulai hilang, berusaha meraih benda

sekitar dengan tangannya.

Sensori : sudah bisa mengenal orang – orang yang sering

berada didekatnya, akomodasi mata positif.

Sosialisasi : senang jika berinteraksi dengan orang lain

walaupun belom pernah melihatnya/dikenalnya, sudah bisa


15

mengeluarkan suara pertanda tidak senang bila

mainannya/benda miliknya diambil oleh orang lain.

d) Usia 6 – 7 bulan

Fisik : berat badan meningkat 90 – 150 gram/minggu,

tinggi badan meningkat 1,25 cm/bulan, lingkar kepala

meningkat 0,5 cm/bulan, besarnya kenaikan seperti ini akan

langsung sampai bayi berusia 12 bulan, gigi mulai tumbuh.

Motorik : bayi sudah bisa membalikkan badan sendiri,

memindahkan anggota badan dari tangan yang satu ke

tangan yang lainnya, mengambil mainan dengan tangannya,

senang memasukkan kaki ke mulut, sudah mulai bisa

memasukan makanan ke mulut sendiri.

Sosialisasi : sudah dapat membedakan orang yang

dikenalnya dengan yang tidak dikenalnya.

e) Umur 8 – 9 bulan

Fisik : sudah bisa duduk dengan sendirinya, koordinasi

tangan kemulut sangat sering, bayi mulai tengkurap sendiri

dan mulai belajar untuk merangkak, sudah bisa mengambil

benda dengan menggunakan jari – jarinya.

Sensori : bayi tertarik dengan benda – benda kecil yang ada

disekitarnya.

Sosialisasi : bayi mengalami stranger anxiety/merasa cemas

terhadap hal – hal yang belom dikenalnya (orang asing)


16

sehingga dia akan menangis dan mendorong serta meronta

– ronta, merangkul/memeluk orang yang dicintainya, jika

dimarahi dia sudah bisa memberikan reaksi menangis dan

tidak senang, mulai mengulang kata – kata „dada…dada”

tetapi belom punya arti.

f) Umur 10 – 12 bulan

Fisik : berat badan 3 kali berat badan waktu lahir, gigi

bagian atas dan bawah sudah tumbuh.

Motorik : sudah mulai belajar berdiri tetapi tidak bertahan

lama, belajar berjalan dengan bantuan, sudah bisa berdiri

dan duduk sendiri, mulai belajar akan dengan menggunakan

sendok akan tetapi lebih senang menggunakan tangan,

mulai senang mencoret – coret kertas.

Sensoris : visual aculty 20 – 50 positif, sudah dapat

membedakan bentuk

Sosialisasi : emosi positif, cemburu, marah, lebih senang

pada lingkungan yang sudah diketahuinya, merasa takut

pada situasi yang asing, mulai mengerti akan perintah

sederhana, sudah mengerti namanya sendiri, sudah dapat

menyebutkan mamah papa.


17

2) Masa Toddler (BATITA) (1 – 3 tahun)

a) Umur 15 Bulan

Motoric kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan

orang lain.

Motoric halus : sudah bisa memegangi cangkir,

memasukkan jari kelubang, membuka kotak, melempar

benda.

b) Umur 18 bulan

Motorik kasar : mulai berlari tetapi masih sering jatuh,

menarik – narik mainan, mulai seneng naik tangga tetapi

masih dengan bantuan.

Motorik halus : sudah bisa makan dengan menggunakan

sendok, bisa membuka halaman buku, belajar menyusun

balok – balok.

c) Umur 24 bulan

Motorik kasar : berlari sudah baik, dapat naik tangga

sendiri dengan kedua kaki tiap tahap.

Motorik halus : sudah bisa membuka pintu, membuka

kunci, menggunting sederhana, minum dengan

menggunakan gelas atau cangkir, sudah dapat

menggunakan sendok dengan baik.


18

d) Umur 36 bulan

Motorik kasar : sudah bisa naik turun tangga tanpa bantuan,

memakai baju dengan bantuan, mulai bisa naik sepeda roda

tiga.

Motorik halus : bisa menggambarkan lingkaran, mencuci

tangannya sendiri, menggosok gigi.

3) Tumbuh kembang Pra Sekolah (4 – 5 tahun)

a) Usia 4 tahun

Motorik kasar : bejalan berjinjit, melompat, melompat

dengan satu kaki, menangkap bola dan melemparkannya

dari atas kepala.

Motorik halus : sudah bisa menggunakan gunting dengan

lancer, sudah bisa menggambarkan kotak, menggambarkan

garis vertical maupun horizontal, belajar membuka dan

memasang kancing baju.

b) Usia 5 Tahun

Motorik kasar : berjalan mundur sambil berjinjit, sudah

dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah

dapat melompat dengan kaki secara bergantian.

Motorik halus : menulis dengan angka – angka, menulis

dengan huruf, menulis dengan kata – kata, belajar menulis

nama, belajar mengikat tali sepatu.


19

4) Tumbuh kembang Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Motorik : lebih mampu menggunakan otot – otot kasar dari

pada otot – otot halus. Misalnya loncat tali, badminton, bola

volley, pada akhirnya masa sekolah motoric halus lebih

berkurang, anak laki – laki lebih aktif dari pada anak

perempuan.

Sosial emosional : mencari lingkungan yang lebih luas

sehingga cenderung sering pergi dari rumah hanya untuk

bermain dengan teman, saat ini sekolah sangat berperan untuk

membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi

dengan orang lain selain keluarganya, sehingga peran guru

sangatlah besar.

Pertumbuhan fisik : berat badan meningkat 2 – 3 kg/tahun,

tinggi badan meningkat 6 – 7 cm/tahun.

5) Tumbuh kembang remaja (13 – 21 tahun)

Pertumbuhan fisik : merupakan tahap pertumbuhan yang sangat

pesat, tinggi badan 25%, berat badan 50%, semua system tubuh

berubah dan yang paling banyak perubahan adalah system

endokrin, bagian – bagian tubuh tertentu memanjang seperti

tangan, kaki, proposi tubuh memanjang.

Social emosional : kemampuan akan sosialisasi meningkat,

relasasi dengan teman wanita/pria akan tetapi lebih penting

dengan teman sejenis, penampilan fisik remaja sangat penting


20

karena mereka supaya diterima oleh kawan dan disamping itu

pula persepsi terhadap badannya akanmempengaruhi konsep

dirinya, peranan orang tua/keluarga sudah tidak begitu penting

tetapi sudah mulai beralih pada teman sebaya.

4. Konsep Diare

a. Pengertian

Diare adalah infeksi saluran pencernaan di sebabkan oleh

berbagai enteropatogen, termasuk bakteri, virus, dan parasite

(Kiegmen, 2012).

Diare akut adalah peningkatan frekuensi defekasi dan

kandungan air pada tinja yang berlangsung selama 5 – 7 hari

(William, 2005).

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlangsung yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih

buang air besar dengan bentuk tinja encer atau cair (Suriadi & Ita,

2010).

b. Etiologi

Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh

bakteri, parasite maupun virus. Penyebab lain adalah vaksin dan

obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama,

kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai

kondisi lain (Ridha, 2014).


21

1) Infeksi bakteri : vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella,

campylobacteri, yershinia, dan lain – lain.

2) Infeksi virus : enterovirus, (virus ECHO, coxsackaie,

campylobacter, yershinia, dan lain – lain.

3) Infeksi parasite : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika,

gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (candida albicans)

4) Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media

akut (OMA), trosilitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia,

ecetalitis (Ridha, 2014).

c. Manifestasi Klinik

Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami

muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare.

Terjadinya hipovolemik harus dihindari. Kekeurangan cairan

menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi

menonjol, turgor kulit menurun, serta suara mejadi serak.

Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan

menyebabkan frekuensi pernapasan lebih cepat dan dalam

(pernapasan kusmaul) (Ridha, 2014).

Menurut Sujono (2010), bila terjadi renjatan hipovolemik

berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit). Tekanan

darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat,

ujung – ujung ekstremitas dingin, kadang sianosis. Kekurangan

kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun


22

sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera

diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut. Secara

klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :

1) Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.

2) Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang –

kadang darah.

Menurut Sujono, 2010 Akibat diare dalam jangka panjang adalah :

1) Dehidrasi

2) Asidosis metabolic

3) Gangguan gizi akibat muntah dan BAB terus menerus

4) Hipoglikemia

5) Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga

terjadi syock

Menurut Sujono, 2010 Adapun derajat dari dehidrasi adalah :

1) Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5%

2) Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5 – 5%

3) Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5 – 10%

4) Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10%

d. Komplikasi

Menurut Marni dan Raharjo (2012) sebagai akibat

kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi

berbagai macam komplikasi seperti :


23

1) Dehidrasi ada dehidrasi ringan, sedang, berat, hipotonik,

isotonic, hipertonik

2) Syok hipovolemik

3) Hypokalemia (dengan gejala materorismus, hipotoni otot,

lemah, bradikardia perubahan pada elektrokardiogram)

4) Hipoglikemia

5) Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisienzi enzim

laktosa karena kerusakan vili mukosa usus halus

6) Kejang, terutama pada dehidrasi hipotonik

7) Malnutrisi energy protein karena selain diare dan muntah juga

mengalami kelaparan

e. Cara pencegahan infeksi diare

Menurut Nurul, 2016:

Tindakan:

1) Pemberian ASI eksklusif

Berikan Asi secara sering setiap pagi, siang dan malam untuk

menghindari dehidrasi pada bayi.

2) Pemberian makan bergizi

Pastikan anak diberikan makanan yang mengandung unsur

karbohidrat, protein, lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh

tubuh.
24

3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

Pastikan anak sebelum makan untuk mencuci tangan bila anak

tidak mencuci tangan akan ada bakteri yang masuk kedalam

makanan dan dapat menyebabkan diare.

4) Menjaga kebersihan lingkungan

Sebaiknya setiap 2x sehari lingkungan rumah seperti ruang

tamu,kamar, dan tempat bermain anak di bersihkan untuk

menghindari terjadinya diare.

5) Penyediaan air minum bersih

Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan standar di

lingkungan tempat tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih,

bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa.

6) Masak makanan hingga matang

Pastikan makanan dimasak sampai matang, terutama daging,

unggas, telur dan makanan laut.

f. Faktor – Faktor yang mempengaruhi diare

Menurut Utami, 2016 faktor yang mempengaruhi diare:

1) Faktor Lingkungan

Diare dapat terjadi karena seseorang tidak memerhatikan

kebersihan lingkungan dan menganggap bahwa masalah

kebersihan adalah masalah biasa. Kebersihan lingkungan

merupakan kondisi lingkungan yang optimum sehingga dapat


25

memberikan pengaruh positif terhadap status kesehatan yang

baik.

2) Faktor perilaku

Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah buang air besar

merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak,

terutama ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi

anaknya, maka makanan tersebut dapat terkontaminasi oleh

kuman sehingga dapat menyebabkan diare.

3) Faktor sosiodemograf

Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian

diare pada anak yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta

umur anak.Jenjang pendidikan memegang peranan yang cukup

penting dalam kesehatan masyarakat.Pendidikan seseorang

yang tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan

informasi, baik dari orang lain maupun media masa.

Banyaknya informasi yang masuk akan membuat pengetahuan

tentang penyakit diare semakin bertambah.

5. Konsep Cuci Tangan

a. Pengertian Cuci Tangan

Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu

secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai

sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran dan


26

debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah

mikroorganisme sementara (Dahlan & Umrah, 2013).

Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga

berkontrubusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti

infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Mencuci tangan

dengan sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI,

2011).

Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari

penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci

tangan secara teratur perlu dilatih pada anak. Jika sudah terbiasa

mencuci tangan sehabis bermain atau ketika akan makan

diharapkan kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua

(Samsuridjal, 2011).

b. Manfaat Cuci Tangan

Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan

selama 20 detik yaitu sebagai berikut:

1) Mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular

lainnya

2) Mencegah tertular penyakit serius seperti hepatitis A,

meningitis

3) Menurunakan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan.


27

c. Waktu untuk cuci tangan

Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan

setelah beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk

mencuci tangan memakai sabun menurut Ana (2015).

1) Sebelum dan sesudah makan

Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk

menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita

konsumsi dengan kuman, sekaligus mencegah masuknya

kuman ke dalam tubuh kita.

2) Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan

Bukankah kuman akan mati ketika bahan makanan

dimasak? Memang benar. Masalahnya bukan terletak pada

bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel

pada tangan anda ketika mengolah bahan mentah.

3) Sebelum dan sesudah mengganti popok

Untuk menjaga sterilnya kulit bayi dari kuman – kuman

berbahaya yang dapat menginfeksi, maka anda wajib untuk

mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah mengganti

popok bayi.

4) Setelah buang air besar dan buang air kecil

Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil

kuman dan bakteri akan mudah menempel pada tangan anda,

dan harus dibersihkan.


28

5) Setelah bersin atau batuk

Sama seperti buang air kecil dan buang air besar, ketika

bersin atau batuk, itu artinya anda sedang menyemburkan

bakteri dan kuman dari mulut dan hidung anda. Refleks anda

pastinya menutup mulut dan hidung dengan tangan, yang

artinya, kuman akan menempel pada tangan.

6) Setelah menyentuh binatang

Bulu binatang merupakan penyumbang bakteri dan kuman

yang sangat besar, sehingga anda wajib mencuci tangan anda

setelah bersentuhan dengan binatang, terutama yang berbulu

tebal

7) Teknik mencuci tangan dengan benar

Samsuridjal (2009) menjelaskan bahwa pada dasarnya air

untuk cuci tangan hendaknya air yang mengalir. Penggunaan

sabun hendaknya mengenai seluruh tangan dan diperlukan

waktu agar kontak kulit dan sabun dapat terjadi. Langkah-

langkah sebagai berikut ini.


29

Gambar 2.1 6 tahap cuci tangan yang benar

Referensi : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

(2015)

1) Mulailah membasuh tangan dengan air bersih yang mengalir,

lalu gunakan sabun cuci tangan ke telapak tangan Anda

secukupnya. Rekatkan antara tangan kanan dan tangan kiri

Anda.

2) Setelah itu posisikan telapak tangan kanan Anda di atas

punggung tangan kiri dan sebaliknya. Biasanya bagian ini

sering luput dari perhatian karena mayoritas orang hanya

mencuci telapak tangan.

3) Telapak dengan telapak dan sela-sela jari juga harus

dibersihkan dengan sabun. Usapkan sabun pada seluruh sela-

sela jari hingga berbusa. Bagian jari yang satu ini kerap

menjadi tempat bersarangnya kotoran dan bakteri usai

beraktivitas.

4) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari

saling mengunci, agar lebih merata ke seluruh bagian tangan.


30

5) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan

sebaliknya.

6) Jari kiri menguncup, gosok memutar ke kanan dan ke kiri

pada telapak tangan dan sebaliknya.

6. Konsep Teori Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi

kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan

kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi

kesehatan. (Notoadmojo, 2012).

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,

spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling

baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan

sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan


31

sempurna, baik fisik maupun mental dan tidak hanya bebas dari

penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan

pendidikan dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan

kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan

meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok

atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).

a. Peranan pendidikan kesehatan

Lawrence Green, 2012 menjelaskan bahwa ada 3 faktor pokok

yaitu :

1) Faktor-faktor prediposisi (predisposing faktors)

Pengetahuan tentang pengobatan alternatif, kepercayaan

seseorang terhadap pengobatan alternatif radiesthesi medik,

persepsi responden tentang keamanan pengobatan alternatif

radiesthesi medik, konsep sehat-sakit, motivasi berupa

pengalaman pribadi atau orang lain yang mendorong seseorang

untuk berobat pengobatan alternatif radiesthesi medic.

2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling faktors)

Keterjangkauan fisik/jarak tempat tinggal responden, alat

transportasi yang dipakai, biaya transport yang dibutuhkan dan

pendapat responden mengenai akses ke pengobatan alternatif


32

radiesthesi medik, keterjangkauan biaya pengobatan, kondisi

pengobatan alternatif radiesthesi medic.

3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing

faktors)

sikap staf pengobatan alternatif radiesthesi medik (petugas

registrasi, kasir dan petugas jamu) saat melayani pasien, sikap

radiestet (Romo dan asistennya) di pengobatan alternatif

radiesthesi medik saat mengobati pasien.

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor

perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat

sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan

kesehatan adalah suatu usaha ntuk menyediakan kondisi psikologis

dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-

nilai kesehatan.

b. Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo, 2012 :

Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum

yaitu untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat dalam

bidang kesehatan. Selain hal tersebut, tujuan dan manfaat

pendidikan kesehatan ialah:

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di

masyarakat.
33

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau

berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan

hidup sehat.

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

4) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang

lebih besar pada kesehatan (dirinya).

5) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam

mencegah terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit

menjadi parah dan mencegah penyakit menular.

6) Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi,

keluarga dan masyarakat umum sehingga dapat memberikan

dampak yang bermakna terhadap derajat kesehatan masyarakat.

7) Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan

terhadap berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan

gaya hidup.

c. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo, 2012 Ruang lingkup pendidikan kesehatan

yaitu:

1) Dimensi Sasaran :

a) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu

b) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.


34

c) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran

masyarakat

2) Dimensi Tempat Pelaksanaannya :

a) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah

dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan

dengan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

b) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di

Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah

Sakit Umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan

keluarga pasien.

c) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan

sasaran buruh atau karyawan.

d. Tingkat Pelayanan Pendidikan Kesehatan :

1) Promosi kesehatan (Health Promotion) Misal : peningkatan

gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

2) Perlindungan khusus (Specific Protection) Misal : Imunisasi

3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and

Prompt Treatment)

Misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat

menghindari dari resiko kecacatan.

4) Rehabilitasi (Rehabilitation)

Misal : dengan memulihkan kondisi cacat melalui latihan-

latihan tertentu.
35

e. Media pendidikan kesehatan

Dalam melakukan pendidikan kesehatan, terdapat banyak

cara untuk mempermudah menyampaikan pesan kepada penerima

pendidikan. Ada berbagai media dan metode dalam pembelajaran,

mulai dari metode kelompok besar, kelompok kecil, metode

ceramah, diskusi, demonstrasi, yang dibantu dengan media audio,

visual, audio visual dan alat peraga (Notoatmodjo,2012).

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur

suara dan unsur gambar. Jenis media ini memiliki kemampuan

yang lebih baik karena pendidikan kesehatan dengan alat bantu

audio visual dapat merangsang pendengaran dan penglihatan dalam

menerima informasi media yang dapat dilihat dan didengar

(Ardika,2017).

7. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi perilaku anak sekolah

Menurut wawan, 2011 faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku

anak sekolah adalah :

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

b. Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga


36

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.

c. Motivasi

Motivasi adalah kondisi internal atau eksternal yang

membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong untuk mencapai

tujuan tertentu dan membuat kita tertarik untuk kegiatan tertentu.

d. Lingkungan

Lingkungan dibedakan menjadi dua yakni lingkungan fisik dan

lingkungan non-fisik.Lingkungan fisik adalah lingkungan yang

yang terdapat disekitar manusia sedangkan lingkungan non-fisik

adalah lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antara

manusia.

8. Peran Perawat Anak

Peran perawat anak menurut Yuliastati, 2016 adalah sebagai berikut:

a. Sebagai pendidik

Perawat berperan sebagai pendidik, baik secara langsung

dengan memberi penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua

maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak

memahami pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang

tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian

dasar penyakit anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah

sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga


37

domain yang dapat dirubah oleh perawat melalui pendidikan

kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga

dalam hal kesehatan khususnya perawatan anak sakit.

b. Sebagai konselor

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan

psikologis berupa dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor,

perawat dapat memberikan konseling keperawatan ketika anak dan

keluarganya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan layanan

konseling dengan pendidikan kesehatan. Dengan cara

mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir

secara fisik maka perawat dapat saling bertukar pikiran dan

pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan keluarganya

dan membantu mencarikan alternatif pemecahannya.

c. Melakukan koordinasi atau kolaborasi

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan

koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain

dengan tujuan terlaksananya asuhan yang holistik dan

komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi

koordinator pelayanan kesehatan karena 24 jam berada di samping

pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh karena itu kerjasama

dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat

perawat membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan


38

seluruh rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan

keluarga secara aktif.

d. Sebagai pembuat keputusan etik

Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat

keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini

dengan penekanan pada hak pasien untuk mendapat otonomi,

menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan keuntungan

asuhan keperawatan yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.

Perawat juga harus terlibat dalam perumusan rencana pelayanan

kesehatan di tingkat kebijakan. Perawat harus mempunyai suara

untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif

dalam gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

anak. Perawat yang paling mengerti tentang pelayanan

keperawatan anak. Oleh karena itu perawat harus dapat

meyakinkan pemegang kebijakan bahwa usulan tentang

perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat memberi

dampak terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan anak.

e. Sebagai peneliti

Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan

penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan

anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung dan

menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak dengan

tujuan meningkat kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak.


39

Pada peran ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat

fenomena yang ada dalam layanan asuhan keperawatan anak

sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah dilakukan serta

menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang

ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat

melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas praktik keperawatan anak.


40

B. Kerangka Konsep

Alat ukur perilaku anak


sekolah tentang mencuci
tangan: Faktor – faktor
1. Lembar observasi perilaku anak sekolah
2. Kuesioner pengetahuan 1. Pengetahuan
anak Perilaku anak sekolah tentang 2. Sikap
(menurut Nurul,2016) mencuci tangan 3. Motivasi
4. Lingkungan
(Menurut wawan,
2011)
Literature riview :
Penggunaan leaflet dan video cuci
tangan terhadap perilaku anak
sekolah tentang mencuci tangan

SOP penggunaan leaflet dan video cuci


tangan terhadap kurangnya perilaku
anak sekolah tentang mencuci tangan

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Pengetahuan

(sumber : Nurul, 2016)


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam pengembangan SOP pada

penggunaan leaflet dan video cuci tangan terhadap perilaku anak tentang

mencuci tangan menggunakan literature riview. Literature riview pada

penulisan ini digunakan untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang

tepat untuk pengetahuan anak tentang mencuci tangan.

Literature riview adalah melakukan evaluasi yang mendalam dan

kritis tentang penelitian sebelumnya pada suatu topik. Literature Riview

meneliti artikel ilmiah, buku dan sumber lain yang relevan dengan bidang

penelitian tertentu (Romi,2015).

B. Plan, Do, Study, Act (PDSA)

1. Plan

a. Melakukan Pengkajian kepada anak sekolah terkait penyebab

terjadinya diare

b. Menentukan kriteria pasien anak sekolah yang mengalami diare,

anak sekolah yang belum mengetahui cara cuci tangan yang baik

dan benar, bersedia menjadi responden dan responden tidak

mengalami komplikasi.

c. Menentukan kriteria pasien anak yang dapat diberikan asuhan

keperawatan yaitu memberikan video mencuci tangan

41
42

2. Do

Penulis mengembangkan SOP pemberian pendidikan kesehatan dalam

perilaku anak tentang mencuci tangan.

3. Study

a. Penulis melakukan study literature riview terkait perilaku anak

sekolah tentang mencuci tangan.

b. Penulis menganalisis hasi pencarian literature riview terkait

perilaku anak sekolah tentang mencuci tangan.

c. Penulis mencari jurnal atau teori pendukung sebagai bentuk

rasionalisasi asuhan keperawatan dalam setiap proses atau langkah

pada protokol yang penulis kembangkan.

4. Act

SOP ini dijadikan sebagai panduan untuk memberikan pendidikan

kesehatan pada anak sekolah tentang mencuci tangan dalam upaya

pencegahan diare.
43

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Hasil yang terkait maka didapatkan literature riview sebagai berikut:

Table 4.1 Hasil Penelusuran literature riview

No Judul Peneliti Metode Intervensi Hasil


Penelitian Penelitian
1. Efektivitas Isti Antar, Penelitian ini a. Melakukan sebelum
Penggunaan 2020 merupakan salam dan diberikan
Media Video penelitian perkenalkan diri pendidikan
Dan Leaflet eksperimen. kepada anak kesehatan
Terhadap Subjek b. Menjelaskan tentang cuci
Perilaku penelitian maksud dan tangan 6
Mencuci semua siswa tujuan langkah pada
Tangan kelas c. Memberikan kelompok
Dalam IV SD Bintaran Lembar intervensi dan
Pencegahan sejumlah 44 observasi cuci kelompok
Diare siswa, tangan 6 kontrol semua
menggunakan langkah berupa siswa
Teknik check list yang masuk dalam
purposive terdiri dari 6 kategori
sampling prosedur kurang
dengan jumlah pelaksanaan (100%) dalam
sampel 32 mencuci tangan mencuci
siswa, sebanyak dengan baik dan tangan.
16 siswa pada benar Setelah
kelompok d. Menjelaskan diberikan
intervensi dan pengertian, pendidikan
16 pada pencegahan kesehatan
kelompok diare tentang cuci
control. Teknik e. Memberikan tangan 6
pengumpulan video tentang 6 langkah pada
data dengan tahap mencuci kelompok
cara interview tangan yang intervensi
(wawancara) benar hasil nilai
dan observasi f. Memuji anak semua siswa
pada siswa SD saat anak dapat masuk dalam
Bintaran untuk melakukan 6 kategori baik
melihat tahap cuci (100%). Dan
pengaruh tangan kembali pada
pendidikan dengan benar kelompok
kesehatan g. Mengevaluasi kontrol masuk
tentang cuci anak tentang 6 dalam kategori
tangan tahap mencuci baik
menggunakan tangan ada 13 orang
media video dan h. Berpamitan (81,2%) dan
leaflet dengan anak sisanya masuk

43
44

i. Menilai perilaku dalam kategori


anak dengan cukup ada 3
lembar orang
observasi (18,8%).
2. Kemampuan Nikmatul, Penelitian ini - Kemampuan cuci Hasil
dan kemauan 2015 merupakan tangan pakai penelitian
siswa tentang penelitian pre sabun kepada kemampuan
pentingnya eksperimen seluruh respoden mencuci
PHBS dengan - Membagi tangan pakai
terutama cuci pendekatan one responden sabun sebelum
tangan pakai group pretest menjadi 5 diberikan
sabun sebagai posttest kelompok kecil intervensi
upaya dari intervensi - Pemberian materi terhadap 22
pencegahan terhadap 22 tentang cuci responden
terhadap responden tangan pakai kemampuan
penyakit, sabun yang akan mencuci
dengan diberikan. tangan pakai
memberikan sabun kurang
pendidikan sebanyak
kesehatan 63,6% dan
kepada anak kemampuan
usia sekolah cukup
sebanyak
36,4%. Hasil
yang didapat
setelah
diberikan
intervensi
kemampuan
mencuci
tangan pakai
sabun baik
77,3% dan
kemampuan
cukup 22,7%.
Hasil uji
statistik data
didapatkan p
value sebesar
0,000 yang
menunjukkan
ada pengaruh
yang
signifikan
metode
biblioterapi
terhadap
kemampuan
mencuci
tangan pakai
sabun
3. Efektivitas Dahlia, Desain - Pada hari pertama mayoritas
Metode 2018 penelitian yang melakukan anakanak
Praktik Dan digunakan dalam intervensi dapat
Bernyanyi penelitian ini melakukan melakukan
45

Terhadap adalah perkenalan 6 cuci tangan


Keterampilan pra eksperimen langkah mencuci bersih sesuai
Cuci Tangan dengan tangan SOP yaitu
Bersih Pada menggunakan - Pada hari kedua sekitar 13
Anak rancangan one dilakukan orang (76,5
group pretest intervensi serupa %) dengan
posttest dan pada anak dengan skor 12 yaitu
teknik alokasi waktu 27 Seluruh anak
pengambilan menit, anak mulai (17
sampel yang terbiasa untuk cuci responden)
digunakan tangan dan mulai mampu
adalah total mengingat melakukan
sampling gerakan cuci langkah 1
tangan namun (gosok dua
hanya di langkah bagian dalam
1,2 dan 3 yang tangan) dan
mayoritas diingat langkah 6
anak. (menggosok
- Pada hari ketiga secara
juga dilakukan berputar pada
intervensi yang akhir jemari
sama pada anak tangan sebelah
sekitar 27 menit, kanan pada
anak mulai bagian dalam
terbiasa dengan 6 tangan sebelah
langkah cuci kiri serta
tangan tersebut. kebalikannya)
- Pada hari keempat yang
dengan intervensi gerakannya
tersebut selama 28 mudah dan
menit anak sudah hampir sama.
menguasai ke 6 Beberapa anak
langkah cuci yaitu 4 orang
tangan dengan (23,5%)
total 20 kali (4 dengan skor
hari) pemberian 10 yaitu
intervensi. langkah 2
(menggosok
bagian atas,
tiap-tiap
jemari
kiri melalui
tangan kanan
serta
kebalikannya)
dan langkah 3
(menggosok
dua bagian
dalam tangan
dan tiap-tiap
jemari) anak
retardasi
mental
melakukan
namun tidak
46

sesuai
SOP yaitu 3
anak (17,65%)
terbalik
dalam
melakukan
langkah cuci
tangan
dikarenakan
gerakan
tersebut mirip
serta
1 anak (5,9%)
dengan
langkah 4
(jemari
mengantupkan
pada kedua
tangan) dan 5
(menggosok
jempol kiri
dengan
gerakan
memutar pada
tangan sebelah
kanan serta
sebaliknya)
juga
melakukan
sesuai SOP
namun
terbalik
dikarenakan
anak ini
kesulitan
dalam
melakukan
langkah 4 dan
mendahulukan
langkah 5 baru
dilanjutkan ke
langkah 4.
Mayoritas
anak telah
mampu
melakukan 6
langkah
cuci tangan
dengan baik
dikarenakan
metode
pembelajaran
yang dapat
memotivasi
anak untuk
47

melakukan
kegiatan cuci
tangan 6
langkah.
4. Pengaruh Dina Metode - Melakukan salam hasil
Audiovisual Ediana, Audiovisual dan perkenalkan penelitian
Cara Cuci 2016 Terhadap Siswa diri kepada anak yang telah
Tangan Pakai SDN 10 - Menjelaskan dilakukan,
Sabun (Ctps) Lambung tahun maksud dan pada sikap
Terhadap 2016, penelitian tujuan siswa kelas IV
Perilaku ini - Menjelaskan dan V SDN 10
Siswa SDN dilakukan pengertian, Lambung
10 dengan dua kali pencegahan dan Bukit Kota
uji perlakuan cara cuci tangan Padang
yaitu uji yang benar sebelum
sebelum - Mengajarkan penyuluhan
perlakuan anak untuk cuci CTPS,
(Pretest) dan uji tangan siswa
sesudah - Membiarkan memiliki nilai
perlakuan anak untuk rata-rata
(Postest). melakukan cuci sebesar
Kegiatan tangan secara 9,35 dari 20
dilakukan mandiri siswa sebagai
demonstrasi - Memuji anak responden.
CTPS di depan saat anak dapat Hal ini sejalan
kelas oleh melakukan cuci dengan
siswa tangan dengan pengetahuan
benar yang dimiliki
- Mengevaluasiana oleh siswa
k tentang kelas IV dan
pengertian diare, V SDN 10
pencegahan diare Lambung
dan cuci tangan Bukit Kota
- Berpamitan Padang
dengan anak sebelum dan
- Menilai perilaku sesudah
anak dengan penyuluhan
lembar observasi CTPS dengan
Metode
Audiovisual.
Karena teori
perubahan
perilaku
dimulai dari
tahapan
pengetahuan
yang nantinya
akan
mempengaruhi
sikap dan
berlanjut
pada tindakan
sebagai bentuk
aplikasi
dari
48

pengetahuan
yang dimiliki
5. Faktor-Faktor Mia penelitian ini - Melakukan Mayoritas
yang Kartika, yaitu salam dan responden
Berhubungan 2016 deskriptif perkenalan termasuk
dengan analitik dengan kepada anak dalam kategori
Perilaku Cuci pendekatan - Menjelaskan anak sekolah
Tangan penelitian maksud dan yang
Pakai Sabun kuantitatif, dan tujuan dari berusia 08-10
pada Siswa rancangan penelitian tahun
Sekolah penelitian yang - Mempraktek (52,5%).Berda
Dasar Negeri digunakan yaitu an cara cuci sarkan hasil
Sambiroto 01 desain penelitian tangan pakai analisis
Kota cross-sectional sabun. bivariat dapat
Semarang - Memuji anak diketahui
bila anak bahwa umur
dapat responden
melakukan dengan
mencuci perilaku cuci
tangan tangan pakai
dengan sabun yang
sabun baik, lebih
dengan benar besar pada
dan mandiri kategori anak
- Mengevaluas sekolah
i kembali (54,8%)
anak dibandingkan
melakukan dengan
cuci tangan kategori
dengan anakanak
sabun tahap (47,4%). Hasil
dengan benar uji statistik
- Bermapitan dengan uji Chi
dengan anak Square
- Menilai menunjukkan
prilaku anak p-value
dengan sebesar 0,662.
lembar Karena pvalue
observasi > dari 0,05,
maka dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa H0
diterima,
artinya tidak
ada hubungan
antara
umur dengan
perilaku cuci
tangan
pakai sabun
49

2. Pengembangan SOP Pada Penggunaan leaflet dan video cuci tangan

terhadap perilaku anak tentang mencuci tangan

Table 4.2 Setelah dilakukan literature riview maka didapatkan

pengembangan SOP penggunaan leaflet dan video cuci tangan

terhadap perilaku anak tentang mencuci tangan sebagi berikut :

No SOP Rasionalisasi
1. Memberi salam kepada anak Komunikasi awal yang dilakukan melalui
salam merupakan awal dari komunikasi
terapeutik yang diharapkan dapat
membangun hubungan kerja sama yang
ditandai dengan tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran, dan pengalaman ketika
membina hubungan (Kementerian
Kesehatan RI, 2016 ; Aziz, 2017 ; Jafri,
2016 ; Kusuma dan Nasrudin, 2015 ;
Ardani, 2019).
2. Melakukan observasi sikap yang Menetapkan suatu database tentang respon
anak berikan klien sehingga perawat mampu
mengidentifikasi masalah kesehatan yang
sedang dialami oleh klien (Kozier, 2010 ;
Jafri 2016, Elviani, 2016 ; Kusuma dan
Nasrudin, 2015)
3. Memberikan informed consent Menyampaikan informasi mengenai rencana
atau lembar persetujuan tindakan yang akan dilakukan berupa
keuntungan dan kerugian yang akan
didapatkan, tanpa paksaan (Kementerian
Kesehatan RI, 2016; Aziz, 2017; Jafri,
2016; Elviani, 2019; Kusuma dan Nasrudin,
2015; Ardani, 2019)
4. Mempersiapkan alat dan bahan Mempermudah saat akan dilakukannya
misalnya leaflet dan leptop tindakan (Aziz, 2017; Jafri, 2016; Elviani,
2019; Kusuma dan Nasrudin, 2015; Ardani,
2019).
5. Memberikan pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya
dan leaflet pada anak untuk menciptakan perilaku masyarakat
yang kondusif untuk kesehatan, artinya agar
masyarakat mau berupaya untuk menyadari
atau mengetahui bagaimana cara
memelihara kesehatan, mencegah dan
menghindari hal – hal yang menganggu
kesehatan mereka dan orang lain, serta
mengetahui kemana seharusnya mereka
pergi mencari pengetahuan bila sakit
(Notoatmodjo, 2011)
6. Memulai memberikan edukasi Kontrak waktu sangat penting bagi pasien
sesuai kontrak waktu yang sudah anak untuk menjamin kelangsungan
50

disepakati interaksi sehingga terjalin rasa percaya dan


kenyamanan bagi anak (Kementerian
Kesehatan RI, 2016; Aziz, 2017; Kusuma
dan Nasrudin, 2015).
7. Menjaga suasana tetap nyaman Kenyamanan yang diberikan oleh perawat
kepada anak melalui terapi bermain
diartikan sama dengan memberikan
kekuatan, harapan, hiburan, dukungan,
dorongan, dan bantuan (Kementerian
Kesehatan RI,2016; Jafri, 2016; Elviani,
2019).
8. Memastikan anak dalam keadaan Bermain merupakan sifat aktif sebab anak-
rileks dan mau bermain anak terlibat, hal ini membawa efek positif
karena membuat anak tersenyum dan
tertawa serta menikmati yang dilakukan.
Hal ini dikaitkan bahwa kegiatan harus
dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan
atau tekanan dari pihak manapun (Musrifoh,
2017; Aziz, 2017; Elviani, 2019; Kusuma
dan Nasrudin, 2015)
9. Memberikan penyuluhan cuci Penyuluhan merupakan serangkaian
tangan kepada anak sekolah kegiatan komunikasi dengan menggunakan
media dalam memberikan bantuan terhadap
pengembangan potensi, yaitu fisik, emosi,
sosial, sikap dan pengetahuan semaksimal
mungkin sebagai upaya untuk
meningkatkan atau memelihara kesehatan
(Notoadmojo, 2010).
10. Meminta anak untuk mengulangi Meminta anak untuk mengungkapkan
kembali pengertian dan gerakan kembali akan menjadikan anak untuk
cuci tangan sesuai dengan mengetahui macam-macam objek
pengetahuan disekililingnya serta manfaatnya. Saat anak
mengungkapkannya anak akan merasa
percaya diri serta perkembangan kognitif
anak meliputi kemampuan otak anak dalam
memperoleh, mengolah, dan menggunakan
informasi tersebut menjadi sebuah
pengetahuan baru baginya (Magta dan
Dewi, 2019; Aziz, 2017; Jafri, 2016;
Elviani, 2019; Kusuma dan Nasrudin, 2015)
11. Memberi pujian kepada anak atas Memotivasi anak dalam perkembangannya
keberasilan dalam mengulang serta merupakan salah satu landasan
kegiatan mencuci tangan esensial yang mendorong manusia untuk
tumbuh, berkembang, dan maju mencapai
sesuatu (Hapsari, 2013; Aziz, 2017; Jafri,
2016; Elviani, 2019; Kusuma dan Nasrudin,
2015; Ardani, 2019)
12. Berpamitan dengan anak Berpamitan merupakan salah satu bagian
dari komunikasi terapeutik fase terminasi,
dalam hal ini perawat harus dapat
mengetahui keberhasilan dirinya dalam
mencapai tujuan dari terapi yang telah
diberikan dan ungkapan perasaan dari klien.
Berpamitan juga merupakan salah satu
bentuk kesopanan yang
51

13. Merapikan kembali alat dan bahan Keadaan lingkungan yang rapi dan bersih
sangat berpengaruh terhadap kondisi
psikologis anak dan orang tua ketika berada
di ruang rawat inap rumah sakit. Dengan
keadaan lingkungan yang rapi akan
membuat ruang perawatan terasa nyaman
dan tenang serta memberikan privasi
terhadap anak ketika ingin tidur atau
beristirahat, makan dan aktivitas lainnya
(Nurmayadi, 2018; Aziz, 2017; Jafri, 2016;
Elviani, 2019; Kusuma dan Nasrudin, 2015)
14. Mendokumentasikan penilaian Laporan yang otentik dari semua kegiatan
sikap anak selama melakukan yang berhubungan dengan pengelolaan data
gerakan 6 tahap cuci tangan yang klien yang dapat dipergunakan untuk
benar mengungkap suatu fakta aktual dan dapat
dipertanggung jawabkan. (Salmawati, 2014;
Aziz, 2017; Jafri, 2016; Elviani, 2019;
Kusuma dan Nasrudin, 2015; Ardani, 2019)

B. Pembahasan

Derajat kesehatan yang tinggi akan diperoleh apabila setiap orang

memiliki perilaku yang memperhatikan kesehatan. Maka seluruh anggota

masyarakat, baik secara individu, keluarga, anggota lingkungan sekolah,

dan lingkungan rumah harus hidup dalam lingkungan yang sehat,

berperilaku hidup sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang

setinggi-tigginya (Maryunani, 2013).

Kebiasaan anak yang dapat berpengaruhi perilaku kesehatan

khususnya di sekolah adalah kebiasaan mencuci tangan, Mencuci tangan

merupakan salah satu pencegahan penyakit. Pengetahuan anak tentang

mencuci tangan masih sangat sedikit dimana anak harus diajarkan agar

anak mengerti dan memahami cara mencuci tangan dengan baik sehingga

bisa mencegah terjadinya penyakit (Soraya, 2012).


52

Kebiasaan cuci tangan tidak akan terbentuk begitu saja, yang

dimana orang tua memberikan contoh kepada anak untuk mencuci tangan

agar dibiasakan sejak kecil, atau memberikan edukasi baik untuk diri

sendiri dan lingkungannya sekaligus mengajarkan pola hidup bersih dan

sehat. Yang dimana mencuci tangan selama ini dianggap remeh

(Batanoa,2010).

Penggunaan media dalam pendidikan kesehatan memiliki tujuan

untuk menimbulkan perhatian terhadap orang tua dan anak dalam suatu

masalah dan mengingatkan informasi yang disampaikan supaya

menimbulkan perubahan pengetahuan dan sikap orang tua dan anak. Yang

dimana Media dapat digunakan secara efektif untuk memberikan informasi

kesehatan kepada orang tua dan anak melalui leaflet. Media leaflet

mempunyai beberapa kelebihan yaitu tahan lama, dan dapat

mempermudah pemahaman orang tua dan anak (Notoatmodjo, 2012).

Tidak beberapa orang tua yang mengajarkan atau mengingatkan

anak untuk mencuci tangan dengan baik dan benar, yang dimana orang tua

mencontohkan mencuci tangan tidak pakai sabun, dan ada yang dengan air

atau tidak dengan air bersih. Misalnya seperti cuci tangan pada air yang

menggenang atau air yang tidak mengalir. Pernyataan tersebut sangat

bertentangan dengan teori yang menyebutkan bahwa cuci tangan harus

dilakukan dengan menggunakan air bersih dan sabun. Air yang tidak

bersih banyak mengandung kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan

penyakit bila digunakan yang dimana kuman dapat berpindah tangan pada
53

saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh, yang bisa

menimbulkan penyakit seperti diare. Sabun dapat membersihkan kotoran

dan membunuh kuman, karena tanpa sabun, maka kotoran dan kuman

masih tertinggal di tangan (Proverawati dan Rahmawati, 2011).

Peneliti Rusnoto dan Supardi (2019) menjelaskan dimana tingkat

pengetahuan orang tua tentang media leaflet tergolong mengerti sebesar

(25,3%) hal ini jauh lebih besar dari pada orang tua yang tidak mengerti

sebesar (14%) yang artinya dengan diberikan media leaflet tentang cuci

tangan bisa mempengaruhi kesadaran orang tua tentang pentingnya cuci

tangan dengan antiseptic handrub, sabun maupun air mengalir.

Ambarwati dan Prihastuti (2019) menambahkan tingkat

pengetahuan orang tua dan perilaku anak meningkat setelah diberikan

penyuluhan dan demonstrasi serta praktek mencuci tangan yang dimana

peningkatan tindakan cuci tangan pakai sabun diberikan fasilitas sarana

berupa wastafel, sabun, dan lap tangan. Peningkatan pengetahuan orang

tua dan anak meningkat setelah dilakukan penyuluhan menggunakan

media video yang disebabkan ada penyampaian informasi secara langsung

dan gambar sehingga orang tua dan anak lebih mengingat.

Peningkatan pengetahuan dan sikap ibu setelah diberikan

pengetahuan merupakan akibat dari pemberian pendidikan kesehatan

dengan media audiovisual. Dengan demikian media audiovisual sebagai

media pendidikan kesehatan efektif digunakan untuk memberikan


54

peningkatan pengetahuan kepada ibu dan merubah sikap ibu menjadi lebih

baik (Rinik Eko Kapti, 2013).

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan ragam

cara baik dengan video, leaflet maupun simulasi dan lain sebagainya.

Berdasarkan jenis media dan penggunaannya, leaflet termasuk ke dalam

media visual dimana hanya mengandalkan indra penglihatan saja,

sedangkan video termasuk kedalam media audiovisual yang mempunyai

unsur suara dan unsur gambar. Penggunaan media ini harus disesuaikan

dengan gaya belajar masing-masing siswa (Pusvytasari, 2019).

Perkembangan sosial dan emosi mengacu pada kemampuan anak

untuk mengontrol, mengelola serta mengekspresikan emosi secara lengkap

baik emosi positif maupun emosi negatif, mampu menjalani hubungan

dengan anak lain maupun orang dewasa disekitarnya, dapat beradaptasi

dengan lingkungan yang baru (Nurmalitasari, 2015).

Rasa senang yang dirasakan oleh anak ketika menjalani

hospitalisasi akan menurunkan stress psikologis dan fisiologis yang

merupakan tantangan bagi anak dalam menjalani pengobatan, sehingga

dapat membantu perkembangan respon perilaku positif saat menghadapi

tindakan keperawatan selanjutnya sehingga tujuan dari dilakukan tindakan

dapat tercapai dengan baik (Amallia, Oktaria dan Oktafani, 2018).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan

leaflet dan video cuci tangan dapat meningkatkan pengetahuan orang tua

tentang mencuci tangan dalam upaya pencegahan diare pada anak. Yang
55

dimana media leaflet bisa mempengaruhi dan meningkatkan pengetahuan

orang tua atas kesadaran tentang pentingnya cuci tangan dengan

menggunakan antiseptic seperti handrub, sabun dan air mengalir. Media

video dapat meningkatkan pengetahuan anak dengan penyampaian

informasi secara langsung dan gambar sehingga anak dapat lebih

mengingat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari SOP pada penggunaan leaflet dan video cuci

tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang mencuci tangan antara lain :

1. Dapat mengembangkan SOP pengaruh penggunaan leaflet dan video

cuci tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang mencuci tangan.

2. Dapat memberikan gambaran tentang SOP penggunaan leaflet dan

video cuci tangan yang benar kepada anak sekolah yang mengalami

diare.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan pengetahuan

bagi anak tentang cuci tangan dengan benar dalam upaya pentingnya

berpilaku sehat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Mengembangkan SOP penggunaan leaflet dan video cuci

tangan terhadap perilaku anak sekolah tentang mencuci tangan dapat

menciptakan suasana yang menyenangkan dan dapat dipahami oleh

anak sekolah.

56
57

3. Bagi Penulis

Sebelum melakukan literatur riview dari 5 jurnal diharapkan

penulis lebih banyak mendapatkan referensi terkait SOP intervensi

yang akan diteliti, agar tau lebih banyak hal.


DAFTAR PUSTAKA

Utami, N., & Luthfiana, N. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian


Diare pada Anak. Majority, 5(4), 102-103.
Yamin, A., Windani, C., & Sari, S. P. (2010). Upaya Ibu Yang Memiliki Balita
Dalam Pencegahan Dan Penanggulangan Diare Di Daerah Kerja
Puskesmas Cililin Desa Cililin Kabupaten Bandung Barat. vol 10, 29.
Yuliastati, & Arnis, A. (2016). Buku Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
AHMAD, A. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Bermain
Puzzle Terhadap Kemampuan Mencuci Tangan Anak .
ANGGRAENI, & SETYA, E. (2016). Perbedaan pendidikan kesehatan.
Anik, M. (2013). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: Trans Info
Media.
Avissa, F., Nursalam, & Ulfiana, E. (2012). Efektivitas Pendidikan Kesehatan
Metode Demonstrasi Dan Metode Ceramah Dengan Media Booklet
Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Tindakan Mencuci Tangan Pada
Anak Prasekolah .
Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Dahlia,, Santi, E., & Rachmawati, K. (2018). Efektivitas Metode Praktik Dan
Bernyanyi Terhadap Keterampilan Cuci Tangan Bersih Pada Anak
Retardasi Mental Sedang. Nerpedia, 1(1), 40-46.
Devi. (2013). Pengaruh Penyuluhan Media Audiovisual Video terhadap Tingkat
Pengetahuan .
Ediana, D. (2016). Pengaruh Audiovisual Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps)
Terhadap Perilaku Siswa Sdn 10. Jurnal Human Care, 142-153.
Fazlin. (2013). Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Teknik Mencuci Tangan
Yang Benar Terhadap Kejadian Diare Di Sdn 01 Pontianak Utara. Jurnal,
Pontianak: Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura Pontianak.
Geria Jelantik, I. M., & Astarini, I. A. (2015). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan
Ketersediaan Sarana Dengan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Untuk
Mencegah Diare dan Ispa Pada Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Ampenan
Tengah Kota Mataram. Media Bina ILmiah, 9(1).

58
59

Istiqomah, H. (2019). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Sekolah Dasar


Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus Di Sd Muhammadiyah
Karangbendo Yogyakarta).
Kapti, R. E., Rustina, Y., & Widyatuti. (2013). Efektifitas Audiovisual Sebagai
media Penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan Dan Sikap Ibu Dalam
Tatalaksana Balita dengan Diare Di Dua Rumah Sakit Kota Malang. Ilmu
Keperawatan, 1(1).
Khasanah, U. A. (2019, November). Hubungan Perkembangan Psikososial
Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah. Ilmu Keperawatan Jiwa,
Volume 2 No 3, Hal 157 - 162.
Khasanah, U., & Sari, G. K. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Diare Dengan Perilaku Pencegahan Diare Pada Balita. Jurnal Kesehatan,
7(2).
Lopolisa, A., & Pakasi, T. A. (2014). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Insiden
Diare Balita di Jakarta Timur. Effectiveness of health Education, 2(2).
Mardison, S. (2016). Perkembangan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar/ Madrasah
Ibtidaiyah (Sd/Mi). Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02, hlm
635-643.
Nurafif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic - noc Edisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Jogja.
Pratama. (2013). pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Tentang Kebiasaan Berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat Siswa SDN 1 Mandong.
Prihatin. (2015). tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Cuci pakai sabun.
Purnama, N. A., & Yuliana, W. (2019). Pendidikan Kesehatan Pencegahan dan
Penanganan Diare di RW 02 Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan
Surabaya. Leverage, 1(1), 27-32.
Purwandari, R., Ardiana, A., & Wantiyah. (2013). Hubungan Antara Perilaku
Mencuci Tangan Dengan Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di
Kabupaten Jember. 122-130.
Raharjo, A. A., & Putra, P. K. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Leaflet Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Pengunjung Di Rumah
Sakit Umum Bali Royal.
RI, K. (2017). Profil Data Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia .
60

Ridha, N. (2014). buku ajar keperawatan anak. yogyakarta: pustaka pelajar.


Riyadi, S., & Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Rohma, N. (2015). Pengaruh Metode Babilioterapi Terhadap Kemampuan
Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas 2 SD di Banjanegoro 1
Kecamatan Patrang Kabupaten Jember .
Romi, W. S. (2015). A systematic Literature Review of software defect prediction
: Research Trends, Datasets, Methods and Frameworks. journal of
software engineering, 1.
Rusnoto. (2019). Hubungan Paparan Media Leaflet Dengan Tingkat Kepatuhan
Penunggu Pasien Dalam Cuci Tangan Menggunakan Antiseptik Handrub .
Sulisnadewi. (2011). efektifitas Pendidikan kesehatan keluarga terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku orangtua dalam merawat anak diare di
dua rumah sakit di Denpasar bali.
Sunardi, & Ruhyanuddin , F. (2017). Perilaku Mencuci Tangan Berdampak Pada
Insiden Diare Pada Anak Usia Sekolah Di Kabupaten Malang. 8(1), 86.
wong. (2010). Buku Ajar Keperawatan Anak Pediatrik. Jakarta: EGC.
Yanti, M., Alkafi, & Bustami. (2018). Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Terhadap Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa SD. Ilmu
Kesehatan, 3(2).
Yusnita, & Nurmaria. (2016). Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan
media Poster,Video dan Leaflet terhadap pengetahuan siswa dalam
mencuci tangan menggunakan sabun. Ilmu Kesehatan, 5(9), 652-653.
LAMPIRAN
Lampiran I
Lampiran II

LEMBAR KUESIONER
PERILAKU ANAK SEKOLAH TENTANG CUCI TANGAN
Identitas Diri
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Alamat :
Media informasi : Radio televisi Koran
Pernah mendapatkan infromasi tentang diare : a. iya b. tidak
NO PENGETAHUAN IBU BENAR SALAH
A. PENGETAHUAN
1. Diare adalah buang air besar lebih dari 3x sehari
dan encer
2. Penyebab diare adalah bakteri,virus,parasite
3. Bahaya yang bisa ditimbulkan oleh diare adalah
dehidrasi
4. Salah satu program PHBS (Pola Hidup Bersih dan
Sehat) adalah mencuci tangan dengan sabun dan
menggunakan air bersih (air sumur)
5. Contoh diare yang disebabkan oleh kuman adalah
mengkonsumsi makanan yang kotor
6. Kriteria rumah sehat menurut PHBS adalah selalu
dibersihkan, penghuni rumah tidak terlalu banyak,
dan lantai tidak terbuat dari tanah
B. SIKAP
1. Diare harus diwaspadai dan dicegah
2. Diare seluruhnya adalah tanggung jawab
pemerintah
3. Lingkungan rumah yang bersih dapat mencegah
terjadinya diare pada anak
4. Setiap keluarga bertanggung jawab atas pencegahan
diare
5. Memakan makanan dan minuman yang telah
dimasak matang dapat mencegah terjadinya diare
6. Kebiasaan buang air besar di jamban dapat
mengurangi terjadinya diare
C. PERSEPSI
1. Jika anak terkena diare,memberikan cairan yang
lebih banyak
2. Mencuci terlebih dahulu sebelum memasak sayuran
3. Ketika mencuci sayuran menggunakan air bersih
yang mengalir
4. Buang air besar dijamban
5. Jika diare tidak sembuh setelah diberi oralit, dibawa
kedokter
6. Mencuci tangan menggunakan air bersih yang
mengalir dan memakai sabun sebelum dan sesudah
makan

Keterangan :
Bila jawaban “Benar” mendapat skor 5

Bila jawaban “Salah” mendapat skor 2

Masing – masing skor akan ditambah lalu menjadi hasil akhir

Orang tua “Baik” mengetahui pencegahan infeksi diare pada anak 75% - 100%

Orang tua “Cukup” mengetahui pencegahan infeksi diare pada anak 56% - 74%

Orang tua “Tidak” mengetahui pencegahan infeksi diare pada anak <55%

Anda mungkin juga menyukai