Anda di halaman 1dari 49

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN


PENERAPAN PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKSI ASI

Disusun Oleh :
Leni Marlina
NIM: E1714401018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2020

i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN
PENERAPAN PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Program Studi D III Keperawatan

Oleh :
Leni Marlina
NIM: E1714401018

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TAHUN 2020

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Yang bertandatangan dibawah ini :


Nama : Leni Marlina
Nim : E1714401018
Program Studi : D-III Keperawatan
Angkatan : 2017

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan


Karya Tulis Ilmiah (KTI) sebagai laporan tugas akhir yang berjudul :
“Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum dengan Penerapan Pijat Oksitoksin
untuk Meningkatkan Produksi ASI”
Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah di tetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tasikmalaya, Maret 2020


Yang membuat pernyataan,

Leni Marlina

i
LEMBAR PERNYATAAN
ORGINALITAS KARYA TULIS ILIMIAH

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum dengan

Penerapan Pijat Oksitoksin untuk Meningkatkan Produksi

ASI

Nama Penulis : Leni Marlina

NIM : E1714401018

Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Kesehatan/ Diploma III Keperawatan

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa karya dengan
judul tersebut merupakan karya original (hasil karya sendiri) dan belum pernah di
publikasikan atau merupakan karya dari orang lain, kecuali dalam bentuk kutipan dari
beberapa sumber yang telah di cantumkan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila terbukti
terdapat pelanggaran di dalamnya, maka saya bersedia untuk menanggung dan
menerima segala konsekwensinya, sebagai bentuk tanggung jawab dari saya.

Tasikmalaya, 18 Maret 2020


Yang membuat pernyataan

Leni Marlina

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini telah di setujui oleh pembimbing untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Tasikmalaya, Juli 2020

Pembimbing Utama

Neni Nuraeni, M.Kep, Sp.Kep.,Mat.


NIDN : 0421047702

Pembimbing Pendamping

Nina Pamela Sari, M.Kep


NIDN: 0430047703

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah (KTI) oleh Leni Marlina NIM.E1714401018


dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ibu Postpartum dengan Penerapan Pijat
Oksitoksin untuk Meningkatkan Produksi ASI Dengan Menggunakan Literature
Review” ini telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal…..

Dewan Penguji
…………………. ( )
………………….

…………………. ( )
…………………

………………… ( )
…………………

Mengetahui,
Ketua program studi
D3Keperawatan UMTAS

Nina Pamela Sari, M.Kep


NIDN 0430047703

iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2020

LENI MARLINA
E1714401018

ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM SPONTAN DENGAN


PENERAPAN PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI
ASI

ABSTRAK
v bab+ 7 tabel + 49 halaman+ 2 lampiran
Ibu setelah melahirkan, akan mengalami rasa ketidaknyamanan di seluruh tubuh, stres
dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan
menghambat sekresi hormon oksitosin yang berperan dalam pengeluaran ASI. Pijat
oksitosin merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.Tujuan karya
tulis ilmiah ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada ibu post
partum dengan penerapan pijat okstitoksin untuk meningkatkan produksi ASI
berdasarkan literature review. Metode yang digunakan studi literature dengan
penelusuran 3 jurnal dan 1 penerapan asuhan keperawatan melalui search engine
google scholar. Hasil menunjukkan bahwa pijat oksitoksin mampu meningkatkan
produksi ASI. Dalam penerapan asuhan keperawatan ditelaah menggunakan standar
keperawatan menurut PPNI, ditemukan perbedaan data yang tidak sesuai dengan
standar keperawatan yaitu payudara teraba keras, pasien terlihat sakit saat payudara di
pegang. Masalah keperawatan di kasus ketidakefektifan pemberian ASI sedangkan
menurut standar menyusui tidak efektif. Tahap perencanaan, pada kasus terdapat
pantau pembengkakan payudara yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
sedangkan pada standar tidak ada. Tahap implementasi pada kasus didapatkan
peningkatan produksi ASI setelah diberikan pijat oksitosin. Simpulan ada pengaruh
pijat oksitoksin terhadap pengeluaran ASI. Disarankan kepada perawat untuk
menerapkan pijat oksitosin sebagai upaya untuk mengatasi menyusui tidak efektif
karena ketidaklancaran produksi ASI sesuai SOP.

Kata Kunci : Pijat oksitoksin, Post partum, Produksi ASI


Daftar Pustaka : 2010-2020

v
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY TASIKMALAYA
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM D III NURSING
Scientific Papers, July 2020

LENI MARLINA
E1714401018

NURSING CARE OF SPONTANT POST PARTUM MOMS WITH THE


APPLICATION OF OXYITOXINAL MASSAGE TO INCREASE
PRODUCTION OF BREAST MILK

ABSTRACT
v chapter + 7 tables + 49 pages + 2 attachments
Mother after giving birth, will experience discomfort throughout the body, stress and
worry can not meet the needs of breast milk for her baby. This will inhibit the
secretion of the hormone oxytocin which plays a role in the release of breast milk.
Oxytocin massage is one of the efforts to overcome these problems. The purpose of
this scientific paper is to find out the picture of nursing care in post partum mothers
by implementing octstitoxin massage to increase milk production based on literature
review. The method used is the study of literature by searching 3 journals and 1
application of nursing care through the Google Scholar search engine. The results
show that oxytocin massage can increase milk production. In the application of
nursing care, it was examined using nursing standards according to PPNI, found
differences in data that were not in accordance with nursing standards, namely
palpable hard breasts, the patient looked sick when the breast was held. Nursing
problems in the case of the ineffectiveness of breastfeeding while according to
breastfeeding standards are not effective. The planning stage, in the case of breast
swelling, is associated with discomfort while there is no standard. Implementation
phase in the case of an increase in milk production after giving oxytocin massage.
Conclusion there is the effect of oxytocin massage on the expenditure of breast milk.
It is recommended to nurses to apply oxytocin massage as an effort to overcome
ineffective breastfeeding because of the lack of smooth milk production according to
Standart Operating Procedures.

Keywords : Oxytocin massage, Post partum, Breast milk production


Bibliography: 2010-2020

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidyah-Nya kepada kita semua, shalawat beserta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Rasulullah SWT beserta keluarganya. Penulisan karya tulis ilmiah
ini berjudul : “Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum dengan Penerapan
Pijat Oksitoksin untuk Meningkatkan Produksi ASI” dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas akhir Diploma III Keperawatan dan uintuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan penerapan pijat
oksitoksin untuk meningkatkan produksi ASI.
Terimakasih saya ucapkan kepada :
1. DR. Ahmad Qonit, AD.,MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya
2. Sri Mulyanti M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya.
3. Nina Pamela Sari M.Kep., selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya dan sekaligus sebagai
pembimbing pendamping atas bimbingan dan arahannya dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini
4. Neni Nuraeni, M.Kep, Ns. Sp.Kep.Mat., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya semaksimal mungkin sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sesuai target yang ditentukan.
5. Seluruh staf Dosen, dan karyawan/karyawati Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya yang turut mendukung dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa program studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya atas kerjasama dalam
memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini menyadari sepenuhnya masih
jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Tasikmalaya, Juni 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN BEBAS PLAGIAT...................................................................i


HALAMAN ORGINALITAS......................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................vii
DAFTAR ISI ...............................................................................................ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................x
LAMPIRAN ................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................5
1.4 Manfaat............................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
11.1 Asuhan Keperawatan Post Partum................................................6
11.1.1 Pengkajian..................................................................................6
11.1.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................7
11.1.3 Intervensi Keperawatan..............................................................7
11.1.4 Implementasi............................................................................11
11.1.5 Evaluasi....................................................................................11
11.2 Pijat Oksitoksin...........................................................................13
11.2.1 Pengertian ................................................................................13
11.2.2 Sop Pijat Oksitoksin.................................................................13
BAB III METODE PENULISAN STUDI LITERATUR
111.1 Desain Penelitian.......................................................................15
111.2 Subjek Literatur.........................................................................15
111.3 Jenis Data..................................................................................15
111.4 Teknik Pencarian Literatur........................................................15
111.5 Kriteria Inklusi dan Ekslusi.......................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Telaah Jurnal........................................................................18
4.2 Pembahasan...................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................31
5.2 Saran..............................................................................................32

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1..........................................................................................................6
Tabel 2.2..........................................................................................................8
Tabel 2.3.........................................................................................................12
Tabel 2.4.........................................................................................................13
Tabel 3.1.........................................................................................................16
Tabel 4.1.........................................................................................................18
Tabel 4.2.........................................................................................................20

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran II Lembar konsultasi Pembimbing I


Lampiran III Lembar Konsultasi Pembimbing II

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi, merekomendasikan sebaiknya bayi hanya di berikan air susu
ibu (ASI) selama paling sedikit enam bulan, dan pemberian ASI di lanjutkan
sampai bayi berumur dua tahun, maka dari itu bayi baru lahir di
rekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama
kehidupan, yang mana bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan
atau minuman, serta menyusui tidak menggunakan botol atau dot (WHO,
2018). Sustainable Development Goals menargetkan pada tahun 2030 angka
kematian neonatal berkurang paling sedikit 12 per 1.000 kelahiran hidup dan
kematian pada anak di bawah usia lima tahun paling sedikit 25 per 1.000
kelahiran hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian
ASI Eksklusif di laksanakan dengan baik (United Nation Children’s Fund).
Ibu post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut
masanifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Faktor yang dapat
mempengaruhi kelancaran produksi ASI dan pengeluaran ASI pada ibu post
partum yaitu perawatan payudara, frekuensi penyusuan, paritas, stress,
penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi alkohol, rokok, pil kontrasepsi, asupan
nutrisi. Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama
setelah melahirkan dapat juga di sebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon prolaktin dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran
produksi dan pengeluaran ASI (Astutik, 2015).

1
2

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu


prioritas pembangunan Indonesia untuk perlu adanya upaya pembangunan
inovatif yaitu investasi kesehatan gizi (ASI Eksklusif) namun, realita dalam
pembangunan Indonesia adalah keterbatasan dana dan kemiskinan, oleh
karena itu investasi harus berkesinambungan (Perinasia, 2010). Astriyani
(2011) mengemukakan bahwa pengetahuan masyarakat tentang ASI Eksklusif
masih sangat kurang. Misalnya pada masyarakat desa, ibu sering kali
memberikan makanan padat kepada bayi yang baru beberapa hari atau
beberapa minggu seperti memberikan nasi yang di haluskan atau pisang
bahkan, pada saat ASI tidak keluar digantikan dengan gula atau mentega.
Fikawati, et.al (2015) menyebutkan bahwa salah satu tindakan yang
perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas ASI, yaitu
pemijatan punggung atau pijat oksitoksin. Pemijatan dilakukan mulai dari
tulang belakang sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha
untuk merangsang pengeluaran hormon oksitoksin dan prolaktin setelah
melahirkan. Pijat oksitoksin dilakukan selama 3-5 menit, dapat di lakukan
beberapa kali dalam sehari namun, tenaga kesehatan biasa melakukannya
setiap satu kali dalam sehari atau dua kali dalam sehari. Ibu post partum di
Indonesia sebagian belum mengetahui tentang pijat oksitosin namun, untuk
sosialisasinya diadakan seminar dan pelatihan tentang pijat oksitosin di
beberapa tempat.
Pijat oksitosin lebih banyak dikenal masyarakat di Pulau Jawa, di
Kepulauan Riau sendiri dari 3 (tiga) rumah sakit yang ada, belum ada yg
melaksanakan pijat oksitosin untuk ibu post partum. Tahun 2012 jumlah
persalinan spontan di RSUD Provinsi Kepri 140 orang dan tahun 2013
meningkat 2 kali lipat yaitu 276 orang dan kemungkinan terjadi kenaikan lagi
tahun 2014 (Endah, 2011). Hasil laporan RISKESDAS tahun
2018menunjukan 17.7% bayi usia dibawah lima tahun (balita) masih
mengalami masalah gizi. Angka kematian terdiri atas balita yang mengalami
3

gizi buruk sebesar 3.9% dan yang menderita gizi kurang 13.8%. Hasil
RISKESDAS 2013, bayi yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 5.7%
dan bayi dengan gizi kurang sebesar 13.9%. Jadi, ada penurunan status gizi di
tahun 2018 dibandingkan dengan status gizi tahun 2013.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMP) 2019, bayi yang
mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi
balita yang mengalami stunting (tinggi badan dibawah standar menurut usia)
sebesar 30.8%, turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37.2%. Dalam
laporan tersebut, jumlah kematian ibu sebanyak 823/100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2015). Tahun 2018 lalu, ada 28 kasus AKI
(Angka Kematian Ibu) di Kabupaten Tasikmalaya. Angka ini turun dari tahun
2017 yang mencapai 45 kasus atau turun hingga 46.6%, sedangkan angka
kematian bayi 57.97% (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2019).
Hasil penelitian Kiftia (2015) mengatakan bahwa adanya perbedaan
atau pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah terapi pijat oksitoksin
karena pemijatan pada punggung itu dapat merangsang pengeluaran hormon
endorphin, sehingga pemijatan dapat menurunkan ketegangan otot. Tulang
belakang merupakan daerah yang mudah terjadi penegangan otot ketika
kelelahan sehingga pemijatan ini bisa meningkatkan produksi ASI. Hasil
penelitian Sulaeman, et all (2019) mengatakan bahwa adanya perbedaan atau
pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah terapi pijat oksitoksin karena
ASI yang tidak keluar bukan karena produksi ASI nya yang kurang namun
pengeluarannya yang terhambat akibat hambatan sekresi oksitoksin.
Pijat oksitoksin direkomendasikan agar tidak terjadi keterlambatan
pengeluaran ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Asih (2016)
mengatakan bahwa adanya perbedaan atau pengaruh sebelum dan setelah
terapi pijat oksitoksin terhadap jumlah produksi ASI karena pada saat
melahirkan hormon estrogen dan progesteronnya turun drastis, sehingga di
gantikan oleh hormon prolaktin dan oksitoksin, mereka berperan dalam proses
4

lakstasi sehingga pengeluaran ASI lancar, dapat membuat ibu nyaman dan
produksi ASI bisa keluar dengan baik.
Hasil penelitian Rinayanti, et all (2019) mengatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah di lakukan pijat oksitoksin
terhadap jumlah produksi ASI, karena pijat ini merangsang hormon oksitoksin
sehingga membuat tenang dan dapat meningkatkan produksi ASI. Kemudian
hasil penelitian Triananinsi, et all (2019) mengatakan setelah dilakukan pijat
oksitoksin jumlah ASI meningkat karena pijat oksitoksin merupakan sentuhan
yang dilakukan pada punggung dapat merangsang hormone oksitoksin.
Perawat dalam hal ini sangat berperan sebagai tenaga kesehatan yang
paling dekat dengan pasien untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
memberikan tindakan keperawatan agar ibu tetap nyaman dan kebutuhan
nutrisi bayi terpenuhi. Untuk itu penulis tertarik untuk menerapkan pijat
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum.

1.2 Rumusan Masalah


Kebutuhan nutrisi pada bayi adalah Air Susu Ibu (ASI), tetapi
ketercukupan ASI tersebut dipengaruhi oleh produksi ASI dari ibu, salah satu
penyebab kurangnya produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan
adalah kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitoksin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi dan pengeluaran ASI dikarenakan
payudara ibu bengkak dan nyeri sehingga bayi tidak diberi ASI. Pijat
oksitosin salah satu tindakan untuk meningkatkan kenyamanan ibu dan
meningkatkan produksi ASI. Oleh karena itu pemberi asuhan ingin melihat
bagaimanakah pengaruh asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan
penerapan pijat oksitoksin untuk meningkatkan produksi ASI berdasarkan
literature review?.
5

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan penerapan pijat
oksitoksin untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post partum berdasarkan
literature review.

1.4 Manfaat Studi Kasus


Manfaat penulisan ini antara lain :
1) Masyarakat:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama ibu-ibu post partum
tentang pijat oksitoksin untuk meningkatkan produksi ASI dan
diharapkan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2) Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan:
Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan
dalam peningkatan produksi ASI pada ibu post partum melalui pijat
oksitoksin.
3) Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur pijat
oksitoksin pada asuhan keperawatan ibu post partum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

11.1 Asuhan Keperawatan Post Partum


11.1.1 Pengkajian
1) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, seperti pasien tidak bisa menyusui bayinya, pasien merasa mules,
sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan perineum. mengatakan ASI
belum keluar, pasien mengeluh nyeri jika payudara dipegang
2) Pengkajian fokus
Tabel 2.1 Data Subyektif dan Obyektif

Data Mayor Data Minor


Subyektif Subyektif
1. Kelelahan maternal (tidak tersedia)
2. Kecemasan maternal.
Objektif
Objektif 1. Intake bayi tidak adekuat
1. Bayi tidak mampu 2. Bayi menghisap tidak terus menerus,
melekat pada payudara 3. Bayi menangis saat disusui,
ibu 4. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-
2. ASI tidak menetes atau jam pertama setelah menyusui
memancar, 5. Menolak untuk menghisap.
3. BAK bayi kurang dari
delapan kali dalam 24
jam, serta nyeri atau
lecet terus menerus
setelah minggu kedua.

Sumber: SDKI, (2017)


3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan haemoglobin dan hematokrit 12-24 jam post partum
(jika HB<10g% di butuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, trombosit.

6
7

11.1.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan yang dialami ataupun proses
kehidupan yang dialami baik bersifat aktual ataupun risiko, yang bertujuan
untuk mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap
situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017). Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan data subyektif dan
obyektif dari tanda dan gejala mayor menurut SDKI PPNI (2017) adalah
menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan refleks
oksitosin dibuktikan dengan kelelahan maternal dan kecemasan maternal,
bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes atau
memancar, BAK bayi kurang dari delapan kali dalam 24 jam, serta nyeri
atau lecet terus menerus setelah minggu kedua, intake bayi tidak adekuat,
bayi menghisap tidak terus menerus, bayi menangis saat disusui, bayi rewel
dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui, serta menolak
untuk menghisap.

11.1.3 Rencana Intervensi Keperawatan


Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat
berdasarkan pada penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan outcome pasien atau klien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Didalam menuliskan intervensi harus berdasarkan SMART menurut
Carpenito (2010), yaitu:
1. Specific
Tujuan yang ditetapkan harus jelas dan spesifik. Jelas akan membantu
menguraikan apa yang akan dilakukan, sedangkan spesifik akan
membuat segala upaya fokus pada target yang dicapai.
2. Measurable
8

Apa yang ingin dicapai harus bisa diukur, misalnya seberapa kuat,
seberapa sering, seberapa banyak atau seberapa dalam
3. Achievable
Tujuan yang ditetapkan harus bisa dicapai. Dengan begitu akan
berkomitmen untuk mencapainya dengan seungguh-sungguh. Jangan
sampai menetapakan tujuan yang tidak mungkin dicapai
4. Realistis
Hal lain yang harus dipenuhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Jangan
membuat tujuan yang terlalu sulit sehingga tidak mungkin dicapai atau
membuat tujuan yang tidak sejalan dengan keinginan.
5. Timely
Harus bisa menetapkan tujuan tersebut harus dicapai, apakah minggu
depan, tahun depan.
Tabel 2.2 Perencanaan: Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Inervensi (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
1. Menyusui tidak Setelah dilakukan 1. Edukasi Menyusui
efektif b.d intervensi selama Observasi:
ketidakadekuatan 3x24jam, diharapkan a. Identifikasi kesiapan
refleks oksitosin status menyusui dan kemampuan
d.d ASI tidak membaik dengan menerima informasi
menetes, BAK kriteria hasil: b. Identifikasi tujuan
bayi kurang dari 8 a. Miksi bayi atau keinginan
kali dalam 24 meningkat lebih dari menyusui
jam, intake bayi 8 kali/24 jam Terapeutik:
tidak adekuat b. Berat badan bayi a. Sediakan materi dan
naik media pedidikan
c. Tetesan/pancaran kesehatan
ASI meningkat b. Jadwalkan penidikan
d. Suplai ASI adekuat kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
e. Bayi tidur setelah c. Berikan kesempatan
menyusui meningkat untuk bertanya
f. Intake bayi d. Dukung ibu
meningkat meningkatkan
g. Frekuensi miksi kepercayaan diri
9

bayi membaik dalam menyusui


h. Bayi rewel e. Libatkan system
menurun pendukung: suami,
2. Luaran Tambahan : keluarga, tenaga
Status Nutrisi bayi kesehatan dan
dengan kriteria : masyarakat
a. Frekuensi Edukasi:
makan/menyusu a. Berikan konseling
membaik menyusui
b. Kesulitan b. Jelaskan manfaat
menurun menyusui bagi ibu
dan bayi
c. Ajarkan
4(empat)posisi
menyusui dan
perlekatan (lacth on)
dengan benar
d. Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan mengkompres
dengan kapas yang
telah diberikan
minyak kelapa
e. Ajarkan perawatan
payudara post partum
(mis. Pijat payudara,
pijat oksitoksin)
2. Terapi relaksasi : Pijat
Oksitoksiin
Observasi
a. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
b. Identifikasi
pengetahuan ibu
tentang perawatan
payudara (pijat
oksitokin)
Terapeutik
a. Sediakan materi dan
media Pendidikan
Kesehatan (Pijat
oksitoksin)
b. Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
10

kesepakatan
c. Beri kesempatan
untuk bertanya
3. Edukasi Nutrisi bayi
Observasi:
a. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan ibu
atau pengasuh
menerima informasi
b. Identifikasi
kemampuan ibu atau
pengasuh
menyediakan nutrisi
Terapeutik:
a. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
b. Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan
pada ibu atau
pengasuh untuk
bertanya
Edukasi:
a. Jelaskan tanda-tanda
awal rasa lapar(mis.
Bayi gelisah,
membuka mulut dan
menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulur-julurkan
lidah, menghisap jari
atau tangan
b. Anjurkan
menghindari pemanis
buatan
c. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat (PHBS) (mis.
Cuci tangan sebelum
dan seudah makan,
cuci tangan dengan
sabun setelah ke
toilet)
d. Ajarkan cara memilih
11

makanan sesuai
dengan usia bayi
e. Ajarkan cara
mengatur frekuensi
makan sesuai usia
bayi
f. Anjurkan untuk tetap
mmberikan ASI saat
bayi sakit

Sumber : PPNI (2018), PPNI (2019)

11.1.4 Implementasi.
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana intervensi yang telah
disusun untuk mengatasi ibu post partum yang mengalami menyusui tidak
efektif berdasarkan SIKI menurut PPNI (2018).

11.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk Subjectif, Objectif, Assessment, Planning (SOAP) yang mengacu
kepada luaran yang diiharapkan berdasarkan SLKI menurut PPNI (2019) yaitu
12

Tabel 2.3 Evaluasi Kerawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1. Menyusui tidak efektif b.d Subjektif (S) :
ketidakadekuatan refleks a. Klien mengatakan kelelahan yang
oksitosin d.d ASI tidak dialami berkurang
menetes, BAK bayi kurang b. Klien mengatakan kecemasan yang
dari 8 kali dalam 24 jam, dialami berkurang
intake bayi tidak adekuat Objektif (O) :
a. Perlekatan bayi pada payudara ibu
tampak meningkat
b. Tetesan/pancaran ASI tampak
meningkat
c. Suplai ASI tampak adekuat
d. Bayi tampak tidak rewel
Assessment (A) :
a. Tujuan tercapai apabila respon pasien
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
b. Tujuan belum tercapai apabila respon
klien tidak sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan
Planning (P) :
a. Pertahankan kondisi klien apabila
tujuan tercapai
b. Lanjutkan intervensi apabila terdapat
tujuan yang belum mampu dicapai
oleh klien
Sumber: PPNI (2017)

11.2 Pijat Oksitoksin


11.2.1 Pengertian
Pijat oksitoksin adalah pijat yang dilakukan di punggung. Pijatan
ini mampu memicu hormon oksitosin yang dilakukan untuk
mengeluarkan ASI. Karena itu pijatan ini dikenal dengan nama pijat
oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang bereaksi ketika tubuh
mendapat sentuhan. Hormon ini diproduksi oleh hipotalamus di otak,
kemudian dikeluarkan oleh kelenjar yang berada di bagian belakang
otak. Hormon oksitoksin dapat membuat seseorang bahagia dan tidak
13

merasa sakit, serta memberi stimulasi pada puting untuk membantu


porses menyusui.

11.2.2 SOP Pijat Oksitoksin


Tabel 2.4 Standar Operasional Prosedur Pijat Oksitoksin

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PIJAT OKSITOSIN


Pengertian Teknik relaksasi berupa masase yang dilakukan di daerah punggung
untuk menstimulasi kelancaran sirkulasi oksitoksin di dalam aliran
darah yang dapat memperlancar pengeluaran ASI (let down refleks)
Tujuan Agar ibu mendapatkan ketenangan (rileks), sehingga menghasilkan
ASI yang banyak sesuai dengan kebutuhan bayi.
Kebijakan Surat Keputusan Direktur RSU Kota Tasikmalaya
Prosedur A. Persiapan alat
1) kursi
2) meja
3) sampiran
B. Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada pasien yang mengalami
bendungan ASI:
1) Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan di
lakukan
2) Mempersiapkan bahan yang akan dilaksanakan
3) Mempersiapkan lingkungan untuk menjaga privacy klien
4) Mempersiapkan ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas dan
membantu ibu duduk di kursi dengan posisi menunduk pada
meja
5) Melakukan cuci tangan efektif (7 langkah dengan
menggunakan sabun dan membilasnya dengan air mengalir
serta mengeringkan tangan dengan handuk pribadi
6) Meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan
membuat gerakan melingkar dalam keluar sampai ke punggung
bawah
7) Meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan
membuat payudara dan meletakan kedua ibu jari berhadapan di
punggung sejajar dengan payudara dan melakukan gerakan
memijat ke arah atas sampai ke bawah punggung

C. Pasca Tindakan
1) Memberitahukan klien bahwa tindakan sudah selesai dan
merapihkan klien
2) Mencuci tangan efektif (7 langkah) dengan sabun di bawah air
mengalir dan mengeringkannya dengan handuk pribadi
14

3) Melakukan pencatatan hasil tindakan

Sumber : RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya


BAB III
METODOLOGI PENULISAN

111.1 Desain Penelitian


Desain penelitian ini menggunakan studi literatur, berdasarkan pada
tinjauan pustaka dan tiga telaah jurnal dan satu penerapan asuhan keperawatan
yang signifikan tentang tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mengeksplorasi asuhan keperawatan dengan pemberian pijat oksitoksin untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum.

111.2 Subjek Literatur


Subjek Literatur yang di gunakan adalah literatur text book , tiga jurnal
tentang pengaruh pemberian pijat oksitoksin pada ibu post partum untuk
meningkatkan produksi ASI dan satu asuhan keperawatan pada ibu
postpartum.

111.3 Jenis Data


Jenis data yang digunakan data sekunder. Dimana data dikumpulkan
dan dianalisis berdasarkan studi literatur dengan menggunakan text book dan
tiga jurnal penelitian serta satu penerapan asuhan keperawatan, subjek
tentang pengaruh pemberian pijat oksitoksin pada ibu post partum untuk
meningkatkan produksi ASI.

111.4 Teknik Pencarian Literatur


111.4.1 Framework yang di gunakan
Framework yang digunakan didalam literature review ini berdasarkan
analisis PICOT yaitu :
P (Population) : yaitu dimana jumlah klien atau populasi yan terdapat di
jurnal yang akan ditelaah.

15
16

I (Intervention) : perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan jurnal


yang di telaah.
C (Comparisson ): intervensi biasanya atau/ lain sebagai pembanding.
O (Outcomes) : yaitu hasil yang diberikan dari intervensi
T (Time ) : waktu di publikasikannya jurnal tersebut.

111.4.2 Kata Kunci yang digunakan


Kata kunci yang dipilih dalam pencarian jurnal ini, yakni: pijat
oksitoksin, post partum, produksi ASI

111.4.3 Data base atau search engine yang digunakan


Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan studi literatur.
Penelusuran artikel atau jurnal publikasi pada Google Scholar
menggunakan kata kunci yang dipilih yakni: pijat oksitoksin, post partum,
produksi ASI. Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi di ambil untuk selanjutnya dianalisis. Literature review ini diambil
dari jurnal international berbahasa Indonesia yang dapat diaksess
fulltextnya dalam bentuk pdf.

111.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi Eksklusi


PICOS
Populasi Dari ketiga jurnal yang telah di telaah Bukan ibu nifas hari
terdapat populasi ibu nifas hari pertama pertama, bayinya
sebanyak 30 responden, ibu nifas yang meninggal, dan
menyusui bayinya sebanyak 34 responden, melahirkan secara
dan ibu post partum spontan sebanyak 30 Caesarea.
responden. Sehingga secara keseluruhan
didapatkan sebanyak 94 responden.
Intervensi Terapi mandiri : Pijat oksitoksin untuk Bukan terapi untuk
17

meningkatkan produksi ASI meningkatkan


produksi ASI
Comparasi Tidak ada perbandingan
Outcomes Dari ke tiga jurnal yang di telaah bahwa Tidak ada pengaruh
didapatkan hasil yang signifikan setelah yang signifikan
dilakukan pijat oksitosin terhadap setelah dilakukan
peningkatan produksi ASI pijat oksitoksin
terhadap peningkatan
produksi ASI
Desain Desain penelitian dari ke tiga jurnal Tidak ada eksklusi
Penelitian tersebut menggunakan kuasi eksperimen
dan Tipe
Publikasi
Tahun Jurnal yang digunakan menggunakan tahun Bukan jurnal
Publikasi publikasi 2019 dan 2020 sebelum tahun 2019
Bahasa Indonesia Selain Bahasa
Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Telaah Jurnal


Hasil studi literatur yang telah dilakukan dalam asuhan keperawatan pada ibu post
partum dengan penerapan pijat oksitoksin untuk meningkatkan produksi ASI bahwa dari tiga
jurnal, semuanya terdapat perubahan yang signifikan. Berikut hasil telaah jurnalnya

Tabel 4.1 Telaah Jurnal

Metode
No Peneliti Thn Vol Judul (Desain, Sample, Hasil penelitian Database
Variabel, Instrumen,
Analisis)
http://
1. Sulaeman, 2019 13 Pengaruh pijat Desain: desain yang Hasil uji statistik jkp.polte
Ridawati. oksitoksin digunakan Quasi menggunakan Wilcoxon kkes-
Dkk terhadap Experiment dengan match pairs test matara
pengeluaran rancangan one grup diperoleh p value =
m.ac.id/
pada ibu post pre dan post test 0,000 atau p < α=0,05
partum design yang berarti H0 ditolak index.ph
primipara Sampel: sampel dalam H1 diterima atau ada p/
penelitian ini sebanyak pengaruh yang home/
30 responden signifikan pijat article/
Variabel: semua ibu oksitoksin pada ibu post view/
postpartum normal partum. Sehingga di 193>
hari pertama dapat disimpulkan
Instrumen: instrumen bahwa pijat oksitoksin
menggunankan lembar berpengaruh terhadap
observasi pengeluaran ASI pada
Analisis: analisis yang ibu post partum
digunakan dalam
penelitian ini adalah
uji statistic Wilcoxon

2. Triananinsi, 2019 1 Pengaruh terapi Desain: desain yang Hasil penelitian dari 30 https://
Nurhidayat pijat oksitoksin digunakan Quasi responden yang dibagi uit.e-
Dkk terhadap Experiment dua kelompok pada journal.id
kelancaran ASI Sampel: sampel dalam kelompok control /

18
19

pada ibu nifas penelitian ini sebanyak terdapat 5 ibu nifas SemNas/
di Puskesmas 30 responden (33.3%) yang article/
caile Kabupaten Variabel : ibu post pengeluaran ASI nya view/710
Bulukumba partum normal dan lancer sedangkan 2 ibu
menyusui bayinya nifas (13.3%) yang tidak
Instrumen : instrumen lancer. Pengujian
mengguanakan lembar menggunakan uji Mann
observasi Whitney U, dengan hasil
Analisis : analisis Asymp Sig. (2-tailed)
yang digunakan dalam 0.003<0.05 atau 5%.
penelitian ini adalah Dengan demikian H0 di
uji Mann Whitney U tolak yang artinya ada
pengaruh pijat
oksitoksin pada ibu
nifas terhadap
kelancaran ASI di
Puskesmas Caile
Kabupaten Bulukumba.

3. Manurung, 2020 3 Pengaruh pijat Desain: jenis Hasil dari analisis http://
Riyanti oksitoksin penelitian ini bivariate menunjukan p jurnal.mit
Herna. terhadap merupakan Quasi value= p=0.000(p<0,05) rahusada.
Dkk kelancaran ASI Experiment dengan demikian H ac.id/
pada ibu nifas Sampel : sampel diterima: penelitian ini index.php
di Puskesmas dalam penelitian ini menunjukan ada /emj/
Sitinjo sebanyak 34 pengaruh yang article/
Kabupaten responden signifikan setelah view/123
Dairi tahun Variabel : ibu nifas dilakukan pijat
2019 yang menyusui oksitoksin.
bayinya
Instrumen : instrument
menggunakan lembar
observasi
Analisis : data
analisis menggunakan
Independent sample
test-T.
20

Tabel 4.2 Telaah Askep Ny I dengan Penerapan Pijat Oksitosin


Pengkajian Diagnosa keperawatan Perencanaan Implementasi Evaluasi
DS : Ketidakefektifan Setelah di lakukan 1. Melakukan S:
1. Pasien pemberian ASI tindakan keperawatan teknik Pasien mengatakan
mengatakan ASI berhubungan dengan selama 1x24jam relaksasi (pijat merasa lebih
belum keluar suplai ASI tidak cukup pemberian ASI efektif oksitoksin) nyaman, rileks dan
2. Pasien ditandai : dengan kriteria hasil : untuk paham
mengatakan DO: melancarkan O:
nyeri pada 1. Pasien mengatakan 1. Bayi minimal ASI ASI terlihat
kedua payudara ASI belum keluar menyusu 8 kali 2. mengajarkan keluarsaat di perah
jika di pegang 2. Pasien mengatakan sehari sesuai dengan langkah- A:
DO: nyeri pada kedua kebutuhan langkah pijat Ketidakefektifan
1. ASI belum payudara jika di 2. Urine outpot sesuai okstoksin pemberian ASI
keluar pada pegang usia sebagian besar 3. memantau teratasi
saat di DS: adekuat (2-6 kali pembengkaka P:
perah 1. ASI belum sehari) n payudara Monitor pengluaran
2. Payudara keluar pada 3. Payudara penuh 4. melibatkan ASI
teraba saat di perah sebelum menyusui keluarga
keras, 2. Payudara 4. ASI memancar dalam
pasien teraba keras, ketika dipalpasi memberikan
terlihat pasien terlihat 5. Ibu mampu dukungan
sakit saat sakit saat menyusui dengan
payudarany payudaranya teknik yang benar
a di pegang di pegang
3. Bayi 3. Bayi Intervensi yang di
menangis menangis lakukan antara lain:
setelah setelah 1. Lakukan teknik
menyusu menyusu relaksasi (pijat
oksitoksin) untuk
melancarkan ASI
2. Ajarkan langkah-
langkah pijat
okstoksin
3. Pantau
pembengkakan
payudara yang
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
4. Libatkan keluaga
untuk memberikan
dukungan

Sumber: (Nugraheni 2010)


21

4.2 Pembahasan
Hasil telaah dari ke tiga jurnal tentang pijat oksitoksin dapat di
simpulkan bahwa pijat oksitoksin dapat di gunakan untuk meningkatkan
produksi ASI. Ketidaklancaran ASI merupakan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu post partum. Pijat oksitoksin di lakukan selama 3-5 menit
dalam sehari 2 kali sesuai SOP yang ada. Hasil responden menunjukan
adanya peningkatan produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitoksin.
Peningkatan jumlah produksi ASI ini terjadi karena hormon oksitoksin
terangsang pada saat di lakukan sentuhan atau pijatan pada punggung dan
membuat tenang. Pada saat belum di berikan pijat oksitoksin, rata-rata ibu
post partum mengalami kesulitan mengeluarkan ASI (sebesar 1.267 ml)
dan pada saat setelah di lakukan pijat oksitoksin rata-rata ibu post partum
mengalami peningkatan produksi ASI ( sebesar 1.933 ml).
Hasil penelitian Sulaeman, et all (2019) pijat oksitoksin berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI pada ibu partum, pijat ini dilakukan 3-5 menit
selama dua kali dalam sehari, kemudian menurut Triananinsi, et all (2019)
ada pengaruh signifikan terhadap kelancaran ASI pada ibu partum yang di
beri pijat oksitoksin, pijat oksitoksin ini di lakukan 5-10 menit selama satu
kali dalam sehari. Indikator yang di lihat dari ibu dan bayi, dimana pada
bayi meliputi: frekuensi BAK bayi selama/24jam (normalnya sebanyak 6
kali), karakteristik BAK (warna kuning jernih), frekuensi BAB ( pola
eliminasi tergantung asupan bayi di dapatkan, biasanya 2-5 kali/hari),
adanya kenaikan BB bayi. Indikator ibu dilihat dari : payudara tegang
karena terisi ASI, ibu rileks, frekuensi menyusui>8 kali sehari, ibu
menggunakan kedua payudara bergantian, posisi perlekatan benar, puting
tidak lecet, ibu menyusu tanpa jadwal, payudara kosong setelah ibu
menyusu.
22

Manurung (2020) mengatakan bahwa perubahan yang signifikan


setelah dilakukan pijat oksitoksin, pijat ini dilakukan selama 10-15 menit
selama dua kali dalam sehari. Pijat oksitoksin ini memang berhasil untuk
meningkatkan ASI karena berdasarkan teori juga pijat ini bisa
mempercepat kerja syaraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke
otak bagian belakang sehingga oksitoksin keluar. Pijatan oksitoksin mampu
memicu hormon oksitosin yang dilakukan untuk mengeluarkan ASI,
hormon ini diproduksi oleh hipotalamus di otak, kemudian dikeluarkan
oleh kelenjar yang berada di bagian belakang otak. Hormon oksitosin dapat
membuat seseorang bahagia dan tidak merasa sakit, serta memberi
stimulasi pada puting untuk membantu porses menyusui.
Tanda-tanda yang muncul pada saat mengalami masalah payudara
yang mengakibatkan penurunan produksi ASI yaitu payudara teraba keras,
penuh, hangat, pasien terlihat sakit pada saat payudaranya dipegang, puting
susu menonjol, ASI belum keluar saat diperah, bayi rewel dan menangis
pada jam-jam pertama setelah menyusu, BAK kurang dari 8 kali dalam
24jam, BB bayi belum bertambah, kualitas tidur bayi kurang ( normalnya
8jam siang dan 8.5jam malam) dan keberhasilan pijat oksitoksin ini di lihat
dari jumlah produksi ASi yang dilihat dari dot, frekuensi menyusui, BAK
bayi/24jam, berat badan bayi, rewel tidaknya bayi, serta kualitas tidur bayi.
Faktor-faktor yang di dapatkan dari jurnal yang mempengaruhi
ketidaklancaran ASI diantarnya: makanan, ketenangan jiwa dan fikiran,
penggunaan alat kontrasepsi, factor isapan bayi, konsumsi alkohol dan
rokok. Secara teori pijat oksitoksin adalah suatu tindakan pemijatan tulang
belakang mulai dari nervous 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat
kerja syaraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian
belakang sehingga oksitksin keluar. Pijatan oksitoksin mampu memicu
hormon oksitosin yang dilakukan untuk mengeluarkan ASI. Karena itu
23

pijatan ini dikenal dengan nama pijat oksitosin. Oksitosin adalah hormon
yang bereaksi ketika tubuh mendapat sentuhan.
Hormon ini diproduksi oleh hipotalamus di otak, kemudian
dikeluarkan oleh kelenjar yang berada di bagian belakang otak. Hormon
oksitosin dapat membuat seseorang bahagia dan tidak merasa sakit, serta
memberi stimulasi pada puting untuk membantu porses menyusui. Dampak
yang di berikan oleh pijat oksitoksin adalah meningkatkan produksi ASI,
dapat mengurangi rasa nyeri, dapat meningkatkan rasa nyaman, tubuh
menjadi rileks. Berdasarkan teori juga faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaklancaran ASI antara lain: perawatan payudara, frekuensi penyusuan,
paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi alkohol, rokok, pil
kontrasepsi, asupan nutrisi.
Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama
setelah melahirkan dapat juga di sebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon prolaktin dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran
produksi dan pengeluaran. Sedangkan Menurut (Kusumaningrum, Maliya,
& Hudiyawati, 2016). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu
mengalami menyusui tidak efektif terdiri dari faktor eksternal dan internal
dimana faktor internal meliputi : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan serta
kesehatan ibu. Kemudian faktor eksternalnya sendiri meliputi : orang
penting sebagai referensi keluarga, sosial ekonomi, budaya, pengaruh iklan
susu formula.
Hasil telaah asuhan keperawatan pada Ny I dengan penerapan pijat
oksitosin yaitu pada tahap pengkajian, pada kasus Ny.I menurut Nugraheni,
A (2015) di temukan data subyektif : pasien mengatakan ASI belum keluar,
pasien mengatakan nyeri pada kedua payudara jika di pegang. Data
Obyektif: ASI belum keluar pada saat di peraah, payudara teraba keras,
pasien terlihat sakit saat payudaranya di pegang, bayi menangis setelah
menyusu.
24

Sedangkan bila berdasarkan SDKI menurut PPNI (2017) harus ada


tanda mayor dan minor yang ditemukan pada pasien, dimana data mayor:
Subyektif (Kelelahan maternal, kecemasan maternal). Objektif (bayi tidak
mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes atau memancar,
BAK bayi kurang dari delapan kali dalam 24 jam, serta nyeri atau lecet
terus menerus setelah minggu kedua. Data minor: Subyektif (tidak tersedia).
Objektif: (intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus,
bayi menangis saat disusui, bayi rewel dan menangis terus dalam jam- jam
pertama setelah menyusui, menolak untuk menghisap.) Sedangkan dikasus
Ny I yang sesuai dengan data mayor dan minor SDKI PPNI (2017) adalah
ASI belum keluar dan bayi menangis setelah menyusu.
Tahap diagnosa keperawatan pada askep Ny I adalah
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI tidak
cukup ditandai dengan DO: Pasien mengatakan ASI belum keluar, pasien
mengatakan nyeri pada kedua payudara jika di pegang. DS: ASI belum
keluar pada saat di perah, payudara teraba keras, pasien terlihat sakit saat
payudaranya di pegang, bayi menangis setelah menyusu. Diagnosa
keperawatan berdasarkan SDKI menurut PPNI (2017) yaitu menyusui tidak
efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan reflek oksitosin dibuktikan
dengan kelelahan maternal dan kecemasan maternal, bayi tidak mampu
melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes atau memancar.
Selanjutnya BAK bayi kurang dari delapan kali dalam 24 jam, serta
nyeri atau lecet terus menerus setelah minggu kedua, intake bayi tidak
adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi menangis saat disusui,
bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui,
serta menolak untuk menghisap. Pada saat menegakkan diagnosa
keperawatan ini harus ditemukan data subyektif dan obyektif baik mayor
maupun minor 80%, sehingga bila ditelaah dari kasus Ny I harus dikaji
data kembali tentang kelelahan maternal dan kecemasan maternal, bayi
25

tidak mampu melekat pada payudara ibu, BAK bayi kurang dari delapan
kali dalam 24 jam, serta nyeri atau lecet terus menerus setelah minggu
kedua, intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi
rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui, serta
menolak untuk menghisap.
Tahap perencaaan pada kasus Ny I dituliskan tujuan dan kriteria
berdasarkan NOC adalah Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam pemberian ASI efektif dengan kriteria hasil :bayi minimal
menyusu 8 kali sehari sesuai dengan kebutuhan, Urine outpot sesuai usia
sebagian besar adekuat (2-6 kali sehari, payudara penuh sebelum
menyusui, ASI memancar ketika dipalpasi, ibu mampu menyusui dengan
teknik yang benar Bila ditelaah cara penulisan tujuan sudah memenuhi
SMART yaitu dimana Specific : artinya tiap kriteria berisi tujuan yang
spesifik atau tidak samar (pemberian ASI efektif) Measurable: artinya
dapat terukur (bayi minimal menyusu 8 kali sehari sesuai dengan
kebutuhan), Achieveable: tahu cara mencapainya (ASI memancar ketika
dipalpasi, Urine outpot sesuai usia sebagian besar adekuat (2-6 kali
sehari) ) , Realistic: bersifat masuk akal (ibu mampu menyusui dengan
teknik yang benar) Timely:waktu yang di tetapkan.(1x24jam)
Luaran berdasarkan SLKI menurut PPNI (2019), dituliskan setelah
dilakukan intervensi selama 3x24jam, diharapkan status menyusui
membaik dengan kriteria hasil: Miksi bayi meningkat lebih dari 8 kali/24
jam (Berat badan bayi naik, tetesan/pancaran ASI meningkat, suplai ASI
adekuat meningkat, bayi tidur setelah menyusui meningkat, intake bayi
meningkat, frekuensi miksi bayi membaik, bayi rewel menurun. Selain
luaran utama yang jadi acuan di tambah lagi luaran tambahan yaitu status
nutrisi bayi membaik dengan kriteria (frekuensi makan/menyusu membaik,
kesulitan menurun. Intervensi pada kasus Ny I berdasarkan NIC adalah
lakukan teknik relaksasi (pijat oksitoksin) untuk melancarkan ASI, ajarkan
26

langkah-langkah pijat okstoksin, pantau pembengkakan payudara yang


berhubungan dengan ketidaknyamanan, libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan.
Sedangkan bila intervensi keperawatan berdasarkan SIKI menurut
PPNI (2018) meliputi intervensi utama dan intervensi tambahan. Intervensi
utama yaitu: edukasi menyusui. Intervensi pendukung: edukasi nutrisi bayi,
terapi relaksasi: pijat oksitosin. Intervensi utama diantaranya identifikasi
kesiapan dan kemampuan menerima informasi, identifikasi tujuan atau
keinginan menyusui, sediakan materi dan media pedidikan kesehatan,
jadwalkan penidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan
untuk bertanya, dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam
menyusui, libatkan system pendukung: suami, keluarga, tenaga kesehatan
dan masyarakat, berikan konseling menyusui, jelaskan manfaat menyusui
bagi ibu dan bayi, ajarkan 4(empat)posisi menyusui dan perlekatan (lacth
on) dengan benar, ajarkan perawatan payudara antepartum dengan
mengkompres dengan kapas yang telah diberikan minyak kelapa, ajarkan
perawatan payudara post partum (mis. Pijat payudara, pijat oksitoksin).
Intervensi pendukung yaitu identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi, identifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara (pijat oksitokin), sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan (pijat oksitoksin), jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan, beri kesempatan untuk bertanya, Identifikasi kesiapan dan
kemampuan ibu atau pengasuh menerima informasi, Identifikasi
kemampuan ibu atau pengasuh menyediakan nutrisi, Sediakan materi dan
media pendidikan kesehatan, Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan, Berikan kesempatan pada ibu atau pengasuh untuk bertany,
Jelaskan tanda-tanda awal rasa lapar(mis. Bayi gelisah, membuka mulut
dan menggeleng-gelengkan kepala, menjulur-julurkan lidah, menghisap jari
atau tangan, Anjurkan menghindari pemanis buatan, Ajarkan perilaku
27

hidup bersih dan sehat (PHBS) (mis. Cuci tangan sebelum dan seudah
makan, cuci tangan dengan sabun setelah ke toilet), Ajarkan cara memilih
makanan sesuai dengan usia bayi, Ajarkan cara mengatur frekuensi makan
sesuai usia bayi, Anjurkan untuk tetap mmberikan ASI saat bayi sakit.
Baik pada kasus Ny I dan teori berdasarkan SIKI sama-sama
menerapkan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI sebagai
intervensi untuk mengatasi masalah ASI yang tidak cukup. Pijat oksitosin
ini memang salah satu tindakan non farmakologi yang berguna untuk
meningkatkan produksi ASI, melihat dari beberapa teori dan telaah jurnal
serta penerapan asuhan keperawatanya, saya merasa bahwa pijat oksitoksin
ini memang efektif untuk meningkatkan produksi ASI karena adanya
sentuhan atau pijatan yang bisa membuat ibu tenang dan rileks sehingga
produksi ASI pun bisa meningkat tidak lupa pula nutrisi bayi juga
terpenuhi. Oleh karena itu pijat oksitoksin ini direkomendasikan untuk ibu
yang mengalami masalah ASI tidak cukup.
Pijat oksitoksin adalah pijat yang dilakukan di punggung dengan
menggosok kedua sisi tulang belakang, dan menggunakan kepala tinju
kedua tangan dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan berdasarkan
SOP yang sudah ada. Pijat ini dilakukan selama 3-5 menit dalam sehari 2
kali (Ridawati, 2019). Langkah-langkah yang dilakukan: menjelaskan
kepada klien tentang tindakan yang akan di lakukan, mempersiapkan bahan
yang akan dilaksanakan, mempersiapkan lingkungan untuk menjaga
privacy klien, mempersiapkan ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas
dan membantu ibu duduk di kursi dengan posisi menunduk pada meja,
melakukan cuci tangan efektif (7 langkah dengan menggunakan sabun dan
membilasnya dengan air mengalir serta mengeringkan tangan dengan
handuk pribadi, meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan
membuat gerakan melingkar dalam keluar sampai ke punggung bawah,
meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan membuat
28

payudara dan meletakan kedua ibu jari berhadapan di punggung sejajar


dengan payudara dan melakukan gerakan memijat ke arah atas sampai ke
bawah punggung. Pasca tindakan : memberitahukan klien bahwa tindakan
sudah selesai dan merapihkan klien, mencuci tangan efektif (7 langkah)
dengan sabun di bawah air mengalir dan mengeringkannya dengan handuk
pribadi, melakukan pencatatan hasil tindakan.
Adapun dari beberapa telaah jurnal prosedur pijat oksitosin langkah-
langkah yang dilakukan pertama ibu melepas pakaian bagian atas dan bra,
pasang handuk di pangkuan ibu, kemudian posisi ibu duduk dikursi
(gunakan kursi tanpa sandaran untuk memudahakan penolong atau
pemijat), kemudian lengan dilipat diatas meja didepannya dan kepala
diletakkan diatas lengannya, payudara tergantung lepas tanpa baju.
Melumuri kedua telapak tangan menggunakan minyak atau baby oil
Selanjutnya penolong atau pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepal tangan, dengan ibu jari menunjuk ke
depan dan menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk
gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari. Pada saat
bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari leher
kearah tulang belikat. Tidak ada perbedaan langkah-langkah pijat oksitosin
berdasarkan RSUD DR Soekardjo Kota Tasikmalaya dengan hasil jurnal
yang telah di telaah, bedanya hanya dari alat dan bahannya, di jurnal
menggunakan baby oil dan handuk sedangkan dari RSUD Dr. Soekardjo
tidak menggunakan baby oil dan handuk. Dari tiga jurnal semua langkah-
langkahnya sama.
Tahap evaluasi pada kasus Ny. I evaluasi yang digunakan berdasarkan
SOAP/SOAPIER (NANDA) begitu pula dengan secara teori pun SDKI
menggunakan format SOAP/SOAPIER dan hasil mengacu pada SLKI
menurut PPNI (2019). Evaluasi yang pada kasus Ny I adalah:
S: Pasien mengatakan merasa lebih nyaman, rileks dan paham
29

O: ASI terlihat keluarsaat di perah


A: Ketidakefektifan pemberian ASI teratasi
P: Monitor pengluaran ASI
Sedangkan evaluasi berdasarkan SLKI menurut PPNI (2019) klien harus
mencapai:
S: Klien mengatakan kelelahan yang dialami berkurang
Klien mengatakan kecemasan yang dialami berkurang
O: Perlekatan bayi pada payudara ibu tampak meningkat
Tetesan/pancaran ASI tampak meningkat
Suplai ASI tampak adekuat
Bayi tampak tidak rewel
A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil
Tujuan belum tercapai apabila respon klien tidak sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan
P: Pertahankan kondisi klien apabila tujuan tercapai
Lanjutkan intervensi apabila terdapat tujuan yang belum mampu
dicapai oleh klien
Evaluasi pada kasus maupun standar keperawatan sama-sama
menggunakan format SOAP untuk menilai ketercapaian dari tujuan dan
kriteria yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil telaah jurnal dan
askep pada ibu postpartum dengan penerapan pijat oksitosin adalah:
1. Pengkajian pada pasien yang mengalami masalah pada payudara
yang berakibat pada penurunan ASI biasanya di tandai dengan
payudara teraba keras, penuh, hangat, pasien terlihat sakit pada saat
payudaranya dipegang, puting susu menonjol, ASI belum keluar
saat diperah, bayi rewel dan menangis pada jam-jam pertama
setelah menyusu, BAK kurang dari 8 kali dalam 24jam, BB bayi
belum bertambah, kualitas tidur bayi kurang (normalnya 8jam siang
dan 8.5jam malam),
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat sebagai masalah utama pada
pasien post partum adalah menyusui tidak efektif dibuktikan
dengan kelelahan maternal dan kecemasan maternal, bayi tidak
mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes atau
memancar, BAK bayi kurang dari delapan kali dalam 24 jam, serta
nyeri atau lecet terus menerus setelah minggu kedua, intake bayi
tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi menangis
saat disusui, bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui, serta menolak untuk menghisap.
3. Intervensi keperawatan meliputi: intervensi utama: edukasi
menyusui dan intervensi pendukung: pemeriksaan payudara,
edukasi nutrisi bayi, terapi relaksasi: pijat oksitosin. Pada kasus
intervensi utamanya pijat oksitosin

31
32

4. Implementasi keperawatan menunjukkan bahwa pijat oksitoksin


meningkatkan produksi ASI, waktu yang digunakan selama 3-5
menit dilakukan dua kali dalam sehari.
5. Evaluasi keperawatan pasien yang mengalami ketidaklancaran ASI
dengan tindakan pijat oksitoksin berdasarkan telaah 3 jurnal dan 1
asuhan keperawatan menunjukan bahwa ada peningkatan sebelum
diberikan pijat oksitoksin rata – rata produksi ASI pada ibu sebesar
1,267ml sedangkan setelah diberikan pijat oksitoksin sebesar 1.933
ml

5.2 Saran
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Perawat di rumah sakit untuk menerapkan piajt oksitosin
sebagai upaya untuk mengatasi masalah klien menyusui tidak
efektif karena produksi ASI sedikit, payudara bengkak agar
produksi ASI lancar dan menjalankan tindakan tersebut sesuai
dengan SOP yang telah ditetapkan dan berdasarkan evidence based
terkait pijat oksitosin
2. Bagi Responden
Melakukan pijat oksitoksin, bila kelancaran prosuksi ASI
terhamabat atau payudara bengkak sehingga proses menyusui tetap
berjalan sesuai dengan langkah-langkah pijat oksitosin.
3. Bagi FIKes Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Penerapan pijat oksitosin ini selalu diberikan pada ibu-ibu yang
mengalami masalah kelancaran ASI atau payudara bengkak sebagai
bentuk pemberi asuhan kepada klien, dan sebagai bentuk
penyuluhan dengan memberikan informasi terkait dengan pijat
oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA

Asih,Yusari. 2017. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Produksi ASI pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan. Vol. XIII, No.2. ISSN : 1907-035 di akses
tanggal 10 maret 2020
<http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/931>

Carpenito,Linda, Juall.(2010).Rencanana Asuhan dn Pendokumentasian


Keperawatan.Alih Bahasa Monica Ester. Edisi 2.Jakarta: EGC

Delima,Mera, Gina Zulfia Arni, Ernalinda Rosya. 2016. Pengaruh Pijat Oksitoksin
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu menyusui di Puskesmas Plus
Mandiangin. Jurnal Ipteks Terapan. Vol.9 No.4 . ISSN : 1979-9292. E-
ISSN : 2460-5611 di akses tanggal 10 maret 2020
<http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view/1238>

Kiftia,Mariatul 2015. Pengaruh Pijat Oksitoksin terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Post Partum. Jurnal Keperawatan. Vol.3 No 1 ISSN: 2338-6371. Diakses
tanggal10 Maret 2020
<http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5128>

Kusumaningrum,Tyas.Dkk.2016.Gambaran Faktor yang tidak memberikan ASI


ekslusif di Desa Cepoksawit Kabupaten Boyolali.tesis.Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses tanggal 21 juni 2020
<http://eprint.ums.ac.id >
Manurung,Riyanti.Dkk.2020. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Kelancaran ASI
Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Sitinjo Kabupaten Dairi Tahun 2019.
Excellent Midwifery Journal. Vol.3 No 1 P-ISSN : 2620-8237 E-ISSN :
26209829 di akses tanggal 14 juni 2020
<http://jurnal.mitrahusada.ac.id/index.php/emj/article/view/123>

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo,soedkidjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta:


Rineka Cipta

Nugraheni,Aulia. 2010.Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Spontan di akses


tanggal 10 maret 2020.
<https://independent.academia.edu/NugraheniAyu>

31
32

Nurarif A.H dan Kusuma. 2015. Aplikasi Auhan Keperawatn Berdasarkan


NANDA NIC-NOC.Jogjakarta : MediaAction

Potter.P, A.Perry.2011.Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC

Rahayu,Puspa Tri .2017.Pengalaman Baby Blues. Fakultas Ilmu Kesehatan


UMP.diakses tanggal 9 maret 2020
<http://repository.ump.ac.id/4661/2/Puspa%20Tri%20Rahayu%20BAB
%20I.pdf>

Ratnawati, Ana. 2017. Keperawatan Maternitas.Yoyakarta: Pustaka Baru

Setyowati, Heni, Ari andayani, Widayati. 2015. Perbedaan Produksi ASI pada Ibu
Post Partum Setelah Pemebrian Pijat Oksitoksin.Jurnal Keperawatan
Soedirman. Vol.10 No.3 di akses tanggal 10 maret 2020
<http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/624>

Standar Oprasional Prosedur (SOP) Pijat Oksitoksin(2010) dikutip dari RSU dr


Soekardjo Kota Tasikmalaya

Sulaeman,Ridawati, Dkk. 2019. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Pengeluaran


Asi Pada Ibu Post Partum Primipara.Jurnal Kesehatan Prima. Vol.13 No.1.
ISSN : 1978-1334 (print). ISSN : 2460-8661 (online) diakses tanggal 10
maret 2020
<http://jkp.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/article/view/193>

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018. Standar intervensi Keperawatan


Indonesia.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. StandarLuaran Keperawatan Indonesia.Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perwat Nasional Indonesia.

Triananinsi,Nurhidayat, Dkk.2019.Pengaruh Terapi Pijat Oksitosin Terhadap


Kelancaran ASI pada Ibu Nifas di Puskesmas Caile Kabupaten
Bulukumba.Seminar Nasional Sains,Teknologo,dan Sosial Humaniora
UTT 2019. Vol 1 No 1 di akses tanggal 14 juni 2020
<https://uit.e-journal.id/SemNas/article/view/710>
33

Wahyuningsih, S & Mahasiswi D3 keperawatan. 2019. Asuhan Keperawatan Post


Partum. Yogyakarta: Deepublish

Zamzara,Reza Fahilani, Dewi Ernawati, Ari Susanti.2015.Pengaruh Pijat Oksitosin


Terhadap Waktu Pengeluaran Kolostrum Ibu Post Partum Sectio
Caesaria.Journal Of Health Sciences.Vol.8 No.2. di akses tanggal 11 maret
2020
<http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/view/75>

Zu,Merry.2017.Makalah Post partum.Slide Share.dipublikasikan. 3 November


2017. Di akses tanggal 12 maret 2020
<https://www.slideshare.net/MeRryZu/makalah-post-partum>
Lampiran II
Tabel Lembar Konsultasi Pembimbing I

No Tanggal Materi Rekomendasi paraf


1. 17-06-2020 Jurnal Tambahkan jurnal yang berkaitan
dengan topik yang akan di ambil
Judul Perbaiki latar belakang
Bab I Perbaiki rumusan masalah, tujuan
Bab II Askep: pengkajian, DO DS menjadi
focus pada diagnosa keperawatan
Bab III yang ditentukan.
Bab IV Perbaiki sesuai petunjuk
Bab V Perbaiki sesuai petunjuk
Perbaiki sesuai petunjuk
2 24-06-2020 Bab II Perbaiki Diagnosa keperawatan
sesuai SDKI
Bab II Perbaiki keluhan utama dan DO DS
Bab II Lengkapi intervensi, evaluasi sesuai
SDKI, SLKI, SIKI.
Bab III Perbaiki metode pencarian studi
Bab IV literatur
Bab V Tambahkan table telaah Askep
Perbaiki kesimpulan dan saran
3 28-06-2020 Bab IV Lengkapi pembahasan

4 04-07-2020 Bab IV Lengkapi pembahasan


Tambahkan Abstrak
5 08-07-2020 ACC
Lampiran III
Tabel Lembar Konsultasi Pembimbing II

No Tanggal Materi Rekomendasi paraf


1 14-07-2020
2. 01-07-2020

3 08-07-2020
4 09-07s-2020 ACC

Anda mungkin juga menyukai