Disusun Oleh :
Leni Marlina
NIM: E1714401018
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN
PENERAPAN PIJAT OKSITOKSIN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASI
Oleh :
Leni Marlina
NIM: E1714401018
i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Leni Marlina
i
LEMBAR PERNYATAAN
ORGINALITAS KARYA TULIS ILIMIAH
ASI
NIM : E1714401018
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa karya dengan
judul tersebut merupakan karya original (hasil karya sendiri) dan belum pernah di
publikasikan atau merupakan karya dari orang lain, kecuali dalam bentuk kutipan dari
beberapa sumber yang telah di cantumkan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila terbukti
terdapat pelanggaran di dalamnya, maka saya bersedia untuk menanggung dan
menerima segala konsekwensinya, sebagai bentuk tanggung jawab dari saya.
Leni Marlina
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah di setujui oleh pembimbing untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
…………………. ( )
………………….
…………………. ( )
…………………
………………… ( )
…………………
Mengetahui,
Ketua program studi
D3Keperawatan UMTAS
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2020
LENI MARLINA
E1714401018
ABSTRAK
v bab+ 7 tabel + 49 halaman+ 2 lampiran
Ibu setelah melahirkan, akan mengalami rasa ketidaknyamanan di seluruh tubuh, stres
dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan
menghambat sekresi hormon oksitosin yang berperan dalam pengeluaran ASI. Pijat
oksitosin merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.Tujuan karya
tulis ilmiah ini untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada ibu post
partum dengan penerapan pijat okstitoksin untuk meningkatkan produksi ASI
berdasarkan literature review. Metode yang digunakan studi literature dengan
penelusuran 3 jurnal dan 1 penerapan asuhan keperawatan melalui search engine
google scholar. Hasil menunjukkan bahwa pijat oksitoksin mampu meningkatkan
produksi ASI. Dalam penerapan asuhan keperawatan ditelaah menggunakan standar
keperawatan menurut PPNI, ditemukan perbedaan data yang tidak sesuai dengan
standar keperawatan yaitu payudara teraba keras, pasien terlihat sakit saat payudara di
pegang. Masalah keperawatan di kasus ketidakefektifan pemberian ASI sedangkan
menurut standar menyusui tidak efektif. Tahap perencanaan, pada kasus terdapat
pantau pembengkakan payudara yang berhubungan dengan ketidaknyamanan
sedangkan pada standar tidak ada. Tahap implementasi pada kasus didapatkan
peningkatan produksi ASI setelah diberikan pijat oksitosin. Simpulan ada pengaruh
pijat oksitoksin terhadap pengeluaran ASI. Disarankan kepada perawat untuk
menerapkan pijat oksitosin sebagai upaya untuk mengatasi menyusui tidak efektif
karena ketidaklancaran produksi ASI sesuai SOP.
v
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY TASIKMALAYA
FACULTY OF HEALTH SCIENCE
STUDY PROGRAM D III NURSING
Scientific Papers, July 2020
LENI MARLINA
E1714401018
ABSTRACT
v chapter + 7 tables + 49 pages + 2 attachments
Mother after giving birth, will experience discomfort throughout the body, stress and
worry can not meet the needs of breast milk for her baby. This will inhibit the
secretion of the hormone oxytocin which plays a role in the release of breast milk.
Oxytocin massage is one of the efforts to overcome these problems. The purpose of
this scientific paper is to find out the picture of nursing care in post partum mothers
by implementing octstitoxin massage to increase milk production based on literature
review. The method used is the study of literature by searching 3 journals and 1
application of nursing care through the Google Scholar search engine. The results
show that oxytocin massage can increase milk production. In the application of
nursing care, it was examined using nursing standards according to PPNI, found
differences in data that were not in accordance with nursing standards, namely
palpable hard breasts, the patient looked sick when the breast was held. Nursing
problems in the case of the ineffectiveness of breastfeeding while according to
breastfeeding standards are not effective. The planning stage, in the case of breast
swelling, is associated with discomfort while there is no standard. Implementation
phase in the case of an increase in milk production after giving oxytocin massage.
Conclusion there is the effect of oxytocin massage on the expenditure of breast milk.
It is recommended to nurses to apply oxytocin massage as an effort to overcome
ineffective breastfeeding because of the lack of smooth milk production according to
Standart Operating Procedures.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidyah-Nya kepada kita semua, shalawat beserta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Rasulullah SWT beserta keluarganya. Penulisan karya tulis ilmiah
ini berjudul : “Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum dengan Penerapan
Pijat Oksitoksin untuk Meningkatkan Produksi ASI” dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas akhir Diploma III Keperawatan dan uintuk mengetahui
gambaran asuhan keperawatan pada ibu post partum dengan penerapan pijat
oksitoksin untuk meningkatkan produksi ASI.
Terimakasih saya ucapkan kepada :
1. DR. Ahmad Qonit, AD.,MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya
2. Sri Mulyanti M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Tasikmalaya.
3. Nina Pamela Sari M.Kep., selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya dan sekaligus sebagai
pembimbing pendamping atas bimbingan dan arahannya dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini
4. Neni Nuraeni, M.Kep, Ns. Sp.Kep.Mat., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya semaksimal mungkin sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sesuai target yang ditentukan.
5. Seluruh staf Dosen, dan karyawan/karyawati Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya yang turut mendukung dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Rekan-rekan mahasiswa program studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya atas kerjasama dalam
memberikan dukungan dan bantuan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
Penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini menyadari sepenuhnya masih
jauh dari kata sempurna karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi terciptanya karya tulis ilmiah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1..........................................................................................................6
Tabel 2.2..........................................................................................................8
Tabel 2.3.........................................................................................................12
Tabel 2.4.........................................................................................................13
Tabel 3.1.........................................................................................................16
Tabel 4.1.........................................................................................................18
Tabel 4.2.........................................................................................................20
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
gizi buruk sebesar 3.9% dan yang menderita gizi kurang 13.8%. Hasil
RISKESDAS 2013, bayi yang mengalami masalah gizi buruk sebesar 5.7%
dan bayi dengan gizi kurang sebesar 13.9%. Jadi, ada penurunan status gizi di
tahun 2018 dibandingkan dengan status gizi tahun 2013.
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMP) 2019, bayi yang
mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi
balita yang mengalami stunting (tinggi badan dibawah standar menurut usia)
sebesar 30.8%, turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37.2%. Dalam
laporan tersebut, jumlah kematian ibu sebanyak 823/100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2015). Tahun 2018 lalu, ada 28 kasus AKI
(Angka Kematian Ibu) di Kabupaten Tasikmalaya. Angka ini turun dari tahun
2017 yang mencapai 45 kasus atau turun hingga 46.6%, sedangkan angka
kematian bayi 57.97% (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2019).
Hasil penelitian Kiftia (2015) mengatakan bahwa adanya perbedaan
atau pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah terapi pijat oksitoksin
karena pemijatan pada punggung itu dapat merangsang pengeluaran hormon
endorphin, sehingga pemijatan dapat menurunkan ketegangan otot. Tulang
belakang merupakan daerah yang mudah terjadi penegangan otot ketika
kelelahan sehingga pemijatan ini bisa meningkatkan produksi ASI. Hasil
penelitian Sulaeman, et all (2019) mengatakan bahwa adanya perbedaan atau
pengaruh yang signifikan sebelum dan setelah terapi pijat oksitoksin karena
ASI yang tidak keluar bukan karena produksi ASI nya yang kurang namun
pengeluarannya yang terhambat akibat hambatan sekresi oksitoksin.
Pijat oksitoksin direkomendasikan agar tidak terjadi keterlambatan
pengeluaran ASI. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Asih (2016)
mengatakan bahwa adanya perbedaan atau pengaruh sebelum dan setelah
terapi pijat oksitoksin terhadap jumlah produksi ASI karena pada saat
melahirkan hormon estrogen dan progesteronnya turun drastis, sehingga di
gantikan oleh hormon prolaktin dan oksitoksin, mereka berperan dalam proses
4
lakstasi sehingga pengeluaran ASI lancar, dapat membuat ibu nyaman dan
produksi ASI bisa keluar dengan baik.
Hasil penelitian Rinayanti, et all (2019) mengatakan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah di lakukan pijat oksitoksin
terhadap jumlah produksi ASI, karena pijat ini merangsang hormon oksitoksin
sehingga membuat tenang dan dapat meningkatkan produksi ASI. Kemudian
hasil penelitian Triananinsi, et all (2019) mengatakan setelah dilakukan pijat
oksitoksin jumlah ASI meningkat karena pijat oksitoksin merupakan sentuhan
yang dilakukan pada punggung dapat merangsang hormone oksitoksin.
Perawat dalam hal ini sangat berperan sebagai tenaga kesehatan yang
paling dekat dengan pasien untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
memberikan tindakan keperawatan agar ibu tetap nyaman dan kebutuhan
nutrisi bayi terpenuhi. Untuk itu penulis tertarik untuk menerapkan pijat
oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu postpartum.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dengan penerapan pijat
oksitoksin untuk peningkatan produksi ASI pada ibu post partum berdasarkan
literature review.
6
7
Apa yang ingin dicapai harus bisa diukur, misalnya seberapa kuat,
seberapa sering, seberapa banyak atau seberapa dalam
3. Achievable
Tujuan yang ditetapkan harus bisa dicapai. Dengan begitu akan
berkomitmen untuk mencapainya dengan seungguh-sungguh. Jangan
sampai menetapakan tujuan yang tidak mungkin dicapai
4. Realistis
Hal lain yang harus dipenuhi oleh tujuan yang ingin dicapai. Jangan
membuat tujuan yang terlalu sulit sehingga tidak mungkin dicapai atau
membuat tujuan yang tidak sejalan dengan keinginan.
5. Timely
Harus bisa menetapkan tujuan tersebut harus dicapai, apakah minggu
depan, tahun depan.
Tabel 2.2 Perencanaan: Luaran dan Intervensi Keperawatan
kesepakatan
c. Beri kesempatan
untuk bertanya
3. Edukasi Nutrisi bayi
Observasi:
a. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan ibu
atau pengasuh
menerima informasi
b. Identifikasi
kemampuan ibu atau
pengasuh
menyediakan nutrisi
Terapeutik:
a. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
b. Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan
pada ibu atau
pengasuh untuk
bertanya
Edukasi:
a. Jelaskan tanda-tanda
awal rasa lapar(mis.
Bayi gelisah,
membuka mulut dan
menggeleng-
gelengkan kepala,
menjulur-julurkan
lidah, menghisap jari
atau tangan
b. Anjurkan
menghindari pemanis
buatan
c. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat (PHBS) (mis.
Cuci tangan sebelum
dan seudah makan,
cuci tangan dengan
sabun setelah ke
toilet)
d. Ajarkan cara memilih
11
makanan sesuai
dengan usia bayi
e. Ajarkan cara
mengatur frekuensi
makan sesuai usia
bayi
f. Anjurkan untuk tetap
mmberikan ASI saat
bayi sakit
11.1.4 Implementasi.
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana intervensi yang telah
disusun untuk mengatasi ibu post partum yang mengalami menyusui tidak
efektif berdasarkan SIKI menurut PPNI (2018).
11.1.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi
dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program
selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan.
Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk Subjectif, Objectif, Assessment, Planning (SOAP) yang mengacu
kepada luaran yang diiharapkan berdasarkan SLKI menurut PPNI (2019) yaitu
12
C. Pasca Tindakan
1) Memberitahukan klien bahwa tindakan sudah selesai dan
merapihkan klien
2) Mencuci tangan efektif (7 langkah) dengan sabun di bawah air
mengalir dan mengeringkannya dengan handuk pribadi
14
15
16
Metode
No Peneliti Thn Vol Judul (Desain, Sample, Hasil penelitian Database
Variabel, Instrumen,
Analisis)
http://
1. Sulaeman, 2019 13 Pengaruh pijat Desain: desain yang Hasil uji statistik jkp.polte
Ridawati. oksitoksin digunakan Quasi menggunakan Wilcoxon kkes-
Dkk terhadap Experiment dengan match pairs test matara
pengeluaran rancangan one grup diperoleh p value =
m.ac.id/
pada ibu post pre dan post test 0,000 atau p < α=0,05
partum design yang berarti H0 ditolak index.ph
primipara Sampel: sampel dalam H1 diterima atau ada p/
penelitian ini sebanyak pengaruh yang home/
30 responden signifikan pijat article/
Variabel: semua ibu oksitoksin pada ibu post view/
postpartum normal partum. Sehingga di 193>
hari pertama dapat disimpulkan
Instrumen: instrumen bahwa pijat oksitoksin
menggunankan lembar berpengaruh terhadap
observasi pengeluaran ASI pada
Analisis: analisis yang ibu post partum
digunakan dalam
penelitian ini adalah
uji statistic Wilcoxon
2. Triananinsi, 2019 1 Pengaruh terapi Desain: desain yang Hasil penelitian dari 30 https://
Nurhidayat pijat oksitoksin digunakan Quasi responden yang dibagi uit.e-
Dkk terhadap Experiment dua kelompok pada journal.id
kelancaran ASI Sampel: sampel dalam kelompok control /
18
19
pada ibu nifas penelitian ini sebanyak terdapat 5 ibu nifas SemNas/
di Puskesmas 30 responden (33.3%) yang article/
caile Kabupaten Variabel : ibu post pengeluaran ASI nya view/710
Bulukumba partum normal dan lancer sedangkan 2 ibu
menyusui bayinya nifas (13.3%) yang tidak
Instrumen : instrumen lancer. Pengujian
mengguanakan lembar menggunakan uji Mann
observasi Whitney U, dengan hasil
Analisis : analisis Asymp Sig. (2-tailed)
yang digunakan dalam 0.003<0.05 atau 5%.
penelitian ini adalah Dengan demikian H0 di
uji Mann Whitney U tolak yang artinya ada
pengaruh pijat
oksitoksin pada ibu
nifas terhadap
kelancaran ASI di
Puskesmas Caile
Kabupaten Bulukumba.
3. Manurung, 2020 3 Pengaruh pijat Desain: jenis Hasil dari analisis http://
Riyanti oksitoksin penelitian ini bivariate menunjukan p jurnal.mit
Herna. terhadap merupakan Quasi value= p=0.000(p<0,05) rahusada.
Dkk kelancaran ASI Experiment dengan demikian H ac.id/
pada ibu nifas Sampel : sampel diterima: penelitian ini index.php
di Puskesmas dalam penelitian ini menunjukan ada /emj/
Sitinjo sebanyak 34 pengaruh yang article/
Kabupaten responden signifikan setelah view/123
Dairi tahun Variabel : ibu nifas dilakukan pijat
2019 yang menyusui oksitoksin.
bayinya
Instrumen : instrument
menggunakan lembar
observasi
Analisis : data
analisis menggunakan
Independent sample
test-T.
20
4.2 Pembahasan
Hasil telaah dari ke tiga jurnal tentang pijat oksitoksin dapat di
simpulkan bahwa pijat oksitoksin dapat di gunakan untuk meningkatkan
produksi ASI. Ketidaklancaran ASI merupakan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu post partum. Pijat oksitoksin di lakukan selama 3-5 menit
dalam sehari 2 kali sesuai SOP yang ada. Hasil responden menunjukan
adanya peningkatan produksi ASI setelah dilakukan pijat oksitoksin.
Peningkatan jumlah produksi ASI ini terjadi karena hormon oksitoksin
terangsang pada saat di lakukan sentuhan atau pijatan pada punggung dan
membuat tenang. Pada saat belum di berikan pijat oksitoksin, rata-rata ibu
post partum mengalami kesulitan mengeluarkan ASI (sebesar 1.267 ml)
dan pada saat setelah di lakukan pijat oksitoksin rata-rata ibu post partum
mengalami peningkatan produksi ASI ( sebesar 1.933 ml).
Hasil penelitian Sulaeman, et all (2019) pijat oksitoksin berpengaruh
terhadap pengeluaran ASI pada ibu partum, pijat ini dilakukan 3-5 menit
selama dua kali dalam sehari, kemudian menurut Triananinsi, et all (2019)
ada pengaruh signifikan terhadap kelancaran ASI pada ibu partum yang di
beri pijat oksitoksin, pijat oksitoksin ini di lakukan 5-10 menit selama satu
kali dalam sehari. Indikator yang di lihat dari ibu dan bayi, dimana pada
bayi meliputi: frekuensi BAK bayi selama/24jam (normalnya sebanyak 6
kali), karakteristik BAK (warna kuning jernih), frekuensi BAB ( pola
eliminasi tergantung asupan bayi di dapatkan, biasanya 2-5 kali/hari),
adanya kenaikan BB bayi. Indikator ibu dilihat dari : payudara tegang
karena terisi ASI, ibu rileks, frekuensi menyusui>8 kali sehari, ibu
menggunakan kedua payudara bergantian, posisi perlekatan benar, puting
tidak lecet, ibu menyusu tanpa jadwal, payudara kosong setelah ibu
menyusu.
22
pijatan ini dikenal dengan nama pijat oksitosin. Oksitosin adalah hormon
yang bereaksi ketika tubuh mendapat sentuhan.
Hormon ini diproduksi oleh hipotalamus di otak, kemudian
dikeluarkan oleh kelenjar yang berada di bagian belakang otak. Hormon
oksitosin dapat membuat seseorang bahagia dan tidak merasa sakit, serta
memberi stimulasi pada puting untuk membantu porses menyusui. Dampak
yang di berikan oleh pijat oksitoksin adalah meningkatkan produksi ASI,
dapat mengurangi rasa nyeri, dapat meningkatkan rasa nyaman, tubuh
menjadi rileks. Berdasarkan teori juga faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidaklancaran ASI antara lain: perawatan payudara, frekuensi penyusuan,
paritas, stress, penyakit atau kesehatan ibu, konsumsi alkohol, rokok, pil
kontrasepsi, asupan nutrisi.
Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada hari-hari pertama
setelah melahirkan dapat juga di sebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon prolaktin dan oksitoksin yang sangat berperan dalam kelancaran
produksi dan pengeluaran. Sedangkan Menurut (Kusumaningrum, Maliya,
& Hudiyawati, 2016). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ibu
mengalami menyusui tidak efektif terdiri dari faktor eksternal dan internal
dimana faktor internal meliputi : pengetahuan, pendidikan, pekerjaan serta
kesehatan ibu. Kemudian faktor eksternalnya sendiri meliputi : orang
penting sebagai referensi keluarga, sosial ekonomi, budaya, pengaruh iklan
susu formula.
Hasil telaah asuhan keperawatan pada Ny I dengan penerapan pijat
oksitosin yaitu pada tahap pengkajian, pada kasus Ny.I menurut Nugraheni,
A (2015) di temukan data subyektif : pasien mengatakan ASI belum keluar,
pasien mengatakan nyeri pada kedua payudara jika di pegang. Data
Obyektif: ASI belum keluar pada saat di peraah, payudara teraba keras,
pasien terlihat sakit saat payudaranya di pegang, bayi menangis setelah
menyusu.
24
tidak mampu melekat pada payudara ibu, BAK bayi kurang dari delapan
kali dalam 24 jam, serta nyeri atau lecet terus menerus setelah minggu
kedua, intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi
rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui, serta
menolak untuk menghisap.
Tahap perencaaan pada kasus Ny I dituliskan tujuan dan kriteria
berdasarkan NOC adalah Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam pemberian ASI efektif dengan kriteria hasil :bayi minimal
menyusu 8 kali sehari sesuai dengan kebutuhan, Urine outpot sesuai usia
sebagian besar adekuat (2-6 kali sehari, payudara penuh sebelum
menyusui, ASI memancar ketika dipalpasi, ibu mampu menyusui dengan
teknik yang benar Bila ditelaah cara penulisan tujuan sudah memenuhi
SMART yaitu dimana Specific : artinya tiap kriteria berisi tujuan yang
spesifik atau tidak samar (pemberian ASI efektif) Measurable: artinya
dapat terukur (bayi minimal menyusu 8 kali sehari sesuai dengan
kebutuhan), Achieveable: tahu cara mencapainya (ASI memancar ketika
dipalpasi, Urine outpot sesuai usia sebagian besar adekuat (2-6 kali
sehari) ) , Realistic: bersifat masuk akal (ibu mampu menyusui dengan
teknik yang benar) Timely:waktu yang di tetapkan.(1x24jam)
Luaran berdasarkan SLKI menurut PPNI (2019), dituliskan setelah
dilakukan intervensi selama 3x24jam, diharapkan status menyusui
membaik dengan kriteria hasil: Miksi bayi meningkat lebih dari 8 kali/24
jam (Berat badan bayi naik, tetesan/pancaran ASI meningkat, suplai ASI
adekuat meningkat, bayi tidur setelah menyusui meningkat, intake bayi
meningkat, frekuensi miksi bayi membaik, bayi rewel menurun. Selain
luaran utama yang jadi acuan di tambah lagi luaran tambahan yaitu status
nutrisi bayi membaik dengan kriteria (frekuensi makan/menyusu membaik,
kesulitan menurun. Intervensi pada kasus Ny I berdasarkan NIC adalah
lakukan teknik relaksasi (pijat oksitoksin) untuk melancarkan ASI, ajarkan
26
hidup bersih dan sehat (PHBS) (mis. Cuci tangan sebelum dan seudah
makan, cuci tangan dengan sabun setelah ke toilet), Ajarkan cara memilih
makanan sesuai dengan usia bayi, Ajarkan cara mengatur frekuensi makan
sesuai usia bayi, Anjurkan untuk tetap mmberikan ASI saat bayi sakit.
Baik pada kasus Ny I dan teori berdasarkan SIKI sama-sama
menerapkan pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI sebagai
intervensi untuk mengatasi masalah ASI yang tidak cukup. Pijat oksitosin
ini memang salah satu tindakan non farmakologi yang berguna untuk
meningkatkan produksi ASI, melihat dari beberapa teori dan telaah jurnal
serta penerapan asuhan keperawatanya, saya merasa bahwa pijat oksitoksin
ini memang efektif untuk meningkatkan produksi ASI karena adanya
sentuhan atau pijatan yang bisa membuat ibu tenang dan rileks sehingga
produksi ASI pun bisa meningkat tidak lupa pula nutrisi bayi juga
terpenuhi. Oleh karena itu pijat oksitoksin ini direkomendasikan untuk ibu
yang mengalami masalah ASI tidak cukup.
Pijat oksitoksin adalah pijat yang dilakukan di punggung dengan
menggosok kedua sisi tulang belakang, dan menggunakan kepala tinju
kedua tangan dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan berdasarkan
SOP yang sudah ada. Pijat ini dilakukan selama 3-5 menit dalam sehari 2
kali (Ridawati, 2019). Langkah-langkah yang dilakukan: menjelaskan
kepada klien tentang tindakan yang akan di lakukan, mempersiapkan bahan
yang akan dilaksanakan, mempersiapkan lingkungan untuk menjaga
privacy klien, mempersiapkan ibu untuk melepaskan pakaian bagian atas
dan membantu ibu duduk di kursi dengan posisi menunduk pada meja,
melakukan cuci tangan efektif (7 langkah dengan menggunakan sabun dan
membilasnya dengan air mengalir serta mengeringkan tangan dengan
handuk pribadi, meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan
membuat gerakan melingkar dalam keluar sampai ke punggung bawah,
meletakkan kedua ibu jari berhadapan di tengkuk ibu dan membuat
28
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat berdasarkan hasil telaah jurnal dan
askep pada ibu postpartum dengan penerapan pijat oksitosin adalah:
1. Pengkajian pada pasien yang mengalami masalah pada payudara
yang berakibat pada penurunan ASI biasanya di tandai dengan
payudara teraba keras, penuh, hangat, pasien terlihat sakit pada saat
payudaranya dipegang, puting susu menonjol, ASI belum keluar
saat diperah, bayi rewel dan menangis pada jam-jam pertama
setelah menyusu, BAK kurang dari 8 kali dalam 24jam, BB bayi
belum bertambah, kualitas tidur bayi kurang (normalnya 8jam siang
dan 8.5jam malam),
2. Diagnosa keperawatan yang diangkat sebagai masalah utama pada
pasien post partum adalah menyusui tidak efektif dibuktikan
dengan kelelahan maternal dan kecemasan maternal, bayi tidak
mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes atau
memancar, BAK bayi kurang dari delapan kali dalam 24 jam, serta
nyeri atau lecet terus menerus setelah minggu kedua, intake bayi
tidak adekuat, bayi menghisap tidak terus menerus, bayi menangis
saat disusui, bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui, serta menolak untuk menghisap.
3. Intervensi keperawatan meliputi: intervensi utama: edukasi
menyusui dan intervensi pendukung: pemeriksaan payudara,
edukasi nutrisi bayi, terapi relaksasi: pijat oksitosin. Pada kasus
intervensi utamanya pijat oksitosin
31
32
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Perawat di rumah sakit untuk menerapkan piajt oksitosin
sebagai upaya untuk mengatasi masalah klien menyusui tidak
efektif karena produksi ASI sedikit, payudara bengkak agar
produksi ASI lancar dan menjalankan tindakan tersebut sesuai
dengan SOP yang telah ditetapkan dan berdasarkan evidence based
terkait pijat oksitosin
2. Bagi Responden
Melakukan pijat oksitoksin, bila kelancaran prosuksi ASI
terhamabat atau payudara bengkak sehingga proses menyusui tetap
berjalan sesuai dengan langkah-langkah pijat oksitosin.
3. Bagi FIKes Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Penerapan pijat oksitosin ini selalu diberikan pada ibu-ibu yang
mengalami masalah kelancaran ASI atau payudara bengkak sebagai
bentuk pemberi asuhan kepada klien, dan sebagai bentuk
penyuluhan dengan memberikan informasi terkait dengan pijat
oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA
Asih,Yusari. 2017. Pengaruh Pijat Oksitoksin Terhadap Produksi ASI pada Ibu
Nifas. Jurnal Keperawatan. Vol. XIII, No.2. ISSN : 1907-035 di akses
tanggal 10 maret 2020
<http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/931>
Delima,Mera, Gina Zulfia Arni, Ernalinda Rosya. 2016. Pengaruh Pijat Oksitoksin
Terhadap Peningkatan Produksi ASI Ibu menyusui di Puskesmas Plus
Mandiangin. Jurnal Ipteks Terapan. Vol.9 No.4 . ISSN : 1979-9292. E-
ISSN : 2460-5611 di akses tanggal 10 maret 2020
<http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/jit/article/view/1238>
Kiftia,Mariatul 2015. Pengaruh Pijat Oksitoksin terhadap Produksi ASI Pada Ibu
Post Partum. Jurnal Keperawatan. Vol.3 No 1 ISSN: 2338-6371. Diakses
tanggal10 Maret 2020
<http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5128>
31
32
Setyowati, Heni, Ari andayani, Widayati. 2015. Perbedaan Produksi ASI pada Ibu
Post Partum Setelah Pemebrian Pijat Oksitoksin.Jurnal Keperawatan
Soedirman. Vol.10 No.3 di akses tanggal 10 maret 2020
<http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/624>
3 08-07-2020
4 09-07s-2020 ACC