Anda di halaman 1dari 168

1

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.“I”


DENGAN PENERAPAN SENAM NIFAS DI RB MITRA
ANANDA PALEMBANG TAHUN 2020

Nama : ELSA VIONA SAFITRI


NIM : 40017024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2020

i
2

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.“I”


DENGAN PENERAPAN SENAM NIFAS DI RB MITRA
ANANDA PALEMBANG TAHUN 2020

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Kebidanan

Nama : ELSA VIONA SAFITRI


NIM : 40017024

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2020

ii
3

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Elsa Viona Safitri
NIM : 400.17.024
Program Studi : DIII Kebidanan
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “I” dengan
Penerapan Senam Nifas Di Rumah Bersalin Mitra
Ananda Palembang Tahun 2020

Telah diperiksa dan telah disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dan
disetujui untuk dilakukan proses Ujian Laporan Tugas Akhir.

Palembang, Mei 2020


Pembimbing

Inge Anggi Anggarini, SSiT.,M.Keb


NBM: 1206443

Disetujui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

RA Aminah Maya, SST., M.Keb


NMB : 1098822

iii
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Laporan tugas
akhir ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangat lah sulit bagi saya untuk menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP,M.Kes selaku Ketua STIKes Muhammadiyah
Palembang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
2. Ibu RA Aminah Maya,SST.,M.keb selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan STIKes Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir.
3. Ibu Inge Anggi Anggarini,S.Si.T.,M.Keb selaku Dosen Pembimbing dan
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta
arahan dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Misni Herawati,STR.,Keb selaku pihak tempat penelitian dan staf
karyawan yang telah memberikan bimbingan di lahan praktik dan memberikan
kesempatan untuk pengambilan data.
5. Seluruh Dosen Program Studi DIII Kebidanan dan Staf Pegawai STIKes
Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan dukungan untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
6. Ny “I” selaku pasien yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini.

Akhir kata saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

iv
5

Palembang, Mei 2020

Penulis

v
6

ABSTRAK

Nama : Elsa Viona Safitri


NIM : 400.17.024
Program Studi : DIII Kebidanan
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny”I” dengan
Penerapan Senam Nifas
Jumlah Halaman : 126 halaman

(Latar Belakang) : Masa nifas adalah masa enam minggu setelah lahirnya bayi
dan sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Dalam masa nifas seorang ibu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis.
Oleh karena itu dilakukannya penerapan senam nifas yang bertujuan mengurangi
terjadinya depresi pada postpartum.
(Tujuan) : Melakukan asuhan kebidanan pada Ny”I” yang meliputi asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan neonatus secara
komprehensif serta untuk mengetahui pengaruh senam nifas terhadap resiko
terjadinya stres dan depresi
(Metode) : Metode yang digunakan adalah study kasus dan menilai pengaruh
senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang yang dilakukan pada
Ny”I” dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, daftar pustaka, dan pemberian kuesioner
kepada pasien sebelum dilakukan senam nifas
Hasil) : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama proses kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, dan neonatus pada Ny”I” di RB.Mitra Ananda Palembang
maka hasil asuhan yang didapat yaitu tidak ada kelainan selama proses tersebut
Ny”I” dapat menjaga pola nutrisi, pola istirahat, aktivitas personal hyiegne serta
melakukan apa yang dianjurkan oleh bidan. Dan setelah dilakukan senam nifas
selama ±4 minggu dengan frekuensi waktu 20-30 menit per hari terdapat
perubahan yang didapatkan oleh Ny”I” Asuhan kebidanan yang telah diberikan
pada Ny”I” menerapkan senam nifas yang bermanfaat dalam mencegah
terajadinya stres dan depresi.
(Kesimpulan) : Pada pelaksanaan asuhan kebidanan selama proses kehamilan,
persalinan, nifas bayi baru lahir dan neonatus tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktik. Pendokumentasian asuhan dan hasil temuan dituangkan dalam
format asuhan kebidanan antenatal care, asuhan kebidanan bersalin dan lembar
partograf, asuhan kebidanan nifas, asuhan kebidanan bayi baru lahir dan neonatus.
Asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny”I” menerapkan senam nifas yang
bermanfaat dalam mencegah terajdinya stress dan depresi setelah melahirkan.

Kata Kunci : Senam Nifas, Depresi postpartum

vi
7

ABSTRACK

Name : Elsa Viona Safitri


NIM : 400.17.024
Course : DIII Midwifery
Title : Midwifery Care Comprehensive Obstetrics in Ny "I" with the
Application of Puerperal Gymnastics
Page : 126 page

(Background): The postpartum period is a 6 weeks after the birth of the baby and
until the reproductive organs return to normal before pregnancy. During the
puerperium a mother will experience a transition period that is experiencing
physical and physiological changes. Therefore the application of puerperal
gymnastics is aimed at reducing the occurrence of postpartum depression.
(Goal): Do obstetric care in Ny "I" which includes the care of gynecologist
pregnancy, childbirth, newborn and neonatal comprehensively and to find out how
gymnastics influence against to reduce the occurrence of stress and depression
(Method): method used is a study of the case and assess the influence of
parturition gymnastics at home Birthing Partners Ananda Palembang conducted in
Ny "I" with the techniques of data collection through interviews, observation,
physical examination, study documentation, list Library, and administering
questionnaires to patients prior to parturition gymnastics
(Results): after a midwifery care during pregnancy, childbirth, childbirth,
newborn, neonatal and on Ny "I" in RB. Partner of Ananda Palembang's results
obtained is that there are no abnormalities during the process of Ny "I" can keep
the pattern of nutrition, rest, activity patterns of personal hygiene as well as doing
what is recommended by midwives. And after parturition gymnastics performed
for approximately 4 weeks with the frequency time 20-30 minutes per day there
are changes obtained by the Ny "I"Midwifery care has been given in Ny "I" apply
gymnastics beneficial in preventing stress and depression
(Conclusion): on the implementation of midwifery care during childbirth,
pregnancy, childbirth and neonatal newborn not found the gap between theory and
practice. Documentation of care and results poured in the form of antenatal care
obstetrics care, midwifery and maternity care sheet partograf, childbirth,
midwifery care of obstetrical care of newborn babies and neonates. Midwifery
care has been given in Ny "I" apply gymnastics beneficial in preventing stress and
depression
Keywords : Gymnastics, Postpartum Depression

vii
8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN............................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat ..................................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup .......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan ................................................................................................. 9
1. Pengertian Kehamilan ......................................................................... 9
2. Tujuan Kehamilan .............................................................................. 9
3. Tujuan Diagnostik Kehamilan .......................................................... 11
4. Pemeriksaan Kehamilan Antenatal Care ............................................. 14
5. Tujuan Antenatal Care ....................................................................... 15
6. Standard Pemeriksaan Kehamilan ..................................................... 15
7. Tanda Bahaya Kehamilan .................................................................. 17
B. Persalinan .................................................................................................. 18
1. Pengertian Persalinan .......................................................................... 18
2. Tanda dan gejala inpartu .................................................................... 19
3. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Persalinan ................................. 19
4. Tanda awal persalinan ........................................................................ 20
5. Mekanisme Persalinan ........................................................................ 20

viii
9

6. Fase dalam persalinan ......................................................................... 22


7. Asuhan Persalinan normal .................................................................. 26
C. NIFAS ....................................................................................................... 31
1. Pengertian masa Nifas ......................................................................... 31
2. Tujuan Masa Nifas .............................................................................. 32
3. Asuhan kunjungan masa nifas normal ............................................... 32
4. Adaptasi fisik masa nifas .................................................................... 33
5. Adaptasi psikologis Ibu Masa Postpartum ......................................... 36
6. Tahapan Masa Nifas ............................................................................ 36
7. Tanda Bahaya pada Ibu Nifas ............................................................ 37
8. Kebutuhan Ibu pada Masa Nifas ........................................................ 37
D. SENAM NIFAS
1. Pengertian Senam nifas ....................................................................... 38
2. Tujuan Senam nifas ............................................................................. 39
3. Gerakan Senam Nifas ........................................................................... 39
4. Manfaat Senam Nifas .......................................................................... 46
E. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir ..................................................................49
2. Tanda - tanda Bayi Baru Lahir Normal ................................................50
3. Manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ............................50
4. Tanda Bayi Baru Lahir Sehat ..............................................................58
5. Kelainan-Kelainan pada Bayi Baru Lahir ...........................................59
F. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir Selama Social
Distancing ................................................................................................. 59

ix
10

BAB III METODOLOGI


A. Desain Penelitian .....................................................................................63
B. Sasaran ....................................................................................................63
C. Waktu dan Tempat ..................................................................................63
D. Teknik Pengumpulan data dan Instrumen pengumpulan data ................63
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN RENCANA PELAKSANAAN
I. Data Subjektif .......................................................................................65
II. Data Objektif .........................................................................................69
III. Analisa Data ..........................................................................................71
IV. Perencanaan ..........................................................................................71
Catatan perkembangan kunjungan neonatal kedua ...............................73
Catatan perkembangan kunjungan neonatal ketiga...............................76
BAB V PEMBAHASAN
A. Masa kehamilan ......................................................................................114
B. Masa persalinan .......................................................................................116
C. Masa nifas ...............................................................................................118
D. Bayi baru lahir .........................................................................................123
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................125
B. Saran ........................................................................................................126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
11

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tanda-tanda Kehamilan ......................................................................14


Tabel 2.2 Pemberian Imunisasi TT pada ibu hamil ............................................16
Tabel 2.3 Ukuran Uterus berdasarkan Usia Kehamilan ......................................34
Tabel 2.4 Mekanisme Kehilangan Panas Bayi ....................................................50
Tabel 2.5 APGAR SCORE .................................................................................58

xi
12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Manuver Pertama ............................................................................12


Gambar 2.2 Manuver Kedua ...............................................................................12
Gambar 2.3 Manuver Ketiga ...............................................................................13
Gambar 2.4 Manuver Keempat ...........................................................................13
Gambar 2.5 Mekanisme Persalinan ....................................................................20
Gambar 2.6 Senam Kaki .....................................................................................41
Gambar 2.7 Senam Transversus I .......................................................................42
Gambar 2.8 Senam Transversus II ......................................................................43
Gambar 2.9 Senam Stabilitas Batang Tubuh I ....................................................44
Gambar 2.10 Senam Stabilitas Batang Tubuh II .................................................44
Gambar 2.11 Senam Stabilitas Batang Tubuh III ...............................................45
Gambar 2.12 Senam Stabilitas Batang Tubuh IV ...............................................45
Gambar 2.13 Senam Stabilitas Batang Tubuh V ................................................46

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang alamiah, perubahan-perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan adalah normal dan bersifat
fisiologis bukan patologis (Nugroho, 2011).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Saifuddin, 2014).
Berdasarkan data World Health Statistics diperkirakan sekitar 830
wanita meninggal setiap harinya karena komplikasi selama kehamilan
atau persalinan . Secara global, diseluruh dunia angka kematian ibu (AKI)
adalah 216 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2030
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup. Sebagian besar kematian ibu
dapat dicegah dengan deteksi dini antenatal care dan tindakan yang tepat
sesuai kebutuhan intervensi medis (WHO, 2017).
Berdasarkan kesepakatan global Sustainable Development Goals
(SDGS), pada tahun 2030 diharapkan menurunnya Angka Kematian Ibu
(AKI) sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian
Neonatal (AKN) menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menargetkan penurunan AKI di
Indonesia pada tahun 2019 adalah 306 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan penurunan AKN pada tahun 2025 adalah 9 kematian per
100.000 kelahiran hidup (KH) (Kemenkes RI,2015).
Jumlah Angka Kematian Ibu di Indonesia mengalami penurunan
dari tahun 2015 sebanyak 4.999 menjadi 4.912 di tahun 2016 dan pada
tahun 2017 sebanyak 1.712 kasus. Demikian pula jumlah kasus kematian
bayi turun dari 33.278 di tahun 2015 menjadi 32.007 pada tahun 2016,
dan di tahun 2017 sebanyak 10.294 kasus (Kemenkes RI, 2017).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN. Berdasarkan Data Survei Demografi dan

1
2

Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu sudah mengalami


penurunan pada periode tahun 1994-2012 yaitu pada tahun 1994 sebesar
390 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 1994 sebesar 334 per 100.000
kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup,
tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada tahun
2012, Angka Kematian Ibu meningkat kembali menjadi sebesar 359 per
100.000 kelahiran hidup.AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi
305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil survei
penduduk antar sensus (SUPAS) 2015 (Kemenkes RI, 2017).
Angka Kematian Bayi di Indonesia tahun 2012 diestimasi sebesar
32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan untuk Propinsi Sumatera Selatan
sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Untuk Kota
Palembang, berdasarkan laporan program anak, jumlah kematian bayi di
tahun 2017 sebanyak 29 kasus kematian yang terdiri dari 20 bayi neonatus
(0 s.d 28 hari) dan 9 bayi (29 s.d 11 bulan) dari 27.876 kelahiran hidup
(Profil pelayanan kesehatan dasar, 2017).
Kemudian menurut data profil Indonesia tahun (2017), bahwasanya
penyebab kematian ibu yaitu perdarahan (30,1%), hipertensi dalam
kehamilan (26,9%), infeksi (5,6%), partus lama (1,8%), abortus (1,6%),
dan penyebab non-obstetric (34,5%).
Data komplikasi kebidanan tahun 2017, ibu hamil dengan LILA ≤
23,5 cm ada 1418 kasus (4,8%), ibu hamil dengan KEK ada sebanyak
1593 kasus (5,92%), ibu hamil dengan anemia ada sebanyak 1169 kasus
(3,94%). Untuk mengurangi masalah tersebut pemerintah membentuk
program pelayanan antenatal terpadu. Pelayanan antenatal terpadu
merupakan pelayanan antenatal komperehensif dan berkualitas yang
diberikan kepada semua ibu hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan antenatal
yang lengkap adalah minimal delapan kontak ANC, dengan kontak
pertama dijadwalkan berlangsung pada trimester pertama (hingga 12
minggu kehamilan), dua kontak di jadwalkan pada trimester kedua (pada
20 dan 26 minggu kehamilan) dan lima kontak di jadwalkan pada
trimester ketiga pada 30, 34, 36, 38, dan 40 minggu) (WHO, 2016).
3

Jumlah Angka Kematian Ibu tahun 2017 di Kota Palembang


berdasarkan laporan sebanyak 7 orang dari 27.876 kelahiran hidup.
Penyebabnya kematian terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan 72%
(5 orang), dan terendah adalah perdarahan 14% (1 orang). Sedangkan
penyebab kematian ibu lainnya adalah gangguan metabolik (DM) yaitu
sebanyak 1 (satu) orang dan target RPJMD adalah 100/100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan berdasarkan laporan program anak, jumlah kematian
bayi di tahun 2017 sebanyak 29 kasus kematian yang terdiri dari 20 bayi
neonates (0 s.d 28 hari) dan 9 bayi (29 s.d 11 bulan) dan 27.876 kelahiran
hidup (Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2017).
Terdapat program-program lainnya dari pemerintah yang
mendukung untuk menurunkan masalah tersebut yang meliputi hal-hal
sebagai berikut: (1) memberikan pelayanan dan konseling kesehatan
termasuk gizi agar kehamilan berlangsung sehat; (2) melakukan deteksi
dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan; (3)
menyiapkan persalinan yang bersih dan aman (4) merencanakan
antisipasi dan persiapan diri untuk melakukan rujukan jika terjadi
penyulit/komplikasi; (5) melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan
cepat dan tepat waktu bila diperlukan; (6) melibatkan ibu dan
keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan gizi ibu hamil,
menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi
(Kemenkes RI,2013).
Kematian ibu dan bayi sering terjadi karena komplikasi yang
terjadi pada masa sekitar persalinan, maka intervensi ditekankan pada
kegiatan pertolongan persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan yang
terlatih. Melalui pertolongan yang baik dan benar, diharapkan komplikasi
akibat salah penanganan bisa dicegah, mengetahui dengan cepat
komplikasi yang timbul dan dengan cara segera memberikan pertolongan
termasuk merujuk bila di perlukan (Kemenkes RI, 2015).
Melihat permasalahan yang terjadi dalam upaya mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi maka diperlukan
upaya yang lebih keras dan mendukung komitmen dan seluruh
4

stakeholder baik pusat maupun daerah. Salah satu upaya yang telah
dilaksanakan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) melalui penanganan obstetrik dan
neonatal emergensi/komplikasi di tingkat Pelayanan Obstetric Neonatal
Emergensi Dasar (PONED)(Kemenkes RI, 2015).
Selain itu untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal maka
pemerintah melaksanakan berbagai program yang dapat memberikan
kontribusi positif bagi kesehatan terutama bagi lingkungan pelayanan
kesehatan masyarakat. Program tersebut ialah Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan stiker
ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami siaga) keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga
meningkatkan persiapan dalam menghadapi komplikasi pada saat
kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/obat kontrasepsi.
Program ini juga untuk memeriksakan kehamilan, bersalin pemeriksaan
nifas dan bayi (Dinkes kota Palembang, 2017).
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
kementrian kesehatan telah membuat suatu program yaitu Mari Terapkan
membaca Buku KIA setiap Hari Rabu (MARTABAK HAR). Program
Ini memiliki tujuan agar ibu tergerak untuk membaca buku KIA sebagai
usaha yang perlu didukung secara luas dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Bukan hanya
persoalan tentang perempuan yang mencakup ibu dan anak tetapi suami,
keluarga, dan lingkungan sekitarnya. Program ini mendorong suami dan
keluarga ”siaga” menjadi kekuatan moral tersendiri bagi ibu hamil untuk
menyiapkan persalinan, perawatan, pengasuhan, dan pendidikan generasi
penerus(Kemenkes RI, 2019)
Upaya preventif dan promotive tersebut bertujuan untuk
mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki
regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot
bagian punggung, dasar panggul dan perut (Widianti et all, 2010).
5

Kelainan psikiatri postpartum dibagi menjadi tiga yaitu postpartum


blues, postpartum depression dan postpartum psychosis. Kondisi depresi
pada ibu hamil cenderung tidak terlihat namun memiliki dampak
negative (Pearlstein et all, 2009;Stuart, 2012).
Kecemasan pada antenatal secara langsung akan berpengaruh pada
stres pengasuhan setelah melahirkan, penyakit mental pada ibu yang
sedang hamil merupakan prediktor penting yang akan berpengaruh pada
kecemasan setelah melahirkan. Belum lagi terdapat beberapa kelompok
wanita yang rentan terhadap depresi setelah melahirkan namun menolak
untuk terlibat dalam perawatan depresi setelah melahirkan. Oleh karena
itu dilakukannya upaya penerapan senam nifas agar berpengaruh
terhadap penurunan Depresi Postpartum.
Senam nifas merupakan salah satu mobilisasi yang sangat penting
untuk mengembalikan tonus otot-otot perut. Senam nifas memberikan
latihan gerak secepat mungkin agar otot-otot yang mengalami
peregangan selama kehamilan dan persalinan kembali normal (Nugroho
et all, 2014).
Tujuan senam nifas salah satunya yaitu mencegah kesulitan buang
air besar atau buang air kecil. Salah satu latihan senam nifas yaitu latihan
kontraksi ringan otot perut dan otot pantat yang mempunyai tujuan untuk
mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil (Maryunani dan
Sukaryati, 2011).
Ibu nifas didorong untuk melakukan senam nifas dalam rangka
mempercepat proses involusi uterus sehingga dapat mencegah
perdarahan (Bobak et al,2004).
Berdasarkan data yang didapat dari BPM Misni Palembang pada
tahun 2016 ibu hamil yang melakukan ANC sebanyak 1.160 orang, ibu
bersalin sebanyak 666 orang, ibu nifas sebanyak 666 orang, dan bayi
baru lahir sebanyak 666 orang. Pada tahun 2017, ibu hamil yang
melakukan ANC sebanyak 1.123, ibu bersalin sebanyak 677 orang, ibu
nifas sebanyak 677 orang, dan bayi baru lahir 677 orang. Pada tahun
2018 ibu hamil yang melakukan ANC sebanyak 1376 orang, ibu bersalin
6

sebanyak 14.253 orang, ibu nifas sebanyak 14.253 orang, bayi baru lahir
sebanyak 14.253 orang (RB Mitra Ananda Herawati Palembang, 2019).
Berdasarkan banyaknya manfaat senam nifas dan juga dilihat dari
riwayat persalinan yang lalu bahwa Ny”I” memiliki 1 orang anak dengan
jarak 3,5 tahun dengan kehamilan sekarang, dalam hal ini ibu merasa
seperti baru memulai merawat bayi lagi sama seperti saat baru merasakan
hamil dan baru mempunyai anak. Hal ini bisa mempengaruhi kondisi
psikologis pada ibu dan rentan terkena stres, maka penulis tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari masa
kehamilan, persalinan, nifas, perawatan bayi baru lahir pada Ny “I“ dan
dengan Penerapan Senam Nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda
Palembang Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.“I” dengan
penerapan senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang
tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan komprehensif
Ny.“I”dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin Mitra
Ananda Palembang tahun 2020.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada Ny.”I”
sejak masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di
Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun 2020.
b. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada Ny.”I”
sejak masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di
Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun 2020.
7

c. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada Ny.”I” sejak


masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir di Rumah
Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun 2020.
d. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara
kontinyu dan berkesinambungan (continuity of care) pada Ny.”I” di
Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun 2020.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang talah
dilaksanakan pada Ny.”I” sejak masa kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir di Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang
tahun 2020.
f. Mampu melakukan penerapan senam nifas dan mengevaluasi hasil
asuhan yang diberikan pada Ny”I” di Rumah Bersalin Mitra
Ananda Palembang tahun 2020

D. Manfaat
1. Manfaat bagi RB Mitra Ananda
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi
baru lahir, khususnya pada asuhan kebidanan masa nifas dengan
penerapan senam pada ibu nifas yang bertujuan untuk mengurangi
depresi postpartum.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang
Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dan digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa
STIKes Muhammadiyah jurusan Kebidanan dalam pembuatan
Laporan Tugas Akhir .

E. Ruang lingkup
Ruang lingkup dari Laporan Tugas Akhir ini meliputi asuhan
kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan bayi baru lahir
yang dilakukan secara berkesinambungan pada Ny.”I” umur 28 tahun
G2P1A0 hamil 28 minggu 5 hari, adapun waktu melakukan studi kasus
8

dimulai dari Januari 2020-Mei 2020 dilakukan di Rumah Bersalin Mitra


Ananda Palembang tahun 2020.
9

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah peristiwa yang didahului bertemunya sel telur atau
ovum dengan sel sperma dan akan berlangsung selama kira-kira 10 bulan
lunar, atau 9 bulan kalender, atau 40 minggu, atau 280 hari yang dihitung
dari hari pertama periode menstruasi terakhir last menstruasi period (LMP).
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan, triwulan I dimulai dari konsepsi
sampai 12 minggu, triwulan II dari 12 sampai 28 minggu dan triwulan III
dari 28 sampai 40 minggu pada (Bobak et all, 2004).
Allah SWT senantiasa selalu mempermudah umatnya, termasuk ibu
yang hamil dan ingin melahirkan. Terdapat dalam surat ‘Abasa ayat 19
ْ ُّ‫مِ ن ن‬
﴾١٩﴿ ُ‫طفَ ٍة َخلَقَهُ فَقَد ََّره‬

Artinya :“Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya)


menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging hingga akhir
penciptaannya” (Tafsir Al-Jalalain, 'Abasa 19).
Kehamilan adalah hasil konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan
antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini
merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi
embrio didalam uterus (Sujiyatini et all, 2008).
2. Tanda-tanda kehamilan:
a. Tanda dugaan kehamilan:
1) Berhentinya ovulasi atau terlambat datang bulan (menstruasi) karena
ovarium telah dibuahi.
2) Saluran Pencernaan mengalami gangguan, mengeluh mual dan
muntah, dimana gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi
pada pagi hari yang umum dikenal dengan istilah morning sickness.
Tapi bisa juga terjadi setiap saat di sepanjang hari. Biasanya terjadi 2-
8 minggu setelah pembuahan

9
10

3) Intensitas buang air kecil yang meningkat, terjadi pada triwulan


pertama.
4) Akibat desakan uterus kandung kemih. Pada triwulan kedua,
umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar
keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul
karena janin mulai masuk kerongga panggul dan menekan kembali
kandung kemih.
5) Peningkatan suhu basal tubuh yang menetap tanpa disertai infeksi
6) Mual-muntah berkala dan terus menerus
(Bobak et all,2005;Varney,2010).
b. Tanda pasti kehamilan :
1) Pada pemeriksaan rontgen terlihat gambaran rangka atau tulang-tulang
janin
2) Gambaran janin atau kantung gestasi pada ultrasonografi terjadi pada
minggu ke 4 sampai 6 setelah pembuahan.
3) Terdapat detak jantung janin terjadi pada minggu ke 20 minggu,
didengar dengan stetoskop – monorae leanec, alat dopler atau bisa
dilihat dengan USG.
4) Gerakan janin terasa melalui dinding pada usia kehamilan 16-20
minggu.
5) Bagian-bagian tubuh janin juga dapat dipalpasi dengan mudah pada
usia kehamilan 20 minggu.
6) Terpalpasi kontraksi uterus Broxton-hiks.
7) Pada sonogram teridentifikasi kehamilan dalam rahim.
(Bobaket all, 2005;Varney, 2010).
c. Tanda tidak pasti kehamilan :
1) Tanda chadwick, perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan
pada vulva, vagina, dan serviks.
2) Tanda goodell, perubahan konsistensi (yang dianalogikan dengan
konsistensi bibir) serviks dibandingkan dengan konsistensi kenyal
(dianalogikan dengan ujung hidung) pada saat hamil.
11

3) Tanda hegar, pelunakan dan kompresibilitas ismus serviks sehingga


ujung-ujung jari seakan dapat ditemukan apabila ismus ditekan dari
arah yang berlawanan.
4) Tanda piskacek, tanda pembesaran uterus yang tidak merata hingga
dapat terlihat menonjol pada kejurusan uterus yang semakin
membesar. Kondisi ini dimana uterus dalam keadaan hamil tumbuh
dengan cepat pada tempat implantasinya .
5) Braxton hicks, terjadi akibat peregangan miometrium yang disebabkan
oleh terjadinya pembesaran uterus.
6) Tes urin (tes hcg) positif, dideteksi sejak 1 minggu setelah konsepsi
(Bobaket all, 2005;Varney, 2010).
3. Pemeriksaan diagnostik kehamilan:
Pemeriksaan diagnostik kehamilan dapat dilakukan dengan cara :
a. Tes urin kehamilan (Tes HCG)
Pemeriksaan diagnostik kehamilan dengan menggunakan tes urin
kehamilan (Tes HCG) biasanya lebih akurat bila dilakukan sekitar 14
hari setelah ovulasi, atau sekitar saat tidak mendapatkan haid. Dan
dilakukan pada pagi hari, saat pertama kali bangun tidur. Tes urine ini
dapat dilakukan dengan menggunakan alat strip test. Alat ini dijual pada
hampir setiap apotik dan cara penggunaannya sangatlah mudah, dengan
menempatkan sampel urin pada semacam tongkat atau piringan.
Hasilnya berupa tanda positif atau negatif. Kadar HCG diatas 5 mIU
biasanya sudah dianggap hamil. Sebagian alat untuk tes urin mengukur
kadar HCG antara 25 – 200 mIU. Tidak ada resiko bila menjalani tes ini
(Varney, 2010).
b.Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) merupakan salah satu pemeriksaan
yang paling menyenangkan selama masa kehamilan, dapat melihat bayi
yang sedang tumbuh di dalam rahim. Pemeriksaan tersebut juga
merupakan alat yang fungsinya untuk mendapatkan informasi detail
dari perkembangan si janin. Pemeriksaan USG tidak menimbulkan
bahaya bagi ibu maupun si bayi. Tidak ada efek yang merugikan dan
12

sudah sering diteliti, terbukti tidak pernah ditemukan masalah apapun


(Varney, 2010).
c. Palpasi abdomen
2) Pemeriksaan Leopold
a) Leopold I

Gambar. 2.1
Sumber :(Varney, 2010)
Bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus uteri dan terdapat bagian
apa dibagian fundus ibu.
Tekhnik pemeriksaan adalah sebagai berikut:
(1) Kaki pasien dibengkokan pada lutut dan lipat paha.
(2) Pemeriksa berdiri sebelah kanan pasien dan rahim dibawa ke
tengah.
(3) Ukur tinggi fundus uteri.
(4) Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat di fundus.
b) Leopold II

Gambar 2.2
Sumber :(Varney, 2010)
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di sebelah kanan
dan kiri ibu.
Tekhnik pemeriksaan adalah sebagai berikut:
13

(1) Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa
menghadap ibu meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut
lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral
kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.
(2) Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan
(simultan) telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser
ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).
c) Leopold III

Gambar 2.3
Sumber :(Varney, 2010)
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah uterus
dan apakah bagian bawah ini sudah atau belum masuk pintu atas
panggul.
Tekhnik pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Dipergunakan satu tangan saja
(1) Pegang bagian bawah abdomen secara mantap tepat di atas
simfisis pubis, di antara ibu jari dan jari-jari salah satu tangan.
(2) Tekan ibu jari dan jari-jari tangan bersamaan sebagai usaha
memegang bagian presentasi janin.
d) Leopold IV

Gambar 2.4
Sumber :(Varney, 2010)
14

Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibagian bawah


dan untuk mengetahui seberapa jauh masuknya kepala kedalam
rongga panggul.
Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut :
(1) Pemeriksa berubah sikapnya yaitu melihat kearah kaki.
(2) Beri tekanan menurun dan searah dengan jalan lahir, gerakkan
kulit abdomen kebawah bersamaan dengan jari.
(3) Biarkan jari-jari satu tangan digerakkan menurun sampai kebawah
ligament inguinal, saat jari meluncur kebawah, palpasi di atas
tengkuk bayi.
(4) Tentukan seberapa jauh masuknya bagian bawah ke dalam rongga
panggul (Varney, 2010).
4.Pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)
Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) adalah suatu
program yang terencana yang dimulai dari observasi, edukasi, dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses
kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan
(Bobaket all, 2005). Periksa kehamilan paling sedikit 8 kali selama
kehamilan menurut (WHO, 2016).
Tabel 2.1
Kunjungan pemeriksaan Antenatal
Trimester Jumlah kunjungan Waktu kunjungan
minimal yang minimal
I 1x Sebelum minggu ke
12
II 2x Minggu ke 20 dan 26

III 5x Pada 30, 34, 36, 38,


dan 40 minggu
Sumber : (WHO, 2016)
WHO (2016), merekomendasikan minimal delapan kontak
ANC, dengan kontak pertama dijadwalkan berlangsung pada trimester
pertama (hingga 12 minggu kehamilan), dua kontak dijadwalkan pada
trimester kedua (pada 20 dan 26 minggu kehamilan) dan lima kontak
15

dijadwalkan pada trimester ketiga pada 30, 34, 36, 38, dan 40
minggu)
5.Tujuan Antenatal Care menurut Varney (2010) :
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
b. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima bayi
c. Menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan,
nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi menatalaksanakan
serta mendeteksi komplikasi ibu dan janin.
d. Mempersiapkan persalinan agar tidak terjadinya komplikasi serta ibu
dan janin selamat.
e. Membantu mempersiapkan ibu dalam pemberian asi ekslusif dengan
sukses, masa nifas normal baik secara fisik, psikologis dan sosial.
f. Mengenali dan menangani penyakit pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas.
g. Mengenali dan menangani sedini mungkin penyulit yang mungkin
ada dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas.
6. Standar Pemeriksaan Kehamilan
Asuhan standar pelayanan antenatal dengan 10 T, menurut (Kemenkes
RI, buku KIA) yakni:
a. Tinggi badan ibu dikategorikan adanya faktor resiko pada ibu hamil
apabila hasil pengukuran <145 cm. Maka faktor risiko panggul
sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal. Penimbangan
berat badan setiap kali periksa, Sejak bulan ke-4 pertambahan BB
paling sedikit 1 kg/bulan.
b. Pengukuran tekanan darah (tensi), Tekanan darah normal
120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi)
dalam kehamilan.
c. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA), Bila <23,5cm
menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil
KEK) dan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
16

d. Pengukuran tinggi rahim. Pengukuran tinggi rahim berguna untuk


melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.
e. Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut
jantung janin, apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala
atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak
atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120
kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit menunjukkan ada tanda
gawat janin segera rujuk.
f. Penentuan status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT), oleh petugas
untuk selanjutnya bilamana diperlukan mendapatkan suntikan
tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah
tetanus pada Ibu dan Bayi.
Tabel 2.2
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

% Masa
Imunisasi Interval perlindungan
Perlindungan
TT 1 Pada 0% Tidak ada
kunjungan
ANC pertama
TT 2 4 minggu 80 % 3 tahun
setelah TT 1
TT 3 6 bulan setelah 95 % 5 tahun
TT 2
TT 4 1 tahun setelah 99 % 10 tahun
TT3
Sumber:(Kemenkes RI, 2016)
g. Pemberian tablet tambah darah, dan ibu hamil sejak awal kehamilan
minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari.
Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi
rasa mual.
h. Tes laboratorium:
1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil
bila diperlukan.
2) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia).
17

3) Tes pemeriksaan urine (air kencing).


4) Tes pemeriksasan darah lainnya, sesuai indikasi seperti malaria,
HIV, Sifilis dan lain lain.
i. Konseling atau penjelasan Tenaga kesehatan memberi penjelasan
mengenai perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,
persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi
baru lahir, ASI eksklusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada
bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan
ibu hamil.
j. Tata laksana atau mendapatkan pengobatan jika ibu mempunyai
masalah kesehatan pada saat hamil.
7. Tanda Bahaya pada Kehamilan
Tanda bahaya pada kehamilan menurut Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dalam buku kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah
sebagai berikut:
a. Muntah terus dan tidak mau makan
b. Demam tinggi
c. Bengkak kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang
d. Janin dirasakan kurang bergerak dibandingkan sebelumnya
e. Pendarahan pada hamil muda dan hamil tua
f. Air ketuban keluar sebelum waktunya
Masalah lain pada kehamilan :
a. Demam, menggigil dan berkeringat. Bila ibu berada di daerah
endemis malaria, menunjukkan adanya penyakit malaria
b. Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau gatal-gatal
di daerah kemaluan
c. Batuk lama (lebih dari 2minggu)
d. Jantung berdebar-debar atau nyeri di dada
e. Diare berulang
f. Sulit tidur dan cemas berlebihan
18

Apabila ibu hamil mengalami keluhan seperti diatas, segera bawa


ibu hamil ke puskesmas, rumah sakit, dokter atau bidan, didampingi
suami atau keluarga.

B. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan normal adalah rangkaian proses yang berakhir dengan
pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu yang dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks,
dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, 2010).
Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan
membrane dari dalam Rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan
terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu
sebelum persalinan dimulai. Persalinan sendiri dapat dibahas dalam
bentuk mekanisme yang terjadi dalam proses dan tahapan yang dilalui
wanita (Bobak, 2005).
Adapun persalinan menurut prawirohardjo adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan (37-
42 minggu) atau hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2001).
Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang
begitu berat apalagi ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan
sebagaimana dalam ayat Al-qur’an Surat Al-Luqman ayat 14 Allah
mengabadikan perjuangan ibu selama kehamilan dan persalinanannya.
19

Artinya :
Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun, bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya
kepada Aku kembalimu.
2. Tanda dan gejala inpartu
a. Kekuatan his bertambah, semakin sering terjadi dan teratur dengan
jarak kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit
yang lebih hebat.
b. Keluar lendir dan darah lebih banyak.
c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan
lengkap (Varney, 2010).

Allah SWT senantiasa selalu mempermudah umatnya, termasuk ibu


yang ingin melahirkan. Terdapat dalam surat ‘Abasa ayat 19 dan 20

َّ ‫ث ُ َّم ال‬
(﴿ ‫سبِي َل يَس ََّره‬ ْ ُّ‫مِ ن ن‬
﴾١٩﴿ ُ‫طفَ ٍة َخلَقَهُ فَقَد ََّره‬

Artinya :

(Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya)


menjadi 'alaqah, kemudian menjadi segumpal daging hingga akhir
penciptaannya. (Tafsir Al-Jalalain, 'Abasa19) Kemudian Dia
memudahkan jalannya (Kemudian untuk menempuh jalannya) yakni
jalan ia keluar dari perut ibunya (Dia memudahkannya.) (Tafsir Al-
Jalalain, 'Abasa 20)
3. Faktor –faktor yang mempengaruhi persalinan
a. Power atau kekuatan his dan mengejan (kelelahan ibu mengejan,
salah pimpinan kala II).
b. Passage atau jalan lahir (kelainan bentuk panggul kesempitan
panggul, kelainan jalan lahir lunak).
c. Passanger (kelainan bentuk dan besar janin misalnya anansefalus,
hidrosefalus, janin makrosomia, kelainan pada letak kepala,
20

presentasi janin. Tumor pada jalan lahir (kelainan tulang pada jalan
lahir, tumor yang berasal dari indung telur, dan tumor yang berasal
dari vagina.
d. Posisi ibu selama persalinan: posisi ibu dapat meningkatkan
penggunaan gravitasi/gaya berat untuk membantu penurunan janin.
Posisi tegak lurus, jongkok, duduk atau berlutut dapat mendorong
penurunan janin.
e. Kondisi psikologi: kegelisahan dan ketegangan ibu dapat mendorong
kemajuan persalinan dengan menciptakan perubahan psikologi yang
menghalangi relaksasi struktur panggul seperti yang dibutuhkan
untuk mendorong jalan lintas dan kelahiran (Varney, 2010).
4. Tanda Awal Persalinan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), tanda awal persalinan adalah perut
mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin lama.
Lalu, keluarnya lender bercampur darah dari jalan lahir atau keluar
cairan ketuban dari jalan lahir. Jika salah satu tanda tersebut sudah
muncul, suami atau keluarga segera membawa ibu hamil ke fasilitas
kesehatan.
5. Mekanisme Persalinan
Menurut (Bobak et all, 2005) mekanisme persalinan terbagi menjadi :

Gambar. 2.5
Sumber:(Bobak et all, 2005)
21

a. Engagement
Apabila diameter biparietal kepala melewati pintu atas
panggul, kepala telah dikatakan telah mengancap (engaged) pada
pintu atas panggul (Gambar 2.5 1). Pada kebanyakan wanita
nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena
otot-otot abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi
terdorong ke dalam panggul. Pada wanita multipara yang otot-otot
abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap dapat digerakkan
diatas permukaan panggul sampai persalinan dimulai.
b. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati
panggul. Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan, yaitu tekanan dari
cairan amnion, tekanan langsung dari kontraksi fundus pada janin,
dan kontraksi pada diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada
tahap kedua persalinan. Efek ketiga kekuatan itu dimodifikasi oleh
ukuran dan bentuk bidang panggul ibu dan kapasitas kepala janin
untuk bermolase.
c. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi
terjadi dan dagu didekatkan kearah dada janin (Gambar 2.5 2).
Dengan fleksi, sukoksipitobregmatika yang berdiameter lebih kecil
(9, 5 cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
d. Putaran Paksi Dalam
Supaya dapat keluar, kepala janin harus berotasi (berputar
pada sumbunya). Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi
spina iskiadika, tetapi putaran ini belum selesai sampai bagian
presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput
berputar kearah anterior, wajah berputar kearah posterior. Setiap
kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan oleh tulang panggul
dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya, oksiput berada di garis
22

tengah di bawah lengkung pubis. Kepala hampir selalu berputar


saat mencapai dasar panggul.
e. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi
kearah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati
permukaan bawah simpisis pubis, kemudian kepala muncul keluar
akibat ekstensi : pertama oksiput, kemudian wajah, dan akhirnya
dagu.
f. Restitusi dan Putaran Paksi Luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi
yang sama saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini dikenal
sebagai restitusi (Gambar 2.5 5 dan 2.5 6). Putaran 45 derajat
membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung dan
bahunya. Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih
lanjut. Putaran paksi luar terjadi saat bahu angaged dan turun
dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kepala. Seperti telah
diketahui, bahu interior turun terlebih dahulu. Ketika ia mencapai
pintu bawah, bahu berputar kearah garis tengah dan dilahirkan
dibawah lengkung pubis. Bahu posterior diarahkan ke arah
perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina.
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas
tulang pubis ibu dan bayi, bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi
lateral kearah simfisis pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar,
persalinan bayi selesai.Ini merupakan akhir tahap kedua persalinan
dan waktu saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat dalam catatan
medis.
6.Fase dalam Persalinan
Menurut Cunningham et al, (2012) fase dalam persalinan dibagi
menjadi 4 Kala, yaitu :
a. Persalinan Kala I
23

Pendekatan secara ilmiah pertama kali dimulai oleh Friedman


(1954), yang mendeskripsikan karakteristik pola sigmoid untuk
persalinan dengan membuat grafik dilatasi serviks seiring
perjalanan waktu. Friedman membuat konsep 3 divisi fungsional
persalinan untuk menggambarkan tujuan fisiologis masing-
masing divisi.
1) Pada divisi preparatoris, meskipun dilatasi serviks kecil,
komponen jaringan ikatnya mengalami banyak perubahan.
Sedasi atau analgesia regional dapat menahan devisi persalinan
ini.
2) Divisi dilatasi, adalah ketika dilatasi terjadi dengan sangat cepat,
tidak dipengaruhi oleh sedasi atau analgesia regional.
3) Divisi pelvis, terjadi bersamaan dengan fase deselerasi dilatasi
serviks. Mekanisme klasik persalinan meliputi gerakan cardinal
janin dengan presentasi kepala. Namun, pada praktik nyatanya,
awitan devisi pelvis jarang dapat teridentifikasi dengan jelas.
a) Fase Laten
Awitan persalinan laten, seperti yang diperkenalkan oleh
Friedman, (1972) dalam Cunningham et al, (2012), adalah titik
ketika ibu mengalami kontraksi regular. Fase laten untuk
sebagian besar perempuan berakhir pada dilatasi antara 3 dan 5
cm. Ambang batas ini dapat bermanfaat secara klinis, karena
dapat menentukan batas dilatasi seviks persalinan aktif. Konsep
fase laten ini memiliki makna klinis yang benar dalam
pemahaman mengenai persalinan normal pada manusia karena
persalinan jelas lebih lama ketika fase laten disertakan.
Friedman dan Sachtleben, (1963) dalam Cunningham et al,
(2012) menentukan Fase Laten Memanjang, yaitu dengan fase
yang lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara.
Faktor yang mempengaruhi durasi fase laten meliputi sedasi
atau analgesia epidural yang berlebihan, kondisi serviks yang
tidak baik, yaitu tebal, tidak mendatar atau tidak berdilatasi dan
24

persalinan palsu. Friedman, (1972) dalam Cunningham et al,


(2012) melaporkan bahwa pemanjangan fase laten tidak
memengaruhi angka mortalitas atau morbiditas janin atau
maternal, tetapi Chelmow dkk, (1993) dalam Cunningham et al,
(2012) mengubah keyakinan yang telah berlangsung lama
bahwa pemanjangan fase laten adalah keadaan ringan.
b) Fase Aktif
Kemajuan persalinan pada perempuan nulipara memiliki
makna tertentu, karena semua kurva tersebut menunjukkan
perubahan yang cepat pada lengkung kecepatan dilatasi serviks
antara 3 dan 5 cm. dengan demikian, dilatasi serviks 3 hingga 5
cm atau lebih yang disertai dengan kontraksi uterus, dapat
dianggap mewakili batas untuk persalinan aktif. Dengan cara
yang sama, kurva tersebut memberikan petunjuk yang berguna
untuk tatalaksana persalinan.
Menurut Friedman, (1955) dalam Cunningham et al,
(2012), rata-rata durasi persalinan fase aktif pada nulipara
adalah 4-9 jam. Tetapi, standar deviasinya besar, yaitu 3-4 jam,
sehingga secara statistic nilai maksimum fase aktif dilaporkan
11-7jam. Namun, kecepatan dilatasi serviks berkisar dari
minimum 1, 2 hingga 6,8 cm/jam. Friedman, (1972) dalam
Cunningham et al, (2012) juga menemukan bahwa multipara
memiliki kemajuan yang lebih cepat pada persalinan fase aktif,
dengan kecepatan normal minimum adalah 1,5 cm/jam.
Analisisnya mengenai persalinan fase aktif secara bersamaan
juga mendeskripsikan kecepatan desensus janin dan dilatasi
serviks. Desensus dimulai pada fase lanjut fase aktif, berkisar
antara 7 dan 8 cm pada nulipara dan menjadi paling cepat
setelah 8 jam.
b. Persalinan Kala II
Dengan dilatasi serviks lengkap, yang menunjukkan awitan kala
dua, seorang perempuan biasanya akan mulai mengedan.
25

Dengan menurunnya bagian terendah janin, ia akan segera


merasakan keinginan untuk defekasi. Kontraksi uterus dan daya
ekspulsi yang menyertainya saat ini dapat berlangsung selama
satu setengah menit dan berulang dengan interval tidak lebih
dari 1 menit (Cunningham et al, 2012).
Menurut Kilpatrick dan Latos, (1989) dalam Cunningham et al,
(2012) mengemukakan bahwa fase ini dimulai ketika dilatasi
lengkap dan berakhir dengan pelahiran janin. Durasi median
sekitar 50 menit untuk nulipara dan sekitar 20 menit untuk
multipara, tetapi sangat bervariasi.
c. Persalinan Kala III
Menurut Cunningham et al, (2012) segera setelah pelahiran
neonates, ukuran dan konsistensi fundus uteri diperiksa. Jika
uterus tetap keras dan tidak ada perdarahan yang abnormal,
biasanya tunggu secara seksama hingga plasenta terpisah.
Pemijatan tidak dianjurkan tetapi fundus sering kali dipalpasi
untuk memastikan bahwa tidak terjadi atoni dan terisi darah
akibat pemisahan plasenta. Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Uterus menjadi globular dan lebih kaku
2) Umumnya sering keluar sejumlah darah yang banyak dan
tiba-tiba
3) Uterus naik didalam abdomen karena plasenta, saat terlepas,
berjalan turun menuju ke segmen uterus bagian bawah dan
vagina. Disini, masa besar tersebut mendorong uterus kearah
atas.
4) Tali pusat menonjol lebih jauh ke luar vagina, menunjukkan
bahwa plasenta telah berjalan turun.
Tanda-tanda tersebut kadang-kadang muncul dalam 1 menit
setelah pelahiran neonatus dan biasanya dalam 5 menit.
Ketika plasenta telah lepas, harus ditentukan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik. Ibu dapat dianjurkan untuk
26

mengedan, dan tekanan intra-abdominal dapat mendorong


plasenta keluar secara adekuat.
d. Persalinan Kala IV
Plasenta, membrane dan tali pusat harus diperiksa
kelengkapannya ada/tidaknya anomaly. Beberapa jam setelah
kelahiran adalah masa kritis, dan dengan sejumlah orang
disebut sebagai persalinan kala empat. Meskipun oksitosin
telah diberikan, perdarahan pascapartum sebagai akibat atoni
uterus lebih mungkin terjadi pada saat itu. Akibatnya, uterus
dan perineum harus sering dievaluasi. The American
Academy of Pediatrics and the American College of
Obstetricians and Ginecologist (2007) merekomendasikan
bahwa tekanan darah dan denyut nadi ibu dicatat segera
setelaah pelahiran dan setiap 15 menit selama 1 jam pertama
(Cunningham et al, 2012).
7. Asuhan Persalinan Normal
a. Definisi Asuhan Persalinan Normal
Dasar asuhan persalinan normal adalah asuhan kebidanan
pada persalinan normal yang bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi, terutama perdarahan pasca persalinan,
Hipotermia dan Asfiksia bayi baru lahir (Depkes, 2016)
b. Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah mendukung
keselamatan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang
terintegritas dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
pada tingkat yang optimal, jenis asuhan yang dilakukan
dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan
sesuai kebutuhan ibu dan bayi baru lahir (Depkes,
2016:APN, 2007)
27

Langkah-langkah pertolongan pertama (JNPK-KR)


Menurut APN 2012 terdapat 60 langkah asuhan
persalinan normal yaitu sebagai berikut:
1) Mengamati tanda gejala persalinan kala II.
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin dan masukan
kedalam suntikan sekali pakai 2,5 ml wadah partus
set.
3) Memakai celemek plastik.
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, cuci
tangan dengan sabun dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan.
6) Mengambil alat suntik dan masukan oksitosin.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas dan
air DTT.
8) Melakukan pemeriksaan dalam.
9) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,
5 % dengan cara dibalik.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi
uterus selesai.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat
ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi
ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran.
14) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan ibu.
15) Meletakkan kain bersih dilipatan 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu.
16) Membuka partus set.
28

17) Memakai sarung tangan DDT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala janin terlihat divulva dengan diameter 5-6 cm,
tahan perineum dengan tangan kanan menggunakan kain
bersih yang ada dibawah bokong untuk menghindari rupture
perineum, tetapi jangan terlalu menekan kepala bayi.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut , hidung bayi dengan
kain atau kasa bersih
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala sudah melakukan putaran paksi luar, pegang
secara biparietal. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah
dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang
23) Setelah bahu lahir geser tangan kearah perineum ibu untuk
menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tungkai bawah.
25) Melakukan penilaian sepintas.
26) Segara membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan
oxytosin / im.
27) Menjepit dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan pegang tali pusat
yang dijepit dengan dilakukan pengguntigan diantara 2 klem
tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain bersih atau selimut yang
29

bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali


pusat tetap terbuka.
30) Memberi bayi kepada ibu dengan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayianya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendaki.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan palpasi
abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan di suntik.
33) Dalam waktu dua menit setelah kelahiran bayi, beri suntikan
oksitosin 10 unit im, di gleteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasi terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simpisis untuk mendeteksi tanda-tanda pelepasan plasenta
tangan yang lain menegangkan tali pusat.
36) Menunggu uterus berkontraksi menegangkan tali pusat
dengan tangan kanan sementara tangga kiri menekan uterus
dengan hati-hati kearah dorso cranial.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menerik tali pusat ke arah bawah kemudian kearah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
38) Jika plasenta tampak pada vulva, pegang plasenta pada kedua
tangan dan lakukan putaran searah.
39) Segera setelah plasenta lahir lakukan masase pada fundus
uteri.
40) Periksa bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
30

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke


dalam larutan klorin 0, 5% dan membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan
mengeringkan dengan kain bersih dan kering.
44) Menetapkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan
tali DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm
dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan ke dalam larutan
klorin 0, 5%.
47) Meneyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya
memestikan handuk atau kain bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan perdarahan
pervaginam yakni: 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
persalinan, setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.
50) Mengajarkan pada ibu/ keluarga bagaimana melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih 15 menit selam 1
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
53) Menetapkan semua peralatan di dalam larutan klorin
0.5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan
membilas peralatan setelah dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat
sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan air DTT.
31

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu ibu


keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin
0,5 %.
58) Membersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5 %
secara terbalik.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi patograf

C. NIFAS
1. Pengertian masa nifas
Periode postpartum adalah masa enam minggu sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode
ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat
kehamilan (Bobak et all, 2005).
Masa nifas adalah masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali ke keadaan yang normal (Varney, 2010).
Tirmidzi berkata:
“Ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi Saw, tabi'in dan orang-orang
setelah mereka bersepakat, bahwa wanita nifas itu meninggalkan
shalat selama empat puluh hari, kecuali jika dia sudah suci bersih
sebelum genap empat puluh hari, maka pada saat itu dia harus mandi
dan shalat.”
Sehingga pendapat seperti ini menjadi Ijma Sahabat, dan Ijma
Sahabat merupakan dalil syar’i. Dari Ali bin Abdil A’la, dari Abu
Sahl, dari Mussah al-Azdiyyah, dari Ummu Salamah ra dia berkata:
“Para wanita nifas berdiam diri di masa Rasulullah Saw selama 40
(empat puluh hari). Kami memoles wajah kami dengan waras yang
berwarna hitam kemerahan.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah).
32

2. Tujuan Asuhan Nifas


Tujuan asuhan pada masa nifas ini adalah melaksanakan skrining
yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, dan yang paling penting
yaitu menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologis. Selain itu, tujuan dari asuhan pada masa nifas ini adalah
untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, perawatan bayi sehat baik menyusui dan pemberian
imunisasi kepada bayinya serta memberikan pelayanan keluarga
berencana (Saifuddin, 2006 dalam Anggarini, 2017)
3. Asuhan kunjungan masa nifas normal
Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut KIA, (2017).
a. Kunjungan I : Asuhan 6-48 jam setelah melahirkan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Pemantauan keadaan umum ibu.
3) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding
Attachment).
4) Asi ekslusif.
b. Kunjungan II : 4 hari-28 hari
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.
5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Kunjungan III 29 hari-42 hari
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal.
33

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan


abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia
alami.
6) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi, senam
nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami ibu dan bayi.
4. Adaptasi Fisik masa nifas
Menurut Pilitteri, (2010) dalam Anggarini, (2017) pada
periode postpartum terdapat faktor perubahan fisik, meliputi
perubahan adaptasi fisik dan juga dapat mempengaruhi keadaan
psikologis, diantaranya :
a. Uterus
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum
hamil setelah melahirkan. Setelah plasenta lahir proses ini
segera dimulai akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada
akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada digaris tengah, kira-
kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Tinggi fundus uteri mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilicus pada waktu 12 jam.
Perubahan involusio berlangsung dengan cepat dalam beberapa
hari. Setiap 24 jam fundus turun kira-kira 1-2 cm. Fundus
berada di antara umbilicus dengan pinggir atas simpisis pubis
pada hari ke 6. Uterus tidak dapat dipalpasi pada abdomen pada
hari ke 9 postpartum. Uterus sudah berada di dalam panggul
pada minggu pertama setelah melahirkan dan pada minggu ke 6
beratnya menjadi 50-60 gram.
34

Tabel 2.3
Involusio Uterus
Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tak teraba diatas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber:(Varney, 2010)
b. Afterpain
Tonus uterus meningkat pada saat setelah melahirkan
sehingga fundus tetap kencang .Afterpain merupakan multipara
yang mengalami relaksasi dan kontraksi yang periodik dan bisa
menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang awal puerperium.
Proses menyusui dan pemberian oksitosin tambahan biasanya
meningkatkan nyeri karena keduanya dapat merangsang
kontraksi uterus.
c. Lochea
Jumlah pengeluaran lokea setelah melahirkan secara perlahan
berkurang dan disertai dengan perubahan warna. Pada awalnya,
lokea yang berwarna merah terutama mengandung darah dan
debris desidua serta debris trifoblastik disebut dengan Lokea
Rubra. Aliran menyembur, menjadi kuning sampai putih disebut
Lokea Alba. Lokea alba biasanya bertahan selama 2-6 minggu
setelah bayi lahir dan berangsur berhenti.
d. Payudara
Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon untuk kembali ke
kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh ibu menyusui
atau tidak. Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan
tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan
turun dengan cepat. Konsentrasi hormon yang menstimulasi
perkembangan payudara selama hamil (estrogen, progesteron,
human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Hari pertama setelah
35

melahirkan sekresi dan ekskresi kolostrum menetap selama


beberapa hari. Pada hari kedua atau ketiga ditemukan adanya
nyeri seiring dimulainya produksi ASI. Pada hari ketiga atau
keempat bisa terjadi pembengkakan (engorgerment). Apabila
payudara ditekan terasa teregang, bengkak, keras dan nyeri serta
hangat jika diraba. Apabila bayi belum mengisap atau
dihentikan, laktasi berhenti dalam beberapa hari atau satu
minggu.
e. Vagina dan perineum
Sewaktu melahirkan, jaringan penopang uterus dan vagina
bisa mengalami cedera. Memerlukan waktu sampai enam bulan,
jaringan penopang dasar panggul yang teregang untuk kembali
ke tonus semula. Relaksasi panggul berhubungan dengan
pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur
panggul. Struktur ini terdiri atas uterus, kandung kemih dan
rektum. Walaupun relaksasi dapat terjadi pada setiap wanita,
tetapi biasanya merupakan komplikasi langsung yang timbul
terlambat akibat melahirkan.
f. Perubahan hormonal (sistem endokrin)
Selama menyusui kadar prolaktin meningkat sehingga
ovarium tidak berespons terhadap folikel stimulasi hormon
(FSH). Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan
signifikan hormon-hormon seperti human placental lactogen
(HPL), estrogen, progesteron dan kortisol serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga gula
darah menurun secara bermakna.
5. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Postpartum
Selama periode prenatal, ibu merupakan bagian pertama yang
memberikan lingkungan untuk berkembang dan tumbuh
sebelum anak lahir.
36

a. Adaptasi psikologi ibu dalam menerima perannya sebagai


orang tua secara bertahap ada tiga fase yang terjadi pada ibu
post partum yang disebut “Rubin Maternal Phases” yaitu :
1) Taking in (periode ketergantungan)
Fase ini terjadi antara satu sampai tiga hari setelah persalinan
dimana ibu berfokus pada diri sendiri, bersikap pasif dan
tergantungan secara emosional ibu berusaha untuk
mengintegrasikan pengalaman persalinan dalam
kehidupannya (Varney, 2008).
2) Taking hold (fase transisi antara ketergantungan dan
kemandirian)
Terjadi antara ketiga sampai kesepuluh hari setelah
persalinan dalam fasi ini secara bertahap tenaga ibu pulih
kembali, ibu merasa lebih nyaman, focus perhatian mulai
beralih pada bayi, ibu sangat antusias dalam merawat
bayinya, mulai mandiri dalam perawatan diri, terbuka pada
pengajaran perawatan, saat yang tepat untuk memberi
informasi tentang perawatan bayi dan diri sendiri (Varney,
2008).
3) Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan
dimana ibu mulai menerima peran barunya yaitu sebagai ibu
dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas bayangan persalinan
dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mampu menerima
kenyataan (Varney, 2008).
6. Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas menurut Bobak, (2010) adalah
sebagai berikut :
a. Puerperium dini
Puerperium dini adalah masa pemulihan awal dimana ibu
diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan – jalan. Ibu yang
37

melahirkan pervaginam tanpa komplikasi dalam dalam 6 jam


pertama setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
b. Puerperium intermediate
Puerperium intermediete adalah suatu masa pemulihan
dimana organ – organ reproduksi secara berangsur – angsur
akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini
berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari.
c. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila selama hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi. Rentang atau waktu remote puerperium berbeda
untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi
yang di alami selama hamil atau persalinan.
7. Tanda Bahaya pada Ibu Nifas
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjelaskan bahwa, bila
ditemukan salah satu tanda bahaya dibawah ini, segera bawa ibu
nifas ke fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) :
a. Pendarahan lewat jalan lahir
b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c. Bengkak diwajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan
kejang-kejang
d. Demam lebih dari 2 hari
e. Payudara bengkak, merah, disertai rasa sakit
f. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab
(depresi)
8. Kebutuhan Ibu pada Masa Nifas
Kebutuhan ibu selama masa nifas menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia dalam Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA) adalah :
38

a. Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung


karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan.
b. Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan
pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua
adalah 12 gelas sehari.
c. Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah
kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin.
d. Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.
e. Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi Caesar maka
harus menjaga kebersihan luka bekas operasi.
f. Cara menyusui yang benar dan hanya memberi ASI saja
selama 6 bulan.
g. Perawatan bayi yang benar.
h. Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan
membuat bayi stres.
i. Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin
bersama suami dan keluarga.
j. Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk
pelayanan KB setelah persalinan.
9. Penerapan Holistic Care Senam nifas
1) Pengertian Senam Nifas
Senam nifas merupakan latihan atau aktivitas
peregangan otot yang dilakukan setelah melahirkan meliputi
ambulasi dini dan latihan fisik yang dimulai dari latihan yang
sederhana dilanjutkan dengan latihan yang lebih berat (Bobak et
all, 2004).
Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan
oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih,
dimana fungsinya adalah untuk nifas mengembalikan kondisi
kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah
timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
39

pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian


punggung, dasar panggul, dan perut (Widiyanti et all, 2014)
Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk
memulihkan tubuh ibu dan bermanfaat juga untuk memulihkan
keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis. Latihan ini dapat
dimulai sejaksatu hari setelah melahirkan (Rosviani,2010).
2. Tujuan Senam Nifas
a. Memperlancar terjadinya proses involusi uteri
(Kembalinya rahim ke bentuk semula).
b. Mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah
melahirkan pada kondisi semula.
c. Mencegah komplikasi yang mungkin timbul selama
menjalani masa nifas.
d. Memelihara dan memperkuat kekuatan otot perut, otot dasar
panggul, serta otot pergerakan.
e. Memperbaiki sirkulasi darah, dan sikap tubuh setelah hamil
dan melahirkan, tonus otot pelvis, regangan otot tungkai
bawah (Varney, 2010).
f. Untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi
pascapartum, meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan
pelvic, jaringan perineal, dan perineal, membantu pemulihan
fungsi tubuh normal, meningkatkan pemahaman terhadap
perubahan-perubahan fisiologis dan psikologi, melancarkan
sirkulasi darah sehingga dapat terhindar dari infeksi masa
nifas (Mochtar, 2013).
3. Gerakan Senam nifas
a. Tata cara melakukan senam nifas
Persiapan yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan senam
nifas, alat dan bahan-bahan yang diperlukan yaitu matras,
bantal, sampiran dan kursi.
1) Persiapan ibu postpartum. Adapun persiapan ibu
postpartum dan suami dalam pelaksanaan senam nifas
40

yaitu: Ibu postpartum memposisikan diri tidur terlentang


suami berada di samping ibu (jika di rumah), jika suami
tidak di rumah, suami tetap memberikan support dan
motivasi agar ibu melakukan senam nifas. Pakaian yang
dikenakan ibu berbahan kaos dan longgar.
2) Petunjuk senam nifas.
Mobilisasi dan gerakan-gerakan sederhana dapat
dimulai saat ibu masih di tempat tidur, senam yang
paling aman untuk dilakukan pada hari pertama post
partum yaitu senam dasar panggul, bila memang
memungkinkan meskipun kadang-kadang sulit untuk
secara mudah mengaktifkan otot-otot dasar panggul
selama hari pertama atau pada hari kedua.
Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum senam nifas
antara lain; lakukan check up kesehatan, mintalah saran
dokter atau bidan sebelum melakukan senam nifas dan
siapkan perlengkapan yang dibutuhkan sebelum senam
dimulai. Selama latihan senam nifas ibu postpartum
dianjurkan untuk melakukan pemanasan terlebih
dahulu dengan gerakan-gerakan ringan, melakukan latihan
secara singkat, melakukan latihan dengan perlahan
jangan mengulang suatu seri terlalu cepat tanpa jeda
istirahat, beristirahat di antara latihan karena perbaikan
otot terjadi saat otot diistirahatkan bukan saat otot
digerakkan, berhentilah sebelum lelah dan lakukan senam
ini secara teratur dan benar.
b. Langkah-langkah senam nifas
Menurut Brayshaw (2008) gerakan dalam latihan senam
nifas antara lain:
1) Senam sirkulasi
Bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan
sirkulasi ibu pada masa pascapartus segera ketika ia
41

mungkin beresiko mengalami thrombosis vena atau


komplikasi sirkulasi.
Beberapa gerakannya meliputi:
a. Senam kaki. Duduk atau berbaring dengan posisi lutut
lurus. Tekuk lalu regangkan secara perlahan sedikitnya
12x (pilih gerakan dorsi flexi menekuk telapak kaki
ke arah kepala untuk mencegah kram), putar kedua
pergelangan sedikitnya 12x untuk satu arah.

Gambar 2.6 Senam Kaki


Sumber:(Brayshaw, 2008)
b. Mengencangkan kaki. Duduk atau berbaring dengan
kaki lurus. Tarik kedua kaki ke atas pada
pergelangan kaki dan tekankan bagian belakang lutut
ke tempat tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan
kelima, bernafas secara normal lalu rileks. Ulangi
gerakan sebanyak 10x.
c. Nafas dalam. Dalam posisi apapun, tarik nafas
dalam sebanyak atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk
memungkinkan ventilasi penuh paru-paru.
2) Latihan otot dasar panggul
Bertujuan untuk mengembalikan fungsi sesegera
mungkin dan membantu mencegah masalah atau
prolaps urine jangka panjang serta meredakan rasa
ketidaknyamanan terhadap perineum rasa ini timbul
akibat persalinan, tujuan pemulihan dengan
meningkatkan sirkulasi lokal dan mengurangi edema.
42

Kencangkan anus seperti menahan buang air besar,


kerutkan vagina seperti menahan air kencing, kemudian
lepaskan. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai
10 detik, bernafaslah secara normal. Rileks dan
istirahat selama 3 detik. Ulangi dengan perlahan
sebanyak mungkin sampai 10x.
3) Senam abdomen
Bertujuan untuk memulihkan kembali otot-otot
abdomen, melindungi sendi panggul dan tulang
belakang, serta membantu meredakan kekuatan yang
timbul akibat pengaruh postural atau nyeri punggung
yang mungkin timbul setelah persalinan.
Beberapa gerakannya meliputi:
a) Senam transversus.
Berbaring kedua lutut ditekuk dan kaki datar
menapak di tempat tidur. Letakkan kedua tangan
di abdomen bawah di depan paha. Tarik nafas,
kencangkan bagian bawah abdomen di bawah
umbilikus dan tahan dalam hitungan 10x kemudian

Gambar 2.7 Senam Transversus 1


Sumber:(Brayshaw, 2008)
Mengangkat panggul. Berbaring terlentang dan
kedua lutut ditekuk dan kaki ditapakan ke lantai,
kencangkan otot-otot abdomen, kencangkan juga
otot panggul dan tekan sedikit bagian belakang ke
lantai. Tahan posisi ini sampai hitungan kelima, lalu
bernafas dengan normal, kemudian rileks. Ulangi
gerakan hingga 10x (ulangi latihan dengan lebih
43

berirama pelvic rocking/ goyang panggul). Untuk


membantu meredakan kekakuan yang timbul akibat
pengaruh postural/nyeri punggung yang timbul
setelah persalinan. Latihan ini dapat dilakukan
dengan berbagai posisi, misalnya posisi duduk dan
berdiri lebih nyaman dibandingkan berbaring bila
ibu tinggal di rumah dan sibuk.

Gambar 2.8 transversus 2


Sumber:(Brayshaw, 2008)

b) Senam stabilitas batang tubuh.


Bertujuan untuk menguatkan otot-oto kaki yang
selama kehamilan menyangga beban yang sangat
berat.Selain itu untuk memperlancar sirkulasi didaerah kaki
sehingga mengurangi edema. Mengencangkan otot perut
dan otot dasar panggul dan menghilangkan nyeri punggung.
Untuk memicu transversus demi menstabilkan panggul
sambil menggerakan tungkai bawah, senam ini mulai
dapat dilakukan 5-10 hari setelah persalinan normal bila
tidak ada masalah muskuloskeletal panggul. Beberapa
gerakannya meliputi:
(1) Dengan posisi duduk dan kaki datar di atas lantai serta
tangan di atas abdomen bawah, tarik otot dasar
panggul dan transversus serta naikkan satu lutut
sehingga kaki beberapa inci di atas lantai. Tahan
selama 5 detik dengan bagian panggul dan tulang
belakang tetap pada posisinya
44

Gambar 2.9 Senam Stabilitas Batang Tubuh 1


Sumber:(Brayshaw, 2008)

(2) Dengan posisi berbaring miring, tekuk kedua lutut ke


arah atas depan, tarik otot transversus dan dasar
panggul serta angkat lutut atas, dengan cara memutar
paha ke arah luar sementara tumit tetap saling
berdekatan. Tahan selama 5 detik, pastikan bahwa
posisi panggul atau tulang belakang tidak turut berotasi.

Gambar 2.10 Senam Stabilitas Batang Tubuh 2


Sumber:(Brayshaw, 2008)

(3) Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang


bawah ditekuk ke arah belakang, tarik abdomen bagian
bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar
dengan tubuh. Tahan gerakkan ini sampai selama 5
detik, pastikan agar posisi punggung dan panggul tidak
berotasi.
45

Gambar 2.11 Senam Stabilitas Batang Tubuh 3


Sumber:(Brayshaw, 2008)

(4) Dalam posisi berbaring terlentang, tekuk kedua lutut ke


atas dan kaki di atas lantai. Letakkan tangan di atas
abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan
biarkan lutut kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit
mengendalikan untuk memastikan bahwa panggul
tetap pada posisinya dan punggung tetap datar. Secara
perlahan kembalikan lutut pada posisi semula yakni
posisi tegak lurus

Gambar 2.12 Senam Stabilitas Batang Tubuh 4


Sumber:(Brayshaw, 2008)

(5) Dengan posisi terlentang, tekuk kedua lutut ke atas dan


kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas
abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan
secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki
dengan tetap mempertahankan punggung datar
setinggi panggul. Hentikan bila panggul mulai
bergerak. Secara perlahan kembalikan posisi lutut
menekuk. Ulangi gerakan 5
46

Gambar 2.13 Senam Stabilitas Batang Tubuh 5


Sumber:(Brayshaw, 2008)

4.Manfaat Senam Nifas


a. Secara Fisik dapat Mempercepat Proses Involusi Uterus
Latihan fisik (senam nifas ) akan menyebabkan terjadinya
eksitasi otot, yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan
kalsium sitosol terutama dari cairan ekstraseluler, selanjutnya
akan terjadi serangkaian reaksi biokimia yaitu kolmodulin
(protein sel) berikan dengan kalsium akan mengakibatkan
kinase rantai ringan miosin menjadi aktif sehingga jembatan
silang miosin terfosforilasi sehingga terjadi peningkatan aktif
dan miosin kinase dan terjadi fosforilase pada kepala myosin
yang berkaitan dengan ikatan aktin sehingga terjadilah tarikan
otot secara berkala sehingga terjadi kontraksi (Sherwood,
2011).
Kontraksi pada uterus akan mempercepat proses involusi
uterus yaitu perubahan regresif pada uterus yang menyebabkan
berkurangnya ukuran uterus. Uterus yang berkontraksi dengan
baik secara bertahap akan berkurang ukurannya dapat dipalpasi
lagi ukurannya sampai tidak dapat lagi diatas simpisis pubis
(Varney, 2007;Cluet, 1997).
Senam nifas sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kontraksi uterus masa post partum, maka ibu post partum
didorong untuk melakukan senam nifas dalam rangka
mempercepat proses involusio uterus (Bobak et al, 2007).
Adanya program latihan selama masa nifas maka dapat
memperkuat pemulihan otot yang terbebani selama hamil dan
47

persalinan, serta meningkatkan kesehatan dan kebugaran ibu nifas


dan proses involusi ini sangat terlihat jelas pada alat-alat
kandungan (Hammer et al, 2000).
1) Kapan saja dilakukannya senam nifas
Senam Nifas dilakukan sejak hari pertama melahirkan,
setiap hari sampai hari yang ketujuh, terdiri dari sederetan
gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan
keadan ibu. Setelah persalinan, tubuh ibu baru memasuki
masa pemulihan dan perlahan kembali kekondisi semula, yaitu
salah satunya dengan melakukan latihan atau senam nifas
(Brayshaw, 2007).
b. Secara psikologi dalam maternal depressive symptoms
Senam nifas dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu,
dengan frekuensi waktu 20-30 menit/hari. Senam nifas akan
lebih maksimal jika dilakukan dengan waktu yang tepat. Hal
ini sesuai dengan anjuran dari American College of Obstetties
and Ginecologists (ACOG) yang menganjurkan bahwa senam
nifas dapat diikuti oleh ibu postpartum mulai dari aktifitas fisik
yang ringan sampai aktifitas fisik yang kuat bisa dilakukan
dalam beberapa hari dalam seminggu dan ibu tidak memiliki
komplikasi medis dan obstetrik.
Depresi postpartum dapat terjadi mulai dari setelah
melahirkan sampai satu bulan sesudahnya, bahkan sampai satu
tahun (Muchanga et all, 2017). Insiden depresi meningkat
secara signifikan selama tiga bulan pertama setelah ibu
melahirkan, dan kejadian depresi akan meningkat tiga kali lipat
lebih tinggi pada lima minggu setelah melahirkan (Kettunen et
all, 2014)
Jumlah total orang yang hidup dengan depresi di dunia
adalah 322 juta penduduk. Hampir setengah dari orang tersebut
tinggal diwilayah Asia Tenggara dan Wilayah Pasifik Barat.
Prevalensi depresi di Wilayah Asia Tenggara yaitu sebesar
48

27%, sedangkan di Indonesia prevalensi depresi sebesar 3.7%


dan menempati urutan kedua setelah India sebesar 4.5%
(World Health Organization, 2017).
Hingga kini angka kejadian depresi postpartum di Indonesia
belum dapat diketahui secara pasti dikarenakan belum adanya
lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus ini
serta sistem pencatatan dan pelaporan yang belum lengkap.
Depresi pasca persalinan merupakan kondisi kesehatan mental
yang mempengaruhi hingga 13% dari ibu primipara yang
terjadi pada 4 minggu pertama hingga 1 tahun pasca persalinan
(Qobadi, Collier and Zhang, 2016).
Penelitian ini menggunakan metode dari Edinburgh
Postpartum Depression Scale yang dikembangkan oleh cox,
holden dan sagovsky sejak tahun 1987. EPDS dipilih sebagai
metode pada penelitian ini karena EPDS merupakan metode
baku dan berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dinyatakan
bahwa metode tersebut telah teruji dan diakui validitas dan
reliabilitasnya. Uji validitas tersebut juga telah dilakukan pada
berbagai budaya dan tersedia dalam berbagai bahasa. (Scott,
2008).
Metode EPDS biasanya terdiri dari 10 item pertanyaan dan
4 pilihan jawaban dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut
mudah dipahami, yang memungkinkan klien dapat mengisinya
serta tidak membuat klien kelelahan saat menjawab kuesioner
tersebut. Pertanyaan nomor 1, 2 dan 4 memiliki skor 0-3
sedangkan pertanyaan nomor 3,5,6,7,8,9,10 memiliki skor 3-0.
Nilai maksimum EPDS adalah 30 dengan interval 0-9
menunjukkan normal, ≥10 menunjukkan timbulnya resiko
terkena depresi, oleh karena itu dengan adanya penerapan
skala Edinburgh sebagai alat deteksi depresi diharapkan dapat
dilakukan deteksi dini terhadap risiko terjadinya depresi nifas.
49

Setelah melakukan pemantauan selama ±4 minggu


didapatkan bahwa terdapat perbedaan skor pada Ny”I”
sebelum melakukan senam nifas dan setelah melakukan senam
nifas. Skor depresi postpartum melalui metode EPDS pada
Ny”I” umur 28 tahun sebelum melakukan senam nifas
didapatkan skor pretest awal yaitu 12 dan setelah melakukan
senam nifas didapatlah skor EPDS posttest akhir yaitu skor 5.
Pada penelitian skor depresi postpartum dengan metode
Edinburgh Postnatal Depression (EPDS) yang telah dilakukan
pada Ny”I” sebelum melakukan senam nifas dan sesudah
melakukan senam nifas ternyata mengalami penurunan skor 7
angka , dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan yang
signifikan yaitu Ny”I” mendapatkan skor ≤9. Seperti metode
penelitian yang telah dikembangkan oleh cox, holden dan
sagovsky sejak tahun 1987 bahwa skor maksimal dari EPDS
adalah 30 dengan interval 0-9 dinyatakan tidak ada resiko
terkena depresi postpartum dan skor ≥10 mengalami depresi
postpartum itu artinya tidak ada resiko terjadinya depresi
postpartum pada Ny”I” dan pemberian senam nifas ternyata
mampu mempengaruhi tingkat resiko terjadinya depresi pada
ibu postpartum.

E. Bayi Baru Lahir/Neonatus


1. Pengertian bayi baru lahir atau neonatus
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir
(neonatus), lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala
secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara
spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000 gram
(Varney, 2008). Bayi baru lahir adalah periode neonatal yang
berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, ini
merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang
dramatis pada bayi baru lahir (Bobak et all, 2005).
50

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang


bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2010).
2. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain appearance color (warna kulit) seluruh tubuh
kemerah-merahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung
>100x/menit, grimace (reaksi terhadap rangsangan) menangis,
batuk/bersin, activity (tonus otot) gerakan aktif, respiration
(usaha nafas) bayi menangis kuat (Varney, 2010).
3. Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
Langkah-langkah pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir
a. Pemeriksaan umum
1) Nilai secara keseluruhan apakah perbandingan bagian tubuh
bayi proporsional atau tidak postur tubuh bayi baru lahir
dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar,
dengan lengan, panggul dan lutut fleksi. Pada bayi kecil
ekstermitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Gerakan
ekstermitas bayi harus secara spontan dan simetris disertai
dengan gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit
gemetar (Varney, 2010).
Tabel 2.4
Mekanisme Kehilangan Panas Pada Bayi

Definisi Implikasi Perawatan


Konveksi
Pertahankan suhu udara di ruang
Aliran panas dari
rawat sekitar 24⁰C. Bungkus
permukaan tubuh
bayi untuk melindunginya dari
ke udara yang
dingin
lebih dingin
51

Definisi Implikasi Perawatan


Radiasi
Kehilangan panas
dari permukaan
tubuh ke
permukaan padat
lain yang lebih Letakkan tempat tidur bayi dan
dingin tanpa meja periksa jauh dari jendela
kontak langsung
satu sama lain,
tetapi Dalam
kontak yang
relative dekat
Evaporasi
Kehilangan panas
yang terjadi ketika
cairan berubah
menjadi gas
(misalnya,
evaporasi dari
kulit tubuh).
Penguapan yang Keringkan bayi setelah lahir.
tidak terlihat
disebut juga
dengan
kehilangan air
yang tidak
dirasakan
(insensible water
loss)
Konduksi
Kehilangan panas
dari permukaan Begitu lahir, bungkus bayi
tubuh ke permukaan dengan selimut hangat.
yang lebih dingin Tempatkan di tempat tidur yang
melalui kontak hangat
langsung satu sama
lain
Sumber : (Bobak, 2005)
1) Periksa bagian kepala, badan, dan ekstermitas akan adanya
kelainan dengan pengukuran anthopometri yaitu pengukuran
lingkar kepala yang dalam keadaan normal. Ukuran
circumferensial (keliling): Cirkumferensial fronto occipitalis
±34 cm, Cirkum ferensial mento occipitalis ±35 cm, Cirkum
52

ferensial sub occipito bregmatika ±32 cm, Lingkar dada 30,5-


33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2.500 gram-
4.000 gram (Varney, 2010).
2) Periksa tonus otot dan tingkat aktivitas bayi, apakah gerakan
bayi aktif atau tidak. Rentang normal tingkat kesadaran bayi
baru lahir adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat
ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau
sedang tidur (Varney, 2010).
3) Periksa warna kulit dan bibir, apakah warnanya kemerahan
/kebiruan. Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding
bayi preterm karena kulit bayi lebih tebal (Varney, 2010).
4) Periksa tangisan bayi, apakah melengking, merintih, atau
normal. Tanda-tanda vital Pernapasan Periksa laju napas dengan
melihat tarikan napas pada dada dan gunakan petunjuk waktu.
Status pernapasan yang baik adalah napas dengan laju normal
40-60 kali per menit, tidak ada wheezing dan ronki (Varney,
2010).
5) Denyut jantung
Denyut jantung bayi baru lahir normal antara 100-160 kali
permenit, dan tidak terdengar bunyi murmur. Periksa laju
jantung dengan menggunkan stetoskop dan petunjuk waktu
(Varney, 2010).
6) Suhu aksiler
Periksa suhu dengan menggunakan thermometer aksila atau
thermometer air raksa. Suhu normal adalah 36,50C sampai 37,
50C (Varney, 2010).
7) Nadi
Denyut nadi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi
tidak teratur karena adanya rangsangan seperti menangis,
perubahan suhu yang tiba-tiba. Denyut nadi bayi normal
berkisar 120-140 kali per menit (Varney, 2010).
53

8) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)


a) Kepala
Rabalah kepala sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar
mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosepalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat
tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/moulase.
Keadaan normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-
ubun mudah diraba.
b) Telinga
Telinga diperiksa kanan dan kiri, periksa dan pastikan jumlah,
bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang, daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas, perhatikan letak daun
telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (pierre-
robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini
dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal (Varney, 2010).
c) Mata
Pada saat pemeriksaan mata, goyangkan kepala bayi secara
perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka, lakukan pemeriksaaan
terhadap: periksa jumlah, eposisi atau letak mata, periksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna, periksa
adanya glaucoma congenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak
congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang
kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek
retina, periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan
konjungtiva atau retina, periksa adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat menjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan
54

apichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrow


down (Varney, 2010).
d) Hidung dan mulut
Pada bayi cukup bulan bentuk dan lebar hidung harus lebih dari
2, 5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut
harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas
karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya secret
yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa pernapasan
cupinng hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukan
adanya gangguan pernapasan (Varney, 2010). Perhatikan mulut
bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan
mikrognatia, periksa bibir sumbing, adanya gigi atau ranula
(kista lunak yang berasal dari dasar mulut), periksa keutuhan
langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum keras
dan lunak. Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau
palatum yang biasanya terjadi akibat epistein’s pearl atau gigi,
periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi
dengan edema otak atau tekanan intraknial meninggi sering kali
lidahnya keluar masuk (tanda foote). (Varney, 2010).
e) Leher dan Dada
Pemeriksaan leher, biasanya leher bayi pendek dan harus
diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika
terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis, lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan periksa
adanya pembesaran tyroid dan vena jugularis, adanya lipatan
kulit yang berlebihan dibagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21 (Varney, 2010).
55

f) Klavikula
Klavikula, raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya
terutama pada bayi yang lahir dengan presentasi bokong atau
distosia bahu. Periksa kemungkinan fraktur (Varney, 2010).
g) Tangan
Kedua tangan harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah, kedua lengan harus bebas bergerak, jika
gerakan kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau
fraktur, periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau
sidaktili, telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang
hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti
trisomi. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi
atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan (Varney,
2010).
h) Dada
Ukur lingkar dada, ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada (pengukuran dilakukan melalui kedua putting
susu), lingkaran bahu ±34 𝑐𝑚. Periksa kesimetrisan gerakan dada
saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paralis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak
secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, putting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris, payudara dapat
nampak membesar tetapi ini merupakan keadaan yang normal
(Varney, 2010).
i) Abdomen
Abdomen harus nampak bulat dan bergerak bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji jika ada pembengkakan, jika perut
sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-spleno-
megali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan
56

adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau ductus


omfaloentriskus persisten (Varney, 2010).
9) Genetalia
a) Jenis kelamin
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1, 3 cm.
periksa posisi lubang uretra, preputisium tidak boleh ditarik
karena akan menyebabkan fimosis. Periksa adanya hipospadia
dan epispadia, skrotum harus dipalpasi untuk memastikan
jumlah testis ada dua. Pada bayi perempuan cukup bulan labia
mayora menutupi labia minora, lubang uretra terpisah dengan
lubang vagina. Terkadang nampak adanya sekret yang berdarah
dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormon ibu
(Varney, 2010).
b) Anus, rectum dan punggung
Anus dan rectum: periksa adanya kelainan atresia ani, kaji
posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama,
jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya
mekonium plug syndrome, megakolon atau obstruksi saluran
pencernaan (Varney, 2010).
c) Tungkai
Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang
kedua kaki dengan meluruskan keduanya dan bandingkan,
kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurangnya gerakan
berkaitan dengan adannya trauma, misalnya fraktur, keruakan
neurologis, periksa adanya polidaktili atau sidaktili pada jari
kaki (Varney, 2010).
d) Spinal
Periksa spinal dengan cara menelungkupkan bayi, cari
adanya tanda-tanda abnormalitas seperti spina bifida,
pembengkakan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spnalis atau
kolumna vertebra (Varney, 2010).
57

e) Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, antara lain: periksa adanya ruam
dan bercak atau tanda lahir, periksa adanya pembekakan,
perhatikan adanya vernik kaseosa, perhatikan adanya lanugo,
jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan (Varney,
2010).
10) Refleks
Reflek yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal (Varney, 2010).
a) Tonik neek reflek
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan miringkan kepalanya.
b) Rooting reflek
Bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan
membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah
datangnya jari.
c) Grasping reflek
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya
akan langsung mengenggam sangat kuat.
d) Moro reflek
Reflek yang timbul diluar kemauan, Kesadaran bayi.
Contohnya : bila bayi di angkat/direnggut secara kasar dari
gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan
yang mengangkat tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
e) Startle reflek
f) Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan
tangis.
g) Stapping refleks
Reflek kaki secara spontan apabila bayi di angkat tegak dan
kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi
seolah-olah berjalan.
58

h) Refleks mencari putting (rooting)


Bayi menoleh kearah sentuhan di pipinya atau didekat mulut,
berusaha untuk menghisap.
i) Refleks menghisap (sucking)
Areola putting susu tertekan gusi bayi, lidah, dan langit-langit
sehingga sinus laktiferus tertekan dan memancarkan ASI.
j) Refleks menelan (swallowing)
Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut dan
faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan mendorong
ASI ke dalam lambung.
4. Tanda Bayi Baru Lahir Sehat
Penilaian APGAR adalah asuhan pada bayi sesaat setelah
pelahiran, yaitu
Tabel 2.5 Penialaian APGAR
Skor
Tanda
0 1 2
Frekuensi Lambat
Tidak ada >100x/m
jantung (<100x/m)
Usaha Lambat (tidak
Tidak ada Menangis kuat
bernafas teratur)
Sedikit fleksi
Tonus otot Lemah pada Gerakan aktif
ekstremitas
Iritabilitas
Tidak ada Meringis Menangis keras
reflex
Badan merah
muda, Seluruhnya
Warna Biru pucat
ekstremitas merah muda
biru
Sumber : (Varney, 2010)
Tanda bayi baru lahir sehat menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
adalah bayi lahir langsung menangis, tubuh bayi kemerahan, bayi
bergerak aktif, berat lahir 2500 gram – 4000 gram dan bayi
menyusu dari payudara ibu dengan kuat.
59

5. Kelainan-Kelainan Pada Bayi Baru Lahir


Kelainan bayi baru lahir yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
b. Atresia Esofagus
c. Atresia Rekti dan Anus
d. Hirschprung
e. Obstruksi billiaris
f. Omfolakel
g. Hernia diafragmatika
h. Meningokel, ensefalokel
i. Hidrosefalus
j. Fimosis (Varney, 2007).

F. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir Selama
Social Distancing
Saat ini Indonesia tengah menghadapi wabah bencana yaitu
COVID-19, diperlukan suatu Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan
Bayi Baru Lahir Selama Social Distancing. Pedoman ini merupakan
panduan bagi pemberi layanan ibu hamil, ibu bersalin dan bayi baru lahir
dalam memberikan pelayanan sesuai standar dan sesuai prinsip-prinsip
pencegahan COVID-19 dalam masa social distancing.
Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, ibu nifas
dan bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaution dengan
selalu cuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau hand sanitizer,
pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah
raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan
mempraktikan etika batuk dan bersin. Sedangkan prinsip-prinsip
manajemen COVID-19 di fasilitas kesehatan adalah isolasi awal,
prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari
kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan
risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan SARS-CoV-2 dan
pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan kontraksi
60

uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan


yang progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan
individual/indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim dengan
multidisipin. Wabah COVID-19 ini tentunya memerlukan upaya
pencegahan dalam memutuskan mata rantai terjadinya penyebab
COVID-19, upaya pencegahan umum yang dapat dilakukan oleh Ibu
Hamil, Bersalin dan Nifas diantaranya yaitu:
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20
detik, Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci
tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil
(BAK), dan sebelum makan
b) Untuk pemeriksaan hamil pertama kali, buat janji dengan dokter agar
tidak menunggu lama. Selama perjalanan ke fasyankes tetap
melakukan pencegahan penularan COVID-19 secara umum.
c) Pengisian stiker Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) dipandu bidan/perawat/dokter melalui media
komunikasi.
d) Pelajari buku KIA dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
e) Ibu hamil harus memeriksa kondisi dirinya sendiri dan gerakan
janinnya. Jika terdapat risiko / tanda bahaya (tercantum dalam buku
KIA), maka periksakan diri ke tenaga kesehatan. Jika tidak terdapat
tanda-tanda bahaya, pemeriksaan kehamilan dapat ditunda.
f) Pastikan gerak janin diawali usia kehamilan 20 minggu dan setelah
usia kehamilan 28 minggu hitung gerakan janin (minimal 10 gerakan
per 2 jam).
g) Ibu hamil diharapkan senantiasa menjaga kesehatan dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang, menjaga kebersihan diri
dan tetap mempraktikan aktivitas fisik berupa senam ibu hamil / yoga
/ pilates / aerobic / peregangan secara mandiri dirumah agar ibu tetap
bugar dan sehat.
61

h) Ibu hamil tetap minum tablet tambah darah sesuai dosis yang
diberikan oleh tenaga kesehatan.
i) Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap kali sebelum dan
sesudah memegang bayi dan sebelum menyusui.
j) Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang
belum dicuci.
k) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
l) Gunakan masker medis saat sakit. Tetap tinggal di rumah saat sakit
atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak
beraktivitas di luar.
m) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang
tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue,
lakukan batuk sesuai etika batuk.
n) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda
yang sering disentuh.
o) Menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan
penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan
tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi
seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha
pencegahan lain. Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan
hand hygiene dan usaha-usaha pencegahan lainnya.
p) Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya
dan dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha
pencegahan lain yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan
perilaku hidup sehat.
q) Cara penggunaan masker medis yang efektif :
1. Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah.
2. Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
62

3. Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya : jangan


menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan
bagian dalam).
4. Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
5. Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker
jika masker yang digunakan terasa mulai lembab.
6. Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
7. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah
medis sesuai SOP.
8. Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan.
r) Menunda pemeriksaan kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak
ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
s) Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang
atau hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar
hewan.
t) Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi
telepon layanan darurat yang tersedia untuk dilakukan penjemputan di
tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi
penyakit ini.
u) Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait.
v) Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di
media sosial terpercaya (Kemenkes RI,2020).
63

BAB III
METODOLOGI

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah penyusunan suatu penelitian yang akan
dilaksanakan. Penulisan dalam laporan ini menggunakan metode studi kasus
(case study). Studi kasus atau case study adalah suatu metode penelitian
dengan cara meneliti suatu permasalahan yang melalui suatu kasus yang terdiri
dari unit tunggal . Unit yang menjadi kasus tersebut dianalisis secara mendalam
baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri, faktor-
faktor yang mempengaruhi, kejadian-kejaidan khusus yang muncul
sehubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap suatu
perlakuan atau pemaparan tertentu (Notoadmojo, 2012).

B. Sasaran
Sasaran dalam studi kasus ini adalah Ny.”I” seorang ibu hamil trimester III
umur 28 tahun anak ke 2 yang telah bersedia menandatangani lembar informed
consent yang dianjurkan.

C. Waktu dan Tempat


1. Waktu Pengkajian
Laporan tugas akhir dilaksanakan pada bulan Desember-Maret 2020
2. Tempat Pelaksanaan
Asuhan kebidanan dilaksanakan di Rumah Bersalin Mitra Ananda
Palembang. Lokasi berada di jalan Sei Betung no.628 RT.02 RW.03
Komp.YKP 1 Pakjo Palembang.

D. Teknik, Jenis Data, Instrumen Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitiannya
(Notoadmojo, 2012).

63
64

Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini adalah melalui


wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pada ibu hamil Ny.”I” di Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang tahun
2019.
2. Jenis Data
Data dalam studi kasus ini menggunakan data primer dan data
sekunder. Data primer atau sering disebut dengan first hand of information
adalah sumber informasi yang langsung berasal dari yang mempunyai
wewenang dan bertanggung jawab terhadap data tersebut sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh dari secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dari dicatat oleh pihak lain) (Notoadmojo,
2012).
Data primer diperoleh melalui wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang sedangkan data sekunder diproleh dengan
melihat dan mencatat buku registrasi ibu hamil di Rumah Bersalin Mitra
Ananda Palembang tahun 2019.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini
berupa format pengkajian, alat-alat pemeriksaan kehamilan. Adapun alat-
alat pemeriksaan kehamilan tersebut berupa timbangan, stetoskop, jam,
senter, metline, monoskop, pita LILA, refleks hamer, blood lancet dan
haemometer. Refleks hammer, blood lancet dan haemometer. Alat-alat
pemeriksaan persalinan seperti, partus set, heacting set, resusitasi. Alat-alat
pemeriksaan nifas berupa tensimeter, termometer aksila, refleks hammer
dilengkapi dengan alat-alat untuk penerapan senam nifas, yaitu matras,
bantal, sampiran dan kursi. Alat-alat pemeriksaan Bayi baru lahir dan
neonatus berupa timbangan, pengukur panjang badan (metline),
termometer aksila , dan stetoskop bayi.
65

BAB IV
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny “I” G2P1A0 Di RB Mitra Ananda


Misni Herawati Palembang Tahun 2019
Pengkajian Dilakukan Pada:
a. Hari, tanggal : Kamis, 19 Desember 2019
b. Pukul : 11.50 WIB
c. Tempat : RB Mitra Ananda Palembang
d. Pengkajian Oleh: Mahasiswa
I. DATA SUBJEKTIF
A. Biodata
Nama Ibu : Ny. “I” Nama Suami : Tn.“T”
Umur : 28 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01

B. Alasan Datang
Ibu datang pada tanggal 19 Desember 2019, pukul 11.50 WIB ke RB Mitra
Ananda Palembang, mengaku hamil 7 bulan anak kedua, tidak pernah
keguguran, ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ibu ingin
memeriksakan kehamilannya.

C. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun
Siklus : ±28 Hari
Lamanya : 7 Hari
Warna : Merah kehitaman

65
66

Jumlah : Sedang, ±4 kali ganti pembalut


Dismenorhoe : Tidak ada

2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x
Lamanya : 4tahun
Umur waktu kawin : 24 tahun
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Jenis Tahun Keadaan Anak
Umur Ditolong Nifas/
Persalina Penyulit Persalin
Kehamilan Oleh Laktasi JK BB PB Keadaan
n an

Tidak L 3500 49
1 Aterm Spontan Bidan 2016 Baik Hidup
ada K gr cm

2 Ini

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


GPA : G2 P1 A0
HPHT : 1 juni 2019
TP : 8 maret 2020
Skrining Imunisasi TT
TT1 :Telah Dilakukan (Tanggal 20 November
2019)
TT2 : Belum Dilakukan
ANC : 4kali (Bidan) 1 kali (Puskesmas)
Tablet Fe : 40 tablet (30 yang diminum)
Usia Kehamilan : 28 minggu 5 Hari
Keluahan kehamilan : TM 1 : Mual, pusing, lesu
Obat yang dikonsumsi: Gestiamin, Kalk
TM 2 : Tidak Ada
Obat yang dikonsumsi: Tablet Fe
TM 3 : Tidak ada
Obat yang di konsumsi: Tablet Fe, Kalk
67

Gerakan Janin pertama kali dirasakan : 16 minggu


Berapakali gerakan janin dalam 24 jam : ±10𝑥/ℎ𝑎𝑟𝑖

D. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis kontrasepsi yang digunakan : Suntik 3 bulan
Lamanya menjadi akseptor KB : 2,5 tahun
Alasan berhenti menjadi akseptor KB : Ingin punya anak lagi

E. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang diderita pasien
a. Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
b. Penyakit keturunan ( Hypertensi, jantung, ginjal) : Tidak ada
c. Penyakit yang pernah di derita pasien : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga/ keturunan
a. Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
b. Penyakit keturunan (Hypertensi, jantung, ginjal) : Tidak ada
3. Riwayat operasi yang pernah di jalani : Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga/ keturunan yang lain : Tidak ada

F. Data sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Makan : 3x sehari
Porsi : Sedang
Jenis makanan :
a) Pagi : 1 piring Nasi Uduk, 1 butir telur rebus , 1 gelas susu dan
air putih
b) Siang : 1 piring Nasi Putih, 1 mangkuk kecil sayur bayam, 1
potong ikan goreng
c) Malam :1 piring nasi putih, 1 mangkuk kecil sayur katu bening,
1 mangkuk kecil sambal ikan.
68

b. Pantangan makanan : Tidak ada


c. Minum : ± 8 gelas/hari
Jenis minum : Air mineral

2. Pola Istirahat dan Aktivitas


a. Tidur malam : ± 6 jam/ hari
b. Tidur siang : ± 1 jam/ hari
c. Aktivitas : Pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,
mengepel, mencuci dan memasak.
3. Pola Eliminasi
a. BAB
a) Frekuensi : 1x / hari
b) Warna : Kuning kecoklatan
c) Penyulit : Tidak ada
d) Konsistensi : Lunak
b. BAK
a) Frekuensi : ± 6x / hari
b) Warna : Kuning jernih
c) Penyulit : Tidak ada

G. Data Psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan : Senang
Pengambil keputusan keluarga : Suami
Rencana tempat bersalin : Bidan
Biaya Persalinan dan perlengkapan lainnya : Sudah ada
Kendaraan : Motor
Pendamping Persalinan : Suami
Adat/ kebiasaan yang dilakukan mempengaruhi kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan minum alkohol/ nafza dan obat terlarang lainya : Tidak ada
69

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
a. TB : 156 cm
b. BB
Sebelum hamil : 50 kg
Saat hamil : 56 kg
c. Lila : 28 cm
d. Tanda-tanda vital
c. KU : Baik
d. Kesadaran : Composmentis
e. TD : 120/60 mmHg
f. Pulse : 78 x/m
g. Suhu : 36,5 oC
h. RR : 22 x/m
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
a) Kepala
Rambut : Rambut hitam, bersih tidak rontok, tidak ada
benjolan, tidak ada ketombe.
Hidung : Bersih, tidak ada polip dan tidak ada secret
Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
Mulut : Bersih, tidak ada sariawan, tidak ada caries gigi,
gusi tidak bengkak.
Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
b) Leher
Pembengkakan kelenjar Tiroid : Tidak ada
Pembengkakan vena Jugularis : Tidak ada
c) Dada
Mamae : Simetris
Areola Mamae : Hiperpigmentasi
70

Putting Susu : Menonjol


Kolostrum : (-) Belum keluar
d) Abdomen
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
Striae livide : Tidak ada
Linie nigra : ada
Strie albicans : Tidak ada
e) Genita eksternal : Tidak dilakukan
f) Genitelia internal : Tidak dilakukan
g) Ektremitas Atas : Kuku tidak pucat, Tidak ada oedema
h) Ekstermitas Bawah : Kuku tidak pucat, tidak ada oedema dan
tidak ada varises
b. Palpasi
TFU (27 cm), bagian fundus terdapat (bokong) janin, bagian kanan
perut ibu terdapat (punggung) janin, bagian kiri perut ibu terdapat
bagian bagian kecil janin yaitu (ekstermitas) janin, bagian bawah perut
ibu terdapat (kepala) janin yang belum masuk PAP
TBBJ : (27 cm - 12) x 155 = 2.325 gram
c. Auskultasi
DJJ : (+)
Frekuensi : 154 x/menit
Sifat : Kuat dan Teratur
Lokasi : 3 jari di bawah pusat, sebelah kanan perut ibu
d. Perkusi
Reflek Patella : Ka/ki (+)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
HB : 11,8 gr/dl
Golongan Darah :B
Urine
Protein : Negatif
Glukosa :Negatif
71

III. ANALIS DATA


Diagnosa
G2P1A0 28 Minggu 5 Hari, janin tunggal hidup, presentasi kepala .
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu bahwa janin dan ibu dalam keadaan baik
TD : 120/60 mmHg Lila : 28cm
N : 78x/menit BB : 56 kg
S : 36,50C TFU : 27cm
RR : 22 x/menit DJJ : 154x/menit
presentasi : Kepala
(Ibu mengerti penjelasan Bidan)
2. Mengingatkan ibu untuk mengkonsumsi Tablet Fe yang diberikan oleh
bidan (1x1 tab/hari) , Tujuan dari pemberian tablet Fe adalah untuk
memenuhi kebutuhan zat besi pada ibu hamil, karena pada masa
kehamilan kebutuhannya meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.
Zat besi ini penting untuk mengkompensasi peningkatan volume darah
yang terjadi selama kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan
perkembangan janin yang adekuat.(Dep. Kes RI, 1997)
(Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
3. Memberitahu ibu tentang Personal Hygiene atau kebersihan diri seperti
mandi 2x/hari, ganti pakaian dalam jika lembab ±3x/hari
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
4. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup dengan tidur pada malam hari
±8 jam/hari dan tidur pada siang hari ±1 jam/hari.
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
5. Mengajarkan ibu cara menghitung gerakan janin.
Posisikan tubuh ibu dalam posisi berbaring dan dalam keadaan yang sunyi,
sepi atau ketika ibu sedang istirahat. Ibu diharapkan bisa merasakan
setidaknya 10 gerakan janin dalam waktu 12 jam. Gerakan tersebut berupa
tendangan, desiran, atau gerakan berputar. Ibu diminta untuk terus
memantau gerakan janinnya, misalnya dimulai dari pukul 09.00 pagi
hingga pukul 21.00 malam, bila gerakan janin sudah bergerak lebih dari 10
72

kali dalam rentang waktu tersebut, itu sudah lebih dari cukup. Kemudian
ibu diberikan Instrumen Pemantauan Gerakan Janin.
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
6. Menganjurkan ibu untuk melakukan relaksasi, seperti latihan pernafasan
dalam dengan cara menarik nafas dalam-dalam melalui hidung kemudian
ditahan dan dihembuskan melalui mulut yang bermanfaat untuk mengatasi
kecemasan dengan mengharmoniskan sistem saraf yang dapat membuat
ibu rileks, atau melakukan senam hamil yang bermanfaat untuk
mempertahankan kesehatan ibu serta mempersiapkan fisik mental
menjelang persalinan yang mudah, cepat dan aman. Senam hamil
dilakukan semampu ibu dan didampingi oleh tenaga kesehatan.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
7. Mengingatkan kepada ibu untuk memperbanyak ibadah seperti shalat,
dzikir, membaca al-qur’an dan ibadah lainnya. Jelaskan kepada ibu bahwa
hal ini dapat membuat ibu dan janin lebih tenang dalam menghadapi
kehamilannya dan proses persalinan nanti.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III, seperti
sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur, bengkak pada muka, tangan,
dan kaki, gerakan janin berkurang, dan keluar darah dari kemaluan yang
tidak diketahui penyebabnya.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
9. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium pada
kunjungan selanjutnya seperti pemeriksaan HB, golongan darah, protein,
glukosa, sifilis , HBsAG dan HIV/AIDS di pusat pelayanan kesehatan
terdekat
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
10. Menganjurkan Ibu untuk melakukan kunjungan 2 minggu lagi atau jika
ada keluhan.
(Ibu mengerti penjelasan Bidan)
73

CATATAN PERKEMBANGAN
ANC Ke II,pengkajian dilakukan pada:
a. Hari/tanggal : Jum’at, 31 Januari 2020
b. Pukul : 17.30 WIB
c. Tempat : Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang

CATATAN

S : Ibu mengaku hamil 8 bulan anak kedua, tidak pernah keguguran, gerakan janin
masih dirasakan, ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ibu ingin
memeriksakan kehamilannya.
O : Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD: 120/80 mmHg, N:
72x/m Hb : 12 gr/dl , T: 36,5oC, RR: 22x/m, LILA: 29 cm, BB 57 kg, TFU:30
cm, DJJ:157x/m, protein: Negatif, glukosa: Negatif, Hiv: Negatif,
HBsAG:Negatif
Palpasi: TFU (30 cm), bagian atas fundus teraba bokong, bagian sebelah kanan
perut ibu teraba (punggung) janin, bagian sebelah kiri perut ibu teraba
(ekstermitas) janin, bagian terbawah perut ibu yaitu (kepala) dan belum masuk
PAP.
TBBJ : (30-12)x155= 2.790 gram
A : G2P1A034 minggu 6 hari, janin tunggal hidup, presentasi kepala.
P : 1. Memberitahu kepada ibu bahwa janin dan ibu dalam keadaan baik.
TD : 120/80 mmHg Lila : 29cm
N : 72 x/menit BB : 57 kg
S : 36,50C TFU : 30cm
RR : 22 x/menit DJJ : 154 x/menit
Presentasi : Kepala Protein : Negatif
Hemoglobin : 12 gr% HBsAG : Negatif
Glukosa : Negatif HIV : Negatif
(Ibu mengerti penjelasan Bidan)
74

2. Melakukan Injeksi TT2 secara IM 900 pada lengan tangan atas sebelah kiri dan
menjelaskan kepada ibu bahwa suntik tetanus toxoid berfungsi untuk mencegah
terjadinya tetanus pada bayi setelah lahir
(Bidan telah melakukan injeksi TT2 kepada ibu)
3. Mengingatkan dan mengevaluasi sudah atau tidak ibu untuk mengkonsumsi obat
yang telah diberikan oleh bidan yaitu tablet Fe (1x1 tab/hari) yang bertujuan
untuk mencegah anemia pada ibu hamil.
(Ibu mengingatnya dan sudah meminum tablet fe)
4. Mengingatkan kembali dan mengevaluasi apakah ibu sudah melakukan
relaksasi, seperti latihan pernafasan dalam dengan cara menarik nafas dalam-
dalam melalui hidung kemudian ditahan dan dihembuskan melalui mulut yang
bermanfaat untuk mengatasi kecemasan dengan mengharmoniskan sistem saraf
yang dapat membuat ibu rileks, atau melakukan senam hamil yang bermanfaat
untuk mempertahankan kesehatan ibu serta mempersiapkan fisik mental
menjelang persalinan yang mudah, cepat dan aman. Senam hamil dilakukan
semampu ibu dan didampingi oleh tenaga kesehatan.
(Ibu mau dan telah mengikuti anjuran bidan)
5. Mengingatkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene seperti,
membersihkan kemaluan dari arah depan kebelakang, menggunakan celana
dalam yang dapat menyerap keringat dan mau mengganti celana dalam bila
terasa lembab.
(Ibu mengerti dan telah melakukan anjuran bidan)
6. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya kehamilan seperti perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak akan hilang setelah
beristirahat, bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen atau nyeri ulu hati
yang hebat yang tidak berhenti setelah beristirahat, gerakan janin tidak terasa
minimal gerakan janin normal adalah 10 kali dalam 24 jam, gangguan
penglihatan serta pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak, keluar
air ketuban sebelum waktunya dan bila ada tanda bahaya tersebut menganjurkan
ibu untuk segera kefasilitas kesehatan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan mengenai tanda bahaya kehamilan
danibu akan segara ke fasilitas kesehatan bila ibu merasakan ada tanda bahaya
75

yang terjadi selama masa kehamilan)


7. Mengingatkan ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir bercampur
darah, mules-mules perut bagian bawah sampai kepinggang dengan frekuensi
yang sering. Apabila terdapat salah satu tanda persalinan diatas akan segera
diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
8. Memberitahu ibu untuk melakukan persiapan persalinan seperti memilih tempat
persalinan mau dimana ,biaya yang cukup, perlengkapan baju ibu dan bayi,
pendamping saat persalinan, kendaraan apa, rujukan dan darah yang gunanya
sewaktu-waktu untuk melakukan transfusi darah apabila ibu terjadi perdarahan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan menyiapkan segala kebutuhan
untuk persalinan yang telah dianjurkan)
9. Memberitahu ibu untuk menilai seberapa sering gerakan janin dan durasi
gerakan dengan cara mengisi kertas yang sudah diberikan dan dijelaskan cara
mengisinya khusus untuk menilai gerakan janin dengan tujuan agar ibu
mengetahui kondisi janin dalam keadaan baik dari menilai gerakan janin ±10 kali
dalam sehari
(ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
10. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi atau jika ada
keluhan.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan melakukan kunjungan ulang 2
minggu lagi atau jika ada keluhan)
76

CATATAN PERKEMBANGAN
ANC Ke III, Pengkajian dilakukan pada :
a. Hari/tanggal : Jum’at, 28 Februari 2020
b. Pukul : 17.00 WIB
c. Tempat : Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang

CATATAN
S :Ibu mengaku hamil 9 bulan anak kedua, tidak pernah keguguran, gerakan janin
masih dirasakan, ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ibu ingin memeriksakan
kehamilannya.
O :Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital ibu baik
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD: 120/80 mmHg, N: 78
x/m, T: 36,5oC, RR: 22x/m, LILA: 30 cm, BB: 58 kg, TFU: 31 cm, DJJ:142x/m.
Palpasi TFU (31 cm), bagian atas fundus teraba bokong, bagian sebelah kanan
perut ibu teraba (punggung) janin, bagian sebelah kiri perut ibu teraba
(ekstermitas ) janin, bagian terbawah perut ibu yaitu (kepala) dan belum masuk
PAP.
TBBJ : (31-12)x155= 2.945 gram
A : G2P1A0 38 minggu 6 hari Janin Tunggal Hidup, presentasi kepala
P :1.Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum ibu
baik, kesadaran composmentis, TD: 120/80 mmHg, N: 78 x/m, T: 36,5oC, RR:
22x/m, LILA: 30 cm, BB: 58 kg, TFU: 31 cm, DJJ:142x/m.
Palpasi TFU (31 cm), bagian atas fundus teraba bokong, bagian sebelah kanan
perut ibu teraba (punggung) janin, bagian sebelah kiri perut ibu teraba
(ekstermitas ) janin, bagian terbawah perut ibu yaitu (kepala) dan belum masuk
PAP, ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
2.Mengevaluasi kembali apakah ibu sudah melakukan tekhnik relaksasi untuk
memberikan rasa nyaman dalam menurunkan kecemasan, ketegangan dan stres
sehingga manfaatnya dapat mengistirahatkan pikiran dan melepaskan
ketegangan dan mengembalikan keseimbangan baik pikiran maupun tubuh
teknik relaksasi inilah yang dapat mengendurkan saraf – saraf sehingga dapat
77

menimbulkan rasa nyaman salah satunya tekhnik nafas dalam selama 5 detik,
buang perlahan – lahan dari mulut, ulangi sampai 5 – 10 kali sehingga merasa
nyaman.
(Ibu telah melakukan anjuran bidan dan ibu telah menerapkannya)
3. Mengingatkan pada ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi kegiatan
yang berat-berat.
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan ibu telah melakukan yang dianjurkan bidan)
4. Mengevaluasi ibu apakah ibu selalu menjaga personal hygiene seperti,
membersihkan kemaluan dari arah depan kebelakang, menggunakan celana
dalam yang dapat menyerap keringat dan mau mengganti celana dalam bila
terasa lembab.
(Ibu telah melakukan anjuran bidan)
5. Mengevaluasi pada ibu tentang bahaya kehamilan seperti perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak akan hilang
setelah beristirahat, bengkak pada muka dan tangan, nyeri abdomen atau nyeri
ulu hati yang hebat yang tidak berhenti setelah beristirahat, gerakan janin tidak
terasa minimal gerakan janin normal adalah 10 kali dalam 24 jam, gangguan
penglihatan serta pandangan yang kabur atau berbayang secara mendadak,
keluar air ketuban sebelum waktunya dan bila ada tanda bahaya tersebut
menganjurkan ibu untuk segera kefasilitas kesehatan.
(Ibu sudah mengetahui mengenai tanda bahaya kehamilan dan ibu akan segara
ke fasilitas kesehatan bila ibu merasakan ada tanda bahaya yang terjadi selama
masa kehamilan)
6. Mengevaluasi ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti keluar lendir
bercampur darah, mules-mules perut bagian bawah sampai kepinggang dengan
frekuensi yang sering. Apabila terdapat salah satu tanda persalinan diatas akan
segera diperiksakan ke fasilitas kesehatan terdekat.
(Ibu sudah mengetahui dan mengingatnya)
7. Mengevaluasi Ibu untuk sudah mempersiapkan semua kebutuhan pada saat
menjelang persalinan seperti tempat bersalin di rumah bersalin mitra ananda,
biaya yang sudah memadai, perlengkapan baju ibu dan bayi sudah dipersiapkan
dengan lengkap dan dimasukkan kedalam satu tempat, pendamping saat
78

persalinan yaitu suami, kendaraan yang dipakai sudah ada yaitu sepeda motor,
tempat rujukan dan pendonor darah sudah ada yaitu kakak kandungnya sendiri
yang memiliki golongan darah yang sama yaitu golongan darah B, apabila
sewaktu-waktu akan membutuhkan transfusi jika terjadi perdarahan.
(Ibu sudah menyiapkan segala kebutuhan untuk persalinan yang telah
dianjurkan)
9. Mengevaluasi ibu apakah ibu sudah menilai seberapa sering gerakan janin dan
durasi gerakan dengan cara mengisi kertas yang sudah diberikan dan dijelaskan
cara mengisinya khusus untuk menilai gerakan janin dengan tujuan agar ibu
mengetahui kondisi janin dalam keadaan baik dari menilai gerakan janin ±10
kali dalam sehari
(Ibu telah melakukannya dan rutin mencatat di kertas monitor gerakan janin)
10. Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada
keluhan atau adanya tanda persalinan.
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan akan melakukannya)
79

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

Pengkajian Dilakukan Pada :


a) Hari / tanggal : Jum’at, 20 maret 2020
b) Pukul : 19.10 WIB
c) Tempat : Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang

I. DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. ”I” Nama Suami : Tn.”T”
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01

b. Alasan datang

Ibu datang ke Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang tanggal


20 Maret 2020 pukul 18.00 WIB. Mengeluh sakit perut bagian bawah
menjalar ke pinggang sejak pukul 14:00 WIB sudah keluar lendir
bercampur darah, mengaku hamil 9 bulan anak kedua tidak pernah
keguguran, gerakan janin masih dirasakan.

c. Data Kebidanan
1. Riwayat Haid
Menarche : 14 Tahun Warna : Merah kecoklatan
Siklus : 28 Hari Jumlah : 4 x ganti pembalut
Lamanya : 6 -7 Hari Dismenorhoe : Tidak ada
2. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1x
Lamanya : 4 Tahun
80

Umur waktu kawin : 24 Tahun


3. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No. Umur Jenis Ditolong Penyulit Tahun Nifas/ Keadaan Anak


Kehamilan Persalinan Oleh Persalinan Laktasi JK BB PB Keteranga
n
1. Aterm Spontan Bidan Tidak 2016 Baik / LK 3500 49 Hidup
ada positif gram cm
2. Ini Spontan Bidan Tidak 2020 Baik LK 3400 48 Hidup
ada gram cm

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


GPA : G2P1A0
HPHT : 1 juni 2019
TP : 8Maret 2020
Skrining Imunisasi TT
TT 1 : Sudah dilakukan pada usia
kehamilan 28 Mg
TT2 : Sudah dilakukan pada usia
kehamilan 31 Mg
ANC : ±12 x
Tablet Fe : ± 90 tablet
Usia Kehamilan : 41minggu 5 hari
Keluhan Selama Hamil
TM I : Pusing, mual, lesu
Obat yang Dikonsumsi : Gestiamin, Kalk
TM II : Tidak Ada
Obat yang Dikonsumsi : Tablet Fe
TM III : Tidak Ada
Obat yang Dikonsumsi : Tablet Fe, Kalk
Berapa kali gerakan janin dalam 24 jam: ± 10 x/hari
81

d. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Jenis kontrasepsi yang digunakan : Kb suntik 3 Bulan
Lamanya menjadi akseptor KB : 2,5 Tahun
Alasan berhenti menjadi akseptor KB : Ingin punya anak lagi

e. Data Kesehatan
1. Riwayat penyakit yang diderita pasien
Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
Penyakit keturunan (Hypertensi, Jantung, ginjal) : Tidak ada
Penyakit yang pernah diderita pasien : Tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga/keturunan
Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : Tidak ada
Penyakit keturunan (Hypertensi, Jantung, ginjal) : Tidak ada
3. Riwayat operasi yang pernah dijalani : Tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga/keturunan yang lainnya : Tidak ada

f. Data kebiasaan sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan


1. Pola nutrisi
Makan : ± 3 x sehari
Porsi : Sedang
Jenis makan
Pagi : 1 piring nasi goreng, 1 butir telur goreng,
dan 1 potong buah pepaya .
Siang : 1 piring Nasi Putih, 1 mangkuk kecil sayur
bayam, 1 potong ikan goreng
Malam : Belum Makan
Pantangan makan : Tidak ada
Minum : ± 10 Gelas/Hari
Jenis Minum : Air putih dan susu
82

2. Pola istirahat dan aktivitas


Tidur Malam : ± 8Jam/hari
Tidur Siang : ± 1 jam/hari
Aktivitas : Menyapu, mengepel, memasak

3. Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : ± 1 x/hari Penyulit : Tidak ada
Warna : Kuning kecokelatan Konsistensi : Lunak

BAK
Frekuensi : ± 8 x/hari Penyulit : Tidak ada
Warna : Kuning jernih

4. Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Ganti Pakaian Dalam : 2 x sehari
Gosok Gigi : 3 x sehari

g. Data psikososial
Hubungan ibu dengan suami dan keluarga : Baik
Tanggapan ibu, suami, dan keluarga terhadap kehamilan : Senang
Pengambilan keputusan keluarga : Suami
Rencana tempat persalian : Bidan
Biaya Persalinan dan perlengkapan lainnya : Sudah ada
Kendaraan : Motor
Adat/ kebiasaan yang dilakukan mempengaruhi kehamilan : Tidak ada
Kebiasaan minum alkohol dan lainnya : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Fisik
83

a. TB : 156 cm
b. BB :
Sebelum hamil : 50 kg
Saat Hamil : 58 kg
c. Lila : 31 cm
d. Tanda-tanda vital
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
Pulse : 78 x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 22 x/menit
2. Pemeriksaan kebidanan
a. Inspeksi
Kepala
Rambut :Bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok.
Hidung :Bersih tidak ada polip.
Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik.
Mulut :Tidak ada karies gigi, tidak ada sariawan.
Muka :Tidak ada odema, tidak ada cloasma
gravidarum.
Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada
Pembengkakan vena jugularis : Tidak ada
Payudara
Mamae : Simetris
Areola mamae : Hiperpigmentasi
Putting susu : Menonjol
Colostrum : Sudah keluar
Abdomen
Pembesaran : Sesuai usia kehamilan
84

Striae livide : Tidak ada


Linea nigra : Tidak ada
Strieaalbicans : Ada
Luka bekas operasi : Tidak ada
Genitalia Eksternal : Bersih, tidak oedema, tidak ada
kelainan
Genitalia Internal : Tidak dilakukan
Ekstermitas Atas : kuku tidak pucat
Ekstermitas Bawah : Tidak oedema, tidak varises
b. Palpasi
TFU (31 cm), bagian fundus terdapat (bokong) janin, bagian kanan
perut ibu terdapat (punggung) janin, bagian kiri perut ibu terdapat
bagian-bagian kecil janin yaitu (ekstermitas) janin, bagian bawah
perut ibu terdapat (kepala) kepala sudah masuk PAP (divergen)
(3/4)
TBBJ : (31-11) x155 = 3.100 gram
c. Perkusi
DJJ : (+)
Frekuensi : 145 x/menit
Sifat : Kuat dan teratur
Lokasi : 3 jari dibawah punctum maximum sebelah kanan
d. Perkusi
Refleks patella : ka (+) / ki (+)
3. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
HB : 12 gram %
Golongan darah :B
b. Urine
Protein : Negatif
Glukosa : Negatif
85

III. ANALISA DATA


Diagnosa
G2P1AO 41 minggu 5 hari in partu kala 1 fase aktif janin tunggal hidup
presentasi kepala
IV. PENATALAKSANAAN
Kala I Pukul 18.10 WIB
1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
yaitu:
KU: Sakit ringan RR : 22 cm HIS : 4x101(30)
TD : 120/80 mmHg T : 36ºC DJJ : 138 x/m
N : 78 x/m TFU : 31 cm
Melakukan periksa dalam: Porsio : Tipis lembut
Perdataran : 50%
Pembukaan : 5 cm
Ketuban : (+)
Presentasi : Kepala
Penunjuk : UUK Kadep
Penurunan : Hodge II-III
2) Melakukan informed choice dan informed consent telah dilakukan
3) Melakukan observasi KU dan TTV ibu
4) Melakukan observasi HIS,DJJ dan Nadi
Jam pemeriksaan Kontraksi DJJ Nadi
18.30 wib 4x101(30) 138 x/m 78x/m
19.00 wib 4x101(35) 139 x/m 82x/m
19.30 wib 4x101(37) 140 x/m 85xm
20.00 wib 4x101(38) 142 x/m 88x/m
20.30 wib 4x101(42) 143 x/m 85x/m
21.00 wib 5x101(45) 145 x/m 88x/m
5) Melakukan Observasi kemajuan persalinan melalui partograf
6) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
7) Menganjurkan tekhnik relaksasi pada ibu
8) Menganjurkan ibu untuk jongkok, baring miring kiri
86

9) Menganjurkan ibu untuk berkemih kekamar mandi jika ingin BAK


10) Menganjurkan ibu untuk berdoa dan beri support mental
ّ ‫سبْح أنت إال إله ال إِنِّي ُك ْنتُ ال‬
‫ظالِمِ يْن مِ ن‬ ُ ‫انك‬
Artinya : “Tidak ada Yang yang sebetulnya disembah tapi engkau,
ya Allah. Tulisan Suci engkau, sebetulnya saya yakni dari orang
yang membikin zalim.”
11) Mengobservasi pengeluaran cairan pervaginam
12) Menyiapkan APD, Partus set, Heating set, dan obat-obatan esensial
lainnya
13) Menyiapkan Surat Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko
seperti wabah yang sedang terjadi saat ini yaitu COVID-19
14) Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke
fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
15) Ibu dating ke fasilitas kesehatan dengan tetap menggunakan masker
dan menjaga jarak dengan lingkungan sekitar untuk mencegah
penularan COVID-19
16) Ibu dengan kasus COVID-19 akan ditatalaksana sesuai tatalaksana
persalinan yang dikeluarkan oleh PP POGI.

V. PENATALAKSANAAN
Kala II pukul 21.00 WIB
S :Ibu mengatakan perutnya semakin mules dan bertambah kuat serta timbul
rasa ingin meneran seperti ingin Buang Air Besar (BAB).
O:1.Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
KU : Baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 88x/m
RR : 24x/m
S : 36,5ºC
His : 5x10’x50’’detik
87

2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Genetalia eksternal
Perenium : Menonjol
Vulva- vagina : Membuka
Sfingter Ani : Membuka
Peningkatan pengeluaran lendir bercampur darah
b. Auskultasi
DJJ : (+)
Frekuensi : 145x/menit
Sifat : Kuat dan teratur
Lokasi : sebelah kanan perut ibu di bawah pusat
c. Pemeriksaan dalam pukul 21:00 WIB
Vulva dan Vagina :
Portio : tidak teraba
Pendataran : 100%
Pembukaan : 10 cm
Ketuban : (-) Spontan
Persentasi : Kepala
Petunjuk : UUK Kadep
Penurunan : Hodge IV
A: G2P1A0 41 Minggu 5 Hari, inpartu kala II janin tunggal hidup
Presentasi kepala
P: 1) Menjelaskan Hasil pemeriksaan kepada ibu
2) Menjelaskan pada ibu bahwa ibu telah memasuki masa persalinan
3) Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu
4) Mengajarkan pada ibu cara meneran yang baik dan benar yaitu ketika
ada kontraksi ibu menutup mulut mata dibuka dan melihat kepusat
kemudian mengedan seperti mau BAB dan mau mengikuti saran dari
bidan
5) Menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman yaitu, ibu memilih
posisi setengah duduk
88

6) Menganjurkan ibu istirahat disela-sela kontraksi


7) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi agar ibu memiliki tenaga saat bersalin atau
meneran
8) Menganjurkan ibu untuk meneran jika ingin meneran
9) Mempersiapkan diri, menggunakan APD dan mengecek kelengkapan
alat
10) Memimpin persalinan secara APN dengan 60 langkah
Bayi lahir spontan, menangis kuat pukul 21:10 JK: Laki-laki
11) Melakukan penjepitan tali pusat, pemotongan, pengikatan tali pusat, lalu
melakukan IMD ( inisiasi menyusui dini )

VI. PENATALAKSANAAN
Kala III pukul 21.12 WIB
S : Ibu merasa bahagia karena bayinya telah lahir dengan selamat dan ibu
merasa ada dorongan untuk meneran kembali.
O : Tanda- tanda vital
KU : Tampak lelah TFU: Sepusat Kontraksi: Keras
Kesadaran : Composmentis Kandung kemih : Belum berkemih
Adanya Tanda-Tanda pelepasan plasenta
1.tali pusat memanjang
2.adanya semburan darah tiba-tiba
3.uterus membulat dan teraba keras
A :P2A0 kala III
P :1. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan Pengeluaran Plasenta
2. Melakukan Palpasi untuk memastikan tidak ada janin kedua
3. Melakukan Manajemen Aktif Kala III
a. Penyuntikan oksitosin
b. Melakukan PTT
Plasenta lahir pukul 21:22 WIB
c. Melakukan masase fundus uteri
4. Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta
89

5). Melakukan pengecekan robekan perineum, tidak ada robekan

VII. PENATALAKSANAAN
Kala IV pukul 21:22 WIB
S: Ibu mengatakan bahwa ia masih merasa lelah dan mules pada daerah
abdomen.
O :1. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital
KU : Baik
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 74x/m
Suhu : 36,6 °C
RR : 22x/m
Palpasi : TFU 2 jari dibawah pusat
Luka Perineum : Tidak ada
Kontraksi : Keras
A : P2A0 kala IV
P :1. Memberitahu kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan baik
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 74 x/m, RR : 22 x/m, T : 360C, Kontraksi
uterus: Baik, Kandung kemih: Tidak Penuh, TFU 2 jari dibawah
pusat, uterus globular. Keadaan bayi dalam batas normal : bayi lahir
spontan menangis kuat pukul 22.10 WIB, Jenis kelamin: Laki-laki,
BB: 3400 gr, PB: 48 cm, Anus (+) .
2. Membersihkan ibu dari darah, sisa ketuban dan kotoran
3. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya
4. Mengajarkan pada suami dan keluarga untuk masase fundus uteri
ibu, jika teraba keras artinya kotraksi ibu baik, jika teraba lembut
artinya tidak ada kontraksi dan suami harus membertitahu kepada
bidan.
5. Memberitahu ibu boleh untuk makan dan minum agar ibu memiliki
tenaga kembali setelah persalinan.
90

6. Melakukan pemantauan kal IV selama 2 jam setiap 15 menit, 1 jam


pertama, dan tiap 30 menit, 1 jam kedua

Tinggi
Jam Tekana Nad Suh Kontraks Kandung
Waktu Fundus Perdaraha
Ke n Darah i u i Uterus Kemih
Uteri n
21.37W 110/80 78 36,5 2 jari Baik Tidak ±25 cc
IB mmHg x/m Dibawah penuh
pusat
21.52 110/80 76 2 jari Baik Tidak ±20 cc
WIB mmHg x/m Dibawah penuh
pusat
1
22.07 110/80 76x 2 jari Baik Tidak ±15 cc
WIB mmHg /m dibawah penuh
pusat
22.22W 110/80 72x 2 jari Baik Berkemih ±15 cc
IB mmHg /m Dibawah
pusat
22.52 72x 36,6 2 jari Baik Tidak ±10 cc
WIB 120/80 /m dibawah penuh
mmHg pusat
2
23.22 120/80 74 2 jari Baik ±10 cc
WIB mmHg x/m dibawah Berkemih
pusat

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI


Pengkajian Dilakukan Pada :
a. Hari, Tanggal : Sabtu ,21 Maret 2020
b. Pukul : 05.30 WIB
c. Tempat : Rumah Bersalin Mitra ananda Palembang
91

I. DATA SUBJEKTIF
a. Biodata
Nama Ibu : Ny. ”I” Nama Suami : Tn. ”T”
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Hulubalang Demang Lebar Daun Palembang

b. Alasan datang
Ibu mengaku telah melahirkan anak kedua pada tanggal 20 Maret 2020
pukul 21:10 WIB. Ibu mengatakan senang bayinya telah lahir dengan
selamat, ibu mengatakan darah yang keluar tidak terlalu banyak, ibu
merasa tidak pusing, bayi mau menyusui.

c. Data Kebidanan
1.Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun Warna : Merah kehitaman
Siklus : 28 hari Jumlah : 4x ganti pembalut
Lamanya : 6-7 hari Dismenorhoe : Tidak ada

2. Riwayat Perkawinan
Kawin :1x
Lamanya : 4 tahun
Umur waktu kawin : 24 tahun

3. Riwayat Persalinan Sekarang


Jenis persalinan :Spontan
Tempat persalinan :Rumah Bersalin (RB) Mitra Ananda
Waktu persalinan : 21.10 WIB
Paritas : P2A0
92

Komplikasi selama kehamilan, persalinan


dan setelah melahirkan : Tidak ada
Jenis kelamin anak : Laki-laki
Keadaan anak : Hidup
Ketuban pecah : Spontan
Kala I : ± 6 jam
Kala II : 10 Menit
Kala III : 12 menit
Kala IV : 2 jam
Episiotomi : Tidak ada
Jumlah perdarahan : 295 cc
Kala I : 50 cc
Kala II : 50 cc
Kala III : 100 cc
Kala IV : 95 cc
Penyulit / komplikasi : Tidak ada
Tindakan pada masa kehamilan : Tidak ada

4. Data Kebiasaan sehari- hari yang mempengaruhi kesehatan


a) Pola nutrisi
Makan : 3 x sehari
Porsi : Sedang
Jenis makan
Pagi : 1 piring nasi goreng, 1 gelas susu
Siang :1 piring nasi putih, 1 potong ayam goreng, 1
mangkok kecil sayur katu dan 1 potong buah kates
Malam :1 piring nasi putih, 1 potong ikan, tempe, 1
mangkuk kecil sayur capcai.
Pantangan makan : Tidak ada
Minum : ± 10 gelas/hari
Jenis minum : Air putih
93

b) Pola istirahat dan aktivitas


Tidur malam : ± 6 jam
Tidur siang : ± 1 jam
Aktivitas : Mengasuh bayi
Pola Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 kali/hari Penyulit : Tidak ada
Warna : kuning kecokelatan Konsistensi : Lunak
BAK
Frekuensi : ± 6 kali/hari Penyulit : Tidak ada
Warna : kuning jernih

c) Genetalia
Warna : Merah
Jumlah : 20 cc
Bau : Anyir

d) Data Psikososial
Adat/kebiasaan yang dilakukan selama masa nifas : Tidak ada
Konsumsi obat-obatan /jamu-jamuan : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Tanda- tanda Vital Sign
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TD : 120/80 mmHg
d. Pulse : 74 x/m
e. Suhu : 36,60 C
f. RR : 22 x/m
2. Pemeriksaan Kebidanan
a. Inspeksi
Kepala
94

Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak ada ketombe


Hidung : Bersih, tidak ada polip
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Mulut : Bersih, tidak ada karies gigi,
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak oedema,
Tidak pucat
Leher
Pembengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada
Pelebaran vena jugularis : Tidak ada
Dada
Simetris : Simetris
Payudara
Kesimetrisan : Simetris
Putting : Menonjol
Pengeluaran ASI : Ada
Masa/Benjolan/pembengkakan/abses: Tidak ada
Abdomen
Keadaan : Baik
Luka bekas operasi : Tidak ada
Ekstermitas Tungkai dan kaki
Varices : Tidak ada
Kemerahan pada betis : Tidak ada
Edema : Tidak ada
b. Palpasi
Abdomen
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Konsistensi : Keras
Massa : Tidak ada
Kandung kemih : Tidak penuh
Involusio uteri : Baik
95

c. Perkusi
Refleks pattela : ka (+)/ ki(+)
III. ANALISA DATA
Diagnosa : P2A0 post partum 8 jam

IV. PERENCANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan ibu yaitu keadaan umum ibu baik,
Kesadaran composmentis, Pulse 74 x/menit, RR 22 x/menit. Pada
pemeriksaan Palpasi TFU teraba keras itu artinya TFU berkontraksi baik,
Konsistensi keras, Massa tidak ada, Kandung kemih tidak penuh (melalui
telfon atau media online penulis meminta ibu untuk menekan daerah
bawah perut dan ibu mengatakan tidak ada rasa ingin BAK itu berarti
kandung kemih tidak penuh), Involusi uteri baik, Laserasi tidak ada, dan
Lokea Rubra (Penulis meminta ibu untuk melihat pada pembalut warna
apakah darah tersebut dan ibu mengatakan jika darah tersebut berwarna
merah kehitaman dan segar itu berarti lokea rubra .
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
2. Menganjurkan pada ibu untuk makan makanan yang bergizi seperti nasi,
sayur-sayuran seperti sayur katu, bayam dll, buah-buahan seperti buah
jeruk, jambu biji yang banyak mengandung vitamin c, telur, ikan dll. Agar
nutrisi ibu terpenuhi karena ibu Nifas memberikan ASI pada bayinya
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan payudara yaitu
membersihkan payudara setiap kali mandi atau sebelum menyusui
menggunakan waslap yang telah dicelupkan air hangat lalu usapkan secara
perlahan, serta anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang dapat menopang
seluruh payudara
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
4. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on-demand dari kedua
payudara secara bergantian agar tidak terjadi bendungan ASI memberikan
ASI selama 6 bulan tanpa MP-ASI (Makanan Pendamping ASI)
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
96

5. Menganjurkan ibu teknik menyusui yang benar yaitu dengan posisi bayi
senyaman mungkin, posisikan bayi menghadap ke ibu, perut bayi
menempel perut ibu, dagu menempel pada payudara, mulut bayi terbuka
menutupi areola, biarkan bayi menyusui hingga payudara terasa kosong
anjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya bila telah selesai menyusui
untuk menghindari terjadinya gumoh atau muntah.
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
6. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar kondisi ibu cepat
pulih pasca persalinan
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
7. Meganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti duduk dan berjalan
kekamar mandi untuk mandi atau berkemih jika ibu ingin BAK.
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
8. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri ibu seperti mandi 2 kali
sehari, gosok gigi minimal 3 kali sehari, dan kebersihan genetalia ibu,
kebersihan payudara ibu, dan kebersihan lingkungan sekitar ibu.
(Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan)
9. Memberitahu suami atau keluarga ibu untuk selalu memberikan dukungan
atau support mental agar ibu semangat dan ibu tidak merasa sendirian
dalam merawat bayinya
10. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas seperti
uterus/rahim lembek atau tidak berkontraksi, infeksi masa nifas ditandai
dengan kenaikan suhu yang lebih dari 38ºC (demam), perdarahan yang
banyak dari jalan lahir >500cc, pengeluaran cairan pervaginam yang
berbau busuk, nyeri dan kemerahan pada payudara, bengkak (oedema)
pada kaki, muka dan tangan, sakit kepala yang berlebihan dan menetap,
pandangan kabur dan nyeri ulu hati, memberitahu ibu jika terdapat tanda-
tanda berbahaya pada ibu nifas untuk segera mendatangi petugas
kesehatan terdekat.
(Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan akan ke petugas
kesehatan jika ada tanda-tanda bahaya pada masa nifas)
97

11. Memberitahu pada ibu bahwasanya akan dilakukanya senam nifas yang
bertujuan untuk mempercepat proses kembalinya bentuk rahim, pola
eliminasi, tingkat kesejahteraan dan mengurangi depresi setelah
persalinan. Penulis memberikan lembar persetujuan atau melakukan
informed consent kepada ibu bahwa ibu setuju dan siap untuk melakukan
senam nifas selama 1 bulan dan ibu telah menyetujuinya.
12. Selanjutnya penulis memberikan ibu kuesioner yang berupa 10 pertanyaan
dan 4 pilihan jawaban, dimana masing-masing dari pertanyaan memiliki
skor yang berbeda yaitu pertanyaan nomor 1,2, dan 4 memiliki skor 0-3
sedangkan pertanyaan 3,5,6,7,8,9 dan 10 memiliki skor 3-0 dengan
kategori ≤9 menunjukkan normal atau tidak ada gejala terkena depresi
sedangkan ≥10 menunjukkan resiko terkena depresi.
13. Penulis memberitahu ibu bahwa senam nifas dilakukan selama 2-3 kali
dalam seminggu dengan durasi 20-30 menit, dengan memberikan daftar
tilik dan video senam nifas melalui via online sebagai media bagi ibu
untuk mempermudah dalam melakukan senam nifas sendiri dirumah ,
mengingat bahwa sedang terjadinya pandemic covid-19 ini yang tidak
memungkinkan untuk melakukan kunjungan langsung kerumah. Penulis
juga memberikan lembar diary mommy atau lembar pemantauan senam
nifas yang dilakukan ibu selama dirumah.
(ibu mau dan sangat semangat untuk melakukan senam nifas)
14. Penulis mengajarkan gerakan-gerakan senam nifas kepada ibu pada saat
video call dengan ibu, mengingat sedang terjadi wabah covid-19 yang
tidak memungkinkan untuk melakukan kunjungan. Gerakan-gerakan
senam nifas meliputi senam sirkulasi, latihan otot dasar panggul, senam
transversus. Senam ini dapat mencegah terjadinya depresi postpartum dan
juga mempercepat penurunan tinggi fundus uteri, dan memberitahu ibu
bahwa akan ada penambahan gerakan pada hari ke 5 yaitu gerakan
stabilitas batang tubuh.
(ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukan apa yang telah
disampaikan oleh bidan)
98

15. Membertitahu ibu untuk mengulangi gerakan yang telah diperagakan oleh
bidan. Agar bidan bisa mengevalusi apakah ibu sudah mengetahui seluruh
gerakan yang telah diberikan dan melaukannya dnegan benar.
(Ibu telah melakukan redemonstrasi dan ibu mengetahui seluruh gerakan
dengan benar)
16. Kunjungan nifas (KF) dilakukan sesuai jadwal kunjungan nifas yaitu : KF
1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 3 (tiga) hari pasca
persalinan; KF 2 : pada periode 4 (empat) hari sampai dengan 28
(duapuluh delapan) hari pasca persalinan; KF 3 : pada periode 29
(duapuluh Sembilan) hari sampai dengan 42 (empatpuluh dua) hari pasca
persalinan
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
17. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang kerumah ataupun jika
masih tidak memungkinkan untuk melakukan kunjungan ke rumah , maka
akan dipantau via online (via whatsapp atau telepon) pada tanggal 26
Maret 2020 mengingat sedang terjadinya wabah covid-19.
(Ibu mau dan mengerti penjelasan bidan)
99

CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan nifas ke II (hari ke 6)
Nama : Ny. “I”
Hari, tanggal : Kamis, 26 Maret 2020
Pukul : 10.00 WIB
Umur : 28 tahun
Tempat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01
CATATAN
S: Ibu mengaku telah melahirkan anaknya 6 hari yang lalu, ibu cukup
tidur pada malam hari, BAB sudah lancar dan air susu ibu banyak.
O :Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, Nadi 72 x/m,
pernapasan 24 x/m, lochea sanguinolenta (penulis meminta ibu untuk
menghitung sendiri nadi, dan pernapasannya yaitu dengan menekan
daerah nadi ibu dipergelangan tangan dengan menggunakan 3 jari
selama satu menit serta penulis meminta ibu untuk melihat pada
pembalutnya warna apakah darah tersebut dan ibu mengatakan jika
darah tersebut berwarna merah kekuningan itu berarti lokea
sanguinolenta.
A : P2A0 post partum 6 hari
P:1. Memberitahu keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, Nadi
72 x/menit, pernafasan 22 x/menit, konjungtiva anemis, sklera
ikterus, ASI keluar lancar, puting susu tidak lecet, tangan dan kaki
tidak oedema, lochea sanguinolenta.
(Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran yang diberikan bidan)
2. Mengevaluasi apakah ibu sudah melakukan apa yang telah dianjurkan
pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri ibu seperti mandi 2 kali
sehari, gosok gigi 3 kali sehari, dan kebersihan genetalia ibu,
kebersihan payudara ibu, dan kebersihan lingkungan sekitar ibu.
(Ibu telah melakukan anjuran yang diberikan oleh bidan)
3. Memastikan ibu untuk menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda kesulitan dalam menyusui bayinya
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)
100

4. Mengingatkan pada ibu untuk tetap mengkonsumsi makan-


makanan yang bergizi seimbang seperti sayuran hijau, buah-buahan
yang mengandung vitamin c, seperti sayur bayam, katu, buah jeruk,
jambu biji dan susu agar produksi ASI lancar.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
5. Mengingatkan dan menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda
bahaya nifas seperti, infeksi masa nifas ditandai dengan kenaikan
suhu yang lebih dari 38oC (demam), uterus/rahim lembek atau
tidak berkontraksi perdarahan yang banyak dari jalan lahir > 500cc,
pengeluaran cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri dan
kemerahan pada payudara, bengkak (oedema) pada kaki, muka dan
tangan, sakit kepala yang berlebihan dan menetap, pandangan
kabur dan nyeri ulu hati, memberitahu ibu jika terdapat tanda-
tanda berbahaya pada ibu nifas untuk segera mendatangi petugas
kesehatan terdekat.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
6. Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Jika bayi tidur
diusahakan ibu juga tidur agar tidak kelelahan dan sakit.
(Ibu belum mendapatkan istirahat yang cukup karena bayi selalu
terbangun di malam hari)
7. Mengevaluasi ibu apakah ibu sudah melakukan senam nifas seperti
yang telah dianjurkan oleh penulis agar mempercepat pemulihan
keadaanibu, pengembalian otot-otot perut dan panggul,
mempercepat proses involusi, pemulihan fungsi alat-alat
kandungan, mencegah terjadinya depresi postpartum dan
merelaksasikan otot-otot. Serta mengingatkan ibu untuk tetap
menulis diary senam nifas bertujuan untuk memantau
perkembangan senam nifas yang dilakukan ibu selama dirumah
(Ibu sudah melakukan senam nifas dirumah melalui media yang
telah diberikan, dan ibu senang melakukan senam nifas )
8. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang pada tanggal 20
April 2019 atau apabila ibu ada keluhan bisa datang kapan saja ke
101

petugas kesehatan. Pelaksanaan kunjungan nifas masih dilakukan


dengan metode kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau
pemantauan menggunakan media online (disesuaikan dengan
kondisi daerah terdampak covid-19), dengan melakukan upaya-
upaya pencegahan penularan covid-19 baik dari petugas, ibu dan
keluarga.
(Ibu dapat memahami dan mengerti penjelasan bidan)
9. Apabila ada situasi dan kondisi yang mengharuskan ibu untuk
datang ke fasilitas kesehatan untuk memeriksakan keadaan
bayinya, ibu harus tetap memakai masker, menggunakan
handsenitizer menjaga jarak dengan orang disekitar dan setelah
pulang kerumah sebaiknya ibu segera melepaskan pakaiannya dan
mencuci pakaiannya anjurkan ibu juga untuk langsung mandi agar
menghindari wabah covid-19
(Ibu mengerti penjelasan bidan dan mau melakukannya)

CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan nifas ke III (hari ke 30)
Nama : Ny. “I”
Hari,tanggal : Minggu, 19 April 2020
Pukul : 10.00 WIB
Umur : 28 tahun
Tempat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01
S: Ibu merasa senang karena sudah semakin sehat, mendapatkan istirahat yang
cukup.
O: Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, Nadi 80 x/m, pernapasan
24 x/m, perdarahan normal dan loche alba.
A: P2A0 post partum 30 hari
P : 1. Memberitahu keadaan umum ibu baik, nadi 80 x/ menit, pernafasan
24x/menit, perdarahan normal dan lochea alba (Penulis meminta ibu untuk
menghitung sendiri nadi, dan pernapasannya yaitu dengan menekan daerah
nadi ibu pada pergelangan tangan dengan menggunakan 3 jari selama satu
102

menit serta penulis meminta ibu untuk melihat pada cairan atau
pengeluaran dicelana dalamnya dan ibu mengatakan sudah berwarna putih
seperti lender dan itu berarti lokea alba)
(Pemeriksaan telah dilakukan dan ibu dalam keadaan sehat)
2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk tetap makan-makanan yang bergizi
seimbang dan mengandung vitamin seperti sayuran hijau seperti bayam
dan katu , buah jeruk dan jambu biji serta susu agar produksi ASI lancar.
(Ibu mengerti dan mau melakukannya)
3. Mengevaluasi ibu apakah ibu tetap melakukan senam nifas seperti yang
telah dianjurkan oleh penulis agar mempercepat pemulihan keadaan ibu,
pengembalian otot-otot perut dan panggul, mempercepat proses involusi
(kembalinya uterus dalam keadaan semula) dan merelaksasikan otot-otot
serta yang terpenting yaitu mengurangi resiko terjadinya depresi pasca
melahirkan. Sesuai yang telah dijelaskan pada kunjungan pertama
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan mau melakukannya)
4. Pelaksanaan kunjungan nifas masih dilakukan dengan metode kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media online
(disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak covid-19), dengan
melakukan upaya-upaya pencegahan penularan covid-19 baik dari petugas,
ibu dan keluarga.
(Ibu dapat memahami dan mengerti penjelasan bidan)
5. Membuat konseling tentang pelayanan KB secara dini dan dilaksanakan
sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan petugas.
(Ibu mengerti penjelasan bidan)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS, BAYI DAN BALITA


Pengkajian dilakukan pada:
a. Hari, Tanggal : jum’at ,21 Maret 2020
b. Pukul : 05:30 WIB
c. Tempat : Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang

1. DATA SUBJEKTIF
103

A. Biodata
Nama Bayi : By .Ny “I”
Umur : 8 jam
Tanggal lahir : 20 Maret 2020
Jam lahir : 21.10 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
BBL : 3400 gram
PBL : 48 cm
Kelahiran : Spontan
Orang Tua
Nama Ibu : Ny. ”I” Nama Suami : Tn. ”T”
Umur : 28 Tahun Umur : 29 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl.Hulubalang, demang lebar daun gg Damai rt 01 rw 01

B. Riwayat ANC
1. ANC : ±12x
2. TT : 2x
3. Riwayat penyakit kehamilan : Tidak ada

C. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan : Spontan
Ditolong oleh : Bidan
Ketuban pecah : Spontan
Kala I : ±6 jam
Kala II : 10 menit
Tindakan persalinan : Tidak ada
Kala III : 12 menit
Plasenta : Lengkap
104

Tali pusat : tidak layu, terdapat 2 arteri 1 vena


Kala IV : 2 jam
Komplikasi : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 130 x/menit
RR : 40x/menit
Temp : 36,50 C
PB : 48 cm
BB : 3400 gram

2. Pemeriksaan Antopometri
Kepala
Rambut : Warna hitam, tidak ada benjolan
Pembengkakan / benjolan : Tidak ada
Fontanel : 2 jari belum tertutup
Sutura : Tidak ada molase
Caput succedaneum : Tidak ada
Muka
Keadaan : Baik
Warna : Kemerahan

Mata
Keadaan : Baik
Kotoran : Tidak ada
Sklera : Tidak ikterik
Konjungtiva : Tidak anemis
Tanda–tanda infeksi : Tidak ada
Hidung
105

Keadaan : Baik
Kesimetrisan : Simetris
Lubang hidung : Ada
Mulut
Keadaan : Baik
Bibir : Simetris, tidak ada lobio palato schizis
Platum : Ada
Saliva : Ada
Refleks Roting : Ada
Refleks Sucking : Ada
Refleks Swallowing : Ada
Telinga
Keadaan : Baik
Daun telinga : Lengkap
Leher
Keadaan : Baik
Pergerakan : Aktif
Benjolan : Tidak ada
Refleks Tonic Neck : Ada
Dada
Keadaan : Baik
Putting susu : Ada
Frekuensi dan bunyi nafas : 43 x/m dan normal
Frekuensi dan bunyi jantung : 120 x/m dan normal

Abdomen
Keadaan : Baik
Bentuk : Simetris
Tali pusat : Bersih,tidak layu
Perdarahan : Tidak ada
Kulit
Keadaan : Baik
106

Warna : Kemerahan
Tanda lahir : Tidak ada
Genitalia
Laki-laki
Kebersihan : Bersih
Kesimetrisan : Simetris
Testis : Ada
Penis : Ada
Skrotum : Ada
Pengeluaran : Tidak ada
Punggung dan Anus
Gerakan pada panggul : Normal
Tulang belakang : Ada
Anus : (+)
Ekstermitas
Bahu lengan dan tangan
Kesimetrisan : Simetris
Gerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap
Refleks grasping : Ada
Tungkai dan kaki
Bentuk : Baik
Pergerakan : Aktif
Jumlah jari : Lengkap
Refleks Babinski : Ada
Refleks Walking : Ada
3. Pemeriksaan Khusus
No Kriteria 0-1 1-5 6-10
menit menit menit
1 Denyut 2 2 2
Jantung
2 Usaha 2 2 2
Bernafas
3 Tonus 1 1 2
Otot
107

4 Refleks 1 2 2
5 Warna 2 2 2
Kulit
Jumlah 8 9 10

4. Sistem saraf
Refleks moro : Ada
5. Periksaan Antropometri
Lingkaran kepala
Circumferentia Fronto Occipito : 35 cm
Circumferentia Mento Occipito : 35 cm
DMO : 13 cm
DFO : 12 cm
Lila : 12 cm
Lingkar Dada : 33 cm

6. Eliminasi
Urine
Frekuensi : 2 kali sehari
Warna : Kuning jernih
Penyulit : Tidak ada
Mekonium
Warna : hijau kehitaman
Feaces
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : kecokelatan
Penyulit : Tidak ada

III. ANALISA DATA


Diagnosa
Neonatus 8 jam pertama

IV. PERENCANAAN
108

1. Memberitahu hasil pemeriksaan


a. Pemeriksaan Umum, Ku: baik, kesadaran: composmentis, nadi:
130x/menit, RR: 40x/menit, temp: 36,50c, PB: 48, BB: 3400 gram.
b. Keadaan Umum Secara Sistematis
Kepala, muka, mata, hidung, mulut, telinga, leher, dada, abdomen,
kulit, genetalia perempuan, punggung dan anus, ekstremitas, bahu
lengan dan tangan, tungkai dan kaki (dalam batas normal). Sistem
Saraf Reflek moro (+)
c. Pemeriksaan Antropometri
Circumferentia Fronto Occipito : 35 cm
Circumferentia Mento Occipito : 35 cm
DMO : 13 cm
DFO : 12 cm
Lila : 12 cm
Lingkar Dada : 33 cm
d. Eliminasi
Urine (+)
Mekonium (+)
Feaces (+)
(Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan dan ibu serta keluarga
bahagia karena bayinya sehat)
2. Menempatkan bayi untuk rawat gabung dengan ibu didalam ruangan yang
sama untuk lebih mendekatkan ikatan batin dan kasih sayang diantara
keduanya.
(Rawat gabung telah dilakukan)
3. Melakukan pencegahan hipotermi dengan mengelap badan bayi kecuali
telapak tangan dan menyelimuti dengan kain popok kering, memakaikan
gurita, popok dan baju pada bayi agar bayi tidak kedinginan atau
kehilangan panas.
(Pencegahan hipotermi telah dilakukan)
4. Memberitahu ibu bahwa sudah disuntikan vitamin K1 1 mg secara IM di
paha kiri bayinya setelah bayi lahir
109

(ibu telah mengerti penjelasan bidan)


5. Memberitahu ibu kembali bahwa bayinya telah di imunisasi Hb0 secara
IM di 1/3 paha luar sebelah kanan bayi, di paha kanan diberikan kira-kira
1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
(Imunisasi telah diberikan)
6. Mengajarkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan
menggunakan kassa steril, ganti kassa steril setiap kali mandi dan jika
basah. Jika tali pusat kotor atau basah cuci dengan air bersih dan
keringkan dengan kain bersih. Jangan memberikan apapun di tali pusat
karena dapat mengakibatkan infeksi.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
7. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda tali pusat terinfeksi antara lain
bernanah, kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,
seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat
pemotongan tali pusat bayi menggunakan benda yang tidak steril sehingga
kuman mudah tumbuh dan berkembangbiak. Bau tidak sedap, muncul
pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu tali pusat
akan bernanah dan berlendir. Selain itu juga ditandai dengan kemerahan di
sekitar pusar. Bayi tidak menangis, bayi yang terinfeksi umumnya tidak
banyak menangis sebaliknya banyak tidur. Gejala ini ditandai dengan bayi
malas minum, demam dan yang paling parah sampai terjadi kejang, jika
hal ini terjadi segera bawa kepetugas kesehatan.
(ibu mengerti penjelasan bidan dan anjuran bidan untuk menggunakan
kassa steril)
8. Menjelaskan pada ibu untuk terus memberikan ASI saja sesering mungkin
baik siang maupun malam, bangunkan bayi jika tidur dan berikan ASI,
bayi menyusu dapat membantu uterus berkontraksi dan meminimalisir
terjadinya perdarahan post partum, hindari penggunaan susu formula,
dot/empeng karena reflek hisap bayi tidak baik.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)
9. Memberitahu pada ibu bahwa bayinya dimandikan setelah enam jam
karena mencegah bayi kehilangan panas.
110

(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan)


10. Memberitahu pada ibu bahwa Pelayanan neonatal esensial setelah lahir
atau Kunjungan Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai jadwal dengan
kunjungan rumah atau pemantauan melalui media online oleh tenaga
kesehatan dengan melakukan upaya pencegahan penularan COVID-19
baik dari petugas ataupun ibu dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal
yaitu : i. KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48 (empat
puluh delapan) jam setelah lahir; ii. KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari
sampai dengan 7 (tujuh) hari setelah lahir; iii. KN3 : pada periode 8
(delapan) hari sampai dengan 28 (dua puluh delapan) hari setelah lahir.
(Ibu mengerti dan memahami apa yang telah bidan jelaskan)
11. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang kerumah ibu pada
tanggal 26 Maret 2020 atau melalui media online mengingat sedang
terjadinya wabah covid-19.
(Ibu mau dan mengerti penjelasan bidan)

CATATAN PERKEMBANGAN
Kunjungan Neonatus II (hari ke 6)
Nama : By. Ny. “I”
Hari, tanggal : Kamis, 26 Maret 2020
Pukul : 10.00 WIB
Umur : 6 Hari
Tempat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01

CATATAN
S: Ibu mengatakan bayinya sehat, bayi sedikit rewel dimalam hari, buang air
kecil dan buang air besar lancar.
O : Keadaan umum baik, nadi 130x/menit, pernafasan 43x/menit, tali pusat
telah lepas pada hari ke 6
A : Neonatus usia 6 hari
P: 1. Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV bayi, didapatkan hasil: Nadi
130x/menit, RR: 43x/menit.
111

(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)


2. Memberitahu ibu untuk tetap menjaga kebersihan tali pusat walaupun tali
pusat telah lepas.
(Ibu mengerti dengan penjelasan bidan dan akan mengikuti anjuran yang
diberikan)
3. Menjelaskan pada ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar tidak terjadi
kehilangan panas. Dengan mengeringkan bayi dan menyelimuti bayinya
dan memasangkan topi.
(Ibu mengerti dan akan melakukannya)
4. Memberitahu kepada ibu dan suami untuk segera membawa bayinya ke
pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi
seperti bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum,
bayi kejang dengan ciri-ciri bayi (sering menguap, mengunyah,
menghisap, mata berkedip-kedip mata mendelik, bola mata berputar-
putar, kaki seperti menggayuh sepeda yang tidak berhenti jika bayi
disentuh atau dielus-elus), bayi lemah (bergerak jika dipegang), sesak
nafas (60x/menit), bayi merintih, pusat kemerahan sampai kedinding
perut, demam (suhu tubuh >37,50C) atau tubuh teraba dingin (suhu tubuh,
< 36,50C), mata bayi bernanah banyak, bayi diare mata cekung tidak
sadar jika perut kulit dicubit akan kembali lambat, kulit bayi terlihat
kuning, buang air besar bayi berwarna pucat. Jika salah satu bayi ada
salah satu dari diatas segera bawa bayi kepelayanan kesehatan
(Ibu dan suami akan segera membawa bayinya ke pelayanan kesehatan
apabila terdapat tanda-tanda bahaya tersebut)
5. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang kerumah ibu pada
tanggal 17 April 2020 kunjungan tetap dilakukan dengan kunjungan
rumah apabila situasi dan kondisi sudah mendukung, atau bisa dilakukan
pemantauan melalui media online mengingat wabah COVID-19 ini.
(Ibu mau dan mengerti penjelasan bidan)

CATATAN PERKEMBANGAN
112

Kunjungan Neonatus III (hari ke28)


Nama : By. Ny. “I”
Hari, tanggal : jum’at , 17 April 2020
Pukul : 10.00 WIB
Umur : 28 hari
Tempat : Jl.Demang Lebar Daun gg Damai rt 01 rw 01
CATATAN
S: Ibu mengatakan bayinya sehat, berat badan bertambah dan tidak rewel lagi,
menyusui kuat, gerakan aktif, tangis kuat, buang air kecil dan buang air besar
lancar.
O : Keadaan umum baik, nadi 136 x/ menit, RR : 43x/menit, tidak icterus
A : Neonatus usia 28 hari
P : 1. Melakukan pemeriksaan fisik dan TTV bayi, didapatkan hasil: nadi
136x/ menit, RR: 43x/menit dan tidak ikterus.
(Ibu mengetahui hasil pemeriksaan)
2. Mengingatkan kembali pada ibu untuk menjaga kehangatan bayi agar
tidak terjadi kehilangan panas. Dengan mengeringkan bayi dan
menyelimuti bayinya dan memasangkan topi serta kaos kaki .
(Ibu mengerti dan telah melakukannya)
3. Memberitahu kembali kepada ibu dan suami untuk segera membawa
bayinya ke pelayanan kesehatan apabila terdapat tanda-tanda bahaya
pada bayi seperti bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semua
yang diminum, bayi kejang dengan ciri-ciri bayi (sering menguap,
mengunyah, menghisap, mata berkedip-kedip mata mendelik, bola
mata berputar-putar, kaki seperti menggayuh sepeda yang tidak
berhenti jika bayi disentuh atau dielus-elus), bayi lemah (bergerak jika
dipegang), sesak nafas 60x/menit, bayi merintih, pusar kemerahan
sampai kedinding perut, demam (suhu tubuh >37,50C) atau tubuh
teraba dingin (suhu tubuh, < 36,50C), mata bayi bernanah banyak, bayi
diare mata cekung tidak sadar jika perut kulit dicubit akan kembali
lambat, kulit bayi terlihat kuning, buang air besar bayi berwarna pucat.
Jika salah satu bayi ada salah satu dari diatas segera bawa bayi
113

kepelayanan kesehatan
(Ibu dan suami akan segera membawa bayinya ke pelayanan kesehatan
apabila terdapat tanda-tanda bahaya tersebut)
4. Memberitahu kepada ibu untuk melakukan imunisasi BCG dan Polio 1
pada saat bayi berumur 1-2 bulan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC.
(Ibu akan membawa bayinya ke pelayanan kesehatan terdekat untuk
melakukan imunisasi pada saat bayi berumur 1-2 bulan)

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
114

Dalam Studi kasus ini penulis membahas “Asuhan Kebidanan secara


komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir normal secara
komprehensif pada Ny.”I” di Rumah Bersalin Mitra Ananda Misni Herawati
Palembang di mulai dari bulan Januari - Mei tahun 2020”
A. Masa kehamilan
1. Kunjungan ANC Pertama kali dilakukan pada tanggal 19 januari
2020
Pada dasarnya pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil di
RB Mitra Ananda Misni Herawati Palembang sama dengan teori yang
diperoleh, mulai dari pengkajian sampai dengan pelaksanaan asuhan
kebidanan. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Asuhan
antenatal adalah suatu program yang terencana yang dimulai dari
observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan yang aman dan
memuaskan (Bobak all, 2005).
Pada ANC yang dilakukan penulis pada Ny.“I” bahwa pada proses
kehamilan saat ini berlangsung dengan normal. Selama hamil Ny.“I”
memeriksakan kehamilannya sebanyak 12 kali, yaitu 2 kali pada trimester
I, 6 kali pada trimester II dan 4 kali pada trimester III. Kunjungan ini
sesuai dengan teori WHO 2016 yang menyatakan bahwa ANC (Antenatal
Care) normal sebaiknya harus dilakukan minimal 8 kali selama kehamilan,
satu kali kunjungan pada trimester I (sebelum hari ke-14), dua kali
kunjungan pada trimester II (sebelum minggu ke-28), dan lima kali
kunjungan pada trimester III (antara minggu 28-40).
Kunjungan pertama yang dilakukan oleh Ny “I” TM III Pada
tanggal 19 Januari 2020, yaitu meliputi pengkajian kelengkapan data,
seperti data subjektif dan data objektif. Setelah mengkaji data tersebut
barulah melakukan pemeriksaan kehamilan seperti TB 156 cm hal ini
dikatakan normal karena tinggi badan Ny “I” tidak kurang dari 145 cm
(Kemenkes RI, 2017) dan BB 56 kg, hal ini dikatakan normal karena BB
normal ibu hamil itu minimal dalam 1 bulan naik 1 kg (Kemenkes RI,
114
115

2017). TD 120/60 Hal ini masih dikatakan normal karena TD normal


menurut Kemenkes RI, 2017. Pengukuran lingkar lengan Ny “ I” ialah 28
cm hal ini sesuai dengan berat badan ibu. Namun jika <23,5cm ini
menunjukkan ibu Hamil menderita Kurang Energi Kronis (Kemenkes RI,
2017). Pengukuran TFU 27 cm hal ini sesuai dengan usia kehamilan ibu.
Penentuan letak janin (presentasi janin) pada bagian fundus terdapat
bokong janin, bagian kiri perut ibu terdapat ekstermitas janin, bagian
kanan perut ibu terdapat bagian punggung janin, bagian bawah perut ibu
terdapat kepala janin yang belum masuk PAP. Penghitungan denyut
jantung janin 154x/menit, hal ini masih dikatakan normal karena DJJ
normal ialah 120-160x/menit (Kemenkes RI, 2017). Imunisasi TT pada
Ny “I” sudah dilakukan oleh Bidan Misni Herawati pada TM I yaitu
dilihat dari dokumentasinya pada tanggal 20 November 2019. Pemberian
tablet Fe pada ibu hamil sudah diberikan (Kemenkes RI, 2017).

2. Kunjungan ANC Kedua dilakukan pada tanggal 31 Januari 2020


Kunjungan ke 2 dilakukan pada tanggal 31 Januari 2020 meliputi
pemeriksaan keadaan umum ibu baik, Kesadaran composmentis, TD :
120/80 mmHg, Nadi 72x/m, Suhu 36,5ºC, Pernapasan 22x/m, BB57 kg,
DJJ 157x/m, suntik TT2, HB 12gr %, Golongan darah B, HIV(-), Protein
(-), Glukosa (-), HBsAG (-).TFU (Mcd= 30 cm), pada bagian fundus
terdapat bokong janin, bagian kanan perut ibu terdapat punggung janin,
bagian kiri perut ibu terdapat bagian ekstermitas janin, bagian bawah
perut ibu terdapat kepala janin yang belum masuk PAP TBBJ : (TFU-
N)x155= (30-12) x 155= 2.790 gram. Berdasarkan pemeriksaan yang
telah dilakukan, Ny “I” dalam keadaan normal (Kemenkes RI, 2017).

3. Kunjungan ANC ketiga dilakukan pada tanggal 28 Februari 2020


Kunjungan ke 3 dilakukan pada tanggal 28 Februari 2020 meliputi
pemeriksaan Keadaan umum ibu baik, Kesadaran composmentis, TD :
120/80 mmHg, Nadi 78x/m, Suhu 36,5ºC, Pernapasan 22x/m, BB 58 kg,
DJJ 142x/m. Palpasi : TFU (Mcd= 31cm), pada bagian fundus terdapat
116

bokong janin, bagian kiri perut ibu terdapat ekstermitas janin, bagian
kanan perut ibu terdapat bagian punggung janin, bagian bawah perut ibu
terdapat kepala janin sudah masuk PAP TBBJ : (TFU-N)x155= (31 -
11)x155=2.945 gram

B. Masa Persalinan
Persalinan Ny”I” dikatakan normal karena sesuai dengan teori
varney (2010) yang mengatakan bahwa persalinan didefinisikan sebagai
proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu yang
dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
progresif pada serviks, dan di akhiri dengan kelahiran plasenta.
Persalinan Kala I pada tanggal 20 Maret 2020
Pada saat persalinan Ny “I” berlangsung dengan baik dan normal.
Ny “I” datang ke Rumah Bersalin Mitra Ananda Palembang pada hari
jum’at tanggal 20 Maret 2020 pukul 18.00 WIB dengan keluhan sakit
perut menjalar kepinggang sejak pukul 14.00 WIB. Pada pukul 18.10 WIB
dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil portio tipis lembut, pendataran
50%, pembukaan 5 cm, penunjuk ubun-ubun kecil, presentasi kepala,
ketuban (+), penurunan kepala di Hodge II-III, tidak teraba bagian-bagian
janin yang lain seperti tali pusat atau jari.
Persalinan kala I fase laten pada kasus Ny “I” berlangsung selama
3 jam, pada pembukaan 5 sampai pembukaan lengkap sehingga dapat
diperkirakan lama kala I pada Ny “I” kurang lebih 6 jam. Karena ibu
memiliki kontraksi yang sering dan durasi yang lama 5x101x50’’ Hal ini
sesuai dengan teori Friedman (1972) dalam Cunningham et al, 2012 yang
mengatakan bahwa multipara memiliki kemajuan yang lebih cepat pada
persalinan fase aktif, dengan kecepatan normal 1-1,5 cm/jam.
Pada kala I fase aktif, berdasarkan teori pemantauan kemajuan
pembukaan, kondisi ibu dan janin dilakukan dengan menggunakan
partograf yang meliputi keadaan ibu (nadi setiap 30 menit, tekanan darah
setiap 4 jam, suhu setiap 4 jam dan urine 2-4 jam) dan kondisi janin (DJJ)
setiap 30 menit, warna ketuban, penyusupan/molase), pembukaan serviks
117

setiap 4 jam dan kontraksi uterus setiap 30 menit dan memantau tanda-
tanda kala II seperti ada dorongan ingin meneran, tekanan pada anus,
perineum menonjol vulva dan sfingter ani membuka. Selama kala I fase
aktif Ny “I” telah dilakukan pemantauan sesuai dengan teori tersebut dan
partograf tidak melewati garis waspada (Bobak, 2007).

1. Persalinan Kala II pada tanggal 20 Maret 2020


Tidak ada kesenjangan yang terjadi Pada persalinan kala II Ny “I” yang
terjadi pukul 21.00 WIB ibu mengeluh sakit perut yang dirasakan semakin
sering dan kuat sehingga timbul rasa ingin meneran. Bidan melakukan
pemeriksaan inspeksi, dengan hasil pengeluaran lendir bercampur darah
semakin banyak, dan tampak tanda-tanda kala II, yaitu ada dorongan ingin
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol vulva dan sfingter ani
membuka, kepala janin telah terlihat di introitus vagina dan pembukaan
telah lengkap. (Kemenkes RI, 2017) Kemudian bidan menolong dengan
menggunakan APD dan dengan asuhan persalinan normal (APN), pada
saat menolong penulis menggunakan APD sudah mulai diterapkan dilahan
praktek untuk menolong persalinan. Persalinan Ny”I” berlangsung selama
10 menit sesuai dengan teori Cunningham et al, 2012 yang mengatakan
untuk multipara sekitar 20 menit. Bayi lahir spontan pukul 21.10 WIB
panjang 48cm, BB 3400 gram, menangis kuat, anus (+), bayi dalam
keadaan normal APGAR (8/9) (Bobak, 2005). Setelah bayi lahir
dikeringkan kemudian langsung diletakkan diatas perut, untuk kontak
langsung dan melakukan IMD

2. Persalinan Kala III pada tanggal 20 Maret 2020


Tidak ada kesenjangan pada Ny “I” selama kala III berlangsung. Kala III
dimulai pada pukul 21.12 WIB, berlangsung selama 10 menit. Dengan hal
ini masih dikatakan normal menurut (Bobak, 2007). Karena pada
umumnya kala III pada primi 30 menit dan pada multi 15 menit.
3. Persalinan kala IV pada Tanggal 20 Maret 2020
Persalinan kala IV Ny “I” memantau keadaan ibu yaitu tekanan darah,
118

nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua (Bobak,
2007). Jumlah perdarahan pada kala III dan IV yaitu kurang lebih 295 cc,
hal ini masih dalam batas normal karena berdasarkan teori perdarahan
dianggap abnormal jika lebih dari 500 cc.

C. Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi pada 6 jam – 3 hari postpartum, 4-28 hari, dan 29-42
hari. Kunjungan nifas pada Ny “I” dilakukan kunjungan 8 jam, 6 hari, dan
hari ke 30 (Kemenkes RI, 2017). Mengingat sedang terjadinya wabah
Covid-19 jadi memantau masa nifas dan BBL dilakukan lewat media online
yaitu via whatsapp ataupun telfon dan penulis selalu kooperatif dengan
pihak RB Mitra Ananda perihal data Ny”I”.
Pada asuhan kunjungan masa nifas penulis memberikan asuhan
tambahan berupa holistik care yaitu pada 8 jam post partum yang berupa
penerapan senam nifas pada ibu postpartum yang dilakukan dengan
frekuensi 2-3 kali dalam seminggu, dengan durasi 20-30 menit dan selama 4
minggu. Hal ini sesuai dengan anjuran dari American College of Obstetrics
and Ginecologists (ACOG) tujuan mencegah terjadinya depresi postpartum.
Sebelum penulis mengajarkan senam nifas, penulis memberikan lembar
persetujuan kepada ibu dan keluarga bahwasannya ibu siap dan setuju untuk
melaksanakan senam nifas dan setelah informed concent disetujui oleh ibu,
selanjutnya penulis memberikan kuesioner yang berupa 10 pertanyaan dan
jawaban pilihan ganda. Kuesioner tersebut harus di isi oleh Ny”I”, penulis
memberikan kuesioner saat sebelum Ny”I” melakukan senam nifas dan
setelah 1 bulan Ny”I” melakukan senam nifas dengan tujuan agar penulis
mengetahui perbedaan atau ada tidaknya pengaruh senam nifas terhadap
depresi postpartum. Penulis juga memberikan video dan daftar tilik senam
nifas kepada Ny”I” untuk mempermudah Ny”I” dalam mempelajari senam
nifas dirumah .
119

1. Kunjungan 1 Masa Nifas (6 jam- 3 Hari postpartum)


Kunjungan Pertama dilakukan 8 jam postpartum pada Ny “I”
tanggal 21 Maret 2020, pukul 05.30 WIB di RB mitra ananda melalui
whatsapp. Penulis memberitahu Ny “I” bahwa akan dilakukan
pemeriksaan fisik dan psikologi setelah melahirkan penulis menjelaskan
tujuan bahwasannya penulis menganjurkan ibu untuk melakukan senam
nifas yang bertujuan untuk mencegah terjadinya depresi postpartum dan
mempercepat involusi uterus setelah penulis memberitahu Ny”I” penulis
memberikan lembaran responden atau lembar persetujuan sebagai tanda
bukti bahwasannya ibu mau dan menyetujui bahwa akan dilaksanakannya
senam nifas 1 bulan kedepan. Lembaran responden tersebut dibacakan
lewat telfon oleh penulis dan ibu mengatakan bersedia dan mau untuk
dilakukan pemeriksaan serta melakukan senam nifas. Lalu penulis dibantu
petugas kesehatan atau Bidan di RB Mitra Ananda untuk melakukan
pemeriksaan KU, TTV, TFU, dan diperoleh hasil pemeriksaan KU baik,
Kesadaran composmentis TD 120/80 mmHg, Pulse 74x/m, Suhu 36,5ºC,
RR 22x/m, TFU keras dan baik selanjutnya, memberitahu Ny “I” untuk
mengisi kuesioner dengan metode EPDS. EPDS adalah alat yang
berbentuk skala yang berfungi untuk mengidentifikasi resiko timbulnya
depresi postpartum, kuesioner EPDS terdiri dari 10 pertanyaan yang berisi
tentang anhedonia (ketidak mampuan dalam menikmati suatu hal yang
menggembirakan) Jumlah pertanyaan 10 item dengan 4 pilihan jawaban.
Serta menggunakan 4 kategori jawaban dengan skor 0,1,2 dan 3 pada
pertanyaan nomor 1,2,4 dan skor 3,2,1, dan 0 pada pertanyaan nomor
3,5,6,7,8,9, dan 10. Lalu dari 10 pertanyaan tersebut dijumlahkan. Jika
Skor >10 maka memiliki risiko terjadinya depresi postpartum. Jumlah
skor maksimal 30, tetapi jika skor <9 maka ibu dinyatakan tidak
mengalami depresi postpartum (Regina, 2001).
Dari hasil penghitungan awal atau skor pretest sebelum Ny”I”
melakukan senam nifas pada kuesioner tersebut Ny “I” mendapat skor 12
itu artinya Ny”I” mengalami resiko terjadinya gejala depresi postpartum
karena skor normal yang menyatakan tidak ada tanda resiko terkena
120

depresi yaitu ≤9 sedangkan Ny”I” mendapatkan skor 12. Penulis


memberitahu Ny “I” dan keluarga bahwa dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan terdapat sedikit kesenjangan terhadap psikologi Ny”I” karena
dari skor 12 tersebut menunjukkan timbulnya resiko terkena depresi
postpartum pada Ny”I”, penulis meyakinkan kepada Ny”I” bahwa tidak
perlu untuk khawatir karena hal ini mungkin saja terjadi karena Ny”I”
baru saja melahirkan anak ke-2 nya dan tentunya Ny”I” belum melakukan
senam nifas sedangkan keadaan fisik Ny “I” saat ini dalam keadaan baik
dan normal Setelah dinilai kondisi fisik baik, penulis tetap mengajari Ny
“I” senam nifas sesuai teori (Brayshaw 2008). Karena Ny “I” postpartum
hari ke 1, maka penulis hanya menganjurkan Ny “I” untuk melakukan
senam nifas yang mempunyai intensitas yang ringan. Meliputi senam
sirkulasi, latihan otot dasar panggul, senam tranversus, senam ini
dilakukan pada hari ke 1-4 setelah postpartum (Brayshaw 2008). Setelah
Ny “I” melakukan senam nifas dengan intensitas yang ringan. Kemudian
penulis memberitahu ibu bahwa ada penambahan gerakan yang dilakukan
pada hari ke 5. Gerakan ini meliputi senam stabilitas batang tubuh.
Penulis memberitahu ibu gerakan tersebut dengan memperlihatkan video
dan daftar tilik yang telah dikirimkan penulis pada ibu melalui whatsapp,
dengan harapan ibu dapat melakukan senam nifas di rumah dan penulis
meminta ibu untuk mendemonstrasikan ulang gerakan yang telah
diberitahukan dan diperagakan oleh penulis guna untuk mengetahui
apakah ibu mengerti dan faham yang telah diajarkan oleh bidan serta
memberikan pujian yang positif. Penulis memberitahu Ny “I”
bahwasanya senam nifas dilakukan selama 2-3 kali dalam 1 minggu
selama 4 minggu dengan durasi 20-30 menit sesuai dengan anjuran dari
American College of Obstetrics and Ginecologists (ACOG).

2. Kunjngan II Masa Nifas ( 4 Hari- 28 Hari postpartum)


121

Kunjungan ke 2 pada Ny “I” dilakukan pada tanggal 26 Maret


2020 di rumah Ny “I” hari ke 6 setelah postpartum melalui telfon
mengingat wabah Covid-19 yang masih terjadi, sesuai dengan teori
(Kemenkes RI, 2017) bahwa kujungan nifas ke 2 dilakukan pada hari ke
4-28 setelah persalinan. Dari kunjungan ini penulis melakukan
pemeriksaan pada Ny “I”. Didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum
Baik, Kesadaran Composmentis, Nadi 72 x/m, Pernapasan 24 x/m, mata:
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.. Lochea Sanguinolenta.
Berdasarkan pengakuan yang didapat pada Ny “I” bahwa Ny”I” merasa
senang telah bertambah anggota baru dalam keluarganya. Kemudian
penulis melakukan evaluasi tentang senam nifas yang telah di anjurkan
pada kunjungan pertama kemarin. Penulis juga mengingatkan ibu untuk
mengisi lembar diary mommy setiap kali ibu melakukan senam nifas.
Selanjutnya Penulis meminta Ny“I” untuk mendemonstrasikan kembali
gerakan-gerakan senam nifas. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana Ny “I” mengerti tentang gerakan- gerakan senam nifas. Setelah
dilakukan evaluasi pada Ny “I” ternyata sudah mengerti dengan gerakan-
gerakan yang telah diajarkan pada kunjungan pertama kemarin. Dan tak
lupa penulis juga menanyakan sejauh ini apakah ada kendala yang di
alami oleh ibu selama melakukan senam nifas. Ny “I” mengatakan bahwa
sejauh ini tidak ada kendala dalam melakukan senam nifas dan ibu merasa
senang saat melakukan senam nifas. Kemudian penulis memberikan
pujian yang positif terhadap Ny “I” yang bertujuan untuk membuatnya
menjadi senang dan lebih bersemangat. Menurut pengakuan Ny”I” ia
tidak memiliki keluhan dan Ny”I” mengaku masih rutin melakukan
senam nifas di rumah dikarenakan didukung oleh suami dan keluarga.
Dalam hal ini penulis tetap menganjurkan Ny “I” untuk melakukan
senam nifas dan memberitahu Ny “I” bahwa akan dilakukan kunjungan
kembali pada tanggal 19 April 2020.

3. Kunjungan III Masa Nifas (29 Hari- 42 Hari)


122

Kunjungan ke-3 pada Ny “I” tanggal 19 April 2020 pukul 10.00


WIB di rumah hari ke 30 setelah postpartum, sesuai dengan teori
(Kemenkes RI, 2017) bahwa kujungan nifas ke 3 dilakukan pada hari ke
29-42 hari setelah postpartum. Menurut pengakuan Ny “I” mengatakan
tidak ada keluhan. Penulis melakukan pemeriksaan KU baik, kesadaran
composmentis, Nadi: 82x/m, RR: 24x/m, lochea Alba. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
Monitoring pada minggu kedua penulis melakukan evaluasi senam
nifas yang telah dilakukan oleh Ny”I”, ternyata pada minggu kedua Ny”I’
telah melakukan senam nifas sebanyak 3 kali dalam seminggu yaitu pada
hari selasa pukul 09.30 s/d 09.50 wib, selanjutnya hari kamis pukul 10.00
s/d 10.30 wib dan pada hari sabtu pukul 09.00 s/d 09.30 wib. Kemudian
pada minggu ketiga penulis kembali melakukan evaluasi senam nifas
yang telah dilakukan oleh Ny”I”, pada minggu ketiga Ny”I” telah
melakukan senam nifas sebanyak 3 kali dalam seminggu yaitu pada hari
senin pukul 11.20 s/d 11.40 wib, selanjutnya hari selasa pukul 10.30 s/d
11.00 wib dan hari sabtu pukul 10.00 s/d 10.30 wib. Selanjutnya pada
minggu keempat penulis kembali mengevaluasi senam nifas yang telah
dilakukan oleh Ny”I” yaitu sebanyak 3 kali pada hari rabu pukul 09.00 s/d
09.20 wib, pada hari kamis pukul 10.00 s/d 10.30 wib, dan hari minggu
jam 09.30 s/d 10.30 wib.
Ny”I” sudah melakukan senam nifas selama ±4 minggu , sesuai
dengan yang dituliskan oleh Ny”I” dalam lembar Diary Mommy yang
telah penulis berikan. Selanjutnya penulis memberikan kuesioner dan
berdasarkan hasil kuesioner yang sudah didapatkan bahwa terdapat
perbedaan skor sebelum ibu melakukan senam nifas dan setelah ibu
melakukan senam nifas. Skor posttest akhir Ny”I” umur 28 tahun yaitu 5
skor, itu artinya terjadi penurunan skor yang signifikan yaitu terjadi
penurunan 7 angka antara skor pretest awal kemarin yaitu 12 skor dan skor
posttest akhir 5 skor. Keadaan psikologi Ny”I” dalam batas normal. Senam
nifas yang telah dilakukan oleh Ny”I” selama ±4 minggu ternyata sangat
berpengaruh dan itu artinya tidak ada resiko terkena depresi postpartum
123

pada Ny”I” sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Regina pada
tahun 2001 bahwa maksimal skor EPDS adalah 30, dengan skor ≤9
dinyatakan tidak terkena depresi postpartum dan skor ≥10 dinyatakan
terkena depresi postpartum. Teori ini juga sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa penggunaan EPDS di indonesia adalah valid dan
reliable sebagai instrument untuk melakukan skrinnig pasca persalinan
(Kusumadewi, 2007).
Pada kunjungan yang terakhir ini penulis mengevaluasi apakah
Ny”I” masih memberikan ASI nya kepada bayinya tanpa ada tambahan
makanan apapun ternyata ibu masih memberikan, kemudian penulis
memberikan konseling kepada Ny”I” tentang kontrasepsi yang bisa
digunakan Ny”I” setelah persalinan, dikarenakan Ny”I” masih dalam
keadaan menyusui makan penulis menganjurkan ibu menggunakan
kontrasepsi alamiah yaitu (MAL) yang paling efektif untuk Ny”I” yaitu
kontrasepsi yang mengandalkan ASI EKSKLUSIF yaitu pemberian ASI
tanpa makanan tambahan dan jika ibu belum haid lagi, bayi disusui secara
eksklusif dan sering pada bayi selama 6 bulan. Selanjutnya kontrasepsi
yang hormon yaitu suntik 3 bulan, suntik 1 bulan, pil laktasi, implant, alat
kontrasepsi dalam Rahim (AKDR/AIU) dan Kondom.

D. Neonatus
Pada kasus Ny “I” asuhan bayi baru lahir dilakukan penilaian awal
bayi Ny.“I” didapatkan dapat menangis spontan, kulit kemerahan, tonus
otot baik. Hal ini termasuk normal karena sesuai dengan teori (Kemenkes
RI, 2017). Setelah bayi dilahirkan, segera dilakukan Inisiasi Menyusui
Dini. Hal ini sesuai dengan teori (Kemenkes RI, 2017). Ini berguna untuk
menghadirkan efek psikologis, atau ikatan batin antara ibu dan bayi.
Berdasarkan ketentuan kebijakan pemerintah kunjungan noenatal
dilakukan minimal 3 kali. Kunjungan ini di bagi menjadi tiga waktu yaitu,
kunjungan neonatal pertama dilakukan pada 6 jam sampai 2 hari setelah
bayi lahir. Kunjungan neonatal kedua dilakukan pada 3 sampai 7 hari
124

setelah bayi lahir dan kunjungan neonatal ke tiga dilakukan pada 8 sampai
28 hari setelah bayi lahir.
Kunjungan neonatal pertama dilakukan pada tanggal 21 Maret 2020
tepat 8 jam setelah dilahirkan. Pada saat melakukan pengkajian penulis
mendapatkan hasil yaitu keadaan umum baik, suhu 36,5oC, RR: 40x/menit,
N: 130x/m PB : 48 cm, BB: 3.400 gram, keadaan tali pusat bayi baik, tidak
ada tanda-tanda infeksi, setelah itu bidan melakukan penyuntikan HB 0.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan bayi dalam keadaan normal
baik dari pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan umum sesuai dengan
teori (Kemenkes RI, 2017). yaitu suhu normal 36,5-37,0oC, pernafasan
normal 40-60x/menit, PB: 48-52 cm, BB: 2500-4000 gram. Setelah
melakukan pemeriksaan pada bayi, penulis memberikan konseling kepada
ibu untuk tetap menjaga kehangatan tubuh bayinya dengan cara
membedong bayi dan jangan meletakkan bayi di bawah kipas angin/AC
dalam keadaan terbuka, menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI
esklusif sampai usia 6 bulan. Memberitahu ibu tentang imunisasi dasar
pada BBL yaitu bayinya akan diberikan imunisasi umur >7 hari Hepatitis
B, umur 1 bulan BCG dan polio 1, umur 2 bulan pentabio 1 dan polio 2,
umur 3 bulan pentabio 2 polio 3 , umur 4 bulan pentabio 3 dan polio 4,
umur 5 bulan IPV. Dan umur 9 bulan Campak (Kemenkes RI, 2017). Serta
menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan dan kebersihan tali
pusat
Kunjungan noenatal kedua dilakukan pada 26 Maret 2020 usia bayi 6
hari. Kunjungan ke 2 pada neonatal berkisar pada hari ke 3-7 hari setelah
bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Kemenkes RI, 2017).
Penulis melakukan pemeriksaan pada bayi. Berdasarkan hasil pemeriksaan
yang didapatkan bahwa keadaan bayinya baik, gerakan aktif, menangis
kuat, warna kulit kemerahan, bayi semakin kuat menyusu. Nadi 130x/m,
Pernapasan 43x/m, mulut bayi bersih, tidak ikterus, pernapasan normal,
refleks menghisap kuat, kulit bersih. Setelah melakukan pengkajian
penulis kemudian memberikan konseling kepada ibu untuk tetap
memberikan ASI esklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan
125

apapun, mengingatkan ibu tentang imunisasi dasar yang wajib didapatkan


oleh bayi.
Pada kunjungan neonatal ke tiga yaitu hari ke 28 pada tanggal 17 April
2020 pukul 10.00 WIB, Kunjungan ke 3 pada neonatal berkisar pada hari
ke 8-28 hari setelah bayi lahir. Hal ini sesuai dengan teori menurut
(Kemenkes RI, 2017). Penulis melakukan pengkajian berdasarkan
pengakuan ibu, bayinya dalam keadaan sehat, dan tidak rewel, menyusui
kuat, gerakan aktif, tangis kuat, buang air kecil dan buang air besar lancar.
Pemeriksaan fisik diperoleh nadi 136x/m, Penapasan 43x/m, mulut bersih,
tidak ada ikterus, pernapasan normal, refleks menghisap kuat, kulit bersih.
Setelah itu penulis melakukan konseling pada ibu untuk tetap memberikan
ASI esklusif tanpa tambahan makanan apapun selama 6 bulan.
Mengingatkan jadwal imunisasi dasar yang harus di peroleh oleh bayi
126

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan normal pada Ny “I”
selama hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di RB Mitra Ananda Misni
Herawati Palembang tahun 2020, mulai hamil usia kehamilan 28 minggu
sampai masa nifas dari hari pertama sampai hari 30 postpartum, dapat di
ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Penulis telah melaksanakan pengumpulan data subjektif pada Ny“I”
selama masa kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan
penerapan senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Misni Herawati
Palembang tahun 2020.
2. Penulis telah melaksanakan pengumpulan data objektif pada Ny“I” selama
masa kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan
senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Misni Herawati Palembang
tahun 2020.
3. Penulis telah menganalisis dan menemukan diagnosa pada Ny“I” selama
masa kehamilan, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir penerapan senam
nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Misni Herawati Palembang tahun
2020.
4. Penulis telah melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara
kontinue dan berkesinambungan (continuity of care) pada Ny”I” dalam
masa hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir dengan penerapan senam
nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda Misni Herawati Palembang tahun
2020.
5. Penulis telah melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada Ny”I” dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin
Mitra Ananda Misni Herawati Palembang tahun 2020.
6. Penulis telah melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada Ny”I” selama masa kehamilan ,bersalin, nifas, dan bayi baru lahir

126
127

dengan penerapan senam nifas di Rumah Bersalin Mitra Ananda


Palembang tahun 2020.

B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan asuhan pada Ny“I” adalah :
1. Bagi RB.Mitra Ananda Misni Herawati
Diharapkan bagi RB.Mitra Ananda untuk bisa menerapkan asuhan
Holistick care yaitu berupa asuhan senam nifas bagi ibu postpartum,
terkhusus untuk mencegah terjadinya depresi postpartum bagi ibu yang
baru saja melahirkan. Karena asuhan holistik care senam nifas sudah
diteliti mampu mencegah terjadinya depresi postpartum pada ibu pasca
melahirkan. Sehingga dengan adanya asuhan holistik ini di RB.Mitra
Ananda dapat mempertahankan kualitas yang telah dimiliki dan juga
pelayanan terhadap kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir sehingga menjadi klinik yang lebih baik.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memperhatikan kegiatan mahasiswa dan
mendampingi mahasiswa saat melakukan asuhan kebidanan sehingga
permasalahan yang terjadi dapat langsung dikoreksi dan diperbaiki.
3. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mampu belajar lebih lebih tentang teori-teori dalam
kebidanan yang telah di dapat selama pendidikan dan dapat
mengamalkan ilmu-ilmu yang telah didapat dengan sebaik-baiknya,
serta dapat bermanfaat bagi mahasiswa tingkat selanjutnya. .
128

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Saifuddin.2017.Asuhan Kebidanan Nifas, Yogyakarta; Pustaka Rihana

Asuhan Kebidanan Varney : buku saku / Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor ; alih
bahasa, Renata Komalasari ; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti,
Novi Mahendrawati. – Ed. 4. Jakarta : EGC, 2008

Asuhan Kebidanan Varney : buku saku / Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor ; alih
bahasa, Renata Komalasari ; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti,
Novi Mahendrawati. – Ed. 2. Jakarta : EGC, 2010

Bobak,I.M.,lowdermilk,D.L.,Jensen,M.D.& perry,S.E. (2005) Buku ajar


keperawatan maternitas edisi 4.alih Bahasa maria & peter.jakarta:EGC

Bobak,I.M.,lowdermilk,D.L.,Jensen,M.D.& perry,S.E. (2010) Buku ajar


keperawatan maternitas edisi 4.alih Bahasa maria & peter.jakarta:EGC

Bobak.I.M.,lowdermilk.D.L.,Jensen,M.D.& perry,S.E. (2004) Buku ajar


keperawatan maternitas edisi 4.alih Bahasa maria & peter.jakarta:EGC

Brayshaw E. Senam hamil dan nifas pedoman praktis bidan. Jakarta: EGC; 2008

Cox,J. L., Holden, J. M., & Sagovsky, R (1987). Detection of postnatal


depression: Development of the 10-item Edinburgh Postnatal Depression
Scale. British Journal of Psychiarty, 150, 782-786.

Cunningham FG, Leveno K, Bloom SL, Hauth C, Rause D, Spong CY. Obsetri
Williams (terjemah). Jakarta:EGC; 2012.

Depkes, RI. 2016. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: DepKes RI.

Depkes, RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Jakarta: Depkes dan
JICA

Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta
: Salemba Medika

Dinkes Kota Palembang. 2017. Angka Kematian Ibu di Kota Palembang. Tahun
2017.

Dinkes Kota Palembang. 2019. Program Pemerintah Martabak Har (Mari


Terapkan Membaca Buku KIA Setiap Hari Rabu). Palembang: Dinkes
Palembang

Dinkes Provinsi Sumsel. 2017. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di
Kota Palembang. Tahun 2017.
129

Hammer R, Parkins, Parr R, exercise during the childbearing year, The Journal of
Perinatal Education, 2000;9(1)

Kementrian RI. 2013. Program Pemerintah Dalam Menurunkan Angka Kematian


Ibu dan Anak. Jakarta

Kementrian RI. 2015. Kesehatan Ibu dan Anak: Jakarta

Kementrian RI. 2017. Angka Kematian Ibu dan Anak: Jakarta

Kementrian RI. 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas, dan Bayi Baru Lahir
Selama Social Distancing: Jakarta

Kusumadewi dkk, 2007. Validation Study The Edinburgh Postnatal Scale. Jakarta:
Rahmadani.

Mochtar, Rustam. (2013). Sinopsis Obstetri Jilid I edisi ke-2.Jakarta EGC.

Muchanga SMJ, Yasumitsu-Lovell K, Eitoku M, Mbelambela EP, Ninomiya H,


Komori K, Tozin R, Maeda N, Fujieda M, Suganuma N, Japan Environment
and Children’s Study Froup (2017). Preconception gynaecological risk
factors of postpartum depression among Japanese women: The Japan
Environment and Children’s Study (JECS). Journal of Affective Disorders.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Nugroho dkk, 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Yogyakarta :


Nuha Medika

Nugroho dkk, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika

Pearlstein, T., Howard, M.,Salisbury, A. & Zlotnick, C. (2009) Post partum


depression.J obstet gynecol neonatal nurs

Pillitteri, A. 2010. Maternal and Child Health Nurshing: Care of the Childbearing
and childrearing family, 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Profil BPM Mitra Ananda Misni Herawati 2016-2019. Data ibu hamil dan
bersalin. Palembang.

Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinas Kesehatan Kota Palembang.2015,


2016, 2017. Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan.
130

Qobadi M, Collier C, Zhang L (2016). The effect of stressful life events on


postpartum depression: findings from the 2009-2011 Mississippi pregnancy
risk assessment monitoring system. Maternal and Child Health Journal.

QS. ‘Abasa 19 dan 20

QS. Luqman ayat 14

Regina, Pudjibudojo, J. K dan Malinton, P. K., 2001. Hubungan Antara Depresi


Poatpartum Dengan Kepuasan Seksual pada ibu Primipara. Anima
Indonesia Psychological journal. Vol. 16. No 3.

Rosenthal, M.S.2003.Woman depression: a same approach to mood disorder. Los


Angeles: Lowell House

Rosviani, E. (2010). Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus


Uteri. Depkes RI

Saifuddin, A.B., M. Baharuddin, dan S. Soekir (ed). 2014. Ilmu Kebidanan.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Scott., Nelda. 2008. Perinatal Depression : Current Concepts. Retrived from


http://www.fs.illinois.ov/assets/ diunduh pada tanggal 2 Desember 2016

Sheerwood. Fisiologi manusia dari sel ke sel. Jakarta: EGC; 2011.

Stone, S.D. & Menken, A.E.2008. Perinatal and Postpartum Mood Disorders:
Perspectives and Treatment Guide for the Health Care Practitioner. New
York: Springer Publishing Company

Sujiyatini. 2009. Keperawatan Ibu Hamil. Jogjakarta : Fitramaya

Varney H, Kriebs M. Gegor C. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.Volume 2.


Jakarta:EGC

Varney. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Widiyanti, A. Proverawati. 2010. Senam Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika

Wisner., Katherine & Piontek., Catherine. 2002. Postpartum Depression. The


New England Journal of Medicine, vol 347 : 194 199, 18 Juli 2002.

World Health Organization. 2016. Standar Pemeriksaan ANC. World Health


Organization; 2016

World Health Organization. 2017. Depression and other common mental


disorders: global health estimates. World Health Organization.
131

World Health Organization. 2017. Recommendations on Antenatal Care for a


Positive Pregnancy Experience. WHO Lexembourg p:105
132
133
134

KUESIONER
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146

Cara Menghitung Usia Kehamilan dan TBBJ

HPHT : 1 Juni 2019


ANC ke-1 : 19 Desember 2019
Penyelesaian:
1 juni 2019 (30-1= 29 hari) : 4 minggu 1 hari
31 juli 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 agustus 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 september 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 oktober 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 november 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
19 desember 2019 (19 hari) : 2 minggu 5 hari +
Usia Kehamilan : 28 minggu 5 hari
TBBJ (TFU: 27cm) : (TFU-12) x 155
: (27 cm - 12) x 155 = 2.325 gram
147

Cara Menghitung Usia Kehamilan dan TBBJ

HPHT : 1 Juni 2019


ANC ke-2 : 31 januari 2019
Penyelesaian:
1 juni 2019 (30-1= 29 hari) : 4 minggu 1 hari
31 juli 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 agustus 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 september 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 oktober 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 november 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 desember 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 januari 2020 (31 hari) : 4 minggu 3 hari +
Usia Kehamilan : 34 minggu 6 hari
TBBJ (TFU: 30 cm) : (TFU-12) x 155
: (30 cm - 12) x 155 = 2.790 gram
148

Cara Menghitung Usia Kehamilan dan TBBJ

HPHT : 1 Juni 2019


ANC ke-3 : 28 februari 2019
Penyelesaian:
1 juni 2019 (30-1= 29 hari) : 4 minggu 1 hari
31 juli 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 agustus 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 september 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 oktober 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 november 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 desember 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 januari 2020 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
28 februari 2020 (4 minggu) : 4 minggu +
Usia Kehamilan : 38 minggu 6 hari
TBBJ (TFU: 31 cm) : (TFU-12) x 155
: (31 cm - 12) x 155 = 2.945 gram
149

Cara Menghitung Usia Kehamilan dan TBBJ

HPHT : 1 Juni 2019


Pada saat bersalin : 20 maret 2020
Penyelesaian:
1 juni 2019 (30-1= 29 hari) : 4 minggu 1 hari
31 juli 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 agustus 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 september 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 oktober 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
30 november 2019 (30 hari) : 4 minggu 2 hari
31 desember 2019 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
31 januari 2020 (31 hari) : 4 minggu 3 hari
28 februari 2020 (28 hari) : 4 minggu
20 maret 2020 (20 hari) : 2 minggu 6 hari +
Usia Kehamilan : 41minggu 5 hari
TBBJ (TFU: 31 cm) : (TFU-11) x 155
: (31 cm - 11) x 155 = 3.100 gram
150

Pemeriksaan Head to Toe: ANC 1

Pemeriksaan Berat Badan Pemeriksaan Tinggi Badan

Pemeriksaan Tekanan Darah Pemeriksaan pada bagian mata


151

Pemeriksaan oedema di bagian wajah Pemeriksaan pada mulut dan gigi

Pemeriksaan Bagian Dada (payudara) Pemeriksaan Leopold


152

Pemeriksaan TFU (Tinggi Fundus Uteri) Pemeriksaan DJJ (Denyut Jantung


Janin)

Pemeriksaan Oedema pada Kaki Foto Bersama Ny. I


153

Foto ANC Ke 2

(Pengukuran Berat Badan) (Pengukuran TD)

(Pengukuran TFU) (Leopold)


154

Dokumentasi via online


155
156

Anda mungkin juga menyukai