Anda di halaman 1dari 436

1

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M USIA 27 TAHUN
DI BALIKPAPAN TAHUN 2015

INTAN RAFYAH SALSABILA


12.11.078.15401.0058

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA


BALIKPAPAN
2015

VISI DAN MISI


AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA
BALIKPAPAN

VISI :
Menjadikan Akademi Kebidanan terpecaya untuk menghasilkan lulusan bidan
yang profesional, berkarakter, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

MISI :
1. Meyelenggarakan tri dharma perguruan tinggi secara berkelanjutan dan
berorientasi pada peningkatan kompetensi dosen mahasiswa.
2. Menerapkan etos kerja yang tinggi, etika profesi dan etika pergaulan
dalam lingkungan akademik.
3. Melengkapi sarana dan prasarana institusi serta mengembangkan kerja
sama lintas sektoral.
4. Membudayakan dan menanamkan nilai moral sebagai asas kepribadian
yang berkarakter.
5. Mendayagunakan lulusan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
secara produktif dalam memberikan pelayanan kesehatan.

LAPORAN TUGAS AKHIR


ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M USIA 27 TAHUN
DI BALIKPAPAN TAHUN 2015

INTAN RAFYAH SALSABILA


12.11.078.15401.0058

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA


BALIKPAPAN
2015

BORNEO MEDISTRA MIDWIFERY ACADEMY


BALIKPAPAN
Comprehensive Case Study, June 2015
Intan Rafyah Salsabila
Midwifery Care Comprehensive at Ny. M in the BPM Asminiwati
xvii + 416 pages, 6 tables, 7 appendices

ABSTRACT
Background: In general, the measure used to assess whether the poor state of obstetric care
(maternity care) within a State or region is maternal mortality (maternal mortality) (Winkjosastro,
2011). Maternal mortality and morbidity in pregnant women and childbirth is a huge problem in
developing countries, the ability of the health service of a country is determined by comparison of
the level of maternal mortality and infant mortality rate (Saifuddin, 2012) Maternal mortality is the
death of a pregnant woman or for 40 days after the end pregnancy from any cause regardless of her
pregnancy and the action taken to end a pregnancy. Infant mortality is the death of the newborn
whose age 24 hours or 24 hours after birth.
Methods: This case study can provide midwifery care in accordance with the theory and the needs
of mothers on maternity care of pregnant women, childbirth, postpartum, newborn and FP (Family
Planning). The method in this study is a comprehensive Midwifery Care is where I obtain primary
data and secondary data. The primary data consist of interviews and assessment. Secondary data
consists of literature, studies have documentation and discussion.
Case Overview: Through case studies can comprehensively assessing the problem analysis,
diagnosis / potential problems, establish needs immediate action, do action planning, conduct and
evaluation of the implementation measures of action that is given at Ny.M of pregnancy,
maternity, new baby birth, postpartum, and family planning (FP). Evaluation of the action in
pregnancy patients do not have a problem. In childbirth, patients experiencing pregnancy
serotinus. In newborns (BBL) is not abnormal pathological. In puerperal no problem. In family
planning no problems whatsoever.
Conclusion: It is necessary to the development of care plans ssesuai with complaints and needs of
the patient in the process of pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and family planning,
according to midwifery care management.
Reading List: 30
Keywords: Pregnant women, maternity, newborn, postpartum, and family planning (KB)

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA


BALIKPAPAN
Study Kasus Komprehensif, Juni 2015
Intan Rafyah Salsabila
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M di BPM Asminiwati
Balikpapan 09 Maret - 27 Juni 2015
xvi + 416 halaman, 6 tabel, 7 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Pada umumnya ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan
pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu Negara atau daerah ialah kematian maternal
(maternal mortality) (Winkjosastro, 2011). Maternal mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil
dan bersalin merupakan masalah besar dinegara berkembang, kemampuan pelayanan kesehatan
suatu Negara ditentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi (Saifuddin, 2012) Kematian ibu adalah kematian seorang wanita hamil atau selama
40 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari tuanya kehamilan dan
tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamila. Kematian bayi adalah kematian pada bayi
baru lahir yang usianya 24 jam atau 24 jam setelah lahir.
Metode Penelitian : Studi kasus ini dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan
kebutuhan ibu pada asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB (Keluarga
Berencana). Metode dalam penelitian ini adalah Asuhan Kebidanan secara komprehensif yang
dimana cara memperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari wawancara
dan pengkajian. Data sekunder terdiri dari studi pustaka, studi telah dokumentasi dan diskusi.
Tinjauan Kasus : Melalui studi kasus secara komprehensif dapat melakukan pengkajian analisa
masalah, menegakkan diagnosa/masalah potensial, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
melakukan perencaan tindakan, melakukan implementasi tindakan dan evaluasi tindakan yang di
berikan pada Ny.M dari saat hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana (KB).
Evaluasi tindakan dalam kehamilan pasien tidak mempunyai masalah. Dalam persalinan, pasien
mengalami kehamilan serotinus. Dalam bayi baru lahir (BBL) tidak mengalami kelainan patologis.
Dalam nifas tidak ada masalah. Dalam KB tidak ada masalah apapun.
Kesimpulan : Perlu adanya pengembangan rencana asuhan yang ssesuai dengan keluhan dan
kebutuhan pasien dalam proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan KB, sesuai
dengan manajemen asuhan kebidanan.
Daftar Bacaan : 30
Kata Kunci : Ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana (KB)

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. M


DI BPM ASMINIWATI
MULAI TANGGAL 09 MARET 27 JUNI 2015

OLEH :
INTAN RAFYAH SALSABILA
NIM : 12.11.078.15401.0058

Study Kasus Komprehensif ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan

AKADEMI KEBIDANAN BORNEO MEDISTRA


BALIKPAPAN
2014 / 2015

RIWAYAT HIDUP PENULIS


Nama

: Intan Rafyah Salsabila

Tempat / Tanggal Lahir

: Balikpapan, 07 April 1994

Anak ke

: 2 (dua) dari 2 (dua) bersaudara

Status

: Belum menikah

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Sepinggan Raya RT 17 No. 02, Kel. Sepinggan


Raya, Kec. : Balikpapan Selatan

Riwayat Pendidikan

1. TK Filia Balikpapan Selatan Angkatan Tahun 1999 2000


2. SD Negeri 020 Balikpapan Selatan Angkatan Tahun 2000 - 2006
3. SMP Negeri 05 Balikpapan Selatan Angkatan Tahun 2006 - 2009
4. SMA Negeri 04 Balikpapan Selatan Angkatan Tahun 2009 2012
5. Mahasiswi Akademi Kebidanan Borneo Medistra Balikpapan.

10

HALAMAN PERSEMBAHAN
dengarkanlah suara hatimu karena disanalah kamu akan
mendapatkan ketenangan jiwa
Alhamdulillah...

Terimakasih Ya Allah,
Terimakasih atas pembelajaran yang telah Engkau
berikan pada hamba-Mu ini, dan ampunilah hamba-Mu yang kadang harus
memilih jalan yang salah untuk menemukan suatu kebenaran
sabar dan ikhlas
Dua ata yang ku sadari maknanya
Gampang mengucapkan tapi susah untuk diamalkan...

Keberhasilan ku ini aku persembahkan pada


Bapak, Mama dan adik ku tercinta,
serta saudara-saudara ku yang ku sayangi,
Terimakasih banyak telah mendukung ku dan memberi semangat

Terimakasih yang sebesar-sebesarnya


kepada seluruh bapak / ibu dosen yang telah membantu dan mendidik,
Hingga aku menjadi orang yang berpendidikan dan berguna bagi orang lain serta
teman-teman seperjuangan
Hal yang perlu kita ingat adalah perjuangan tidak berakhir cukup sampai
Semoga kesuksesan selelu menyertai kita semua
Aminn.....

11

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat dan karunia-Nya saya mampu menyelesaikan dengan baik
Tugas Akhir Study Kasus Komprehensif yang berjudul Asuhan Kebidanan
Komprehensif pada Ny. M Di BPM Asminiwati Balikpapan tanggal 09 Maret
27 Juni 2015
Adapun maksud dan tujuan penulisan Tugas Akhir Study Kasus
Komprehensif adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
study DIII Kebidanan. Dalam tugas ini berisi pemaparan hasil dari pengambilan
data dan penelitian dalam Study Kasus Komprehensif berupa Asuhan Kebidanan
Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, bayi dan anak, serta KB di BPM
Asminiwati.
Dengaan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Handoyo selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Borneo
Medistra Balikpapan
2. Bapak Ir. Heri Wahyono, Bsc selaku BPH Yayasan Akademi
Kebidanan Borneo Medistra Balikpapan
3. Ibu Ayu Pratiwi S.ST, M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Borneo Medistra Balikpapan
4. Ibu Tri Vera Amaliana, S.ST, selaku dosen Pembimbing I yang telah
memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir Study
Kasus Komprehensif ini.

12

5. Ibu Asminiwati, S.ST, selaku dosen Pembimbing II yang telah


memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir Study
Kasus Komprehensif ini.
6. Ibu Eny Maya Sari, S.SiT, M.Kes selaku penguji Tugas Akhir Study
Kasus Komprehensif.
7. Pihak BPM Asminiwati yang telah memberi izin praktek di BPM
tersebut.
8. Seluruh staf dan Karyawan di Yayasan Akademi Kebidanan Borneo
Medistra Balikpapan
9. Kedua Orangtua saya yang telah memberikan dukungan moril maupun
materil.
10. Ibu Ny. M peserta Study Kasus Komprehensif ini yang telah bersedia
menjadi sasaran dalam pelaksanaan study kasus komprehensif ini,
11. Teman teman seperjuangan yang telah memberikan masukan dan
dukungan sehingga saya semakin semangat menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata saya ucapkan semoga adanya Tugas Akhir Study Kasus
Komprehensif ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai
panduan untuk pembuatan Study Kasus Komprehensif selanjutnya.

13

Mengingat ketidaksempurnaan tugas ini, saya senantiasa mengharapkan


kritik dan saran demi kemajuan tugas ini. Demikain saya sampaikan, mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan dan saya ucapkan terimakasih.
Balikpapan, 30 Juni 2015
Penulis

Intan Rafyah Salsabila

14

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
ABSTRAK iii
HALAMAN SAMPUL SPESIFIKASI... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIM BING ................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI

......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL

............................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv


DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB 1

PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang
B. Tujuan

................................................................. 1

............................................................................... 6

C. Manfaat

............................................................ 7

D. Ruang Lingkup ....... ............................................................ 9


E. Teknik Memperoleh Data ..............................................
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

............................................................ 11

A. Konsep Dasar Kehamilan

................................................... 11

B. Konsep Dasar Persalinan

................................................... 64

15

C. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


D. Konsep Dasar Nifas

BAB 3

......................................... 98

.......................................................... 113

E. Konsep Dasar KB

............................................................ 145

TINJAUAN KASUS

............................................................ 219

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

................................ 219

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

................................ 248

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


D. Asuhan Kebidanan pada Nifas

......................................... 312

E. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB


BAB 4

PEMBAHASAN

......................... 292

.............................. 335

............................................................ 349

A. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

............. 349

B. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Persalinan

............. 361

C. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir ...... 377


D. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Nifas

...................... 384

E. Pembahasan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB


BAB 5

........ 395

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 400


A. Kesimpulan

............................................................ 400

B. Saran

............................................................ 412

DAFTAR PUSTAKA

............................................................ 414

LAMPIRAN . 417

16

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri 47
Tabel 2.2 Imunisasi TT 48
Tabel 2.3 Perbandingan Tipe panggul 75
Tabel 2.4. Perkembangan Sistem Pulmoner 99
Tabel 2.5 APGAR score . 111
Tabel 2.6 TFU Post partum. 118

17

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Serviks Uteri
Gambar 2.2 Striae Gravidarum
Gambar 2.3 Penimbangan BB Ibu Hamil
Gambar 2.4 Perubahan Payudara pada Wanita Hamil
Gambar 2.5 Mual dan muntah wanita hamil
Gambar 2.6 Perubahan hiperpigmentasi areola wanita hamil
Gambar 2.7 Pemeriksaan Ibu hamil TM I
Gambar 2.8 Pemeriksaan Ibu Hamil
Gambar 2.9 Tablet Fe
Gambar 2.10 Suntik TT Ibu Hamil
Gambar 2.11 Perawatan Payudara
Gambar 2.12 Senam Ibu Hamil
Gambar 2.13 Temu Wicara Ibu Hamil
Gambar 2.14 Persalinan
Gambar 2.15 Proses Persalinan
Gambar 2.16 Macam macam bentuk panggul
Gambar 2.17 Pemeriksaan tekanan darah ibu bersalin
Gambar 2.18 SAR dan SBR
Gambar 2.19 Rawat Gabung
Gambar 2.20 Bayi baru lahir (BBL)
Gambar 2.21 Pemeriksaan bari baru lahir normal
Gambar 2.22 Penyesuaian untuk menjadi seorang ibu
Gambar 2.23 Atonia Uteri

18

Gambar 2.24 Inversio Uteri


Gambar 2.25 Reflek Prolaktin
Gambar 2.26 Pencegahan penyakit dengan ASI
Gambar 2.27 IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Gambar 2.28 Macam macam Alat Kontrasepsi
Gambar 2.29 Pil Menyusui
Gambar 2.30 Pil Kombinasi
Gambar 2.31 KB Suntik
Gambar 2.32 Suntik KB 1 bulan
Gambar 2.33 Suntik KB 3 bulan
Gambar 2.34 Kontrasepsi Implant
Gambar 2.35 Kondom
Gambar 2.36 Cara pemakaian kondom laki laki
Gambar 2.37 Diafragma
Gambar 2.38 Kontrasepsi IUD
Gambar 2.39 Macam macam IUD
Gambar 2.40 MOW dan MOP

19

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Lembar informasi pelaksanaan asuhan komprehensif

Lampiran 2.

Surat Izin

Lampiran 3.

Ganchart Kunjungan

Lampiran 4.

Jadwal Kegiatan

Lampiran 5.

Informed Concent

Lampiran 6.

Lembar Konsultasi

20

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik,
terutama dari segi ibu dan anak. Telah hampir satu abad kita berupaya agar
dapat memberikan pelayanan pada saat ibu hamil, ibu melahirkan dengan
baik dan mendapatkan anak yang sehat. Oleh sebab itu kita dihadapkan
untuk memberikan konstribusi dalam bidang kesehatan terutama pada
bidang

Obstetri

dan

Ginekologi

bertujuan

untuk

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, serta menurunkan angka kematian ibu dan


kematian anak. Untuk itu perlu adanya peningkatan dalam system pelayanan
kebidanan dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas hingga KB
(Keluarga Berencana) (Rustam, 2009).
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal, alamiah
dan sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi
penyimpangan, karena setiap kehamilan mempunyai resiko. Sama dengan
halnya pada bayi baru lahir, jika lahir dengan normal maka resiko
kegawatdaruratan janin dapat berkurang. Oleh sebab itu harus tetap
memberikan pelayanan komprehensif dari kehamilan, persalinan, bayi baru
lahir, nifas, dan keluarga berencana (Rustam, 2009).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negaraberkembang merupakan yang tertinggi

21

dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51
negara

persemakmuran.

Sebanyak

20-30

persen

dari

kehamilan

mengandung resiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan dan


kematian ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat kesehatan
suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI) (WHO, 2010).
Menurut WHO tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal
akibat persalinan. Sebanyak 99 persen

kematian ibu akibat masalah

persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio


kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450
kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO,
2010).
Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) bahwa setiap tahunnya, kira-kira 3% (3,6 juta) dari
120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian
meninggal. Di Indonesia dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan) dan setiap 6
menit terdapat 1 bayi baru lahir yang meninggal. Penyebab kematian bayi
baru lahir menurut WHO adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia
(27%) dan lain-lain 44% (WHO, 2010).
Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan pada masa hamil, bersalin,
bayi baru lahir, nifas, neonatus hingga pelayanan kontrasepsi (Keluarga

22

Berencana). Dengan asuhan kebidanan komprehensif ini diharapkan dapat


membantu menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi sehingga salah satu
target dari MDGs yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan bayi guna
mengurangi angka kematian dan kesakitan dapat tercapai (Rustam, 2009).
Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) (yang
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai
pada tahun 2015 (SDKI, 2012).
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008
2012) bahwa semua Angka kematian bayi dan balita hasil Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari
pada hasil SDKI 2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32
kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian
per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi pada neonatus
(SDKI, 2012).
Asfiksia pada pada bayi baru lahir menjadi penyebab kematian 19%
dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. Di Indonesia, angka
kejadian asfiksia di rumah sakit pusat rujukan propinsi di Indonesia sebesar
41,94% (SDKI, 2012).

23

Target MDGs untuk penurunan Angka Kematian Bayi di Indonesia


adalah sebesar 23 per 1.000 KH pada tahun 2015 dari kondisi saat ini yaitu
sebesar 34 per 1.000 KH (MDGs, 2015).
Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu
unsur kesehatan. Angka kematian ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu
negara. AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas
pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan
dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan,sosial budaya
serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan
(Depkes RI, 2012).
Menurut Depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian
maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yaitu
perdarahan 28 persen. Sebab lain, yaitu eklampsi 24 persen, infeksi 11
persen, partus lama 5 persen, dan abortus 5 persen (DEPKES,2010).
Penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah pendidikan ibu sangat
fatal bagi kesehatan anak. Penyerapan informasi yang beragam dan berbeda
sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan
formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek
kehidupan para ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya.
AKI di Kalimantan Timur sebesar 206/10.000 kelahiran hidup, AKB
sebesar 21/1.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka persalinan sekitar 60
ribu ibu pertahun. Kemudian pada tahun 2015 diprediksi jumlah kehamilan

24

di Provinsi Kaltim dan Kaltara sebanyak 68.442 per tahun. Tingginya angka
kehamilan itu menjadi perhatian serius BKKBN terutama bagi Pasangan
Usia Subur (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2015).
Angka kematian ibu dan bayi masih tinggi, sebenarnya kematian
tersebut masih dapat dihindari. Penyebab kematian ibu masih tetap
merupakan trias klasik (perdarahan, infeksi, dan gestosis), sedangkan
penyebab kematian perinatal adalah asfiksia, infeksi, dan trauma persalinan.
Kematian dan kesakitan ibu dan perinatal juga berkaitan dengan pertolongan
persalinan oleh dukun sebanyak 80% dan berbagai faktor sosial budaya dan
faktor pelayanan medis. Pengawasan antenatal dan postnatal sangat penting
dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun
perinatal (Manuaba, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Balikpapan tahun 2014 menurut
Depkes Kota Balikpapan terdapat 122 ibu dalam 100.000 ribu kelahiran
hidup. Sedangkan angka kematian bayi (AKB) terdapat 11 per 1.000
kelahiran hidup. Jumlah sasaran ibu hamil 12.467 jiwa, jumlah persalinan
11.489 jiwa, distribusi persalinan oleh tenaga kesehatan 11.458 jiwa,
sedangkan presentase cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif
73,54% pada tahun 2014 (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, 2014).
Pengawasan kehamilan memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini. Keuntungan
antental care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi hamil, sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan

25

rujukan ke rumah sakit. Dengan demikian,diharapkan angka kematian ibu


dan perinatal dapat menurun secara bermakna (Manuaba, 2010).
Oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny.M yang meliputi asuhan kehamilan,
persalinan, nifas sampai pelayanan KB di BPM Asminiwati S.ST.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah Bagaimana
Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. M 27 tahun G4P2A1 mulai dari
kehamilan 36 minggu, persalinan, bayi baru lahir, nifas serta KB sampai
dengan 6 minggu yang sesuai dengan Standar Asuhan Kebidanan di Jl. Gn.
IV RT 24 No. 19 Tahun 2015?
C. Tujuan
1.

Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada
Ny. M 27 tahun G4P2A1 sesuai dengan menggunakan pendekatan
manajemen Varney dan SOAP.

2.

Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data, pembuatan diagnosa/masalah
potensial kebidanan, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
perencanaan asuhan, penerapan implementasi asuhan, evaluasi dan
pendokumentasian

pada

saat

kebidanan dengan baik dan benar.

kehamilan

dengan

manajemen

26

b. Mampu melakukan pengkajian data, pembuatan diagnosa/masalah


potensial kebidanan, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
perencanaan asuhan, penerapan implementasi asuhan, evaluasi dan
pendokumentasian

pada

saat

persalinan

dengan

manajemen

kebidanan dengan baik dan benar.


c. Mampu melakukan pengkajian data, pembuatan diagnosa/masalah
potensial kebidanan, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
perencanaan asuhan, penerapan implementasi asuhan, evaluasi dan
pendokumentasian pada saat bayi baru lahir dengan manajemen
kebidanan dengan baik dan benar.
d. Mampu melakukan pengkajian data, pembuatan diagnosa/masalah
potensial kebidanan, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
perencanaan asuhan, penerapan implementasi asuhan, evaluasi dan
pendokumentasian pada saat nifas dengan manajemen kebidanan
dengan baik dan benar.
e. Mampu melakukan pengkajian data, pembuatan diagnosa/masalah
potensial kebidanan, menetapkan kebutuhan tindakan segera,
perencanaan asuhan, penerapan implementasi asuhan, evaluasi dan
pendokumentasian pada saat keluarga berencana (KB) dengan
manajemen kebidanan dengan baik dan benar.

27

D. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Pendidikan
Memberikan pendidikan dan pengalaman bagi mahasiswanya dalam
melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga
pelayanan kontrasepsi sehingga dapat menumbuhkan dan mencipatakan
bidan terampil, profesional dan mandiri.

2.

Bagi Lahan
Memberikan pengalaman bagi tenaga kesehatan/bidan untuk dapat
mengimplementasikan asuhan kebidanan yang telah dipelajari kepada
ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta pelayanan KB, sehingga
dapat menambah wawasan penulis.

3.

Bagi Masyarakat / klien


Terpantaunya keadaan klien dan bayinya sejak masa kehamilan,
persalinan, dan nifas, sampai pelayanan Keluarga Berencana, serta
menambah wawasan klien melalui KIE yang diberikan.

4.

Bagi Penulis
Dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan
kehamilan,pertolongan persalinan aman, perawatan bayi baru lahir,
pelayanan keluarga berencana dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat luas.

28

E. Ruang Lingkup
1.

Sasaran
Memberikan asuhan secara komprehensif pada Ny.M mulai dari
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, hingga pelaksanaan
pelayanan kontrasepsi pada periode Maret Juni.

2.

Tempat
BPM Asminiwati Balikpapan Jl. Margomulyo dan di Rumah
Ny.M di JL.Margomulyo RT.24 Balikpapan.

3.

Waktu
Waktu yang diberikan untuk Asuhan komprehensif pada Ny.M
adalah pada bulan Maret hingga bulan Mei, yaitu tepatnya Asuhan
pertama (ANC 1) dilakukan pada tanggal 09 Maret 2015 sampai pada
asuhan yang terahir keluarga berencana (KB) yang dilakukan pada
tanggal 28 Juni 2015.

4.

Tehnik Pengolahan Data


a. Data Primer
1) Wawancara
Salah

satu

metode

yang

digunakan

penulis

untuk

mendapatkan data adalah dengan wawancara, dimana


penulis mendapat keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran peneliti (responden), dan bercakap-cakap
dengan berhadapan muka dengan klien tersebut. Jadi data
diperoleh langsung dari responden melalui salah satu pertemuan

29

atau percakapan penulis melakukan tanya jawab dengan klien,


suami,dan keluarga yang dapat membantu memberikan informasi
yang dibutuhkan.
2) Pengkajian
Penulis melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada
pasien

mulai

dari

kepala

hingga

kaki

dengan

tehnik

inspeksi,palpasi, auskultasi, dan perkusi.


b. Data sekunder
1) Studi Pustaka
Penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari
referensi yang relevan berdasarkan kasus yang dibahas yakni
Asuhan kehamilan, Asuhan persalinan, Asuhan Nifas, Asuhan
bayi baru lahir, dan Asuhan Keluarga Berencana yang bersumber
dari buku dan internet.
2) Studi telah Dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien
yang bersumber dari catatan bidan, maupun sumber lain yang
menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik, atau melihat
data dari rekam medis.
3) Diskusi
Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan
yang menangani langsung klien tersebut serta diskusi dosen
pembimbing studi kasus komprehensif.

30

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Klinis
1. Kehamilan
a. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur.
Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur (ovum)
betul betul penuh perjuangan. Dari sekitar 20 40 juta sperma yang
dikeluarkan, hanya sedikit yang survive dan berhasil mencapai tempat
sel telur. Dari jumlah yang sudah seditik itu, Cuma 1 sperma saja yang
bisa membuahi sel telur. (Mirza, 2008)
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9
bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3
trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester
ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke-40. (Saifuddin, 2009)
Definisi dari masa kehamilan dimulainya dari konsepsi sampai
ahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. (Saifuddin, 2009)

31

Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280


hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
(Prawirohardjo, 2011)
Pembagian kehamilan dibagi dalam 3 trimester : Trimester
pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu) ;
Trimester kedua dari bulan keempat samapai 6 bulan (13-28 minggu) ;
Trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (29-42 minggu).
(Yeyeh Ai, 2009)
Ante natal care adalah asuhan yang dberikan ibu sebelum
persalinan dan prenatal care. (JHPIEGO, 2003)
b. Perubahan Anatomik dan Fisiologis pada wanita hamil
Adaptasi anatomic dan fisiologik serta biokimiawi yang terjadi
pada wanita selama masa kehamilan yang pendek itu begitu besar.
Perubahan perubahan tersebut segera terjadi setelah fertilisasi dan
berlanjut sepanjang kehamilan. Kebanyakan adaptasi yang besar sekali
ini terjadi sebagai respon terhadap stimulasi fisiologik yang diberikan
oleh janin atau jaringan janin, system komunikasi ibu janin. Yang
sangat menakjubkannya adalah bahwa wanita yang sedang hamil
tersebut kembali dengan hampir sempurna keadaannya sebelum hamil
setelah melahirkan dan setelah berhenti menyusui. (Yeyeh Ai, 2009)
Perubahan akibat kehamilan dialami oleh seluruh tubuh wanita,
mulai dari system pencernaan, pernafasan, kardiovaskular, integument,
endokrin, metabolisme, musculoskeletal, payudara, kekebalan dan

32

system reproduksi khususnya pada alat genetalia eksterna dan interna.


Dalam hal ini hormone estrogen dan progesterone mempunyai peranan
penting. (Yeyeh Ai, 2009)
Perubahan anatomi dan fisiologi pada perempuan hamil
sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut
selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon
terhadap janin. Satu hal yang menakjubkan adalah bahwa hampir semua
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai. (Sarwono, 2011)
Pemahaman tentang perubahan anatomi dan fisiologi selama
kehamilan merupakan salah satu tujuan utama dari ilmu kebidanan.
Hampir tidak mungkin dapat mengerti proses penyakit yang terjadi
selama kehamilan dan masa nifas tanpa disertai pemahaman mengenai
perubahan anatomi dan fisiologi ini. (Sarwono, 2011)
Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama
pada alat kandungan dan juga organ lainnya menurut Sarwono (2011)
adalah sebagai berikut :
1) Sistem Reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk
menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,
amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan
yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama

33

kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam


beberapa minggu setelah persalinan. (Sarwono, 2011)
Pada trimester I uterus akan membesar pada bulan
bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone.
Pemebesaran
peningkatan

ini

pada

vaskularisasi

dasarnya
dan

disebabkan

dilatasi

adanya

pembuluh

darah,

hyperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru)


dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis
yang ada, dan perkembangan desisua. Pada trimester ke II pada
kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang
amnion yang terisi janin dan istmus menjadi bagian korpus
uteri. Pada trimester ke III istmus lebih nyata menjadi bagian
korpus uteri dan dapat berkembang menjadi segmen bawah
rahim (SBR). Pada kehamilan tua karena kontraksi otot otot
bagian atas uterus, SBR menjadi lebih tebal dan segmen bawah
yang lebih tipis. Batas itu dikenal sebagai lingkaran retraksi
fisiologis dinding uterus, diatas lingkaran ini jauh lebih tebal
daripada dinding SBR. (Yeyeh Ai, 2009)
(1) Ukuran :
Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar
akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut
serabut kolagennya menjadi higroskopik. Endometrium
menjadi desidua. Ukuran pada kehamilan cukup bulan : 30 x

34

25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4000 cc. (dr. Rustam,


1998). Uterus akan membesar pada bulan bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya
meningkat (Yeyeh Ai, 2009).
(2) Berat :
Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi
1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan). (Sinopsis
Obstetri dr. Rustam Mochtar, hal 35, 1998). Berat menjadi
1000 gram pada akhir kehamilan. (Yeyeh Ai, 2009).
Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ
yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion
rata rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5
l bahkan dapat mencapai 20 l atau lebih dengan berat rata
rata 1100 g. (Sarwono, 2011)
(3) Bentuk dan konsistensi :
Pada bulan bulan pertama kehamilan, bentuk rahim seperti
buah alpukat, pada kehamilan 4 bulan berbentuk bulat, dan
akhir kehamilan seperti bujur telur. Rahim yang tidak hamil
kira kira sebesar telur ayam, pada kehamilan 2 bulan
sebesar telur bebek, dan kehamilan 3 bulan sebesar telur
angsa. Pada minggu pertama, istmus rahim mengdakan
hipertrofi dan bertambah panjang, sehingga bila diraba
terasa lebih lunak (soft) disebut tanda Hegar. Pada

35

kehamilan 5 bulan, rahim terba seperti berisi cairan ketuban,


dinding rahim terasa tipis, karena itu bagian bagian janin
dapat diraba melalui dinding perut dan dinding rahim. (dr.
Rustam, 1998). Minggu pertama istmus rahim bertambah
panjang dan hipertrofi sehingga terasa lebih lunak (Tanda
Hegar); kehamilan 5 bulan rahim teraba seperti berisi cairan
ketuban dinding rahim tipis karena itu bagian bagian anak
dapat diraba melalui dinding perut dan rahim; terbentuk
Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim
(SBR). (Yeyeh Ai, 2009)
(4) Posisi rahim dalam kehamilan :
Pada permulaan kehamilan, dalam letak antefleksi atau
retrofleksi. Pada 4 bulan kehamilan, rahim tetap berada
dalam rongga pelvis. Selain itu, mulai memasuki rongga
perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas hati.
Rahim yang hamil biasanya mobil, lebih mengisi rongga
abdomen kanan atau kiri. (Rustam, 1998)
Awal kehamilan Ante atau retrofleksi; akhir bulan kedua
uterus teraba satu sampai dua jari diatas Symphisis pubis
keluar dari rongga panggul; akhir 36 minggu 3 jari dibawah
Processus Xypoideus; uterus hamil sering berkontraksi tanpa
rasa nyeri juga kalau disentuh pada waktu pemeriksaan
(palpasi) konsistensi lunak kembali; kontraksi ini disebut

36

kontraksi Braxton Hicks; merupakan tanda kehamilan


mungkin dan untuk menentukan anak dalam kandungan atau
tidak; kontraksi sampai akhir kehamilan menajdi his
(Prawirohardjo, 2011)
(5) Vaskularisasi :
Aa uterine dan aa ovarica bertambah dalam diameter,
panjang, dan anak anak cabangnya. Pembuluh darah balik
(vena) mengembang dan bertambah. (Rustam, 1998)
b) Serviks Uteri

Gambar 2.1 Serviks Uteri


Servik bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak
(sof) disebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar
dan mengeluarkan banyak cairan mucus. Karena pertambahan
dan pelebaran pembuluh darah, warnanya menjadi : livid dan ini
disebut tanda Chadwick. (Rustam, 1998)
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih
lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

37

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hyperplasia pada


kelenjar kelenjar serviks. (Sarwono, 2011).
Perubahan

ditentukan

sebulan

setelah

konsepsi,

perubahan kekenyalan, tanda Goodel serviks menjadi lunak


warna menjadi biru, membesar (oedema) pembuluh darah
meningkat, lendir menutupi osteum uteri (kanalis servikalis)
serviks menjadi lebih mengkilap (Prawirohardjo, 2011)
Pada trimester I serviks uteri pada kehamilan juga
mengalami perubahan karena hormone estrogen. Jika korpus
uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks
lebih banyak mengandung kolagen. Pada trimester II konsistensi
serviks menjadi lunak dan kelenjar kelenjar diserviks akan
berfungsi lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
(Yuni, 2009)
c) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteum
yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu
akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah
yang relative minimal. (Sarwono, 2011)
Pada permulaan kehamilan masih didapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta pada kira kira

38

kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas berdiameter


kira kira 3 cm. lalu ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
Ditemukan pada awal ovulasi hormone relaxing, suatu
immunoreaktive inhibin dalam sirkulasi maternal. Relaxin
mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin
menjadi baik hingga aterm. (Yeyeh Ai, 2009)
Pada trimester I permulaan kehamilan masih terdapat
korpus

lutum

gravidatum,

korpus

luteum

graviditatis

berdiameter kira kira 3 cm, kemudian dia mengecil setelah


plasenta terbentuk. Korpus luteum ini mengeluarkan hormone
estrogen dan progesterone. Pada trimester ke II pada usia
kehamilan

16

minggu,

plasenta

mulai

terbentuk

dan

menggantikan fungsi korpus luteum graviditatum. (Yuni, 2009)


d) Vagina dan Perineum
Selama

kehamilan

peningkatan

vaskularisasi

dan

hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot otot diperineum


dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna
keunguan yang dikenal dengan Tanda Chadwick. Perubahan
ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel sel otot polos.
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang
merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan

dengan

meningkatnya

ketebalan

mukosa,

39

mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos.


Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding
vagina.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana
sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3,5
6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat
glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidophilus.
Pada trimester I akibat pengaruh hormone estrogen,
vagina dan vulva mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke
8 terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva
tampak lebih merah, agak kebiruan (lividae) tanda ini disebut
tanda Chadwick. Warna portio pun tampak lidae. Pada trimester
II karena hormone estrogen dan progesterone terus meningkat
dan terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh
pembuluh darah alat genetalia membesar. Hal ini dapat
dimengerti karena oksigenisasi dan nutris pada alat alat
genealia tersebut meningkat. (Yuni, 2009)
e) Segmen Bawah Rahim
Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas
kanalis servikalis setinggi ostium interna bersama sama
isthmus uteri. Segmen bawah lebih tipis darpada segemn atas
dan menjadi lunak serta berdilatasi selama minggu minggu

40

terakhir kehamilan sehingga memungkinkan segmen tersebut


menampung presenting part janin. Serviks bagian bawah baru
menipis dan menegang setelah persalinan terjadi. (Yuni,2009)
2) System Pencernaan (Traktus Digestivus)
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus
akan tergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks
yang akan bergeser kearah atas dan lateral. Mual terjadi akibat
penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta
konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus besar.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga
dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan.
Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai
akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah
karena pembesaran uterus. (Sarwono, 2011)
Pada bulan bulan pertama kehamilan tersapat perasaan
enek (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormone estrogen yang
meningkat, ada pula sumber yang mengatakan peningkatan kadar
HCG dalam darah. Tidak jarang dijumpai pada bulan bulan
pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada
pagi hari yang dikenal dengan morning sickness. Emesis, bila
terlampau seing dan terlalu banyak dikeluarkan, disebut emesis
gravidarum, keadaan ini patologik. (Yeyeh Ai, 2009)

41

3) System Kardiovaskular
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan
alat lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
Volume plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu
kehamilan dan terus menerus meningkat sampai 30 34 minggu,
sampai ia mencapai titik maksimum. Hipertropi (pembesaran) atau
dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh peningkatan
volume darah dan curah jantung. (Yuni, 2009)
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi
proses hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi
sedkit naik kembali pada tekanan darah sebelum aterm. Tekanan
darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat
terjadi penurunan dalam perifee vaskuler resisetance yang
disebabkan oleh pengaruh peregangan otot halus oleh progesterone.
Tekanan sistolik akan turun sekitar 5 10 mmHg dan diastolic pada
10 -15 mmHg. (Yuni, 2009)
Pada trimester III aliran darah meningkat dengan cepat
seiring pembesaran uterus. Walaupun aliran darah uterus meningkat
dua puluh kali lipat, ukuran konseptus meningkat lebih cepat.
Akibatnya lebih banyak oksigen diambil dari darah uterus selama
masa kehamilan lanjut. Pada kehamilan cukup bulan normal,

42

seperenam volume darah total ibu berada didalam system


perdarahan uterus. Kecepatan rata rata aliran darah uterus ialah
500 ml / menit dan konsumsi rata rata oksigen uterus gravida ialah
25 ml/menit. Tekanan arteri maternal, kontraksi uterus dan posisi
maternal mempengaruhi aliran darah. Estrogen juga berperan dalam
mengatur aliran darah uterus. (Yuni, 2009)
4) System Musculoskeletal
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada
musculoskeletal. Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan
progesterone, terjadi relaksasi dari jaringan ikat, kartilago, dan
ligament juga meningkatkan jumlah cairan. Bersama dua keadaan
tersebut meningkatkan fleksibelitas dan mobilitas persendian.
Keseimbangan kadar kalium selama kehamilan besarnya normal
apabila asupan nutrisinya khususnya produk susu terpenuhi. Tulang
dan gigi biasanya tidak berubah pada kehamilan yang normal.
(Yuni, 2009)
Bersamaan

dengan

memebesarnya

ukuran

uterus

menyebabkan perubahan yang drastic pada kurva tulang belakang


yang biasanya menjadi salah satu ciri pada seorang ibu hamil.
Perubahan tersebut dapat meningkatkan ketidaknyamanan dan rasa
sakit pada bagian belakang yang bertambah seiring dengan
penambahan umur kehamilan. (Yuni, 2009)

43

Selama trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang


terutama pada daerah siku dan pergelangan tangan dengan
meningkatnya retensi aliran pada jaringan konektif / jaringan yang
berhubungan disekitarnya. (Yuni, 2009)
Pada trimester ketiga sendi pelvic pada saat kehamilan
sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh secara bertahap dan
peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara
berjalan wanita berubah secara mencoloh. Peningkatan distensi
abdomen yang membuat panggul miring ke depan, penurunan tonus
otot perut dan peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan
membutuhkan penyesuaian ulang (realignment) kurvatura spinalis.
(Yuni, 2009)
Hormon progesterone dan hormone relaxing menyebabkan
relaksasi jaringan ikat dan otot otot, hal ini terjadi maksimal pada
satu minggu terakhir kehamilan, proses relaksasi ini memberikan
kesempatan pada panggul untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai
persiapan proses persalinan, tulang pubik melunak menyerupai
tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigis mengendur membuat
tulang coccigis bergeser kea rah belakang sendi panggul yang tidak
stabil, pada ibu hamil hal ini menyebabkan sakit pinggang. Postur
tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen sehingga untuk mengkompensasi
penambahan berat badan ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan

44

tulang lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur, dan


dapat menyebabkan nyeri punggung pada beberapa wanita. (Yuni,
2009)
5) System Integument
Pada trimester pertama perubahan keseimbangan hormone
dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya beberapa
perubahan dalam system integument selama masa kehamilan.
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan ketebalan kulit
dan lemak sub dermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan
kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea,
peningkatan sirkulasi dan aktivitas vasomotor. Jaringan elastic kulit
mudah pecah, menyebabkan striae gravidarum atau tenda regangan.
Respon alergi kulit meningkat. (Yuni, 2009)
Kadang kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi,
hidung dikenal sebagai cloasmagravidarum. Didaerah lebih sering
terdapat hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. (Yuni,
2009)
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam dikenal sebagai
linea grisea. Linea nigra adalah garis pigmentasi dari simfisis pubis
sampai ke bagian atas fundus digaris tengah tubuh. Kulit perut juga
tampak seolah olah retak retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru biruan disebut striae lividae. Setelah partus,
striae lividae ini berubah menjadi putih disebut striae albicans. Pada

45

seorang multigravida sering tampat striae lividae dan bersama


dengan striae albicans. (Yuni, 2009)

Gambar 2.2 Striae Gravidarum


Pada trimester kedua akibat peningkatan kadar hormone
estrogen dan progesterone, kadar pH pun meningkat.
6) System Endokrin
Pada trimester I perubahan besar pada system endokrin yang
penting terjadi untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan
normal janin, dan pemulihan pascapartum (nifas). Tes HCG positif
dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48 jam
sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan perubahan hormonal
selama

kehamilan

terutama

akibat

produksi

estrogen

dan

progesterone plasenta dan juga hormone hormone yang


dikeluarkan oleh janin. Berikut perubahan perubahan hormonal
selama kehamilan (dari trimester I sampai trimester III). (Yuni,
2009)

46

a) Estrogen
Produksi estrogen plasenta terus naik selama kehamilan dan
akhir kehamilan kadarnya kira kira 100 kali sebelum hamil.
b) Progesterone
Produksi estrogen bahkan lebih banyak disbanding estrogen.
Pada akhir kehamilan produksinya kira kira 250 mg / hari.
Progesterone akan menyebabkan tonus otot polos menurun dan
juga dieresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan dalam
jaringan sub kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak
berfungsi sebagai cadangan energy baik pada masa hamil
maupun menyusui.
c) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Hormone ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah pembuahan
dan merupakan dasar tes kehamilan. Puncak sekresinya terjadi
kurang lebih 60 hari setelah konsepsi. Fungsi utamanya adalah
mempertahankan korpus luteum.
d) Human Placental Lactogen (HPL)
Hormone ini diproduksi terus naik pada saat atrem mencapai 2
gram / hari. Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia
juga bersifat diabetogenik, sehingga kebutuhan insulin wanita
hamil naik.
e) Pituitary Gonadotropin

47

FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama


kehamilan ditekan oleh estrogen dan progesterone plasenta.
f) Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi
estrogen. Sekresi air susu sendiri dihambat oleh estrogen di
tingkat target organ.
g) Growh hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
h) TSH, ACTH, dan MSH
Hormone hormone ini tidak banyak dipengaruhi oleh
kehamilan.
i) Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4
meningkat. Tetapi T4 bebas relative tetap, karena tyroid binding
globulin meninggi, sebagai akibat tingginya estrogen, dan juga
merupakan

akibat

hyperplasia

jaringan

glandular

dan

peningkatan vaskularisasi. Tiroksin mengatur metabolisme.


j) Aldosterone, Renin dan Angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume
intravaskuler.
k) Insulin
Produksi

insulin

meningkat

progesterone, dan HPL.

sebagai

akibat

estrogen,

48

l) Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan. (Yuni,
2009)
7) System Kekebalan
Pada trimester I system pertahanan tubuh ibu selama
kehamilan akan tetap utuh, kadar immunoglobulin dalam kehamilan
tidak berubah. Immunoglobulin G atau IgG merupakan komponen
utama dari immunoglobulin janin di dalam uterus dan neonatal dini.
IgG merupakan satu satunya immunoglobulin yang dapat
menembus plasenta sehingga immunitas pasif akan diperoleh oleh
bayi. Kekebalan ini dapat melindungi bayi dari infeksi selanjutnya.
(Yuni, 2009)
Kehamilan dianggap berkaitan dengan penekanan berbagai
macam fungsi imunologi secara humoraldan seluler untuk
menyesuaikan diri dengan graft janin semialogenik asing.
Sebenarnya, titer antibody humoral melawan beberapa virus,
misalnya herves simpleks, campak, dan influenza A, menurun
selama kehamilan. Tetapi penurunan titer sebanding dengan efek
hemodilusi pada kehamilan. (Yeyeh Ai, 2009)
8) System Perkemihan
Pada bulan - bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan
tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul.

49

Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah. Ginjal


wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi
tubuh ibu yang meningkat dan juga mengeksresi produksi sampah
janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormone kehamilan,
peningkatan volume darah, postur wanita, aktifitas fisik dan asupan
makanan. Sejak minggu ke 10 gestasi, pelvic ginjal dan ureter
berdilatasi. (Yuni, 2009)
Ginjal pada saat kehamilan sedikit bertambah besar,
panjangnya bertambah 1 1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml
dari 10 ml pada yang tidak hamil. Ureter berdilatasi, perubahan
fungsi ginjal selama kehamilan mungkin dipengarahui oleh
hormone

mataernal

dan

plasenta

termasuk

ACTH,

ADH,

aldosteron, kortisol, HCG dan hormone tiroid. (Yuni, 2009)


Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai
berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada
trimester kedua, kandung kemih tertarik keatas dan keluar dari
panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm
karena

kandung kemih bergeser

kearah

atas. Peningkatan

vaskularisasi ini membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah


luka dan berdarah. Tonus kandung kemih dapat menurun. Hal ini
memungkinkan distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml.
Pada saat yang sama, pembesaran terus menekan kandung kemih,

50

menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya


berisi sedikit urine. (Yuni, 2009)
Pada akhir akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena
kandung kencing akan mulai tertekan kembali. Selain itu juga
terjadi hemodilusi menyebabkan metabolisme air menjadi lancar.
Pada tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih
berdilatasi daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat
ke kanan akibat terdapat kolon rektosigmoid disebelah kiri.
Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine
dalam volume yang lebih besar dan juga memeprlambat laju aliran
urine. (Yuni, 2009)
9) Sistem Pernafasan
Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap
percepatan laju metabolic dan peningkatan kebutuhan oksigen
jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan
suatu cara untuk membuang karbondioksida.
Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensi napasnya
hanya sedikit meningkat. Peningkatan volume napas satu menit
disebut hiperventilasi kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi
karbon dioksida diaveoli menurun. Beberapa wanita mengeluh
dispnea saat istirahat. (Yuni, 2009)
10) Kenaikan Berat Badan

51

Gambar 2.3 Penimbangan BB Ibu Hamil


Pada trimester kedua kenaikan berat badan 0,4 0,5 kg
perminggu selama sisa kehamilan. Pada trimester ketiga terjadi
kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penembahan berat badan dari
mulai awal kehamilan sampai akhir kehamilan adalah 11 12 kg.
(Yuni, 2009)
11) Payudara (Mammae)
Pada trimester I, mammae akan membesar dan tegang akibat
hormone somatomamotropin, estrogen dan progesterone akan tetapi
belum mengeluarkan ASI. Estrogen menimbulkan hipertropi system
saluran, sedangkan progesterone menambah sel sel asinus pada
mammae. (Yuni, 2009)
Disamping

itu

dibawah

pengaruh

progesterone

dan

somatomamotropin terbentuk lemak disekitar alveolus alveolus


sehingga mammae menjadi lebih besar. Papilla mammae akan
membesar, lebih tegang dan tambah lebih hitam, seperti seluruh
areola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar sebasea

52

(lemak) yang muncul di areola primer dan disebut tuberkel


Montgomery. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol
dipermukaan areola mamae. Striae dapat terlihat dibagian luar
payudara. (Yuni, 2009)

Gambar 2.4 Perubahan Payudara pada Wanita Hamil


Pada trimester II pada kehamilan 12 minggu keatas dari
putting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut
colostrums. Colostrums ini berasal dari asinus yang mulai
bersekresi. (Yuni, 2009)
Selama trimester kedua dan ketiga, pertumbuhan kelenjar
mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif.
Kadar hormone luteal dan plasenta pada masa hamil meningkatkan
proliferasi duktus lactiferous dan jaringan jaringan lobulus
alveolar sehingga dapat dipalpasi payudara teraba penyebaran nodul
kasar. (Yuni, 2009)
Walaupun

perkembangan

kelenjar

mammae

secara

fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi


terlambat sampai kadar estrogen menurun, bahkan setelah janin dan
plasenta lahir. (Yuni, 2009)

53

c. Perubahan Psikologis pada wanita hamil


1) Trimester Pertama
Trimester

pertama

sering

dianggap

sebagai

periode

penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap


kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini
dan arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang
paling penting pada trimester pertama kehamilan. (Elisabeth, 2015)
Sebagian besar wanita merasa sedih dan keadaan tentang
kenyataan bahwa ia hamil. Kurang lebih 80 % wanita mengalami
kekecewaan, penolakan, kecemasan, depresi dan kesedihan. Jika ia
tidak dibantu memahami dan menerima ambivalen dan perasaan
negative tersebut segabai suatu hal yang normal dalam kehamilan,
maka ia akan merasa sangat bersalah jika nantinya bayi yang
dikandungnya meninggal saat dilahirkan atau terlahir cacat atau
abnormal. Ia akan mengingat pikiran pikiran yang ia miliki selama
trimester pertama dan merasa bahwa ialah penyebab tragedy
tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia dapat menrima pikiran
pikiran tersebut dengan baik. Trimester pertama sering menjadi
waktu yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan
akan dapat berkembang dengan baik. (Elisabeth, 2015)
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi
antara wanita yang satu dan yang lain. Meski beberapa wanita
mengalami peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester

54

pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini


memerlukan komuikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan
masing masing. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih
sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum
sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara yang
membesar dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah
masalah lain yang merupakan normal pada trimester pertama.
(Elisabeth, 2015)
2) Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan
yang baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari
segala ketidak nyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun,
trimester kedua juga merupakan kemunduran. (Elisabeth, 2015)
Menjelang akhir trimester pertama dan selama porsi
praquickening trimester kedua berlangsung, wanita tersebut akan
mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali, semua aspek
hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Wanita tersebut
mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali
beberapa hal yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah
interpersonal yang dahulu pernal dialami oleh wanita dan ibunya,
atau mungkin masih dirasakan hingga kini, dianalisis. (Elisabeth,
2015)

55

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester


kedua, kurang lebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata
dalam hubungan seksualnya mereka dibanding pada trimester
pertama dan sebelum hamil. Trimester kedua relative terbebas dari
segala ketidaknyamanan fisik, dan ukuran perut wanita belum
menjadi masalah besar, lubrikasi vagina semakin banyak pada masa
ini, kecemasan, kekhawatiran dan masalah masalah yang
sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada wanita tersebut
mereda, dan ia telah mengalami perubahan dari seorang menuntut
kasih sayang dari ibunya menjadi seorang yang mencari kasih
sayang dari pasangannya, dan semua factor ini turut mempengaruhi
peningkatan libido dan kepuasan seksual. (Elisabeth, 2015)
3) Trimester Ketiga
Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan
penuh kewaspadaan. Periode ini wanita mulai menyadari kehadiran
bayi sebagai makhuk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar
menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was was mengingat
bayi dapat lahir kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga jaga
sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala
persalinan muncul. (Elisabeth, 2015)
Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif
terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua
sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan

56

segera dilahirkan. Wanita tersebut menjadi lebih protektif terhadap


bayi, mulai menghindari keramaian atau seseorang atau apapun
yang ia anggap berbahaya. Memilih nama untuk bayinya merupakan
persiapan menanti kelahiran bayi. Pakaian pakaian bayi mulai
dibuat atau dibeli. Kamar kamar susun atau dirapikan. Sebagian
besar pemikiran di fokuskan pada perawatan bayi. (Elisabeth, 2015)
Sejumlah kekuatan muncul pada trimester ketiga. Wanita
mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya
sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait
persalinan dan pelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan
bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah
luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cidera
akibat tendangan bayi. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak
memikirkan hal hal lain yang tidak diketahuinya. (Elisabeth,
2015)
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik
yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa
canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang
sangat besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan
trimester ketiga, peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada
trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang
semakin besar menjadi halangan. Alternative posisi dalam
berhubungan seksual dan metode alternative untuk mencapai

57

kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan


bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara cara tersebut.
Berbagi perasaan secara jujur dengan perasaan dan konsultasi
mereka dengan anda menjadi sangat penting. (Elisabeth, 2015)
d. Tanda dan gejala kehamilan
Untuk dapat

menegakkan kehamilan ditetapkan dengan

melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan


(Elizabeth, 2011)
1) Tanda Dugaan Hamil
a) Amenore (berhentinya menstruasi)
Konsepsi

dan

nidasi

menyebabkan

tidak

terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi


tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat diinformasikan dengan
memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan
untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.
Tetapi amenore juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik
tertentu, tumor pituitary, perubahan dan factor lingkungan,
malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan
akan kehamilan. (Elisabeth, 2015)
b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

58

Gambar 2.5 Mual dan muntah wanita hamil


Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah
yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning
sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila
terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
disebut dengan hiperemesis gravidarum. (Elisabeth, 2015)
c) Ngidam (menginginkan makan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi
pada bulan bulan pertama kehamilan dan akan menghilang
dengan tuanya kehamilan. (Elisabeth, 2015)
d) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada
pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16
minggu. (Elisabeth, 2015)

59

e) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari
penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate
BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring
pertambahan usia kehamilan yang akan meningkat sering
pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil
konsepsi. (Elisabeth, 2015)
f) Payudara tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus
pada

payudara,

perkembangan

sedangkan
system

progesterone

alveolar

menstimulasi

payudara.

Bersama

somatomamotropin, hormone hormone ini menimbulkan


pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri
selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu,
serta pengeluaran kolostrum. (Elisabeth, 2015)
g) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang
sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus
kekandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini
akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga
panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin

60

mulai masuk kerongga panggul dan menekan kembali kandung


kemih. (Elisabeth, 2015)
h) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic
usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
(Elisabeth, 2015)
i) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12
minggu. Terjadi akibat pengaruh hormone kortikosteroid
plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat tempat berikut ini
(1) Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada
daerah dahi, hidung, pipi, dan leher)
(2) Sekitar leher tampak lebih hitam
(3) Dinding perut : striae lividae / gravidarum (terdapat pada
seorang primigravida, warnanya membiru), striae nigra,
linea alba menjadi lebih hitam (linea grisae/nigra).
(4) Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola mamae sehingga
terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda
pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit
putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada
wanita kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri
menonjol dan pembuluh darah sekitar payudara.

61

Gambar 2.6 Perubahan hiperpigmentasi areola wanita hamil


(5) Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat
pembesaran bagian tersebut. (Elisabeth, 2015)
j) Epulis
Hipertrofi papilla ginggivae / gusi, sering terjadi pada
triwulan pertama. (Elisabeth, 2015)
k) Varices
Pengaruh

estrogen

pelebaran pembuluh

dan

progesterone

darah terutama bagi

menyebabkan
wanita

yang

mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genetalia


eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh
darah ini dapat hilang setelah persalinan. (Elisabeth, 2015)
2) Tanda Kemungkinan (Probability sign)
Tanda kemungkinan adalah perubahan perubahan fisiologis
yang

dapat

diketahui

oleh

pemeriksa

dengan

melakukan

pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini


terdiri dari atas hal hal beikut ini :
a) Pembesaran perut

62

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan


keempat kehamilan.
b) Tanda Hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya
isthmus uteri.
c) Tanda Goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil
serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil
melunak seperti bibir.
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
e) Tanda Piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi
karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu
sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.
f) Kontraksi Braxton Hicks
Merupakan

peregangan

sel

sel

otot

uterus,

akibat

meningkatnya actomycin didalam otot uterus. Kontraksi ini


tidak bermitrik, sporadic, tidak nyeri, biasanya timbul pada
kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari
pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini

63

akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya


sampai mendekati persalinan.
g) Teraba Ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan
karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup
karena dapat saja merupakan myoma uteri.

Gambar 2.7 Pemeriksaan Ibu hamil TM I


h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Hormone direkresi ini peredaran darah ibu (pada plasma darah),
dan dieksresi pada urine ibu. Hormone ini dapat mulai dideteksi
pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada
hari ke 30 60. Tingkat tertinggi pada hari 60 70 usia gestasi,
kemudian menurun pada hari ke 100 130. (Elisabeth, 2015)
3) Tanda Pasti (Positive sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan
janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda pasti kehamilan tediri atas hal hal berikut ini :

64

a) Gerakan janin dalam rahim


Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh
pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia
kehamilan sekitar 20 minggu. (Elisabeth, 2015)
b) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 16 minggu dengan menggunakan alat
fetal electrocardiograf (misalnya Doppler). Dengan laenec, DJJ
baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 - 20 minggu.
(Elisabeth, 2015)
c) Bagian bagian janin
Bagian bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan
bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba
dengan jelas pada usia kehamilan lebih utama (trimester
terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi
menggunakan USG. (Elisabeth, 2015)
d) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
(Elisabeth, 2015)

65

e. Penatalaksanaan dalam kehamilan

Gambar 2.8 Pemeriksaan Ibu Hamil


Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan
sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemic
malaria menjadi 14T, yakni :
1. Timbang berat badan tinggi badan
Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil
pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau
berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB.
Kenaikan BB ibu hamil normal rata rata antara 6,5 kg 16 kg.
(Ida, 2010)
2. Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang dan berkunjung. Deteksi
tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala
hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita

66

pikirkan kea rah anemia. Tekanan darah normal berkisar systole :


100 - 140 / diastole : 70 95 mmHg. (Elisabeth, 2015)
3. Pengukuran tinggi fundus uteri
Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri
No

Usia Kehamilan

Tinggi Fundus Uteri

12 minggu

3 jari atas sympisis

16 minggu

Pertengahan pusat sympisis

20 minggu

3 jari bawah pusat

24 minggu

Pertengahan pusat

28 minggu

3 jari atas pusat

32 minggu

36 minggu

Petengahan pusat dan


proxesus xipoideus
3 jari bawah px

40 minggu

Pertengahan px

4. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe)


Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil
dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat siring
dengan pertumbuhan janin. (Elisabeth, 2015)

Gambar 2.9 Tablet Fe

67

5. Pemberian imunisasi TT
Untuk melindungi dari tetanus neonatorum. Efek samping
TT yaitu nyeri, kemerah merahan dan bengkak untuk 1 2 hari
pada tempat penyuntikkan. (Elisabeth, 2015)

Gambar 2.10 Suntik TT Ibu Hamil


Tabel 2.2 Imunisasi TT
Imunisasi

Interval

% Perlindungan

Masa Perlindungan

TT 1

Pada kunjungan
ANC pertama
4 minggu setelah
TT 1
6 bulan setelah
TT 2
1 tahun setelah
TT 3
1 tahun setelah
TT 4

0%

Tidak ada

80 %

3 tahun

95 %

5 tahun

99 %

10 tahun

99 %

25 tahun / seumur
hidup

TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

6. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan
Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu
hamil. (Elisabeth, 2015)

68

7. Pemeriksaan protein urine


Untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil.
Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah preeklamsi.
(Elisabeth, 2015)
8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL)
untuk mengetahui adanya treponema pallidum / penyakit menular
seksual, antara lain syphilish. (Elisabeth, 2015)
9. Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu
dengan indikasi penyakit gula / DM atau riwayat penyakit gula pada
keluarga ibu dan suami. (Elisabeth, 2015)
10. Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan
payudara yang ditujukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan
payudara adalah :

Gambar 2.11 Perawatan Payudara


a) Menjaga kebersihan payudara, terutama putting susu

69

b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk putting susu (pada


putting susu terbenam)
c) Merangsang kelenjar kelenjar suhu sehingga produksi ASI
lancar.
d) Mempersiapkan ibi dalam laktasi.
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi
dan mulai pada kehamilan 6 bulan. (Elisabeth, 2015)
11. Senam ibu hamil

Gambar 2.12 Senam Ibu Hamil


Bermanfaat

membantu

ibu

dalam

persalinan

dan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah


sembelit. (Elisabeth, 2015)
12. Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu
hamil didaerah endemic malaria atau kepada ibu dengan gejala khas
malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil. (Elisabeth, 2015)
13. Pemberian kapsul minyak beryodium

70

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh factor factor


lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung unsure yodium.
Akibat kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretin
yang ditandai dengan :
a) Gangguan fungsi mental
b) Gangguan fungsi pendengaran
c) Gangguan pertumbuhan
d) Gangguan kadar hormone yang rendah
14. Temu wicara

Gambar 2.13 Temu Wicara Ibu Hamil


Konseling adalah suatu bentuk wawancara (tatap muka)
untuk menolong orang lain memperoleh pengertian yang lebih baik
mengenai dirinya dalam usahanya untuk memahami dan mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapinya. (Elisabeth, 2015)
Tujuan konseling :
a) Membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan sebagai
upaya preventif terhadap hal hal yang tidak diinginkan

71

b) Membantu ibu hamil untuk menemukan kebuthan asuhan


kehamilan, penolong persalinan yang bersih dan aman atau
tindakan klinik yang mungkin diperlukan. (Ida, 2010)
f. Dasar Teori dengan Kehamilan Serotinus
1. Pengertian
Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur
hamil 42 minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas
(Sulaiman, 2007).
Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat
bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau
280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan
karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai
lama kehamilan dan maturitas janin (Sulaiman, 2007).
Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama
haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata
28 hari (Prawirohardjo, 2011).
2. Etiologi
Menurut

Sarwono

Prawirohardjo

(2008)

faktor

penyebab

kehamilan postterm adalah :


a) Pengaruh Progesteron penurunan hormon progesteron dalam
kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin
yang penting dalam memacu proses biomolekuler pada

72

persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap


oksitosin , sehingga terjadinya kehamilan dan persalinan
postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh
progesteron.
b) Teori Oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai
salah satu faktor penyebabnya.
c) Teori Kortisol / ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan
tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan
mempengaruhi

plasenta

sehingga

produksi

progesteron

berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya


berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus, hipoplasia adrenal
janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan
menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik
sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
d) Saraf Uterus

73

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser


akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana
tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak,
tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya
diduga sebagai penyebabnya.
e) Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seseorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan
untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.
Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah
sebagai berikut :
3. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada persalinan postterm adalah:
a) Terhadap Ibu
Persalinan postterm dapat menyebabkan distosis karena aksi
uterus tidak terkoordinir, janin besar, moulding kepala kurang.
Maka akan sering dijumpai seperti partus lama, kesalahan
letak, inersia uteri, distosia bahu, robekan luas jalan lahir, dan
perdarahan postpartum. Hal ini akan menaikkan angka
mordibitas dan mortalitas (Prawirohardjo, 2006).
b) Terhadap Janin
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga

74

mempunyai risiko asfiksia, hipoksia, hipovolemia, asidosis,


hipoglikemia, hipofungsi adrenal sampai kematian dalam rahim
(Saifuddin, 2002).
4. Penatalaksanaan
Tindakan yang penting dilakukan (Saifuddin, 2002) adalah:
a) Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah
monitoring janin sebaik-baiknya.
b) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan
serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi.
d) Lakukan observasi bila :
1) Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam
rahim.
2) Terdapat hipertensi, pre-eklampsia.
3) Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas.
4) Pada kehamilan > 40-42 minggu.
e) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada.
1) Keadaan plasenta dengan keadaan serviks belum matang.
2) Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan
terjadi gawat janin.

75

3) Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,


pre-eklampsia,

hipertensi

menahun,

anak

berharga

(infertilitas) dan kesalahan letak janin.


f) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus
lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadangkadang besar dan kemungkinan cefalo pelvik diproporsion dan
distosia bahu pada janin perlu dipertimbangkan.
g. Melakukan Asuhan Kehamilan
Asuhan Kehamilan Kunjungan Awal
1. Pengertian
Kunjungan awal kehamilan adalah kunjungan yang dilakukan oleh
ibu hamil ke tempat bidan pada trimester pertama yaitu pada
minggu pertama kehamilan hingga sebelum minggu ke 14.
(Elisabeth, 2015)
2. Tujuan kunjungan
a) Mendapatkan perawatan kehamilan
b) Memperoleh rujukan konseling genetik
c) Menentukan apakah kehamilan akan dilanjutkan atau tidak
d) Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan
e) Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
f) Menentukan status kesehatan ibu dan janin
g) Menentukan kehamilan normal atau abnormal, serta ada atau
tidaknya factor resiko kehamilan

76

h) Menentukan

rencana

pemeriksaan

penatalaksanaan

selanjutnya.
3. Pengkajian data
Sebelum melakukan anamnesa klien, bidan terlebih dahulu
melakukan hal hal berikut menyambut klien dengan seseorang
yang menemani klien, dan memperkenalkan diri kepada klien.
a) Menanyakan identitas
1) Nama istri / suami
2) Umur
Umur : < 20 tahun atau > 35 tahun. Beberapa faktor resiko
dalam kehamilan adalah usia yang terlalu muda dan terlalu
tua (Saifuddin, 2009)
3) Suku / bangsa
Mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki
budaya tertentu. (Elisabeth, 2015)
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
7) Alamat rumah
8) No RM (Rekan medik)
b) Menanyakan keluhan utama klien (KU)
Keluhan utama adalah aasan kenapa klien datang ke tempat
bidan. Untuk mengidentifikasi kompikasi atau kelainan yang

77

dialami pasien dan untuk menetapkan keputusan klinis.


(Elisabeth, 2015)
c) Menanyakan riwayat kehamilan sekarang
1) Menarche (Usia pertama datang haid)
2) Siklus
3) Lamanya
4) Banyaknya
5) Disminorhoe (Nyeri haid)
6) Riwayat kehamilan sekarang
(a) HPHT (Hari pertama haid terakhir)
(b) TP (Taksiran perslinan) / perkiraan persalinan
7) Masalah kehamilan sekarang
8) Berapa kali periksa hamil, tempat periksa hamil
9) Obat obatan yang digunakan
10) Imunisasi TT. (Elisabeth, 2015)
d) Menanyakan riwayat kehamilan yang lalu
1) Jumlah kehamilan (Gravida / G)
2) Jumlah kelahiran (P)
3) Jumlah keguguran (A)
4) Persalinan dengan tindakan (operasi sesar, vakum, forcep)
5) Riwayat komplikasi pada saat persalinan atau pasca
persalinan
6) Riwayat kehamilan tekanan darah tinggi

78

7) Berat lahir bayi < 2,5 atau 4 kg. (Elisabeth, 2015)


e) Menanyakan riwayat kesehatan
1) Penyakit yang pernah atau sedang diderita
2) Apakah pernah dirawat
3) Penyakit pernah dirawat
4) Penyakit menular
5) Penyakit keturunan. (Elisabeth, 2015)
f) Menanyakan riwayat social ekonomi
1) Status pernikahan
Menikah,

usia

pertama

menikah,

lama

pernikahan,

pernikahan yang keberapa


2) Pola nutrisi
Jenis makanan, porsi, frekuensi, pantangan makanan
3) Personal hygiene
Frekuensi mandi, frekuensi gosok gigi, frekuensi ganti
pakaian, kebersihan diri
4) Pola eliminasi
(a) BAB
Frekuensi, warna, bau, keluhan.
(b) BAK
Frekuensi, warna, bau, jumlah, keluhan
5) Pola istirahat
Tidur siang dan tidur malam

79

6) Pola aktifitas
7) Pola seksual
Frekuensi dan keluhan
8) Pola kebiasaan hidup (merokok, minum minuman keras).
(Elisabeth, 2015)
g) Menanyakan riwayat KB
Jenis KB yang pernah digunakan, berapa lama, sejak kapan,
alasan berhenti, keluhan, dan rencana KB yang digunakan
pasca persalinan. (Elisabeth, 2015)
h) Menanyakan tempat untuk persalinan
i) Menanyakan petugas untuk persalinan
j) Menanyakan data psikologis
1) Respon ibu hamil terhadap kehamilan
2) Respon suami terhadap kehamilan
3) Dukungan keluarga terhadap kehamilan
4) Pengambilan keputusan
k) Menanyakan data spiritual
l) Menanyakan data social budaya
Tradisi dan kebiasaan saat kehamilan. (Elisabeth, 2015)
Asuhan Kehamilan Kunjungan Ulang
1. Pengertian
Setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan
antenatal pertama sampai memasuki persalinan (Kusmiyati, 2008)

80

2. Tujuan kunjungan
a. Mendeteksi komplikasi komplikasi
b. Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan
c. Pemeriksaan fisik yang difokuskan pada pendekteksian
komplikasi, mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.
(Elisabeth, 2015)
3. Mengevaluasi penemuan masalah
a. Meninjau data kunjungan pertama
b. Pemeriksaan pada kunjungan ulang
1) Gerakan janin
2) Masalah pada kehamilan dari perdarahan, nyeri kepala,
gangguan penglihatan, bengkak pada muka atau tangan,
gerakan janin yang berkurang, dan nyeri perut yang hebat
3) Keluhan pada kehamilan sperti mual dan muntah, sakit
punggung, sering miksi, kram kaki, dan lain lain.
4) Kekhawatiran seperti cemas dan rasa khawatir. (Elisabeth,
2015)
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum Ibu
2) Janin
a) DJJ normal 120 160 x/menit
b) Ukuran janin dengan menentukan TBJ janin
TBJ : (TFU - (11/12) x 155)

81

c) Letak dan presentasi janin


Palpasi Leopold I - IV : (Mochtar, 2011).
1) Leopold I

: Pada fundus teraba bagian lunak,


kurang bulat dan kurang melenting.

Leopold II

: Teraba bagian panjang dan keras


seperti papan pada sebelah kanan
ibu, dibagian sebaliknya teraba
bagian kecil janin.

Leopold III : Pada SBR, teraba bagian keras, bulat


dan melenting. Bagian ini tidak dapat
digoyangkan.
Leopold IV : Sudah masuk Pintu Atas Panggul
(divergen).
4. Mengevaluasi data dasar
Melakukan evaluasi data dasar yang dipertimbangkan untuk
menegakkan diagnose pada kunjungan pertama dan kunjungan
ulang. (Elisabeth, 2015)
5. Mengevaluasi keefektifan manajemen
Melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah
dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya. Bertujuan agar hal yang
kurang efektif yang dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak
terulang lagi serta memastikan aspek mana yang efektif agar tetap
dipertahankan. (Elisabeth, 2015)

82

2. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejaian fisiologis yang
normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa social yang
ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan
dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan
dukungan pada ibu bersalin (Saiffudin, 2006)

Gambar 2.14 Persalinan


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam
tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono, 1999)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melaui vagina ke dunia luar dengan
presentasi belakang kepala tanpa memakai alat alat atau pertolongan

83

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1999)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin,
2006)
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)
tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontrasi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks. (JNPK-KR, 2007)
b. Tanda dan gejala persalinan
Persalinan patut dicurigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu
keatas, ibu mearasa nyeri abdomen berulang disertai dengan cairan
lendir yang mengandung darah atau show. Agar dapat mendiagnosa
persalinan, bidan harus memastikan perubahan serviks dan kontraksi
yang cukup. (Sumarah, 2008)
1) Perubahan seviks, kepastian persalinan dapat ditentukan hanya jika
serviks progesif menipis dan membuka

84

2) Kontraksi yang cukup / adekuat, kontraksi dianggap adekuat jika :


a) Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit, setiap
kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik
b) Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan
uterus dengan menggunakan jari tangan.
Sangat sulit membedakan anatara persalinan sesungguhnya
dan persalinan semu. Indicator persalinan sesungguhnya ditandai
dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. (Sumarah,
2008)
Tanda tanda persalinan sudah dekat :
1) Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul
yang disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks, ketegangan
dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat
janin sehingga kepala kearah bawah. Masukknya kepala janin ke
pintu atas panggul dirasakan ibu hamil dengan terasa ringan
dibagian atas (rasa sesak mulai berkurang), terjadi kesulitan saat
berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan bagian terendah
janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedang pada
multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu
atas panggul menjelang persalinan.
2) Terjadinya his permulaan. Pada saat hamil muda sering terjadi
kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini dapat dikemukakan

85

sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu.


Kontraksi ini terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen
dan progesterone dan memberikan kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua kehamilan, maka pengeluaran
estrogen dan progesterone makin berkurang, sehingga oksitosin
dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his
palsu. (Sumarah, 2008)
Tanda tanda persalinan
Sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan tanda
tanda sebagai berikut : kekuatan his semakin sering terjadi dan
teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. Dapat terjadi
pengeluaran pervaginam yaitu pengeluaran lendir atau pengeluaran
lendir bercampur darah. Dapat juga disertai ketuban pecah. Pada
pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu : pelunakan
serviks, pendataran serviks dan terjadinya pembukaan serviks.
(Sarwono, 1999)
c. Faktor faktor yang mempengaruhi persalinan
Factor factor penting dalam persalinan adalah : Power seperti HIS,
kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan
mengejan, keteganagn dan kontraksi ligamentum retundum; Pasanger :
Janin dan plasenta; Passage : jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang

86

1) Tenaga (Power)
His / kontraksi uterus adalah kontraksi otot otot uterus dalam
persalinan. Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan
tentu saja hal ini terjadi pada otot polos uterus yaitu miometrium.
Penurunan hormone progesterone yang bersifat menenangkan otot
otot uterus akan mudah disrespon oleh uterus yang teregang
sehingga mudah timbul kontraksi. Akibatnya kontrasi Braxton
Hicks akan meningkat. Peningkatan kontraksi Braxton Hicks pada
akhir kehamilan disebut dengan his pendahuluan / his palsu. Jika his
pendahuluan semakin sering dan semakin kuat maka akan
menyebabkan perubahan pada serviks inilah yang disebut dengan
his persalinan.
Sifat His dalam persalinan :
Ada sifat sifat anatomic yang uniks pada otot miometrium
(dan otot polos lainnya) dibandingkan dengan otot rangka.
Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi menjadi
panjang aslinya setelah berkontraksi, namum menjadi relative
terpaku pada ukuran yang lebih pendek, tetapi tegangannya tetap
sama sperti sebelum kontraksi. Karena semakin memendeknya serat
serat otot setiap kontraksi segmen atas uterus (segmen aktif)
menjadi semakin menebal pada kala I dank ala II persalinan dan
menjadi sangat tebal segera setelah kelahiran bayi. (Yeyeh Ai,
2009)

87

His persalinan menurut faal :


a) His pembukaan, adalah his yang menimbulkan pembukaan dan
serviks. His ini terjadi sampai pembukaan serviks lengkap 10
cm, his ini mulai kuat, teratur dan sakit
b) His penegluaran (his mengedan / his kala II). His sangat kuat,
teratur, simetris, terkoordinasi dan lama. His pengeluaran
berfungsi untuk mengeluarkan janin. Terjadi koordinasi bersama
antra his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament.
c) His pelepasan uri (kala III), kontraksi mulai turun, berfungsi
untuk melepaskan dan mengeluarkan plasenta
d) His pengiring (kala IV) kontraksi bersifat lemah, masih sedkit
nyeri, menyebabkan pengecilan rahim.
Perubahan perubahan akibat his :
a) Perubahan uterus dan serviks, uterus teraba keras / padat karena
kontraksi. Tekanan hidrastatis air ketuban dan tekanan
intrauterine naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan dilatasi.
b) Perubahan pada ibu, rasa nyeri karena anoxia sel sel otot
rahim akibat kontraksi juga ada kemajuan nadi dan tekanan
darah.
c) Perubahan pada janin, pertukaran oksigen pada sirkulasi utero
plasenter berkurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut

88

jantung janin melambat dan kurang jelas didengar karena


adanya iskemia fisiologis. (Yeyeh Ai, 2009)
2) Janin dan Plsenta (Passenger)
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
janin. Posisi dan besar kepala janin dapat mempengaruhi jalnnya
persalinan sehingga dapat memepengaruhi jalannya persalinan
sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupannya janin. Dan
dipengaruhi dari ukuran badan janin dan posur janin dalam rahim.
(Yeyeh Ai, 2009)
Sikap (habitus), menunjukkan hubungan antara bagian
bagian janin dengan sumbu janin, biasanya dengan tulang
punggungnya, janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala,
tulang punggung dan kaki dalam keadaan fleksi, serta lengan
bersilang

didada.

Sikap

janin

bervariasi,

tegantung

pada

presentasinya. (Yeyeh Ai, 2009)


Letak janin adalah hubungan antara sumbu panjang janin
dengan sumbu panjang ibu. Ada kemungkinan pada letak janin
yaitu letak memanjang, letak membujur dan letak miring / oblique.
(Yeyeh Ai, 2009)
Presentasi digunakan untuk menentukan bagian janin yang
ada dibagian bawa rahim yang dapat dijumpai dengan palpasi atau
pemeriksaan dalam. (Yeyeh Ai, 2009)

89

Bagian terbawah janin sama dengan prseentasi hanya


diperjelas istilahnya. Posisi merupakan indicator untuk menetapkan
arah jalan persalinan. (Yeyeh Ai, 2009)
Posisi janin adalah hubungan antara bagian presentasi
(oksiput, sacrum, mentum / dagu, sinsiput. Puncak kepala yang
defeleksi / menengadah) terhadapt empat kuadran panggul ibu.
(Sumarah, 2008)
Engagement menunjukkan bahwa diameter transversa
terbesar bagian prsentasi telah memasuki pintu atas panggul atau
pangul sejati. Pada prsentasi kepala yang fleksi dengan benar,
diameter biparietal merupakan diameter terbesar. Engagement dapat
diketahui melalui pemeriksaan abdomen atau pemeriksaan dalam.
(Sumarah, 2008)

Gambar 2.15 Proses Persalinan

90

3) Jalan Lahir (Passage)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku. Oleh
karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum
persalinan dimulai. (Sumarah, 2008)
Anatomi jalan lahir terdiri atas :
a) Jalan lahir keras / panggul
Bagian keras dibentuk oleh empat buah tulang yaitu :
(1) 2 tulang pangkal paha (os coxae) terdiri dari os ilium,
iscium, dan os pubis
Bagian dari os ilium :
(a) Crista Iliaka
(b) Spina Iliaka Anterior Superior (SIAS)
(c) Spina Iliaka Anterior Inferior (SIAI)
(d) Spina Iliaka Posterior Suuperior (SIPS)
(e) Spina Iliaka Posterior Inferior
(f) Inscisura Ischiadika
(g) Linea Innominata
Bagian Os Ischium / tulang duduk :

91

(a) Spina Ischiadika


(b) Insicura Ischiadika Mayor
(c) Insicura Ischiadika Minor
(d) Tuber Ischiadikum
Bagian Os Pubic / tulang kemaluan :
(a) Foramen Obturatorium
(b) Ramus Superior Ossis Pubis
(c) Ramus Inferior Ossis Pubis
(d) Pecten Ossis Pubis
(e) Arkus Pubis
(f) Tuberculum Pubic
(2) 1 tulang kelangkang (os sacrum)
Bagian Os Sacrum / tulang kelangkang :
(a) Crista Sakralia
(b) Arkus Sakralia
(c) Artikulasio Lumbosacralis
(d) Promontorium
(3) 1 tulang tungging (os cocygis)
Bagian Os Cocygis :
(a) 3 5 ruas ruas tulang dengan bentuk segitiga.
Bidang bidang Hodge :
Bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman
untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh

92

penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam / vagina toucher


(VT). (Sumarah, 2008)
Adapun bidang hodge begai berikut :
(1) Hodge I

: bidang yang setinggi Pintu Atas Panggul


(PAP) yang dibentuk oleh promontorim,
artikulasio sacro-iliaca, sayap sacrm, linea
innominata, ramus superior os pubis, tepi
atas simpisis pubis.

(2) Hodge II

: bidang setinggi pinggir bawah simpisis


pubis behimpit dengan PAP (Hodge I).

(3) Hodge III

: bidang setinggi spina ischiadika berhimpit


dengan PAP (Hodge I)

(4) Hodge IV

: Bidang setinggi ujung os cocygis berhimpit


dengan PAP (Hodge I). (Sumarah, 2008)

Ukuran ukuran Panggul :


(1) Panggul Luar
(a) Distansia Spinarum (Normalnya : 23 26 cm)
(b) Distansia Kristarum (Normalnya : 26 29 cm)
(c) Distansia

Boudeloque

atau

Konjugata

(Normalnya : 18 20 cm)
(d) Lingkar panggul (Normalnya 90 100 cm)

Eksterna

93

(2) Panggul Dalam


(a) Pintu Atas Panggul
(b) Bidang Tengah panggul
(c) Pintu Bawah panggul
Empat Janis panggul dasar dikelompokkan sebagai berikut :
(1) Ginekoid (tipe wanita klasik)
(2) Android (mirip panggul pria)
(3) Anthropoid (mirip panggul kera anthropoid).
(4) Platipeloid (panggul pipih)
Tabel 2.3 Perbandingan Tipe panggul :
Bagian

GINEKOID

ANDROID

ANTROPOID

PLATIPELOID

(50% wanita)

(23% wanita)

(24% wanita)

(3% wanita)

Pintu Atas

Sedikit

Berbentuk hati

Oval

Sisi

Panggul

lonjong atau

bersudut

anteroposterior

anteroposterior

lebih lebar

pipih, kanan

sisi kiri dan


kanan bulat

kiri lebar

Bentuk

Bulat

Hati

Oval

Pipih

Kedalaman

Sedang

Dalam

Dalam

Dangkal

Dinding tepi

Lurus

Kovergen

Lurus

Lurus

Spina

Tumpul, agak

Menonjol,

Menonjol,

Tumpul,

Ischiadika

jauh terpisah

diameter

diameter

terpisah jauh

interspinos

interspinosa

sempit

seringkali
sempit

Sacrum

Dalam,

Sedikit

Sedikit

Sedikit

melengkung

melengkung,

melengkung

melengkung

bagian ujung

94

sering
bengkok
Lengkung

Lebar

Sempit

Sempit

Lebar

Model

Pervaginam

Sesaria

Forcep /

Spontan

persalinan

spontan posisi

pervaginam

spontan

yang biasa

oksipito

sulit, jika

dengan posisi

terjadi

anterior

menggunakan

oksipito

forcep

posterior atau

Subpubis

oksipito
anterior

b) Jalan lahir lunak = segmen bawah rahim / SBR, serviks,


vagina, introitus vagina dan vulva, mukulus dan ligamentum
yang melebungi dindin dalam dan bawah panggul pada bagian
bawah sebagai dasar panggul. Dasar panggul/ diafragma pelvis
terdiri dari bagian otot disebut mukulus levator ani, sedangkan
bagian membrane disebut diafragma uro genital. (Sumarnah,
S.SiT, 2008)
Bagian lunak panggul :
(1) Ligamentum Sacro Iliaca Posterior
(2) Ligamentum Sacro Iliaca Anterior

95

(3) Ligamentum Sacro Spinosum


(4) Ligamentum Sacro Tuberosum
(5) Muskulus Levator Ani
(6) Diafragma Urogenital
(7) Hiatus Urogenitalis. (Sumarnah, S.SiT, 2008)
Perineum
Merupakan daerah yang menutupi Pintu Bawah
Panggul, terdiri dari :
(1) Region Analis
(2) Regio Urogenitalis. (Sumarnah, S.SiT, 2008)
Jaringan lunak sebelum persalinan dimulai uterus terdiri
dari korpus uteri dan serviks uteri. Saat persalinan dimulai
kontraksi uterus menyebabkan korpus uteri berubah menjadi
dua bagian, yakni bagian tas yng tebal dan berotot dan bagian
bawah yang berotot pasif dan berdinding tipis. Segmen bawah
uterus secra bertahap membesar karena mengakomodasi isi
dalam rahim, sedangkan bagian atas menebal dan kapasitas
akomodasinya menurun. Kontraksi korpus uteri menyebabkan
janin tertekan kebawah, terdorong kearah serviks. Serviks
kemudian menipis dan berdilatasi (terbuka) secukupnya
sehingga memungkinkan bagian pertama janin turun memasuki
vagina. Dasar panggul adalah lapisan otot yang memisahkan
rongga panggul bagian atas dari ruang perineum dibawahnya.

96

Struktur ini membantu janin berotasi kearah anterior saat


menuruni

jalan

lahir.

Vagina

kemudian

mengembang,

berdilatasi utnuk mengakomodasi sehingga memungkinkan


janin kedunia luar. (Sumarnah, S.SiT, 2008)
4) Psikologis Ibu Bersalin

Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami


dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
bersalin dan kelahiran. Anjurkan meraka berperan aktif dalam
mendukung dan mendampingi langkah langkah yang mungkin
akan sangat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu
untuk didampingi. (Ai Yeyeh, 2009)
5) Penolong
Penolong persalinan

adalah petugas

kesehatan

yang

mempunya lagalitas dalam menolong persalinan antara lain dokter,


bidan serta mempunyai kompetensi dalam menolong persalinan,
menangani

kegawatdaruratan

diperlukan.

Penolong

serta

persalinan

melakukan
selalu

rujukan

menerapkan

jika
upaya

97

pencegahan infeksi yang dianjurkan termasuk diantaranya cuci


tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung pribadi
serta pendokumentasian alat bekas pakai. (Ai Yeyeh, 2009)
d. Perubahan proses persalinan normal
1) Perubahan Fisik dan Psikologi Kala I
Perubahan Fisik :
a) Perubahan system reproduksi
Kontraksi uterus terjadi kearena adanya rangsangan pada
otot polos uterus dan penurunan hormone progesterone yang
menyebabkan keluarnya hormone oksitosin. Kontraksi uterus
dimulai dan fundus uteri menjalar kebawah, fundus uteri bekerja
kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah, sedangkan
uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segmen
atas rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan
membuka. Segmen Atas Rahim (SAR) terbentuk pada uterus
bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif.
Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang.
SAR terbentuk dri fundus sampai istmus uteri. Segmen Bawah
Rahim (SBR) terbentang diuterus bagian bawah anatara istmus
dengan serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastic, pada
bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
Kerjasama antara uterus bagian atas dan uterus bagian bawah
disebut polaritas. (Sumarah, S.SiT, 2008)

98

Pembukaan

serviks

disebabkan

oleh

karena

membesarnya Ostium Uteri Eksterna (OUE) karena otot


melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. (Sumarah, S.SiT, 2008)
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari
dan sedikit lendir bercampur darah, lendir ini berasal dari
ektruksi

lendir

menyumbat

canalis

servikalis

sepanjang

kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang


lepas. (Sumarah, S.SiT, 2008)
Tonjolan kantong ketuban disebabkan oleh adanya
regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput korion
yang menempel pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan
terlihat kantong berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri
internum yang terbuka. (Sumarah, S.SiT, 2008)
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah lengkap dan
tidak ada tahan lagi, ditambah dengan kontraksi yang kuat serta
desakan janin yang menyebabkan kantong ketuban pecah,
diikuti dengan proses kelahiran bayi. (Sumarah, S.SiT, 2008)
b) Perubahan tekanan darah

99

Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi disertai


peningkatan sistolik rata rata 10 - 20 mmHg dan diastolic rata
rata 5 10 mmHg. Pada waktu waktu diantara kontraksi
tekanan darah kembali ketingkat sebelum persalinan. Dengan
mengubah posisi tubuh dari terlentang ke posisi miring.
Perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari.
Nyeri, rasa takut dan kekhawatiran sapat semakin meningkatkan
tekanan darah. (Ai Yeyeh, 2009)
c) Perubahan metabolisme
Selama persalinan, metabolisme karbohidrat meningkat
dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan
oleh aktfitas otot. Peningkatan aktifitas metabolic terlihat dari
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, denyut
jantung dan cairan yang hilang. (Ai Yeyeh, 2009)
d) Perubahan suhu
Perubahan suhu sediikit meningkat selama persalinan
dan tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Perubahan
suhu dianggap normal bila peningkatan suhu yang tidak lebih
dari 0,5 10 celsius yang mencerminkan peningkatan
metabolisme selama persalinan. (Ai Yeyeh, 2009)
e) Perubahan denyut nadi
Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai
peningkatan selama fase peningkatan, penurunan selama titik

100

puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi


diantara kontraksi dan peningkatan selama fase penurunan
hngga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi. (Ai Yeyeh,
2009)
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama peroide persalinan atau sebelum masuk
persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme
yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik
merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu
dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
(Sumarah S.SiT, 2008)
f) Perubahan pernafasan
Perubahan

frekuensi

pernafasan

normal

selama

persalinan dan mencerminkan peningkatan metaolisme yang


terjadi. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal
dan menyebabkan alkalosis (rasa kesemutan pada ekstermitas
dan perasaan pusing. (Ai Yeyeh, 2009)
g) Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini
dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama
persalinan

dan

kemungkinan

peningkatan

laju

filtrasi

glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang

101

jelas pada posisi terlentang karena posisi ini membuat aliran


urin berkurang selama persalinan. (Ai Yeyeh, 2009)
h) Perubahan pada saluran pencernaan
Kemampuan

pergerakan

gastric

serta

penyerapan

makanan padat berkurang akan menyebabkan pencernaan


hampir berhenti selama persalinan dan menyebabkan kontipasi.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan,
oleh karena itu ibu dianjurkan tidak makan terlalu banyak atau
minum berlebihan, tetapi makan dan minum semaunya untuk
mempertahankan energy dan hidrasi. (Sumarah S.SiT, 2008)
i) Perubahan hematologi
Hb meningkat rata rata 1,2 gr / 100 ml selama
persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari
pertama pasca partum jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat
peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan.
(Varney, 2008)
Perubahan Psikologis :
Beberapa keadaan yang dapat terjadi pada ibu dalam persalinan,
terutama bagi ibu yang pertama kali melahirkan. Peruabahan
perubahan yang dimaksud adalah :
a) Perasaan tidak enak
b) Takut dan ragu ragu akan persalinan yang akan dihadapi.

102

c) Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara


lain apakah persalinan akan berjalan normal.
d) Menganggap persalinan sebagai cobaan
e) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam
menolongnya.
f) Apakah bayinya normal atau tidak
g) Apakah ia sanggup merawat bayinya
h) Ibu merasa cemas (Sumarah, S.SiT, 2008)
2) Perubahan Fisiologis dan Psikologi Kala II
Perubahan Fisiologis :
a) Kontraksi uterus
Dimana kontraksi ini bersifat nyeri yang disebabkan oleh
anoxia dari sel sel otot tekanan pada ganglia dalam serviks dan
Segmen Bawah Rahim (SBR), regangan dari serviks, regangan
dan tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat
kontraksi. Adapun kontraksi yang bersifat berkala dan yang
harus diperhatikan adalah lamanya kontraksi berlangsung 60
90 detik, kekuatan kontraksi, kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan
dinding rahim kedalam, interval antara kedua kontrasi, pada
kala pengeluaran sekali dalam 2 menit. (Ai Yeyeh, 2009)
b) Perubahan perubahan uterus

103

Dalam persalinan perbedaan SAR dan SBR akan tampak


lebih jelas, dimana SAR dibentuk oleh korpus uteri dan bersifat
memegang pernanan aktif (berkontraksi) dan dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan, dengan kata lain
SAR mengadakan suatu kontraksi menjadi tebal dan mendorong
anak keluar. Sedangkan SBR dibentuk oleh istmus uteri yang
sifatnya memegang peranan pasif dan makin tipis dengan
majunya persalinan (disebabkan karena regangan), dengan kata
lain SBR dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi. (Ai
Yeyeh, 2009)
c) Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks kala II ditandai dengan
pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi
bibir portio, Segmen Bawah Rahim (SBR) dan serviks. (Ai
Yeyeh, 2009)
d) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah
terjadi

perubahan

terutama

pada

dasar

panggul

yang

104

diregangkan oleh bagian depan janin sehingga menjadi saluran


yang dinding dindingnya tipis karena suatu regangan dan
kepala sampai vulva, lubang vulva menghadap kedepan atas dan
anus menjadi terbuka, perineum menonjol dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak pada vulva. (Ai Yeyeh, 2009)
e) Perubahan fisik lainnya sama dengan perubahan fisik di kala I
Perubahan Psikologis :
a) Pendampingan keluarga

Selama

proses

persalinan

berlangsung,

ibu

membutuhakn teman dari keluarga. Bisa dilakukan oleh suami,


orang tua, atau kerabat yang disukai oleh ibu. (Sumarah, S.SiT,
2008)
b) Libatkan keluarga
Keterlibatan

keluarga

dalam

asuhan

antara

lain

membantu ibu berganti posisi, teman bicara, melakukan


rangsangan taktil,

memberikan makanan dan minuman,

membantu dalam mengatasi rasa nyeri dengan memijat bagian


lumbal / pinggang belakang. (Sumarah, S.SiT, 2008)

105

c) KIE proses persalinan


Penolong

persalinan

memberi

pengertian

tentang

tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran janin


pada ibu dan keluarga agar ibu tidak cemas menghadapi
persalinan. Mengurangi rasa cemas dengan cara membri
penjelasan tentang prosedur dan maksud dari setiap tindakan
yang akan dilakukan, memberikan kesempatan ibu dan keluarga
untuk bertanya tentang hal yang belum jelas, dan menjelaskan
setiap pertanyaan yang diajukan. (Sumarah, S.SiT, 2008)
d) Dukungan psikologis
Berikan kenyamanan, berusaha menenangkan hati ibu
dalam

menghadapi

dan

menjalani

proses

persalinan.

Memberikan perhatian agar dapat menurunkan rasa tegang


sehingga dapat membantu kelancaran proses persalinan.
(Sumarah, S.SiT, 2008)
e) Membantu ibu memilih posisi
Posisi pada saat meneran tergantung pada keinginan ibu
dalam memilih posisi yang paling nyaman dirasakan ibu.
(Sumarah, S.SiT, 2008)
3) Perubahan Fisiologis dan Psikologi Kala III
Perubahan Fisiologis :
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir

106

ueterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada
fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai pengeluaran darah.
(Sumarah, S.SiT, 2008)
Otot

uterus

(miometrium)

berkontraksi

mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi, penyusutan


ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta. Karena tempat perlekatan plasenta menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan
terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding rahim, setelah
lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam
vagina. (Depkes RI, 2007)
Tanda tanda pelepasan plasenta
a) Perubahan bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid
menjadi globuler akibat dari kontraksi uterus.
b) Semburan darah tiba tiba
c) Tali pusat memanjang
d) Perubahan posisi uterus. Setelah plasenta lepas dan menempati
Segmen Bawah Rahim, maka uterus muncul pada rongga
abdomen. (Sumarah, S.SiT, 2008)
Perubahan Psikologis :

107

a) Ketertarikan ibu pada bayi


Ibu mengamati bayinya, menanyakan apa jenis kelaminnya,
jumlah jari jari dan mulai menyentuh bayi.
b) Perhatian pada dirinya
Bidan perlu menjelaskan kondidi ibu, perlu penjahitan atau
tidak, bimbingan tentang kelanjutan tindakan dan perawatan ibu.
c) Tertarik plasenta
Bidan menjelaskan kondisi plasenta, lahir lengkap atau tidak.
4) Perubahan Fisiologis dan Psikologi kala IV
Perubahan fisiologis :
Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai
dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal hal yang perlu diperhatikan
adalah kontraksi uterus sampau uterus kembali kebentuk normal.
Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil
(masase) untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat.

Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak
ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar benar dijamin
tidak terjadi perdarahan berlanjut.
Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan
berakhir 2 jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling penting
untuk mencegah kematian ibu terutama kematian disebabkan
perdarahan. Selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15

108

menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan. (Ai Yeyeh, 2009)
Perubahan Psikologis :
a) Bounding Attachment
Bounding attachment merupakan peningkatan tali kasih
dan keterikatan ikatan batin antara orang tua dan bayi.
Manfaatnya adalah bayi merasa dicintai an diperhatikan, bayi
merasa aman karena mendapat dekapan dari ibunya, merupakan
awal dalam menciptakan dasar dasar kepribadian yang positif,
contoh : perasaan besar hati dan sikap positif terhadap orang
lain. (Ai Yeyeh, 2009)

b) Rawat gabung
Rawat gabung (rooming in) adalah penempatan buaian
bayi baru lahir dalam satu kamar dengan ibunya, biasanya
disamping tempat tidur ibunya hal ini dimaksudkan untuk
memungkinkan ibu memelihara anaknya dan menguntukan
kasih sayang ibu dan anak akan terjalin membuat ibu lebih
pandai memelihara anaknya jika keluar dari tempat bersalin.

109

Tujuan salat satunya agar ibu mempunyai pengalaman dalam


merawat bayinya sendiri selagi ibu masih dirumah sakit, dan ibu
dapat kehangatan emosional / batin karena selalu kontak dengan
bayinya. (Ai Yeyeh, 2009)

e. Penatalaksanaan dalam proses persalinan (Pakai langkah langkah


dalam APN)
1. Mengamati tanda gejala Kala II.
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasakan tekanan
pada rektum dan vagina, perineum meonjol, vulva tampak
membuka.
2. Memastikan kelengkapan alat, mematahkan ampul oksitosin 1
ampul dan menempatkan spuit 3cc steril kedalam partus set.
3. Memakai APD
4. Melepas semua perhiasan yang dipakai, mencuci tangan dan
mengeringkan dengan handuk bersih.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan yang melakukan
pemeriksaan dalam.

110

6. Memasukkan oksitosin kedalam spuit 3cc


7. Melakukan vulva hygiene
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan lengkap, bila
selaput ketuban belum

pecah, pembukaan

sudah lengkap,

melakukan amniotomi.
9. Membuka sarung tangan dan buka secara terbalik rendam dalam
larutan klorin.
10. Memeriksa DJJ untuk memastikan dalam batas normal (120 x
160x/menit ).
11. Memberitahu ibu dan keluarga pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
pastikan ibu merasa nyaman ).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran. Jika bayi belum lahir / kelahiran bayi belum akan
terjadi, segera dalam waktu 2 jam meneran untuk ibu primipara, 1
jam untuk ibu multipara.
14. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran anjurkan ibu untuk
berjalan / berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk menegringkan bayi.

111

16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18. Memakai handsoon steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi, lahirnya kepala. Saat kepala bayi
membuka vulva dengan diameter 5 6cm, lindungi perineum
dengan satu tangan. Letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan
dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat kepala
bayi.
20. Memeriksa lilitan tali pusat, jika lilitan longgar bebaskan melalui
kepala, jika lilitan ketat diklem di dua tempat lalu dipotong.
21. Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Dengan lembut tarik kearah bawah unmtuk melahirkan bahu depan,
tarik lembut keatas untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan geser tangan untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24. Penelusuran tangan berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan
kaki pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing masing mata kaki ( masukkan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing masing mata kaki dengan ibu jari dan dua
jari lainnya ) letakkan bayi diatas perut ibu.

112

25. Lakukan penilaian sepintas pada bayi baru lahir :


a. Apakah bayi lahir cukup bulan ?
b. Apakah ketuban bercampur mekoneum ?
c. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan ?
d. Apakah bayi bergerak aktif ?
e. Apakah tonus otot baik ?
Jika salah satu jawabannya tidak lakukan Langkah Awal
Resusitasi jika Iya lanjutkan penatalaksanaan aktif kala III
26. Keringkan tubuh bayin mulai dari muka, kepala dan seluruh tubuh.
Ganti kain yang basah dengan kain yang baru.
27. Periksa kembali uterus pastikan janin tunggal
28. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik
29. Dalam waktu 1 menit suntik oksitosin 10 IU IM
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira
kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal ibu
dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
32. Meletakkan bayi diatas dada ibu agar ada kontak ibu dan anak.
Letakkan bayi tengkurap, luruskan bahu bayi sampai menempel
kedada ibu. Usahakan kepala bayi berada diatas payudara ibu
dengan posisi lebih rendah.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat.
34. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5 -10 cm dari vulva

113

35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diatas perut ibu tepat
diatas tulang pubis dan menggunakan tangan lain untuk melakukan
palpasi, dan menstabilkan uterus.
36. Menunggu uterus berkontraksi, melakukan peregangan kearah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan
uterus kearah atas dan belakang (dorso cranial). Jika plasenta tidak
lahir setelah 30 40 detik, menghentikan peregangan tali pusat dan
menunggu hingga kontraksi berikut mulai dan lakukan rasangan
stimulasi putting susu.
37. Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian keatas mengikuti
kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada
uterus. Jika plasenta tidak lepas selama 15 menit lakukan pemberian
oksitosin 10 IU yang kedua.
38. Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dengan dua tangan dan dengan hati hati memutar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan
selaput ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan
massase uterus, meletakkan telapak tangan kanan difundus dan

114

melakukan massase dengan gerakan melingkar searah jarum jam


dengan lembut hingga uterus berkontraksi.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban
lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta dalam tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Melakuksn

prosedur

pasca

persalinan,

memastikan

uterus

berkontraksi dengan baik dan tidak ada perdarahan pervaginam.


43. Biarkan bayi satu jam didada ibu.
44. Setelah satu jam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotik, salep mata, injeksi Vit. K secara IM dipaha kiri.
45. Setelah satu jam pemebrian Vit. K, berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan.
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
a. 2 3 kali dalam 15 menit pertama
b. Setiap 15 menit pada jam pertama
c. Setiap 30 menit pada jam kedua
47. Mengajarkan ibu / keluarga melakukan massase uterus
48. Mengevaluasi estimasi jumlah perdarahan
49. Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, dan kandung kemih setiap 15
menit pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua.

115

50. Periksa kembali bayi, pastikan bayi bernafas normal 40


60x/menit. Suhu tubuh ( 36,50C 37,50C ) jika bayi sulit bernafas
atau merintih segera rujuk, jika bayi dingin pastikan ruangan
hangat.
51. Tempatkan semua peralatan didalam larutann klorin dan rendam
selama 10 menit
52. Membuang bahan bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan membantu
ibu memakai pakaian yang bersih.
54. Pastikan ibu nyaman, bantu ibu memberikan ASI, anjurkan keluarga
untuk memberi minum dan makanan yang diinginkan.
55. Bersihkan tempat tidur pasca persalinan dengan larutan klorin dan
bilas dengan air bersih.
56. Celup sarung tangan kedalam larutan klorin buka secara terbalik.
57. Mencuci tangan, mengeringkan dengan handuk bersih.
58. Melengkapi partograf.
f. Cantumkan teori persalinan sesuai kasus yang didapat

116

3. Bayi Baru Lahir


a. Pengertian Bayi Baru Lahir (BBL)
Menurut Saifuddin (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran.
Menurut Donna L. Wong (2003) bayi baru lahir adalah bayi dari
lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38
42 minggu.

Menurut Dep. Kes RI (2005) bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan
berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim (2007) bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Definisi neonates normal adalah neonates yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500
gram sampai dengan 4000 gram. (Dwi, 2011)
b. Perubahan fisiologis bayi baru lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonates dari kehidupan didalam uterus. Kemampuan

117

adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan didalam uterus ke


kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaaptasi fisiologis ini disebut
juga homeostatis. (Marmi, 2014)
1) System Pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru paru bayi. Pernafasan pertama pada bayi
normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.
(Marmi, 2014)
Table. Perkembangan Sistem Pulmoner
Umur
Kehamilan

Perkembangan

24 hari

Bakal paru paru terbentuk

26 28 hari

Dua bronchi membesar

6 minggu

Dibentuk segmen bronkus

12 minggu

Deferensiasi lobus

16 minggu

Dibentuk bronkiolus

24 minggu

Dibentuk alveolus

28 minggu

Dibentuk surfaktan
Maturasi struktur (paru paru dapat

34 36 minggu

mengembangkan system alveoli dan tidak


menipis lagi)

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami


penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang
dengan tiba tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini
menyebabkan cairan yang ada didalam paru paru hilang karena

118

terdorong ke bagian perifer paru untuk kemudian di absorbs, karena


testimulus oleh sensor kimia, suhu serta mekanis akhirnya bayi
memulai aktivasi napas untuk pertama kali. (Marmi, 2014)
Tekanan intrathoraks yang negative disertai dengan aktivasi
napas yang pertama memungkinkan adanya udara masuk kedalam
paru paru. Setelah beberapa kali napas pertama, udara dari luar
mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua
alveolus mengembang karena terisi udara. (Marmi, 2014)
Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir
pervaginam mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah cairan
yang ada di paru paru (paru paru pada bayi yang normal cukup
bulan mengandungg 80 100 ml cairan) sehingga sesudah bayi
lahit cairan yang hilang diganti dengan udara, paru paru
berkembang dan rongga dada kembali pada bentuk semula. (Marmi,
2014)

2) Jantung dan Sirkulasi darah


a) Peredaran darah janin
Didalam rahim darah yang kaya oksigen dan nutrisi
berasal dari plasenta masuk kedalam tubuh janin melalui
plasenta umbilicalis, sebagian masuk vena kafa inferior melalui
duktus venosus arantii. Darah dari vena cava inferior masuk ke
atrium kanan dan bercampur dengan darah dari vena cava

119

superior. Darah dari atrium kanan sebagian melalui foramen


ovale masuk ke atrium kiri bercampur dengan darah yang
berasal dari vena pulmunalis. Darah dari atrium kiri selanjutnya
ke ventrikel kiri yang kemudian akan dipompakan ke aorta,
selanjutnya melalui arteri koronaria darah mengalir ke bagian
kepala, ekstremitas kanan dan ekstremitas kiri. (Marmi, 2014)
Sebagian kecil darah yang berasal dari atrium kanan
mengalir ke ventrikel kanan bersama sama dengan darah yang
berasal dari vena kava superior, karena tekanan dari paru paru
belum berkembang maka sebagian besar dari ventrikel kanan
yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh, sebagian kecil
mengalir ke paru paru dan selanjutnya ke atrium kiri melalui
vena pulmonalis. (Marmi, 2014)
b) Peredaran darah neonatus
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di
klem. Tindakan ini menyebabkan suplai oksigen ke plasenta
menjadi tidak ada dan menyebabkan serangkaian reaksi
selanjutnya. (Marmi, 2014)
Karena tali pusat di klem, system bertekanan rendah
yang berada pada unit janin plasenta terputus sehingga berubah
menjadi system sirkulasi tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri
sendiri. (Marmi, 2014)

120

Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi


sistemik dan menurun dalam sirkulasi paru yang menyebabkan
perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan akibat
peningkatan aliran darah disisi kiri jantung menyebabkan
foramen ovale tertutup, duktus arteriousus yang mengelirkan
darah teroksigenasi ke otak janin kini tak lagi di erlukan. Darah
yang tidak kaya akan oksigen masuk ke jantung bayi menjadi
teroksigenasi sepenuhya didalam paru, kemudian dipompakan
keseluruh bagian tubuh. (Marmi, 2014)
3) Saluran Pencernaan
Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan
pada neonates relative lebih berat dan panjang dibandingkan orang
dewasa. Pada masa neonates, traktus digestivus mengandung zat
zat yang berwana hitam kehijauan yang terdiri dari muko poli
sakarida dan disebut mekonium. Pada masa neonates saluran
pencernaan mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh
empat jam pertama berupa mekonium (zat yang berwarna hitam
kehijauan). (Marmi, 2014)
Adapun adaptasi pada saluran pencernaan adalah :
a) Pada hari ke 10 kapasitas lambung menjadi 100 cc.
b) Enzim bersedia untuk mengkatalisis protein dan karbohidrat
sederhana yaitu monosacarida dan disacarida.

121

c) Difesiensi lifase pada pancreas menyebabkan terbatasnya


absorbs lemak sehingga kemampuan bayi untuk mencerna
lemak belum matang, maka susu formula sebaiknya tidak
diberikan pada bayi baru lahir.
d) Kelenjar lidah berfungsi saat lahir tetapi kebanyakan tidak
mengeluarkan ludah sampai usia bayi 2 3 bulan. (Marmi,
2014)
4) Hepar
Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir
masih dalam keadaan imatur (belum matang), hal ini dibuktikan
dengan

ketidakseimbangan

hepar

untuk

meniadakan

bekas

penghancuran dalam peredaran darah. (Marmi, 2014)


Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis, yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan lemak dan
glikogen. Sel sel hemoportik juga milai berkurang, walaupun
memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada
waktu bayi baru lahir, daya ditoksifikasi hati pada neonates juga
belum sempurna. (Marmi, 2014)
5) Metabolisme
Luas pemukaan tubuh neonates, relative lebih luas dari
tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per kg BB akan
lebih besar. Pada jam jam pertama energy di dapatkan dari
pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energy berasal dari

122

pembakaran lemak. Setelah menadapat susu kurang lebih pada hari


keenam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60 % didapatkan dari
lemak dan 40 % dari karbohidrat. (Marmi, 2014)
Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam
jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenesis), hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan
glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa sebgai glikogen terutama dalam hati selama bulan bulan
terakhir kehidupan dalam rahim. (Marmi, 2014)
6) Produksi Panas (Suhu Tubuh)
Bayi

baru

lahir

mempunyai

kecenderungan

untuk

mengalami stress fisik akibat perubahan suhu di luar uterus.


Fluktuasi (naik turunya) suhu didalam uterus minimal, rentang
maksimal hanya 0,6 derajat C berbeda dengan kondisi diluar uterus.
(Marmi, 2014)
Tiga factor yang paling berperan dalam kehilangan panas
tubuh bayi.
a) Luasnya permukaan tubuh bayi
b) Pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum berfungsi secara
sempurna
c) Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan
panas.

123

Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa


mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang
kedinginan
Pembentukan

untuk
suhu

mendapatkan
tanpa

kembali

menggigil

ini

panas

tubuhnya.

merupakan

hasil

penggunaan lemak coklat yang terdapat diseluruh tubuh, mereka


mampu meningkatkan panas tubuh samapi 100 %. (Marmi, 2014)
Berikut ini merupakan penjelasan lengkap tentang empat
mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru
lahir.
a) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda disekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi. (Pemindahan panas
dari tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung).
Contohnya ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan
penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan
stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang tergantung pada kecepatan dan suhu
udara). Contohnya ialah membiarkan atau menempatkan bayi
baru lahir dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan
yang terpasang kipas angin.
c) Radiasi

124

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke


lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antar dua
objek yang mempunyai suhu berbeda). Contohnya ialah bayi
baru lahir dibiarkan dalam ruangan dengan Air Conditioner
(AC) tenpa diberikan pemanas (Radiant Warmer), bayi baru
lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan
berdekatan dengan ruagan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan
cara merubah cairan menjadi uap). Untuk mengurangi
kehilangan panas tersebut ditanggulangi dengan mengatur suhu
lingkungan, membungkus badan bayi dengan kain hangat,
disimpan ditempat ditidur yang sudah dihangatkan atau
dimasukkan sementara ke dalam incubator, mengeringkan bayi
secra seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain
bersih, kering dan hangat, menutup bagian kepala bayi,
menganjurkan ib untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
(Marmi, 2014)
7) Kelenjar Endokrin
Selama daalm uterus, janin mendapatkan hormone dari
ibunya. Pada neonates kadang kadang hormone yang didapatkan
dari ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya

125

pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki laki ataupun


perempuan, kadang kadanag adanya pengeluaran darah dari
vagina yang menyerupai haid pada bayi perempuan. (Marmi, 2014)
Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila
dibandingkan dengan orang deawasa. Kelenjar tiroid sudah
sempurna terbentuk sewaktu lahir dan mulai berfungsi sejak
beberapa bulan sebelum lahir. (Marmi, 2014)
8) Keseimbangan cairan dan fungsi ginjal
Pada neonatus fungsi ginjal belum sempurna. Hal ini karena:
a) Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa.
b) Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal
c) Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatus relative
kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah
ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus, kondisi ini
mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air. Bayi baru
lahir mengsekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan,
yaitu hanya 30 60 ml. (Marmi, 2014)
9) Keseimbangan Asam Basa
Derajat kesamaan (pH) darah pada waktu lahir rendah,
karena glikolisis anaerobic. Dalam 24 jam neonatus telah
mengkompensi asidosis. (Marmi, 2014)

126

10) Susunan Saraf


System neurologis bayi secra anatomic atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan
gerakan tidak terkoodinasi, pengaturan suhu yang labil, control otot
yang buruk, mudah terkejut, dan tromor pada ekstremitas.
Perkembangan neonatus terjadi cepat : sewaktu bayi tumbuh,
perilaku yang lebih kompleks (misalnya control kepala, tersenyum
dan meraih dengan tujuan) akan berkembag. Reflek bayi baru lahir
merupakan indicator penting perkembangan normal. (Marmi, 2014)
11) Imunologi
Pada neonatus hanya terdapat immunoglobulin gamma G,
dibentuk

dalam

bulan

ke

dua

setelah

bayi

dilahirkan,

immunoglobulin gamma G pada janin berasal dari ibunya melaui


plasenta. (Marmi, 2014)
System imunitas bayi baru lahir masih belum matang,
sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi. System imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan aterem terdiri
dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau
meminimalkan infeksi. (Marmi, 2014)
Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan
tidak memadai, oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini

127

terutama kolostrum) dan deteksi dini infeksi menjadi sangat


penting. (Marmi, 2014)
c. Tanda tanda bayi baru lahir normal

Gambar 2.21 Pemeriksaan bari baru lahir normal


1) Berat badan 2500 4000 gram
2) Panjang badan 48 52 cm
3) Lingkar dada 30 38 cm
4) Lingkar kepala 33 35 cm
5) Frekuensi jantung 120 160 kali / menit
6) Penafasan 40 60 kali / menit
7) Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna
9) Kuku agak panjang dan lemas
10) Genetalia
a) Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora
b) Laki laki testis sudah turun, skrotum sudah ada
11) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek morrow atau gerak memeluk bilah dikagetkan sudah baik

128

13) Reflek graps atau menggenggam sudah baik


14) Eliminasi baik, mekoneum akan keluar dalam 24 jam pertama,
mekoneum berwarna hitam kecoklatan. (Marmi, 2014)
d. Tanda tanda bayi baru lahir tidak normal
1) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali / menit
2) Terlalu hangat (> 380C) atau terlalu dingin (< 360C)
3) Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar
4) Hisapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, mengantuk
berlebihan
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah.
6) Tanda tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah,
bengkak, bau busuk, keluar cairan, pernafasan sulit
7) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek /
encer, sering berwarna hijau, ada lendir atau darah
8) Meninggil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus. (Dwi, 2011)
e. Penatalaksanaan bayi baru lahir
Pengkajian fisik bayi baru lahir (BBL)
Pengkajian pada bayi baru lahir dapat dilakukan segera setelah
lahir yaitu untuk mengkaji penyesuaian bayi dari kehidupan intrauterine
ke ekstrauterine. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan fisik secara

lengkap untuk mengetahui normalitas dan mendeteksi adanya


penyimpangan. (Dwi, 2011)

129

1) Pengkajian segera BBL


a) Penilaian awal
Nilai kondisi bayi
(1) Apakah bayi menangis kuat / bernafas tanpa kesulitan?
(2) Apakah bayi bergerak dengan aktif / lemas?
Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat / biru?
Tabel 2.5 APGAR score
TANDA

Appearance

Biru, pucat

Badan pucat,

Semuanya

tungkai biru

merah muda

Pulse

Tidak teraba

< 100 x/i

>100 x/i

Grimace

Tidak ada

Lambat

Menangis kuat

Activity

Lemas /

Gerakan sedikit /

Aktif / fleksi

lumpuh

fleksi tungkai

tungkai baik /
reaksi
melawan

Respiratory

Tidak ada

Lambat, tidak

Baik,

teratur

menangis kuat

Dilakukan pada
(1) 1 menit kelahiran yaitu memberi kesempatan pada bayi
untuk memulai penafasan.
(2) Menit ke 5
(3) Menit ke 10, penilaian dapat dilakukan lebih sering jika
ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
b) Pengkajian fisik bayi baru lahir
(1) Pemeriksaan kepala

130

(2) Pemeriksaan leher


(3) Thorak
(4) Abdomen
(5) Genetalia
(6) Anus
(7) Tulang belakang
(8) Ekstremitas atas dan bawah. (Dwi, 2011)
2) Asuhan segera bayi baru lahir
a) Membersihkan jalan nafas
b) Perawatan tali pusat
c) Mempertahankan suhu tubuh
d) Pencegahan infeksi. (Dwi, 2011)
4. Nifas
a. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira kira 6 minggu. Wanita
yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Puerperium (nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
(Eny, 2009)

131

Masa nifas adalah masa segera setelah kelahiran sampai 6


minggu. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (Yeyeh Ai, 2013)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti pra
hamil. Lama masa nifas ini 6 8 minggu ini. (Eny, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada
batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek
darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari.
(Eny, 2009)
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan
secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
(Eny, 2009)
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60%
kematian ibu akibat kehamilan yang terjadi dalam 24 jam pertama.
(Eny, 2009)
Masa neonates merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan

132

pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas
dapat mencegah beberapa kematian ini. (Eny, 2009)
Tujuan Asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu :
1) Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak. (Eny, 2009)
2) Tujuan Khusus
Selama

bidan

memberikan

asuhan

sebaiknya

bidan

mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas,
tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa antara lain untuk:
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik mapun psikologis
dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat
penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka
kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga
b) Melaksanakan skrining

yang komprehensif

(menyeluruh)

dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan


pada ibu nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian data
subjektif, objektif maupun penunjang.
c) Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus
menganalisa data tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini
dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.
d) Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi paa ibu
maupunbayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan

133

dapat langsung masuk ke langkah berikutnya sehingga tujuan


diatas dapat dilaksanakan.
e) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat; memberikan
pelayanan keluarga berencana. (Saifuddin, 2006)
c. Perubahan perubahan fisiologis masa nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi
a) Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. (Yeyeh Ai, 2013)
(1) Pengertian
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot polos
tertentu. (Eny, 2009)
(2) Proses involusi uteri
Peningkatan

kadar

estrogen

dan

progesterone

bertanggung jawab untuk pertumbuhan massif uterus selama


masa hamil. Pertumbuhan uterus pada masa prenatal
tergantung pada hyperplasia, peningkatan jumlah sel sel

134

otot dan hipertropi, yaitu pembesaran sel sel yang sudah


ada. Pada masa post partum penurunan kadar hormone
hormone ini menyebabkan terjadinya Autolisis.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
(a) Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri
yang terjadi didalan otot uterine.
(b) Atrofi jaringan : jaringan yang berpoliferasi dengan
adanya

estrogen

dalam

jumlah

besar,

kemudian

mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian


produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
(c) Efek ksitosin (kontraksi) : hormone oksitosin yang
dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan
membantu proses hemostatis. Kontraksi dan retraksi otot
uterine akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses
ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (Eny,
2009)
(3) Bagian Bekas Implantasi Plasenta
(a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir
seluas 12 x 5 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh
darah besar bermuara

135

(b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis


disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi
otot rahim.
(c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada
minggu ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas
sebesar 2 cm.
(d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lokia.
(e) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka
dan lapisan basalis endometrium.
(f) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu postpartum.

(4) Perubahan perubahan normal pada uterus selama


postpartum
Tabel 2.6 TFU Post partum
No

Waktu Involusi

Tinggi Fundus Uteri

Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari bawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpfisis

500 gram

2 minggu

Tidak teraba diatas simfisis

350 gram

6 minggu

Bertambah kecil

50 gram

8 minggu

Sebesar normal

30 gram

Sumber : Yeyeh Ai, 2013

136

b) Perubahan Kelenjar Mamae


c) Perubahan di Serviks dan Segmen Bawah Rahim
Segera setelah selesainya kala III persalinan, seviks dan
segemn bawah uteri menjadi struktur yang tips, kolaps, dan
kendur. Mulut serviks mengecil perlahan lahan. Selama
beberapa hari, segera setelah persalinan, mulutnya dengan
mudah dapat dimasuki dua jari, tetapi pada akhir minggu
pertama telah menjadi demikian sempit sehingga sulit untuk
memasukkan satu jari. (Yeyeh Ai, 2013)
Setelah kelahiran, miometrium segmen bawah uterus
yang sangat menipis berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus
uteri. (Yeyeh Ai, 2013)
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek,
kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini
disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks
uteri berbentuk cincin. (Yeyeh Ai, 2013)
d) Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva

dan

vagina

mengalami

penekanan

serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi,


dan dalam beberapa hari pertama sesdudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan
pintu keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk

137

lorong berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara


perlahan lahan mengecil tetapi jarang kembali keukuran
nullipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara
berangsur angsur akan muncul kembali sementara labia jadi
lebih menonjol. (Yeyeh Ai, 2013)
Lokhea
Lokhea adalah cairan secret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina selama masa nifas. Lokhea mampunyai bau
amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda pada setiap wanita. Lokhea biasanya berlangsung
kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin, namun
penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lokhea menetap
hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut hingga 56
hari setelah bersalin. Lokhe juga mengalami perubahan karena
proses involusi. (Yeyeh Ai, 2013)
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas
dan mepunyai reaksi basa / alkalis yang membuat organism
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. (Yeyeh Ai, 2013)
Pengeluaran lokhea dapat dibagi menjadi lokhea rubra,
sanguinolenta, serosa dan alba. Perbedaan masing masing
lokea dapat dilihat sebagai berikut :

138

(1) Lokhea Rubra (Cruenta), muncul pada hari 1- 2 pasa


persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa
sisa selaput ketuban, jaringan dari desidua, verniks caseosa,
lanugo, dan mekoneum
(2) Lokhea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3 7 pasca
persalinan, berwarna merah kuning, dann berisi darah
lendir.
(3) Lokhea Serosa, muncul pada hari ke 7 14 pasca
persalinan, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak
serum, lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
(4) Lokhea Alba, muncul sejak 2 6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
(5) Lokhea Purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah dan berbau busuk.
(6) Lochiostatis, lokhea yang tidak lancar keluarnya.
Umumnya jumlah lokhea lebih sedikit bila wanita
postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini
terjadi akibat pembuangan bersatu divagina bagian atas saat
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir
keluar saat berdiri. Total jumlah rata rata pengeluaran lokhea
sekitar 240 hingga 270 ml. (Yeyeh Ai, 2013)

139

2) Perubahan Sistem Pencernaan


Kerapkali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian
bawah sering kosong jika sebelum melahirkan. (Yeyeh Ai, 2013)
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada system
pencernaan, antara lain :

a) Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan. Pemulihan nafsu
makan diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali
normal.

Meskipun

kadar

progesterone

menurun

setelah

melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama


satu atau dua hari. (Yeyeh Ai, 2013)
b) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. (Yeyeh
Ai, 2013)
c) Pengosongan Usus

140

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal


ini disebabkan tonus otos usus menurun selama proses
persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum
persalinan,

enema

sebelum

melahirkan,

kurang

makan,

hehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. System


pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali
normal. (Yeyeh Ai, 2013)

3) Perubahan Sistem Perkemihan


Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan
intravesika. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu
12 36 jam sesudah melahirkan. (Yeyeh Ai, 2013)
Pada masa hamil, penurunan hormonal yaitu kadar steroid
tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya,
pada

pasca

melahirkan

kadar

steroid

menurun

sehingga

menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali


normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. (Yeyeh
Ai, 2013)
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak
menganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Bila
wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam

141

pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera


dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak
dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila
jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses
urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam
kemudian, bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien
diharapkan dapat berkemih seperti biasa. (Yeyeh Ai, 2013)

4) Perubahan Sistem Musculoskeletal / Diastasis Rectie Abdominis


System muskuluskeletal pada ibu selama masa pemulihan /
post

partum

termasuk

penyebab

relaksasi

dan

kemudian

hipermobilitas sendi serta perubahan pada pusat gravitasi. (Yeyeh


Ai, 2013)
Adaptasi

system

muskuluskeletal

ibu

yang

terjadi

mencangkup hal hal yang dapat membantu relaksasi dan


hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada
minggu ke 6 samapai ke 8 setelah melahirkan. (Yeyeh Ai, 2013)
5) Perubahan Tanda tanda Vital
Pada masa nifas, tanda tanda vital yang harus dikaji antara
lain :
a) Suhu badan

142

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat


celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih
0,5 derajat celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan
ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke 4 post
partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada
pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak,
maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, astitis, traktus
genetalis atupun system lain. Apabila kenaikan suhu diatas 38
derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum. (Yeyeh
Ai, 2013)
b) Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali
karena partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang
berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100 x/menit selama masa
nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau
haemoragic post partum. Pada minggu ke 8 samapai ke 10
setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil. (Yeyeh Ai, 2013)
c) Tekanan Darah
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik anatara
90 120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg. Pasca melahirkan
pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidah berubah.

143

Perubahan

tekanan

darah

menjadi

lebih

rendah

pasca

melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan


tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda
terjadinya preeklamsia post partum. (Yeyeh Ai, 2013)
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah
16 24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya
pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam
keadaan pemulihan atau dalam konsisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Bila suhu, nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda tanda syok.
(Yeyeh Ai, 2013)
6) Perubahan Sistem Kardiovaskular
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin kembali normal
pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurnan yang
sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih
tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan
darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan
penekanan pada ambulasi dini. (Yeyeh Ai, 2013)

144

Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar 300 400


cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio cesarean
menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume
darah

dan

hemokonsentrasi.

Pada

persalinan

pervaginam,

hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio cesarean,


hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4 6
minggu. (Yeyeh Ai, 2013)
Volume darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordial.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sedia kala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai
kelima post partum. (Yeyeh Ai, 2013)
7) Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada system endokrin. Hormone hormone yang berperan pada
proses tersebut, antara lain :
a) Hormone Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormone
yang diproduksi oleh plasenta hormone plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta
(human Placental Lactogen) menyebabkan kadar gula darah
menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin

145

(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam


3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. (Yeyeh Ai,
2013)
b) Hormone Pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH, dan
LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
Hormone prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi. (Yeyeh Ai, 2013)
c) Hipotalamus Hormon Pituitary Ovarium
Hipotalamus, pituitary, dan ovarium akan mempengaruhi
lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui
maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan
45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan wanita
yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar
40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24
minggu. (Yeyeh Ai, 2013)
d) Hormon Oksitosin

146

Hormone oksitosin disekresikan dari kelenjar otak


bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan memepertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang prosuksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat
membantu involusi uteri. (Yeyeh Ai, 2013)
e) Hormon Estrogen dan Progesterone
Volume

darah

normal

selama

kehamilan,

akan

meningkat. Hormone estrogen yang tinggi memperbesar


hormone anti diuretic yang dapat meningkatkan volume darah.
Sedangkan hormone progesterone mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus,
dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
(Yeyeh Ai, 2013)
8) Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume
plasma daripada sel darah, penurunan plasma ditambah peningkatan
sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan
Hematokir, dan Haemoglobin pada hari ketiga samapi tujuh hari
setelah persalinan. (Yeyeh Ai, 2013)

147

Pada minggu minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan


plasma serta factor factor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit
menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan
viskositas sehingga meningkakkan factor pembekuan darah. (Yeyeh
Ai, 2013)
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah ubah. Tingkatan
ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2
persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal,
maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah. (Yeyeh Ai, 2013)
d. Perubahan perubahan psikologis masa nifas
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan
gejala gejala psikitrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun
demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan
psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang
hal hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami perubahan emosi
selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
(Eny, 2009)

148

Gambar 2.22 Penyesuaian untuk menjadi seorang ibu


Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu pertama setelah
melahirkan, banyak wanita yang menunjukkan gejala gejala
psikologis, terutma gejala depresi dari ringan sampai berat serta gejala
gejala neurosis traumatic. Berikut beberapa factor yang berperan antara
lain, ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil, struktur perorangan
yang tidak normal sebelumnya, riwayat obstetric (kandungan)
abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat, dan riwayat
penyakit lainnya.
1) Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
a) Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman

selama

proses

persalinan

sering

berulang

diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk


mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal
ini

membuat

ibu

cenderung

menjadi

pasif

terhadap

lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami

149

dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu


diperhatikan

pemberian

ekstra

makanan

untuk

proses

pemulihannya. Disamping nafsu makan ibu memang meningkat.


(Eny, 2009)
b) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3 10 hari setelah
melahirkan. Pada fase taking hold., ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat bayi.
Setelah itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati hati. Oleh karena
itu ibu memerlukan dukungan karena saat ii merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya
diri. (Eny, 2009)
c) Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase
ini. (Eny, 2009)
e. Tanda bahaya masa nifas
1) Perdarahan Pervaginam

150

Definisi perdarahan pervaginam 500 ml atau lebih, sesudah


anak lahir atau setelah kala III. Perdarahan ini bisa terjadi segera
begitu ibu melahirkan. Terutama didua jam pertama. Kalau terjadi
perdaraha, maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah
menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat. (Yeyeh Ai, 2013)
Peradarahan pasca persalinan primer yakni perdarahan yang
terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab perdarahan pasca salin 24
jam pertama:
a) Atonia Uteri atau uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan pemijatan fundus uteri (masase) setelah plasenta lahir.
(JNPKR, 2007)

Gambar 2.23 Atonia Uteri


b) Robekan (laserasi, luka) jalan lahir atau robekan yang terjadi
pada jalan lahir bisa disebabkan oleh robekan spontan atau
memang sengaja dilakukan episiotomi, robekan jalan lahir dapat
terjadi ditempat: robekan serviks, perlukaan vagina, robekan
perineum.
c) Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan didalam
rahim baik sebagian atau seluruhnya.

151

d) Inversio uterus (uterus keluar dari rahim)

Gambar 2.24 Inversio Uteri


e) Gangguan pembekuan darah (koagulopati)
Perdarahan pasca salin sekunder, yakni perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama, penyebab : robekan jalan lahir yang tidak
diketahui dan sisa plasenta (membrane). (Yeyeh Ai, 2013)
2) Infeksi masa Nifas
Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus
genetalia, terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38
derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca
persalinan, dengan kecuali 24 jam pertama. (Yeyeh Ai, 2013)
Infeksi masa nifas adalah semua peradangan

yang

disebabkan oleh masuknya kuman kuman ke dalam alat alat


genital pada waktu persalinan dan nifas. (Eny, 2009)
Etiologi :
a) Berdasarkan masuknya kuman ke dalam alat kandungan.
1) Ektogen (kuman datang dari luar)
2) Autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh)
3) Endogen (dari jalan lahir sendiri) (Eny, 2009)

152

b) Berdasarkan kuman yang sering menyebabkan infeksi.


1) Streptococcus Haemolyticus Aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi bera
yang ditularkan dari penderita lain, alat alat yang tidak
suci hama, tangan penolong.
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah sakit.

3) Eschercia coli
Sering

berasal

dari

kandung

kemih

dan

rectum,

menyebabkan infeksi terbatas.


4) Clostridium welchii
Kuman aerobic yang sangat berbahaya, sering ditemukan
pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari
luar rumah sakit. (Eny, 2009)
3) Septicemia dan Piemia
Pada septicemia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai
tiga hari post partum suhu meningkat dengan cepat, biasanya
disertai menggigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 390 - 400,
keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140 160

153

x/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh


hari post partum. (Yeyeh Ai, 2013)
Pada piemia, penderita tidak lama setelah postpartum sudah
merasa sakit, nyeri perut, dan suhu agak meningkat. Salah satu cirri
khusus pada piemia ialah berulang ulang suhu meningkat dengan
cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu.
(Yeyeh Ai, 2013)
4) Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi
cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense
musculaire. Muka yang semula kemerah merahan menjadi pucat,
mata cekung, kulit muka dingin, terdapat fasies hipporatica. Pada
peritonitis yang terbatas di daerah pelvis, gejala tidak seberat
peritonitis umum. (Yeyeh Ai, 2013)
5) Selulitis Pelvik
Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang
meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu
minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada
pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan
sellulitis pelvika. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan
erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan.

154

Ditengah tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses.


(Yeyeh Ai, 2013)
6) Salpingitis dan Ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipsahkan dari
pelvio peritonitis. Penyebaran melalui permukaan endometrium.
Kadang kadang jaringan infeksi menjalar ke tuba falopii dan
ovarium disini terjadi salpingitis dan atau abfritis yang sukar
dipisahkan dari polvio peritonitis. (Yeyeh Ai, 2013)
7) Trombofleblitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di
sepanjang vena dan

cabang

cabangnya. Trombofeblitis,

dikelompokkan sebagai berikut :


a) Pelvio Trombofleblitis
(1) Nyeri perut bagian bawah atau samping, pada hari ke 2 -3
masa nifas dengan atau tanpa panas.
(2) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhu badan
naik turun secara tajam, dapat berlangsung salama 1 3
bulan.
(3) Terdapat leukositosis
(4) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa apa
karena yang paling banyak terkena ialah vena overika yang
sukar pada pemeriksaan dalam. (Yeyeh Ai, 2013)
b) Trombofleblitis Femoralis

155

(1) Keadaan umum baik, sub febris selama 7 10 hari,


kemudian mendadak naik pada hari ke 10 20, yang disertai
menggigil dan nyeri.
(2) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda tanda
seperti kaki sedkit fleksi dan rotasi keluar serta sulit
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lain. Nyeri
hebat pada lipatan paha (daerah paha). Edema kadang
kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri. (Yeyeh Ai, 2013)
f. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan ASI Ekslusif
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI ekslusif dan
meneruskan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan
benar serta anak mendapatkan kekebalan tubuh secara alami. (Eny,
2009)
Yang dimaksud dengan laktasi adalah produksi dan pengeluaran
ASI, dimana calon ibu harus sudah siap baik secra psikologis dan fisik.
Jika laktasi baik maka bayi : cukup sehat untuk menyusu. Produksi ASI
disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI : 500 800 ml / hari.
(Yeyeh Ai, 2013)
1) Fisiologi ASI

156

Dalam pembentukan air susu ada dua reflex yang membantu dalam
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek prolaktin dan
reflek let down :
a) Reflek Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat
pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut
afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu
hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke
dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar
(alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang di
sekresi dan jumlah susu yang di produksi berkaitan dengan
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lamanya bayi
menghisap. (Eny, 2009)

Gambar 2.25 Reflek Prolaktin


b) Reflek Let Down :
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu
selain mempengaruhi hipofisis anterior mengeluarkan hormone
prolaktin juga mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan

157

hormone oksitosin. Dimana setelah oksitosin di lepas ke dalam


darah akan mengacu otot otot polos yang mengelilingi alveoli
dan duktulus berkontraksi sehingga memeras air susu dari
alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu. (Eny, 2009)
2) Siklus Laktasi :
a) Laktogenesis stadium 1 ini terjadi pada masa kehamilan dimana
terjadi penambahan dan pembesaran lobulus alveolus.
b) Laktogenesis stadium 2 terjadi pada akhir kehamilan sampai
persalinan 2 3 hari dimana sudah mulai terjadi sekresi ASI.
c) Laktogenesis stadium 3 (Galaktopoeisis) : memperahankan
sekresi ASI dari 4 9 hari, dst.
d) Involusi (berkurangnya kelenjar mammae) : mulai 40 hari
setelah berhenti menyusui.
3) Manfaat pemberian ASI
a) Bagi Bayi

Gambar 2.26 Pencegahan penyakit dengan ASI


(1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
(2) Mengandung antibody
(3) ASI mengandung komposisi yang tepat

158

(4) Mengurangi kejadian karies dentis


(5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi
(6) Terhindar dari alergi
(7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi
(8) Membantu

perkembangan

rahang

dan

merangsang

pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi


pada payudara. (Eny, 2009)
b) Bagi Ibu
(1) Aspek kontrasepsi
Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI emberikan 98 %
metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif)
dan belum terjadi menstruasi.
(2) Aspek kesehatan ibu
Oksitosin

membantu

involusi

uterus

dan

mencegah

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Mencegah kanker


hanya dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara
ekslusif.
(3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui ekslusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembalu ke berat badan semula seperti sebelum hamil.
(4) Aspek psikologis

159

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,


tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan
diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia. (Eny,
2009)
c) Bagi Keluarga
(1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan
untuk keperluan lain.
(2) Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih
jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat
mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
(3) Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja
dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air
masak, botol, dan dot yang harus dibersihkan serta minta
pertolongan orang lain. (Eny, 2009)
d) Bagi Negara
(1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
(2) Menghemat devisa Negara
(3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
(4) Peningkatan kualitas generasi penerus. (Eny, 2009)

160

4) Komposisi gizi dalam ASI


a) Protein
b) Karbohidrat
c) Lemak
d) Mineral
e) Vitamin
f) Zat zat kekebalan yang terdapat dalam ASI
Immunoglobulin (IgC, IgM, IgA, IgD, IgE)

5) Pengelompokkan ASI
a) Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir. (Eny, 2009)
b) ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari ke sepuluh.
(Eny, 2009)
c) ASI mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
(Eny, 2009)
6) Hal hal yang mempengaruhi produksi ASI
a) Makanan
b) Ketenangan jiwa dan pikiran

161

c) Penggunaan alat kontrasepsi


d) Perawatan payudara
e) Pola istirahat
f) Factor isapan anak atau frekuensi penyusuan
g) Factor obat oabatan
7) ASI Ekslusif
Definisi : Pemberian ASI sedini mngkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun air
putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Alasan ASI diberikan sampai
usia bayi 6 bulan tidak 4 bulan yakni :
a) Pertama : komposisi ASI cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan bayi apabila diberikan tepat dan benar sampai
umur bayi 6 bulan
b) Kedua : bayi saat umur 6 bulan system pencernaan mulai matur,
jaringan usus bayi sehingga kemungkinan kuman / protein dapat
langsung masuk system peredaran darah yang menimbulkan
alergi, pori pori tersebut tertutup saat bayi berumur 6 bulan.
8) IMD

162

Gambar 2.27 IMD (Inisiasi Menyusu Dini)


Protocol evidence based yang baru telah diperbaruhi oleh
WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam
pertama menyatakan bahwa : bayi harus mendapat kontak kulit ke
kulit dengan ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu
jam, bayi harus dibiarikan untuk melakukan inisiasi menyusu dan
ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta
memberikan bantuan jika diperlukan. Menunda semua prosedur
lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir sampai dengan
inisiasi menyusu selesai dilakukan. (Eny, 2009)
Definisi inisiasi menyusui dini adalah inisiasi menyusu dini
(early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai
menyusu sendiri segera setelah lahir. (Eny, 2009)
Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini dinamakan the
best crawl atau merangkak mencari payudara. (Eny, 2009)
5. Keluarga Berencana (KB)
a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan
peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera. (UU No. 10 tahun 1992)

163

Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan


kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun
tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan
pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah
metode yang tersesia tetapi juga karena metode metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional
KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi. (Gunawan, 1999)
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel
sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah
dibuahi ke dinding rahim. (Nina, 2013)
Kontrasepsi

adalah

upaya

untuk

mencegah

terjadinya

kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat


permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable yang
mempengaruhi fertilitas. (Nina, 2013)
Pelayanan keluarga berencana yang merupakan salah satu di
dalam

paket

pelayanan

kesehatan

reproduksi

esensial

perlu

mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan


Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan
tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Dengan telah berubahnya

164

paradigma

dalam

pengelolaan

masalah

kependudukan

dan

pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan


fertilitas menjadi pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi
serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga berencana harus
menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak hak dari klien /
masyarakat dalam memilih metode kontrasepsi yang diinginkan.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi
ke dinding rahim. (Frisca, 2013)
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk
menunda kelahiran anak pertama (post poning), menjarangkan anak
(spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang diinginkan sesuai
dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan
(ferundity). (Frisca, 2013)
b. Macam macam jenis Kontrasepsi
Kontrasepsi pasca persalinan merupakan inisiasi pemakaian
metode kontrasepsi dalam waktu 6 minggu pertama pasca persalinan
untuk mencegah terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan,

khususnya pada 1 2 tahun pertama pascapersalinan. (Nina, 2013)

165

Gambar 2.28 Macam macam Alat Kontrasepsi


Sebenarnya, pada wanita pasca persalinan kemungkinan untuk
hamil kembali akan menjadi lebih kecil jika mereka terus menyusui
setelah melahirkan. Meskipun laktasi dapat membantu mencegah
kehamilan, akan tetapi suatu saat ovulasi tetap akan terjadi. Ovulasi
dapat mendahului menstruasi pertama pasca persalinan dan pembuahan
pun akan terjadi. Pemilihan metode kontrasepsi untuk ibu pasca
persalinan peril dipertimbangkan dengan baik, sehingga tidak
mengganggu proses laktasi dan kesehatan bayinya. Selain metode
laktasi ada beberapa metode yang bisa digunakan yaitu :
1)

Kontrasepsi Hormonal
Pemakaian kontrasepsi hormonal dipilih yang berisi progestin saja,
sehingga dapat digunakan untuk wanita dalam masa laktasi karena
tidak mengganggu produksi ASI serta tumbuh kembang bayi.
Metode ini bekerja dengan menghambat ovulasi, mengentalkan
lendir

serviks

sehingga

menghambat

penetrasi

sperma,

menghalangi implantasi ovum pada endometrium dan menurunkan


kecepatan transportasi ovum di tuba. Suntikan progestin dan mini

166

pil dapat diberikan sebelum pasien meninggalkan rumah sakit


pasca bersalin, yaitu sebaiknya sesudah ASI terbentuk, kira kira
hari ke 3 5. (Nina, 2013)
a) Kontrasepsi Pil

Gambar 2.29 Pil Menyusui


Pil menyusui adalah pil KB yang hanya mengandung hormone
progesterone dalam dosis rendah. Mini pil atau pil progestine
disebut juga pil menyusui. Dosis progestine yang digunakan
0,03 0,05 mg per tablet. (Nina, 2013)
(1) Jenis mini pil
Mini pil terbagi dalam 2 jenis yaitu :
(a) Mini pil dalam kemasan dengan isi 28 pil : mengandung
75 mikro gram desogestrel
(b) Mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil: mengandung
300 mikro gram levonogestrel atau 350 mikro gram
noretindron. (Nina, 2013)
(2) Cara kerja mini pil
Cara kerja dari kontrasepsi pil progestin atau mini pil dalam
mencegah kehamilan antara lain dengan cara :

167

(a) Menghambat ovulasi


(b) Mencegah implantasi
(c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma
(d) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
menjadi terganggu. (Nina, 2013)
(3) Efektifitas mini pil
Pil progestin atau mini pil sangat efektif (98,5%)
untuk digunakan pada ibu menyusui bila penggunaan yang
benar

dan

konsisten

sangat

mempengaruhi

tingkat

efektifitasnya. Efektifitas penggunaan mini pil akan


berkrang pada saat mengonsumsi obat anti konvulsan
(feniton),

carbenzemide,

barbiturate,

dan

obat

anti

tuberculosis (rifampisin). (Nina, 2013)


Adapun cara untuk menjaga kehandalan mini pil
anatara lain :
(a) Minum pil setiap hari pada saat yang sama
(b) Penggunaan mini pil jangan sampai ada yang lupa
(c) Senggama dilakukan 3 20 jam setelah minum mini
pil.
(d) Dari bukti penelitian kehandalan mini pil lebih pada
wanita yang berusia tua dibandingkan dengan berusia
muda. (Nina, 2013)

168

(4) Kerugian mini pil


Kontrasepsi pil progestine atau mini pil mempunyai
kerugian, antara lain :
(a) Memerlukan biaya
(b) Harus selalu tersedia
(c) Efektifitas berkurang apabila menyusui juga berkurang
(d) Penggunaan

mini

pil

bersamaan

tubercolosis

atau

epilepsy

akan

dengan

obat

mengakibatkan

efektifitas menjadi rendah.


(e) Minum pil harus diminum setiap hari dan pada waktu
yang sama
(f) Angka kegagalan tinggi apabila penggunaan tidak benar
dan konsisten
(g) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
(h) Mini pil tidak menjamin akan melindungi dari kista
ovarium bagi wanita yang pernah mengalami kehamilan
ektopik. (Nina, 2013)
Adapun kerugian lain :
(a) Efektifitas rentan (perlu pemantuan teratur)
(b) Kontrasepsi dengan dosis sangat rendah (obat tertentu
mengurangi keefektifan pil progestine tunggal)
(c) Kurang memberikan perlindungan terhadap IMS

169

(d) Gangguan siklus menstruasi


(e) Berat badan bertambah
(f) Nyeri tekan pada payudara
(g) Depresi (Lauren, 2012)
(5) Keuntungan mini pil
Adapun keuntungan dari penggunaan kontrasepsi mini pil
yaitu :
(a) Cocok sebagai alat kontrasepsi untuk perempuan yang
sedang menyusui
(b) Sangat efektif untuk masa laktasi
(c) Dosis gastagen rendah
(d) Tidak menurunkan produksi ASI
(e) Tidak mengganggu hubungan seksual
(f) Kesuburan cepat kembali
(g) Tidak memberikan efek samping estrogen
(h) Tidak

ada

bukti

peningkatan

resiko

penyakit

kardiovaskuler, resiko trombo emboli vena dan resiko


hipertensi
(i) Cocok untuk perempuan yang menderita diabetes
mellitus
(j) Cocok untuk perempuan yang tidak biasa mengonsumsi
estrogen.
(k) Dapat mengurangi disminorhoe. (Nina, 2013)

170

Adapun keuntungan lainnya :


(a) Tidak mengandung estrogen
(b) Tidak mengganggu kegiatan menyusui
(c) Kontraindindikasi dengn maslah kesehatan lain lebih
sedkit
(d) Fertilitas mudah kembali. (Lauren, 2012)
(6) Waktu mulai menggunakan pil
(a) Mulai hari pertama sampai hari kelima siklus haid
(b) Tidak diperlukan pencegahan dengan kontrasepsi lain
(c) Dapat digunakan satiap saat, asal saja tidak terjadi
kehamilan
(d) Bila menggunakannya setelah hari kelima siklus haid,
jangan melakukan hubungan seksual selama dua hari
atau menggunakan metode kontraepsi lain untuk dua
hari saja.
(e) Bila pasien tidak haid (amenorhoe), mil dapat
digunakan setiap saat, asal saja diyakini tidak hamil.
Jangan melakukan hubungan seksual selama dua hari
atau menggunakan metode kontrasepsi lain untuk dua
hari saja.
(f) Bila menyusui antara 6 minggu dan 6 bulan pasca
persalinan dan tidak haid, mini pil dapat dimulai setiap

171

saat. Bila menyusui penuh, tidak memerlukan metode


kontrasepsi tambahan.
(g) Bila lebih dar 6 minggu pascapersalinan dank lien telah
mendapat haid, mini pil dapat dimulai pada hari 1 5
siklus haid.
(h) Mini pil dapat diberikan segera pasca kegugran
(i) Bila pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi
hormonal lain dan ingin menggantinya dengan mini pil,
mini pil dapat segera diberikan, bila saja kontrasepsi
sebelumnya digunakan dengan benar atau ibu tersebu
tidak sedang hamil. Tidak perlu menunggu sampai
datangnya haid berikutnya.
(j) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi AKDR
(termasuk AKDR yang mengandung hormone), mini pil
dapat diberikan pada hari 1 5 siklus haid. Dilakukan
pengangkatan AKDR. (Nina, 2013)
b) Pil Kombinasi

Gambar 2.30 Pil Kombinasi


Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone estrogen
dan progesterone, sangat efektif (bila diminum setiap hari). Pil

172

harus diminum setiap hari pada jam yang sama. Pada bulan
bulan pertama, efek samping berupa mual dan perdarahan
bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang. Efek
samping serius sangat jarang terjadi. Pil kombinasi dapat
dipakai pada semua ibu usia reproduksi baik yang mempunyai
anak maupun belum mempunyai anak. Dapat dipakai sebagai
kontrasepsi darudat. (Nina, 2013)
(1) Cara kerja estrogen sebagai kontrasepsi
(a) Bekerja dengan jalan menghambat ovulasi melalui
fungsi hipotalamus hipofisis ovarium
(b) Mengahambat perjalanan ovum / implantasi. (Nina,
2013)

(2) Cara kerja progesterone sebagai kontrasepsi


(a) Bekerja dengan cara membuat lendir serviks menjadi
kental sehingga transportasi sperma menjadi sulit
(b) Menghambat kapasitas sperma
(c) Menghambat perjalanan ovum dalam tuba
(d) Menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus
hipofisis ovarium. (Nina, 2013)
(3) Keuntungan

173

(a) Memiliki efektifitas yang tinggi bila digunakan setiap


hari
(b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual
(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid yang
berkurang.
(e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita masing
ingin menggunakan untuk mencegah kehamilan.
(f) Dapat digunakan sejak usia remaja sampai menopause
(g) Mudah dihentikan setiap saat
(h) Kesuburan segera kembali setelah melahirkan
(i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. (Nina,
2013)
(4) Kerugian
(a) Mahal dan membosankan
(b) Mual terutama pada 3 bulan pertama penggunaan
(c) Pusing
(d) Nyeri pada payudara
(e) BB naik sedikit pada perempuan tertentu, kenaikan BB
justru memiliki dampak positif
(f) Tidak boleh diberikan pada ibu menyusui

174

(g) Pada sebagian kecil wanita dapat menimbulkan depresi


dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk
berhubungan seks berkurang
(h) Dapat meningkatkan tekanan darah
(i) Tidak mencegah IMS (Nina, 2013)
(5) Waktu penggunaan pil kombinasi :
(a) Setiap saat selagi haid untuk meyakinkan kalu wanita
tersebut tidak hamil
(b) Hari pertama haid
(c) Setelah melahirkan
(d) Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif
(e) Setelah 3 bulan & tidak menyusui
(f) Pasca keguguran
(g) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi suntik dan ingin
menghentikan dengan pil kombinasi. Pil dapat segera
diberikan tanpa menunggu haid. (Nina, 2013)

c) Kontrasepsi Suntik

175

Gambar 2.31 KB Suntik


Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang
banyak dipakai adalah :
(1) Suntik Kombinasi (1 bulan)
Kontrasepsi suntik bulanan merupakan metode suntikkan
yang pemberiannya tiap bulan dengan jalan penyuntikkan
secara intramuscular sebagai usaha pencegahan kehamilan
berupa hormone progesterone dan estrogen pada wanita
usia subur. Penggunaan kontrasepsi suntik mempengaruhi
hipotalamus dan hipofisis yang menurunkan kadar FSH dan
LH sehingga perkembangan dan kematangan folikel de
Graaf tidak terjadi. (Nina, 2013)

Gambar 2.32 Suntik KB 1 bulan


(a) Cara keja KB suntik 1 bulan
1. Menekan ovulasi
2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga
sulit ditembus spermatozoa
3. Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk
implantasi

176

4. Menghambat transport ovum dalam tuba falopii.


(Nina, 2013)
(b) Keuntungan KB Suntik 1 bulan
1. Resiko terhadap kesehatan kecil
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
3. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4. Jangka panjang
5. Efek samping sangat kecil
6. Pasien tidak perlu menyimpan bat suntik
7. Pemberiam aman, efektif, dan relative mudah.
(Nina, 2013)
(c) Kerugian KB 1 bulan
1. Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak atau spooting, perdarahan sela
sampai sepuluh hari
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan
keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikkan
kedua atau ketiga
3. Ketergantungan

pasien

terhadap

pelayanan

kesehatan, karena pasien harus kembali setiap 30


hari untuk kunjungan ulang

177

4. Efektifitas suntik 1 bulan berkurang bila digunakan


bersamaan dengan obat obatan epilepsy atau obat
tubercolosis
5. Dapat terjadi perubahan berat badan
6. Dapat terjadi efek samping yang serius seperti
serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru
atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati.
7. Tidak menjamin perlndungan terhadap penularan
infeksi menlar seksual (IMS), hepatitis B virus atau
infeksi virus HIV
8. Pemulihan

kesuburan

kemungkinan

terlambat

setelah penghentian pemakaian KB suntik 1 bulan.


(Nina, 2013)
(d) Waktu mulai menggunakan suntik kombinasi
1. Suntikkan pertama dapat diberikan dalam waktu 7
hari siklus haid
2. Bila suntikkan pertama diberikan setelah hari ke 7
siklus haid, ibu tidak buleh melakukan hubungan
seksual

selama

hari

atau

menggunakan

kontrasepsi lain untuk 7 hari


3. Bila ibu tidak haid, suntikkan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu dapat dipastikan
tidak hamil. Ibu tidak boleh melakukan hubungan

178

seksual selama 7 hari atau menggunakan kondom


selama 7 hari dari suntikkan pertama.
4. Bila ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta
belum haid, suntikkan pertama dapat diberikn, asal
dipastikan tidak hamil.
5. Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui serta
telah mendapat haid, maka suntikkan pertama
iberikan pada siklus haid hari ke 1 dan 7
6. Bila pasca persalinan < 6 bulan dan menyusui, ibu
tidak boleh diberikan suntik kombinasi.
7. Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui
suntukkan kombinasi dapat diberi
8. Ibu pasca keguguran, suntukkan kombinasi dapat
diberikan dalam waktu 7 hari
9. Ibu yang sedang menggunakan metode kontrasepsi
hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal kombinasi boleh diberikan
tanpa menunggu haid, asalkan kontrasepsi yang
sebelumnya digunakan secara benar dan tepat.
Suntikkan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai
jadwal kontrasepsi sebelumnya. Bila ragu ibu harus
diuji kehamilannya terlebih dahulu

179

10. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non


hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera
diberikan asal diyakini ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tanpa perlu menunggu datangnya
haid. Bila diberikan pada hari 1 7 hari siklus haid,
metode kontrasepsi lain tida perlu digunakan. (Nina,
2013)
(2) Suntik Tribulan atau Progestine
Suntik tribulan merupakan metode kontrasepsi yeng
diberikan secara intramuscular setiap tiga bulan. Keluarga
berencana suntik merupakan meode kontrasepsi efektif
yaitu dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau
tingkat kelangsungan pemakaian relative lebih tinggi serta
angka kegagalan relative lebih rendah bila dibandingkan
dengan alat kontrasepsi sederhana (Nina, 2013)

Gambar 2.33 Suntik KB 3 bulan


(a) Jenis kontrasepsi tribulan

180

1. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetate) atau


Depo Provera yang diberikan tiap tiga bulan dengan
dosis 150 miligram yang disuntik secara IM
2. Depo Noristerat diberikan setiap 2 bulan dengan
dosis 200 mg Nore tindrone Enantat. (Nina, 2013)
(b) Cara kerja
Mekanisme metode suntik keluarga berencana (KB)
tribulan yaitu :
1. Menghalangi
menekan

terjadinya

pembentukan

ovulasi
releasing

dengan
factor

jalan
dan

hipotalamus
2. Leher

serviks

bertambah

kental,

sehingga

menghambat penetrasi sperma melalui serviks


uterus
3. Menghambat implantasi ovum dalam endometrium
(Nina, 2013)

(c) Efektifitas
Efektifitas keluarga berencana suntk tribulan sanggat
tinggi, angka kegagalan kurang dari 1 % World Health
Organization (WHO) telah melakukan penelitian pada
DMPA dengan dosis standart dengan angka kegagalan

181

0,7 %, asal penyuntikkannya dilakukan secara teratur


sesuai jadwal yang ditentukan (Hartanto, 2003)
(d) Keuntungan
1. Efektifitas tinggi
2. Sederhana pemakaiannya
3. Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya
4 kali dalam setahun)
4. Cocok untuk ibu ibu yang menyusui anak
5. Tidak

berdampak

serius

terhadap

penyakit

gangguan pembekuan darah dan jantung karena


tidak mengandung hormone estrogen
6. Dapat mencegah kanker endometrium, kehamilan
ektopik, serta beberapa penyebab penyakit akibat
radang panggul.
7. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
(e) Kerugian
Kekurangan metode Depot Medroxy Progesterone
Acetate menurut Wikjosastro (2006) yaitu :
1. Tidak terdapat gangguan haid seperti amenore yaitu
tidak datang haid pada setiap bulan selama menjadi
akseptor keluarga berencana suntik tiga bulan
berturut turut. Spotting yaitu bercak bercak
persadarah diluar haid yang terjadi diluar haid yang

182

terjadi

selama

akseptor

mengikuti

keluarga

berencana suntik. Metroragia yaitu perdarahan yang


berlenbihan diluar masa haid. Menoragia yaitu
datangnya darah haid yang berlebihan jumlahnya.
2. Timbulnya jerawat dibadan atau wajah dapat
disertai infeksi atau tidak bila digunakan dalam
jangka panjang
3. Berat badan yang bertambah 2,3 kilogram pada
tahun pertma dan meningkat 7,5 kilogram selama
enam tahun
4. Pusing dan sakit kepala
5. Bisa menyebabkan warna biru dan rasa nyeri pada
daerah suntikkan akibat perdarahan bawah kulit
(f) Waktu penggunaan KB Suntik Tribulan
1. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
2. Bila suntikkan pertama diberikan setelah hari ke 7
siklus haid dan pasien tidak hamil. Pasien tidah
boleh melakukan hubungan seksual untu 7 hari
lamanya atau penggunaan metode kontrasepsi yang
lain selama masa waktu 7 hari
3. Jika pasien pascapersalinan > 6 bulan, menyusui,
serta

belum

haid,

suntikkan

pertama

dapat

diberikan, asal saja dapat dipastikan ibu tidak hamil

183

4. Bila pascapersalinan 3 minggu dan tidak menyusui


suntikkan kombinasi dapat diberikan.
5. Ibu pascakeguguran, suntikkan progestin dapat
diberikan.
6. Ibu dengan menggunakan metode kontrasepsi
hormonal yang lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi

hormonal

progestine,

selama

ibu

rtersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya


secara benar, suntikkan progestine dapat segera
diberikan tanpa menunggu haid. Bila ragu ragu
perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
7. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi
hormonal, dan ibu tersebut ingin mengganti dengan
suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi
tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi
sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi
lain.
8. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non
hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama dapat diberikan
asal saja diyakinai ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tanpa menunggu datangnya haid. Bila
diberikan pada hari 1 7 siklus haid metode

184

kontasepsi lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya


IUD dan ingin menggantinya dengan suntikan
kombinasi, maka suntikan pertama diberikan hari 1
7 siklus haid.
d) Kontrasepsi Implant

Gambar 2.34 Kontrasepsi Implant


Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang dipasang
dibawah kulit (Hanafi, 2004). Implant adalah suatu alat
kontrasepsi yang mengandung levonorgetrel yang dibungkus
dalam kapsul silastic silicon (polydimethylsiloxane) dan
dipasang dibawah kulit. Sangat efektif (0,2 1 kehamilan per
100 perempuan). (Nina, 2013)
(1) Jenis implant
(a) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan
36 m Levonogestrel dan lama kerjanya 5 tahun. (Nina,
2013)

185

(b) Implanon dan Sinoplant


Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira
kira 40 mm dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 69
mg 3 keto desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
(c) Jadena dan Indoplant
(d) Terdiri dari 2 batang yang diisi 75 mg Levonogestrel
dengan lama kerjanya 3 tahun.
(2) Cara kerja implant dalam mencegah kehamilan
Dengan dilepaskannya hormone Levonogestrel secara
konstan dan kontinyu maka cara kerja implant dalam
mencegah kehamilan pada dasarnya terdiri atas :
(a) Mengentalkan lendir serviks
(b) Menghambat

proses

pembentukkan

endometrium

sehingga sulit terjadi implantasi


(c) Melemahkan transportasi sperma
(d) Menekan ovulasi. (Nina, 2013)

(3) Keuntungan
Keuntungan implant secara kontrasepsi antara lain adalah :
(a) Daya guna tinggi
(b) Perlindungan jangka panjang samapai 5 tahun
(c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pecabutan implant.

186

(d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam


(e) Bebas dari pengaruh estrogen
(f) Tidak mengganggu hubungan saat senggama
(g) Tidak mengganggu produksi ASI
(h) Ibu hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
(i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Keuntungan implant secara non kontrasepsi antara lain
adalah :
(a) Mengurangi nyeri haid
(b) Perdarahan atau bercak perdarahan diantara siklus haid
(c) Melindungi terjadinya kanker endometrium
(d) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
(e) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul
(f) Menurunkan angka kejadian endometriosis

(4) Kerugian
(a) Implant harus dipasang dang diangkat oleh petugas
kesehatan yang terlatih.
(b) Petugas kesehatan harus dilatih khusus
(c) Harga implant yang mahal
(d) Implant sering merubah pola haid

187

(e) Implant dapat terlihat dibawah kulit


(5) Tempat pemasangan implant
Tempat pemasangan implant dilaksanakan pada bagian
tubuh yang jarang bergerak atau digunakan. Berdasarkan
penelitian, lengan kiri merupakan tempat terbaik untuk
pamasangan implant, yang sebelumnya dilakukan anastesi
local.
(6) Waktu penggunaan implant
(a) Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke
7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan
(b) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini
pasien tidak hamil.
(c) Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca
persalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat, bila ibu
menyusui

secara

ekslusif

tidak

perlu

memakai

kontrasepsi lain
(d) Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah menjadi
haid kembali, insersi dapat dilakuka setiap saat, tetapi
jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
(e) Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin
menggantinya dengan implant, insersi dapat dilakukan

188

setiap saat, asal saja ibu tersebut meyakini tidak hamil


serta menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar
(f) Bila

kontrasepsi

sebelumnya

adalah

kontrasepsi

suntikkan, implant dapat diberikan pasa saat jadwal


kontrasepsi suntikkan tersebut, tidak diperlukan metode
kontrasepsi lain
(g) Bila kontasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non
hormonal (kecuali AKDR) dan ibu ingin menggantinya
dengan implant, insersi implant dapat dilakukan setiap
saat asal saja ibu diyakini tidah hamil.
(h) Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan ibu
ingin menggantinya dengan implant, implant dapat
dinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan ibu jangan
melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau
menggunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
Lalu KDR segera dicabut dan dipasang implant
(i) Ibu pasca keguguran, implant dapat segera diinsesikan
(Saifuddin, 2006)
(7) Tahap pasca tindakan implant
(a) Peserta KB implant sebaiknya menjaga agar daerah
sayatan tetap kering minimal selama 3 hari untuk
mempercepat

penyembuhan

kemungkinan infeksi.

dan

mengurangi

189

(b) Bila lengan akseptor terasa membengkak dan berwarna


kebiru biruan. Hal tersebut biasanya akibat tindakan
suntikkan

atau

pemasangan

implant

dan

akan

menghilang dalam 3 sampai 5 hari


(c) Setelah 5 tahum implant atau 3 tahun implanon
pemakaian, implant dapat dilepas. (Nina, 2013)
2)

Kontrasepsi Non Hormonal


Semua metode kontrasepsi non hormonal dapat digunakan oleh ibu
ibu dalam masa menyusui. Metode ini menjadi pilihan utama dari
berbagai jenis kontrsepsi yang ada karena tidak mengganggu
proses laktasi dan tidak beresiko terhadap tumbuh kembang bayi.
Metode kontrasepsi non hormonal yang ada meliputi : Metode
Laktasi Amenorrhea (MAL) (LAM / Lactational Amenorrhea
Method), Kondom, Spermisida, Diafragma, Alat kontrasepsi dalam
rahim atau IUD, Pantang berkala, dan Kontrasepsi Mantap
(tubektomi atau vasektomi). (Nina, 2013)
a) Metode Amenorrhoe Laktasi (MAL)
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara ekslusif,
artinya ASI hanya diberikan kepada bayinya tanpa makanan
atau minuman tambahan hingga usia 6 bulan. (Nina, 2013)
(1) Cara Kerja
Penundaan atau penekanan ovulasi. (Nina, 2013)

190

(2) Keuntungan
(a) Efektifitas tinggi (tingkat keberhasilan 98%) pada enam
bulan pascapersalinan)
(b) Tidak mengganggu saat berhubungan seksual
(c) Segera efektif bila digunakan secara benar
(d) Tidak ada efek samping secara sistemik
(e) Tidak perlu pengawasan medis
(f) Tidak perlu obat atau alat
(g) Tanpa biaya (Nina, 2013)
Keuntungan Non Kontrasepsi
(a) Untuk bayi :
1. Mendapatkan

kekebalan

pasif

(mendapat

perlindungan antibody melalui ASI)


2. Merupakan asupan gizi yang terbaik dan sempurna
untuk tumbuh kembang bayi yang optimal
3. Beyi

terhindar

dari

keterpaparan

terhadap

kontaminasi dari air, susu lain attau formula, atau


alat minum yang dipakai
(b) Untuk ibu :
1. Dapat mengurangi perdarahan pascapersalinan
2. Dapat mengurangi resiko anemia
3. Dapat meningkatkan kasih sayang antara ibu dan
bayi (Nina, 2013)

191

(3) Kerugian
(a) Perlu persiapan dan perawatan sejak awal kehamilan
agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
(b) Sulit dilaksanakan karena kondisi social
(c) Efektifitas hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
(d) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk HIV/ AIDS
dan virus Hepatitis B/HBV (Nina, 2013)
(4) Hal hal yang perlu diketahui ibu dalam mengguanakan
MAL
(a) Seberapa sering seorang ibu harus memberikan ASInya
kepada bayi
Bayi disusui secara on demand (menurut kebutuhan
bayi).
(b) Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari
4 jam
(c) Ibu tetap memebrikan ASInya pada malam hari karena
menyusui pada malam hari membantu mempertahankan
kecukupan persediaan ASI
(d) Biarkan bayi menghisap sampai bayi sendiri yang
melepaskannya
(e) ASI dapat disimpan dalam freezer

192

(f) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai


makanan pendamping ASI
Selama bayi tumbuh kembang secara baik serta
kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan
makanan selain ASI sampai dengan usia 6 bulan.
(g) Apabila ibu menghentikan ASI dengan minuman atau
makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering
akibatnya menyusui tidak lagi efektif sebagai metode
kontrasepsi
(h) Ketika ibu mulai dapat haid lagi itu pertanda ibu sudah
subur kembali dan harus segera menggunakan KB
lainnya.
(i) Jika suami atau pasangan beresiko tinggi terpapar
Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk AIDS maka
harus pakai kondom ketika memakai metode MAL.
(Nina, 2013)
b) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat
dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks), plastic (vinil)
atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis
untuk menampung sperma ketika seorang pria mencapai
ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet
sintesis yang tipis, berbentuk silinder dengan muara berpinggir

193

tebal yang digulung berbetuk rata. Standar kondom dilihat dari


ketebalannya, yaitu 0,02 mm. kondom untuk pria sudah lazim
dikenal meskipun kondom wanita sudah ada namun belum
popular seperti kondom laki laki. (Nina, 2013)

Gambar 2.35 Kondom


(1) Jenis Kondom
Berikut adalah jenis jenis kondom yang beredar di
pasaran :
(a) Kondom dengan aroma dan rasa : kondom ini memiliki
aroma, sehingga merangsang pengguna
(b) Kondom berulir (ribbed condom) : jenis satu ini
memilki keunikan dibentuknya yang berulir untuk
menambah kenikmatan pengguna
(c) Kondom ekstra tipis (extra thin) : tipe satu ini berbahan
karet dengan ukurang yang sangat tipis. Sehingga
pengguna dalam bercinta seakan akan tanpa
menggunakan kondom.

194

(d) Kondom bintik (dotted condom) : tipe ini dengan bintik


bintik di sekitarnya yang bisa menimbulkan efek
mengejutkan bagi wanita.
(e) Kondom wanita : kondom yang juga berbahan lateks
atau poliuretan, sehingga elastic dan fleksibel, kondom
ini lebih menimbulkan sensasi atau rangsangan.
Terutama bagi pria yang kurang suka memakai kondom
(f) Kondom getar : kondom ini dilengkapi dengan cincin
getar dibagian ujungnya. Kondom yang menggunakan
baterai khusus untuk menggerakkan cincin getarnya ini
bisa bertahan hingga 30 menit.
(g) Kondom baggy : tipe ini bentukknya agak membesar
dibagian ujung serta memiliki ulir dibagian badannya,
untuk memaksimalkan gerakan saat bercinta. (Nina,
2013)
(2) Cara Kerja Kondom
Alat kontrasepsi kondom mempunyai kerja sebagai berikut:
(a) Dapat mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi
wanita.
(b) Sebagai alat kontrasepsi
(c) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau trnsmisi
mikroorganisme penyebab PMS. (Nina, 2013)
(3) Efektifitas Kondom

195

Pemakaian kondom efektif bila dipakai secara benar


setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang
tidak konsisten membuat tidak efektif. Angka kegagalan
kontrasepsi kondom sangat sedkit yaitu 2 12 kehamilan er
100 perempuan per tahun. (Nina, 2013)
(4) Keuntungan
Keuntungan secara kontrasepsi :
(a) Merupakan metode kontrasepsi sementara
(b) Efektif bila pemakaian benar
(c) Tidak mengganggu produksi ASI pada ibu menyusui
(d) Tidak mengganggu kesehatan pasien
(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
(f) Murah dan tersedia diberbagai tempat
(g) Tidak memerlukan resep dan pemerikaan khusus
Keuntungan secara non kontrasepsi
(a) Adanya peran serta suami untuk ber- KB
(b) Dapat mencegah penularan penyakit menular seksual
(c) Mencegah ejakulasi dini
(d) Mengurangi insidensi kanker serviks
(e) Adanya interaksi sesama pasangan
(f) Mencegah imuno infertilitas
(5) Kerugian

196

(a) Efektifitas tidak terlalu tinggi karena bergantung pada


pemakaian kondom yang benar
(b) Tumpahan atau bocoran sperma dapat terjadi jika
kondom disimpan atau dilepskan secara tidak benar
(c) Adanya pengurangan sensifitas pada penis, sehingga
bisa sedikit mengurangi kenikmatan saat hubungan
seksual
(d) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
(e) Perasaan malu membeli ditempat umum
(f) Masalah pembuangan kondom bekas pakai. (Nina,
2013)
(6) Cara pemakaian kondom

Gambar 2.36 Cara pemakaian kondom laki - laki


(a) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan
seksual

197

(b) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambah spermisida


kedalam kondom
(c) Gunakan tangan saat membuka kemasan, jangan
menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet,
gunting atau benda tajam lainnya
(d) Tekanlah ujung kondom antara ibu jari dan jari telunjuk
untuk mengeluarkan udara yang terperangkap pada
moncong kondom
(e) Saat penis sedang ereksi pasanglah kondom diatas
gland penis dengan satu tangan lalu lepas gulungan
karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
sebelum penetrasi penis ke vagina. Bila penis tidak di
sirkumsisi maka tarik ke belakang terlebih dahulu
prepatium (kulit yang membalut ujung penis). Hal ini
menurangi resiko kondom pecah selama hubungan seks
berlangsung
(f) Periksa bahwa semua batang penis harus terbalut
kondom sampai ke pangkalnya
(g) Setelah mencapai klimaks (ejakulasi) segera keluarkan
penis dari vagina dengan memegang bagian pangkal
kondom agar tidak terlepas pada saat penis dikeluarkan
dan agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma disekitar

198

vagina, serta segera lepas kodom sebelum penis


melembek.
(h) Agar sperma tidak tercecer diluar ikatlah pangkal
kondom yang telah digunakan untuk hubungan seks,
lalu buanglah pada tempat yang aman
(i) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
(j) Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan
jangan disimpan ditempat yang panas kerena hal ini
dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek
saat digunakan.
(k) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek
atau kondom tampat rapuh atau kusut
(l) Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau
pelumas dari bahan petrolatum karena merusak
kondom. (Nina, 2013)
c) Spermisida
Spermisida merupakan sediian kimia (biasanya non
oksinol 9) yang dapat membunuh sperma. Tersedia dalam
bentuk busa vagina, krim, gel, dan suppositoria. Spermisida
ditempatkan

divagina

sebelum

berhubungan

seksua.

Kontrasepsi ini juga menyediakan barrier fisik ke sperma.


Tidak ada sediaan yang lebih efektif disbanding yang lain.

199

Spermisida paling baik digunakan dengan kontrasepsi barrier


sperti kondom dan diafragma. (Nina, 2013)
(1) Cara kerja
Menyebabkan

sel

membrane

memperlambat

pergerakan

sperma

sperma

dan

terpecah,
menurunkan

kemampuan pembuahan sel telur.


Pilihan :
(a) Busa (aerosol) efektif segera setelah insersi
(b) Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya
sebagai metode kontrasepsi
(c) Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya
disarankan menunggu 10 15 menit sedudah
dimasukkan sebelum hubungan seksual.
(d) Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan
diafragma.
(2) Keuntungan
Keuntungan secara kontrasepsi
(a) Efektifitas seketika (busa dank rim)
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
(d) Tidak mengganggu kesehatan klien
(e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
(f) Mudah digunakan

200

(g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual


(h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
Keuntungan secara non kontrasepsi
(a) Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS
termasuk HBV dan HIV / AIDS.
(3) Kerugian
(a) Efektifitas kurang (18 29 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama.
(b) Efektifitas

sebagai

kontrsepsi

bergantung

pada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan


(c) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap mekukan hubungan seksual
(d) Pengguna harus menunggu 10 15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet
busa vagina suppositoria dan krim)
(e) Efektifitas aplikasi hanya 1 2 jam.
(4) Cara penggunaan
(a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum
mengisi aplikator (busa atau krim) dan insersi
spermisida
(b) Penting

untuk

menggunakan

spermisida

melakukan aktivitas hubungan seksual

setiap

201

(c) Jarak tunggu sesdudah memasukkan tablet vagina atau


suppositoria adalah 10 15 menit.
(d) Penting untuk mengikuti ajaran dari pabrik tentang cara
penggunaan dan penyimpanan dari setiap produk.
(e) Spermisida ditempatkan jauh didalam vagina sehingga
serviks terlindungi dengan baik.
Aerosol
(a) Kocok tempat aerosol 20 - 30 menit sebelum
digunakan.
(b) Tempat container dengan posisi ke atas, letakkan
aplikator pada mulut container, dan tekan aplikator
untuk mengisi busa
(c) Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam
vagina mendekati serviks, lalu dorong sampai busa
keluar.
(d) Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan,
dan keringkan. Jangan berbagi aplikator dengan orang
lain.
Tablet vagina atau Suppositoria
(a) Cuci tangan sebelum mebuka paket
(b) Lepaskan tablet atau suppositoria dan paket
(c) Sambil

berbaring

masukkan

suppositoria jauh kedalam vagnia

tablet

vagina

atau

202

(d) Tunggu 10 15 menit sebelum mulai berhubungan


seksual
(e) Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau
suppositoria ditempat.
Krim
(a) Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas kedalam
aplikator sampai penuh, masukkan kedalam vagina
sampai mendekati serviks.
(b) Tekan alat pendorong sampai krim keluar, tidak perlu
menunggu kerja krim
(c) Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai
dengan penegahan infeksi untuk alat alat tiriskan dan
keringkan
(d) Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian
bagiannya. Jangan berbagi aplikator dengan orang
lain.
(e) Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila
ternyata container kosong. (Nina, 2013)
d) Diafragma
Diafragma adalah kap berbantuk bulat cembung, terbuat
dari karet (lateks) yang diinsersikan kedalam vagina selama
berhubungan seksual dan menutup serviks. (Nina, 2013)

203

Gambar 2.37 Diafragma


(1) Jenis
(a) Flat spring (flat metal band)
(b) Coil spring (coil wire)
(c) Arching spring (kombinasi metal spring)

(2) Cara kerja


Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan
tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Nina,
2013)
(3) Keuntungan
Keuntungan secara kontrasepsi
(a) Efektif bila digunakan dengan benar
(b) Tidak menganggu produksi ASI
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang sampai 6 jam sebelumnya
(d) Tidak mengganggu kesehatan pasien.

204

Keuntungan secara non kontrasepsi


(a) Salah satu perlindungan terhadap IMS / HIV / AIDS,
khususnya apabila dapat digunakan dengan spermisida
(b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah
menstruasi
(4) Kerugian
(a) Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida
angka kegagalan 6 16 kehamilan per 100 perempuan
per tahun pertama), karena bergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
(b) Motivasi

diperlukan

berkesinambungan

dengan

menggunakannya setiap berhubungan seksual


(c) Pemeriksaan pelvic oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan.
(d) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi
saluran uretra
(e) Pada 6 jam pasca hubungan seksual alat masih harus
berada di posisinya
(5) Cara menggunakan diafragma
(a) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
sebelum melakukan hubungan seksual.

205

(b) Gunakan tangan saat membuka kemasan, jangan


menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet,
gunting, atau benda tajam lainnya.
(c) Pastikan difragma tidak berlubang (tes dengan mengisi
diafragma dengan air, atau melihat menembus cahaya)
(d) Oleskan sedkit spermisida krim atau jelli pada kap
diafragma (untuk memudahkan pemasangan tambahan
krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya)
(e) Posisi saat pemasangan diafragma boleh sambil
berbaring, sambil jongkok atau satu kaki diangkat ke
atas kursi
(f) Lalu tangan kiri melebarkan kedua bibir vagina,
sedangkan tangan kanan memasang diafragma kedalam
vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan
pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
(g) Masukkan jari telunjuk tangan kanan kedalam vagina
sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan
pastikan serviks telah terlindungi.
(h) Rapikan cincin bagian luar yang terbuka dibibir vagina.
Diafragma dipasang di vagina samapai 6 jam sebelum
hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung
diatas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida
kedalam vagina.

206

(i) Setelah itu diafragma siap dipakai untuk berhubungan


badan suami istri.
(j) Untuk melepaskannya diafragma tinggal dicabut pelan
pelan dan lapisan bagian cincin yang luar di pencet
agar sperma tidak berantakan kemana mana.
Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6 jam
setelah

terlaksananya

hubungan

seksual.

Jangan

tinggalkan diafragma didalam vagina lebih dari 24 jam


sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci vagina
setiap waktu, pencucian vagina bisa dilakukan setelah
ditunda 6 jam sesudah hubungan seksual).
(k) Cuci dengan sabun dan air lalu keringkan sebelum
dibuang atau segera setelah diafragma di lepas ikat
pangkalnya dengan kuat lalu di buang pada tempatnya.
(Nina, 2013)
e) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD
IUD singkatan dari Intra Uterine Device yang
merupakan alat kontrasepsi paling banyak digunakan, karena
dianggap sangat efektif dalam mencegah kehamilan dan
memiliki manfaat yang relative banyak dibanding alat
kontrasepsi lainnya. Diantaranya tidak menggangu saat coitus
(hubungan badan), dapat digunakan sampai menopause dan

207

setelah IUD dikeluarkan dari rahim, bisa dengan mudah subur.


(Nina, 2013)

Gambar 2.38 Kontrasepsi IUD


(1) Jenis IUD
Jenis dari IUD ini bermacam macam, paling umum dulu
dikenal dengan nama spiral.
(a) Lippes Loop
(b) Saf T Coil
(c) Dana Super
(d) Copper T (Gyne T)
(e) Copper 7 (Gravigard)
(f) Multiload

Gambar 2.39 Macam macam IUD

208

Dari berbagai jenis IUD diatas, saat ini yang umum beredar
dipakai di Indonesia ada 3 macam jenis yaitu :
(a) IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastic yang lentur
dan tembaga yang berada pada kedua lengan IUD dan
batang IUD
(b) IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastic dan tembaga.
Pada ujung lengan IUD bentuknya agak melengkung
tanpa ada tembaga, tembaga lainnya hanya ada pada
batang IUD
(c) IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastic yang
dikelilingi

oleh

silinder

pelepas

hormone

Levonolgestrel (hormone progesterone) sehingga IUD


ini dapat dipakai oleh ibu menyusui karena tidak
menghambal ASI. (Nina, 2013)
(2) Cara kerja IUD
(a) Cara kerja utama mencegah sperma bertemu sel telur
(b) Mencegah implantasi atau tertanamnya sel telur dalam
rahim
(c) Untuk IUD mirena ada tambahan cara kerjanya yaitu
mengentalkan lendir rahim karena pengaruh hormone
Levonolgestrel yang di lepaskannya
(3) Keuntungan

209

(a) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi (1 kegagalan


dalam 125 170 kehamilan).
(b) Dapat efektif segera setelah pemasangan
(c) IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang
(d) Tidak tergantung pada daya ingat
(e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
(f) Tidak ada interaksi dengan obat obatan
(g) Membantu mencegah kehamilan diluar kandungan
(kehamilan ektopik)
(4) Kerugian
Setelah pemasangan IUD, beberapa ibu mungkin
mengeluh merasa nyeri bagian perut dan perdarahan sedikit
sedkit (spoting). (Nina, 2013)
IUD bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna,
sehingga masih terdapat beberapa kerugian, atara lain :
(a) Pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi saluran
genetalia diperlukan sebelum pemasangan IUD
(b) Perdarahan diantara haid (spotting)
(c) Setelah pemasangan, kram dapat terjadi dalam beberapa
hari.
(d) Dapat memungkinkan resiko penyakit radang panggul
(e) Memerlukan prosedur pencegahan infeksi sewaktu
memasang dan mencabutnya

210

(f) Haid semakin banyak, lama dan rasa sakit selama 3


bulan pertama pemakaian IUD dan berkurang setelah 3
bulan
(g) Pasien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya
(h) Tidak melindungi pasien terhadap PMS (Penyakit
Menular Seksual), HIV dan AID.
(i) IUD dapat keluar rahim melalui kanalis hingga keluar
vagina (Saifuddin, 2003)
(5) Waktu pemasangan IUD
(a) IUD dapat dipasang kapan saja dalam siklus haid
selama yakin tidak hamil
(b) Pemasangan setelah persalinan : boleh dipasang dalam
waktu 48 jam setelah persalinan.
(c) Dapat pula dipasang setelah 4 minggu pasca persalinan,
dengan dipastikan tidak hamil
(d) Antara 48 jam sampai 4 minggu pasca persalinan, tunda
pemasangan, gunakan metode kontrasepsi yang lain.
(e) Setelah keguguran atau aborsi : jika mengalami
keguguran dalam 7 hari terakhir, boleh dipasang jika
tidak ada infeksi. Jika keguguran lebih dari 7 hari
terakhir, boleh dipasang jika dipastikan tidak hamil.
(f) Jika terjadi infeksi, boleh dipasang 3 bulan setelah
sembuh. Pakai metode kontrasepsi yang lain.

211

(g) Jika ganti dari metode yang lain : jika telah memakai
metode lain dengan benar atau tidak bersenggama sejak
haid terakhir, AKDR boleh dipasang. (Tidak hanya
selama haid, termasuk melakukan MAL dengan benar).
(Nina, 2013)
(6) Yang perlu diingat jika ingin menggunakan KB UD
(a) Jenis AKDR yang dipakai
(b) Waktu untuk melepas AKDR
(c) Perubahan menstruasi dank ram adalah hal biasa :
datang kembali ke tenaga kesehatan jika mengganggu.
(d) Kembali dalam 3 6 minggu, atau setelah masa haid
berikutnya untuk pemeriksaan ke bidan atau tenaga
kesehatan jika :
a. Terlambatnya haid, atau merasa hamil
b. Mungkin terinfeksi IMS atau HIV
c. Benang AKDR berubah panjang atau hilang.
d. Sangat nyeri pada bagian bawah perut. (Nina, 2013)
(7) Cara memeriksa benang IUD
(a) Ibu datang ke tenaga kesehatan
(b) Memeriksa sendiri dengan cara :
1. Cuci tangan
2. Duduk dalam posisi jongkok

212

3. Masukkan jari kedalam vagina dan rasakan benang


di mulut rahim.
4. Cuci tangan setelah selesai. (Nina, 2013)
f) Metode KB Alamiah (Metode Kalender)
Metode kalender atau pantang berkala merupakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua.
Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid atau
menstruasi wanita. (Nina, 2013)
Metode kalender atau pentang berkala adalah metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami
istri dengan tidak melakukan seanggama atau hubungan
seksual pada masa subur atau ovulasi. (Nina, 2013)
(1) Keuntungan
(a) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana
(b) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat
(c) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus
dalam penerapannya
(d) Tidak menganggu pada saat berhubungan seksual
(e) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender
dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan
dengan kontrasepsi.
(f) Tidak memerlukan biaya

213

(g) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.


(Nina, 2013)
(2) Kerugian
(a) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami dan istri
(b) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam
menjalankannya
(c) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan
seksual setiap saat
(d) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa
tidak subur
(e) Harus mengamati siklus menstruasi minimal enam kali
siklus
(f) Siklus

menstruasi

yang

tidak

teratur

(menjadi

penghambat)
(g) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode
kontrasepsi lain. (Nina, 2013)
(3) Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif jika dilakukan
dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode
kalender, pasangan suami istri harus mengetahui masa
subur. Menurut penelitian angka kegagalan penggunaan
metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. (Nina,
2013)

214

(4) Penerapan
(a) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke
-1 dan masa subur adalah hari ke 12 hingga hari ke 16
dalam siklus haid
(b) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi
11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
(Nina, 2013)
g) Metode KB Alamiah (Suhu Basal)
Metode suhu basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh
tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
(Nina, 2013)
(1) Keuntungan
(a) Meningkatkan

pengetahuan

dan

kesadaran

pada

pasngan suami istri tentang masa subur atau ovulasi


(b) Membantu wanita yang megalami siklus haid tidak
teratur mendeteksi masa subur atau ovulasi
(c) Dapat

digunakan

sebagai

kontrasepsi

meningkatkan kesempatan untuk hamil

ataupun

215

(d) Memebantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada


saat mengalami masa subur atau ovulasi seperti
perubahan lendir serviks.
(e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah
wanita itu sendiri. (Nina, 2013)
(2) Kerugian
(a) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri
(b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis
(c) Suhu basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, merokok, alcohol, stress, penggunaan narkoba
maupun selimut elektrik
(d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu
yang sama
(e) Tidak mendeteksi awal masa subur
(f) Membutuhkan masa pantang yang lama. (Nina, 2013)
(3) Efektifitas
Tingkat keefektifan metode suhu basal sekitar 80 persen
atau 20 30 kehamilan per 100 wanita per tahun.
h) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
Kontrasepsi mantap merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikat atau
memotong saluran telur (pada perempuan) dan saluran sperma
(laki laki). Kontrasepsi mantap dijalankan dengan melakukan

216

operasi kecil pada organ reproduksi yaitu : Tubektomi (pada


perempuan), Vasektomi (pada laki laki). (Nina, 2013)

Gambar 2.40 MOW dan MOP


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan
tidak akan mendapat keturunan lagi. Tubektomi untuk
mencegah bertemunya sel telur dan sel sperma (pembuahan)
dengan cara menutup saluran telur tanpa mengubah indung
telur dalam rahim.
Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5 cm 1
cm) pada vasa defernsia atau tindakan operasi ringan dengan
cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sperma
tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa,
dengan demikian tidak terjadi pembuahan, operasi berlangsung
kurang lebih 15 menit dan pasien tidak perlu dirawat.
(Siswosudarmo, 2007)
(1) Cara kerja

217

Cara kerja tobektomi atau ligasi tuba yaitu dengn


mengonklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu
dengan ovum.
(2) Keuntungan
Keuntungan Tubektomi :
(a) Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 wanita selama
setahun penggunaan awal)
(b) Permanen
(c) Tidak mempengaruhi proses menyusui
(d) Tidak bergantung pada factor senggama
(e) Baik digunakan apabila kehamilan menjadi resiko
kehamilan yang serius
(f) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi
local
(g) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(h) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual. (Nina,
2013)
Keuntungan Vasektomi :
(a) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan
kapan saja
(b) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan

218

(c) Baik yang dilakukan pada laki laki yang tidak ingin
punya anak
(d) Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi
dan sterilisasi tubulus
(e) Tidak mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menikmati hubungan seksual. (Nina, 2013)
(3) Kerugian
Kerugian Tubektomi
(a) Harus

dipertimbangkan

sifat

permanen

metode

kontasepsi
(b) Pasien dapat menyesal dikemuadian hari
(c) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan
anaestesi umum)
(d) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
(e) Dilakukan oleh dokter yang terlatih
(f) Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV / AIDS
Kerugian Vasektomi
(a) Masih merupakan tindakan operasi maka laki laki
masih merasa takut.
(b) Beberapa laki laki takut vasektomi mempengaruhi
kemampuan seks atau menyebabkan maslah ereksi.

219

(c) Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap


IMS termasuk HIV / AIDS
(d) Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika orang itu
masih dibawah usia 25 tahun.
(e) Dibutuhkan 1 3 tahun untuk benar benar
menentukan apakah vasektomi dapat bekerja efektif 100
persen atau tidak. (Nina, 2013)
c. Indikasi dan Kontra indikasi
1) Kontrasepsi Pil
a) Indikasi mini pil
(1) Wanita usia reproduksi (20 35 tahun)
(2) Wanita yang telah memiliki anak maupun yang belum
mempunyai anak
(3) Pasca persalinan dan tidak sedang menyusui
(4) Pil menyusui : menginginkan metode kontrasepsi efektif
selama masa menyusui
(5) Pil kombinasi : setelah melahirkan dan tidak menyusui
(6) Ibu pasca keguguran
(7) Tekanan darah kurang dari 180 / 110 mmHg atau dengan
masalah pembekuan darah
(8) Perokok segala usia
(9) Gemuk dan kurus
(10) Pil kombinasi : siklus haid teratur. (Nina, 2013)

220

b) Kontraindikasi mini pil


(1) Wanita usia tua dengan perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya (lebih dari 35 taahun)
(2) Wanita yang diduga hamil
(3) Pil Kombinasi : menyusui ekslusif
(4) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
(5) Riwayat kehamilan ektopik
(6) Riwayat kanker payudara atau penderita kanker payudara.
(7) Wanita pelupa sehingga sering tidak minum pil
(8) Ikterus, penyakit hati aktif atau tumor hati jinak maupun
ganas
(9) Wanita

yang

sedang

mengonsumsi

obat

obatan

tubercolosis dan epilepsy.


(10) Riwayat hipertensi. (Nina, 2013)
2) Kontrasepsi Suntik
a) Indikasi KB Suntik
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak
(3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
(4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan
(5) Suntik Kombinasi : Pasca perslinan dan tidak menyusui
(6) Nyeri haid hebat

221

(7) Haid teratur


(8) Sering lupa menggunakan pil kombinasi
(9) Pasca keguguran
(10) Suntik tribulan : ibu yang tidak dapat menggunakan
kontrasepsi yang mengandung estrogen
(11) Suntik Tribulan : Ibu yang sedang menyusui
b) Kontraindikasi KB Suntik
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan
(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
(4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
(5) Umur > 35 tahun yang merokok
(6) Ibu yang mempunyai riwayat penyakit jantung, stroke, atau
dengan tekanan darah tinggi (>180 / 110 mmHg)
(7) Keganasan pada payudara
(8) DM yang disertai komplikasi
3) Kontrasepsi Implant
a) Indikasi Implant
(1) Umur reproduksi (20 35 tahun)
(2) Telah memilki anak sesuai yang digunakan atau tidak ingin
tambah anak lagi tetapi saat ini belum mau menggunakan
kontrasepsi mantap

222

(3) Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi


dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.
(4) Pascapersalinan dan sedang smenyusui bayinya yang berusia
6 minggu atau lebih
b) Kontraindikasi Implant
(1) Hamil atau diduga hamil
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
(3) Ada benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker
payudara
(4) Tidak dapat menerina perubahan pola haid yang terjadi
(5) Ibu yang memiliki riwayat hipertensi
(6) Ibu yang memiliki riwayat diabetes mellitus
4) Metode Amenorrhea Laktasi (MAL)
a) Indikasi MAL
(1) Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding) dan lebih
efektif bila pemberian 8x sehari
(2) Ibu yang belum haid sejak pascapersalinan
(3) Umur bayi kurang dari 6 bulan
(4) Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi
lainnya bila ibu sudah mendapatkan menstruasi
b) Kontraindikasi MAL
(1) Sudah mendapat haid setelah melahirkan
(2) Tidak menyusui bayinya secara ekslusif

223

(3) Usia bayi sudah lebih dari 6 bulan


(4) Bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam serta tidak
memberikan ASI perah
5) Kondom
a) Indikasi Kondom
(1) Ingin berpartisipasi dalam program KB
(2) Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
(3) Ingin kontrasepsi sementara
(4) Ingin kontrasepsi tambahan
(5) Hanya

ingin

menggunakan

alat

kontrasepsi

saat

berhubungan
(6) Beresiko tinggi tertular atau menularkan PMS
b) Kontraindikasi Kondom
(1) Mempunyai pasangan yang beresiko tinggi apabila terjadi
kehamilan
(2) Alergi terhadap bahan dasar kondom
(3) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
(4) Tidak mau terganggu dalam persiapan untuk melakukan
hubungan seksual
(5) Tidak peduli dengan berbagai persyaratan kontrasepsi.
(Nina, 2013)

224

6) Spermisida
a) Indikasi spermisida
(1) Pasien yang tidak dianjurkan untuk menggunakan metode
kontrasepsi hormonal
(2) Tidak perokok
(3) Umur pasien tidak lebih dari 35 tahun
(4) Tidak menyukai pengguna AKDR
(5) Menyusui dan perlu kontrasepsi
(6) Memerlukan proteksi terhadap IMS
(7) Memerlukan metode sederhana sambil menentukan untuk
menggunakan metode lain
b) Kontraindikasi spermisida
(1) Berdasarkan umur dan paritas serta masalah kesehatan
menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi
(2) Terinfeksi saluran uretra
(3) Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat
kelaminnya (vulva dan vagina)
(4) Mempunyai riwayat sindrom syok karea keracunan
(5) Ingin metode KB efektif. (Nina, 2013)
7) Diafragma
a) Indikasi diafragma
(1) Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, perokok,
umur > 35 tahun

225

(2) Tidak menyukai menggunakan IUD


(3) Menyusui dan perlu kontrasepsi
(4) Memerlukan proteksi terhadap IMS
(5) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode
lain
b) Kontraindikasi diafragma
(1) Berdasarkan umur an paritas serta masalah kesehatan
menyebabkan kehamilan menjadi resiko tinggi
(2) Terinfeksi saluran uretra
(3) Tidak stabil secara psikis atau tidak suda menyentuk alat
kelaminnya (vulva dan vagina)
(4) Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan
(5) Ingin metode KB efektif

8) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD


a) Indikasi IUD
(1) Usia reproduktif
(2) Keadaan nullipara (yang belum mempunyai anak)
(3) Ibu yang sedang menyusui
(4) Sedang mengalami keguguran dan tidak terlihat adanya
infeksi
(5) Resiko rendah IMS
(6) Tidak menghendaki metode kontrasepsi hormonal

226

b) Kontraindikasi IUD
(1) Kemungkinan hamil
(2) Setelah melahirkan (2 28 hari pasca melahirkan),
pemasangan IUD hanya boleh dilakukan sebelum 48 jam
dan setelah 4 minggu pasca persalinan.
(3) Memiliki resiko IMS (termasuk HIV/AIDS)
(4) Perdarahan vaginan yang tidak diketahui
(5) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita
penyakit radang panggul atau infeksi setelah keguguran
9) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
a) Indikasi KB Mantap
Indikasi Tubektomi dan Vasektomi :
(1) Umur lebih dari 26 tahun
(2) Anak lebih dari 2 orang
(3) Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang
diinginkan
(4) Ibu pascapersalinan
(5) Ibu pasca keguguran
(6) Pasien paham dan setuju dengan prosedur KB tubektomi
maupun vasektomi
b) Kontraindikasi KB Mantap
Kontraindikasi Tubektomi dan Vasektomi :
(1) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari factor ovarium)

227

(2) Baru 1 sampai 6 minggu pascapersalinan


(3) Kondisi kesehatan yang berat seperti stroke, tekanan darah
tinggi atau DM
(4) Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan
memperburuk kesehatannya
(5) Infeksi organ organ pelvic yang luas dan berat
(6) Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dar 4 cm)
(7) Pasien masih ragu dan belum setuju dengan kontrasepsi
Tubektomi maupun Vasektomi. (Nina, 2013)
(8) Kontraindikasi lainnya pada vasektomi adalah perdarahan,
hematoma, infeksi, granuloma sperma, antibody sperma.
d. Efek Samping Keluarga Berencana
1) Kontrasepsi Pil
a) Gangguan

haid

seprti

perdarahan

bercak,

amenorrhoe, dan haid tidak teratur


b) Peningkatan atau penurunan (fluktuasi) berat badan
c) Nyeri tekan pada payudara
d) Mual
e) Pusing
f) Perubahan mood
g) Dermatitis atau jerawat
h) Kembung depresi
2) Kontrasepsi Suntik

sppoting,

228

a) Pertambahan berat badan


b) Sakit kepala
c) Libido menurun
d) Ketidaknyamanan pada payudara
e) Perdarahan tidak teratur
f) Perubahan periode mestruasi
3) Kontrasepsi Implant
a) Nyeri kepala atau pusing
b) Peningkatan atau penurunan berat badan
c) Nyeri payudara serta perasaan mual
d) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan
e) Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan implant
f) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual (IMS)
g) Pasien tidak dapat

menghentikan sendiri

pemakaiannya

kontrasepsi ini sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke


klinik untuk pencabutan.
4) Kondom
a) Kondom rusak atau bocor sebelum pemakaian
b) Kondom bocor saat berhubungan
c) Adanya reaksi alergi
d) Mengurangi kenikmatan berhubungan seksual

229

5) Spermisida
a) Iritasi vagina
b) Iritasi pada penis dan tidak nyaman
c) Gangguan rasa panas divagina
6) Diafragma
a) Infeksi saluran uretra
b) Dugaan adanya reaksi alergi diafragma atau dugaan adanya
reaksi alergi spermisida
c) Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih atau rectum
d) Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24
jam
7) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD
a) Perdarahan diantara haid (spotting)
b) Haid semakin banyak, lama dan rasa sakit selama 3 bulan bulan
pertama pemakaian IUD dan berkurang setelah 3 bulan
8) Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
a) Demam pasca operasi (380C)
b) Tubektomi tidak memberikan perlindungan terhadap IMS
(Infeksi Menular Seksual)
c) Vasektomi : sperma yang diproduksi tubuh laki laki tidak bisa
disalurkan karena prows vasektomi tersebut, akan kembali
diserap oleh tubuh tanpa menyebabkan gangguan metabolism

230

d) Beberapa orang menggunakan vasektomi mengeluh tenatng


gangguan terhadap gairah seksual mereka, tetapi itu hanya
bersifat psikologis bukan gejala fisiologis
e) Rasa nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan yang
biasanya hanya berlangsungbeberapa hari.
f) Efek samping vasektomi hampir tidak ada kecuali infeksi
apabila perawatan pasca operasinya tidak bagus atau disebabkan
karena dari lingkungan luar bukan dari vasektomi itu sendiri.
(Nina, 2013)

231

B. Tinjauan Teori Manajemen Asuhan Kebidanan Menurut Hellen Varney


2007 dan SOAP
1. Pengertian
Manajemen Varney merupakan metode pemecahan masalah
kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam
memeberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. (Varney, 2007)
2. Tujuan
Tujuan manajemen asuhan kebidanan adalah sebagai berikut :
a. Planning ( Perencanaan )
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu
masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan itu.
b. Organizing
Yaitu mengelompokan dan menentukan berbagai asuhan penting
dan untuk melaksanakan asuhan-asuhan itu.
c. Staffing
Yaitu menentukan kebutuhan-kebutuhan klien, KIE, penyaringan,
latihan pengembangan tenaga kesehatan.
d. Controlling ( Pengawasan )
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
penyebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang
diperlukan. (Varney, 2007)

232

3. Langkah Manajemen Varney


Dalam proses penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut Varney ada
7 langkah, meliputi :
a. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan
langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar
atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini
harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang
sebenarnya. (Varney, 2007)
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnose dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnose tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita

233

yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. (Varney,


2007)
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnose potensial berdasarkan diagnose yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnose ini menjadi benar-benar terjadi. (Varney, 2007)
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera dan kolaborasi
Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter
untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain. (Varney, 2007)
e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau masalah yang berkaitan
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah
dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien
bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan
lain. (Varney, 2007)

234

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan


sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
(Varney, 2007)
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. (Varney, 2007)
g. Langkah VII : Mengevaluasi
Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan dan benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan diagnosa/masalah. (Varney, 2007)
4. Metode SOAP
SOAP merupakan singkatan dari :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokmentasian pengumpulan data klien
melalui anamnesa. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil
bertanya pada klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan,
riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat
persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit
keturunan, riwayat psikososial dan pola hidup). (Varney, 2007)

235

Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.


Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa. (Varney, 2007)
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung assessment.
Tanda gejala objektif meliputi (keadaan umum, vital sign,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam, pemeriksaan penunjang).
Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa. (Varney, 2007)
c. Assesment
Masalah atau diagnosa ditegakkan berdasarkan data atau
infomasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. (Varney, 2007)
Menggambarkan

pendokumentasian

hasil

analisa

da

intrepretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :


1) Diagnosa masalah
Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien. Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang
sehingga kebutuhan klien terganggu.
2) Antisipasi masalah lain / diagnosa potensial

236

d. Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan Assesment. Untuk perencanaan, implementasi
dan evaluasi dimasukkan dalam P.
a.

Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang
untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik
mungkin.

b.

Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan
mengurangi masalah klien.

c.

Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal
penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan.
(Varney, 2007)

237

BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
LANGKAH I
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Nama Klien : Ny. M

Nama suami : Tn. D

Umur

: 27 tahun

Umur

: 31 tahun

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedadang

Alamat

: Gn. IV RT 24 No. 19 Alamat

Pekerjaan

: Pedagang

: Gn. IV RT 24 No. 19

Anamnesa
Tanggal

: 19 Maret 2015

Oleh

: Intan Rafyah Salsabila

1. Alasan kunjungan saat ini

: Ingin memeriksakan kehamilannya

2. Keluhan

: Ibu mengatakan sering BAK dan susah


tidur

3. Riwayat obstetric dan ginekologi :


a) Riwayat menstruasi
1) HPHT/TP

: 26 07 -2014

2) Umur kehamilan

: 33 - 34 minggu

TP : 03 05 - 2015

238

3) Lamanya

: 7 hari

4) Banyaknya

: 50 cc

5) Konsistensi

: Cair

6) Siklus

: 28 hari

7) Menarche

: 14 tahun

8) Teratur/tidak

: Teratur

9) Dismenorrhea

: Tidak ada

b) Flour albus
1) Banyaknya

: Ada

2) Warna

: Tidak ada

3) Bau/gatal

: Tidak ada

4. Tanda-tanda kehamilan
a)

Test kehamilan

: Sudah melakukan tes kehamilan

b)

Tanggal

: Ibu mengatakan lupa

c)

Hasi

: Positif ( +)

d)

Pergerakan janin yang


pertama kali dirasakan
oleh ibu

e)

: UK 4 bulan

Pergerakan janin dalam


24 jam terakhir

: 12 kali

5. Riwayat penyakit gangguan reproduksi


a) Mioma uteri

: Tidak ada

b) Kista

: Tidak ada

239

c) Mola hidatidosa

: Tidak ada

d) PID

: Tidak ada

e) Endometriosis

: Tidak ada

f) KET

: Tidak ada

g) Hydramnion

: Tidak ada

h) Gemeli

: Tidak ada

i) Lain-lain

: Tidak ada

6. Riwayat imunisasi
a) Imunisasi TT I : Ya Tempat : SD

Tanggal : Ibu mengatakan

lupa
b) Imunisasi TT II : Ya Tempat : PKM
lupa
7. Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit yang pernah dialami
1) Penyakit jantung

: Tidak ada

2) Hipertensi

: Tidak ada

3) Hepar

: Tidak ada

4) DM

: Tidak ada

5) Anemia

: Tidak ada

6) PSM/HIV/AIDS

: Tidak ada

7) Campak

: Tidak ada

8) Malaria

: Tidak ada

9) TBC

: Tidak ada

Tanggal : Ibu mengatakan

240

10) Gangguan mental

: Tidak ada

11) Operasi

: Tidak ada bekas operasi

12) Hemorrhoid

: Tidak ada

b) Alergi
1) Makanan

: Tidak ada

2) Obat-obatan

: Tidak ada

8. Keluhan selama hamil


a) Rasa lelah

: Tidak ada

b) Mual dan muntah

: Tidak ada

c) Tidak nafsu makan

: Tidak ada

d) Sakit kepala/pusing

: Tidak ada

e) Penglihatan kabur

: Tidak ada

f) Nyeri perut

: Tidak ada

g) Nyeri waktu BAK

: Tidak ada

h) Pengeluaran cairan
pervaginam

: Tidak ada

i) Pendarahan

: Tidak ada

j) Haemorroid

: Tidak ada

k) Nyeri pada tungkai

: Tidak ada

l) Oedema

: Tidak ada

241

9. Riwayat persalinan yang lalu


N

Tgl

Tempat

Masa

Jenis

Lahir

Lahir

Gestasi

Persalinan

Penolong

2008

BPM

36 - 37

Asmini

mg

Normal

Bidan

Penyakit

Anak

JK

BB

PB

Keadaan

2800

51

Baik

49

Baik

Tidak
ada

gr

wati
2

2010

BPM

36 37

Asmini

mg

Normal

Bidan

Tidak

ada

3200
gr

wati
3

2013

8 mg

Abortus
Hamil ini G4P2A1 UK 33 34 minggu

10. Riwayat menyusui


a) Anak I : Ada

Lamanya : 6 bulan

Alasan : ASI ekslusif

b) Anak II : Ada

Lamanya : 6 bulan

Alasan : ASI ekslusif

11. Riwayat KB
a) Pernah Ikut KB

: Pernah

b) Jenis kontrasepsi
c) yang pernah digunakan

: KB PIL

d) Lama pemakaian

: 2 th

e) Keluhan selama pemakaian: Tidak ada


f) Tempat pelayanan KB

: Puskesmas

242

g) Alasan ganti metode

: Tidak ada

h) Ikut KB atas motivasi

: Suami dan ibu sendiri

12. Kebiasaan sehari-hari


a) Merokok sebelum dan selama hamil

: Tidak pernah

b) Obat-obatan/jamu sebelum/selama hamil : Tidak pernah


c) Alcohol

: Tidak pernah

d) Makan/diet
1) Jenis makanan

: Gizi seimbang

2) Frekuensi

: 1-2 sehari

3) Porsi

: Sedang

4) Pantangan

: Tidak ada

5) Perubahan makan yang dialami

: Tidak ada

e) Defekasi/Miksi
1) BAB
(a) Frekuensi

: 1 sehari

(b) Konsistensi

: Lembek

(c) Warna

: Kuning

(d) Keluhan

: Tidak ada

2) BAK
(a) Frekuensi

: 5 - 6 sehari

(b) Konsistensi

: Cair

(c) Warna

: Kuning jernih

(d) Keluhan

: Tidak ada

243

f) Istirahat dan tidur


1) Siang

: 1-2 jam/hari

2) Malam

: 7-8 jam/hari

g) Aktivitas sehari-hari
1) Didalam rumah

: Ibu mengatakan melakukan pekerjaan


rumah tangga.

2) Diluar rumah

: Ibu mengatakan berjualan

h) Pola seksualitas
1) Frekuensi

: 1 kali / bulan

2) Keluhan

: Tidak ada

13. Riwayat psikososial


a) Pernikahan
1) Status

: Menikah

2) Yang ke

: 1 ( satu )

3) Lamanya

: 7 th

4) Usia pertama
kali menikah
b) Respon ibu terhadap kehamilan

: 20 tahun
: Ibu mengatakan sangat senang dan
bahagia

c) Harapan ibu terhadap


jenis kelamin anak/bayi

: Ibu mengatakan apapun jenis


kelamin anaknya tidak
dipermasalahkan

244

d) Respon suami/keluarga
terhadap jenis kelamin bayi

: Keluarga sangat senang dan


bahagia .

e) Kepercayaan yang berhubungan


dengan kehamilan

: Ibu mengatakan tidak ada


kepercayaan yang berhubungan
dengan kehamilan.

f) Pantangan selama kehamilan

: Tidak ada

g) Persiapan persalinan

: BAKSOKUDA

h) Rencana tempat bersalin

: Di BPM Asminiwati

14. Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Penyakit Jantung

: Tidak ada

b) Hipertensi

: Tidak ada

c) Hepar

: Tidak ada

d) DM

: Tidak ada

e) Anemia

: Tidak ada

f) PSM/HIV/AIDS

: Tidak ada

g) Campak

: Tidak ada

h) Malaria

: Tidak ada

i) TBC

: Tidak ada

j) Gangguan mental

: Tidak ada

k) Operasi

: Tidak ada

l) Bayi Lahir Kembar

: Tidak ada

245

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum

: Baik

b) Kesadaran

: Composmentis

c) Ekspresi wajah

: Stabil

d) Keadaan emosional

: Baik dan ramah

e) Berat badan
1) Sebelum hamil

: 54 kg

2) Saat hamil

: 63 kg

f) Tinggi badan

: 159 cm

g) LILA

: 24 cm

2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah

: 120 / 70 mmHg

b) Nadi

: 80 x / menit

c) Suhu

: 36,50C

d) Pernapasan

: 20 x / menit

C. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
1. Kepala
a) Kulit kepala

: Bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, tidak


ada benjolan abnormal

b) Kontruksi rambut

: Pendek, lurus, dan bewarna hitam

c) Distribusi rambut

: Rambut banyak, tebal, dan merata

246

d) Lain-lain

: Tidak ada

2. Mata
a) Kelopak mata

: Tidak ada oedema pada kelopak mata

b) Konjungtiva

: Tidak anemis

c) Sklera

: Tidak ikhterik

d) Lain-lain

: Tidak ada

3. Muka
a) Kloasma gravidarum

: Tidak adanya cloasma gravidarum

b) Oedema

: Tidak adanya oedema

c) Pucat/tidak

: Tidak pucat

d) Lain-lain

: Tidak ada

4. Mulut dan gigi


a) Gigi geligi

: Tidak ada

b) Mukosa mulut

: Kemerahan dan lembab

c) Caries dentis

: Tidak ada caries dentis

d) Geraham

: Tidak adanya lubang

e) Lidah

: Bersih dan berwarna merah muda

f) Lain-lain

: Tidak ada

5. Leher
a) Tonsil

: Tidak ada pembesaran tonsil

b) Faring

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c) Vena jugularis

: Tidak ada pembesaran vena jugularis

d) Kelenjar Tiroid

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

247

e) Kelenjar getah bening

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening
6. Dada
a) Bentuk mammae

: Simetris, bulat, tidak ada bekas operasi

b) Retraksi

: Tidak ada retraksi

c) Putting susu

: Menonjol

d) Areola

: Menghitam (hiperpigmentasi)

7. Punggung ibu
a) Bentuk/Posisi

: Normal tidak ada kelainan.

8. Perut
a) Bekas operasi

: Ada bekas operasi usus buntu

b) Striae

: Adanya striae albicans

c) Pembesaran

: Tidak ada pembesaran

d) Asites

: Tidak ada

9. Vagina
a) Varises

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Pengeluaran

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c) Oedema

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d) Perineum

: Tidak dilakukan pemeriksaan

e) Luka parut

: Tidak dilakukan pemeriksaan

f) Fistula

: Tidak dilakukan pemeriksaan

g) Lain-lain

: Tidak dilakukan pemeriksaan

248

10. Ekstremitas
a) Oedema

: Tidak ada oedema pada tangan dan kaki

b) Varises

: Tidak ada varises

c) Lain-lain

: Tidak ada

11. Kulit
a) Lain-lain

: Turgor kulit terlihat baik

Palpasi
1. Leher
a) Vena jugularis

: Tidak ada pembesaran vena jugularis

b) Kelenjar getah bening

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah


bening

c) Kelenjar tiroid

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

2. Dada
a) Mammae

: Tidak ada nyeri tekan

b) Massa

: Tidak ada massa

c) Konsistensi

: Kenyal atau lunak

d) Pengeluaran kolostrum

: Ada pengeluaran colostrum

3. Perut
a) Leopold I

: TFU 25 cm (3 jr bwh px), diatas fundus


teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)

b) Leopold II :
1) Bagian kanan

: Teraba bagian kecil - kecil janin

249

(ekstremitas)
2) Bagian kiri

: Teraba keras memanjang seperti papan


(puki)

3) Untuk mengetahui (menentukan) bagian janin dengan letak lintang


c) Leopold III

: Bagian bawah teraba bulat, keras,


melenting (kepala)

d) Leopold IV

: Bagian bawah janin belum masuk PAP


(konvergen)

e) DJJ

: 140 x/menit

f) TBJ

: (25-12) x 155= 2015 kg

g) UK

: TP : 03 / 05 / 2015
Tgl periksa: 19 / 03 / 2015
14 / 01 = 1 bulan 14 hari = 4 mg 14 hari = 6

mg
39 mg 7 hari
6 mg
33 mg 7 hari = 33 34 mg
4. Tungkai
a) Oedema

: Tidak ada

b) Varises

: Tidak ada

5. Kulit
a) Turgor

: Tugor kulit baik

b) Lain-lain

: Tidak ada

250

Auskultasi
1. Paru-paru
a) Wheezing

: Tidak terdengar bunyi wheezing

b) Ronchi

: Tidak terdengar bunyi ronchi

2. Jantung
a) Irama

: Teratur

b) Frekuensi

: N : 80 x/menit

c) Intensitas

: Normal

3. Perut
a) Bising usus ibu

: Normal

b) Punctum maksimum

: Kuadran kiri bawah

c) Frekuensi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d) Irama

: Tidak dilakukan pemeriksaan

e) Intensitas

: Tidak dilakukan pemeriksaan

f) Lain-lain

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Perkusi
1. Dada

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Perut

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Ekstremitas (reflek patella)


a) Kanan

: Reflek positif (+)

b) Kiri

: Reflek positif (+)

c) Lain-lain

: Tidak ada

251

D. Pemeriksaan dalam
1. Vulva/Uretra

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Vagina

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Dinding vagina

: Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Porsio

: Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Pembukaan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Ukuran serviks

: Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Posisi serviks

: Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Konsistensi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

E. Pemeriksaan Panggul Dalam


1. Promontorium

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Linea inominata

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Spina ischiadica

: Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Dinding samping

: Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Ujung sacrum

: Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Arcus pubis

: Tidak dilakukan pemeriksaan

7. Posisi serviks

: Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Adneksa

: Tidak dilakukan pemeriksaan

9. Posisi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

F. Ukuran panggul luar


1. Distansia spinarum

: 23 cm (normal : 23 26 cm)

2. Distansia kristarum

: 26 cm (normal : 26 29 cm)

3. Conjugata eksterna

: 20 cm (normal : 18 20 cm)

252

4. Lingkar panggul

: 99 cm (normal : 80 90 cm)

5. Kesan panggul

: Normal (Ginekoid)

G. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah
a) Hb

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Golongan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c) Lain-lain

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Urine
a) Protein

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Albumin

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c) Reduksi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d) Lain-Lain

: Tidak dilakukan pemeriksaan

H. Pemeriksaan penunjang
1. USG

: Dilakukan pemeriksaan tetapi tidak


terlampir

2. X-Ray

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Lain Lain

: Tidak ada

253

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa

Dasar

G4P2A1 UK 33 34

Data Subjektif :

minggu, janin tunggal

Ibu mengatakan bahwa :

hidup intrauterine,

a. Hamil anak ke 4

dengan kehamilan

b. Melahirkan 2 kali

fisiologis

c. Ibu pernah keguguran 1 kali


d. Haid terakhir tanggal 26- 07 - 2014
e. Sering BAK dan susah tidur / 2 jam sekali
Data Objektif :
a. KU : Baik
b. Kes : Composmentis
c. TTV : TD : 120/70 mmhg Nadi : 80 x / menit
Respiration : 20 x / menit Suhu : 36,5
d. BB : 63 kg
e. LILA : 24 cm
f. TB : 159 cm
g. Pemeriksaan abdomen
1. Leopold 1 : TFU 25 cm (3 jr bwh px), diatas
fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong)
2. Leopold II :
a) Bagian kanan: Teraba bagian terkecil janin

254

(ekstremitas)
b) Bagian kiri

: Teraba keras memanjang seperti

papan (puki)
c) Untuk mengetahui (menentukan) bagian janin
dengan letak lintang
3. Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras,
melenting (kepala)
4. Leopold IV : Bagian bawah janin belum masuk
PAP (konvergen)
5. DJJ

: 140 x/menit

6. TBJ

: (25-12) x 155= 2015 kg

Masalah

Dasar

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang menunjang

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

255

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG


MENYELURUH
Tanggal : 19 Maret 2015

Pukul : 17.30 WITA

1. Observasi KU, Kes, TTV


2. Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Lakukan informed concent
4. Berikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III :
a) Nutrisi
b) Olahraga ringan
c) Istirahat
d) Kebersihan diri
e) Persiapan ASI
f) Persiapan laktasi
g) KB pasca salin
h) Kegiatan seks
i) Ketidaknyamanan ibu hamil TM III yang dialami ibu
j) Tanda bahaya ibu hamil TM III
k) Persiapan persalinan
l) Tanda tanda persalinan
5. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet fe
6. Anjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter atau bidan.
7. Ajurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
8. Lakukan dokumentasi kebidanan

256

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 19 Maret 2015

Pukul : 17.30 wita

1. Melakukan observasi KU, Kes, TTV


2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini bahwa saat ini kehamilan ibu dalam keadaan baik baik saja. Bayi ibu
sudah cukup bulan dan pertumbuhan dan perkembangan bayinya sesuai
kehamilannya.
3. Melakukan informed concent
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III :
a) Nutrisi

: menganjurkan ibu untuk tetap menjaga pola


makan ibu dengan mengonsumsi protein tinggi
kurangi karbohidrat untuk mempersiapkan
kelahiran

b) Olahraga ringan

: menganjurkan ibu unuk tetap berjalan pagi atau


berjalan sore.

c) Istirahat

: menganjurkan ibu untuk tetap istirahat yang cukup

d) Kebersihan diri

: menjaga kebersihan diri ibu dengan mendi 2 kali


sehari dan tetap sering mengganti pakaian

257

e) Persiapan ASI

: menganjurkan ibu setelah bayi lahir memberikan


ASI ekslusif.

f) Persiapan laktasi

: memberikan ASI ekslusif

g) KB pasca salin

: menganjurkan ibu untuk setelah melahirkan


menjadi akseptor KB Mantap

h) Kegiatan seks

: menganjurkan ibu untuk tetap melakukan


hubungan seksual dikarenakan sperma
mengandung Protaglandin yang dapat merangsang
adanya kontraksi dan melembutkan serviks.

i) Ketidaknyamanan ibu hamil TM III


1) Nyeri punggung
2) Sering BAK : sering mengganti celana dalam untuk mengurangi
infeksi
3) Susah tidur
4) Sesak
5) Nyeri perut bagian bawah
j) Tanda bahaya ibu hamil TM III
1) Perdarahan
2) Hipertensi
3) Nyeri perut bagian bawah
4) Sakit kepala hebat
5) Penglihatan kabur
6) Bengkak pada kaki dan tungkai

258

7) Gerakan janin tidak dirasakan


k) Persiapan persalinan
B (Bidan) : Pastikan ibu memilih tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan melaksanakan
kegawatdaruratan.
A (Alat)

: Membawa perlengkapan dan bahan-bahan yang di


perlukan

K (Kendaraan) : Menyiapkan kendaraan yang cukup baik untuk


memungkinkan ibu dalam kondisi yang darurat
S (Surat)

: Menyiapkan surat-suratan seperti jaminan kesehatan

O (Obat)

: Membawa obat-obatan yang esensial yang diperlukan

K (Keluarga) : Memberitahu keluarga tentang kondisi ibu dan bayi


menganjurkan keluarga untuk membawa perlengkapan
ibu dan perlengkapan bayi
U (Uang)

: Mengatakan keluarga atau suami untuk membawa uang


dalam jumlah yang cukup untuk biaya persalinan

D (Darah)

: Menyiapkan pendonor darah apabila terjadi


kegawatdaruratan seperti perdarahan

A (Doa)

: Memberitahu suami dan keluarga untuk tetap


mendoakan ibu dalam proses persalinan agar berjalan
dengan baik

l) Tanda tanda persalinan


1) Perut mules secara beraturan

259

2) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir


3) Keluar air ketuban dari jalan lahir
5. Menganjurkan ibu mengonsumsi tablet fe dengan menghabiskan tablet fe 1 x
1 untuk penambah darah
6. Menganjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter atau bidan.
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
8. Melakukan dokumentasi kebidanan

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 19 Maret 2015

Waktu : 19.30

WIA
1. Telah dilakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB
2. Ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Telah dilakukan informed concent
4. Ibu mengerti penjelasan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III
yang diberikan :
a) Nutrisi
b) Olahraga ringan
c) Istirahat
d) Kebersihan diri
e) Persiapan ASI
f) Persiapan laktasi
g) KB pasca salin
h) Kegiatan seks

260

i) Ketidaknyamanan ibu hamil TM III yang dialami ibu


j) Tanda bahaya ibu hamil TM III
k) Persiapan persalinan
l) Tanda tanda persalinan
5. Ibu bersedia untuk mengonsumsi tablet fe
6. Ibu bersedia jika bersalin ditolong oleh dokter atau bidan.
7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
8. Telah dilakukan dokumentasi kebidanan

A. SOAP ANC (Antenatal Care) KUNJUNGAN KE I


SOAP ANC (Antenatal Care) kunjungan ke I pada tanggal 19 Maret 2015
di BPM Asminiwati pukul 15.00 WITA
Data Subjektif :
Ibu mengatakan bahwa :
1. Hamil anak ke 4
2. Melahirkan 2 kali
3. Ibu pernah keguguran 1 kali
4. Haid terakhir tanggal 26- 07 2014
5. Sering BAK dan susah tidur / 2 jam sekali
Data Objektif :
1. KU

: Baik

2. Kes

: Composmentis

3. TTV

: TD : 120/70 mmhg, Nadi : 80 x / menit,


R : 20 x / menit, Suhu : 36,5

261

4. BB

: 63 kg

5. LILA

: 24 cm

6. TB

: 159 cm

7. Pemeriksaan abdomen
a) Leopold I

: TFU 25 cm (3 jr bwh px), diatas fundus teraba


bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

b) Leopold II :
1) Bagian kanan : Teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
2) Bagian kiri

: Teraba keras memanjang seperti papan (puki)

3) Untuk mengetahui (menentukan) bagian janin dengan letak lintang


c) Leopold III

: Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting


(kepala)

d) Leopold IV

: Bagian bawah janin belum masuk PAP


(konvergen)

e) DJJ

: 140 x/menit

f) TBJ

: (25-12) x 155= 2015 gram

g) UK

: 33 34 mg

Assassment :
1. Diagnosa

: G4P2A1 UK 33 34 minggu, janin


tunggal hidup intrauterine, dengan
kehamilan fisiologis

2. Masalah

: Tidak ada

3. Diagnosa potensial

: Tidak ada

262

4. Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada


Planning :
1. Melakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB dan ibu telah dilakukan
observasi tersebut sebagaimana mestinya.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini dan mengevaluasi kepada ibu tentang penjelasan yang diberikan
serta ibu mengerti penjelasan yang diberikan.
3. Melakukan informed concent dengan ibu telah menandatangani tindakan
yang telah dilakukan.
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III berupa
nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, persiapan ASI,
persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, ketidaknyamanan ibu
hamil TM III, tanda bahaya ibu hamil TM III, persiapan persalinan, tanda
tanda persalinan dan ibu sudah mengerti tentang KIE yang diberikan.
5. Menganjurkan ibu mengonsumsi tablet fe dan ibu bersedia untuk
mengonsumsi dan mengahabiskan tablet fe yang diberikan
6. Menganjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter atau bidan dan ibu
bersedia ditolong oleh dokter atau bidan
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi dan
ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.
8. Melakukan pendokumentasian kebidanan dengan mencatat semua laporan
tentang ibu.

263

B. SOAP ANC (Antenatal Care) KUNJUNGAN KE II


SOAP ANC (Antenatal Care) kunjungan ke II pada tanggal 26 Maret
2015 di BPM Asminiwati pukul 14.00 WITA
Data Subjektif :
Ibu mengatakan bahwa :
1. Hamil anak ke 4
2. Melahirkan 2 kali
3. Ibu pernah keguguran 1 kali
4. Haid terakhir tanggal 26- 07 2014
5. Sering nyeri perut bagian bawah
Data Objektif :
1. KU

: Baik

2. Kes

: Composmentis

3. TTV

: TD : 110/70 mmhg, Nadi : 82 x / menit,


R : 20 x / menit, Suhu : 36,5

4. BB

: 65 kg

5. LILA

: 24 cm

6. TB

: 159 cm

7. Pemeriksaan abdomen
a) Leopold I

: TFU 26 cm (3 jr bwh px), diatas fundus teraba


bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

b) Leopold II :
1) Bagian kanan : Teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)

264

2) Bagian kiri

: Teraba keras memanjang seperti papan (puki)

3) Untuk mengetahui (menentukan) bagian janin dengan letak lintang


c) Leopold III

: Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting


(kepala)

d) Leopold IV

: Bagian bawah janin belum masuk PAP


(konvergen)

e) DJJ

: 142 x/menit

f) TBJ

: (26-12) x 155= 2170 gram

g) UK

: 34 35 mg

Assassment :
1. Diagnosa

: G4P2A1 UK 34 35, let-kep, , janin


tunggal hidup intrauterine, KU ibu baik dan
janin baik

2. Masalah

: Tidak ada

3. Diagnosa potensial

: Tidak ada

4. Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada


Planning :
1. Melakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB dan ibu telah dilakukan
observasi tersebut sebagaimana mestinya.
2. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini dan mengevaluasi kepada ibu tentang penjelasan yang diberikan
serta ibu mengerti penjelasan yang diberikan.

265

3. Melakukan informed concent dengan ibu telah untuk tindakan yang telah
dilakukan.
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang ketidaknyamanan ibu hamil TM III
berupa nyeri perut bagian bawah dikarenakan adanya penekanan janin
yang semakin membesar dan adanya tekanan janin pada segmen bawah
rahim.
5. Melakukan evaluasi yang diberikan kepada ibu tentang KIE yang diberikn
pada kunjungan ANC (Antenatal Care) ke I dan ibu telah menyampaikan
evaluasi yang diberikan dengan baik dan benar.
6. Menganjurkan ibu tetap mengonsumsi dan menghabiskan tablet fe dan ibu
bersedia untuk mengonsumsi dan mengahabiskan tablet fe yang diberikan
7. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi dan
ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.
8. Melakukan pendokumentasian kebidanan dengan mencatat semua laporan
tentang ibu.

264

MANAJEMEN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. M


DI BPM ASMINIWATI
No register / Rekam Medik

:-

Tanggal Masuk/ Tanggal Kunjungan : 28 - 05 - 2015


Tanggal/Jam Pengkajian

: 28 - 05 - 2015 / 09.00

Pengkaji

: Intan Rafyah Salsabila

Tempat

: BPM Asminiwati

LANGKAH I PENGKAJIAN
A. Data Sujektif
Nama Ibu

: Ny. M

Nama suami : Tn. D

Umur

: 28 th

Umur

: 31 th

Suku

: Banjar

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Jl. Gn. IV RT. 24 No.19

1. Alasan periksa
Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah sejak
tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 09.00, belum ada keluar air air, merasakan
kencang kencang sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 07.00

265

2. Riwayat menstruasi
Menarche usia 13 th siklus 28 hari, teratur, lamanya 7 hari konsistensi
darah cair ganti pembalut 3 4 kali sehari, tidak ada dysminorhoe, tidak
ada keluhan lain
3. Riwayat pernikahan
Menikah 1 kali, usia pertama nikah 21 tahun, lamanya pernikahan 7
tahun
4. Riwayat kehamilan sekarang
a) G4 P2 A1 HPHT : 26 / 7 / 2014

TP

: 03 / 5 / 2015

b) PP Test : Dilakukan PP test

Tanggal

: 29 / 6 / 2014

c) Ibu merasa hamil 9 bulan, pemeriksaan kehamilan di BPM Asminiwati


sebanyak 6 kali
1) 16 / 5 / 2014 di BPM Asminiwati
2) 17 / 6 / 2014 di BPM Asminiwati
3) 19 / 8 / 2014 di BPM Asminiwati
4) 21 / 11 / 2014 di BPM Asminiwati
5) 28 / 12 / 2014 di BPM Asminiwati
6) 5 / 01 / 2015 di BPM Asminiwati
d) TT I TT V

: Lengkap

e) Obat-obatan yang
di konsumsi
f) Pergerakan janin dirasakan
pertama kali pada

: Tidak ada

266

umur kehamilan

: 4 bulan

g) Pergerakan janin
dalam 24 jam terakhir

: 15 kali

h) Penyulit dalam kehamilan ini

1) Pergerakan janin tidak dirasakan

: Tidak ada

2) Oedema pada wajah dan tangan

: Tidak ada

3) Sakit kepala lebih dari biasa

: Tidak ada

4) Gangguan penglihatan

: Tidak ada

5) Rasa lelah

: Tidak ada

6) Mual dan muntah yang


berlebihan

: Tidak ada

7) Nyeri perut

: Tidak ada

8) Perdarahan Pervaginam abnormal

: Tidak ada

9) Panas

: Tidak ada

10) Lain- lain

: Tidak ada

i) Keluhan utama :
Keluhan Utama : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah
sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 09.00, belum ada keluar air air,
merasakan kencang kencang sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 07.00
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas lalu
N

Tgl

Tempat

Masa

Jenis

Lahir

Lahir

Gestasi

Persalinan

2008

BPM

36 - 37

Normal

Penolong

Bidan

Penyakit

Tidak

Anak
JK

BB

PB

Keadaan

2800

51

Baik

267

Asmini

mg

ada

gr

wati
2

2010

BPM

36 37

Asmini

mg

Normal

Bidan

Tidak
ada

3200

49

gr

wati
3

2013

8 mg

Abortus
Hamil ini G4P2A1 UK 42 43 minggu

6. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan
dengan organ reproduksi misal: kista ovarium, Ca Cerviks, mioma, mola dll
7. Riwayat penyakit
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit yang dapat memperberat
dan di perberat oleh kehamilan misal: DM, Asma, hipertensi, jantung dll
8. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarga menderita penyakit keturunan dan tidak
mempunyai penyakit menular
9. Riwayat seksual
Ibu mengatakan frekuensi 1 kali seminggu, Posisi normal, tidak ada
keluhan dalam hubungan sexsual selama hamil
10. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan jenis KB yang dipakai sebelum hamil adalah KB Pil
dengan lama pemakaian : 2 tahun dan rencana KB yang akan digunakan
setelah melahirkan KB Suntik 3 bulan

Baik

268

11. Riwayat psikososial


Ibu mengatakan respon terhadap kehamilan adalah senang atas
kehamilannya dan cemas menghadapi persalinannya. Ibu tinggal dengan
suami dan anak anaknya, Ibu mengatakan dukungan keluarga terhadap
kehamilan sangat mendukung atas kehamilannya saat ini pengambilan
keputusan dalam keluarga adalah suami, tidak ada adat istiadat dalam
keluarga selama kehamilan, rencana persalinan ditolong di BPM
Asminiwati oleh Bidan
12. Riwayat nutrisi, riwayat aktifitas, dan riwayat eliminasi.
Sebelum Hamil

Selama Hamil

1.Riwayat Nutrisi
a. Pola Makan
Ibu mengatakan pola makan 3x /

a. Pola Makan
Ibu mengatakan pola makan 3x / hari

hari
b. Jenis makanan yang dikonsumsi

b. Jenis makanan yang di konsumsi

Ibu mengatakan jenis makanan

Ibu mengatakan jenis makanan yang

yang dikonsumsi adalah nasi lauk

dikonsumsi adalah nasi lauk pauk

pauk
c. Makanan yang di pantang

c. Makanan yang di pantang

Ibu mengatakn tidak ada makanan

Ibu

mengatakan

makanan

pantangan

dipantang adalah makanan bakar


bakaran dan buah durian

d. Perubahan pola makan

d. Perubahan pola makan

yang

269

Ibu

mengatakan

tidak

ada

perubahan pola makan


e. Alergi terhadap makanan

Ibu

mengatakan

tidak

ada

perubahan pola makan


e. Alergi terhadap makanan

Ibu mengatakan tidak ada alergi

Ibu mengatakan tidak ada alergi

terhadap makanan

terhadap makanan

f. Makanan yang terakhir di makan f. Makanan yang terakhir di makan dan


dan jam berapa
Ibu mengatakan lupa makanan
yang terakhir di makan

jam berapa
Ibu

mengatakan

yang

terakhir dimakan pukul 07.00

Sebelum Hamil
2.

makanan

Selama hamil

Riwayat Aktivitas

a. Aktifitas Sehari hari


Ibu mengatakan aktifitas sehari
hari adalah Pedagang
b. Beban kerja
Ibu mengatakan beban kerja
adalah berjualan
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan pola istirahat
adalah teratur
d. Perubahan pola istirahat

a. Aktivitas

sehari

hari

Ibu mengetakan aktifitas sehari hari


adalah Pedagang
b. Beban kerja
Ibu

mengatakan

beban

kerja

adalah berjualan
c. Pola istirahat
Ibu mengatakan pola istirahat
adalah teratur
d. Perubahan pola istirahat

270

Ibu

mengatakan

tidak

ada

perubahan pola istirahat


e. Tidur Siang

Ibu

mengatakan

tidak

ada

perubahan pola istirahat


e. Tidur Siang

Ibu mengatakan tidak ada tidur


siang

Ibu mengatakan tidak ada tidur


siang

f. Tidur Malam
Ibu mengatakan tidur malam f. Tidur Malam
7-8 jam / hari

Ibu mengatakan tidur malam 78 jam / hari

Sebelum Hamil

Selama Hamil

3. Riwayat Eliminasi
a. BAB

a. BAB

Frekuensi : 1 kali / hari

Frekuensi : 1 kali / hr

Konsistensi : lunak

Konsistensi : Lunak

Keluhan : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

Terakhir BAB : Lupa

Terakhir BAB : pukul 06.00

b. BAK

b. BAK

Frekuensi : 3-4 kali hr

Frekuensi : 4-5 kali/hr

Warna : Kuning jernih

Warna : Kuning jernih

Bau : Khas

Bau : Khas

Jumlah : 10 cc

Jumlah : 10 cc

271

Keluhan : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

Terakhir BAK : lupa

Terakhir BAK : pukul 06.00

13. Riwayat penggunaan obat-obatan dan bahan lain kebiasaan hidup sehat :
Ibu

mengatakan

tidak

merokok,

minum-

minuman

keras,

mengkonsumsi obat- obatan terlarang. Ibu mengatakan tidak minum jamujamuan selama hamil, suami tidak perokok, minum-minuman keras dan
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
B. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Composmentis

3. Tanda- tanda Vital

a) TD

: 120 / 80 mmhg

b) Pulse/nadi

: 80 x/i

c) Respirasi

: 20 x/i

d) Suhu

: 360 C

4. BB sebelum hamil

: 47 kg

BB selama hamil

: 58 kg

5. TB

: 156 cm

LILA

: 24 cm

Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a) Kulit

: bersih, tidak ada ketombe, tidak ada luka atau lesi, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada tumor/massa, kulit kepala

272

berwarna putih bersih


b) Rambut

: hitam, pendek, tebal, bergelombang, dan rambut merata

c) Muka

: simetris, tidak pucat, tidak ada cloasmagravidarum, tidak


ada nyeri tekan, tidak ada tumor atau massa

d) Mata

: simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik,


pupil mengecil, fungsi penglihatan baik, pergerakan bola
mata baik

e) Hidung

: simetris, tidak ada secret, cuping hidung baik, fungsi


penciuman baik

f) Telinga

: simetris, tidak ada serumen, fungsi penglihatan baik

g) Mulut

: simetris, mukosa mulut lembab berwarna merah kepinkpinkan, tidak ada stomatitis, gigi lengkap, tidak berlubang,
tidak ada caries gigi

h) Leher

: simetris, tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, tidak


ada pembengkakkan kelenjar getah bening

2. Dada
a) Paru- paru : pernafasan baik, tidak ada efusi pleura
b) Jantung

: terdengar irama bunyi jantung teratur

c) Payudara

: simetris, ada hiperpigmentasi areola, tidak ada bekas


operasi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
colostrums sudah keluar, terbaba kenyal atau lunak.

3. Abdomen
a) Leopold I : TFU : 34 cm teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

273

b) Leopold II :
1) Bagian kanan teraba

: bagian kecil kecil janin (ekstremitas)

2) Bagian kiri teraba

: keras, memanjang seperti papan (puki)

c) Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala)


d) Leopold IV : Divergen, perlimaan (Skala penurunan janin) : 3/5
e) DJJ

: ( + ) 142 x/i

4. Ano Genital
a) Vulva

: bersih, tidak ada oedema, tidak ada varices,


adanya pengeluaran lender bercampur darah

b) Vaginal Touche
(VT)

: portio tebal lembut, pembukaan 4 cm ketuban


(+), preskep, hodge I, penurunan 3/5, teraba
UUK

c) Anus

: belum ada tekanan anus, anus belum


menonjol

5. Extremitas
a) Extremitas atas

: simetris, kulit berwarna kuning langsat, akral


teraba hangat, tidak ada kelainan seperti
syndactil mapun polydactil

b) Ekstremitas bawah : simetris, kulit berwarna kuning langsat, akral


teraba hangat, tidak ada kelainan seperti
syndactil
C. Pemeriksaan penunjang

maupun polydactyl

274

1. Laboratorium

a) Darah, Urine Protein, Glukosa

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b) Lain- lain

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. USG

: Tidak dilakukan pemeriksaan

LANGKAH II INTREPETASI DATA DASAR


A. KALA I
DIAGNOSA

DASAR

G4 P2 A1 UK 42

Data Subjektif

43 minggu inpartu
kala I fase aktif

Ibu mengatakan bahwa :


a. Hamil ke - empat
b. Melahirkan 2 kali
c. Pernah keguguran 1 kali
d. Keluhan : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur
darah sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 09.00, belum
ada keluar air air, merasakan kencang kencang
sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 07.00
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda- tanda vital :


1. TD

: 120 / 80 mmhg

275

2. Pulse/nadi

: 80 x/i

3. Respirasi

: 20 x/i

4. Suhu

: 360

d. BB sebelum hamil : 47 kg
BB selama hamil : 58 kg
e. TB

: 156 cm

f. LILA

: 24 cm

Pemeriksaaan Fisik :
1. Abdomen
a. Leopold I : TFU : 34 cm teraba bulat, lunak, tidak
melenting (bokong)
b. Leopold II :
1) Bagian kanan teraba : bagian bagian kecil janin
(ekstremitas)
2) Bagian kiri teraba

: keras, memanjang seperti


papan (puki)

c. Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras,


melenting (kepala)
d. Leopold IV : Divergen, perlimaan (Skala penurunan
janin) : 3/5
e. DJJ : ( + ) 142 x/i

2. VT (11.00) : portio lunak, pembukaan 4 cm, ketuban

276

(+), preskep, hodge I, penurunan 3/5, teraba UUK

MASALAH

DASAR

Tidak ada

Tdak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Asfiksia Neonatus

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Tidak ada

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA / INTERVENSI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 09.00 WITA
1. Observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan
2. Lakukan informed concent
3. Jelaskan tentang kondisi ibu dan janin saat ini
4. Berikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I
5. Berikan KIE tentang kebutuhan dan komplikasi ibu bersalin kala I
6. Siapkan alat dan bahan partus set
7. Berikan support mental untuk mendukung persalinannya
8. Anjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang

277

9. Isi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif


10. Dokumentasi

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 28/5/2015 Jam : 09.05
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda- tanda vital

1) TD

: 120 / 80 mmhg

2) Pulse/nadi

: 80 x/i

3) Respirasi

: 20 x/i

4) Suhu

: 36,20

d. BB sebelum hamil

: 46 kg

e. BB selama hamil

: 57 kg

f. TB

: 154 cm

g. LILA

: 24 cm

2. Melakukan informed concent


3. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin saat ini bahwa saait ini keadaan
dalam keadaan baik baik saja, gerakan janin dalam keadaan baik
4. Memberikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I
a. Adanya pembukaan 1 10 cm (lengkap)
b. Adanya keluar air air
c. Adanya penurunan kepala janin

278

d. Adanya keluar lendir bercampur darah


e. Adanya perubahan perubahan tertentu seperti tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernafasan
5. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala I
a. Mengurangi rasa sakit ibu
b. Memebrikan manan dan minuman disela konraksi
c. Memperbolehkan ibu untuk buang air kecil kekamar mandi
d. Menghadirkan orang orang yang dianggap penting oleh ibu
e. Memberikan ibu waktu istirahat
f. Membimbing ibu rileks sewaktu ada his
g. Menjaga privasi ibu
Memberikan KIE tentang komplikasi ibu bersalin kala I
a. Riwayat bedah sesar
b. Ketuban pecah dini (KPD)
c. Ketuban bercampur mekoneum
d. Partus lama dan partus macet
6. Menyiapkan alat dan bahan partus set
a. Alat pelindung diri ( APD ) m. Jarum, catgut, cronix
b. Handscoon steril

n. Tampon

c. Bak Instrumen

o. Kassa

d. Duk 2 buah

p. Oksitosin, lidocain

e. koher

q. Spuit 3cc

f. Klem tali pusat

r. Kassa steril

279

g. Gunting tali pusat

s. Betadin

h. Gunting episiotomi

t. Bengkok

i. Nald Folder

u. Suction / penghisap lendir

j. Pinset anataomi

v. 2 kain bersih

k. Pinset Chirugie

w. Ember untuk peralatan kotor

7. Memberikan support mental untuk mendukung persalinannya


Penolong harus memberikan semangat pada ibu yang akan menghadapi
persalinan. Dengan mengatakan tidak perlu khawatir atas persalinan yang
dihadapidan dengan tetap memberikan keyakinan pada ibu bahwa persalinan
akan mengalami kelancaran
8. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang dan tidak menganjurkan
mengejan bila pembukaan belum lengkap. Jika ada kontraksi dianjurkan ibu
untuk tetap menarik nafas panjang dengan menghirup udara panjang dari
hidung dihembuskan melalui mulut.
9. Mengisi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif
10. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 10.00
1. Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan
2. Telah dilakukan informed concent
3. Ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan janin saat ini
4. Telah diberikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I
5. Telah diberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala I

280

6. Telah menyiapkan alat dan bahan partus set


7. Telah diberikan support mental untuk mendukung persalinannya
8. Ibu bersedia untuk mengatur nafas panjang
9. Telah mengisi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif
10. Pendokumentasian

SOAP KALA I
Tanggal : 28/5/2015

Jam

: 11.00

Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Hamil ke - empat
b. Melahirkan 2 kali
c. Pernah keguguran 1 kali
d. Keluhan : Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah sejak tanggal 28 / 05
/ 2015 pukul 09.00, belum ada keluar air air, merasakan kencang kencang
sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 07.00
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda- tanda vital :


TD
Pulse / nadi
Respirasi

: 120 / 80 mmhg
: 80 x/i
: 20 x/i

281

Suhu

: 360 C

d. BB sebelum hamil : 47 kg
e. BB selama hamil : 58 kg
f. TB

: 156 cm

g. LILA

: 24 cm

Pemeriksaan Fisik :
1. Abdomen :
a. Leopold I

: TFU : 34 cm teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong)

b. Leopold II

1) Bagian kanan teraba

: bagian kecil kecil janin (ekstremitas)

2) Bagian kiri teraba

: keras, memanjang seperti papan (puki)

c. Leopold III

: Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala)

d. Leopold IV

: Divergen, perlimaan (Skala penurunan janin) : 3/5

e. DJJ

: ( + ) 142 x/i

2. Vaginal Touche
VT (11.00)

: portio lunak, pembukaan 4 cm, ketuban (+), preskep,


hodge I, penurunan 3/5, teraba UUK

Assassement
a. Diagnosa

: G4 P2 A1 UK 42 43 minggu, janin tunggal

hidup
intrauterine, preskep, inpartu kala I fase aktif
b. Masalah

: Tidak ada

c. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

282

d. Masalah Potensial

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan
sebagaimana mestinya.
2. Melakukan informed concent dengan ibu menandatangani persetujuan atas
tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin saat ini. Ibu telah mengerti tentang
kondisi ibu dan janin saat ini.
4. Memberikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I. Ibu telah mengerti KIE
tentang fisiologis ibu bersalin kala I yang diberikan.
5. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala I. Ibu telah mengerti
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala I yang diberikan.
6. Menyiapkan alat dan bahan partus set sebagaimana mestinya untuk
mempersiapkan pertolongan persalinan.
7. Memberikan support mental untuk mendukung persalinannya. Telah diberikan
support mental untuk mendukung persalinan yang sedang dialami oleh ibu.
8. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang. Ibu mengerti dan bersedia
untuk mengatur nafas panjang.
9. Mengisi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif. Telah
mengisi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif untuk
memantau kemajuan persalinan.
10. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan

283

LANGKAH II INTREPETASI DATA DASAR


B. KALA II
DIAGNOSA
G3 P2 A1 UK 42
43 mg janin tunggal
hidup

DASAR
Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :

intrauterine, a. Hamil ke - empat

preskep, inpartu kala II

b. Melahirkan 2 kali
c. Pernah keguguran 1 kali
d. Keluhan : kenceng kenceng sudah semakin sering
dirasakan dan semakin kuat, ibu sudah merasakan
ingin meneran
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital :


1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

Pemeriksaan Fisik
a. Vagina : ada tekanan anus, anus membuka, ada

284

dorongan

meneran,

perineum

menonjol,
vulva membuka, kepala bayi sudah
telihat
didepan vulva, dan meningkatnya lender
bercampur darah
b. VT

: pembukaan 10 cm, portio tidak teraba,


ketuban (-), hodge III - IV preskep, tidak
ada penyusupan, effisement 100 %

c. DJJ

: 145 x/i

MASALAH

DASAR

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Tidak ada

LANGKAH V INTERVENSI
Tanggal : 28/5/2015 Jam : 15.40 WITA

285

1. Observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan


2. Jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Berikan KIE tentang macam macam posisi meneran
4. Anjurkan untuk tetap mengatur nafas panjang
5. Berikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II
6. Berikan Asuhan Persalinan Normal kala II
7. Isi lembar observasi dan lembar partograf
8. Dokumentasi

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 28/5/2015 Jam : 15.40 WITA
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda - tanda vital

1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

d. VT : pembukaan 10 cm, portio tidak teraba, ketuban (-), preskep, tidak ada
penyusupan, effisement 100 %
2. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini dalam kedaan baik baik
saja, kemajuan persalinan baik, ibu akan menghadapi proses persalinan.
3. Memberikan KIE tentang posisi meneran yang benar

286

a. Mengajarkan ibu untuk meneran dengan alamiah saat ada kontraksi


b. Memberitahukan ibu untuk menarik nafas panjang dan ketika meneran
tahan nafas.
c. Ketika berkonraksi, angkat kepala sehingga menyentuh dada ,gigi
ditemukan dengan gigi, mata di buka dan melihat perut.
d. Membantu ibu untuk meneran, istirahat, dan minum di antara kontraksi
e. Ketika kontraksi anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong ketika
meneran
4. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang dan tidak menganjurkan
mengejan bila pembukaan belum lengkap. Jika ada kontraksi dianjurkan ibu
untuk tetap menarik nafas panjang dengan menghirup udara panjang dari
hidung dihembuskan melalui mulut.
5. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II
a. Kebersihan vulva hygiene
b. Memberikan minum sesuai keinginan ibu
c. Mengosongkan kandung kemih
d. Membimbing ibu meneran
6. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala II
Berikut adalah langkah Asuhan Persalinan Normal kala II
25. Mengamati tanda gejala Kala II.
26. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, ibu merasakan tekanan pada
rektum dan vagina, perineum meonjol, vulva tampak membuka.

287

27. Memastika kelengkapan alat, mematahkan ampul oksitosin 1 ampul dan


menempatkan spuit 3cc steril kedalam partus set.
28. Memakai celemek dan melepas semua perhiasan yang dipakai, mencuci
tangan dan mengeringkan dengan handuk bersih.
29. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan yang melakukan
pemeriksaan dalam.
30. Memasukkan oksitosin kedalam spuit 3cc
31. Melakukan vulva hygiene, melakukan pemeriksaan dalam pastikan
pembukaan lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, pembukaan sudah
lengkap, melakukan amniotomi.
32. Membuka sarung tangan dan buka secara terbalik rendam dalam larutan
klorin.
33. Memeriksa DJJ untuk memastikan dalam batas normal (120x 160
x/menit).
34. Memberitahu ibu dan keluarga pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik.
35. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (
pada saat ada HIS, bantu ibu dalam posisi setengah duduk pastikan ibu
merasa nyaman ).
36. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk
meneran. Jika bayi belum lahir / kelahiran bayi belum akan terjadi, segera
dalam waktu 2 jam meneran untuk ibu primipara, 1 jam untuk ibu
multipara.

288

37. Jika ibu tidak ada keinginan untuk meneran anjurkan ibu untuk berjalan /
berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman.
38. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk menegringkan bayi.
39. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
40. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
41. Memakai handsoon steril pada kedua tangan.
42. Menolong kelahiran bayi, lahirnya kepala. Saat kepala bayi membuka
vulva dengan diameter 5 6cm, lindungi perineum dengan satu tangan.
Letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan dan lakukan tekanan yang
lembut dan tidak menghambat kepala bayi. Memeriksa lilitan tali pusat,
jika lilitan longgar bebaskan melalui kepala, jika lilitan ketat diklem di dua
tempat lalu dipotong.
43. Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan. Dengan
lembut tarik kearah bawah unmtuk melahirkan bahu depan, tarik lembut
keatas untuk melahirkan bahu belakang.
44. Setelah kedua bahu dilahirkan geser tangan untuk kepala dan bahu.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku
sebelah atas.
45. Penelusuran tangan berlanjut kepunggung, bokong, tungkai dan kaki
pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing masing mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang

289

masing masing mata kaki dengan ibu jari dan dua jari lainnya ) letakkan
bayi diatas perut ibu.
7. Mengisi lembar observasi dan lembar partograf
8. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.00 WITA
1. Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan
2. Ibu mengerti penjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Telah diberikan KIE tentang macam macam posisi meneran
4. Telah menganjurkan ibu untuk tetap mengatur nafas panjang
5. Telah diberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II
6. Telah diberikan Asuhan Persalinan Normal kala II
7. Telah mengisi lembar observasi dan lembar partograf
8. Pendokumentasian
9. Keadaan bayi lahir
a. Bayi baru lahir spontan pervaginam
b. B/P : 3600 gr / 48 cm, JK : Laki - laki
c. LK : 33 cm, LD : 32 cm
d. A/S : 7 / 9, Anus (+)
e. Caput suksadenum (-), Cacat mayor (-)
f. Bayi menangis kuat segera setelah lahir
g. Bayi bergerak aktif
h. Bayi bernafas normal

290

10. Sisa ketuban mekoneal


11. Penilaian APGAR score
APGAR

1 menit

5 menit

Jumlah

SOAP KALA II
Tanggal : 28/5/2015

Jam

: 16.01

Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Hamil ke - empat
b. Pernah melahirkan 2 kali
c. Pernah keguguran 1 kali
d. Keluhan : kenceng kenceng sudah semakin sering dirasakan dan semakin
kuat, ibu sudah merasakan ingin meneran
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

291

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

Pemeriksaan Fisik
a. Vagina

: ada tekanan anus, anus membuka, ada dorongan meneran,


perineum menonjol, vulva membuka, kepala byi sudah
telihat didepan vulva, dan meningkatnya lender bercampur
darah

b. VT

: pembukaan 10 cm, portio tidak teraba, ketuban (-),


preskep, tidak ada penyusupan, effisement 100%

c. DJJ

: 145 x/i

Assesement
a. Diagnosa

: G4 P2 A1 UK 42 43 mg janin tunggal hidup


intrauterine, preskep, inpartu kala II

b. Masalah

: Tidak ada

c. Diagnosa Potensial: Tidak ada

d. Masalah Potensial : Tidak ada


Planning
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan
sebagaimana mestinya.

292

2. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu telah mengerti tentang
kondisi ibu dan bayi saat ini.
3. Memberikan KIE tentang macam macam posisi meneran. Ibu telah mengerti
KIE tentang macam macam posisi meneran.
4. Meganjurkan ibu untuk tetap mengatur nafas panjang. Ibu telah mengerti dan
bersedia untuk melakukan mengatur nafas panjang sewaktu ada kontraksi.
5. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II. Ibu telah mengerti
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II.
6. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala II. Telah diberikan Asuhan
Persalinan Normal (APN) kala II sebagaimana mestinya.
7. Mengisi lembar observasi dan lembar partograf. Telah mengisi lembar
observasi dan lembar partograf untuk memantau kemajuan persalinan.
8. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan.

293

294

295

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


C. KALA III
DIAGNOSA
P3 A1 inpartu kala
III

DASAR
Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Persalinan yang ke tiga
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Senang atas kelahiran anak ketiganya dengan sehat
dan selamat
d. Keluhan : Lelah pasca persalinan, namun masih
sedikit terasa kenceng kenceng
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital :


1) TD

: 110 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 36 C

Pemeriksaan Fisik
a. Kontraksi uterus baik

296

b. TFU setinggi pusat


c. Tampak tali pusat keluar dari vagina dan tali pusat
memanjang
d. Plasenta belum keluar dan lepas
e. Ada peningkatan semburan darah
f. Uterus menjadi globuler
g. Janin tunggal hidup ekstrauterine
h. Perineum tidak mengalami robekan (utuh)

MASALAH

DASAR

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Tidak ada

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA / INTERVENSI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.30 WITA
1. Observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang dilakukan

297

3. Jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini


4. Berikan Asuhan Persalinan Normal kala III
5. Dokumentasi

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.32 WITA
1. Melakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 80 mmHg

2) Nadi

: 81 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 36 0C

d. Kontraksi uterus baik


e. TFU setinggi pusat
f. Tampak tali pusat keluar dari vagina dan tali pusat memanjang
g. Plasenta belum keluar dan lepas
h. Ada peningkatan semburan darah
i. Uterus menjadi globuler
j. Janin tunggal hidup ekstrauterine
k. Perineum tidak mengalami robekan (utuh)
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang dilakukan bahwa setelah bayi
lahir tindakan yang selanjutnya akan dilakukan adalah mengeluarkan plasenta

298

dengan terlebih dahulu ibu akan diberikan suntikan oksitosin agar plasenta
cepat lahir
3. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini adalah bahwa bayi telah
lahir selamat dan tanpa kekurangan satu apapun dan janin dalam keadaan baik
4. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala III
Berikut Asuhan persalinan Normal (APN) kala III
22. Setelah pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira kira 3cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal ibu dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm dari klem pertama.
23. Pemotongan dan pengikatan tali pusat.
24. Meletakkan bayi diatas dada ibu agar ada kontak ibu dan anak. Letakkan
bayi tengkurap, luruskan bahu bayi sampai menempel kedada ibu.
Usahakan kepala bayi berada diatas payudara ibu dengan posisi lebih
rendah.
25. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat.
26. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diatas perut ibu tepat diatas
tulang pubis dan menggunakan tangan lain untuk melakukan palpasi, dan
menstabilkan uterus.
27. Menunggu uterus berkontraksi, melakukan peregangan kearah bawah pada
tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang berlawanan arah pada
bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang. Jika dalam waktu 30 40 detik plasenta belum lahir lakukan
rangsangan stimulasi putting susu, jika dalam waktu 15 menit tidak ada

299

kontraksi lakukan pemberian oksitosin kedua, jika dalam waktu 30 menit


tidak ada kontraksi lakukan tindakan selanjutnya seperti manual plasenta
atau lakukan rujukan.
28. Setelah plasenta terlepas meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian keatas mengikuti kurve jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
29. Jika plasenta terlihat diintroitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
30. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lajir, melakukan massase
uterus, meletakkan telapak tangan kanan difundus dan melakukan massase
dengan gerakan melingkar searah jarum jam dengan lembut hingga uterus
berkontraksi.
31. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan
utuh. Meletakkan plasenta dalam tempat khusus.
32. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
33. Melakukan prosedur post partum memastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan tidak ada perdarahan pervaginam.
34. Biarkan bayi satu jam didada ibu.

300

35. Setelah satu jam melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri
antibiotik, salep mata, injeksi Vit. K 1 mg secara IM dipah kiri.
36. Setelah satu jam pemebrian Vit. K, berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
dipaha kanan.
5. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.45 WITA
1. Telah dilakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan
2. Ibu mengerti penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan
3. Ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
4. Telah diberikan Asuhan Persalinan Normal kala III
5. Pendokumentasian
6. Keadaan Plasenta
a. Plasenta lahir normal dan lengkap beserta selaput ketuban
b. Plasenta lahir 5 menit segera setelah bayi lahir
c. Plasenta dan selaput ketuban lahir utuh
d. Panjang tali pusat 50 cm
e. Tebal plasenta 2 cm
f. Bentuk plasenta bulat dan gepeng, kotiledon lengkap 20 buah
g. Diameter plasenta 20 cm

301

SOAP KALA III


Tanggal : 28/5/2015

Jam

: 16.46

Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Persalinan yang ketiga
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Senang atas kelahiran anak ketiganya dengan sehat dan selamat
d. Keluhan : Lelah pasca persalinan, namun masih sedikit terasa kenceng
kenceng
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

Pemeriksaan Fisik
a. Kontraksi uterus baik
b. TFU setinggi pusat
c. Tampak tali pusat keluar dari vagina dan tali pusat memanjang
d. Plasenta belum keluar dan lepas

302

e. Ada peningkatan semburan darah


f. Uterus menjadi globuler
g. Janin tunggal hidup ekstrauterine
h. Perineum tidak mengalami robekan (utuh)
Assesment
a. Diagnosa

: P3 A1 dengan inpartu kala III

b. Masalah

: Tidak ada

c. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

d. Masalah Potensial

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan sebagaimana
mestinya
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang dilakukan. Ibu mengerti
penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan
3. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu mengerti penjelasan
tentang kondisi ibu dan bayi saat ini.
4. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala III. Telah diberikan Asuhan
Persalinan Normal kala III sesuai standar operasional prosedur.
5. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan.

303

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


D. KALA IV
DIAGNOSA
P3 A1 inpartu kala
IV

DASAR
Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Melahirkan yang ketiga
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Keluhan : Masih lelah pasca persalinan
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital :


1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 36 C

Pemeriksaan Fisik
a. Kontraksi uterus baik
b. Uterus teraba bulat dan keras
c. TFU : 2 jari bawah pusat
d. Plasenta lahir spontan dan lengkap

304

e. Tidak ada luka robekan perineum

MASALAH

DASAR

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI
Tidak ada

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA / INTERVENSI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.50 WITA
1. Observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus
2. Jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Berikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV
4. Berikan Asuhan Persalinan Normal kala IV
5. Dokumentasi

LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.50 WITA
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus
a. Kedaan Umum

: Baik

305

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

d. Kontraksi uterus baik


e. Uterus teraba bulat dan keras
f. TFU : 2 jari bawah pusat
g. Plasenta lahir manual dan lengkap
h. Tidak ada luka robekan perineum
2. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini bahwa saat ini kondisi ibu
dan bayi dalam keadaan baik, janin sehat dan selamat. Kondisi ibu dan bayi
baik, perdarahan ibu baik dan tidak menimbulkan resiko apapun
3. Memberikan KIE tentang kebutuhan dan komplikasi ibu bersalin kala IV
a. Kebutuhan :
1) Kebutuhan cairan
2) Kebutuhan nutrisi
3) Personal hygiene dan kenyamanan ibu
b. Komplikasi :
Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak
berkontraksi dengan baik dan akan mengeluarkan darah yang tak
terkendali (sangat banyak)

306

4. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala IV


47. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
d. 2 3 kali dalam 15 menit pertama
e. Setiap 15 menit pada jam pertama
f. Setiap 20 30 menit pada jam kedua
48. Mengajarkan ibu / keluarga melakukan massase uterus
49. Mengevaluasi estimasi jumlah perdarahan
50. Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, dan kandung kemih setiap 15 menit
pada jam pertama, dan setiap 30 menit pada jam kedua.
51. Periksa kembali bayi, pastikan bayi bernafas normal 40 60x/menit. Suhu
tubuh ( 36,50C 37,50C ) jika bayi sulit bernafas atau merintih segera
rujuk, jika bayi dingin pastikan ruangan hangat.
52. Tempatkan semua peralatan didalam larutann klorin dan rendam selama
10 menit
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan membantu ibu
memakai pakaian yang bersih.
54. Pastikan ibu nyaman, bantu ibu memberikan ASI, anjurkan keluarga untuk
memberi minum dan makanan yang diinginkan.
55. Bersihkan tempat tidur pasca persalinan dengan larutan klorin dan bilas
dengan air bersih.
56. Celup sarung tangan kedalam larutan klorin buka secara terbalik.
57. Mencuci tangan, mengeringkan dengan handuk bersih.
58. Melengkapi partograf.

307

5. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28/5/2015 Jam : 16.55 WITA
1. Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus
2. Ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini
3. Ibu mengerti KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV
4. Telah diberikan Asuhan Persalinan Normal kala IV
5. Pendokumentasian
6. Hasil 2 jam PP
Jam ke

Waktu TD

TFU

Kontraksi

Kandung

Uterus

Kemih

Perdarahan

16.20

120/80

81

36

Sepusat

Baik

Penuh

150 cc

16.35

120/80

81

36

1 jbp

Baik

Kosong

5 cc

16.50

110/70

80

36

2 jbp

Baik

Kosong

5 cc

17.05

110/80

81

36

2 jbp

Baik

Kosong

5 cc

17.35

120/80

80

36

2 jbp

Baik

Kosong

5 cc

18.05

110/80

80

36

2 jbp

Baik

Penuh

50 cc

308

SOAP KALA IV
Tanggal : 28/5/2015

Jam

: 18.45

Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. Melahirkan yang ke tiga
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Keluhan : Masih lelah pasca persalinan
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 120 / 80 mmHg

2) Nadi

: 80 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) T

: 360C

Pemeriksaan Fisik
a. Kontraksi uterus baik
b. Uterus teraba bulat dan keras
c. TFU : 2 jari bawah pusat
d. Plasenta lahir spontan dan lengkap
e. Ada luka episiotomy perineum

309

Assesment
Diagnosa

: P3 A1 inpartu kala IV

Masalah

: Tidak ada

Diagnosa Potensial

: Tidak ada

Masalah Potensial

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus sebagaimana
mestinya.
2. Menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu telah mengerti
penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini.
3. Memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV. Ibu telah mengerti
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV.
4. Memberikan Asuhan Persalinan Normal kala IV. Telah diberikan Asuhan
Persalinan Normal (APN) kala IV sesuai standar operasional prosedur.
5. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan.

310

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DI BPM ASMINIWATI
LANGKAH I PENGKAJIAN
A. Data Sujektif
Identitas bayi :
Nama

: By. Ny. M

Tanggal/jam Lahir

: 28 / 05 / 2015

Jenis Kelamin :
Orang Tua

Ayah

Ibu

Nama

Tn. D

Ny. M

Umur

31 th

27 th

Jawa / Indonesia

Banjar / Indonesia

Agama

Islam

Islam

Pendidikan

SMA

SMA

Pekerjaan

Pedagang

Pedagang

Jl. Gn. IV RT. 24

Jl. Gn. IV RT. 24

Suku/Bangsa

Alamat

1. Anamnesa
Pada tanggal

: 28 / 05 / 2015

Oleh

: Intan Rafyah Salsabila

2. Keluhan Utama

: Ibu bayi mengatakan senang atas kelahiran


anaknya dalam keadaan sehat dan selamat

311

3. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke

: Ke empat

b. Tempat ANC

: BPM Asminiwati

c. Imunisasi TT I V

: Lengkap

d. Obat-obatan yang pernah


diminum selama hamil

: Tablet Fe, Kalk, Vitamin B

Kompleks.
e. Penerimaan Ibu/Keluarga
terhadap kehamilan

: Ibu mengatakan sangat menerima


kehadiran bayi dalam keluarga dan merasa
senang

f. Masalah yang pernah


dialami ibu saat hamil

: Mual pada kehamilan trimester I

No

Keluhan/Masalah

Umur Kehamilan/ Tindakan

Oleh

Ket

1.

Tidak ada

42 43 minggu dengan Partus

Bidan

Tidak

Spontan Pervaginam

4. Riwayat Intranatal
a. Persalinan ke

: III (tiga)

b. Tempat dan Penolong persalinan : BPM Asminiwati


c. Masalah saat persalinan

: Tidak ada

d. Cara Persalinan

: Spontan Pervaginam

e. Lama persalinan

ada

312

1) Kala I : 12 jam
2) Kala II : 1 jam
5. Keadaan bayi saat lahir
a. Segera menangis / tidak : Segera menangis
b. BB lahir / PB lahir

: BB : 3600 gram / 50 cm

6. Riwayat Kesehatan
a. Bayi

: Tidak ada

b. Keluarga

: Tidak ada

7. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi
Hepatitis B0

Umur Diberikan

Tempat pelayanan

Segera setelah

BPM Asminiwati

Hepatitis B1

lahir

Hepatitis B2

Hepatitis B3

BCG

Polio 1

Polio 2

Polio 3

DPT 1

DPT 2

DPT 3

Campak

BPM Asminiwati

Vit K

Segera setelah

313

lahir

8. Data Kebutuhan Biologis


a. Kebutuhan Nutrisi
1) Jenis Makanan dan Minuman

: ASI Ekslusif

2) Frekuensi

: Sesering mungkin

3) Banyaknya

: 30 cc

b. Kebutuhan Eliminasi

1) BAB
a) Frekuensi

: 2 - 3 kali / hari ganti popok

b) Warna

: Hitam

c) Konsistensi

: Lunak cenderung cair

d) Masalah

: Tidak ada

2) BAK
a) Frekuensi

: 3 - 4 kali/hari ganti popok


dan penuh

b) Warna

: Kuning jernih

c) Masalah

: Tidak ada

c. Kebutuhan Personal Hygienie :


1) Frekuensi Mandi

: 2 kali / hari

2) Frekuensi Ganti Pakaian

: 4 5 kali / hari

3) Penggunaan popok anti tembus

: Tidak

314

9. Data psikososial dan spiritual orang tua/keluarga


a. Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Keluarga mengatakan bahwa keluarga menerima dan senang atas
kelahiran bayi pertamanya ini
b. Tanggapan keluarga terhadap keadaan bayi
Keluarga mengatakan keadaan bayi dalam keadaan sehat dan
selamat
c. Pengambil keputusan dalam keluarga
Keluarga mengatakan pengambil keputusan adalah suami
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi
Keluarga mengatakan belum mengerti tentang perawatan bayi
Kebiasaan atau ritual dalam keluarga berkaitan dengan kelahiran
dan perawatan bayi , tidak ada kebiasaan ritual dalam keluarga
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum

: Baik

b) Kesadaran

: Composmentis

c) Tanda tanda vital

1) T

: 36,30 C

2) N

: 138 x/i

3) R

: 40 x/i

2. Pemeriksaan Antropometri

315

a) BB

: 3600 gram

b) PB

: 450 cm

c) Lingkar kepala

: 33 cm

d) Lingkar dada

: 32 cm

e) LILA

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala

: simetris, sudah tumbuh rambut, kulit kepala bersih


(putih), tidak ada caput suksadenum, tidak ada cephal
hematoma.

b. Muka

: simetris, tidak ada tanda tanda down syndrome,


tidak ada trauma pasca persalinan

c. Mata

: simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak


ikterik, tidak ada kelainan pada mata, mata lengkap

d. Telinga

: simetris, tidak ada serumen, lengkap, tulang rawan


telinga baik, tidak ada kelainan pada telinga, dan
telinga lengkap

e. Hidung

: simetris, tidak ada secret berupa lendir atau sisa cairan


ketuban, tidak ada pernafasan cuping hidung

f. Mulut

: simetris, tidak ada labioskizis dan palatoskizis, ada


langit langit dalam mulut, lidah bersih, tidak ada
lendir sisa ketuban, mulut bayi tampak baik

316

g. Leher

: tidak ada pembengkakkan kelenjar tiroid, tidak ada


pembengkakkan kelenjar getah bening, teraba vena
jugularis

h. Dada

: simetris, terbentunk payudara dan putting secara


sempurna, tidak ada retraksi dada, nadi cepat dan
teratur, tidak ada kelainan, kulit tubuh bayi tidak
tampak pucat dan dingin

i. Perut

: simetris, terdengar bunyi bising usus normal, tidak


ada kelainan, keadaan tali pusat baik

j. Tungkai

: simetris, kedua tangan dan kaki sama panjang, tidak


ada kelemahan dan lesu pada bayi, pergerakan aktif,
tidak ada kelainan, akral tangan dan kaki tidak teraba
dingin.

k. Genetalia

: terdapat lubang anus (+), ada lubang utetra pada


penis, testis sudah turun melewati skrotum

APGAR

0 menit

5 menit

Appreance

Pulse

Grimace

Activity

Respiration

Jumlah

317

4. Pemeriksaan Refleks Primitif


a. Reflek Moro : baik, ketika bayi dikagetkan badan bayi akan
melengkung kebelakang, dan merentangkan kaki dan
tangannya
b. Reflek Rooting

: baik ketika bayi di rangsang dengan mencolek


jari di samping mulut bayi, biasanya bayi bayi
akan mencari putting susu ibunya dengan
memalingkan kepalanya kesamping.

c. Reflek Menggengam

: baik ketika telapak tangan bayi di rangsang


dengan meletakkan jari kita di telapak tangan
bayi,

secara reflek tangan bayi akan

menggenggam
d. Reflek Sucking

: baik terlihat saat bayi menghisap paydara


ibunya saat diberi ASI

e. Reflek Tonick Neck : baik ketika peningkatan tonus otot pada lengan
/ tungkai bila bayi dimiringkan akan miring
kesatu sisi
5. Pemeriksaan Perkembangan Bayi
a. Kemampuan Bahasa bayi : terdengar suara bayi dengan tangisan bayi
dengan kuat segera setelah lahir
b. Kemampuan

Motorik

halus

menggenggam

menggenggam telunjuk jari pemeriksa

sesuatu

seperti

318

c. Kemampuan Motorik kasar

: dapat mengangkat kepala, dapat

mengangkat kepala 450 , sudah dapat menggerakkan dengan seimbang


d. Adaptasi social : menatap muka, tersenyum spontan, membalas
senyum pemeriksa
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

: Tidak dilakukan pemeriksaan

b. Rontgen

: Tidak dilakukan pemeriksaan

c. CT Scan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d. USG

: Tidak dilakukan pemeriksaan

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa
Neonatus
Bulan,

Sesuai

Kehamilan,

Dasar

Cukup
Masa

Data Subjektif
Ibu bayi mengatakan bahwa :

spontan a. Bayi lahir tanggal 28 / 05 / 2015

pervaginam usia 0 hari

b. Bayi lahir pukul 16.05


c. Menerima keadaan bayinya
d. Ini merupakan anak yang diharapkan
e. Ini kelahiran anak yang ketiga
f. Tidak ada kelainan pada tubuh bayi
Data Sujektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kes

: Composmentis

319

c. TTV :
1) T

: 36,3 C

2) N

: 140 x/I

3) R

: 40 x/i

d. BB / PB

: 3600 gram / 50 cm

e. JK

f. LK / LD

: 33 cm / 32 cm

Pemeriksaan Fisik Bayi :


a. Tidak ada kelainan caput suksadenum, tidak ada
cephal hematoma pada kepala
b. Tidak ada lendir atau sisa cairan ketuban pada
hidung dan mulut bayi
c. Anus (+), lubang uretra pada penis (+), testis sudah
turun melewati skrotum
d. Tidak ada kelainan fisik pada bayi (cacat mayor)
e. A/S : 7 / 9
f. Reflek :
1) Reflek rooting

: Baik dan tercapai segera


setelah lahir

2) Reflek Menggenggam : Baik dan tercapai


segera setelah lahir
3) Reflet Suking

: Baik dan tercapai segera


setelah lahir

320

4) Reflek Tonic Neck

: Baik tercapai segera


setelah lahir

Masalah

Dasar

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG


MENYELURUH
Tanggal : 28 / 05 / 2015

Jam 16.00 WITA

1. Obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD


2. Jelaskan tentang kondisi bayi saat ini kepada ibu dan keluarga
3. Lakukan informed concent kepada ibu dan keluarga
4. Berikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu
5. Berikan KIE kepada ibu tentang :
a. Perawatan tali pusat
b. Tanda bahaya bayi baru lahir

321

c. Jadwal imunisasi untuk bayinya


6. Dokumentasi

LANGKAH VI PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN /


IMPLEMENTASI
Tanggal : 28 / 05 / 2015

Jam 16.10 WITA

1. Melakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD


a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

: 36,30C

: 140 x/i

: 40 x/i

d. Berat Badan

: 3600 gram

e. Panjang Badan

: 50 cm

f. Jenis Kelamin

g. Lingkar kepala

: 33 cm

h. Lngkar dada

: 32 cm

2. Menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini bahwa saat ini kondisi bayi dalam
keadaan dimana adanya jejas persalinan pada kepala bayi
3. Melakukan informed concent untuk tindakan yang dilakukan
4. Memberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu
Cara perawatan bayi baru lahir adalah segera setelah lahir melakukan
menilai keadaan bayi, meletakkan diatas perut ibu, keringkan bayi dengan

322

handuk kering, selimuti bayi (termasuk kepala) dengan handuk bersih dan
kering, selanjutnya bila bayi mengalami kesulitan bernafas, lakukan langkah
awal resusitasi, lakukan pemotongan tali pusat, pasang benang / klem tali
pusat bungkus dengan kassa steril, bayi harus diselimuti dengan baik, anjurkan
ibu untuk memeluk bayinya dan anjurkan untuk menyusui bayinya, jika
kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahir,
melakukan periksa tanda vital bayi, ukur suhu dengan thermometer, lakukan
pemeriksaan fisik head to toe pada bayi, timbang dan ukur panjang bayi ,
berikan tanda pengenal (peneng), berikan cap kaki sebagai tanda dokumentasi,
berikan salep / tetes mata pada bbl, jangan dibersihkan, kenakan baju dan
selimuti bayi dengan kain bersih, serta amati pola eliminasi bbl
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang
a. Perawatan tali pusat
Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan tali pusat. Jaga
agar tali pusat agar selalu tetap kering dan bersih minimal 3 4 kali sehari.
Bungkus tali pusat dengan kassa steril tanpa dibubuhi apapun. Bungkus
tali pusat dengan kassa steril hingga tali pusat terlepas. Berikan pula
tentang tanda tanda infeksi pada tali pusat bayi. Tali pusat infeksi
dengan tanda bewarna kemerahan pada pangkal tali pusat, berbau, dan
bernanah pada tali pusat.
b. Tanda bahaya bayi baru lahir
1) Tidak dapat menyusu dengan baik
2) Akibat bingung putting, putting mendelep, ASI keluar sedikit

323

3) Mengantuk hingga tidak sadar


4) Adanya perubahan warna kulit hingga kebiruan (syanosis)
5) Tangisan yang tidak kuat segera setelah lahir
6) Pergerakan yang pasif (tidak respon adanya rangsangan)
7) Pernafasan yang abnormal (RR : > 60 x/i)
8) Suhu tubuh bayi yang abnormal (T : > 38 C dan T : < 36,5 C)
9) Adanya retraksi dada
c. Jadwal imunisasi untuk bayinya
UMUR

IMUNISASI

KETERANGAN

0 7 hari

HB0

Imunisasi Hepatitis sejak bayi lahir untuk


pertama kalinya. Imunisasi ini diberikan
pada bayi sebelum berumur 7 hari

0 2 bulan

BCG + Polio 1

Imunisasi BCG (Bacillus Calmatte


Guerine) dan Polio 1 dapat diberikan sejak
lahir hingga berumur 2 bulan. Jika lebih
dari usia 2 bulan dilakukan uji test
Tuberkulin (Uji apakah sudah terkena
penyakit TBC)

2 bulan

Pentabio 1 + Polio 2

Imunisasi Pentabio berisi imunisasi DPT,


HB, dan HiB. Imunisasi Pentabio 1 dan
Polio 2 ini diberikan pada bayi usia 2
bulan.

3 bulan

Pentabio 2 + Polio 3

Imunisasi Pentabio berisi imunisasi DPT,

324

HB, dan HiB. Imunisasi Pentabio 2 dan


Polio 3 ini diberikan pada bayi usia 3
bulan.
4 bulan

Pentabio 3 + Polio 4

Imunisasi Pentabio berisi imunisasi DPT,


HB, dan HiB. Imunisasi Pentabio 3 dan
Polio 4 ini diberikan pada bayi usia 4
bulan.

9 bulan

Campak

Imunisasi Campak diberikan pada usia 9


bulan.

18 bl 3 th

Pentabio Boster

Imunisasi 18 bulan sampai 3 tahun


diberikan imunisasi Pentabio Boster

24 bl 3 th

Campak Boster

Imunisasi 24 bulan sampai 3 tahun


diberikan imunisasi Campak Boster

SD Kelas I

Campak + DT

Imunisasi yang diberikan pada SD kelas I


yaitu diberikan Imunisasi Campak dan DT
(Difteri dan Tetanus)

Td

Imunisasi yang diberikan pad SD kelas 2

SD Kelas 2

3 yaitu diberikan Imunisasi Tetanus dan

&3

Difteri namun sedikit.

6. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28 / 05 / 2015

Jam : 17.00 WITA

1. Telah dilakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD

325

2. Ibu mengerti penjelasan tentang kondisi bayi saat ini


3. Telah dilakukan informed concent
4. Telah diberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu
5. Ibu mengerti KIE tentang
a. Perawatan tali pusat
b. Tanda bahaya bayi baru lahir
c. Jadwal imunisasi untuk bayinya
6. Dokumentasi
A. SOAP BAYI BARU LAHIR (BBL) KUNJUNGAN KE I
SOAP Bayi Baru Lahir (BBL) kunjungan ke I usia 6 jam setelah bayi
lahir pada tanggal 28 Mei 2015 di BPM Asminiwati pukul 18.00 WITA
Data Subjektif
Ibu bayi mengatakan bahwa :
a. Bayi lahir tanggal 28 / 05 / 2015
b. Bayi lahir pukul 16.05
c. Ini merupakan anak yang diharapkan
d. Ini kelahiran anak yang ketiga
Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) T

: 36,30C

326

2) N

: 140 x/i

3) R

: 40 x/i

d. Berat badan

: 3600 gram

e. Panjang badan

: 50 cm

f. Jenis kelamin

g. Lingkar kepala

: 33 cm

h. Lingkar dada

: 32 cm

Pemeriksaan Fisik Bayi :


a. Tidak ada kelainan caput suksadenum, tidak ada cephal hematoma pada
kepala
b. Tidak ada lendir atau sisa cairan ketuban pada hidung dan mulut bayi
c. Anus (+), lubang uretra pada penis (+), testis sudah turun melewati
skrotum
d. Tidak ada kelainan fisik pada bayi (cacat mayor)
e. A/S : 7 / 9
f. Reflek :
1) Reflek rooting

: Baik dan tercapai segera setelah lahir

2) Reflek Menggenggam

: Baik dan tercapai segera setelah lahir

3) Reflet Suking

: Baik dan tercapai segera setelah lahir

4) Reflek Tonic Neck

: Baik dan tercapai segera setelah lahir

Assasement
a. Diagnosa

: Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa


Kehamilan, spontan pervaginam usia 0 hari

327

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD sebagaimana
mestinya
2. Menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini kepada ibu. Ibu telah mengerti
penjelasan tentang kondisi bayi saat ini.
3. Melakukan informed concent. Telah dilakukan informed concent dengan ibu
menandatangani atas tindakan yang akan dilakukan.
4. Memberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu. Telah
diberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu dan perawatan
rutin setelah bayi lahir.
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang
a. Perawatan tali pusat
b. Tanda bahaya bayi baru lahir
c. Jadwal imunisasi untuk bayinya
Ibu telah mengerti tentang KIE yang telah diberikan kepada ibu.
6. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan
B. SOAP BAYI BARU LAHIR (BBL) KUNJUNGAN KE II
SOAP Bayi Baru Lahir (BBL) kunjungan ke I usia 1 hari pada tanggal 29
Mei 2015 di BPM Asminiwati pukul 07.00 WITA
Data Subjektif

:-

328

Data Objektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) T

: 36,50C

2) N

: 142 x/i

3) R

: 42 x/i

Pemeriksaan Fisik Bayi

d. Tampak berkurangnya verniks caseosa pada tubuh bayi


e. Tidak tampak adanya retraksi pada dada bayi
f. Tidak tampaknya sianosis pada tubuh bayi
Assasement
a. Diagnosa

: Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa


Kehamilan, spontan pervaginam usia 1 hari

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD sebagaimana
mestinya
2. Menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini kepada ibu. Ibu telah mengerti
penjelasan tentang kondisi bayi saat ini.

329

3. Melakukan informed concent. Telah dilakukan informed concent dengan


ibu menandatangani atas tindakan yang akan dilakukan.
4. Memberikan tentang cara memandikan bayi 6 jam kepada ibu. Telah
diberikan tentang cara memandikan bayi 6 jam kepada ibu.
5. Mengamati pola nutrisi yang masuk ke dalam tubuh bayi yaitu pemberian
ASI Ekslusif. Telah dilakukan mengamati pola nutrisi yang masuk ke
dalam tubuh bayi yaitu pemberian ASI Ekslusif.
6. Mengamati pola elimisasi bayi baru lahir (BBL). Telah dilakukan
mengamati pola eliminasi bayi baru lahir (BBL)
7. Telah dilakukan pendokumentasian kebidanan

330

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS


LANGKAH I PENGKAJIAN
1) Data Subjektif
Nama klien

: Ny. M

Nama suami : Tn. D

Umur

: 27 Tahun

Umur

: 31 tahun

Suku

: Banjar

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Jl. Gn. IV RT. 24

Alamat

: Jl. Gn. IV RT. 24

1. Anamnesa
Pada tanggal

: 29 / 05 / 2015

Pukul

: 07.00 WITA

Oleh

: Intan Rafyah Salsabila

2. Alasan kunjungan saat ini

: Ibu mengatakan ingin memeriksakan


keadaan setelah melahirkan.

3. Keluhan

: Ibu mengatakan keadaan setelah


melahirkan adalah masih mules, tidak
pusing, tidak mual, ASI sudah keluar

4. Kebiasaan sehari hari


a. Nafsu makan

: Ibu makan 3x sehari dengan porsi sepiring


nasi, mangkuk sayur bening, 2 potong

331

tempe, ibu tidak suka minum susu, lauk


pauk

lainnya

dan

nafsu

makannya

meningkat.
b. Mobilisasi

: Ibu mengatakan mobilisasi pada ibu baik.


Ibu sudah dapat miring miring kiri dan
miring kekanan serta berjalan.

c. Diet / makan

: Ibu mengatakan tidak diet makanan


apapun.

d. Perubahan makanan
yang dialami
e. Defekasi / Miksi

:Ibu mengatakan nafsu makan baik.


: Ibu mengatakan BAB 1x sehari/ BAK 5-6x
sehari.

f. Aktifitas sehari-hari : Ibu mengatakan sebagai pedagang.


g. Istirahat dan tidur

: Ibu mengatakan tidur malam 7-8 jam


(21.00-06.00) dan jarang tidur siang

h. Kegiatan

: Ibu mengatakan kegiatan sehari-hari


berjualan, memasak, mencuci, dan
beribadah.

5. Aspek Psikologis
a. Reaksi ibu terhadap bayi : Ibu mengatakan senang atas kelahiran
anaknya dan ini merupakan anak yang
diharapkan

332

b. Reaksi ibu terhadap


proses melahirkan

: Ibu mengatakan menerima segala

proses
persalinan yang dialami
6. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan

: BPM Asminiwati

b. Ditolong oleh

: Bidan

c. Jenis persalinan

: Spontan Pervaginam

d. Kelainan dalam persalinan

: Tidak ada

e. Penyakit / operasi
yang pernah dialami

: Tidak ada

f. Riwayat kehamilan

: G4P2A1

g. Kehamilan I

: Spontan pervaginam dengan usia


kehamilan 36 - 37 mg

h. Kehamilan II

: Spontan pervaginam dengan usia


kehamilan 36 37 mg

i. Kehamilan III

: Abortus usia kehamilan 8 minggu

j. Kehamilan IV

: Spontan pervaginam dengan usia


kehamilan 41 42 minggu

k. Kehamilan V

:-

l. Imunisasi TT I - V

: Lengkap

m. Kontrasepsi yang digunakan

: Ibu mengatakan pernah


menggunakan kontrasepsi yaitu

333

kontrasepsi pil selama 2 tahun


7. Keluhan saat kehamilan :
a. Rasa lelah

: Tidak ada

b. Mual dan muntah

: Tidak ada

c. Nyeri perut

: Tidak ada

d. Panas menggigil

: Tidak ada

e. Sakit kepala

: Tidak ada

f. Penglihatan kabur

: Tidak ada

g. Nyeri waktu BAK

: Tidak ada

h. Pengeluaran cairan pervaginam : Tidak ada


i. Nyeri pada tungkai

: Tidak ada

j. Oedema

: Tidak ada

8. Riwayat persalinan yang lalu


Tgl/thn

Tempat

Masa

Jenis

lahir

lahir

gestasi

persalinan

BPM

36

Spontan

Asmini

37 mg

Pervagina

No

Penolong

2011

wati
2

Anak

2010

2013

2015

BPM

36

Spontan

Asmini

37 mg

Pervagina

BPM

Tidak
ada

PB

BB

51

2800

JK

cm gram

wati
3

Bidan

Penyulit

Bidan

Tidak
ada

49

3200

cm gram

m
8 mg

Abortus

42- 43

Spontan

Bidan

Tidak

50

3600

334

Asmini

mg

Pervagina

wati

ada

cm gram

2) Data Subjektif
Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Baik

c. Tanda-tanda vital

1) Tekanan darah

: 110 / 70 mmhg

2) Suhu badan

: 36,5 C

3) Nadi

: 82 x / menit

4) Pernapasan

: 20 x / menit

Pemeriksaan fisik
Inspeksi
a. Kepala
1) Kulit kepala

: Tampak bersih, tidak ada ketombe dan lesi.

2) Konstruksi rambut

: Hitam, tebal, tidak bercabang

3) Distribusi rambut

: Rambut merata dan banyak

b. Mata
1) Kelopak mata

: Tampak tidak ada palpebra

2) Konjungtiva

: Tampak tidak anemis

3) Sklera

: Tampak tidak ikterik

c. Muka
1) Kloasma gravidarum

: Tampak tidak ada kloasma gravidarum

335

2) Oedem

: Tampak tidak ada oedema

3) Pucat

: Tidak tampak pucat

d. Mulut dan gigi


1) Gigi geligi

: Tampak lengkap, bersih, putih dan tidak berlubang

2) Mukosa mulut

: Tampak lembab, berwarna merah kepink - pinkan


dan tidak ada stomatitis

3) Caries dentis

: Tidak ada caries

4) Geraham

: Tampak lengkap, bersih, dan tidak berlubang

5) Lidah

: Tampak bersih dan berwarna merah muda

e. Leher
1) Tonsil

: Tampak tidak ada radang

2) Faring

: Tampak tidak ada radang

3) Laring

: Tampak tidak ada radang

4) Vena jugularis

: Tidak ada pembengkakkan vena jugularis

5) Kelenjar getah
bening
6) Kelenjar Tiroid

: Tampak tidak ada pembengkakkan


: Tampak tidak ada pembengkakkan

f. Dada
1) Bentuk

: Tampak simetris berjumlah 2 buah, bulat

2) Retraksi

: Tampak ada retraksi

3) Mammae

: Tampak tidak ada pembengkakkan mammae, tidak


ada benjolan, tidak ada bekas operasi mammae

4) Papilla mammae : Tampak puting menonjol, puting kecil, tampak

336

hiperpigmentasi areola.
g. Punggung
1) Bentuk / posisi

: Tidak ada kelainan seperti lordosis, kifosis


maupun skoliosis

h. Perut
1) Bekas operasi

: Tampak tidak ada bekas oprasi

2) Striae

: Tamapak ada striae albicans

3) Membesar

: Tampak tidak ada pembesaran perut

i. Vagina
1) Varices

: Tampak tidak ada varises

2) Pengeluaran

: Tampak ada pengeluaran lokhea rubra

3) Oedema

: Tampak tidak ada oedema

4) Perineum

: Tampak tidak ada jahitan

5) Luka parut

: Tampak tidak ada luka parut

6) Fistula

: Tampak tidak ada fistula

7) Robekan

: Tampak tidak ada jahitan

j. Ekstremitas
1) Oedema

: Tampak tidak ada oedema

2) Varices

: Tampak tidak ada varices

Palpasi
a. Leher
1) Vena jugularis

: Teraba vena jugularis

2) Kelenjar getah bening

: Tidak teraba pembengkakkan kelenjar

337

getah bening
3) Kelenjar Tiroid

: Tidak teraba pembengkakkan kelenjar


tiroid

b. Dada
1) Mamae

: Tidak teraba benjolan mammae, tidak ada


nyeri tekan

2) Massa

: Tidak teraba massa

3) Konsistensi

: Teraba lunak, kenyal

4) Pengeluaran ASI

: Teraba ada pengeluaran ASI cair berwarna


kuning

c. Perut
1) TFU

: Teraba 3 jari bawah pusat

2) Uterus kontaksi

: Teraba uterus keras, baik

3) Penurunan FUT

: Teraba penurunan FUT

4) Kandung kemih

: Teraba kantong kemih kosong

d. Tungkai
1) Oedema

: Teraba tidak ada oedema

Auskultasi
a. Paru
1) Wizing

: Tidak terdengar bunyi wizing

2) Ronchi

: Tidak terdengar bunyi ronchi

b. Jantung
1) Irama

: Terdengar irama teratur

338

2) Frekuensi

: Terdengar nadi 82 x/menit

Perkusi
a. Dada
1) Suara

: Tidak terdengar bunyi hipersonor

2) Perut

: Tidak tedengar kembung

b. Ekstremitas
1) Kedua tangan

: Reflek patella (+)

2) Kedua kaki

: Reflek patella (+)

3) Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan Laboratorium
1. Darah

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. Golongan Darah

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3. Urine Protein

: Tidak dilakukan pemeriksaan

4. Albumin

: Tidak dilakukan pemeriksaan

5. Reduksi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Penunjang Lainnya


1. USG

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2. X-Ray

: Tidak dilakukan pemeriksaan

339

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


DIAGNOSA

DASAR

P3A1 Post Partum Data Subjektif


hari ke 1 dengan Ibu mengatakan bahwa :
nifas fisiologis

a. Senang atas kelahiran anak ketiganya


b. Pernah keguguran 1 kali
c. Ini merupakan anak yang diharapkan
d. Melahirkan tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 16.00 WITA
e. Masih mules
f. Tidak pusing
g. Tidak mual
h. Tidak ada nyeri luka perineum
Data Objektif :
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 70 mmHg

2) Nadi

: 82 x/menit

3) Suhu

: 36,5C

4) Respirasi

: 20 x/menit

d. TFU

: 3 jari bawah pusat

e. Uterus teraba keras, kontraksi baik

340

f. Payudara : Ada pengeluaran ASI kolostrum bewarna


kekuningan
g. Lokhea

: Lokhea rubra

h. PPV

: Berwarna merah segar

MASALAH

DASAR

Tidak ada

Tidak ada

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH


POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN
SEGERA
Tidak ada
LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH
Tanggal : 28 Mei 2015

Pukul : 16.00 WITA

1. Observasi KU, Kesadaran, TTV


2. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat ini.
3. Jelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan.
4. Lakukan informed concent
5. Berikan KIE kepada ibu tentang :
a. Perawatan payudara ibu nifas
b. Teknik menyusui dengan benar

341

c. Kebutuhan dasar ibu nifas


d. ASI Ekslusif
6. Anjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya
7. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas
8. Dokumentasi.
LANGKAH

VI

PELAKSANAAN

LANGSUNG

ASUHAN

IMPLEMENTASI
Tanggal : 28 Mei 2015

Pukul : 16.10 WITA

1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV


a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 70 mmHg

2) Nadi

: 82 x/menit

3) Suhu

: 36,5 C

4) Respirasi

: 20 x/menit

d. TFU

: 3 jari bawah pusat

e. Uterus teraba keras, kontraksi baik


f. Payudara

: Ada pengeluaran ASI kolostrum bewarna


kekuningan

g. Lokhea

: Lokhea rubra

h. PPV

: Berwarna merah segar

342

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini. Bahwa saat ini keadaan ibu dalam keadaan baik dan sehat, tidak
ada tanda tanda komplikasi pada ibu dan bayi.
3. Menjelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu melakukan
pemeriksaan fisik ibu nifas
4. Melakukan informed concent
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang :
a. Perawatan payudara ibu nifas
Cara perawatan payudara adalah mengompres putting dan areola
dengan kapas yang diberi baby oil (3-4 menit), pengenyalan putting
susu dipegang dengan ibu jari dan telunjuk diputar keluar dan kedalam
sebanyak 20 kali, penonjolan putting susu dengan ditarik sebanyak 20
kali, telapak tangan diberi baby oil kemudian ratakan, sangga salah satu
payudara, kemudian tangan yang lain melakukan pengurutan dengan
menggunakan ibu jari kelingking sebanyak 10 kali, sangga salah satu
payudara, kemudian tangan yang lain melakukan pengurutan dengan
tangan menggenggam dari pamgkal payudara sampai putting susu,
seabanyak 10 kali, pengurutan payudara berputar dari tengah, samping
bawah sebanyak 10 kali pada penurunan terakhir memijat daerah areola
untuk mengeluarkan colostrums
b. Teknik menyusui dengan benar
Cara teknik menyusui dengan benar adalah anjurkan klien untuk
menggendong bayinya kemudian duduk bersandardengan kaki teropang

343

atau dalam posisi berbaring miring, anjurkan klien untuk membuka


penutup payudaranya, tekan perlahan dagu bayi dan arahkan ke putting
susu klien sehingga mencapai putting susu klien, masukkan seluruh
putting klien kedalam mulut bayi, gunakan ibu jari untuk menekan
bagian atas payudara sedangkan jari lainnya menopang payudara dari
bagian bawah, pertahankan kontak mata selama proses menyusui,
pindahkan jari kelingking ke pinggir mulut bayi dan ditekan apabila
ingin menghentikan pemberian ASI, menyendawakan bayi
c. Kebutuhan dasar ibu nifas
1) Nutrisi : Ibu membutuhkan nutrisi pasca melahirkan karena ada
factor kelelahan pada saat proses persalinan sehingga ibu
membutuhkan nutrisi untuk mendapatkan energy / tenaga untuk
memulihkan kembali tenaga ibu
2) Eliminasi : Ibu membutuhkan eliminasi seperi pasca melahirkan
harus seing mengosongkan

kandung kemih ibu agar kontraksi

uterus ibu dapat berjalan dengan baik


3) Personal Hygiene : Ibu diharapkan pasca melahirkan untuk mandi
untuk menyegarkan kembali tenaga ibu. Dan juga jika ada jahitan
agar tetap menjaga untuk tetap keing dan bersih
d. ASI Ekslusif bahwa ibu harus memeberikan bayinya ASI secara
ekslusif selama 6 bulan tanpa makanan pendamping apapun termasuk
air putih, madu, buah buahan, maupun susu formula. Karena ASI

344

sangat bermanfaat yaitu salah satu manfaatnya adalah memberikan zat


kekebalan pada bayi baru lahir terhadap penyakit apapun.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin untuk menyusui bayinya
secara on demand (sesuka bayi), minimal 2 jam sekali agar kebutuhan
nutrisi bayi tercukupi.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas
sebanyak minimal 4 kali. Pada saat 2 jam setelah melahirkan, 1 minggu
setelah melahirkan, 2 minggu setelah melahirkan, 6-8 minggu setelah
melahirkan
8. Melakukan pendokumentasian.

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 28 Mei 2015

Pukul : 17.00 WITA

1. Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV


2. Ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan
bayi saat ini.
3. Ibu mengerti penjelasan tentang tindakan yang telah dilakukan.
4. Telah dilakukan informed concent dan ibu bersedia dilakukan pemeriksaan
5. Ibu mengerti KIE tentang
a. Perawatan payudara ibu nifas
b. Teknik menyusui dengan benar
c. Kebutuhan dasar ibu nifas
d. ASI Ekslusif
6. Ibu bersedia untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

345

7. Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas


8. Pendokumentasian
A. SOAP NIFAS PADA KUNJUNGAN KE I
SOAP Nifas pada kunjungan ke I pada tanggal 28 Mei 2015 di BPM
Asminiwati pukul 10.00 WITA
Data Subjektif
Ibu mengatakan :
a. Senang atas kelahiran anak ketiganya
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Ini merupakan anak yang diharapkan
d. Melahirkan tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 16.00
e. Masih mules
f. Tidak pusing
g. Tidak mual
h. Tidak nyeri luka perineum
Data Objektif
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 70 mmHg

2) Nadi

: 82 x/menit

3) Suhu

: 36,5 C

4) Respirasi

: 20 x/menit

346

d. TFU

: 3 jari bawah pusat

e. Uterus teraba keras, kontraksi baik


f. Payudara

: Ada pengeluaran ASI kolostrum bewarna


kekuningan

g. Lokhea

: Lokhea rubra

h. PPV

: Berwarna merah segar

Assesment
a. Diagnosa

: P3A1 PostPartum hari ke 1 dengan nifas


fisiologis

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

Planning
Tanggal : 28 Mei 2015

Pukul : 17.30 WITA

1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya.


2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini. Ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini.
3. Menjelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan. Ibu mengerti penjelasan
tentang tindakan yang dilakukan.
4. Melakukan informed concent. Telah dilakukan informed concent dengan ibu
menandatangani tindakan yang akan dilakukan
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang

347

a. Perawatan payudara ibu nifas


b. Teknik menyusui dengan benar
c. Kebutuhan dasar ibu nifas
d. ASI Ekslusif
Ibu telah mengerti tentang KIE yang diberikan.
6. Menganjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya. Ibu
mengerti dan bersedia untuk sesering mungkin menyusui bayinya.
7. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas.
Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas.
8. Telah dilakukan pendokumentasian
B. SOAP NIFAS PADA KUNJUNGAN KE II
SOAP Nifas pada kunjungan ke II pada tanggal 04 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 11.00 WITA
Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. ASI keluar banyak
b. Tidak ada mules
c. Tidak pusing
d. Masih keluar darah merah kecoklatan
Data Objektif
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

348

1) TD

: 120 / 70 mmHg

2) Nadi

: 80 x/menit

3) Suhu

: 36,5 C

4) Respirasi

: 20 x/menit

d. TFU

: pertengahan simfisis dan pusat

e. Payudara

: Ada pengeluaran ASI matur yang banyak

f. Lokhea

: Ada pengeluaran lokhea sanguinolenta

g. PPV

: Berwarna merah kecoklatan

Assesment
a. Diagnosa

: P3A1 Post Partum hari ke 7 dengan nifas


fisiologis

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

Planning
Tanggal : 04 Juni 2015

Pukul : 11.30 WITA

1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya.


2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini. Ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang involusi uterus. Ibu telah mengerti KIE
tentang involusi (pengembalian kembali alat alat kandungan seperti semula)
yang diberikan.

349

4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi


pada ibu nifas. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi pada ibu nifas.
5. Telah dilakukan pendokumentasian
C. SOAP NIFAS PADA KUNJUNGAN KE III
SOAP Nifas pada kunjungan ke III pada tanggal 11 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 10.00 WITA
Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. ASI masih keluar banyak
b. Keluar flek - flek darah kekuningan
c. Tidak ada keluhan
Data Objektif
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110 / 70 mmHg

2) Nadi

: 81 x/menit

3) Suhu

: 36,5 C

4) Respirasi

: 20 x/menit

d. TFU

: tidak teraba diatas simpisis

e. Payudara

: Ada pengeluaran ASI matur yang banyak

f. Lokhea

: Ada pengeluaran lokhea serosa

350

g. PPV

: Berwarna kekuningan

Assesment
a. Diagnosa

: P3A1 Post Partum hari ke 14 dengan nifas


fisiologis

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

Planning
Tanggal : 04 Juni 2015

Pukul : 11.30 WITA

1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya.


2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini. Ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang involusi uterus. Ibu telah mengerti KIE
tentang involusi (pengembalian kembali alat alat kandungan seperti semula)
yang diberikan.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi
pada ibu nifas. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 2
minggu lagi pada ibu nifas.
5. Telah dilakukan pendokumentasian
D. SOAP NIFAS PADA KUNJUNGAN KE IV
SOAP Nifas pada kunjungan ke IV pada tanggal 28 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 10.00 WITA

351

Data Subjektif
Ibu mengatakan bahwa :
a. ASI masih keluar banyak
b. Keluar flek - flek berwarna keputihan
c. Tidak ada keluhan
Data Objektif
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 100 / 70 mmHg

2) Nadi

: 81 x/menit

3) Suhu

: 36,5 C

4) Respirasi

: 20 x/menit

d. TFU

: tidak teraba diatas simpisis

e. Payudara

: Ada pengeluaran ASI matur yang banyak

f. Lokhea

: Ada pengeluaran lokhea alba

g. PPV

: Berwarna keputihan

Assesment
a. Diagnosa

: P3A1 Post Partum hari ke 30 dengan nifas


fisiologis

b. Diagnosa Potensial

: Tidak ada

c. Masalah

: Tidak ada

d. Kebutuhan tindakan segera

: Tidak ada

352

Planning
Tanggal : 28 Juni 2015

Pukul : 11.30 WITA

1. Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya.


2. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini. Ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini.
3. Memberikan KIE kepada ibu tentang macam macam KB menyusui. Ibu
telah mengerti KIE tentang macam macam KB menyusui yang diberikan.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk suntik KB 3 bulan. Ibu mengerti dan bersedia
untuk suntk KB 3 bulan.
5. Telah dilakukan pendokumentasian

353

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA


BERENCANA (KB)
LANGKAH I PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Nama klien

: Ny. M

Nama suami : Tn. D

Umur

: 27 tahun

Umur

: 31 tahun

Suku

: Banjar

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Pedagang

Pekerjaan

: Pedagang

Alamat

: Jl. Gn. IV RT. 24

Alamat

: Jl. Gn. IV RT. 24

1. Anamnesa
Pada tanggal
2. Alasan kunjungan

: 28 Juni 2015

Pukul : 16.00 WITA

: Ibu mengatakan ingin suntik KB 3 bulan

Yang mengantar : Suami


3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche

: usia 14 tahun

b. Siklus

: 28 hari

c. Lamanya

: 7 hari

d. Banyaknya

: 3 4 x ganti pembalut

e. Sifat darah

: Cair

f. Warna

: Merah segar

354

4. Riwayat Perkawinan
a. Kawin ke

:1

b. Lamanya perkawinan

: 5 tahun

5. Riwayat obstetri yang lalu


a. Gravida

: Ibu mengatakan tidak sedang hamil

b. Partus

: Ibu mengatakan melahirkan 3 kali

c. Abortus

: Ibu mengatakan pernah keguguran 1 kali

d. Lahir hidup

: Ibu mengatakan anak lahir hidup ada 3

e. Lahir mati

: Ibu mengatakan tidak ada anak yang lahir


meninggal

6. Riwayat persalinan terakhir / abortus terakhir


a. Tanggal persalinan terakhir
b. Jenis persalinan

: 28 Mei 2015

: Normal, spontan pervaginam

c. Apakah sedang menyusui : Ya


7. Riwayat KB sebelumnya
Dalam dua tahun terakhir apakah ada memakai kontrasepsi : Ya
Bila ya, jelaskan masing-masing
No

Metode

Lama

Alasan Berhenti Metode Kontrasepsi

Pemakaian
1.

Pil

2 th

Ingin hamil

2.

IUD / AKDR

Tidak ada

Tidak ada

3.

Suntik

Tidak ada

Tidak ada

4.

Kondom

Tidak ada

Tidak ada

355

5.

Dll

Tidak ada

Tidak ada

8. Riwayat Medis Sebelumnya


a. Sedang mendapat pengobatan
jangka panjang

: Tidak ada

b. Saat ini sedang


menderita penyakit kronis

: Tidak ada

9. Riwayat Sosial
a. Merokok

: Tidak pernah

b. Minuman keras

: Tidak pernah

10. Riwayat Ginekologi


a. Tumor ginekologi

: Tidak ada

b. Operasi ginekologi
c. yang pernah dialami

: Tidak ada

d. Penyakit kelamin

: Tidak ada

e. G.O

: Tidak ada

f. Sipilis

: Tidak ada

g. Herpes

: Tidak ada

h. Keputihan

: Tidak ada

i. Perdarahan tanpa
sebab yang jelas

: Tidak ada

356

11. Data Psikologis


a. Pengertian ibu tentang efek samping alat kontrasepsi adalah ibu sudah
mengerti efek samping KB Suntik 3 bulan
b. Pengaruh alat kontrasepsi dengan agama yang dianut adalah tidak ada
c. Pengaruh alat kontrasepsi dengan hubungan suami / istri adalah tidak
ada
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Status Emosional

: Stabil

d. Tinggi Badan

: 157 cm

e. Berat Badan

: 55 kg

f. Pemeriksaan
tanda tanda vital (TTV) :
1) TD

: 110/80 mmHg

2) N

: 82 x/i

3) RR

: 20 x/i

4) Temp

: 36,5C

2. Pemeriksaan Fisik :
a. Payudara
1) Benjolan

: Tidak ada benjolan abnormal

2) Nyeri tekan

: Tidak ada

357

3) Putting susu

: Menonjol

4) Sedang menyusui

: Ya

b. Abdomen
1) Pembesaran

: Tidak ada

2) Bekas luka

: Tidak ada

3) Konsistensi

: Lunak dan kenyal

4) Nyeri tekan

: Tidak ada

5) Bekas luka

: Tidak ada

6) Peradangan

: Tidak ada

c. VT (Vaginal Touche)

1) Tumor

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2) Posisi rahim

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3) Bentuk

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Inspekulo

1) Tanda-tanda
peradangan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

2) Tanda-tanda
kehamilan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

3) Perdarahan

: Tidak dilakukan pemeriksaan

4) Varices

: Tidak dilakukan pemeriksaan

d. Pemeriksaan penunjang
1) Planotes

: Tidak dilakukan pemeriksaan

358

LANGKAH II INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa

Dasar

P3A1 dengan akseptor

Data Subjektif

KB Suntik 3 bulan jenis

Ibu mengatakan :

depomedroxy

a. Melahirkan 3 kali

progesterone

b. Pernah keguguran 1 kali


c. Ingin suntik KB 3 bulan
d. Sedang menyusui
e. Sedang haid
Data Objektif
a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda tanda vital

1) TD

: 110/80mmHg

2) N

: 82x/m

3) S

: 36,5C

4) R

: 20x/m

d. BB

: 55 kg

e. TB

: 156 cm

Masalah
Tidak ada

Dasar
Tidak ada

359

LANGKAH III MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU


MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

LANGKAH IV MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP


TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

LANGKAH V MENYUSUN RENCANA ASUAHN YANG


MENYELURUH
Tanggal : 28 06 -2015

Jam : 16.30 WITA

1. Lakukan pemeriksaan KU dan TTV


2. Lakukan infrom consent dengan infrom choice
3. Jelaskan pengertian KB Suntik 3 bulan
4. Jelaskan tentang efektifitas KB suntik 3 bulan
5. Jelaskan keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan
6. Jelaskan tentang efek samping KB Suntik 3 bulan
7. Jelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB Suntik 3 bulan
8. Berikan suntik KB 3 bulan
9. Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang KB Suntik 3 bulan
10. Dokumentasi

360

LANGKAH VI PELAKSANAAN LANGSUNG ASUHAN /


IMPLEMENTASI
Tanggal : 28 / 06 / 2015

Jam : 16.35 WITA

1. Melakukan pemeriksaan keadaan umum dan TTV dan BB:


a. Keadaan Umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda - tanda vital (TTV)

1) Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

2) Nadi

: 82 x / i

3) Suhu

: 36,5C

4) Respirasi

: 20 x / i

d. Berat badan

: 55 kg

2. Melakukan informed consent dengan meminta persetujuan ibu untuk


dilakukan tindakan medis serta informed choise agar ibu dapat menentukan
pilihannya
3. Menjelaskan pengertian KB Suntik 3 bulan yaitu
KB Suntik 3 bulan adalah suatu jenis alat kontrasepsi hormonal yang
berbentuk suntik yang mengandung hormon progesterone bertujuan untuk
mencegah kehamilan.
4. Menjelaskan tentang efektifitas KB suntik 3 bulan
Efektifitas KB suntik 3 bulan sangat efektif sekitar (0,1 0,4 gagal terjadi
kehamilan pada perempuan / tahun )

361

5. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan yaitu:


a. Keuntungan :
1) Efektifitas tinggi
2) Sederhana pemakaiannya
3) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4 kali dalam
setahun)
4) Cocok untuk ibu yang sedang menyusui karena tidak mempengaruhi
produksi ASI
5) Tidak berdampak serius terhadap penyakit pembekuan darah dan
jantung karena tidak mengandung hormone estrogen
6) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
7) Tidak diperlukn untuk pemeriksaan dalam
8) Cocok bagi klien yang pelupa
b. Kerugian :
1) Terdapat gangguan haid seperti amenorhoe (tidak datang haid setiap
bulannya)
2) Menimbulkan rasa nyeri pada daerah penyuntikkan
3) Dapat menyebabkan abses jika salah pada tempat penyuntikkan
4) Kesuburan lama kembali
5) Spooting (bercak bercak darah)
6) Tidak melindungi dari PMS
6. Menjelaskan efek samping KB Suntik 3 bulan, yaitu:
a. Timbulnya jerawat pada wajah

362

b. Kenaikan berat badan


c. Mual
d. Muntah
e. Pusing
f. Sakit kepala
7. Menjelaskan kepada ibu indikasi dan kontraindikasi KB Suntik 3 bulan, yaitu :
a. Indikasi :
1) Ibu usia produktif (20 35 th)
2) Ibu pascapersalinan
3) Ibu pasca keguguran
4) Ibu yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
estrogen
5) Ibu yang sering pelupa
6) Ibu sedang menysui
7) Ibu yang tidak mempunyai tekanan darah tinggi
b. Kontraindikasi :
1) Sedang hamil atau dicurigai hami
2) Perdarahan vagina yang tidak diketaui
3) Diketahui menderita TBC
4) Mempunyai riwayat penyakit kanker payudara
5) Kanker alat genitalia

363

8. Memberikan suntik KB 3 bulan


Atur posisi klien untuk penyuntikan obat, klien bisa duduk atau berbaring,
bersihkan tempat yang akan disuntik dengan kapas alkohol atau air steril,
suntikkan jarum di daerah penyuntikan dengan arah tegak lurus hingga
mencapai daerah otot dengan sudut 90 derajat, sebelum penyuntikan obat,
perlahan-lahan tarik sedikit pompa, bila ada darah masuk ke dalam pipa
suntik, tarik keluar jarum, ganti jarum, dan suntikkan di tempat lain/bagian
otot di dekatnya, lakukan kembali aspirasi, apabila tidak terdapat darah,
masukkan obat secara perlahan-lahan, angkat keluar jarum suntik dan
bersihkan kulit sekali lagi dengan kapas alkohol atau air steril
9. Memberikan KIE tentang kunjungan ulang KB Suntik 3 bulan yaitu pada
tanggal 21 / 09 / 2015
10. Dokumentasi

LANGKAH VII EVALUASI


Tanggal : 25-03-2015

Jam : 17.05 WITA

1. Telah di lakukan pemeriksaan TTV dan KU pasien


2. Telah dilakukan informed consent dan informed choice
3. Ibu mengerti pengertian KB Suntik 3 bulan
4. Ibu menerti efektifitas KB Suntik 3 bulan
5. Ibu mengerti keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan
6. Ibu mengerti efek samping KB Suntik 3 bulan
7. Ibu mengerti indikasi dan kontraindikasi KB Suntik 3 bulan
8. Telah diberikan suntik KB 3 bulan

364

9. Ibu mengerti jadwal kunjungan ulang KB Suntik 3 bulan


10. Telah dilakukan pendokumentasian
A. SOAP KB (KELUARGA BERENCANA) KUNJUNGAN KE I
SOAP KB (Keluarga Berencana) pada kunjungan ke I pada tanggal 28
Juni 2015 di BPM Asminiwati pukul 16.05 WITA
Data Subjektif
Ibu mengatakan :
a. Melahirkan 3 kali
b. Pernah keguguran 1 kali
c. Ingin suntik KB 3 bulan
d. Sedang menyusui
e. Sedang haid
Data Objektif
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Composmentis

c. Tanda - tanda vital (TTV)

1) TD

: 110/80mmHg

2) N

: 82x/m

3) S

: 36,5C

4) R

: 20x/m

d. Berat badan

: 55 kg

e. Tinggi badan

: 156 cm

Assesment

365

a. Diagnosa

: P3A1 dengan akseptor ulang KB Suntik 3 bulan

b. Masalah

: Tidak ada

c. Diagnosa potensial

: Tidak ada

d. Masalah potensial

: Tidak ada

e. Kebutuhan terhadap
f. tindakan segera

: Tidak ada

Planning
1. Melakukan pemeriksaan TTV, KU, Kes pasien. Telah dilakukan
pemeriksaan TTV, KU, Kes pasien sebagai mana mestinya dengan baik
dan benar
2. Melakukan infromed consent dan infromed choice. Telah dilakukan
informes concent dan informed choice dengan ibu menandatangani lembar
persetujuan tindakan yang akan dilakukan.
3. Menjelaskan pengertian KB Suntik 3 bulan. Ibu telah mengerti tentang
pengertian KB Suntik 3 bulan.
4. Menjelaskan efektifitas KB Suntik 3 bulan. Ibu telah mengerti tentang
efektifitas KB Suntik 3 bulan.
5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan. Ibu telah
mengerti tentang keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan.
6. Menjelaskan efek samping KB Suntik 3 bulan. Ibu telah mengerti tentang
efek samping KB Suntik 3 bulan.
7. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari KB Suntik 3 bulan. Ibu telah
mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi KB Suntik 3 bulan.

366

8. Memberikan suntik KB 3 bulan. Telah diberikan KB Suntik 3 bulan


dengan baik dan benar.
9. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang. Ibu telah mengetahui tentang
jadwal kunjungan ulang.
10. Pendokumentasian. Telah dilakukan pendokumentasian sebagai pencatatan
tindakan yang dilakukan.

367

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Manajemen Kebidanan Ibu Hamil
1. Langkah I Pengkajian
Klien dengan identitas Ny. M usia 27 tahun alamat Gn. IV RT 24
No. 19 pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 14.00 WITA datang dengan
suami Tn. D usia 31 tahun ke praktek bidan mandiri di BPM Asminiwati.
Umur : < 20 tahun atau > 35 tahun. Beberapa faktor resiko dalam
kehamilan adalah usia yang terlalu muda dan terlalu tua (Saifuddin, 2009).
Maka dari itu Ny. M tidak mengamli resiko dalam kehamilan dikarenakan
usia Ny. M 27 tahun. Ada kesesuaian teori dan praktek.
Ny. M datang ke BPM Asminiwati disambut dengan sopan dan
ramah oleh saya, Intan Rafyah Salsabila. Penulis melakukan ANC
(Antenatal Care) I dengan melakukan anamnesa untuk mendapatkan
informasi tentang kehamilan ibu sekarang. Ny. M datang dengan alasan
kunjungan saat itu adalah ingin memeriksakan kehamilannya. Ny. M
mengatakan sering BAK dan susah tidur.
Pada saat yang sama, pembesaran terus menekan kandung kemih,
menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi
sedikit urine.Pada akhir akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu
atas panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung
kencing akan mulai tertekan kembali. (Yeni, 2009). Ketidaknyamanan Ny.

368

M tentang sering BAK adanya pembesaran uterus yang menekan kandung


kemih, oleh karena itu ada kesesuaian teori dan praktek.
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
(Salmiati, 2011). Penulis melakukan anamnesa untuk mendapatkan
informasi maka dari itu ada kesesuaian teori dan praktek.
Ny. M mengatakan Haid Terakhir pada tanggal 26 / 07 / 2014.
Dengan informasi yang didapatkan, penulis dapat menentukan diagnosa
kehamilan dan tafsiran persalinan. Diagnosa kehamilan berupa dari usia
kehamilan Ny. M saat ini. Penulis dapat menetapkan diagnosa kehamilan
ini dengan usia kehamilan 33 34 minggu dan tafsiran persalinan pada
tanggal 03/05/2015.
Penulis melakukan anamnesa berupa riwayat menstruasi. Dari
pertanyaan yang diajukan oleh penanya. Didapatkan informasi dari Ny. M
adalah pertama kali mendapat haid pada usia 14 tahun, lamanya 7 hari,
konsistensi cair dan berwarna merah segar, banyaknya haid adalah sedang,
siklus 28 hari, teratur mendapatkan haid, dan tidak ada mengalami nyeri
pada saat haid, dan ibu jarang mengalami keputihan selama hamil.
Wanita seringkali keliru mengartikan bercak darah akibat implantasi
sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini sangat berbeda dari
menstruasi yang biasa ia alami. HPHT merupakan dasar untuk menentukan
usia kehamilan dan perkiraan taksiran partus (Varney, 2006). Siklus : 28
2 hari, lama : 3-8 hari (Mochtar, 2011). Penulis melakukan pengkajian

369

tentang riwayat menstruasi, oleh karena itu ada kesesuaian teori dan
praktek.
Ny. M mengatakan sudah melakukan PP test. PP test yang
dilakukan dengan hasil positif (+). Ny. M mengatakan lupa tanggal
dilakukan PP test. Ny. M mengatakan pergerakan janin yang pertama kali
dirasakan pada usia kehamilan 4 bulan (16 minggu) dan gerakan janin aktif
12 kali merasakan gerakan janin dalam 24 jam terakhir. Ny. M
mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit dari riwayat
gangguan reproduksi, riwayat penyakit yang pernah dialami maupun
riwayat penyakit menular serta Ny. M mengatakan sudah melengkapi
imunisasi tetanus. Mengkaji riwayat penyakit yag pernah atau sedang
diderita klien dapat mempengaruhi atau memperberat atau diperberat oleh
kehamilannya. Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit menular,
menurun dan menahun pada klien. (Salmiati, 2011). Penulis melakukan
pengkajian tentang riwayat penyakit. Oleh karena itu ada kesesuaian antara
teori dan praktek.
Ny. M mengatakan tidak ada keluhan pada saat hamil sampai
sekarang. Ny. M mengatakan tidak ada alergi makanan maupun obat
obatan. Ny. M mengatakan ini merupakan hamil anak ke empat, melahirkan
2 kali, keguguran 1 kali. Ny. M mengatakan semua anak yang lahir normal
dan cukup bulan, lahir di BPM Asminiwati, dengan berat badan bayi baru
lahir normal. Ny. M mengatakan anak pertama dan kedua diberikan ASI
Ekslusif 6 bulan.Yang perlu dikaji dalam hal ini adalah kapan pertama kali

370

mengetahui kehamilannya, sejak usia kandungan berapa ibu memeriksakan


kehamilannya. Dalam hal ini data fisiologis kehamilan lainnya juga perlu
ditanyakan seperti, keluhan yang dirasakan, serta KIE yang pernah
didapatkan. (Varney, 2006). Penulis melakukan pengkajian tentang riwayat
kehamilan sekarang, ada kesesuaian teori dan praktek.
Pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeriksaan umum
ditemukan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, BB : 63 kg.
Kenaikan berat badan ibu hamil dapat mencapai sekitar 12,5 kg
selama masa kehamilan. Rata-rata peningkatan berat badan adalah sekitar
0,5 kg / minggu selama trimester kedua kehamilan, peningkatan paling
pesat terjadi antara minggu ke-16 dan ke-24 (Varney, 2008). Kenaikan
berat badan ibu hamil adalah suatu kenormalan dalam kehamilan, oleh
karena itu ada kesesuaian teori dan praktek.
Pemeriksaan lainnya TB : 159 cm, LILA : 24 cm. Dalam
pemeriksaan tanda tanda vital (TTV) didapatkan hasil TD : 120 / 70
mmHg, N : 80 x/i, T : 36,50C, R : 20 x/i.
Diukur setiap kali ibu datang dan berkunjung. Deteksi tekanan
darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan
preeklamsi. Apabila turun dibawah normal kita pikirkan ke arah anemia.
Tekanan darah normal berkisar systole : 100 - 140 / diastole : 70 95
mmHg. (Elisabeth, 2015). Penulis melakukan pemeriksaan tanda tanda
vital terutama tekanan darah untuk mendeteksi adanya komplikasi dalam
kehamilan. Oleh karena itu ada kesesuaian antara teori dan praktek.

371

Pada pemeriksaan fisik ditemukan dalam keadaan normal yaitu


tidak ada anemis pada konjungtiva mata, dan tidak ikterik, puting susu
sudah menonjol dan sudah terjadi hiperpigmentasi areola, dan sudah ada
pengeluaran colostrums.
Pada trimester II pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu
dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colostrums.
Colostrums ini berasal dari asinus yang mulai bersekresi. (Yeni, 2009). Ada
kesesuaian teori dan praktek.
Kadang kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung
dikenal sebagai cloasmagravidarum. Didaerah lebih sering terdapat
hiperpigmentasi yang sama juga di areola mamae. (Yeni, 2009). Ada
kesesuaian teori dan praktek
Pada pemeriksaan palpasi abdomen yaitu leopold. Ditemukan hasil
Leopold I = TFU 25 cm (3 jr bwh px), diatas fundus teraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong), Leopold II = bagian kanan: Teraba bagian
terkecil janin (ekstremitas), bagian kiri

: Teraba keras memanjang seperti

papan (puki), Leopold III = Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting
(kepala), Leopold IV = Bagian bawah janin belum masuk PAP
(konvergen), DJJ = 140 x/menit, TBJ = (25-12) x 155 = 2015 kg.
Palpasi Leopold I - IV. Leopold I : pada fundus teraba bagian lunak,
kurang bulat dan kurang melenting. Leopold II : teraba bagian panjang dan
keras seperti papan pada sebelah kanan ibu, dibagian sebaliknya teraba
bagian kecil janin. Leopold III : pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan

372

melenting. Bagian ini tidak dapat digoyangkan. Leopold IV: sudah masuk
Pintu Atas Panggul (divergen). TBJ : (TFU - (11/12) x 155) (Mochtar,
2011). Ada kesesuaian teori dan praktek.
Untuk pemeriksaan selanjutnya adalah tidak dilakukan pemeriksaan
dalam dan pemeriksaan penunjang lainnya dikarenakan tidak ada hal yang
menunjang untuk dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan dalam pada hamil muda dilakukan untuk menentukan
keadaan panggul. Sedangkan pada usia kehamilan aterm dilakukan untuk
mengetahui tanda-tanda persalinan. (Varney, 2006). Penulis tidak
melakukan pemeriksaan dalam dikarenakan tidak ada hal yang menunjang
seperti tidak adanya tanda tanda persalinan. Ada kesesuaian antara teori
dan praktek.
2. Langkah II Intrepretasi data dasar
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat menentukan diagnosa
kehamilan yaitu G4P2A1 UK 33 34 minggu, let-kep, janin tunggal hidup
intrauterine dengan kehamilan fisiologis. Diagnosis kebidanan adalah
diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis kebidanan.
(Varney, 2006)
3. Langkah III Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan diagnosa dan
masalah potensial. Penulis dapat menentukan tidak adanya temuan

373

diagnose dan masalah potensial dengan alasan tidak ada data yang
menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang
telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan
tindakan antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
(Varney, 2006)
4. Langkah IV Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi,
atau bersifat rujukan. (Varney, 2006)
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan untuk menetapkan
kebutuhan tindakan segera. Penulis dapat menentukan hal tersebut , dengan
alasan tidak ada data yang menunjang pada pemeriksaan tersebut.
5. Langkah V Menyusun rencana tindakan yang dilakukan
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana tindakan
yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kes, TTV dan BB, jelaskan
kepada ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, lakukan
informed concent, berikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil
TM III yaitu nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, persiapan
ASI, persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, berikan KIE tentang
ketidaknyamanan ibu hamil TM III, berikan KIE tentang tanda bahaya ibu
hamil TM III, berikan KIE tentang persiapan persalinan, berikan KIE

374

tentang tanda tanda persalinan, anjurkan ibu mengonsumsi tablet fe,


anjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter atau bidan, anjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi, lakukan dokumentasi
kebidanan.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen dan penatalaksanaan kehamilan pada 14 T salah
satunya melakukan pemeriksaan umum berupa tanda tanda vital untuk
mengidentifikasi adanya komplikasi dalam kehamilan. (Varney, 2006)
6. Langkah VI Implementasi
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana tindakan
yang akan dilakukan. Setelah menyusun rencana tindakan, untuk
selanjutnya melakukan tindakan yang telah direncakanan yaitu melakukan
observasi KU, Kes, TTV dan BB, menjelaskan kepada ibu hasil
pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, melakukan informed
concent, memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III
yaitu nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, persiapan ASI,
persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, memberikan KIE tentang
ketidaknyamanan ibu hamil TM III, memberikan KIE tentang tanda bahaya
ibu hamil TM III, memberikan KIE tentang persiapan persalinan,
memberikan KIE tentang tanda tanda persalinan, menganjurkan ibu
mengonsumsi tablet fe, menganjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter
atau bidan, menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu
lagi, melakukan dokumentasi kebidanan.

375

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan


rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya. (Varney, 2006)
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu telah
dilakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB, ibu mengerti penjelasan hasil
pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, telah dilakukan informed
concent, ibu mengerti penjelasan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu
hamil TM III yang diberikan nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan
diri, persiapan ASI, persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, ibu
mengerti KIE tentang ketidaknyamanan ibu hamil TM III yang diberikan,
ibu mengerti KIE tentang tanda bahaya ibu hamil TM III yang diberikan,
ibu mengerti KIE tentang persiapan persalinan yang diberikan, ibu
mengerti KIE tentang tanda tanda persalinan yang diberikan, ibu bersedia
untuk mengonsumsi tablet fe, ibu bersedia jika bersalin ditolong oleh
dokter atau bidan, ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1
minggu lagi, telah dilakukan dokumentasi kebidanan.
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP. (Varney, 2006)

376

8. SOAP Kehamilan
a. SOAP Kehamilan pada kunjungan ke II
SOAP ANC (Antenatal Care) kunjungan ke II pada tanggal 26 Maret
2015 di BPM Asminiwati pukul 14.00 WITA
Metode empat langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode ini dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai
catatan kemajuan. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan tertulis. (Salmiati, 2011)
1) Data Subjektif
Pengkajian berupa data subjektif pada Ny. M. Ny. M
mengatakan hamil anak ke 4, melahirkan 2 kali, pernah keguguran
1 kali, haid terakhir tanggal 26- 07 2014, Ny. M mengeluh sering
nyeri perut bagian bawah.
Pada akhir akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul dan ibu mengeluhkan nyeri perut bagian bawah
akan timbul lagi karena akan mulai tertekan kembali. (Yeni, 2009).
Oleh karena itu ketidaknyamanan yang dikeluhkan pasien dengan
nyeri perut bagian bawah dikarenakan adanya penurunan kepala
janin ke pintu atas panggul. Ada kesesuaian antara teori dan
praktek.

377

2) Data Objektif
Pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeeriksaan umum
ditemukan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
melakukan pemeriksaan TTV (tanda tanda vital) TD : 110/70
mmhg, nadi : 82 x / menit, R : 20 x / menit, Suhu : 36,5 C, BB : 65
kg, LILA : 24 cm, TB : 159 cm.
Pemeriksaan abdomen leopold I : TFU 26 cm (3 jr bwh px),
diatas fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting (bokong), leopold
II : bagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas), bagian
kiri teraba keras memanjang seperti papan (puki), leopold III :
bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala), leopold IV :
bagian bawah janin belum masuk PAP (konvergen), DJJ : 142
x/menit, TBJ : (26-12) x 155= 2170 gram, UK : 34 35 mg.
Palpasi Leopold I - IV. Leopold I : pada fundus teraba
bagian lunak, kurang bulat dan kurang melenting. Leopold II :
teraba bagian panjang dan keras seperti papan pada sebelah kanan
ibu, dibagian sebaliknya teraba bagian kecil janin. Leopold III :
pada SBR, teraba bagian keras, bulat dan melenting. Bagian ini
tidak dapat digoyangkan. Leopold IV: sudah masuk Pintu Atas
Panggul (divergen). TBJ : (TFU - (11/12) x 155) (Mochtar, 2011).
Ada kesesuaian teori dan praktek.

378

3) Assesment
Setelah melakukan pengkajian terhadap data subjektif dan
data objektif, dapat menetapkan diagnosa G4P2A1 UK 34 35
minggu, letak kepala janin tunggal hidup intrauterine, KU ibu baik
dan janin baik, tidak ada masalah, tidak ada diagnose potensial,
tidak ada kebutuhan tindakan segera.
4) Planning
Setelah penulis melakukan pengkajian data, dan menetapkan
diagnose, maka penulis dapat melakukan tindakan yaitu melakukan
observasi KU, Kes, TTV dan BB dan ibu telah dilakukan observasi
tersebut sebagaimana mestinya, menjelaskan kepada ibu hasil
pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini dan mengevaluasi
kepada ibu tentang penjelasan yang diberikan serta ibu mengerti
penjelasan yang diberikan, melakukan informed concent dengan ibu
telah untuk tindakan yang telah dilakukan, memberikan KIE
kepada ibu tentang ketidaknyamanan ibu hamil TM III berupa nyeri
perut bagian bawah dikarenakan adanya penekanan janin yang
semakin membesar dan adanya tekanan janin pada segmen bawah
rahim, melakukan evaluasi yang diberikan kepada ibu tentang KIE
yang diberikn pada kunjungan ANC (Antenatal Care) ke I dan ibu
telah menyampaikan evaluasi yang diberikan dengan baik dan
benar, menganjurkan ibu tetap mengonsumsi dan menghabiskan
tablet fe dan ibu bersedia untuk mengonsumsi dan mengahabiskan

379

tablet fe yang diberikan, menganjurkan ibu untuk melakukan


kunjungan ulang 1 minggu lagi dan ibu bersedia untuk melakukan
kunjungan ulang 1 minggu lagi, melakukan pendokumentasian
kebidanan dengan mencatat semua laporan tentang ibu.
B. Manajemen Kebidanan Ibu Bersalin
7. Langkah I Pengkajian
Klien dengan identitas Ny. M usia 27 tahun alamat Gn. IV RT 24
No. 19 pada tanggal 28 Mei 2015 pukul 09.00 WITA datang dengan suami
Tn. D usia 31 tahun ke praktek bidan mandiri di BPM Asminiwati. Ny. M
datang ke BPM Asminiwati disambut dengan sopan dan ramah oleh saya,
Intan Rafyah Salsabila. Penulis melakukan pengkajian INC (Intranatal
Care) dengan melakukan anamnesa ibu bersalin untuk mendapatkan
informasi tentang kehamilan ibu sekarang. Ny. M datang dengan alasan
kunjungan saat itu adalah ingin memeriksakan kehamilannya dan Ny. M
mengatakan mengatakan keluar lendir bercampur darah sejak tanggal 28 /
05 / 2015 pukul 09.00, belum ada keluar air air, merasakan kencang
kencang sejak tanggal 28 / 05 / 2015 pukul 07.00.
Show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri dari dan sedikit
lendir bercampur darah, lendir ini berasal dari ektruksi lendir menyumbat
canalis servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari
desidua vera yang lepas dan menandakan adanya tanda tanda persalinan.
(Sumarah, S.SiT, 2008). Ada kesesuaian teori dan praktek.

380

Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut juga didapatkan pada


pemeriksaan objektif yaitu pada pemeriksaan umum ditemukan hasil
keadaan umum : baik, kesadaran: composmentis, melakukan pemeriksaan
tanda- tanda vital (TTV) dengan hasil TD : 120 / 80 mmhg, pulse/nadi : 80
x/I, Respirasi : 20 x/I, Suhu : 360 C, BB selama hamil : 58 kg, TB : 156 cm,
LILA : 24 cm.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pada pemeriksaan payudara
ditemukan adanya simetris, ada hiperpigmentasi areola, colostrums sudah
keluar. Pada pemeriksaan Leopold ditemukan hasil TFU : 34 cm,
ditemukan posisi janin normal dengan posisi kepala berada dibawah,
presentasi kepala, dan ditemukan punggung kiri. Saat dilakukan
pemeriksaan Leopold IV ditemukan hasil bagian terbawah janin sudah
masuk PAP (Pintu Atas Panggul) atau biasa disebut divergen. Pada
pengukuran skala penurunan 3 / 5 perlimaan. Pada pemeriksaan DJJ
ditemukan hasil 142 x / i.
Menjelang minggu ke 36, pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding perut,
ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin sehingga kepala
kea rah bawah. Masukknya kepala janin ke pintu atas panggul dirasakan
ibu hamil dengan terasa ringan dibagian atas (rasa sesak mulai berkurang),
terjadi kesulitan saat berjalan, sering kencing. Gambaran penurunan bagian
terendah janin tersebut sangat jelas pada primigravida, sedang pada

381

multigravida kurang jelas karena kepala janin baru masuk pintu atas
panggul menjelang persalinan. (Sumarah, 2008). Penulis melakukan
pemeriksaan ditemukan adanya penurunan janin sudah masuk pintu atas
panggul (PAP). Ada kesesuaian teori dan praktek.
Pada pemeriksaan dalam atau biasa disebut Vagina Touche (VT)
pembukaan 4 cm, portio tebal lembut, ketuban (+), effisement 25 %,
presentasi kepala, Hodge I, penurunan 3/5, tidak ada penyusupan, teraba
UUK (ubun ubun kecil).
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya Ostium
Uteri Eksterna (OUE) karena otot melingkar disekitar ostium meregang
untuk dapat dilewati kepala. (Sumarah, 2008). Pada pemeriksaan dalam
terdapat perubahan serviks yaitu pelunakan serviks, pendataran serviks dan
terjadinya pembukaan serviks. (Manuaba, 2010). Ada kesesuaian antara
teori dan praktek.
8. Langkah II Interpretasi data dasar
a. Kala I
Pada pemeriksaan kala I penulis dapat menentukan diagnosa G4
P2 A1 UK 42 43 minggu inpartu kala I fase aktif. Penulis dapat
menetapkan ini merupakan kehamilan lewat waktu dengan mengetahui
usia kehamilan 42 43 minggu.
Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil 42
minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).
Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai 42

382

minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Neagele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Prawirohardjo, 2008). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
Pada pemeriksaan dalam atau biasa disebut Vagina Touche (VT)
pembukaan 4 cm, portio tebal lembut, ketuban (+), effisement 25 %,
presentasi kepala, Hodge I, penurunan 3/5, tidak ada penyusupan, teraba
UUK (ubun ubun kecil).
Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu
pelunakan serviks, pendataran serviks dan terjadinya pembukaan
serviks. (Manuaba, 2010). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
b. Kala II
Pada pemeriksaan kala II penulis dapat menentukan diagnosa G3
P2 A1 UK 42 43 mg janin tunggal hidup intrauterine, presentasi
kepala dengan inpartu kala II. Penulis dapat menentukan inpartu kala II
dengan data dasar yang telah dikumpulkan hingga dapat menunjang
untuk menentapkan diagnosa inpartu kala II.
Persalinan kala dua (II) dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Varney, 2008). Ada
kesesuaian pada teori dan praktek.
Ny. M mengatakan keluhan yaitu kenceng kenceng sudah
semakin sering dirasakan dan semakin kuat, ibu sudah merasakan ingin
meneran.

383

Dimana kontraksi pada kala II bersifat nyeri yang disebabkan


oleh sel sel otot memberikan tekanan pada ganglia dalam serviks dan
Segmen Bawah Rahim (SBR), regangan dari serviks, regangan dan
tarikan pada peritoneum, itu semua terjadi pada saat kontraksi.
(Sumarah, 2008). Ada kesesuaian teori dan praktek.
Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut juga didapatkan
pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeeriksaan umum ditemukan
hasil keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital diantaranya TD : 120 / 80 mmHg, Nadi :
80 x/i, RR : 20 x/I, T : 360C dan pemeriksaan DJJ : 145 x/i.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hasil inspeksi pada vagina
ditemukannya ada tekanan anus, anus membuka, ada dorongan meneran,
perineum menonjol, vulva membuka, kepala bayi sudah telihat didepan
vulva, dan meningkatnya lendir bercampur darah
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban telah pecah terjadi
perubahan terutama pada dasar panggul yang diregangkan oleh bagian
depan janin sehingga menjadi saluran yang dinding dindingnya tipis
karena suatu regangan dan kepala sampai vulva, lubang vulva
menghadap kedepan atas dan anus menjadi terbuka, perineum menonjol
dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva. (Yeyeh,
2009). Penulis mendapatkan hasil pemeriksaan fisik yaitu ada tampak
anus membuka, vulva membuka, kepala bayi sudah terlihat didepan
vulva. Oleh karena itu ada kesesuaian teori dan praktek.

384

Pada pemeriksaan dalam atau sering disebut Vagina Touche


(VT) ditemukannya pembukaan 10 cm, portio tidak teraba, ketuban (-),
effisement 100 %, Hodge III IV, presentasi kepala, penurunan 1/5,
tidak ada penyusupan, teraba UUK (ubun ubun kecil)
Perubahan pada serviks kala II ditandai dengan pembukaan
lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, Segmen
Bawah Rahim (SBR) dan serviks. (Yeyeh, 2009). Hodge III - IV : 1/5
jika hanya 1 dari 5 jari dapat meraba bagian terbawah janin yang berada
diatas symphisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.
0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan
luar dan seluruh terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul
(JNPK-KR, 2008). Penulis mendapatkan hasil dari pemeriksaan dalam
pada portio tidak teraba dan hodge III - IV. Ada kesesuaian teori dan
praktek.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
dapat merumuskan atau menetapkan diagnosis dan masalah yang
spesifik. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
c. Kala III
Pada pemeriksaan kala III penulis dapat menentukan diagnose P3
A1 inpartu kala III. Pada langkah ini penulis dapat menentukan inpartu
kala III dengan data dasar yang telah dikumpulkan hingga dapat
menunjang untuk menetapkan diagnosa inpartu kala III.

385

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Kala III berlangsung ratarata antara 5 sampai 10 menit. Akan tetapi kisaran normal kala III adalah
30 menit. (Sumarah, 2008). Ada kesesuaian teori dan praktek.
Ny . M mengatakan keluhannya adalah lelah pasca persalinan,
namun masih sedikit terasa kenceng kenceng.
Ketidaknyamanan yang dirasakan Ny. M seperti keluhan
kenceng kenceng disebabkan oleh adanya kontraksi pada otot uterus.
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume
rongga uterus setelah lahirnya bayi, penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan plasenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta
tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas
dari dinding rahim, setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau kedalam vagina. (Depkes RI, 2007). Penulis melakukan
pengkajian mendapatkan hasil dengan Ny. M mengeluhkan ada masih
terasa kenceng kenceng disebabkan karena adanya kontraksi untuk
mempersiapkan pelepasan plasenta. Ada kesesuaian teori dan praktek.
Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut juga didapatkan
pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeeriksaan umum ditemukan
hasil pemeriksaan umum dari keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dengan hasil
TD : 110 / 80 mmHg, nadi : 80 x/I, RR : 20 x/I, T : 360C.

386

Dilakukan pula pemeriksaan fisik yang didapatkan hasilnya


adalah kontraksi uterus baik, TFU setinggi pusat, tampak tali pusat
keluar dari vagina dan tali pusat memanjang, plasenta belum keluar dan
lepas, ada peningkatan semburan darah, uterus menjadi globuler, janin
tunggal hidup ekstrauterine, perineum tidak mengalami robekan (utuh).
Adapun tanda tanda pelepasan plasenta adalah perubahan
bentuk uterus. Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler
akibat dari kontraksi uterus, adanya semburan darah tiba tiba, tali pusat
memanjang (Sumarah, 2008). Ada kesesuaian teori dan praktek.
d. Kala IV
Pada pemeriksaan kala III penulis dapat menentukan diagnosa
selanjutnya yaitu P3 A1 inpartu kala IV. Pada langkah ini penulis dapat
menetapkan diagonsa inpartu kala IV dengan dilakukannya identifikasi
terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data
yang telah dikumpulkan. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan
praktek.
Kala IV adalah sejak plasenta lahir sampai 2 jam setelah
persalinan plasenta berlangsung. Bidan harus terus memantau keadaan
ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati mungkin dikarenakan adanya
perdarahan (JNPK-KR, 2008). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut didapatkan dengan
dasar data subjektif Ny. M mengatakan keluhan masih lelah pasca
persalinan.

387

Rasa lelah yang dirasakan oleh ibu pasca persalinan adalah hal
yang normal dikarenakan ibu telah menghadapi proses persalinan
dengan mengeluarkan janin dari dalam uterus. (Sumarah, 2008). Ada
kesesuaian teori dan praktek.
Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut juga didapatkan
pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeeriksaan umum ditemukan
hasil pemeriksaan umum yaitu keadaan umum : baik, kesadaran :
composmentis, melakukan pemeriksaan tanda tanda vital dengan hasil
TD : 120 / 80 mmHg, nadi : 80 x/I, RR : 20 x/I, T : 360C
Dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil kontraksi uterus
baik, uterus teraba bulat dan keras, TFU : 2 jari bawah pusat, plasenta
lahir spontan dan lengkap, tidak ada luka robekan perineum.
Adapun hal hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus
baik sampai uterus kembali kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan
dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah
lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta
benar benar dijamin tidak terjadi perdarahan berlanjut. (Yeyeh, 2009).
Pada pemeriksaan abdomen TFU (Tinggi Fundus Uteri) teraba di
tengah-tengah abdomen, teraba membulat keras (Varney, 2008). Penulis
melakukan pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesesuaian antara teori
dan praktek dan tidak ada tanda tanda komplikasi persalinan.

388

9. Langkah III Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial


Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. (Varney, 2006)
a. Kala I
Penulis menetapkan diagnosa / masalah potensial adalah Asfiksia
Neonatus
b. Kala II
Penulis menetapkan tidak ada diagnosa / masalah potensial pada kala II
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
c. Kala III
Penulis menetapkan tidak ada diagnosa / masalah potensial pada kala III
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
d. Kala IV
Penulis menetapkan tidak ada diagnosa / masalah potensial pada kala IV
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
10. Langkah IV Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Urusan ini mencakup
tidakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan. (Varney, 2006).

389

a. Kala I
Penulis menetapkan tidak ada kebutuhan tindakan segera pada kala I
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
b. Kala II
Penulis menetapkan tidak ada kebutuhan tindakan segera pada kala II
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
c. Kala III
Penulis menetapkan tidak ada kebutuhan tindakan segera pada kala III
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
d. Kala IV
Penulis menetapkan tidak ada kebutuhan tindakan segera pada kala IV
dikarenakan tidak ada data yang menunjang.
11. Langkah V Menyusun rencana tindakan yang dilakukan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah diidentifikasi.
(Varney, 2006)
a. Kala I
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kesadaran, TTV, BB
dan kemajuan persalinan, lakukan informed concent, jelaskan tentang
kondisi ibu dan janin saat ini, berikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin
kala I, berikan KIE tentang kebutuhan dan komplikasi ibu bersalin kala
I, siapkan alat dan bahan partus set, berikan support mental untuk

390

mendukung persalinannya, anjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang,


isi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif, lakukan
dokumentasi untuk penyusunan rencana terakhir dikala I.
b. Kala II
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kesadaran, TTV dan
kemajuan persalinan, jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini,
berikan KIE tentang macam macam posisi meneran, anjurkan untuk
tetap mengatur nafas panjang, berikan KIE tentang kebutuhan ibu
bersalin kala II, berikan Asuhan Persalinan Normal kala II, isi lembar
observasi dan lembar partograf, lakukan pendokumentasian
c. Kala III
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kes, TTV, dan
kemajuan persalinan, jelaskan tentang prosedur tindakan yang
dilakukan, jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, berikan Asuhan
Persalinan Normal kala III, lakukan pendokumentasian.
d. Kala IV
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kesadaran, TTV dan
kontraksi uterus, jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, berikan
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV, berikan Asuhan Persalinan
Normal kala IV, lakukan pendokumentasian.

391

12. Langkah VI Implementasi


Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
a. Kala I
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan observasi KU,
Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan, melakukan informed
concent, menjelaskan tentang kondisi ibu dan janin saat ini, memberikan
KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I, memberikan KIE tentang
kebutuhan dan komplikasi ibu bersalin kala I, menyiapkan alat dan
bahan partus set, memberikan support mental untuk mendukung
persalinannya, menganjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang,
mengisi lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif,
melakukan dokumentasi untuk penyusunan rencana terakhir dikala I.
b. Kala II
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan observasi KU,
Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan, menjelaskan tentang kondisi
ibu dan bayi saat ini, memberikan KIE tentang macam macam posisi
meneran,

menganjurkan

untuk

tetap

mengatur

nafas

panjang,

memberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II, memberikan

392

Asuhan Persalinan Normal kala II, mengisi lembar observasi dan lembar
partograf, melakukan pendokumentasian
c. Kala III
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan observasi KU, Kes,
TTV, dan kemajuan persalinan, menjelaskan tentang prosedur tindakan
yang dilakukan, menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini,
memberikan

Asuhan

Persalinan

Normal

kala

III,

melakukan

pendokumentasian.
d. Kala IV
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu melakukan observasi KU,
Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus, menjelaskan tentang kondisi ibu
dan bayi saat ini, berikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV,
memberikan

Asuhan

Persalinan

Normal

kala

IV,

melakukan

pendokumentasian.
13. Langkah VII Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
a. Kala I
Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu

393

telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan


persalinan, telah dilakukan informed concent, ibu mengerti penjelasan
tentang kondisi ibu dan janin saat ini, telah diberikan KIE tentang
fisiologis ibu bersalin kala I, telah diberikan KIE tentang kebutuhan ibu
bersalin kala I, telah menyiapkan alat dan bahan partus set, telah
diberikan support mental untuk mendukung persalinannya, ibu bersedia
untuk mengatur nafas panjang, telah mengisi lembar partograf jika
memasuki

inpartu

kala

fase

aktif

dan

telah

dilakukan

pendokumentasian
b. Kala II
Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu
telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan
persalinan, ibu mengerti penjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini, telah diberikan KIE tentang macam macam posisi meneran, telah
menganjurkan ibu untuk tetap mengatur nafas panjang, telah diberikan
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II, telah diberikan Asuhan
Persalinan Normal kala II, telah mengisi lembar observasi dan lembar
partograf, telah dilakukan pendokumentasian. Menilai keadaan bayi beru
lahir spontan pervaginam, berat badan: 3600 gr , panjang bayi 48 cm,
jenis kelamin : laki laki, lingkar kepala : 33 cm, lingkar dada : 32 cm,
A/S : 7 / 9, anus (+), caput suksadenum (-), cacat mayor (-), bayi

394

menangis kuat segera setelah lahir, bayi bergerak aktif, bayi bernafas
normal, sisa ketuban kering
c. Kala III
Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu
telah dilakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan, ibu
mengerti penjelasan tentang prosedur tindakan yang dilakukan, ibu
mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, telah diberikan
Asuhan Persalinan Normal kala III, telah dilakukan pendokumentasian
serta mengamati keadaan plasenta, plasenta lahir normal dan lengkap
beserta selaput ketuban, plasenta lahir 5 menit segera setelah bayi lahir,
plasenta dan selaput ketuban lahir utuh, panjang tali pusat 50 cm, tebal
plasenta 2 cm, bentuk plasenta bulat dan gepeng, kotiledon lengkap 20
buah, diameter plasenta 20 cm
d. Kala IV
Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu
telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus, ibu
mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, ibu mengerti
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV, telah diberikan Asuhan
Persalinan Normal kala IV, telah dilakukan pendokumentasian.

395

C. Manajemen Kebidanan Bayi Baru Lahir


1. Langkah I Pengkajian
Bayi Ny. M dengan identitas orang tua bayi yaitu Ny. M usia 27
tahun dan Tn. D usia 31 tahun dengan alamat Gn. IV RT. 24 No. 19. By
Ny. M dengan tanggal lahir yaitu 28 Mei 2015 pukul 16.00 di BPM
Asminiwati secara spontan pervaginam dengan jenis kelamin laki laki.
Adapun umur 24 jam pertama setelah kelahiran disebut dengan
neonatus atau BBL (Bayi Baru Lahir). (Marmi, 2014). Ada kesesuaian
teori dan praktek.
Ny. M mengatakan sangat menerima kehadiran bayi dalam
keluarga dan merasa senang. Ny. M mengatakan masalah yang pernah
dialami ibu saat hamil adalah mual pada kehamilan trimester I. Ny. M
mengatakan tidak ada keluhan. By. Ny. M lahir 42 43 minggu dengan
partus spontan pervaginam oleh bidan.
Definisi neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram. (Dwi, 2011). Ada kesesuaian antara teori dan
praktek.
Pada pemeriksaan objektif ditemukan hasil pada pemeriksaan
umum dengan keadaan umum adalah baik, kesadaran composmentis,
dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital T : 36,30 C, nadi : 138 x/I, R :
40 x/i. Dilakukan pemeriksaan antropometri dengan berat badan lahir

396

3600 gram, panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32
cm, tidak dilakukan pemeriksaan LILA.
Berikut adalah tanda tanda bayi baru lahir normal yaitu berat
badan 2500 4000 gram, panjang badan 48 52 cm, lingkar dada 30 38
cm, lingkar kepala 33 35 cm, frekuensi jantung 120 160 kali / menit,
penafasan 40 60 kali / menit dan menangis kuat segera setelah lahir.
(Marmi, 2014). Ada kesesuaian teori dan praktek.
Keadaan By. Ny. M saat lahir adalah segera menangis. By. Ny. M
dengan status imunisasi diberikan imunisasi HB0 pada saat segera setelah
lahir di BPM Asminiwati dan diberikan injeksi Vit K 1 mg pada saat
segera setelah lahir di BPM Asminiwati.
Pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir semua dalam keadaan baik
dan normal yaitu pada pemeriksaan kepala tidak ada caput suksadenum,
tidak ada cephal hematoma. Pada pemeriksaan dada tidak ada retraksi
dada, nadi cepat dan teratur, tidak ada kelainan, kulit tubuh bayi tidak
tampak pucat dan dingin. Pada pemeriksaan genetalia terdapat lubang anus
(+), ada lubang utetra pada penis, testis sudah turun melewati skrotum.
Berikut adalah tanda tanda bayi baru lahir normal yaitu kulit
kemerah merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup, rambut
lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak
panjang dan lemas, genetalia pada perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora, pada laki laki testis sudah turun, skrotum sudah
ada. (Marmi, 2014). Ada kesesuaian teori dan praktek.

397

Pada pemeriksaan APGAR skore pada 0 menit bayi lahir dengan


jumlah nilai 7, dan pada saat 5 menit bayi lahir dengan jumlah nilai 9.
Pada pemeriksaan reflek pada bayi baru lahir dapat melakukan reflek
dengan baik yaitu pada reflek moro, reflek rooting, reflek menggenggam,
reflek sucking, dan reflek tonic neck. Pada pemeriksaan perkembangan
bayi, By. Ny. M telah terdengar suara bayi dengan tangisan bayi dengan
kuat segera setelah lahir, sudah dapat menggenggam sesuatu seperti
menggenggam telunjuk jari pemeriksa, dapat menggerakkan tubuhnya
secara seimbang, sudah dapat menatap muka, tersenyum spontan,
membalas senyum pemeriksa.
Berikut adalah tanda tanda bayi baru lahir normal dari segi reflek
pada bayi yaitu reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik,
reflek morrow atau gerak memeluk bilah dikagetkan sudah baik, reflek
graps atau menggenggam sudah baik. (Marmi, 2014). Ada kesesuaian
antara teori dan praktek.
Penulis tidak melakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan tidak
ada data data dasar untuk dilanjutkan pemeriksaan penunjang. Tes
laboratorium dan penelitian pendukung adalah komponen esensial dari
pengujian fisik sebagai tes dan penelitian yang dilakukan jika ada data
dasar yang menunjang karena ini sebagai bagian dari skrining rutin dapat
bervariasi tergantung pada usia wanita tersebut, status resikonya (Varney,
2008). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.

398

2. Langkah II Interpretasi data dasar


Penulis dapat menentukan diagnosa adalah Neonatus Cukup Bulan
(NCB), Sesuai Masa Kehamilan (SMK), spontan pervaginam usia 0 hari.
Menurut Saifuddin (2002) bayi baru lahir adalah bayi yang baru
lahir selama satu jam pertama kelahiran. Ada kesesuaian antara teori dan
praktek.
3. Langkah III Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan diagnose dan
masalah potensial. Penulis dapat menentukan tidak adanya temuan
diagnosa dan masalah potensial dengan alasan tidak ada data yang
menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual
yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut
tidak terjadi. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
4. Langkah IV Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan untuk menetapkan
kebutuhan tindakan segera. Penulis dapat menentukan hal tersebut ,
dengan alasan tidak ada data yang menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau bersifat rujukan. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.

399

5. Langkah V Menyusun rencana tindakan yang dilakukan


Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan pada bayi baru lahir yaitu obsevasi KU,
Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD, jelaskan tentang kondisi bayi saat ini,
lakukan informed concent, berikan tentang cara perawatan bayi baru lahir
kepada ibu, berikan KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, tanda
bahaya bayi baru lahir, jadwal imunisasi untuk bayinya, dokumentasi.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
6. Langkah VI Implementasi
Setelah penulis menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan
pada bayi baru lahir, selanjutnya akan melakukan langkah tindakan yang
telah direncanakan yaitu melakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB,
PB, LK, LD, menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini, melakukan
informed concent, memberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir
kepada ibu, memberikan KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat,
tanda bahaya bayi baru lahir, jadwal imunisasi untuk bayinya, melakukan
pendokumentasian.
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.

400

7. Langkah VII Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan tersebut langkah selanjutnya penulis
akan melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan yaitu telah
dilakukan obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD, ibu mengerti
penjelasan tentang kondisi bayi saat ini, telah dilakukan informed concent,
telah diberikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu, ibu
mengerti KIE tentang perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru lahir,
jadwal imunisasi untuk bayinya, telah dilakukan pendokumentasian.
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
8. SOAP Kunjungan BBL
Pendokumentasian penting dilakukan karena membuat catatan
permanen tentang asuhan yang diberikan kepada pasien, memungkinkan
berbagi informasi diantara pemberi asuhan, memfasilitasi pemberian
asuhan yang berkesinambungan, memungkinkan pengevaluasian daria
asuhan yang diberikan. (Varney, 2006)
a. SOAP BBL pada Kunjungan ke II
SOAP Bayi Baru Lahir (BBL) kunjungan ke II usia 1 hari pada tanggal
29 Mei 2015 di BPM Asminiwati pukul 07.00 WITA
1) Data Subjektif
Tidak ada data subjektif

401

2) Data Objektif
Penulis dapat menentukan diagnosa tersebut juga didapatkan
pada pemeriksaan objektif yaitu pada pemeriksaan umum dengan
keadaan

umum

baik,

kesadaran

composmentis,

melakukan

pemeriksaan tanda tanda vital T : 36,50C, nadi : 142 x/I, R : 42 x/i


Penulis melakukan pemeriksaan fisik bayi yaitu tampak
berkurangnya verniks caseosa pada tubuh bayi, tidak tampak adanya
retraksi pada dada bayi, tidak tampaknya sianosis pada tubuh bayi
3) Assesment
Penulis dapat menentukan diagnosa adalah Neonatus Cukup
Bulan (NCB), Sesuai Masa Kehamilan (SMK),

spontan

pervaginam usia 1 hari, tidak ada masalah, tidak ada diagnosa


potensial, tidak ada masalah potensial.
4) Planning
Setelah dilakukan pemeriksaan, penulis dapat melakukan
obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB, LK, LD sebagaimana
mestinya, menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini kepada ibu. Ibu
telah mengerti penjelasan tentang kondisi bayi saat ini, melakukan
informed concent. Telah dilakukan informed concent dengan ibu
menandatangani atas tindakan yang akan dilakukan, memberikan
tentang cara memandikan bayi 6 jam kepada ibu. Telah diberikan
tentang cara memandikan bayi 6 jam kepada ibu, mengamati pola
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh bayi yaitu pemberian ASI

402

Ekslusif. Telah dilakukan mengamati pola nutrisi yang masuk ke


dalam tubuh bayi yaitu pemberian ASI Ekslusif, mengamati pola
elimisasi bayi baru lahir (BBL). Telah dilakukan mengamati pola
eliminasi bayi baru lahir (BBL), telah dilakukan pendokumentasian
kebidanan
D. Manajemen Kebidanan Ibu Nifas
1. Langkah I Pengkajian
Klien dengan identitas Ny. M usia 27 tahun alamat Gn. IV RT 24
No. 19 pada tanggal 19 Maret 2015 pukul 14.00 WITA datang dengan
suami Tn. D usia 31 tahun ke praktek bidan mandiri di BPM Asminiwati.
Ny. M datang ke BPM Asminiwati disambut dengan sopan dan ramah oleh
saya, Intan Rafyah Salsabila.
Penulis melakukan anamnesa pada PNC (Postnatal Care) untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan nifas ibu sekarang. Ny. M datang
dengan alasan kunjungan saat itu adalah ingin memeriksakan keadaan
setelah melahirkan. Ny. M mengatakan keadaan setelah melahirkan adalah
masih mules, tidak pusing, tidak mual, ASI sudah keluar.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot
polos tertentu. (Eny, 2009). Penulis mendapatkan keluhan dari Ny. M
mengatakan masih mules akibat adanya kontraksi untuk merangsang
terjadinya involusi uterus. Ada kesesuaian antara teori dan praktek.

403

Penulis setelah melakukan anmnesa selanjutnya melakukan


pemeriksaan untuk melengkapi data pasien yaitu dengan melakukan
pemeriksaan umum keadaan umum baik, kesadaran baik, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital dengan hasil tekanan darah 110/70 mmhg,
suhu badan 36,5 C, nadi 82 x / menit, pernapasan 20 x / menit.
Pemeriksaan umum kesadara untuk mendapatkan gambaran
tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan compos mentis sampai dengan koma
(Sulistyawati, 2010). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
Pada pemeriksaan fisik pada konjungtiva mata tidak anemis, sclera
tidak ikterik, muka tidak tampak pucat, tidak ada pembengkakkan pada
kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid pada leher, tidak ada
pembengkakkan abnormal pada payudara, tidak ada benjolan, tidak ada
bekas operasi, tidak ada nyeri tekan pada payudara, tidak ada massa pada
payudara, tampak putting susu menonjol namun putting kecil, tampak
adanya hiperpigmentasi areola dan adanya pengeluaran colostrums yang
banyak. Pada pemeriksaan fisik tidak ada bekas operasi section sesarea
pada abdomen, tidak ada striae albicans. TFU 3 jari bawah pusat, teraba
uterus keras dan kontraksi baik, kandung kemih kosong, serta pemeriksaan
fisik pada ekstremitas dengan reflek patella baik (+). Ny. M tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang.
Perubahan perubahan normal pada uterus selama postpartum
setelah janin dan plasenta lahir TFU (Tinggi Fundus Uteri) teraba pada 2 -

404

3 jari dibawah pusat dengan berat uterus 750 gram. (Yeyeh, 2013). Ada
kesesuaian antara teori dan praktek.
2. Langkah II Interpretasi data dasar
Penulis dapat menentukan diagnosa adalah P3A1 Post Partum hari
ke 1 dengan nifas fisiologis. Penulis dapat menegakkan diagnose dengan
dasar melakukan anamnesa Ny. M mengatakan melahirkan tanggal 28 / 05
/ 2015 pukul 16.00 WITA, masih mules, tidak pusing, tidak mual, tidak
ada nyeri luka perineum.
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot otot
polos tertentu. (Eny, 2009). Penulis mendapatkan keluhan dari Ny. M
mengatakan masih mules akibat adanya kontraksi untuk merangsang
terjadinya involusi uterus. Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
3. Langkah III Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan diagnose dan
masalah potensial. Penulis dapat menentukan tidak adanya temuan
diagnosa dan masalah potensial dengan alasan tidak ada data yang
menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual
yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut
tidak terjadi. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.

405

4. Langkah IV Menetapkan kebutuhan tindakan segera


Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan untuk menetapkan
kebutuhan tindakan segera. Penulis dapat menentukan hal tersebut ,
dengan alasan tidak ada data yang menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau bersifat rujukan. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
5. Langkah V Menyusun rencana tindakan yang dilakukan
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi KU, Kesadaran, TTV,
jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini, menjelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan, lakukan informed
concent, berikan KIE kepada ibu tentang perawatan payudara ibu nifas,
teknik menyusui dengan benar, kebutuhan dasar ibu nifas, ASI Ekslusif,
anjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin menyusui bayinya, anjurkan
kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas,
pendokumentasian.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah
diidentifikasi. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.

406

6. Langkah VI Implementasi
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat melakukan tindakan
yang telah direncanakan yaitu melakukan observasi KU, kesadaran, TTV,
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini, menjelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan, melakukan
informed concent, memberikan KIE kepada ibu tentang perawatan
payudara ibu nifas, teknik menyusui dengan benar, kebutuhan dasar ibu
nifas, ASI Ekslusif, menganjurkan kepada ibu untuk sesering mungkin
menyusui bayinya, menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan
ulang pada ibu nifas, melakukan pendokumentasian.
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya. (Varney, 2006)
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan yang telah direncanakan
selanjutnya melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan
yaitu telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, ibu mengerti
penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini, ibu mengerti penjelasan tentang tindakan yang telah dilakukan, telah
dilakukan informed concent dan ibu bersedia dilakukan pemeriksaan, ibu
mengerti KIE tentang perawatan payudara ibu nifas, teknik menyusui
dengan benar, kebutuhan dasar ibu nifas, ASI Ekslusif, ibu bersedia untuk

407

menyusui bayinya sesering mungkin, ibu bersedia untuk melakukan


kunjungan ulang pada ibu nifas, telah dilakukan pendokumentasian.
Evaluasi
keefektifan

merupakan

asuhan

penilaian

kebidanan

yang

tentang
telah

keberhasilan
dilakukan.

dan

Evaluasi

didokumentasikan dalam bentuk bentuk SOAP. (Varney, 2006)


8. SOAP Nifas
Metode empat langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari
proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode ini dipakai untuk
mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien sebagai
catatan kemajuan. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan tertulis. (Varney, 2006)
g. SOAP Nifas pada kunjungan ke II
SOAP Nifas pada kunjungan ke II pada tanggal 04 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 11.00 WITA
1) Data Subjektif
Penulis melakukan anamnesa berupa data subjektif untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan ibu sekarang. Ny. M
mengatakan ingin melakukan kunjungan nifas yang kedua dan
memeriksakan keadaan nifasnya sekarang. Pada saat kunjungan
Ny. M mengatakan bahwa ASI keluar banyak, tidak ada mules,
tidak pusing, masih keluar darah merah kecoklatan.

408

2) Data Objektif
Setelah penulis melakukan anamnesa tentang keadaan nifas ibu
sekarang, langkah selanjutnya melakukan pengkajian berupa data
objektif yaitu melakukan pemeriksaan umum dengan mendapatkan
hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital dengan mendapatkan hasil TD :
120 / 70 mmHg, nadi : 80 x/menit, suhu : 36,5 C, respirasi : 20
x/menit. Pada pemeriksaan fisik TFU Ny. M berada pertengahan
simfisis dan pusat, pemeriksaan pada payudara ada pengeluaran
ASI matur yang banyak, pemriksaan lokhea ada pengeluaran
lokhea sanguinolenta, PPV (perdarahan pervaginam) berwarna
merah kecoklatan.
Lokhea Sanguinolenta, muncul pada hari ke 3 7 pasca
persalinan, berwarna merah kecoklatan, dann berisi darah lendir.
(Yeyeh, 2013). Ada kesesuaian antara teori dan praktek.
3) Assesment
Setelah penulis melakukan pengkajian dari data subjektif dan
data objektif, langkah selanjutnya penulis menetapkan diagnosa
P3A1 Post Partum hari ke 7 dengan nifas fisiologis, tidak ada
diagnosa potensial, tidak ada masalah, tidak ada kebutuhan
tindakan segera.

409

4) Planning
Setelah penulis melakukan pengkajian, dan menetapkan
diagnose, lengkah selanjutnya penulis melakukan tindakan yang
akan dilakukan pada Ny. M yaitu melakukan observasi KU,
Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya, menjelaskan hasil
pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu
mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini, memberikan KIE kepada ibu tentang involusi uterus. Ibu
telah mengerti KIE tentang involusi (pengembalian kembali alat
alat kandungan seperti semula) yang diberikan, menganjurkan
kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi pada
ibu nifas. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang

minggu

lagi

pada

ibu

nifas,

telah

dilakukan

pendokumentasian
h. SOAP Nifas pada kunjungan ke III
SOAP Nifas pada kunjungan ke III pada tanggal 11 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 10.00 WITA
1) Data Subjektif
Penulis melakukan anamnesa berupa data subjektif untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan ibu sekarang. Ny. M
mengatakan ingin melakukan kunjungan nifas yang ketiga dan
memeriksakan keadaan nifasnya sekarang. Ny. M mengatakan ASI

410

masih keluar banyak, keluar flek - flek darah kuning dan tidak ada
keluhan.
2) Data Objektif
Setelah penulis melakukan anamnesa tentang keadaan nifas ibu
sekarang, langkah selanjutnya melakukan pengkajian berupa data
objektif yaitu melakukan pemeriksaan umum dengan mendapatkan
hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital dengan mendapatkan hasil TD :
110 / 70 mmHg, nadi : 81 x/menit, suhu : 36,5 C, Respirasi : 20
x/menit. Pada pemeriksaan fisik Ny. M TFU sudah tidak teraba
diatas simpisis. Pada pemeriksaan payudara ada pengeluaran ASI
matur yang banyak, pada pemeriksaan lokhea ada pengeluaran
lokhea serosa, pemeriksaan PPV (perdarahan pervaginam)
berwarna kekuningan.
Lokhea Serosa, muncul pada hari ke 7 14 pasca persalinan,
berwarna kekuningan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan
robekan laserasi plasenta. (Yeyeh, 2013). Ada kesesuaian antara
teori dan praktek.
3) Assesment
Setelah penulis melakukan pengkajian dari data subjektif dan
data objektif, langkah selanjutnya penulis menetapkan diagnosa
P3A1 Post Partum hari ke 14 dengan nifas fisiologis, tidak ada

411

diagnose potensial, tidak ada masalah, tidak ada kebutuhan


tindakan segera.
4) Planning
Setelah penulis melakukan pengkajian, dan menetapkan
diagnose, lengkah selanjutnya penulis melakukan tindakan yang
akan dilakukan pada Ny. M yaitu melakukan observasi KU,
Kesadaran, TTV dengan sebagaimana mestinya, menjelaskan hasil
pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu
mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi
saat ini, memberikan KIE kepada ibu tentang involusi uterus. Ibu
telah mengerti KIE tentang involusi (pengembalian kembali alat
alat kandungan seperti semula) yang diberikan, menganjurkan
kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu lagi pada
ibu nifas. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang

minggu

lagi

pada

ibu

nifas,

telah

dilakukan

pendokumentasian
i. SOAP Nifas pada kunjungan ke IV
SOAP Nifas pada kunjungan ke IV pada tanggal 28 Juni 2015 di BPM
Asminiwati pukul 10.00 WITA
1) Data Subjektif
Penulis melakukan anamnesa berupa data subjektif untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan ibu sekarang. Ny. M
mengatakan ingin melakukan kunjungan nifas yang ketiga dan

412

memeriksakan keadaan nifasnya sekarang. Ny. M mengatakan ASI


masih keluar banyak, keluar flek - flek berwarna keputihan, tidak
ada keluhan.
2) Data Objektif
Setelah penulis melakukan anamnesa tentang keadaan nifas ibu
sekarang, langkah selanjutnya melakukan pengkajian berupa data
objektif yaitu melakukan pemeriksaan umum dengan mendapatkan
hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, melakukan
pemeriksaan tanda tanda vital dengan mendapatkan hasil TD :
100 / 70 mmHg, nadi : 81 x/menit, suhu : 36,5 C, respirasi : 20
x/menit. Pada pemeriksaan fisik Ny. M didapatkan TFU tidak
teraba diatas simpisis, masih banyak pengeluaran ASI, ada
pengeluaran

lokhea

alba,

pemeriksaan

PPV

(perdarahan

pervaginam) berwarna keputihan.


Lokhea Alba, muncul sejak 2 6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput lendir
serviks dan serabut jaringan yang mati. Ada kesesuaian teori dan
praktek.
3) Assesment
Setelah penulis melakukan pengkajian dari data subjektif dan
data objektif, langkah selanjutnya penulis menetapkan diagnosa
P3A1 Post Partum hari ke 30 dengan nifas fisiologis, tidak ada

413

diagnose potensial, tidak ada masalah, tidak ada kebutuhan


tindakan segera.
4) Planning
Setelah penulis melakukan pengkajian, dan menetapkan
diagnose, lengkah selanjutnya penulis melakukan tindakan yang akan
dilakukan pada Ny. M yaitu melakukan observasi KU, Kesadaran,
TTV dengan sebagaimana mestinya, menjelaskan hasil pemeriksaan
kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat ini. Ibu mengerti
penjelasan hasil pemeriksaan tentang konsisi ibu dan bayi saat ini,
memberikan KIE kepada ibu tentang macam macam KB menyusui.
Ibu telah mengerti KIE tentang macam macam KB menyusui yang
diberikan, menganjurkan kepada ibu untuk suntik KB 3 bulan. Ibu
mengerti dan bersedia untuk suntk KB 3 bulan, telah dilakukan
pendokumentasian
E. Manajemen Kebidanan Keluarga Berencana
1. Langkah I Pengkajian
Klien dengan identitas Ny. M usia 27 tahun alamat Gn. IV RT 24
No. 19 pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 16.00 WITA datang dengan suami
Tn. D usia 31 tahun ke praktek bidan mandiri di BPM Asminiwati. Ny. M
datang ke BPM Asminiwati disambut dengan sopan dan ramah oleh saya,
Intan Rafyah Salsabila.
Penulis melakukan anamnesa untuk mendapatkan informasi
tentang keadaan ibu sekarang. Ny. M datang dengan alasan kunjungan saat

414

itu adalah ingin melakukan KB Suntik 3 bulan. Ny. M mengatakan sedang


haid dan sedang menyusui.
Keuntungan suntik tribulan atau progestine salah satunya adalah
cocok untuk ibu ibu yang menyusui anak yang berisi hormone
Progesterone untuk merangsang produksi ASI. (Nina, 2013). Dalam
melakukan pengkajian Ny. M mengatakan sedang menyusui. Oleh karena
itu ada kesesuaian antara teori dan praktek.
Penulis setelah melakukan anmnesa selanjutnya melakukan
pemeriksaan untuk melengkapi data pasien yaitu dengan melakukan
pemeriksaan umum keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis,
tinggi badan : 157 cm, berat badan : 55 kg, pemeriksaan tanda tanda vital
(TTV) : TD : 110/80 mmHg, N : 82 x/I, RR : 20 x/I, T : 36,5C. Pada
pemeriksaan fisik payudara tidak ada benjolan abnormal, tidak ada, puting
susu menonjol, dan sedang menyusui.
2. Langkah II Interpretasi data dasar
Dalan pengkajian dapat ditetapkan diagnosa P3A1 dengan akseptor
KB Suntik 3 bulan jenis depomedroxy progesterone. Dalam melakukan
anamnesa didapatkan data subjektif Ny. M mengatakan ingin suntik KB 3
bulan, sedang menyusui, sedang haid.
Keuntungan suntik tribulan atau progestine salah satunya adalah
cocok untuk ibu ibu yang menyusui anak yang berisi hormone
Progesterone untuk merangsang produksi ASI. (Nina, 2013). Dalam

415

melakukan pengkajian Ny. M mengatakan sedang menyusui. Oleh karena


itu ada kesesuaian antara teori dan praktek.
Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
3. Langkah III Mengidentifikasi diagnose dan masalah potensial
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan diagnose dan
masalah potensial. Penulis dapat menentukan tidak adanya temuan
diagnosa dan masalah potensial dengan alasan tidak ada data yang
menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah actual
yang telah diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk
merumuskan tindakan antisipasi agar diagnosis masalah potensial tersebut
tidak terjadi. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.
4. Langkah IV Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan untuk menetapkan
kebutuhan tindakan segera. Penulis dapat menentukan hal tersebut ,
dengan alasan tidak ada data yang menunjang pada pemeriksaan tersebut.
Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang
harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini
mencakup tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau bersifat rujukan. (Varney, 2006). Ada kesesuaian teori dan praktek.

416

5. Langkah V Menyusun rencana tindakan yang dilakukan


Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat menyusun rencana
tindakan yang akan dilakukan yaitu lakukan pemeriksaan KU dan TTV,
lakukan infromed consent dengan infrom choice, jelaskan pengertian KB
Suntik 3 bulan, jelaskan tentang efektifitas KB suntik 3 bulan, jelaskan
keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan, jelaskan tentang efek
samping KB Suntik 3 bulan, jelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi
dari KB Suntik 3 bulan, berikan suntik KB 3 bulan, beritahu ibu jadwal
kunjungan ulang KB Suntik 3 bulan, dokumentasi
6. Langkah VI Implementasi
Setelah dilakukan pemeriksaan penulis dapat melakukan tindakan
yang telah direncanakan yaitu melakukan pemeriksaan KU dan TTV,
melakukan infromed consent dengan infrom choice, menjelaskan
pengertian KB Suntik 3 bulan, menjelaskan tentang efektifitas KB suntik 3
bulan, menjelaskan keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan,
menjelaskan tentang efek samping KB Suntik 3 bulan, menjelaskan
tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB Suntik 3 bulan, memberikan
suntik KB 3 bulan, memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang KB Suntik 3
bulan, melakukan pendokumentasian.
7. Langkah VII Evaluasi
Setelah penulis melakukan tindakan yang telah direncanakan
selanjutnya melakukan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan
yaitu telah di lakukan pemeriksaan TTV dan KU pasien, telah dilakukan

417

informed consent dan informed choice, ibu mengerti pengertian KB Suntik


3 bulan, ibu menerti efektifitas KB Suntik 3 bulan, ibu mengerti
keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan, ibu mengerti efek samping
KB Suntik 3 bulan, ibu mengerti indikasi dan kontraindikasi KB Suntik 3
bulan, telah diberikan suntik KB 3 bulan, ibu mengerti jadwal kunjungan
ulang KB Suntik 3 bulan, telah dilakukan pendokumentasian

418

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen kebidanan pada ibu hamil
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan hasil
dalam batas normal tidak ada masalah sehingga ada kesesuaian antara
teori dengan praktek.
b. Berdasarkan penegakkan diagnosa didapatkan hasil G4P2A1 usia
kehamilan 33 - 34 minggu dengan kehamilan fisiologis sehingga ada
kesesuaian antara teori dengan praktek.
c. Pada masalah potensial tidak muncul adanya masalah dan keluhan yang
lain sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
d. Pada tindakan segera karena tidak ada masalah dan keluhan pada
masalah potensial sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
e. Berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan diagnosa, disimpulkan
intervensi yaitu observasi KU, Kes, TTV dan BB, jelaskan kepada ibu
hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, lakukan
informed concent, berikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil
TM III yaitu nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, persiapan
ASI, persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, berikan KIE
tentang ketidaknyamanan ibu hamil TM III, berikan KIE tentang tanda
bahaya ibu hamil TM III, berikan KIE tentang persiapan persalinan,
berikan KIE tentang tanda tanda persalinan, anjurkan ibu mengonsumsi

419

tablet fe, anjurkan ibu bersalin ditolong oleh dokter atau bidan, anjurkan
ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi, lakukan
dokumentasi kebidanan sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek.
f. Berdasarkan implementasi melakukan tindakan yang telah direncakanan
yaitu melakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB, menjelaskan kepada
ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, melakukan
informed concent, memberikan KIE kepada ibu tentang kebutuhan ibu
hamil TM III yaitu nutrisi, olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri,
persiapan ASI, persiapan laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks,
memberikan KIE tentang ketidaknyamanan ibu hamil TM III,
memberikan KIE tentang tanda bahaya ibu hamil TM III, memberikan
KIE tentang persiapan persalinan, memberikan KIE tentang tanda tanda
persalinan, menganjurkan ibu mengonsumsi tablet fe, menganjurkan ibu
bersalin ditolong oleh dokter atau bidan, menganjurkan ibu untuk
melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi, melakukan dokumentasi
kebidanan sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
g. Berdasarkan evaluasi telah dilakukan observasi KU, Kes, TTV dan BB,
ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini, telah dilakukan informed concent, ibu mengerti penjelasan KIE
kepada ibu tentang kebutuhan ibu hamil TM III yang diberikan nutrisi,
olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, persiapan ASI, persiapan
laktasi, KB pasca salin, kegiatan seks, ibu mengerti KIE tentang

420

ketidaknyamanan ibu hamil TM III yang diberikan, ibu mengerti KIE


tentang tanda bahaya ibu hamil TM III yang diberikan, ibu mengerti KIE
tentang persiapan persalinan yang diberikan, ibu mengerti KIE tentang
tanda tanda persalinan yang diberikan, ibu bersedia untuk mengonsumsi
tablet fe, ibu bersedia jika bersalin ditolong oleh dokter atau bidan, ibu
bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi, telah
dilakukan dokumentasi kebidanan sehingga ada kesesuaian antara teori
dengan praktek.
2. Manajemen kebidanan pada ibu bersalin
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan hasil
dalam batas normal tidak ada masalah sehingga ada kesesuaian antara
teori dengan praktek.
b. Berdasarkan penegakkan diagnose didapatkan hasil
1) Pada kala I, G4P2A1 usia kehamilan 42- 43 minggu dengan inpartu
kala I fase aktif.
2) Pada kala II, G4P2A1 usia kehamilan 42 - 43 minggu dengan
inpartu kala II
3) Pada kala III, P3A1 dengan inpartu kala III
4) Pada kala IV, P3A1 dengan inpartu kala IV
sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
c. Pada masalah potensial tidak muncul adanya masalah dan keluhan
yang lain sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.

421

d. Pada tindakan segera karena tidak ada masalah dan keluhan pada
masalah potensial sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek
e. Berdasarkan intervensi
1) Kala I
Observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan,
lakukan informed concent, jelaskan tentang kondisi ibu dan janin
saat ini, berikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin kala I, berikan
KIE tentang kebutuhan dan komplikasi ibu bersalin kala I, siapkan
alat dan bahan partus set, berikan support mental untuk mendukung
persalinannya, anjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang, isi
lembar partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif, lakukan
dokumentasi untuk penyusunan rencana terakhir dikala I sehingga
ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
2) Kala II
Observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan persalinan,
jelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, berikan KIE tentang
macam macam posisi meneran, anjurkan untuk tetap mengatur
nafas panjang, berikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II,
berikan Asuhan Persalinan Normal kala II, isi lembar observasi dan
lembar partograf, lakukan pendokumentasian sesuai prosedur
sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek.

422

3) Kala III
Observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan, jelaskan
tentang prosedur tindakan yang dilakukan, jelaskan tentang kondisi
ibu dan bayi saat ini, berikan Asuhan Persalinan Normal kala III,
lakukan pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori
dengan praktek.
4) Kala IV
Observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi uterus, jelaskan
tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, berikan KIE tentang
kebutuhan ibu bersalin kala IV, berikan Asuhan Persalinan Normal
kala IV, lakukan pendokumentasian sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.
f. Berdasarkan implementasi
1) Kala I
Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan
persalinan, melakukan informed concent, menjelaskan tentang
kondisi ibu dan janin saat ini, memberikan KIE tentang fisiologis
ibu bersalin kala I, memberikan KIE tentang kebutuhan dan
komplikasi ibu bersalin kala I, menyiapkan alat dan bahan partus
set, memberikan support mental untuk mendukung persalinannya,
menganjurkan ibu untuk mengatur nafas panjang, mengisi lembar
partograf jika memasuki inpartu kala I fase aktif, melakukan

423

dokumentasi untuk penyusunan rencana terakhir dikala I sehingga


ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
2) Kala II
Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan
persalinan, menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini,
memberikan KIE tentang macam macam posisi meneran,
menganjurkan untuk tetap mengatur nafas panjang, memberikan
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala II, memberikan Asuhan
Persalinan Normal kala II, mengisi lembar observasi dan lembar
partograf, melakukan pendokumentasian sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.
3) Kala III
Melakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan persalinan,
menjelaskan

tentang

prosedur

tindakan

yang

dilakukan,

menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, memberikan


Asuhan Persalinan Normal kala III, melakukan pendokumentasian
sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
4) Kala IV
Melakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi
uterus, menjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, berikan
KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV, memberikan Asuhan
Persalinan Normal kala IV, melakukan pendokumentasian sehingga
ada kesesuaian antara teori dengan praktek.

424

g. Berdasarkan evaluasi
1) Kala I
Telah

dilakukan

yaitu

telah

dilakukan

observasi

KU,

Kesadaran, TTV, BB dan kemajuan persalinan, telah dilakukan


informed concent, ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan
janin saat ini, telah diberikan KIE tentang fisiologis ibu bersalin
kala I, telah diberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala I,
telah menyiapkan alat dan bahan partus set, telah diberikan support
mental untuk mendukung persalinannya, ibu bersedia untuk
mengatur nafas panjang, telah mengisi lembar partograf jika
memasuki inpartu kala I fase aktif dan telah dilakukan
pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek.
2) Kala II
Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kemajuan
persalinan, ibu mengerti penjelaskan tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini, telah diberikan KIE tentang macam macam posisi
meneran, telah menganjurkan ibu untuk tetap mengatur nafas
panjang, telah diberikan KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala
II, telah diberikan Asuhan Persalinan Normal kala II, telah mengisi
lembar

observasi

dan

lembar

partograf,

telah

dilakukan

pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori dengan


praktek.

425

3) Kala III
Telah dilakukan observasi KU, Kes, TTV, dan kemajuan
persalinan, ibu mengerti penjelasan tentang prosedur tindakan yang
dilakukan, ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi
saat ini, telah diberikan Asuhan Persalinan Normal kala III, telah
dilakukan pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori
dengan praktek.
4) Kala IV
Telah dilakukan observasi KU, Kesadaran, TTV dan kontraksi
uterus, ibu mengerti penjelasan tentang kondisi ibu dan bayi saat
ini, ibu mengerti KIE tentang kebutuhan ibu bersalin kala IV, telah
diberikan Asuhan Persalinan Normal kala IV, telah dilakukan
pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek.
3. Manajemen kebidanan pada bayi baru lahir
a.

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan hasil


dalam batas normal tidak ada masalah sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.

b.

Berdasarkan penegakkan diagnosa didapatkan hasil neonatus cukup


bulan, sesuai masa kehamilan usia 0 hari sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.

c.

Pada masalah potensial tidak muncul adanya masalah dan keluhan


yang lain sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.

426

d.

Pada tindakan segera karena tidak ada masalah dan keluhan pada
masalah potensial sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek

e.

Berdasarkan intervensi obsevasi KU, Kesadaran, TTV, BB, PB,


LK, LD, jelaskan tentang kondisi bayi saat ini, lakukan informed
concent, berikan tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu,
berikan KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat, tanda bahaya
bayi baru lahir, jadwal imunisasi untuk bayinya, dokumentasi
sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.

f.

Berdasarkan implementasi melakukan obsevasi KU, Kesadaran,


TTV, BB, PB, LK, LD, menjelaskan tentang kondisi bayi saat ini,
melakukan informed concent, memberikan tentang cara perawatan
bayi baru lahir kepada ibu, memberikan KIE kepada ibu tentang
perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru lahir, jadwal imunisasi
untuk bayinya, melakukan pendokumentasian sehingga tidak ada
kesesuaian antara teori dengan praktek.

g.

Berdasarkan evaluasi telah dilakukan obsevasi KU, Kesadaran,


TTV, BB, PB, LK, LD, ibu mengerti penjelasan tentang kondisi
bayi saat ini, telah dilakukan informed concent, telah diberikan
tentang cara perawatan bayi baru lahir kepada ibu, ibu mengerti
KIE tentang perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru lahir,
jadwal imunisasi untuk bayinya, telah dilakukan pendokumentasian
sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.

427

4. Manajemen kebidanan pada masa nifas


a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan hasil
dalam batas normal tidak ada masalah sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.
b. Berdasarkan penegakkan diagnosa didapatkan hasil P3A1 post
partum hari ke-1 dengan nifas fisiologis sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.
c. Pada masalah potensial tidak muncul adanya masalah dan keluhan
yang lain sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
d. Pada tindakan segera karena tidak ada masalah dan keluhan pada
masalah potensial sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek
e. Berdasarkan intervensi observasi KU, Kesadaran, TTV, jelaskan
hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi ibu dan bayi saat ini,
menjelaskan tentang tindakan yang telah dilakukan, lakukan
informed concent, berikan KIE kepada ibu tentang perawatan
payudara ibu nifas, teknik menyusui dengan benar, kebutuhan
dasar ibu nifas, ASI Ekslusif, anjurkan kepada ibu untuk sesering
mungkin menyusui bayinya, anjurkan kepada ibu untuk melakukan
kunjungan ulang pada ibu nifas, pendokumentasian sehingga ada
kesesuaian antara teori dengan praktek.
f. Berdasarkan implementasi melakukan observasi KU, kesadaran,
TTV, menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu tentang kondisi

428

ibu dan bayi saat ini, menjelaskan tentang tindakan yang telah
dilakukan, melakukan informed concent, memberikan KIE kepada
ibu tentang perawatan payudara ibu nifas, teknik menyusui dengan
benar, kebutuhan dasar ibu nifas, ASI Ekslusif, menganjurkan
kepada

ibu

untuk

sesering

mungkin

menyusui

bayinya,

menganjurkan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada


ibu nifas, melakukan pendokumentasian sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.
g. Berdasarkan evaluasi telah dilakukan observasi KU, Kesadaran,
TTV, ibu mengerti penjelasan hasil pemeriksaan kepada ibu
tentang kondisi ibu dan bayi saat ini, ibu mengerti penjelasan
tentang tindakan yang telah dilakukan, telah dilakukan informed
concent dan ibu bersedia dilakukan pemeriksaan, ibu mengerti KIE
tentang perawatan payudara ibu nifas, teknik menyusui dengan
benar, kebutuhan dasar ibu nifas, ASI Ekslusif, ibu bersedia untuk
menyusui

bayinya

sesering

mungkin,

ibu

bersedia

untuk

melakukan kunjungan ulang pada ibu nifas, telah dilakukan


pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek.
5. Manajemen kebidanan pada Keluarga Berencana (KB)
a. Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif didapatkan hasil
dalam batas normal tidak ada masalah sehingga ada kesesuaian
antara teori dengan praktek.

429

b. Berdasarkan penegakkan diagnosa didapatkan hasil P3A1 akseptor


KB suntik 3 bulan, sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek.
c. Pada masalah potensial tidak muncul adanya masalah dan keluhan
yang lain sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
d. Pada tindakan segera karena tidak ada masalah dan keluhan pada
masalah potensial sehingga ada kesesuaian antara teori dengan
praktek
e. Berdasarkan intervensi lakukan pemeriksaan KU dan TTV,
lakukan infromed consent dengan infrom choice, jelaskan
pengertian KB Suntik 3 bulan, jelaskan tentang efektifitas KB
suntik 3 bulan, jelaskan keuntungan dan kerugian KB Suntik 3
bulan, jelaskan tentang efek samping KB Suntik 3 bulan, jelaskan
tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB Suntik 3 bulan, berikan
suntik KB 3 bulan, beritahu ibu jadwal kunjungan ulang KB Suntik
3 bulan, pendokumentasian sehingga ada kesesuaian antara teori
dengan praktek.
f. Berdasarkan implementasi melakukan pemeriksaan KU dan TTV,
melakukan infromed consent dengan infrom choice, menjelaskan
pengertian KB Suntik 3 bulan, menjelaskan tentang efektifitas KB
suntik 3 bulan, menjelaskan keuntungan dan kerugian KB Suntik 3
bulan, menjelaskan tentang efek samping KB Suntik 3 bulan,
menjelaskan tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB Suntik 3

430

bulan, memberikan suntik KB 3 bulan, memberitahu ibu jadwal


kunjungan ulang KB Suntik 3 bulan, melakukan pendokumentasian
sehingga ada kesesuaian antara teori dengan praktek.
g. Berdasarkan evaluasi telah di lakukan pemeriksaan TTV dan KU
pasien, telah dilakukan informed consent dan informed choice, ibu
mengerti pengertian KB Suntik 3 bulan, ibu menerti efektifitas KB
Suntik 3 bulan, ibu mengerti keuntungan dan kerugian KB Suntik 3
bulan, ibu mengerti efek samping KB Suntik 3 bulan, ibu mengerti
indikasi dan kontraindikasi KB Suntik 3 bulan, telah diberikan
suntik KB 3 bulan, ibu mengerti jadwal kunjungan ulang KB
Suntik 3 bulan, telah dilakukan pendokumentasian sehingga ada
kesesuaian antara teori dengan praktek.
B. Saran
1. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan

dapat

meningkatkan

kualitas

pendidikan

bagi

mahasiswa dengan penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang


mendukung

peningkatan

kompetensi

mahasiswa

sehingga

dapat

menghasilkan bidan yang berkualitas.


2.

Bagi Lahan Praktek


Diharapkan asuhan yang sudah diberikan pada klien sudah cukup
baik hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat
memberikan asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu

431

pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan kebidanan


sesuai dengan teori dari mulai kehamilan, persalinann BBL, nifas, dan KB.
3. Bagi Klien
Diharapkan agar klien lebih memiliki kesadaran untuk selalu
memeriksakan keadaan kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa
lebih yakin dan nyaman karena mendapatkan gambaran tentang
pentingnya pengawasan pada saat hamil, bersalin, BBL, nifas dan KB
dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.
4. Bagi penulis
Diharapkan

mahasiswa

mendapatkan

pengalaman

dalam

mempelajari kasus-kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP


serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah di
tetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada
profesi bidan. Serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif
terhadap klien.

432

DAFTAR PUSTAKA
Walyani, Elisabeth . 2015 . ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN,
Yogyakarta, Pustaka Baru Press
Yeyeh, Ai . 2009 . ASUHAN KEBIDANAN I (KEHAMILAN), Jakarta; CV.
Trans Info Media
Saifuddin . 2009 . BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN KESEHATAN
MATERNAL DAN NEONATAL, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Mirza . 2008 . PEMERIKSAAN RUTIN KESEHATAN WANITA HAMIL,
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono . 2011 . ILMU KEBIDANAN, Jakarta; PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
JHPIEGO . 2007 . ASUHAN PERSALINAN NORMAL, Jakarta; JNPK KR
(Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi)
Mochtar, Rustam . 1998 . SINOPSIS OBSTETRI JILID 1 EDISI KE - 2,
Jakarta; EGC
Kusmiyati, Yuni . 2009 . PERAWATAN IBU HAMIL (ASUHAN IBU HAMIL),
Yogyakarta; Penerbit Fitramaya
Bagus, Ida . 2010 . ILMU KEBIDANAN, PENYAKIT DAN KANDUNGAN,
SERTA KB, Jakarta; EGC
Sastrawinata, Sulaiman . 2007 . OBSTETRI PATOLOGI, Jakarta; EGC
Saifuddin . 2006 . BUKU ACUAN NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN
MATERNAL DAN NEONATAL, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono . 1999 . ILMU KEBIDANAN, Jakarta; Yayasan Bina
Pustaka
Sumarah . 2008 . PERAWATAN IBU BERSALIN (ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU BERSALIN), Yogyakarta; yayasan Fitramaya
Yeyeh, Ai . 2009. ASUHAN KEBIDANAN II (PERSALINAN), Jakarta; CV.
Trans Info Media
Varney . 1997 . VARNEYS MIDWIFERY, Boston; Scientific

433

Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2007 . BUKU ACUAN


PERSALINAN NORMAL, ASUHAN ESENSIAL PERSALINAN EDISI
REVISI, Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Saifuddin . 2002 . BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN KESEHATAN
MATERNAL DAN NEONATAL, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Wong, Donna . 2004 . PEDOMAN KLINIS KEPERAWATAN PEDIATRIK,
Jakarta; EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2005 . RENCANA AKSI
NASIONAL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI
BURUK, Jakarta; Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Sudarti . 2010. ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, Yogyakarta; Nuha
Medika
Marmi . 2014 . ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA DAN ANAK
PRASEKOLAH, Yogyakarta; Pustaka Belajar
Saifuddin . 2010 . BUKU PANDUAN PRAKTIS PELAYANAN KESEHATAN
MATERNAL DAN NEONATAL, Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Maryanti, Dwi . 2011 . BUKU AJAR NEONATUS, BAYI DAN BALITA,
Jakarta; CV. Trans Info Media
Ambarwati, Eny . 2009 . ASUHAN KEBIDANAN NIFAS, Yogyakarta; Mitra
Cendikia
Yeyeh, Ai . 2013 . ASUHAN KEBIDANAN III (NIFAS), Jakarta; CV. Trans
Info Media
Lucky, dr . 2014 . BUKU AJAR KEPENDUDUKAN DAN PELAYANAN KB,
Jakarta; EGC
Mulyani, Nina . 2013 . KB (KELUARGA BERENCANA DAN ALAT
KONTRASEPSI), Yogyakarta; Nuha Medika
Tresnawati, Frisca . 2013 . ASUHAN KEBIDANAN (PANDUAN LENGKAP
MENJADI BIDAN PROFESIONAL JILID 2, Jakarta; Prestasi Pustaka
Publisher
Dutton, Lauren . 2012. RUJUKAN CEPAT KEBIDANAN, Jakarta; EGC

434

LAMPIRAN
1. Surat Izin
2. Ganchart Kunjungan
3. Jadwal Kegiatan Studi Kasus
4. Informed Concent
5. Hasil pemeriksaan dan lampirkan dokumentasi tempat praktek dan
pasien (setiap asuhan)
6. Lembar Konsultasi dengan pembimbing
7. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai