Anda di halaman 1dari 5

Nama: Diyah Putrisartika

Npm: 19120339

Kelas: 2A Administrasi Publik reg Banjarbaru

Mata kuliah: Sistem Politik Indonesia

Dosen pengampu: Decky Kuncoro S.IP., M.IP

Sistem Politik Indonesia setelah reformasi.

Demokrasi adalah pilihan kita dalam bernegara di Indonesia. Kadang-kadang yang menjadi
persoalan ialah pelaksanaan demokrasi dalam bernegara yaitu cara mengatur kehidupan negara juga
mengenai kekurangan dan kelemahan yang ada sehingga tidak mencerminkan demokrasi yang
dianggap benar atau yang sesungguhnya. Bahkan perbedaan pendapat itu lebih awal mengenai bentuk
demokrasi apa yang seharusnya dijalankan dan diwujudkan khususnya di Indonesia. Demokrasi adalah
pemerintah dengan persetujuan rakyat dengan diperintah. Salah satu perwujudan demokrasi yang
paling baru dilaksanakan adalah pemilihan umum presiden. Pemilihan presiden secara langsung baru
dilaksanakan tiga kali baru yang bisa kita sebut dengan era reformasi itu perwujudan demokrasi.
Sebelum demokrasi pancasila ada demokrasi terpimpin di tahun 1959-1966. Masa yang lama lagi yaitu
masa parlementer.
Demokrasi sekarang ini bisa disebut dengan demokrasi masa reformasi juga menggunakan
sistem presidensial dan multipartai. Pemerintah kita pernah mengalami masa yaitu memakai yaitu
sistem kabinet parlementer sedang konstitusi yang berlaku memakai sistem presidensial yaitu UUD1945
berlangsung pada awal masa kemerdekaan tahun 1945-1949. Demokrasi yang berarti pemerintah
ditentukan oleh rakyat dan kehendak rakyat. Dengan praktismaka itu dilaksanakan dengan memilih
siapa yang dipercaya untuk memimpin pemerintah dengan jangka waktu tertentu. Suatu negara dengan
pemimpin yang mendapat mandat dari rakyatnya melalui pemilihan umum disebut sebagai negara
demokrasi. Bahwa benar pilihan rakyat harus dijamin dengan pemilihan langsung yang bebas
melakukan pemilihan tidak dipengaruhi siapapun dan tidak ada tekanan apapun. Demokrasi ini disebut
sebagai demokrasi refresentatif untuk membedakan dengan demokrasi langsung dimana semua rakyat
berkumpul dan membuat keputsan bersama itu terjadi dijaman yunani kuno.
Pemilihan umum presiden ke 3 berlangsung dapat digunakan untuk membahas mengenai
demokrasi dan hubungannya dengan sistem pemerintahan serta ketentuan yang mengatur hal itu dalam
konstitusi UU 1945 yang sudah di amandemen. Sebagai mana amanat konstitusi, negara republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat kata pembukaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat kata
pasal 1 UUD. Apakah pemilihan umum telah pantas untuk mencerminkan adanya demokrasi dengan
nyata atau belum cukup pada pemilihan presiden yang lalu. Untuk itu membandingkan dengan
pelaksanakan demokrasi dalam masa sebelumnya akan bisa membantu kita dalam menilai khususnya
yang menyangkut proses pemilihan presiden sebelumm ada pemilihan umum presiden yang secara
langsung dipilih oleh rakyat, presiden dipilih dengan suara terbanyak oleh MPR. Begitu pada UUD 1945
yang original yang belum di amandemen.
Setelah reformasi juga masih sempat dilakukan satu kali pemilihan presiden oleh MPR yaitu di
tahun 1999 itu adalah terakhir sebelum amandemen ke 3 yang dibuat pada tahunn 2001. Sebelumnya
presiden selalu dipilih melalui sistem MPR yang sedemikian rupa menghasilkan terpilihnya presiden
Soeharto untuk 6 kali masa jabatannya berturut-turut. Setiap kali terpilihnya soeharto selalu terpilih
secara aklamasi di MPR. Pemilihan presiden dengan sistem MPR yang menggunakan pemilihan suara
terbanyak baru satu kali dijalankan pada tahun 1999 calonnya saat itu adalah gusdur dan megawati
itupun setelah reformasi setelah soeharto mengundurkan diri tahun 1998.
UUD 1945 belum mengalami amandemen mengenai cara pemilihan presiden. Yang telah
disebutkan dalam amandemen ke 3 mengenai cara pemilihan presiden secara langsung baru dibuat
tahun 2001. Sistem MPR tersebut dilakukan berdasarkan UUD 1945 yang juga menyebut negara
indonesia yang berkedaulatan rakyat dan juga mengatakan kedaulatan adalah ditangan rakyat yang
dilakukan oleh MPR.
Pada sistem kepartaian pada waktu itu melebur jadi luar partai rekayasa politik terhadap susunan
keanggotaan MPR, maka jendral soeharto berhasil untuk selalu memegang mayoritas dalam MPR. Ini
juga disebut sebagai pelaksanaan demokrasi yang mengurusi dan melaksanakan UUD 1945 secara
murni dan konsekuen begitu bunyi selogan orde baru. pasal 7 UUD1945 mengatakan presiden dan wakil
presiden memegang jabatannya selama masa 5 tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Maka
presiden soeharto dengan rekayasa konstitusionalistis karena ia selalu mengklim semua langkahnya di
dasarkan atas huruf-huruf konstitusi. Sebelum era orde bar soeharto secara resmi menjadi presiden
seumur hidup diabat oleh presiden soeharto,ini juga diberikan oleh MPR/MPRS dan berlangsung atas
dasar UUD1945 juga. Jadi hal itu dinamakan sistem demokrasi terpimpin.
Sistem pemerintah dalam masa orde baru maupun orde lama keduanya adalah sistem
presidensialisme sebagai mana diatur UUD1945. Keadaan politik yang terjadi di akam soekarno dan
soeharto sebagai demokrasi disitulah persoalan demokrasi terpimpin soekarno demokrasi pancasila
soeharto menyebut dirinya sebagai demokrasi sebagai demokrasi memakai dasar sama yaitu UUD1945.
Pada jamannya masing masing keduanya disebut sebagai demokrasi berasas kedaulatan rakyat,
berdasarkan pancasila dan UUD1945. Baru sekarang kita mengatakan orde baru tidak lain dari bentuk
rezim otoritorianisme sehingga menamakannya demokrasi adalah epser. Kemudian setelah rezim
demokrasi terpimpin soekarno digulingkan maka orde baru yang menggantikannya menamakannya
sebagai orde lama yang inkonstitusional.
Demikian juga setelah rezim orde baru soeharto dengan demokrasi pancasila tumbang berubah
dalam jaman reformasi kita menyebut orde baru sebagai rezim otoriter dan melakukan koreksi antara
lain yang terpenting ialah membuat berbagai amandemen dalam UUD1945. 4 kali amandemen yang
berhasil dilakukan itu telah merubah sistem pemerintahan dalam negara Indonesia secara luar biasa
menjadi lebih demokratis atau memungkinkan pelaksanaan demokrasi yang lebih baik. Lebih demokratis
itu lebih terasa dan terlihat dalam cara pemilihan presiden yang sekarang secara langsung dan terbuka
seperti yang baru dialami.
Dalam sistem presidensial sebagaimana dianut oleh konstitusi kita kedudukan presiden sangat
penting dalam kehidupan bernegara. Sebelum amandemen ketatanegaraan dalam konstitusi kita sering
dinilai sebagai titik pusat kekuasaan terletak lebih besar keposisi pemerintah yaitu ditangan presiden.
Sekarang pun setelah titik berat digeser dan kekuasaan lebih diseimbangkan dengan legislative yaitu
DPR.
Sistem pemerintahan adalah tetap sistem presidensial dengan kekuasaan pemerintah atau
eksekutif terpusat ditangan presiden. Alasan untuk mengatakan demokrasi sudah baik syarat
pelaksanaan demokrasi atau pemerintah oleh rakyat antara lain yang terpenting ialah apabila keputusan
yang menyangkut kepentingan bersama kepentingan rakyat dibuat oleh rakyat untuk melaksanakan itu
harus ada kebebasan, kebebasan berpendapat dan mengeluarkan pendapat, berkumpul dan bergabung
dengan organisasi yang mandiri.
Pejabat pemerintah dipilih oleh rakyat dalam suatu pemilihan umum yang diselenggarakan
secara berkala dan teratur diselenggarakan dengan adil ada persamaan hak untuk memilih secara
bebas tanpa ada perasaan segalanya diselenggarakan menurut aturan-aturan yang jelas dan dasarkan
pada peraturan undang-undang atau hukum yang dibuat dengan persetujuan bersama sebelumnya.
Baru semua menyaksikannya pers yang bebas, partai-partai politik yang merdeka, komisi pemilihan
umum yang independen netral dan transparan kesempatam memberikan suara langsung, bebas dan
rahasia bagi semua yang memenuhi persyaratan.
Jadi presiden terpilih ini yaitu jokowi adalah hasil pemilihan umum presiden yang
diselenggarakan secara demokratis atau presiden terpilih adalah buah dari pelaksanaan sistem
demokrasi dan presiden terpilih itu akan memimpin negara dengan pemerintahan yang bersistem
presidensial. Yang kita bicarakan adalah mengenai sistem presidensial atau pelaksanaannya uang
penah dialami di Indonesia. Mungkin tidak bisa menyangkal argument bahwa dibandingkan dengan
sistem parlementer maka sistem presidensial cenderung lebih mudah diselewengkan menjadi
pemerintahan otoritarial. Jadi kita berusaha menunjukan bahwa sistem presidensial cocok dan bisa
melaksanakan demokrasi.
Asal mula atau dasar yang menyebabkan kita menggunakan sistem presidensial untuk
pemerintahan republik dinegara ini tentunya adalah aturan mengenai kekuasaan pemerintahan negara
dalam konstitusi negara yaitu UUD1945 konstitusi itu sendiri adalah hasil perumusan para pembuatnya
para penemunya presiden yaitu pemegang kekuasaan pemrintah itu diatur dengan jelas dan tegas
dalam mengenai kekuasaan negara presiden republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut UUD1945 dan juga presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan
persetujuan DPR serta presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagai mana mestinya. Ini dalam UUD1945 sebelum amandemen. Mengapa para penyusun undang-
undang itu memilih sistem pemerintahan presidensial, tetapi harus diketahui bahwa UUD1945 disusun
dibawah pengawasan pengawasan penguasa jepang.
Suasana anti riberalisme anti individualisme amat kuat sehingga pikiran untuk sistem
pemerintahan parlementer dengan kabinet yang bertanggung jawab pada parlemen yang bergantung
pada mayoritas suara parlemen pasti akan ditolak. Sistem demokrasi liberal adalah yang dianut oleh
pihak sekutu musuh jepang dalam perang dunia 2. Dalam UUD1945 tidak disebutkan pemilihan umum
apalagi dengan rakyat memilih langsung baik untuk presiden maupun untuk DPR.
Dalam sistem presidensial presiden mengangkat mentri-mentri sebagai pembantunya tetapi
kekuasaan pemerintahan tetap ada ditangan presiden yang berwenang membuat keputusan, letak
kewenangan memutuskan kebijakan bukan pada kolektifitas yang disebut kabinet atau sidang kabinet.
Presiden dan para mentri tidak bertanggung jawab atau berkuasa untuk membubarkan pada DPR.
Untuk pertama kali tahun 1945 karena belum ada MPR presiden dan wakilnya dipilih oleh panitia
persiapan kemerdekaan indonesia. Sejak tahun 1950 UUD1945 tidak berlaku sampai tahun 1959
sehingga sistem presidensial pun tidak dijalankan karena pada waktu itu yang digantikan dengan sistem
pemerintahan parlementer.
Pemilihan umum adalah salah satu syarat demokrasi tetapi adanya pemilihan umum belum tentu
membuktikan bahwa demokrasi berjalan. Dalam negara otoriter bahkan totaliter sekalipun juga
diselenggarakan pemilihan umum secara berkala. Sistem presidensial kembali sejak dekrit presiden 5
juli 1959 dikeluarkan oleh soekarno sebagai presiden dan pang lima tinggi angkatan perang yang isinya
membubarkan konstituante dan menetapkan bahwa UUD1945 berlaku menggantukan UUDS tahun
1950. Pada saat itu kekuasaan pemerintah dijalankan secara otoriter dan mendasarkan segala sesuatu
pada revolusi dibawah pimpinan pemimpin besar revolusi presiden pang lima tertinggi soekarno. Banyak
hal-hal yang dilakukan pada masa itu.
UUD dipakai sebagai bagian dari selogan politik soekarno jadi UUD1945 itu dipakai sebagai
bagian dari selogan landasan refolusi USDEK (UUD1945, sosialisme indonesia, demokrasi terpimpin,
ekonomi terpimpin, dan kepribadian nasional). Puncak keluarbiasaan inkonstitusional yang terakhir ialah
ketika MPR sementara menganugrahkan pengangkatan soekarno sebagai presiden seumur hidup,
selain dari gelar pang lima besar refolusi ini semua berlangsung dalam masa dimana dikatakan
UUD1945 dinyatakan berlaku sebagai hukum dasar negara.
UUD1945 memang sangat ringkas dan dues atau kurang lengkap mengatur batas-batas dan
hubungan kekuasaan khususnya dalam perwujudan asas kedaulatan rakyat atau demokrasi. Ketika orde
baru berpindah ke soeharto semboyan yang dipakai adalah melaksanakan UUD1945 secara murni dan
konsekwen. Maka orde baru soeharto pun bersifat sangat konstitusionalistis. Akhirnya kita bisa
memahami bahwa sistem presidensial dalam UUD1945 sebenarnya bukan pada hakikatnya tidak
demokratis tetapi pelaksanaannya yang tidak demokratis, pelaksanaannya yang tidak demokratis
dengan manipulasi harus diakui disebabkan mendapat pelumpang celah atau kemudahan karena
UUD1945 yang longgar dan tidak lengkap, ringkasnya UUD1945 telah dimanfaatkan oleh kekuasaan
kearah yang tidak demokratis. Maka tidak bisa lagi bahwa tindakan reformasi yang pertama dilakukan
adalah membuat amandemen pada UUD1945 amandemen pertama dari empat kali amandemen
seluruhnya memberi prioritas untuk menutup kelemaham-kelemahan dalam aturan mengenai kekuasaan
pemerintahan atau pada kekuasaan presiden.
Dalam konstitusi yang sudah diamandemen diatur secara langsung mengenai partai politik.
Secara tidak langsung misalnya disebutkan peranan partai politik didalam aturan mengenai pemilihan
umum yaitu bahwa peserta pemilihan umum untuk DPR dan DPRD adalah partai politik bukan individu
mengenaipemilihan presiden bahwa calon pasangan diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
politik beserta pemilihan umum. Jadi sekarang tidak ada pemilihan umum bagi badan legislatif tanpa
partai politik. Melalui negosiasi yang tidak berhenti dan kompromi politik selalu bisa diusahakan jalan
keluar yang aman meskipun prosesnya membuat cape. Tetapi itu adalah kewajiban pemimpinan negara
dalam suatu sistem politik tertentu.
Dalam soal sistem presidensial dukungan mayoritas absolut kita pernah mengalami selama 30
tahun dibawah kekuasaan presiden soeharto. Tetapi masa itu mungkin tidak akan kembali karena
UUD1945 sudah diamandemen terutama dengan didirikannya mahkamah konstitusi. setelah
amandemen tersurat presiden tidak lagi memegang kekuasaan memegang membentuk undang-undang
dengan persetujuan DPR pada amandemen yang pertama pasal itu diganti dengan presiden berhak
mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR sedangkan DPR memegang kekuasaan
membentuk undang-undang. Selain kekuasaan negative presiden juga mempunyai hak positif dalam
pembentukan undang-undang yaitu berhak mengajukan rancangan undang-undang ke DPR, presiden
tak berkurang kekuasaan dalam pembentukan undang-undang setelah konstitusi dii amandemen
meskipun secara nominal tidak lagi memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
Satu pokok lagi tidak ketinggalan penting dalam hubungan dengan perlunya dukungan mayoritas
presiden di DPR yaitu dalam hal menetapkan anggaran pendapatan negara. Anggaran negara adalah
dasar dan pokok paling penting dalam politik dan arah kebijakan pemerintahan. Percaturan politik dalam
negeri biasanya berkisar pada masalah menetapkan anggaran negara. Dalam konstitusi kita ditentukan
bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang maka
harus ditetapkan dengan persetujuan DPR. Dalam konstitusi juga dikatakan bahwa DPR memiliki fungsi
anggaran. Dari segi penentuan anggaran ini jelas terlihat bagaimana tergantungnya pemerintahan pada
keputusan DPR yang berarti bergantung pada dukungan mayoritas di DPR.
Tanpa cukup dukungan rencana anggaran yang diusulkan presiden bisa ditolak. Ketergantungan
ini tentu besar artinya khususnya untuk pemerintahan minoritas tetapi tidak segawat dengan yang
dikhawatirkan yaitu rsiko program pemerintah menadi macet total. Karena bagi pihak eksekutif
pemerintah minoritas masih tersedia penyangga keamanan dalam soal penyusunan penyusunan
anggaran ini konstitusi yang sudah diamandemen memberi kelebihan bagi pihak presiden atau
pemerintahan yaitu bahwa rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara itu diajukan atau oleh
presiden, artinya dirancang oleh pemerintah bukan oleh DPR.
Umunya dalam pembuatan undang-undang anggaran negara juga berpro undang-undang baik
presiden maupun anggota DPR sama-sama mempunyai hak untuk mengajukan usul rancangan undang-
undang. Kecuali dalam rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara usul
hanya diajukan oleh presiden semacam hak eksklusif yang tersirat bagi pemerintah. Dalam sejarah
kepresidenan sejak reformasi sebetulnya memang tidak pernah ada ada presiden yang berasal dari satu
partai politik mayoritas yang mendapat lebih dari 40% suara. jadi kenyataa ini tidak bisa disangkal dan
akan tetapi tetap jadi kenyataan untuk masa yang akan datang.
Hanya pada masa soeharto dengan mudah partai pemerintah meraih suara tinggi di DPR hanya
pada masa itu. Dalam sistempresidensial di Indonesia kualisi dan aliansi biasanya dibentuk setelah
terpilih dalam pemilihan umum. Memang dibutuhkan keterampilan dalam berpolitik persuasi, negosiasi
kalo perlu konflontasi dan lain-lain. Untuk menaga keutuhan dari aliansi apabila itu bisa terbentuk. Hal ini
tidak bisa dilakukan karena tidak diusahhakan dengan sungguh-sungguh dalam riwayat 2 masa
kepresidenan yang terakhir ini yaitu presiden yang sama yaitu SBY. Keterpilihan yang tinggii ternyata
bukan berarti mutu kepemimpinan yang sama tinggi. Ini pelajaran yang bisa kita dapat dari beberapa
tahun lalu. Hall yang serupa bisa saja terjadi.
Sekarang ini setiap presiden harus selalu mengusahakan aliansi atau kualisi partai-partai yang
dalam perjalanannya tidak selalu setia dalam satu kubu untuk tiap isu politik yang berbeda-beda. Dalam
sistem parlementer dengan multi partai kualisi dibentuk debelum perdana mentri terpilih dalam sistem
presidensial seperti di Indonesia kualisi atau aliansi biasanya dibentuk setelah presiden terpilih dalam
pemilihan umum. Pada akhirnya soal terutama bergantung pada kemauan dan kemampuan
kepemimpinan politik presiden yang bersangkutan dalam sistem presidensial kita sekarang. Mengenai
kemampuan sedikit banyak dipengaruhi tantangannya dengan sistem multi partai maka presiden dituntut
untuk bisa mengendalikan politik partai baik untuk dukungan internal partai sendiri maupun politik antar
partai.
Untuk pertama kali presiden yang akan datang ini bukan ketua umum atau pemimpin partai juga
bukan tokoh yang dituangkan dalam partai hal ini tentu akan membawa kendala bagi mobilisasi
dukungan kebijakannya. Masih saja ada yang mengeluhkan bahwa kekuasaan presiden dalam sistem
presidensial Indonesia lebih lemah dari sistem presidensial amerika serikat selain karena adanya
perbedaan multi partai dan dwi partai di amerika serikat keluhan itu adalah keluahan yang keliru.
Presiden Indonesia lebih kuat kedudukan legislasinya dari presiden amerika serikat. Kelemahan
presiden Indonesia ialah tidak punya hak veto seperti presiden amerika ujar orang. Hak veto yang reaktif
itu tidak dibutuhkan disini. Hak veto itu adalah hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan
peraturan dan undang-undang atau resolusi. Di amerika kekuasaan pembuatan undang-undang semata-
mata adalah ditangan kongres tidak bisa dicampuri presidennya. Sebaliknya kalau presiden Indonesia
tidak setuu dengan DPR dia tidak perlu menunggu sampai pembahasan selesai dan bereaksi dengan
hak veto sekarang di amerika.
Presiden Indonesia bisa tidak setuju dari awal baik ari sebagian rancangan undang-undang yang
diajukan. Boleh dikatakan sejenis veto bisa dinyatakan oleh presiden Indonesia dalam tiap pembahasan
rancangan undang-undang DPR. Ada beberapa lagi kelemahan dan kurang efektifnya jalan
pemerintahan penyebab kesalahannya ditimpakan pada sistem presidensial dan sistem multi partai
seperti kesalahan struktural. Kekurangan dan kelemahan terletak pada pelaksanaan politik
pemerintahan yang kurang maksimal. Dalam demokrasi kehendak rakyat yang berlaku apabila ada
kekurangan yang merugikan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga tidak sesuai dengan kehendak
rakyat maka rakyat berhak menyuarakan ketidakpuasannya. Kondisi demokrasi yang sekarang ini cukup
memberi kebebasan melalui banyak media.
Peran pemerintah pusat dibatasi untuk menangani hanya hal-hal yang berhubungan
denganpeetahanan, kebiakan fiksal moneter, peradilan dan agama. Yang tidak kalah penting bahwa
daerah menerima bagian pendapatan yang lebih besar dari produk sumber daya local. Dasar dari
transisi ini dirumuskan dalam undang-undang yang disetujui parlemen yang disahkan presiden
Indonesia di tahun 1999 yang menyerukan transfer kekuasaan pemerintahan dan pemerintahan pusat
ke pemerintah-pemerintah daerah.
Dalam demokrasi dan sistem presidensial yang sekarang presiden adalah pilihan hasil
keputusan rakyat. Apabila kinerjanya tidak memuaskan maka rakyat berhak untuk mengubah
keputusannya dengan memilih presiden lain. Dengan ini pemilihan umum harus secara berkala dan
teratur itu adalah syarat dalam pelaksanaan demokrasi. Semua hal ini kelihatannya sederhana akan
tetapi azas rakyat berkuasa memutuskan dan berhak untuk mengubah keputusannya. Hubungannya
dengan pemilihan umum secara berkala serta sistem presidensial. Kaitan dengan sistem multi partai itu
memunyai arti tersendiri yaitu stabilitas pemerintahan. Dengan pemilihan berkala dan teratur dijamin ada
kesempatan bagi rakyat untuk menyatakan ketidakpuasannya dengan mengubah keputusan yang
sebelumnya yaitu dengan tidak memilih kembali seorang presiden atau memiih presiden yang berbeda.
Karena itu suatu pemerintahan sistem presidensial ala UUD1945 akan bisa menjadi stabil selama
periode tertentu.
Tentu saja secara teori sistem presidensial tidak mungkin ada pihak yang tergoda biasanya
partai ataupun gabungan partai yang kalah dalam pemilu untuk melakukan koreksi ditengah masa
jabatan dengan mencari-cari dalih untuk melakukan inpicmen. Keluhan dimasa ini semacam
kekhawatiran seolah dari sistem presidensial dan multipartai. Dan masih ada hubungannya yang kurang
efektifnya kekuasaan pemerintahan dan kurang lancar roda pemerintahan ialah mengenai peranan
negara yang seolah-olah menjadi kurang bisa dirasakan. Pandangan hukum negara, negara adalah
susunan hukum yang mengatur hubungan-hubungan dalam kehidupan bersama dalam suatu komunitas
politik. Negara memiliki kekuasaan paksa agar aturan hukumnya dipatuhi. Sudut pandang politiik bukan
hukum saja juga menekankan hal kepatuhan warganya kepada aturan-aturan yang berlaku dengan
menggunakan keungglan atau monopoli penggunaan kekerasan yang dipegang negara sebagai sarana
pemaksa.
jika ada aturan-aturan hukum yang berlaku tapi tidak ada kekuasaan dan kekuatan paksa yang
efektif maka bisa dikatakan negara itu tidak berfungsi. Kita dapat memahami bahwa keluhan mengenai
persaan mengaburnya negara itu timbul akibat menyaksikan lemahnya aturan-aturan yang berlaku tidak
dilaksanakan ataupun separuh dilaksanakan. Negara dan aparaturnya tidak berfungsi seperti
diharapkan membuat orang bertanya. Akhirnya segala kegaglan atau kelemahan ini bisa dikembalikan
pada aparatur negara yang berwajib. Dan pada kelemahan pimpinan politik dan pimpinan negara yaitu
presiden sebagai pemimpin tertinggi.
Demokrasi dankeadilan sosial adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan bahwa demokrasi
yang berhasil adalah demokrasi yang mampu mewujudkan keailan sosial bagi rakyatnya, hal ini
diperkuat dengan isi sila ke 5 dari pancasila. Demokrasi membawa gagassan mulia yaitu mencapai
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. Namun yang terjadi di Indonesia demokrasi hanya
sampai pada tatanan proseduran, demokrasi dimaknai hanya sekedar keberhasilan melaksanakan
pemilu tanpa melihat sisi lain yang jauh lebih penting seperti keadilan sosiall dan kesejahteraan
masyarakat.
Lingkungan yang mempengaruhi sistem politik sangat terkait dengan nilai-nilai sistem politik
sangat terkait dengan nilai-nilai yang ada di tengah-tengah masyarakat. Nilai inilah yang dapat
memberikan warna pola dan karakter sistem politik itu sendiri, baik yang dipengaruhi oleh filosofi, nilai
sosiologis dan nilai budaya yang dianut oleh suatu komunitas.
Sejatinya menganut sistem pemerintahan presidensial faktanya stelah reformasi masih tampak
kuat campur tangan palemen. Di zaman orde baru dan orde lama kekuasaan presiden sangat terbatas
dan menghasilkan negara yang sangat kuat. Suara rakyat seolah terbungkam oleh otoriter absolut
tersebut. Meski akhirnya meledak dalam membentuk seumlah pemberontakkan, kekuasaan dan protes
sosial. Sistem politik indnesia setelah reformasi ketika negara menadi hilang dan tersandra oleh
kepentingan politik golongan dan multipartai. Dan seberapa ampuh suara rakyatnya. Jika ingin negara
kembali kita ya harus mencari presiden yang sambil tetap menghirmati adanya demokrasi dan bisa
memimpin dengan seefektif mungkin.

Anda mungkin juga menyukai