Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR KONSUL

Nama : Amellia Zahratunisa

NIM : P07120119007

Ruang : OK

Hari/ Tanggal Revisi Paraf CI


BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 2005
Hal 451). Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke
ureter. Batu ureter pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter.
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian
keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan
kemudian berupa nidus menjadi batu kandung yang besar. Batu juga tetap bisa
tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimtomatik. Tidak jarang hematuria yang didahului
oleh serangan kolik (R. Samsuhidajat, 2011).

1.2 ANATOMI FISIOLOGI


Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan
urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm
dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di dekat kandung kemih dan
berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi menjadi pars
abdominalis, pelvis, dan intravesikalis. Dindingnya terdiri atas mukosa yang
dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang
dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke
buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya
relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga  batu atau benda-benda
lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-tempat  penyempitan
itu antara lain adalah :
a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction
b. Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis
c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli
Sistem perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri
ginjal, gonad, dan buli-buli dengan hubungan kolateral kaya sehingaa
umumnya perdarahan tidak terancam pada tindak bedah ureter. Persyarafan
ureter bersifat otonom .

1.3 ETIOLOGI
Berikut ini beberapa teori pembentukan batu ginjal:
a. Teori Pembentukan Inti Teori ini mengatakan bahwa pemebentukan batu
berasal dari kristal atau  benda asing yang berada dalam urin yang pekat.
Teori ini ditentang oleh beberapa argumen, dimana dikatakan bahwa batu
tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hipereksresi atau mereka dengan
resiko dehidrasi. Teori inti matrik dimana  pembentukan batu saluran kemih
membutuhkan adanya substansi organik terutama muko protein A
mukopolisakarida yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi
substansi pembentuk batu.
b. Teori Supersaturasi Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu
dalam urin seperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhan ini juga sangat dipengaruhi oelh pH dan
kekuatan ion.
c. Teori Presipitasi-kristalisasi Perubahan pH urin akan mempengaruhi
solubilitas susbstansi dalam urin. Di dalam urin yang asam akan mengendap
sistin, zastin, asam urat, sedangkan didalam urin yang basa akan mengendap
garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Tidak adanya atau berkurangnya
substansi penghambat pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat,
polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin akan mempermudah
pembentukan batu urin. Akan tetapi teori ini tidaklah benar secara absolut,
karena banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak pernah menderita
batu, dan sebaliknya mereka yang memiliki faktor penghambat malah
membentuk  batu.
e. Teori Lain Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan
menyebabkan  peningkatan konsentrasi zat terlarut (misal kalsium, natrium,
oksalat dan protein) yang mana ini dapat menimbulkan pembentukan kristal
urin.

Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu
ureter, yaitu:
a. Genetik Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan
menderita  penyakit yang sama dibanding dengan keluarga bukan penderita
batu urin. Lebih kurang 30% sampai 40% penderita batu kalsium oksalat
mempunyai riwayat famili yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding
wanita (3-4:1). Disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki lebih
panjang dibandingkan  perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki
kadar kalsium lebih tinggi dibanding perempuan. Dan pada air kemih
perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
testosteron yang dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta
adanya hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah agregasi garam
kalsium.
c. Pekerjaan Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang
banyak duduk dalam melakukan pekerjaannya.
d. Air Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah
pembentukan batu. Kurang minum dapat mengurangi diuresis, kadar substansi
dalam urin meningkat, mempermudah pembentukan batu.
e. Diet Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko
terjadinya  batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam
atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan yang
mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan, coklat, kacang-kacang,
bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan pembentukan batu
kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan absobsi kalsium diusus
dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia dan
penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi vitamin D ini harus
digunakan dengan perawatan. Makan makanan dan minuman yang
mengandung purin yang berlebihan (kerangkerangan, anggur) akan
menyebabkan pembentukan batu asam urat Makanan makanan yang banyak
mengandung serat dan protein nabati mengurangi resiko batu urin, sebaliknya
makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan
resiko  batu urin.
f. Infeksi Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain
tidak jelas apakah batu sebagai penyebab infeksi atau infeksi sebagai
penyebab batu.
g. Obat-obatan Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan dengan
peningkatan frekuensi batu urin, begitu juga penggunaan antasida yang
mengandung silica  berhubungan dengan perkembangan batu silica.
 
1.4 TANDA GEJALA
Gejala klinis yang dirasakan yaitu:
a. Nyeri Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa,
akut dan kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut
sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan. Penderita sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya
air kemih disertai dengan darah, maka penderita tersebut mengalami kolik
ureter
b. Hematuri Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti
teh. Namun lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak
menderita hematuria.
c. Infeksi Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang,
nausea serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu
infeksi)  berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp,
Klebsiella sp, dan  jarang dengan E.colli.
d. Demam Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan kedaruratan
medik relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah bervariasi termasuk demam,
takikardi, hipotensi dan vasodilatasi perifer. Demam akibat obstruksi saluran
kemih memerlukan dekompresi segera.
e. Mual dan Muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter)
seringkali menyebabkan mual dan muntah

1.5 KLASIFIKASI
Berikut ini beberapa klasifikasi batu saluran kemih:
a. Batu Kalsium Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan
BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-
kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat,  batu kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut
diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau
darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang
berbeda, yaitu:
1) Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam
dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
2) Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu
batu  berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite
b. Batu Asam Urat Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi
asam urat. Pasien  biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk
hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang lebih  besar menderita penyakit BSK, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air
kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran
kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu
asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan.
Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu
ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa
melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah
urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada
penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi ammonium
dan pH air kemih >7. Pada  batu struvit volume air kemih yang banyak
sangat penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari
fosfat.
d. Batu Sistin Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan  batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh,
pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat
batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas.
Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein
hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

1.6 PATOFISIOLOGI
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat,
asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan
merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya
juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali atau kelebihan
vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium
didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang menghasilkan
urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin
disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027). Pada kebanyakan
penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas. Faktor
predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis
merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan
atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati seperti pada nekrosis
papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian
pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 2011).

Pathway terampir
Pathway
Faktor Faktor
Intrinsik Ekstrinsik

Hereditair Umur Jenis Geografi Iklim dan Asupan Air Diet Pekerjaan
Kelamin temperatur

Terjadi Presipitasi
garam dalam urine

Terjadi pengendapan yang


berbentuk kristal-kristal

Obstruksi Batu Ginjal

Pembedahan

Tekanan Penurunan
Hidrostatik Reabsorbsi dan
sekresi Turbulensi Hospitalisasi

Trauma
Gangguan Fungsi Kurang informasi
Ginjal
Distensi pada
ginjal serta ureter Stessor pada
proksimal Keluarga

Penurunan Perubahan Status


Pelepasan produksi urine Kesehatan Ansietas
Ansietas
Mediator seni
(Bradikinin,
serotonin, Retensi Urin Kurang terpajan
Histamin) Informasi

Nyeri
Nyeri Akut Gangguan
Gangguan Eliminasi
Eliminasi Misintrepretasi
urine
urine

Defisiensi
Defisiensi
pengetahuan
pengetahuan
1.7 PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu
diharapkan dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum,
dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsi) Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa
melalui tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-
fragmen kecil dengan menggunakan gelombang kejut sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. Terdapat 3 teknik yang digunakan untuk
membangkitkan gelombang kejut, yaitu elektrohidrolik, pizoelektrik dan
energi elektromagnetik.
 
1) Energi elektrohidrolik. Teknik ini paling sering digunakan untuk
membangkitkan gelombang kejut. Pengisian arus listrik voltase tinggi terjadi
melintasi sebuah elektroda spark-gap yang terletak dalam kontainer berisi air.
Pengisian ini menghasilkan gelembung uap, yang membesar dan kemudian
pecah, membangkitkan gelombang energi bertekanan tinggi.
2) Energi pizoelektrik. Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik atau
kristal  pizo dirangsang dengan denyut listrik energi tinggi. Ini menyebabkan
vibrasi atau  perpindahan cepat dari kristal sehingga menghasilkan gelombang
kejut.
3) Energi elektromagnetik. Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet pada
silinder berisi air. Lapangan magnetik menyebabkan membran metalik di
dekatnya bergetar sehingga menyebabkan pergerakan cepat dari membran
yang menghasilkan gelombang kejut.
Indikasi:
- Ukuran batu antara 1-3 cm atau 5-10 mm dengan gejala yang mengganggu
- Lokasi batu di ginjal atau ureter
- Tidak adanya obstruksi ginjal distal dari batu
- Kondisi kesehatan pasien memenuhi syarat
Kontraindikasi Absolut: Kontraindikasinya adalah infeksi saluran kemih akut,
gangguan perdarahan yang tidak terkoreksi, kehamilan, sepsis serta obstruksi
batu distal. Kontraindikasi Relatif:
- Status mental : Meliputi kemampuan untuk kerja sama dan mengerti
prosedur
- Berat badan : >150 kg tidak memungkinkan gelombang kejut mencapai
batu, karena jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi lothotriptor. Pada
penderita seperti ini sebaiknya dilakukan simulasi lithotriptor terlebih
dahulu
- Penderita dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan
atau malformasi ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami
kesulitan dalam pengaturan posisi yanng sesuai untuk ESWL. Selain itu,
abnormalitas drainase intrarenal dapat menghambat pengeluaran fragmen
yang dihasilkan oleh eSwl
- Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat diatasi
dengan anastesi
- Pasien dengan pacemaker (alat pacu jantung) aman diterapi dengan
ESWL, tetapi dengan perhatian dan pertimbangan khusus.
- Pasien dengan riwayat hipertensi, karena telah ditemukan peningkatan
insidens hematom perirenal pasca terapi.
- Pasien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami
eksaserbasi  pasca terapi walaupun jarang terjadi
Persiapan sebelum ESWL:
- harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium baik darah
maupun urin untuk melihat fungsi ginjal, jenis batu, dan kesiapan fisik
pasien
- Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau USG untuk
menentukan lokasi batu dan kemungkinan jenisnya.
- meminum antibiotik untuk mencegah infeksi dan puasa minimal 4 jam
sebelumnya.
- hidrasi yang baik untuk memperlancar keluarnya batu yaitu minimal 2
liter air sehari.
c. Endourologi Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan  batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu
dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi
gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan endourologi
antara lain:
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang
berada di saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu.
2) Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan
alat  pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : memasukkan alat ureteroskopi per
uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi
atau uretero-renoskopi ini.
4) Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
dengan keranjang Dormia.
 
d. Bedah Laparoskopi Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran
kemih saat ini sedang  berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk
mengambil batu ureter.
 
1.8 KOMPLIKASI
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak
diatasi, atau obstruksi  pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan
dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua
ginjal terserang.
c. Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan
tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid.
d. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi
hidronefrosis dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang
berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua
ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal yang sama dapat
juga terjadi akibat  batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut
membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium
ureter. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila
obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan
terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter (Corwin, 2009).
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis tergantung pada ukuran, lokasi,
dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672). a.
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan
kondisi sebelumnya.  
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat
dan kemerahan, pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica
urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi
atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
f. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
g. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK,
paratiroidisme, hipertensi,  pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium
bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid,  pemasukan berlebihan kalsium dan
vitamin h.
h. Pemeriksaan diagnostik Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey
biokimia, foto Rontgen, IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Nyeri akut
b. Gangguan Eliminasi Urin
c. Defisit pengetahuan
d. Ansietas
2.3 INTERVENSI
a. Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam skala
nyeri pasien menurun

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

Nyeri akut NOC NIC


Batasan Karakteristik :        Pain Level, Pain Management
       Perubahan selera makan        Pain control       -  Lakukan pengkajian nyeri secara
       Perubahan tekanan darah        Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
       Perubahan frekwensi karakteristik, durasi frekuensi,
jantung Kriteria Hasil : kualitas dan faktor presipitasi
       Perubahan frekwensi        Mampu mengontrol nyeri        - Observasi reaksi nonverbal dan
pernapasan (tahu penyebab nyeri, ketidaknyamanan
       Laporan isyarat mampu menggunakan        - Gunakan teknik komunikasi
       Diaforesis tehnik nonfarmakologi terapeutik untuk mengetahui
       Perilaku distraksi untuk mengurangi nyeri, pengalaman nyeri pasie
mencari bantuan)       -  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

       Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi


berkurang dengan        - Ajarkan tentang teknik non

menggunakan manajemen farmakologi


nyeri        - Berikan anaIgetik untuk

       Mampu mengenali nyeri mengurangi nyeri


(skala, intensitas, frekuensi Analgesic Administration
dan tanda nyeri)        Tentukan lokasi, karakteristik,

       Menyatakan rasa nyaman kualitas, dan derajat nyeri


setelah nyeri berkurang sebelum pemberian obat
       Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
       Cek riwayat alergi
       Pilih analgesik yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih dari satu
       Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
       Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
       
b. Defisit Pengetahuan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervesi Keperawatan


Hasil

Defisiensi pengetahuan NOC : NIC :


Batasan karakteristik : -     Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
-     Memverbalisasikan adanya process -    - Berikan penilaian tentang
masalah -     Kowledge : health tingkat pengetahuan pasien
-     Ketidakakuratan mengikuti Behavior tentang proses penyakit yang
instruksi Kriteria Hasil : spesifik
-     Perilaku tidak sesuai. -   Pasien dan keluarga-   - Jelaskan patofisiologi dari
Faktor yang berhubungan : menyatakan pemahaman penyakit dan bagaimana hal
-     Keterbatasan kognitif tentang penyakit, ini berhubungan dengan
-     Interpretasi terhadap informasi kondisi, prognosis dan anatomi dan fisiologi, dengan
yang salah program pengobatan cara yang tepat.
-     Kurangnya keinginan untuk-     Pasien dan keluarga-     - Gambarkan tanda dan gejala
mencari informasi mampu melaksanakan yang biasa muncul pada
-     Tidak mengetahui sumber- prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara yang
sumber informasi. secara benar tepat
-     Pasien dan keluarga -     - Gambarkan proses penyakit,
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang-    -  Identifikasi kemungkinan
dijelaskan perawat/tim penyebab, dengna cara yang
kesehatan lainnya tepat
-    -  Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
-     - Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
-   - Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
-   - Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
c. Gangguan Eliminasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
gangguan eliminasi pasien dapat teratasi

Gangguan eliminasi urin NOC NIC


Definisi : Disfungsi pada        Urinary elimination Urinary Retention Care
eliminasi urine        Urinary Contiunence        - Lakukan penilaian kemih
yang komprehensif berfokus
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : pada inkontinensia (misalnya,
       Disuria        Kandung kemih kosong output urin, pola berkemih
       Sering berkemih secara penuh kemih, fungsi kognitif, dan
       Anyang-anyangan        Tidak ada residu urine > 100- masalah kencing praeksisten)
       Inkontinensia 200 cc        - Memantau penggunaan obat

       Nokturia        Intake cairan dalam rentang dengan sifat antikolinergik


       Retensi normal atau properti alpha agonis
       Dorongan        Bebas dari ISK        - Memonitor efek dari obat-

       Tidak ada spasme bladder obatan yang diresepkan,


Faktor Yang Berhubungan :        Balance cairan seimbang seperti calcium channel
       Obstruksi anatomic blockers dan antikolinergik
       Penyebab multiple        - Merangsang refleks kandung

       Gangguan sensori motorik kemih dengan menerapkan


       lnfeksi saluran kemih dingin untuk perut, membelai
tinggi batin, atau air
       - Menyediakan manuver
Crede, yang diperlukan
       Gunakan double-void teknik
       - Masukkan kateter kemih,
sesuai
       - Memantau asupan dan
keluaran
       Memasukkan pipa ke dalam
lubang tubuh untuk sisa
       - Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC
Susanne, C Smel zer. 2011. Keperawatan Medikal Bedah (Brunner
&Suddart) , Edisi VIII, Volume 2, Jakarta, EGC
Pramod PR, Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2009. Initial experience with
endoscopic Holmium laser lithotripsy for pediatric urolithiasis. J Urol
162:1714-1716.
Wehle MJ, Segura JW. In : Belman AB., Eds. 2002. Clinical pediatric
urology. Martin Dunitz.:1241.
Basuki B. Purnomo. 2012. Dasar-Dasar Urologi. Malang, Fakultas
kedokteran Brawijaya
Franzoni DF, Decter RM. 2009. Percutaneous vesicolithotomy: an
alternative to open bladder surgery in patients with an impassable or
surgically ablated urethra. J Urol;162:777-778.
Doenges E. Marilynn. 2014 Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta.
EGC

Anda mungkin juga menyukai