Anda di halaman 1dari 6

Nama: Amellia Zahratunisa

NIM: P07120119007

Mata Kuliah: Farmakologi

Dosen: M. Rasyid,S.Kep.,Ns.,M.Ph.

ANALGETIK NARKOTIK

Analgetik adalah suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri. Nyeri timbul akibat oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan
mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu
pelepasan mediator nyeri seperti bradikinin dan prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi
reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak. Secara umum analgetik dibagi dalam dua
golongan, yaitu analgetik non narkotik dan analgetik narkotik (opioid).

Analgetik narkotik merupakan turunan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver


somiferum atau dari senyawa sintetik. Analgetik ini digunakan untuk meredakan nyeri sedang
sampai hebat dan nyeri yang bersumber dari prgan viseral. Penggunaan berulang dan tidak sesuai
aturan dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi ialah adanya penurunan efek,
sehingga untuk mendapatkan efek seperti semula perlu peningkatan dosis. Krena dapat
menimbulkan ketergantungan, obat golongan ini diawasi secara ketat dan hanya untuk nyeri
yang tidak dapat diredakan oleh AINS.

Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara
selektif. Digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit
yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi, dan kolik usus
atau ginjal. Analgetik narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama
dengan atropin, untuk mengontrol sekresi.
Berdasarkan struktur kimianya, analgetik narkotik dibagi menjadi 4 kelompok.

1. Morfin
Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek analgetik yang lebih rendah
daripada morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan
kecanduan. Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi
daripada morfin, sehingga sering disalahgunakan. Heroin menyebabkan kecanduan dan
digolongkan ke dalam obat terlarang.
- Indikasi:
Morfin dan opioid lain terutama diindikasikan untuk meredakan atau menghilangkan
nyeri hebat yang tidak dapat diobati dengan analgesik non-opioid. Apabila nyerinya
makin besar dosis yang diperlukan juga semakin besar. Morfin sering digunakan
untuk meredakan nyeri yang timbul pada infark miokard, neoplasma, kolik renal atau
kolik empedu, oklusi akut pembuluh darah perifer, pulmonal atau koroner,
perikarditis akut, pleuritis dan pneumotorak spontan, nyeri akibat trauma misalnya
luka bakar, fraktur dan nyeri pasca bedah.
- Manfaat:
Untuk mengatasi rasa sakit dengan intensitas sedang hingga parah, seperti nyeri pada
kanker atau serangan jantung. Untuk mengatasi nyeri, morfin dapat dikonsumsi
sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan obat pereda nyeri lainnya.
- Dosis:
Morfin tersedia dalam tablet, injeksi, supositoria. Morfin oral dalam bentuk larutan
diberikan teratur dalam tiap 4 jam. Dosis anjuran untuk menghilangkan atau
mengurangi nyeri sedang adalah 0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa
1-2 mg intravena dan dapat diulang sesuai yang diperlukan.
- Efek samping:
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi
pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi
kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, hipotensi, mengantuk, gatal,
berkeringat, ruam dan kulit kemerahan, pusing dan sakit kepala, mual dan muntah,
konstipasi, sulit buang air kecil, gangguan tidur, mulut terasa kering, perubahan
suasana hati.
- Kontraindikasi
Hipersensitivitas, Ileus paralitik, Diare dimediasi toksik, Depresi pernafasan, asma
bronkial akut atau berat, obstruksi jalan napas atas, Dalam waktu 2 minggu menjalani
terapi dari inhibitor monoamine oxidase (MAOI), Obstruksi saluran pencernaan (rilis
diperpanjang), Hiperkarbia (tablet atau larutan rilis cepat), Obstruksi jalan napas
bagian atas (epidural/intratekal), Kegagalan dengar karena penyakit paru-paru kronis,
cedera kepala, tumor otak, delirium, tremens, gangguan kejang, antisipasi selama
persalinan saat kelahiran, prematur (formulasi injeksi), Aritmia jantung, peningkatan
intrakranial atau tekanan serebrospinal, alkoholisme akut, penggunaan setelah operasi
saluran, empedu, anastomosis bedah (supositoria formulcation).

2. Maperidin (petidin)
Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan
kodein,
- Indikasi:
Mefridin hanya digunakan untuk menimbulkan analgesia pada beberapa keadaan
klinis seperti tindakan diagnostic sistoskopi, pielografiretrograd dan gastroskopi.
Mefiridin digunakan jagu untuk menimbulkan analgesia obstetric dan sebagai obat
praanastetik.
- Manfaat:
Untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik seperti
morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan.
- Dosis:
Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50
mg/ml, 75 mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml. Sebagian besar pasien
tertolong dengan dosis parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-1,8 mg/kg
BB.4, 6.
- Efek samping:
Pusing, berkeringat, euporia, mulut kering, mual, muntah, perasaan lemah, gangguan
penglihatan, palpitasi, disforia, sinkop, dan sedasi.
- Kontraindikasi
Kejadian yang timbul dapat berupa koma, depresi napas berat, sianosis, hipotensi dan
sindrom overdosis narkotik. Dapat menimbulkan gejala eksitasi, kejang, takikardia,
hiperpireksia dan hipertensi.

3. Metadon
Contoh: Metadon. Metadon mempunyai aktivitas analgetik 2 kali morfin dan 10 kali
petidin.
- Indikasi:
Jenis nyeri yang dapat dipengaruhi oleh metadon sama dengan jenis nyeri yang dapat
dipengaruhi morfin. Metadon merupakan antitusif yang baik, tetapi kemungkinan
timbulnya adiksi pada metadon jauh lebih besar dari pada kodein. Methadone
termasuk golongan analgesik opioid (narkotika). Obat ini bekerja pada sistem
saraf untuk menghilangkan rasa sakit.
- Manfaat:
Digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dari sedang sampai parah seperti
pasca operasi. Obat ini juga digunakan untuk mengobati kecanduan terhadap
heroin.
- Dosis:
Pada dewasa dan anak. Dosis dewasa sebesar 2.5-10 mg, 3-4 kali per hari. Dosis anak
sebesar 0.7 mg/kg/hari, 4-6 kali per hari, maksimal 10 mg/dosis. Untuk penggunaan
jangka panjang, dosis dibatasi hanya 2 kali per hari.
- Efek samping:
Menyebabkan perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu, berkerigat,
pruritus, mual dan muntah.
- Kontraindikasi:
Kontraindikasi methadone di antaranya bila pasien menderita depresi pernapasan akut
atau asma bronkial akut.
4. Fentanyl
Turunan fenilpiperidin ini merupakan agonis opioid poten. Sebagai suatu analgesik,
fentanil 75-125 kali lebih poten dibandingkan dengan morfin.
- Indikasi:
Efek depresinya lebih lama dibandingkan efek analgesinya. hanya dipergunakan
untuk anastesia pembedahan dan tidak untuk pasca bedah. Juga digunakan untuk
induksi anastesia dan pemeliharaan anastesia dengan kombinasi bensodioazepam dan
inhalasi dosis rendah, pada bedah jantung.
- Manfaat:
Digunakan untuk meredakan rasa sakit yang hebat. juga digunakan sebagai salah satu
obat bius ketika pasien akan menjalani operasi.
- Dosis:
Analgesia: 1-2 mcg/kg IV bolus atau 25-100 mcg/dosis jika perlu atau 1-2
mcg/kg/jam dengan infus IV kontinu atau 25-200 mcg/jam. Nyeri berat: 50-100
mcg/dosis IV/IM setiap 1-2 jam jika perlu (pasien denga paparan opioid sebelum
dapat mentolerir dosis awal yang lebih tinggi). Pasien di bawah pengaruh anestesi
(PCA): 10 mcg/mL IV (konsentrasi biasa); permintaan dosis 20 mcg dengan interval
waktu dan laju dasar 5-10 menit dari >50 mcg/jam.
- Efek samping:
- Efek yang tidak disukai ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat
dicegah dengan pelumpuh otot. Dosis besar dapat mencegah peningkatan kadar gula,
katekolamin plasma, ADH, renin, aldosteron dan kortisol. 
- Kontraindikasi:
Kontraindikasi dan peringatan terhadap pemberian opioid terutama pada pasien yang
tidak toleran terhadap opioid serta pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap
fentanil. Peringatan untuk pemberian fentanil diperhatikan karena dapat
menyebabkan adiksi, dan penyalahgunaan dari obat tersebut. 
Soal:

1. Apa saja interaksi yang mungkin terjadi jika menggunaan codein bersamaan
dengan obat-obatan tersebut?
Jawab:

Menimbulkan efek samping yang berpotensi fatal jika dikonsumsi bersama dengan obat
penghambat enzim monoamine oxidase inhibitor (MAOI). Meningkatkan efek samping
depresi sistem pernapasan jika digunakan dengan obat-obatan anestesi
dan antihistamin.Meningkatkan kadar codein dalam darah jika dikonsumsi bersama
cimetidine. Meningkatkan risiko terjadinya konstipasi, jika dikonsumsi bersama obat
golongan antikolinergik dan antidiare. Memiliki efek berlawanan jika codein dikonsumsi
bersama domperidone, dan metoclopramide.

2. Dosis dan aturan pakai dopamin?


Dosis awal penggunaan dopamin adalah 2-5 mcg/kgBB per menit, melalui infus. Dosis
dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 5-10 mcg/kgBB per menit. Dopamin tersedia
dalam bentuk cairan suntik. Pemberiannya dilakukan melalui infus. Dokter akan
memantau pernapasan, tekanan darah, kadar oksigen, dan fungsi ginjal pasien, selama
dopamin diberikan.

Anda mungkin juga menyukai