Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN “GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR”

DI RUANG AIRLANGGA RSUD KANJURUHAN

KEPANJEN

Oleh :
Ellan Kukuh Nurdiansyah
(2030010)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan
emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi
istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti
menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan
untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu
keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan,
bahkan menjengkelkan (Ardani, 2013).
Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Tidur merupakan
suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat,
tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-
sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu
organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan biokimiawi tubuh. Dengan kata lain, tidur merupakan
suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan
penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus
yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang minimum,
memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses
fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau
sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.
Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi
diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan
mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary,
kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur,
sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular yang penting.
Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan
fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM
tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk
memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang
fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet
berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot
menyimpan energi kimia untuk proses seluler (Potter dkk, 2014).

Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Umur Tingkat Jumlah Kebutuhan


Perkembangan Tidur
0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari
1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan -3 Masa anak 11-12 jam/hari
tahun
3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari
40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Epidemiologi
Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di
provinsi Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di
malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia.
Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16
tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja
menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan usia
median timbulnya insomnia adalah 11 tahun.Penelitian Halbower dan
Marcus yang menyatakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan
pada remaja adalah insomnia

3. Etiologi

Menurut (Ardiansyah, 2013) ada beberapa faktor yang dapat


mempengaruhi tidur :

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas


tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur
dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut
ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
tidur, antara lain :
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur
dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri,
maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan
baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit
yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang
disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa
berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan
banyak tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang
membuat penderitanya kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur.
Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem pernapasan.
Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak
mungkin dapat istirahat dan tidur.
b. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat
mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang
tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan
hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.
c. Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan
kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola
keamanan seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan
menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan
karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV
NREM dan REM.
d. Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat
yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat
diuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang
dapat menekan REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf
simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan
beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan
narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu
tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena
dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil
pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga
memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur
f. Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur.
4. Patofisiologi
Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan
dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu
aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem
tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat,
termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan
kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas
pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem
(RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu,
RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri,
dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri
termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat
pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan
batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR),
sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang
diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem
batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah
RAS dan BSR.
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses
fisiologis, yaitu:
- Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
- Dilatasi pembuluh darah perifer
- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus
gastrointestinal
- Relaksasi otot-otot rangka
- Basal matabolsme rate menurun 10-30%
5. Patway
6. Klasifikasi
Berdasarkan prosesnya, menurut (Rizema, 2011) terdapat dua
jenis tidur, pertama jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya
kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut
disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya
sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM).
Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat
abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan
secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur
paradox atau rapid eye movement (REM).
a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan
tidur yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak.
Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur
dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam
keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas
menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan
metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM tampak
melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang
otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut yaitu ;
kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi
tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat
diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi
perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang
bervoltase rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan
gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.
Tahapan tidur jenis NREM :
• Tahap I
Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan
ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke
samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat
bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.
• Tahap II
Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya
menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta
berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
• Tahap III
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi,
frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini
disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga
sulit dibangunkan.
• Tahap IV
Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun
dan tonus otot menurun.
b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur
malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit.
Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi
seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan
jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :
• Biasanya disertai dengan mimpi aktif
• Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM
• Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan
inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
• Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
• Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur
• Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,
tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster
meningkat, dan metabolism meningkat
• Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan


menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

• Cenderung hiperaktif
• Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi
• Nafsu makan bertambah
• Bingung dan curiga

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 1997)

Jenis-jenis gangguan tidur :

a. Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan
individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur
sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
inisial insomnia. intermiten insomnia dan terminal insomnia. Inisial
insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau
memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap
tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal
insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah
bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan
besar disebakan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.
b. Hipersomia
Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur
berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari,
yang disebabkan oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi,
cemas, gangguan sususnan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dan
gangguan metabolisme.
c. Parasomia
Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat
menyebabkan gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang
banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur
NREM.
d. Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada
waktu tidur. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan
enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada
waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan tidur NREM.
Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
e. Somnambulisme
Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat
kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi
motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur,
menabrak kursi, termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit
kemudian kembali tidur.
f. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh
keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa
narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia
dapat tertidur pada saat dimana serangan tidur tersebut datang.
g. Night terrors
Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada
anak-anak. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga
dan berteriak, pucat, dan ketakutan.
h. Mendengkur
Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap
pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak
dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan
mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada
lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar
jika dilewati udara pernapasan.

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan
tidur yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994),
yaitu :
a. Disomnia
Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang
berbeda dan dibagi lagi menjadi tiga kelompok besar, diantaranya :
• Gangguan tidur intrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan
mempertahankan tidur, yaitu berbagai bentuk insomnia dan
gangguan rasa kantuk yang berlebihan seperti narkolepsi dan
apnea tidur obstruktif
• Gangguan tidur ekstrinsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal,
yang jika dihilangkan menyebabkan hilangnya gangguan tidur.
• Gangguan irama sirkadian sewaktu tidur dapat terjadi karena
ketidaksejajaran antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh
individu atau norma sosial.
b. Parasomnia
Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat
tidur diantaranya gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama
transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.
c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan
psikiatrik
Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan
gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi
gangguan tidur yang yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik,
atau gangguan medis lainnya.

d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan


Merupakan gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi
yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut.

7. Gejala Klinis
Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan
prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri
sendiri atau orang lain.
Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :
- Biasanya disertai dengan mimpi aktif
- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak
NREM
- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema
pengaktivasi retikularis
- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak
teratur
- Mata cepat tertutup dan terbuka

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar
mata, mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah
terlihat kusut dan lelah
b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun,
bicara lambat, postur tubuh tidak stabil

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien
di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik
sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan
bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.

10. Diagnosis
a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer
oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi,
nyeri pada kaki, lingkungan yang mengganggu.
b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti
nafas saat tidur.
c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.
11. Penanganan
Adapun Penanganan dibagi menjadi 2 tahap menurut (Sudaryanto,
2014) yaitu :
a. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan
karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek
ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress


yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak
membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan
pernapasan, mengatasi stress dengan aroma terapi, peningkatan
spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan


nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan
tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita


mengikuti irama sirkardian proses tidur normal penderita. Jadi
penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress


berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini
dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri
- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari


rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan
waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai
dan gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-


obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh
dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan
untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

- Golongan obat hipnotik


- Golongan obat antidepresan
- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin
- Golongan obat antihistamin.

Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain


yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat
dibantu dengan pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway
pressure) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas
pernapasan.Pada Restless Leg Syndrome kita harus mencari penyakit
dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang adekuat.

12. Komplikasi
a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan
berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan
sebagainya.
b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi,
dan sebagainya.
c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti
susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa
menikmati hubungan sosial dan keluarga.
d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki
angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam
semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang
menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup
atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan
sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia
memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami
kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan, suku
bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis, sumber biaya, hubungan antara
pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Perawat memfokuskan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
1) Apa yang dirasakan klien
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak kapan dirasakan
3) Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
4) Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah
berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan
penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi
ini tidak dikeluhkan.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada
tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.
Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau penyakit
keturunan.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama kali
atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
3. Kebutuhan Biopsikososial Spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
4. Data Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit,
warna kulit.
b. Gejala Kardial
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung,
mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan ekstermitas.

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam


memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
5. Data Pemeriksaan Penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
6. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai
taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia b.d kesulitan untuk mengawali tidur
2. Gangguan pola tidur b.d sering terbangun saat tidur

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil


No Diagnosa Intervensi (SIKI)
(SLKI)
1 Insomnia Setelah dilakukan asuhan 1. Peningkatan Koping :
b.d keperawatan selama... x 24 Membantu pasien untuk
kesulitan jam diharapkan pasien tidak beradaptasi dengan
untuk mengalami insomnia dengan persepsi, stressor,
mengawali kriteria hasil : perubahan atau ancaman
tidur 1. Jumlah jam tidur yang mengganggu
(sedikitnya 5 jam per 24 pemenuhan tuntutan dan
jam untuk orang dewasa. peran hidup.
2. Pola, kualitas dan 2. Manajemen Lingkungan
rutinitas tidur. Kenyamanan:
3. Perasaan segar setelah Memanipulasi
tidur. lingkungan sekitar pasien
4. Terbangun di waktu yang untuk meningkatkan
sesuai. kenyamanan yang
optimal.
3. Peningkatan Tidur :
Memfasilitasi siklus
tidur-terjaga yang teratur.

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Determinasi efek-efek


Pola Tidur keperawatan selama... x 24 medikasi terhadap pola
b.d sering jam diharapkan px tidak tidur.
terbangun terganggu saat tidur dengan 2. Jelaskan pentingnya tidur
saat tidur kriteria hasil : yang adekuat.
1. Jumlah jam tidur dalam 3. Fasilitas untuk
batas normal 6-8 jam/hari. mempertahankan
2. Pola tidur, kualitas dalam aktivitas sebelum tidur
batas normal. (membaca).
3. Perasaan segar sesudah 4. Ciptakan lingkungan
tidur atau istirahat. yang nyaman.
4. Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi pemberian
hal-hal yang obat tidur.
meningkatkan tidur. 6. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga tentang
teknik tidur pasien.
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur pasien.
8. Monitor waktu makan
dan minum dengan waktu
tidur.
9. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari
dan jam.
4. Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi

5. Evaluasi
1. Aktivitas istirahat tidur membaik
2. Insomnia menurun
3. Tidak kesulitan mengawali tidur
4. Tidak sering bangun saat tidur
Daftar Pustaka

Ardani, 2013. Faktor-Faktor yang mempengaruhi gangguan tidur (Insomnia) pada


lansia di Panti Sosial Tresna Wherda Wana Seraya Denpasar Bali.

Ardiansyah, 2013. Penderita Insomnia Tergolong Cukup Besar,


http://www.insomnia, diakses tanggal 14 Maret 2015.

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2014. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku
3. Jakarta: Salemba Medika

Rizema, 2011. Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas, Yogyakarta :
Buku Biru.

Saputra, 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Yogyakarta : Numed

Sofiana, 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan


Insomnia Pada Lansia di Panti Werda Harapan Ibu Ngalian Semarang

Sudaryanto, 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya insomnia


pada lanjut usia di Desa Gayam Kecamatan Sukoharjo Kabupaten
Sukoharjo.

Suhartini, 2010. Pola Tidur Lanjut Usia, Yogyakarta : Nusa Medika Wulandari,
2011. Cara Jitu Mengatasi Insomnia, Yogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai