Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

An. A DENGAN KASUS BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG IRNA 1
RSU MITRA DELIMA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Studi Klinik


Departemen Keperawatan Anak

Disusun Oleh
EKA MAULITA C
(2130009)

PROGRAM STUDI PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Bronkopneumonia
adalah radang pada paru-paru yang menggambarkan pneumonia yang mempunyai
penyebaran berbercak, teratur, dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam
bronki dan meluas ke parenkim paru(Wijayaningsih, 2013). Bronkopneumonia adalah
suatu peradangan pada parenkim paru dimana peradangan tidak saja pada jaringan
paru tetapi juga pada bronkioli (Ringel, 2012).

B. ETIOLOGI
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
(Nurarif dan Kusuma, 2015)

C. PATOFISIOLOGI
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan
yang ada di nasofaring dan orofaring, perluasan langsung dari tempat lain dan
penyebaran secara hematogen.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke
paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bronkhopneumonia dalam
perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama).
Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru
yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan mediator peradangan dari sel
mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan prostagladin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen bekerjasama dengan histamin dan
prostagladin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya).
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara,
warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit dan
kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari).
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu
terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan
leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif.
4. Stadium resolusi (7-11 hari).
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat berkurang.
Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan
degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Proses kerusakan yang
terjadi dapat di batasi dengan pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem
bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal
2. Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
3. Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
4. Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
5. Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa
hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
6. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
7. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan
PMN
8. Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial dan
infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia

Virus, Bakteri, Jamur, dan Benda Asing

Infeksi saluran pernafasan atas

Kuman berlebih Kuman terbawa Infeksi saluran


di Bronkus ke saluran cerna nafas bawah

Proses Infeksi saluran Dilatasi


Peradangan pencernaan embuluh darah

Akumulasi Peningkatan
Eksudat masuk
secret di flora normal di
ke alveoli
Bonkus usus

Bersihan jalan Peninkatan Gangguan


Mucus di peristaltik usus difusi gas
nafas tidak
Bronkus
efektif

Gangguan
Bau mulut tidak Suplai O2
Mal absorpsi pertukaran gas
sedaap menurun

E. POHON MASALAH

Anoreksia Diare Hiipoksia

Intake kurang Resiko ketidak Fatique


seimbangan
eletrolit
Ketidak
seimbangan Intoleransi
nutrisi kurang aktifitas
dari kebutuhan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi satu atau beberapa
lobus yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
3. Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kaardiopulmuner yang berhubungan
dengan oksigen.
4. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab dan obat yang cocok diberikan

G. KOMPLIKASI
Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka akan timbul
komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak tersebut,misalnya gangguan
pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura yang luas, syok dan
apnea rekuren.

H. PENATALAKSANAAN
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara
asuhan keperawatan dan medis
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
i. Medis
2. Farmakologis
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan
gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan
kuman penyebab.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta
diagnose medis (Muttaqin, 2008).

2. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda serta
gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam keluhan utama pada sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri
dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya, yang
dapat mendukung dengan masalah sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah
dirawat sebelumnya, dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat,
pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2008).

b. Riwayat kesehatan sekarang


Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada sistem pernapasan seperti menanyakan
riwayat penyakit sejak timbulnya keluhan hingga klien meminta pertolongan.Misalnya
sejak kapan keluhan bersihan jalan napas tidak efektifdirasakan, berapa lama dan
berapa kali keluhan tersebut terjadi. Setiap keluhan utama harus ditanyakan kepada
klien dengan sedetail-detailnya dan semua diterangkan pada riwayat kesehatan
sekarang (Muttaqin, 2008).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat kesehatan keluarga pada sistem pernapasan adalah hal yang
mendukung keluhan penderita, perlu dicari riwayat keluarga yang dapat memberikan
presdiposisi keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka waktu
lama, sputum berlebih dari generasi terdahulu (Muttaqin, 2008).
4. Aktivitas / istirahat
Akan timbul gejala seperti kelemahan, kelelahan, dan insomnia yang ditandai dengan
penurunan intoleransi terhadap aktivitas.
5. Sirkulasi
Memiliki riwayat gagal jantung serta ditandai dengan takikardi, tampak pucat.

6. Makanan / cairan
Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual / muntah serta ditandai
dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi bisingusus, kulit kering dan tugor kulit
buruk serta penampilan malnutrisi.

7. Kenyamanan
Akan timbul gejala seperti sakit kepala, nyeri dada meningkat disertai batuk, myalgia,
dan atralgia.

8. Keamanan
Memiliki riwayat gangguan system imun, mengalami demam yang ditandai dengan
berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan.

9. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu
dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas, untuk kesadaran tergantung
tingkat keparahan penyakit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan
darah hipertensi, nadi takikardi, respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangkal, dan
suhu tubuh hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala tidak ada kelainan, pemeriksaan
mata terdapat konjungtiva tampak anemis, pemeriksaan hidung jika pasien mengalami
sesak akan terdengar nafas cuping hidung. Pemeriksaan pada paru-paru saat infeksi
terlihat ada penggunaan otot bantu nafas. Palpasi di dapatkan adanya nyeri tekan,
paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena. Perkusi terdengar suara
pekak karena terjadi penumpukan cairan di alveoli. Dan saat dilakukan auskultasi
terdengarronki. Pada pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan jantung, maka
pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan. Pemeriksaan ekstremitas tampak
sianosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan
phatway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler (D.0003)
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan (D.0019)
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif (D.0034)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Perry, 2009).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi
dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu
1) Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan segra setelah
perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk membantu menilai
efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus
hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan
kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan from evaluasi. Ditulis
dalam catatan perawatan.

2) Evaluasi Sumatif (hasil)


Evaluasi sumatif adalah rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
Fokus evaluasi sumatif adalah perubahan prilaku atau setatus kesehatan klien pada
akhir asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan
secara paripurna.
Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah
teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah ditetapkan, dan
tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi : jika klien tidak menunjukan perubahan
dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.

S (subjektif)
Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia
O (objektif)
Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
A (analisis)
Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari data
subjektif dan data objektif.
P (perencanaan)
Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang
sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

Nama Mahasiswa : EKA MAULITA C Tempat Praktik : R. Mawar


NIM : 2130009

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No Reg : 12****
Usia : 1 Bulan Tanggal MRS : 20-10-2021
Nama orang tua : Tn. A Tanggal Pengkajian : 21- 10- 2021
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat : Gondanglegi
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMA
Diagnosa Medis : Broncho Pneumonia

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu klien mengatakan bahwa An. A mengalami sesak (+) sudah 2 hari

batuk (+), 3 hari mual/muntah (+) 1 hari yang lalu 2 kali isi susu warna putih.

b. Saat Pengkajian : Ibu klien mengatan An. A sesak (+), demam (-), mual/muntah (+) 2 x

berupa susu putih

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : Tidak terkaji
b. Natal : Tidak terkaji
c. Post Natal : Tidak terkaji

4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


a. Penyakit masa lalu : Ibu klien mengatakan
b. Riwayat dirawat di RS : Ibu klien mengatakan tidak pernah di rawat di RS
c. Riwayat pengobatan : Tidak terkaji
d. Riwayat tindakan Medis : Ibu mengatakan klien tidak pernah mendapatkan tindakan
medis
e. Riwayat alergi : Ibu mengatakan klien tidak punya alergi
f. Riwayat kecelakaan : Ibu mengatakan klien tidak pernah mengalami kecelakaan
g. Riwayat Imunisasi : Ibu mengatkan klien mendapat imnusasi BCG. Imunisasi
Hepatitis B, Imunisasi polio
h. Pola Asuh : Klien tinggal satu rumah dengan orang tua, yang mengasuh
klien adalah ibu dan ayahnya. Hubungan antar keluarga sangat
baik.
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu :
Motorik kasar :
a. Refleks Moro
Ibu klien mengatakan jika An. A dikagetkan atau mendengar suara keras maka akan
terjadi gerakan rangsangan tangan dan kaki agak di angkat. .
b. Refleks Rooting
Ibu klien mengatakan jika An. A di berikan usapan pada pipi maka klien akan memutar
kepala ke arah benda tersebut dan membuka mulutnya.
c. Refleks Mengisap (Sucking)
Ibu Klien mengatakan jika An. A diberikan sentuhan puting susu maka akan melakukan
gerakan menghisap.
d. Refleks Swallowing (Menelan)
Ibu Klien mengatakan setelah menyusui maka An. A akan menelan ASI tersebut
e. Refleks Berkedip
Ibu klien mengatakan jika An.A akan reflek berkedip ketika terkena sinar secara tiba –
tiba.
f. Refleks Pupil
Ibu klien mengatakan kalau An.A terkena sinar secara langsung maka pupul akan
terangsang.
g. Refleks Babinski
Inu klien mengatakan jika kaki An. A diberikan tekanan yang kuat maka jempol An. A
akan menghadap ke atas dan jari – jari lainnya menyebar.

Motorik halus : Tidak Terkaji


Sosialisasi : Tidak Terkaji
Bahasa : Tidak Terkaji

j. Genogram :
k.

Keterangan :
l. : Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu klien mengatakan tidak memepunyai riwayat penyakit seperti HT, DM, TBC dan penyakit
menular lainnya.

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR

Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS


1. Pola Nutrisi - ASI ekslusif tiap 2 jam - Diit gizi
1. Makanan sekali - Minum ASI (± 700 ml)
2. Cairan
2. Pola Eliminasi BAB 1-2 x sehari An. A sudah BAB 1 x kali
BAK 5-7 x sehari dan BAK 4 x sehari
selama di RS
3. Pola Istirahat & Tidur An. A biasanya tidur An. A biasanya tidur siang
siang 3 jam dan tidur 1 jam dan tidur malam 8
malam 10 jam jam
4. Personal hygiene Mandi 2x perkari Seka 2x sehari
5. Aktivitas - -
7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : lemah
b. Tanda-tanda Vital : GCS 456
Nadi : 147 x/mnt
SPO2 : 99 % nasal kanul 2Lpm
RR : 49 x/mnt
Suhu : 36,6 °c
BB :4,6 kg
c. Pemeriksaan Kepala : simetris, tidak ada luka atau benjolan pada kepala, rambut
hitam dan tebal

d. Pemeriksaan Leher : simetris, tidak ada bendungan vena jugularis


e. Pemeriksaan Thorax

1) Jantung : bentuk dada cembun


2) Paru : hyperpnoea hiperventilasi : napas cepat
Rhonchie whezing
- -
- -
- -

3) Mammae : Bentuk normal tidak ada kelainan


4) Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe

f. Pemeriksaan Abdomen : bising usus normal (12 x/mnt)


g. Pemeriksaan Ekstremitas :simetris, tidak ada polidaktili atau sindikatil
h. Pemeriksaan Genetalia : tidak ada kelainan
i. Pemeriksaan Integume : Warna kulit sawo matang

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI

Hematologi lengkap

Eritrosit 3.8 10^6/uL 3.5 – 5.5

Hemoglobin 11.9 g/Dl 13.4 – 17.7

Hematokrit 34.4 % 40 – 47

MCV 91 fL 82 – 92

MCH 31.4 Pg 27.0 – 31.0

MCHC 34.5 % 32.0 – 37.0

RDW-CV 11.3 % 11.0 – 17.0

RDW-SD 44.5

Trombosit 738,000 10/uL 150000 – 450000

Lekosit 8,250 Sel/uL 4.300 – 10.300

Hitung jenis

Neutrofil 17.6 % 40.0 – 73.0

Limfosit 71.4 % 15.0 – 45.0

Monosit 8.6 % 4.0 – 12.0

Eosinofil 0.5 % 0.5 – 7.0

Basophil 1.9 % 0.0 – 2.0

LIC 0.4 % 0.0 – 1.0

KIMIA KLINIK

Ureum 20

Keratinin 0.5

IMUNOSEROLOGI

Anti SARS-CoV-2 IgG/IgM

Anti SARS-CoV-2IgG Non reaktif NEGATIF

Anti SARS-CoV- 2 Non reaktif


IgM

b. Radiologi : Foto Thorak


Cor : Ukuran, bentuk dan posisi tampak normal
Aorta : Klasifikasi Aorta Knob (-), Elongatio (-), Dilatasi (-)
Pulmo : Tampak infiltrat di lapang atas paru kiri , sinus phrenicocostalis
kanan dan kiri: Tajam
Hemidiagpragma kana kiri :normal
Trachea : di tengah
Tulang-tulang : Intake
Kesimpulan : Pneumonia

9. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI


Motorik kasar : Anak tidak mampu mengangkat kepala
Motorik halus : Anak tidak mampu mengikuti kegaris tengah dan lewat garis tengah
Sosialisasi :Anak mampu menatap muka dan tiak dapat membalas senyuman
pemeriksan
Bahasa : Anak bisa bersuara
10. TERAPI
Obat/Infus Rute Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek samping
1 Ampialin IV 3x150mg  Infeksi saluran pernapasan. Tidak boleh diberikan kepada orang yang  Diare.
 Infeksi saluran pencernaan. hipersensitif terhadap Ampicillin dan  Ruam dan kemerahan pada kulit.
 Infeksi saluran kemih. antibiotik golongan penicillin lainnya.   Trombositopenia.
 Meningitis..  Eosinofilia.
 Otitis media.  Leukopenia.
 Infeksi Haemophillus influenza.  Agranulositosis.
 Salmonelosis.
 Endokarditis.

2 Lasix IV 2x2 mg Lasix digunakan untuk mengurangi kadar  Gagal ginjal akut.  Mual, muntah
garam yang lebih didalam tubuh dengan  Hipokalemia (kadar kalium yang  Anoreksia
cara dikeluarkan melalui urine, serta rendah dalam tubuh).  Iritasi mulut dan lambung
dapat digunakan untuk mengurangi  Hiperurikemia (peningkatan kadar  Diare, sembelit
pembengkakan yang terjadi pada asam urat).  Hipokalemia (kadar kalium yang
penyakit gagal jantung, penyakit hati dan rendah dalam tubuh)
penyakit kronis lainnya.  Hiperurikemia (peningkatan kadar
asam urat)
 Hiperglikemia (peningkatan kadar
gula darah)
 Gangguan pendengaran
 Pusing
 Sakit kepala
 Penglihatan kabur

3 Gentamicin IV 1x200mg Gentamicin adalah antibiotik untuk  Hindari pemberian pada pasien Efek Samping yang mungkin terjadi
mengobati septikemia dan sepsis pada dengan kontraindikasi Gentamicin. adalah gangguan vestibuler dan
neonatus, meningitis, infeksi bakteri pada  Aplikasi topikal ke dalam telinga pendengaran, nefrotoksisitas; dapat
kulit, mata dan telinga. untuk pasien yang diketahui atau menyebabkan terjadi iritasi dan melepuh
diduga perforasi gendang telinga. pada kulit (sediaan salep); pandangan kabur,
rasa yang tidak biasa seperti pahit, kecut
(sediaan tetes mata).
6 Nebul Uap Digunakan sebagai obat pereda asma,  Hipersensitif atau alergi.  Palpitasi (denyut jantung tidak
Velotin mulai dari yang ringan, sedang, hingga  Tidak digunakan untuk aborsi yang teratur), nyeri dada, denyut jantung
berat. Obat ini juga dapat digunakan terancam dan persalinan prematur. cepat, tremor terutama pada tangan,
untuk pencegahan serangan asma. kram otot, sakit kepala, dan gugup.
 Urtikaria atau biduran.
Selain itu, obat ventolin juga dapat  Angiodema (pembengkakan di
digunakan untuk menghilangkan bawah kulit).
bronkospasme pada asma bronkial,  Hipotensi.
bronkitis kronis, dan emfisema.  Hipokalemia dalam dosis tinggi.
11. KESIMPULAN
An. A dengan diagnosa Bonkopneumonia, selama MRS di IGD masih Sesak disertai batuk,
dan mual muntah

12. PERENCANAAN PULANG


a. Tujuan pulang : Sembuh
b. Transportasi pulang : Kendaraan pribadi
c. Dukungan keluarga : Orang tua dan keluarga
d. Antisipasi bantuan biaya setelah pulang :-
e. Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : ibu klien sudah di edukasi dalam perawatan
anak sesak yanh disertai batuk
f. Pengobatan : Kontrol Rutin
g. Rawat jalan ke : RSU Mitra DElima
h. Hal-hal yang perlu diperhatikan di rumah : Dijauhkan dari asap, terutama asap rokok
i. Keterangan lain :-
ANALISIS DATA

NO Data Pendukung Etiologi SDKI


DS : Ibu mengatakan klien sesak (+), Muntah Risiko
Mual/muntah (+) 2x berupa susu putih Ketidakseimbangan
- Elektrolit
DO :
- Klien tampak sesak (+)
- Klien tampak lemas

- TTV :

N : 147

S : 36,60
RR : 49 x/menit
PO2 99%

DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)

No. SDKI
1. (D.0037) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d Muntah

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. SDKI SLKI SIKI


1. (D.0037) Risiko Tujuan : - Observasi
Ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan a. Monitor status hidrasi
Elektrolit d.d keperawatan selama 2 x 24 jam b. Monitor BB harian
Muntah diharapkan c. Monitor hasil pemeriksaan
lab
(L.03020)Keseimbangan
- Terapeutik
Cairan meningkat a. Berikan asupan cairan
sesuai dg kebutuhan
KH : b. Berikan cairan intravena
1. Asupan Cairan (1-5) jika perlu
2. Haluaran urin (1-5) - Kolaborasi
3. Kelembapan Membran a. Kolaborasi pemberian
Mukosa (1-5) diuretik jika oerlu

Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal : 21 OKTOBER 2021
NO. SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI
1. (D.0037) Risiko - Observasi S:
a. Memonitor status hidrasi Ibu An. A
Ketidakseimbangan
mengatakan pasien
Elektrolit d.d b. Memonitor BB harian sesak, masih batuk
c. Memonitor hasil pemeriksaan lab dan lemah. Muntah
Muntah
- Terapeutik
(+) 2x berupa susu
putih. Ibu An. A
a. Memberikan asupan cairan sesuai mengatkan diet
dg kebutuhan minum susu 700ml
b. Memberikan cairan intravena jika
O:
perlu Pasien tampak
- Kolaborasi lemah, dan rewel
Nadi :110x/mnt
a. Berkolaborasi oemberian diuretik SPO2 : 91%
jika perlu RR : 43x/mnt
S : 36,5°c
BB: 4600 kg

1. Asupan Cairan
(4)
2. Haluaran urin
(4)
3. Kelembapan
Membran
Mukosa (4)

A : Masalah belum
teratasi

P : Lanjutkan
intervensi

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal : 22 OKTOBER 2021
NO. SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI
1. (D.0037) Risiko - Observasi EVALUASI
Ketidakseimbangan Memonitor status hidrasi S:
Memonitor BB harian Ibu An. A
Elektrolit d.d diare
mengatakan pasien
Memonitor hasil pemeriksaan lab
sesak berkurang,
- Terapeutik masih batuk (+),
Memberikan asupan cairan sesuai dg lemah (+) , Muntah
(-)
kebutuhan
Memberikan cairan intravena jika perlu O:
- Kolaborasi
Nadi :138x/mnt
SPO2 : 99%
Berkolaborasi oemberian diuretik jika RR : 43x/mnt
oerlu S : 36,5°c
BB: 4600 kg

1. Asupan Cairan
(5)
2. Haluaran urin (5)
3. Kelembapan
Membran
Mukosa (5)

A : Masalah teratasi

P : Hentikan
Intervensi

Anda mungkin juga menyukai