Disusun Oleh
EKA MAULITA C
(2130009)
B. ETIOLOGI
Secara umum bronkopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan
tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki
mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkopneumonia
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
1. Bakteri :Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
2. Virus :Legionella Pneumoniae
3. Jamur :Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
C. PATOFISIOLOGI
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan
yang ada di nasofaring dan orofaring, perluasan langsung dari tempat lain dan
penyebaran secara hematogen.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke
paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bronkhopneumonia dalam
perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama).
Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru
yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan mediator peradangan dari sel
mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan prostagladin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen bekerjasama dengan histamin dan
prostagladin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya).
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara,
warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus
didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit dan
kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari).
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu
terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan
leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif.
4. Stadium resolusi (7-11 hari).
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat berkurang.
Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan
degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Proses kerusakan yang
terjadi dapat di batasi dengan pemberian antibiotik sedini mungkin agar sistem
bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.
Akumulasi Peningkatan
Eksudat masuk
secret di flora normal di
ke alveoli
Bonkus usus
Gangguan
Bau mulut tidak Suplai O2
Mal absorpsi pertukaran gas
sedaap menurun
E. POHON MASALAH
G. KOMPLIKASI
Akibat penyakit ini tidak mendapat penanganan yang tepat maka akan timbul
komplikasi yang bisa membahayakan tubuh anak tersebut,misalnya gangguan
pertukaran gas, obstruksi jalan napas, gagal napas, efusi pleura yang luas, syok dan
apnea rekuren.
H. PENATALAKSANAAN
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien bronkopneumonia yaitu secara
asuhan keperawatan dan medis
1. Asuhan keperawatan
a. Melakukan fisioterapi dada atau mengajarkan batuk efektif pada anak yang
mengalami gangguan bersihan jalan nafas
b. Mengatur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ventilasi
c. Memberikan kompres untuk menurunkan demam
d. Pantau input dan output untuk memonitor balance cairan
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan ADLs
f. Monitor tanda-tanda vital
g. Kolaborasi pemberian O2
h. Memonitor status nutrisi dan berkolaborasi dengan ahli gizi
i. Medis
2. Farmakologis
Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, dan
gentamicin. Pemberian antibiotik ini berdasarkan usia, keaadan penderita, dan
kuman penyebab.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi, serta
diagnose medis (Muttaqin, 2008).
2. Keluhan utama
Keluhan utama pada gangguan sistem pernapasan, penting untuk mengenal tanda serta
gejala umum sistem pernapasan.Termasuk dalam keluhan utama pada sistem
pernapasan, yaitu batuk, batuk darah, produksi sputum berlebih, sesak napas, dan nyeri
dada. Keluhan utama pada bersihan jalan napas tidak efektif adalah batuk tidak efektif,
mengi, wheezing, atau ronkhi kering, sputum berlebih (Muttaqin, 2008).
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya, yang
dapat mendukung dengan masalah sistem pernapasan. Misalnya apakah klien pernah
dirawat sebelumnya, dengan sakit apa, apakah pernah mengalamisakit yang berat,
pengobatan yang pernah dijalanidan riwayat alergi (Muttaqin, 2008).
6. Makanan / cairan
Akan timbul gejala seperti kehilangan nafsu makan, mual / muntah serta ditandai
dengan distensi abdomen, hiperaktif bunyi bisingusus, kulit kering dan tugor kulit
buruk serta penampilan malnutrisi.
7. Kenyamanan
Akan timbul gejala seperti sakit kepala, nyeri dada meningkat disertai batuk, myalgia,
dan atralgia.
8. Keamanan
Memiliki riwayat gangguan system imun, mengalami demam yang ditandai dengan
berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan.
9. Pemeriksaan fisik
Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang biasanya muncul yaitu
dikeadaan umum pasien tampak lemah dan sesak nafas, untuk kesadaran tergantung
tingkat keparahan penyakit. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan
darah hipertensi, nadi takikardi, respirasi takipnea atau dispnea serta nafas dangkal, dan
suhu tubuh hipertermi. Pemeriksaan di bagian kepala tidak ada kelainan, pemeriksaan
mata terdapat konjungtiva tampak anemis, pemeriksaan hidung jika pasien mengalami
sesak akan terdengar nafas cuping hidung. Pemeriksaan pada paru-paru saat infeksi
terlihat ada penggunaan otot bantu nafas. Palpasi di dapatkan adanya nyeri tekan,
paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena. Perkusi terdengar suara
pekak karena terjadi penumpukan cairan di alveoli. Dan saat dilakukan auskultasi
terdengarronki. Pada pemeriksaan Jantung jika tidak ada kelainan jantung, maka
pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan. Pemeriksaan ekstremitas tampak
sianosis.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung aktual
maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien
individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim
Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan
phatway, diagnosa yang mungkin muncul yaitu
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler (D.0003)
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas (D.0005)
d. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna makanan (D.0019)
f. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056)
h. Resiko hipovolemia ditandai dengan kehilangan cairan secara aktif (D.0034)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di mana perawat memberikan
intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien (Perry, 2009).
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana
keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada
tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan
efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien,
kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia
perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi
dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
(Wilkinson.M.J, 2012).
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan
tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi keperawatan terbagi menjadi dua yaitu
1) Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil kualitas
pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi formatif harus dilaksanakan segra setelah
perencanaan keperawatan telah diimplementasikan untuk membantu menilai
efektivitas intervensi tersebut. Evaluasi formatif harus dilaksanakan terus menerus
hingga tujuan yang telah ditentukan tercapai. Metode pengumpulan data dalam
evaluasi formatif terdiri atas analisis rencana asuhan keperawatan, pertemuan
kelompok, wawancara, observasi klien, dan menggunakan from evaluasi. Ditulis
dalam catatan perawatan.
S (subjektif)
Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia
O (objektif)
Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh perawat.
A (analisis)
Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau dikaji dari data
subjektif dan data objektif.
P (perencanaan)
Perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang
sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. PPNI : Jakarta
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. PPNI : Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A No Reg : 12****
Usia : 1 Bulan Tanggal MRS : 20-10-2021
Nama orang tua : Tn. A Tanggal Pengkajian : 21- 10- 2021
Pekerjaan orang tua : Swasta
Alamat : Gondanglegi
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMA
Diagnosa Medis : Broncho Pneumonia
2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu klien mengatakan bahwa An. A mengalami sesak (+) sudah 2 hari
batuk (+), 3 hari mual/muntah (+) 1 hari yang lalu 2 kali isi susu warna putih.
b. Saat Pengkajian : Ibu klien mengatan An. A sesak (+), demam (-), mual/muntah (+) 2 x
j. Genogram :
k.
Keterangan :
l. : Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Pasien
------- : Tinggal serumah
: Garis pernikahan
: Garis keturunan
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
HEMATOLOGI
Hematologi lengkap
Hematokrit 34.4 % 40 – 47
MCV 91 fL 82 – 92
RDW-SD 44.5
Hitung jenis
KIMIA KLINIK
Ureum 20
Keratinin 0.5
IMUNOSEROLOGI
2 Lasix IV 2x2 mg Lasix digunakan untuk mengurangi kadar Gagal ginjal akut. Mual, muntah
garam yang lebih didalam tubuh dengan Hipokalemia (kadar kalium yang Anoreksia
cara dikeluarkan melalui urine, serta rendah dalam tubuh). Iritasi mulut dan lambung
dapat digunakan untuk mengurangi Hiperurikemia (peningkatan kadar Diare, sembelit
pembengkakan yang terjadi pada asam urat). Hipokalemia (kadar kalium yang
penyakit gagal jantung, penyakit hati dan rendah dalam tubuh)
penyakit kronis lainnya. Hiperurikemia (peningkatan kadar
asam urat)
Hiperglikemia (peningkatan kadar
gula darah)
Gangguan pendengaran
Pusing
Sakit kepala
Penglihatan kabur
3 Gentamicin IV 1x200mg Gentamicin adalah antibiotik untuk Hindari pemberian pada pasien Efek Samping yang mungkin terjadi
mengobati septikemia dan sepsis pada dengan kontraindikasi Gentamicin. adalah gangguan vestibuler dan
neonatus, meningitis, infeksi bakteri pada Aplikasi topikal ke dalam telinga pendengaran, nefrotoksisitas; dapat
kulit, mata dan telinga. untuk pasien yang diketahui atau menyebabkan terjadi iritasi dan melepuh
diduga perforasi gendang telinga. pada kulit (sediaan salep); pandangan kabur,
rasa yang tidak biasa seperti pahit, kecut
(sediaan tetes mata).
6 Nebul Uap Digunakan sebagai obat pereda asma, Hipersensitif atau alergi. Palpitasi (denyut jantung tidak
Velotin mulai dari yang ringan, sedang, hingga Tidak digunakan untuk aborsi yang teratur), nyeri dada, denyut jantung
berat. Obat ini juga dapat digunakan terancam dan persalinan prematur. cepat, tremor terutama pada tangan,
untuk pencegahan serangan asma. kram otot, sakit kepala, dan gugup.
Urtikaria atau biduran.
Selain itu, obat ventolin juga dapat Angiodema (pembengkakan di
digunakan untuk menghilangkan bawah kulit).
bronkospasme pada asma bronkial, Hipotensi.
bronkitis kronis, dan emfisema. Hipokalemia dalam dosis tinggi.
11. KESIMPULAN
An. A dengan diagnosa Bonkopneumonia, selama MRS di IGD masih Sesak disertai batuk,
dan mual muntah
No. SDKI
1. (D.0037) Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit d.d Muntah
INTERVENSI KEPERAWATAN
Keterangan :
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup menurun
5 : Menurun
1. Asupan Cairan
(4)
2. Haluaran urin
(4)
3. Kelembapan
Membran
Mukosa (4)
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
1. Asupan Cairan
(5)
2. Haluaran urin (5)
3. Kelembapan
Membran
Mukosa (5)
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
Intervensi