Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK


“HIPERTENSI”

Oleh :

MARIO ADI NUGROHO

NIM: 2030034

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS : PROGRAM PROFESI
STIKes KEPANJEN MALANG
2020
HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
Menurut Ariyanto (2011) hipertensi merupakan peningkatan tekanan
darah atau tensi diatas batas tertentu. Penyakit Hipertensi atau biasa disebut
penyakit darah tinggi merupakan keadaan dimana seseorang mengalamai
peningkatan tekanan darah diatas normal dimana tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan diastolic diatas 90 mmHg. Sedangkan normalnya tekanan darah
systolic hanya 110 mmHg dan diastolicnya 70-90 mmHg. Hipertensi
merupakan salah satu penyebab kematian dini pada masyarakat di dunia
penyakit ini juga dikategorikan sebagai The Silent Disease karena
keberadaanya sering kali tidak disadari oleh penderita karena tidak
menimbulkan keluhan-keluhan seperti penyakit lainya sampai terjadinya
komplikasi.
Tekanan darah tinggi yang diderita terus menerus tanpa mendapatkan
pengobatan dan penanganan akan menyebabkan jantung seseoang bekerja
extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada
pembuluh darah jantung, ginjal, mata dan lainya. Penyakit hipertensi ini
merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung.
(Susilo,2011) .

Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Tekanan
Klasifikasi
Sistolik/Diastolik
Tekanan Darah
(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi
140 - 159 atau 90 – 99
Stadium I
Hipertensi
> 160 atau > 100
Stadium II
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan
dua angka. Angka yang pertama menyatakan tekanan
sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah
keluar dari jantung. Angka yang kedua di sebut diastolic
yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir
masuk kembali ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi,
sedangkan tekanan diastolic diukur ketika jantung
mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama pentingnya
dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam
prakteknya, terutama buat orang yang sudah memasuki usia
di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika angka
diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

A. ETIOLOGI

Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan


yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari
adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya
dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik.
Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,
merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua
orang tua, maka kemungkinan menderita hipertensi menjadi
lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).
B. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan


relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan
asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf pusat
ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan
dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang
pada akhirnya menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal
serta mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan
aliran darah ke ginjal yang kemudian menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh
keturunan juga disebabkan oleh beberapa faktor seperti
peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi.
Peningkatan aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah
jantung menurun dan tekanan primer yang meningkat,
gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek
kardiovaskuler dan angiotensin menyebabkan
vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada
lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari
penuaan normal terhadap sistem kardiovaskuler meliputi
perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan
elastisitas pembuluh darah menurun sesuai umur.
Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan
peningkatan resistensi vaskuler perifer, yang kemudian
tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang juga
berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang
akan mengakibatkan penimbunan kolesterol sehingga
menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan
karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk
ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan tekanan darah tinggi. Konsumsi alkohol
berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan
meningkatkan sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat. Jika penyebabnya adalah
feokromositoma, maka didalam urine bisa ditemukan
adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan
norepinefrin (Nugroho, W.(2010).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan
relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada
medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

C. MANIFESTASI
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Kelelahan , letih
3. Nafas pendek
4. Sakit kepala, pusing
5. Mual, muntah
6. Gemetar
7. Nadi cepat setelah aktivitas
8. Sulit bernafas saat aktivitas
9. Gangguan penglihatan
10. Sering marah
11. Mimisan
12. Kaku pada leher atau bahu
D. KLASIFIKASI
Menurut Kristanti (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi dikenal
dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan hipetensi
secondary.
1) Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor
lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan
pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula
seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi
sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-
orang yang kurang olahraga pun mengalami tekanan darah tinggi.
2) Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu
hamil tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia
20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya diatas
normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik terisolasi, tekanan
sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan
dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg
Pre- (atau) 80-89
120-139 mmHg
hipertensi mmHg
(atau) 90-99
Stadium 1 140-159 mmHg
mmHg
(atau) >= 100
Stadium 2 >= 160 mmHg
mmHg

E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis
yang mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.Bebagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriktor. Individu dangan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
F. PATHWAY

Umur, jenis kelamin, gaya hidup, obesitas

Hipertensi

Otak Pembuluh darah

sistemik
Resistensi pembuluh Suplai O2 otak
Darah otak Vasokontriksi meningkat

Tekanan pembuluh Kesadaran


menurun Afterload menurun
Darah otak

Nyeri kepala Risiko cedera CDP menurun

Gangguan Suplai darah kejaringan


rasa nyaman Nutrisi menurun

Metabolisme sel
menurun

Lemah

Intoleransi
aktivitas

G. PENCEGAHAN
Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan perubahan gaya hidup
menjadi yang lebih sehat seperti:
a. Menerapkan pola hidup yang sehat
b. Batasi garam dan makanan olahan
c. Konsumsi makanan tinggi serat
d. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium,
kalsium, isoflavon.
e. Hindari minuman beralcohol dan mengandung kafein
f. Rutin berolahraga
g. Pengendalian Stress
h. Berhenti merokok
i. Rutin periksa tekanan darah

H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan dan penanganan pada hipertensi dapat terbagi menjadi 2
golongan, sebagai berikut :
1) Pengobatan Non Farmakologis
Pengobatan non farmakologis dapat dilakukan dari kesadaran kita
sendiri dan dapat dilakukan dengan cara :
a. Menurunkan berat badan
b. Rutin berolahraga dan beraktivitas
c. Mengurangi konsumsi garam berlebih
d. Hindari merokok dan mengkonsumsi alcohol
e. Hindari stress dan pemicu stress
2) Pengobatan Farmakologis
Ada beberapa golongan yang digunakan untuk obat anti hipertensi,
pada dasarnya berfungsi untuk menurunkan atau menstabilkan dan
mengkontrol tekanan darah dengan cara mempengaruhi jantung atau
pembuluh darah, atau keduanya. Biasanya obat anti hipertensi memiliki
jenis seperti berikut :
a. Diuretic
Obat-obatan jensi diuretic ini bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh lewat urin sehingga volume dalam tubuh berkurang
yang dapat menagkibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
b. Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis (saraf yang bekerja saat kita beraktivitas).
c. Betabloker
Betabloker bekerja melalui penurunan daya pompa jantung, obat
jenis betabloker tidak dianjurkan pada orang yang menderita
gangguan pernafasan.
d. Vasodilator
Obat jenis vasodilator ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos (otot pmbuluh darah).

I. Komplikasi Hipertensi
1. Stroke
Pada orang hipertensi akan mengalami komplikasi stroke. Hal itu
disebabkan karena terputusnya pasokan darah ke otak yang disebabkan
oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Penyumbatan tersebut
disebabkan oleh penyakit seperti aterosklerosis dan hipertensi yang tidak
terkontrol.
2. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat memicu terjadinya penyakit jantung. Hal itu
disebabkan tekanan darah tinggi membuat otot jantung memompa lebih
keras dari biasanya untuk memompa darah. Kerja keras jantung tersebut
dapat mengakibatkan pembesaran ukuran jantung sehingga suplai
oksigen tidak cukup, sehingga hal tersebut dapat meneybabkan gangguan
aliran oksigen dan terjadilah serangan jantung bahkan munculnya gagal
jantung.
3. Gagal Ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan kerusakan bagian dalam arteri atau
pembekuan darah yang terjadi pada ginjal, sehingga menyababkan
penurunan bahkan kegagalan fungsi pada ginjal. Tekanan darah tinggi
juga memicu kerusakan progresif pada kapiler dan glomerulus ginjal.
Kerusakan yang terjadi pada glomelurus mengakibatkan darah mengalir
ke unit fungsional ginjal. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pada
nefron dan terjadi hipoksia, bahkan kematian.

4. Kerusakan mata
Kerusakan mata sampai terjadinya kebutaan biasanya diakibatkan oleh
penyakit hipertensi. Hal itu disebabkan karena hipertensi yang
berkepanjangan dapat merusak arteri pada mata dan memungkinkan
untuk terjadinya pembekuan darah pada mata. Jika hal ini terjadi pada
retina mata maka hal itu dapat memicu kerusakan mata atau retinopati
hingga kebutaan.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fisik
a Aktivitas/istirahat
Gejala :
 Kelemahan
 Letih
 Nafas pendek
 Gaya hidup monoton
Tanda :
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
b Srikulasi
Gejala :
 Riwayat hipertensi
 Ateroklerosis
 Penyakit jantung koroner
Tanda :
 Keaikan TD
 Nadi : Denyutan Jelas
 Frekuensi/irama (Takikardia, berbagai disritmia)
 Bunyi jantung
 Distensi vena jugularis
 Ektremitas
c Integritas ego
Gejala :
 Riwayat perubahan kepribadian
 Stress
 Depresi
 Euphoria
 Marah
Tanda :
 Letupan suasana hati
 Gelisah
 Tangisan meledak
 Otot muka tegang
d Eliminasi
Gejala :
 Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat
penyakit ginjal)
e Makanan/Cairan
Gejala :
 Mual
 Muntah
 Rowayat penggunaan diuretik
Tanda :
 Bb normal
 Edema
 Kongesti vena
f Neurosensori
Gejala :
 Keluhan pusing/pening, sakit kepala
 Episode kebas
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Gangguan penglihatan
Tanda :
 Perubahan orientasi, sisi bicara, afek
 Perubahan retinal optik
g Nyeri/ Ketidaknyamanan
Gejala :
 Nyeri hilang timbul pada tungkai
 Sakit kepala oksipital berat
 Nyeri abdomen
h Pernafasan
Gejala :
 Dipsnea yang berkaitan dengan aktivitas
 Takipnea
 Ortopnea
 Riwayat merokok
Tanda :
 Bunyi nafas tambahan
 siaonsis
i Keamanan
Gejala :
 Faktor resiko keluarga (hipertensi ateroklerosis, penurunan curah
jantung,Dm)
 Faktor resiko etnik
 Penggunaan obat

2. Diagnosa Keperawatan

3. Intervensi keperawatan
1. Risiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah jantung
meningkat dengan kriteria hasil:
1. Kekuatan nadi perifer meningkat
2. eTekanan darah <140/90 mmHg
3. Frekuensi nadi 60-100 kali/ menit
4. CRT < 2 detik
5. Tidak pucat
b. Intervensi
1 Perawatan jantung
2 Edukasi pengukuran nadi radialis
3 Pemantauan ttv

2. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan d.d (px mengeluh lelah, px merasa tidak nyaman
setelah beraktifitas, frekuensi nadi 90x/menit)
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktifitas
dapat meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Frekuensi nadi 60-100 kali/menit
2. Jarak berjalan meningkat
3. Keluhan telah menurun
4. Perasaan lelah menurun
5. Tekanan darah <140/90 mmHg
b. Intervensi
1. Manajemen energy
2. Dukungan kepatuhan program pengobatan
3. Edukasi latihan fisik
4. Promosi latihan fisik

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d (px mengeluh nyeri terutama di belakang
kepala, tengkuk pegal dan menyebar ke bahu)
a. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat yeri menurun
b. Intervensi
1. Manajemen nyeri
2. Edukasi teknik napas dalam
3. Manajemen medikasi

DAFTAR PUSTAKA

Adib (2011). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset Teori dan Praktek Edisi 5.
Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka:
Yogyakarta.
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Ridwan, M. (2002). Mengenal, Mencegah, Mengatasi, Sillent Killer Hipertensi.
Wulanasri, J. (2013,). Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan
Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Biomedika, 5, 17-22.

Anda mungkin juga menyukai