Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.

S GIII
P2002 Ab00 dengan Preeklampsia

OLEH :

Mario Adi Nugroho

2030034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN MALANG

2021
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DefinisiAntenatal Care (ANC)


Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan
mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, peresalinan dan masa nifas ,
sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga
mental (Wiknjosastro, 2005). Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan (Depkes RI, 2017).
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari resiko
kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal Care untuk mendeteksi
dini terjadinya resiko tinggi kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka
kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau
memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin
ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat diketahui dan segera dapat diatasi
sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan
pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro, 2006 dalam Padila, 2014).
1.2 Tujuan Pelayanan Antenatal Care
Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatakan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas,
sehinggakedaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga
mental. Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar (Wiknjosastro, 2005 dalam
Padila, 2014):

1. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harussama sehatnya atau
lebih sehat.
2. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dan segera diobati.
3. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat fisik dan mental.
1.3 Fungsi Antenatal Care
Fungsi antenatal care yaitu sebagai berikut (Padila, 2014):
1. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas pendidikan.

2. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan kehamilan resiko tinggi dan
merujuk bila perlu.
3. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan menangani masalah
yang terjadi
1.4 Program-program dalam Antenatal Care
Menurut Depkes RI, 2009 program-program di dalam Antenatal Care yaitu

a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)


b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensi pada Kehamilan (PAGIN)
1.5 Kebijakan Pelayanan Antenatal Care
1. Kebijakan Program (Depkes, 2009 dalam Padila, 2014)
Kebijakan departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI
(Angka Kematian Ibu) mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar Safe
Motherhood” yaitu meliputi Keluarga Berencana, ANC, Persalinan Bersih dan
Aman dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Pendekatan pelayanan obstetric dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini sesuai
dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai tiga pesan
kunci yaitu:

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.


b. Setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
c. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran.
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal empat kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut (Depkes, 2009 dalam Padila, 2014):

a. Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).


b. Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
c. Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4).
2. Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
professional dan tidak dapat diberikn oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan
teknis untuk ibu hamil secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko
dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi
komponen-komponen sebagai berikut:

a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.


b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi
(Depkes, 2009 dalam Padila, 2014):

1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkat desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu
Hamil.
2) Peningkatan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan
Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan desa dengan kunjungan rumah.
4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

1.5 Tanda dan Gejalan Antenatal


Menurut Haen Forer, (2009) beberapa tanda dan gejala antenatal yaitu :
1. Tanda Tidak Pasti/Tanda Mungkin Kehamilan
a. Persumtif Sign ( subyektif)
1. Amenorhoe ( tidak mendapat haid)
2. Mual muntah (morning sicknes) merupakan respon awal terhadap tingginya kadar
progesterone dan menghilang setelah tiga bulan.
3. Letih,sakit kepala
4. Merasakan gerakan janin terjadi sekitar 22 minggu gestasi atau 20 minggu pada wanita
hamil pertama.
5. Perubahan pada mamae
6. Frekuensi berkemih meningkat karena adanya kongesti darah pada organ-organ pelvic
sehingga meningkatkan sensitivitas jaringan, tekanan uterus pada kandung kencing
menstimulasi saraf sehingga BAK.
7. Lekore/keputihan peningkatan sekresi vaginal oleh efek stimulasi hormone estrogen
dan progesterone pada kelenjar dan peningkatan suplay darah ke pelvic
b. Probabilitas ( objektif)
1. Pembesaran uterus
- Melunaknya daerah isthmus uteri (hegar sign) diketahui
melalui pemeriksaan bimanual dan mulai terlihat pada minggu ke 6 dan menjadi nyata
pada minggu ke 7-8.
- Servik terasa lebih lunak (tanda Goodell”s) diketahui melalui
pemeriksaan bimanual
- Tanda ballotemen : pantulan yang terjadi saat jari pemeriksa
mengetuk janin yang mengapung dalam uterus,bayi menjauh kemumudian ke posisi
semula.

- Kontraksi Braxton hicks yaitu kontraksi intermiten yang mungkin terjadi selama hamil
dan tidak terasa sakit.
- Perubahan warna kulit oleh Chloasma : warna kulit yang kehitam-hitaman pada
dahi,punggung hidung dan kulit [daerah tulang pipi terutama pada warna kulit hitam hal
ini disebabkan oleh stimulasi MSH ( Melanosyt Stimulating Hormone).
- Striae gravidarum ;regangan kulit abdomen terlihat garis tak teratur.
- Hcg(Human Chronic Gonadotropin) meningkat
2. Tanda positif kehamilan
- Terdenga DJJ. DJJ dapat didengar dengan stetoskop laenec
pada minggu 17-18. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler), DJJ dapat didengarkan
lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Normal DJJ 120-160 kali permenit.
- Adanya gerakan janin pada palpasi
- Teraba bagian janin pada palpasi
- Adanya kantong kehamilan (gestasional sac) dalam rongga
uterus pada pemeriksaan USG ,adanya skelet janin pd gmbr X Ray.

3. Tes Kehamilan
Tes hCG ( hormone chorionic gonadotropin). Dilakukan dengan mendeteksi
hormone hCG dalam urin.kadar terendah yang memberi hasil positif yaitu 0,5 hCG per
ml urin, kadar tertinggi 500 SI hCG.

1.6 Perubahan Psikologis dan Fisiologis pada Kehamilan Trimester I,II,dan III
Perubahan psikologis pada kehamilan (Hamilton, 2011):

1. Perubahan Psikologis Trimester I


Sebagian besar wanita mengalamai kegembiraan tertentu karena mereka
telah dapat menyesuaikan diri dengan rencana membentuk hidup baru. Karena
tubuh dan emosi seluruhnya berhubungan dengan, perubahan fisik dapat
mempengaruhi emosi segera setelah konsepsi, progesteron dan estrogen dalam
tubuh mulai meningkat, terjadi morning sickness, kelemahan, keletihan dan
perasaan mual. Calon ibu “tidak merasa sehat benar” dan umumnya mengalami
depresi. Pada Ibu hamil trimester I dianjurkan untuk Antenatal Care (ANC)
minimal satu kali pada trimester pertama (K1) sebelum minggu ke-16
(Kemenkes, 2014).
2. Perubahan Psikologis Trimester II
Pada trimester kedua tubuh wanita telah terbiasa dengan tingkat hormon
yang tinggi, morning sickness telah hilang, ia telah menerima kehamilannya dan
ia menggunakan pikiran dan energinya lebih konstruktif.Selama trimester II,
terjadi quickening ketika ibu merasakan gerakan bayinya pertama kali. Pada Ibu
hamil trimester II dianjurkan untuk Antenatal Care (ANC) minimal satu kali
pada trimester pertama (K2) antara minggu ke 24-28 (Kemenkes, 2014).
3. Perubahan Psikologis Trimester III
Trimester III ditandai dengan klimak kegembiraan emosi karena
kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak semangat dan
depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah. Calon ibu
menjadi lelah, dan menunggu nampaknya terlalu lama. Sekitar dua minggu
sebelum melahirkan, sebagian besar wanita mulai mengalami perasaan senang.
Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada
persiapannya dan persepsinya terhadap kejadian ini. Pada Ibu hamil trimester III
dianjurkan untuk Antenatal Care (ANC) minimal dua kali pada trimester
pertama (K1) antara minggu ke 30-32 atau 36-38 (Kemenkes, 2014).

1.7 Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur, waktu
persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)
bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang oleh
tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah
dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa
ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut
getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai
mudligah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap
kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi
(konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta, (Handerson 2006).
1.8 Pathway

Ovum Spermatozoa

Rongga Saluran
Rahim Telur

Tuba Falopi

Fertilisasi
(Pembuahan)

Kehamilan (Janin,
Nidasi Implantasi Plasenta)
(6-7 hari)

TRIMESTER I TRIMESTER II TRIMESTER III

HCG+Hormon Pertumbuhan janin Janin semakin


progesteron membesar

Krisis
Mual Perubahan tubuh
situasional
semakin tampak
Penekanan saluran
Muntah kemih (ureter) Pola nafas
Perubahan
Proses adaptasi pola
Perubahan Kesiapan
Defisit Nutrisi
Defisit Pengetahuan seksual Resiko infeksi
Body image tidak efektif
fisik Persalinan
1.9 Komplikasi Kehamilan
Macam-macam komplikasi kehamilan Menurut Depkes RI (2007) yaitu, jika tidak
melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi komplikasi-komplikasi yang terbagi
menjadi 3 kelompok sebagai berikut :

Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :

1)   Perdarahan

2)   Pre-eklampsia/eklampsia

3)   Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)

4)   Hidramnion

5)   Ketuban Pecah Dini

Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung:

1)   Penyakit Jantung

2)   Tuberculosis

3)   Anemia

4)   Malaria

Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi akibat kecelakaan


(kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).

1.10 Penatalaksanaan Medis


1. Diet dan Pengawasan Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan
sebagainya. Sedangkan makanan berlebihan karena dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin), dapat
mengakibatkan komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar dan sebagainya (Mochtar,
19998). Anjurkan wanita tersebut makan secukupnya saja. Bahan makanan tidak perlu mahal, akan
tetapi cukup mengandung protein baik hewani maupun nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan
gizi selama kehamilan meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan
plasenta, pertambahan volume darah, mammae yang membesar, dan metabolisme basal yang
meningkat. Sebagai pengawasan akan kecukupan gizi ini dapat dipakai kenaikan berat badan wanita
hamil tersebut. Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg (Wiknjosastro,
2002).

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 1


2. Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik saat hamil maupun tidak hamil dan
baik merokok secara pasif maupun aktif. Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu
banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus
prematurus. Maka dari itu, sebaiknya wanita hamil dilarang merokok (Wiknjosastro, 2002).
3. Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perlu benar, terutama pada triwulan I dan II kehamilan.
Ada obat yang teratogenik sehingga dapat menimbulkan kelainan teratogenik pada janin, misalnya
thalidomide, yang sekarang telah ditarik dari peredaran (Wiknjosastro, 2002).
4. Kebersihandan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan untuk kebersihan/
hygiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan
menggunakan sabun yang lembut/ ringan. Mandi berendam tidak dianjurkan (Mochtar, 1998). Baju
hendaknya yang longgar dan mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit yang tinggi
sebaiknya jangan dipakai, oleh karena tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga mudah
tergelincir atau jatuh (Wiknjosastro, 2002).
5. Koitus
Bila dalam anamnesis ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus
ditunda sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta telah terbentuk, serta kemungkinan
abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk ke dalam rongga
panggul, koitus sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan
(Wiknjosastro, 2002).
6. Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian ke luar negeri dan di dalam negeri dibolehkan
mengambil vaksinasi ulangan terhadap cacar, kolera, dan tifus. Dahulu di Indonesia pencacaran
merupakan suatu keharusan, maka untuk wanita hamil pencacaran merupakan pencacaran ulang dan
tidak membahayakan. Tapi bila ada wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertama kali tetap
dilakukan untuk melindungi ibu dan janin. Virus vaksin dapat melintasi plasenta dan dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta. Biasanya infeksi
transplasenta hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama sekali dicacar. Maka dari itu,
dianjurkan agar pencacaran pertama sebaiknya dilakukan sebelum tua kehamilan melewati 20
minggu. Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatonum dewasa ini
dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil (Wiknjosastro, 2002).
7. PerawatanPayudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi,
karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai besar payudara,
yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah, bukan menekan dari depan. Dua bulan
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 2
sekali dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk  mencegah penyumbatan. Untuk mencegah
putting susu kering dan mudah pecah, maka putting susu dan areola payudara dirawat baik-baik
dengan dibersihkan menggunakan air sabun dan biocream atau alcohol. Bila puting susu masuk ke
dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik keluar (Mochtar, 2008).

1.11 Pentalaksanaan Keperawatan


Pelayanan Ante Natal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu
selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan Ante Natal Care (ANC), selengkapnya
mencakup banyak hal yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik baik umum dan kebidanan,
pemeriksaan laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus sesuai dengan resiko yang
ada. Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal ”7T” untuk pelayanan Ante
Natal Care (ANC) yang terdiri atas:
1. (Timbang) berat badan
Ukuran berat badan dalam kg tanpa sepatu dan memakai pakaian yang seringan-ringannya. Berat
badan kurang dari 45 kg pada trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah.
2. Ukur (tekanan) darah
Untuk mengetahui setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta
gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
3. Ukur (tinggi) fundus uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu.
4. Pemberian imunisasai (Tetanus Toksoid) TT lengkap.
Untuk mencegah tetanus neonatorum.
Tabel 1  Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Antigen Interval (selang Lama Perlindungan %


waktu minial)
TT 1 Pada kujungan - -
antenatal
pertama
TT 2 4 minggu 3 tahun 80
setelah TT 1
TT 3 1-6 bulan 5 tahun 95
setelah TT 2
TT 4 1 tahun setelah 10 tahun 95
TT 3
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 3
TT 5 1 tahun setelah 25 99
TT 4

Keterangan :   apabila dalam waktu tiga (3) tahun WUS tersebut melahirkan maka bayi yang dilahirkan
akan terlindungi dari tetanus neonatorum.Pemberian (tablet besi) minimnal 90 tablet selama
kehamilan.

1.12 Pemeriksaan Kehamilan dan Leopold


1. PemeriksaanKehamilan
Pemeriksaankehamilan sangatpenting bagi kelangsungan kesehatan ibu hamil dan calon
bayinya. Karena kementrian kesehatan sangat menekankan bagisetiap calon ibu dan ibu
hamil untuk rutin memeriksakan kehamilannya. Permenkes No 25 tahun 2014 Pasal 6
ayat 16 1b. Dalam kebijakan tersebut, Kemenkes RI merekomendasikan setiap ibu hamil
untuk periksa kandungan secara berkala setidaknya 4 kali selama kehamilan. Waktu
untuk periksa kehamilan (Kemenkes RI 2014) ialah :
Trimester Jumlah kunjungan Waktu kunjungan yang
minimal dianjurkan
1 1x Sebelum minggu ke 16
2 1x Antara minggu ke 24-28
3 2x 1. Antara minggu ke 30-32
2. Antara minggu ke 36-38

2. Pemeriksaan Leopold

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 4


Leopold I

Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa yang berada di
fundus dan daerah pelvik.Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri dengan midline dari atas simfisis pubis ke fundus uteri. Catat
hasil pengukuran

Leopold II

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 5


Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).Caranya: Menghadap pada kepala pasien,
letakkan kedua tangan pada kedua sisi abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain
mempalpasi sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
Leopold III:

Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik. Caranya:  Letakkan
3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta pasien menarik
napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan
dan menekan sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika
bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.

Leopold IV.
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 6
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk ke pintu atas
panggul.Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu:
Konvergen yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga panggul.
Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
1. Hari +7, Bulan -3,Tahun +1 àjika bulan HPHT bulan April s/d Desember
2. Hari +7, Bulan +9,Tahun Tetap àjika bulan HPHT bulan Januari s/d Maret
Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama pada
primipara.Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri ( normal: 23-26 cm).
2. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri (normal: 26-29).
3. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung prosessus spinosus
(ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
4. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior superior kanan ke
pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca
anterior superior kiri kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm).

1.13 Pengertian Pre-Eklampsia

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 7


Pre-eklampsia adalah keadaan timbulnya hipertensi disertai dengan proteinuria pada
umur kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera setelah persalinan. Pre-eklamsia merupakan
gangguan multisystem pada kehamilan yang dikarakteristikkan disfungsi endothelial,
peningkataan tekanan darah karena vasokontriksi, proteinuria akibat kegagalan glomerulus,
dan edema akibat peningkatan permeabilitas vaskular. Sedangkan eklamsia adalah pre-
eklamsia yang disertai kejang tonik klonik disusul dengan koma (Nugroho,
2012).Preeklampsiasejak dahulu didefinisikan sebagai triasyang terdiri dari hipertensi,
proteinuria, dan edemapada wanita hamil. Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan
trimester ketiga, walaupun pada beberapa kasus dapat bermanifestasi lebih awal (Heffner &
Schust, 2009).
Preeklampsiaumumnya terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi. Ibu yang hamil
pertama kali lebih besarberisiko preeklampsi. Preeklampsia adalahsindrom yang terdiri dari
tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam urin (hemaproteuria), dan banyaknya
cairan di dalam tubuh. Eklamsimerupakan akibat yang ditimbulkan daripreeklampsi(Sinsin,
2008). Preeklampsia dapat terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal. Ibu yang
mengalami hipertensi akibat kehamilan berkisar 10%, 3-4 % diantaranya mengalami
preeklampsia, 5% mengalami hipertensi dan 1-2% mengalami hipertensi kronik (Robson dan
Jason, 2012).

1.14 Etiologi
Penyebab pre-eklamisia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan akibatnya.
1. Genetik
Terdapat suatu kecenderungan bahwa factor keturunan turut berperan dalam
pathogenesis pre-eklamsia. Telah dilaporkan adanya peningkatan angka kejadia pre-
eklamsia pada wanitaaaa ynag dilahirkan oleh ibu yang menderita pre-eklamsia.
2. Iskemik Plasenta
Pada kehamilan normal, poliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan myometrium
dalam 2 tahap. Pertama, sel-sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis yaitu
dengan mengganti endotel, merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan otot
polos dinding arteri serta mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini
selesai pada akhir trimester I dan pada masa ini proses tersebur telah sampai pada
deciduomyometrial junction.
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua dari sel trofoblas dimana
sel-sel trofoblas tersebut akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga kedalam
myometrium. Selanjutnya terjadi proses seperti tahap pertama yaitu penggantian endotel,
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 8
perusakan jaringan muskulo-elastis serta perubahan material fibrinois dinding arteri.
Akhir dari proses ini adalah pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk
seperti kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi secara pasif untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan aliran darah yang meningkat pada kehamilan.
Pada pre-eklampsia proses plasentasi tersebut tidak berjalan dikarenakan:
a. Tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas
b. Pada arteri spiralis yang mengalami invasi , terjadi tahap pertama invasi sel trofoblas
secara normal, tetapi invasi tahap kedua tidak berlangsung sehingga bagia arteri
spiralis yang berada dalam myometrium tetap mempunyai dinding muskulo elastic
yang reaktif yang berarti masih terdapat resistensi vaskuler.
3. Hipoksia pada Fetus/Plasenta
Pada kehamilan normal, kebutuhan oksigen meningkat, kebalikan pada wanita pre-
eklamsia terjadi penurunan oksigen. Hipoksia dapat menginduksi kegagalan fungsi
tropoblas.
4. Disfungsi Endotel
Endotel menghasilkan zat-zat penting yang bersifat relaksasi pembuluh darah, seperti
nitric oxide (NO) dan prostasiklin (PGE2) disfungsi endotel adalah suatu keadaan
dimana didapatkan adanya ketidakseimbangan antara factor vasodilatasi dan
vasokontriksi. Pada pre-eklamsia terjadi kerusakan sel endotel akan mengakibatkan
menurunnya produksi prostasiklin karena endotel merupakan tempat pembentukan
prostasiklin dan meningkatnya produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kerusakan endotel.
5. Imunologis
Pada penderita pre-eklamsia terjadi penurunan T-helper dibandingkan dengan penderita
yang normotensi yang dimulai sejak awal trimester kedua. Maladaptasi sistem imun
dapat menyebabkan invasi yang dangkal dari arteri spiralis oleh sel sitotrofoblast
endovaskuler dan disfungsi sel endotel yang dimediasi oleh peningkatan pelepasan
sitokin (TNF- dan IL-1), enzim proteolitik dan radikal bebas oleh desidua (Fauziyah,
2016).

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 9


Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 10
1.15 Pathway Pre-eklampsia

Faktor predisposisi: Preeklampsia adalah gangguan spesifik


Nuliparitas Faktor: imunologis, hipertensi yang disebabkan oleh
Kehamilan kembar Spasme arteriola nutrisi, endotel kehamilan, pada usia kehamilan > 20
Penyakit vaskuler minggu yang disertai gangguan sistem
organ. (Yuliani, Suharyo, Nugraheni,
2019)
Kerusakan
Ekstravasasi cairan intrastitial ke endotel vaskuler
Vasokonstriksi pean filtrasi ginjal Kerusakan glomerulal
interstitial (ekstrasel)

pean produksi renin pean filtrasi ginjal Vasokontraksi meningkat,


Vasodilator menurun
Akumulasi cairan di jaringan

pean filtrasi natrium Tekanan darah meningkat,


pean produksi protein uria, transudasi
angiotensin II
EDEMA
Retensi garam dan air
Kejang / System saraf
HIPERTENSI penurunan
pean reabsorbsi protein kesadaran
PROTEINURIA
ANSIETAS
ANSIETAS
Kurang informasi ttg penyakit pre eklampsi Pre eklampsi MK: Nyeri Akut
Kesulitan pengaturan terapi/ pencegahan komplikasi
Defisiensi
Defisiensi Pengetahuan
Pengetahuan Preeklampsi
Preeklampsi
PER PEB

Breathing Blood Brain Bladder Muskuluskeletal


Induksi edema otak
Ekstravasasi cairan pean sirkulasi darah SSP pean diuresis
Akumulasi cairan di
mekan resisitensi otak interstitial
Rongga paru pean suplai O2 ke janin Oliguri

Gg sirkulasi otak Edema ekstrimitas


Edema paru GG
GG POLA
POLA
Vasokonstriksi PD ELIMINASI
ELIMINASI URIN
URIN KELEBIHAN
KELEBIHAN VOL.
VOL.
POLA
POLA NAPAS
NAPAS Kejang
CAIRAN
CAIRAN
TAK
TAK EFEKTIF
EFEKTIF
Degenerasi plasenta RESIKO
RESIKO Gg
Gg pada
pada JANIN
JANIN dan
dan IBU
IBU

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 11


Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 12
Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 1
1.16 Klasifikasi
Menurut Wahyuni, (2014) menyebutkan bahwa klasifikasi preeklamsia dibagi menjadi 2
golongan:
1) Preeklamsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 0,3 gr/lt atau 1+ atau 2+
c. Edema pada kaki, jari, muka dan berat badan naik > 1 kg/minggu.
2) Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr/lt atau lebih
c. Oliguria ( jumlah urine < 500 cc per jam )
d. Terdapat edema paru dan sianosis
e. Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrum
1.17 Manifestasi Klinis
Menurut Yuli (2017) dan(Nurarif & Hardhi 2015) diagnosis preeklamsia ditegakkan
berdasarkan adanya gejala-gejala sebagai berikut
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali.
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
d. TD > 160/110 mmHg atau
e. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
f. Diastolik>15 mmHg
g. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai sebagai preeklamsi
h. Proteinuria
i. Proteinurea sebanyak 5 g dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif +3 / +4.
j. Keluhan serebral,gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium
k. Edema paru dan sianosis
l. Oliguria: Jumlah produksi urine 500 cc/24 jam atau <20 cc/jam yang disertai kenaikan
kreatinin darah
m. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri daerah epigastrium.
n. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) atau keterlambatan pertumbuhan janin dalam
kandungan.

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 1


1.18 Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap
b. Serum elektrolit
c. Sumber lain mengatakan Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur,
diukur 2 kali dengan interval 6 jam. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat,
uric acid biasanya > 7 mg/100 ml( Suyono, 2002).
d. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu Tingkat kesadaran ; penurunan
GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e. USG;untuk mengetahui keadaan janin
f. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
(Nurarif & Hardhi 2015)

1.19 Penatalaksanaan Pre-eklampsia

Monitoring pada maternal Monitoring pada Fetus


- Pengukuran tekanan darah dua kali - Pemeriksaan nonstres setiap satu atau
- Uji laboratorium seminggu sekali dua minggu sekali
meliputi CBC, jumlah platelet, ALT, - Pengukuran index cairan amnion
AST, LDH, dan kreatinin setiap satu atau dua minggu sekali
- Uji untuk proteinuria: pemeriksaan - Pemeriksaan ultrasonografi untuk
dengan dipstick atau protein mengetahui pertumbuhan fetus setiap
spot/rasio kreatinin dan pengumpulan 3 atau 4 minggu sekali
urin 24 jam secara periodik

Pada pre-eklampsia berat pasien harus segera dirujuk. Berikut terapi farmakologis yang dpaat
diberikan pada pre-eklampsia berat:

a. Sedative: phenobarbital 3x100 mgr, valium 3x20 mgr


b. Menghindari kejang:
- Magnesium sulfat
- Valium
- Pethidine
- Klorpromazin
- Diazepam

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 2


c. Bila terjadi oliguria berikan glukosa 40% IV untuk menarik cairan dari jaringan sehingga
dapat merangsang diuresis.
(Fauziyah, 2016)

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.aiska-university.ac.id/cgi/users/login?target=http%3A%2F%2Feprints.aiska-
university.ac.id%2Fcgi%2Fusers%2Fhome

Fakultas IlmuKesehatan UMM2020/2021 3

Anda mungkin juga menyukai