k maupun dewasa. Menurut global initiative f or asthma (GINA) tahun 2015, asma didefinisi kan sebagai “ suatu penyakit yang heterogen , yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riway at gejala gangguan pernafasan seperti m engi, nafas terengahengah, dada tera sa berat/tertekan, dan batuk, yang b ervariasi waktu dan intensitasnya, d iikuti dengan keterbatasan aliran ud ara ekspirasi yang bervariasi”, (Ke mentrian Kesehatan RI,2017) Asma adalah salah satu penyakit tidak men ular utama. Asma termasuk penyakit kronis dimana kondisi saluran udara paru-paru me radang dan juga menyempit. Sekitar 235 ju ta orang saat ini menderita asma. Asma me rupakan penyakit umum di kalangan anakana k. Menurut perkiraan World Health Organiz ation (WHO) terbaru yang dirilis pada Des ember 2016, terdapat 383.000 kematian aki bat asma pada 2015 (The Global Asthma Rep ort, 2018). Asma merupakan penyakit pada saluran pernapasan yang bersifat kronis. Kondisi ini disebabkan oleh peradang an saluran pernapasan yang menyebabkan hipersensitivi tas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada jala n napas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasan ya muncul berupa mengi (wheezing), sesak napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu de ngan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala Geja la tersebut biasanya akan memburuk pada malam hari,te rpapar alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat s edang mengalami sakit seperti demam (Global Initiativ e of Asthma 2018) Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke baw ah. Faktor risiko terkuat sebagai pemicu asma ad alah zat dan partikel yang dihirup yang dapat me micu reaksi alergi atau mengiritasi saluran udar a. Untuk menghindari kambuhnya asma, pasien dapa t meminum obat. Menghindari pemicu asma juga bis a mengurangi keparahan asma. Penatalaksanaan asm a yang tepat dapat memungkinkan orang menikmati kualitas hidup yang baik. Berdasarkan global Asthma Report 2018,empat pul uh juta kematian.atau 70% dari seluruh dunia,di sebabkan oleh penyakit tidak menular dengan 80% kematian terjadi di negara berkembang. Penyakit pernapasan kronis,termasuk asma,menyebabkan 15% kematian didunia. Asma adalah penyakit kronis n yang diperkirakan mempengaruhi sebanyak 339 ju ta orang diseluruh dunia. Asma adalah penyebab beban penyakit yang subtinal.termasuk kematian dini dan penurunan kualitas hidup ,pada semua k elompok umur diseluruh dunia. Asma berada di pe ringkat ke-16 dunia diantara penyebab utama beb an penyakit,yang diukur dengan Diabillity Adjus ted Life Years (DALY). (The Global Asthma Repor t,2018) Angka kejadian asma bervariasi diberbagai ne gara, tetapi terlihat kecendrungan bahwa pen derita penyakit ini meningkat jumlahnya, mes kipun belakang ini obat-obatan asma banyak d ikembangkan. Laporan Organisasi Kesehatan Du nia (WHO) dalam world health report 2000 men yebutkan, lima penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian di dunia, masin g-masing terdiri dari infeksi paru 7,2 %, PP OK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuber kulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1 %. Dan asma 0,3%. (Infodatin,2017) Asma merupakan masalah kesehatan yang ban yak ditemukan di masyarakat dan memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Asma tidak hanya menyerang anak-anak mela inkan seluruh kelompok usia. Saat ini dip erkirakan sebanyak 235 juta orang menderi ta asma didunia (WHO 2017). Berdasarkan l aporan WHO Desember 2016, tercatat pada t ahun 2015 sebanyak 383.000 orang meningga l karena asma. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2018 jumlah pasien asma di Indonesia sebesar 2 ,4 % (Balitbangkes 2018). World Health Organisation (WHO) memperk irakan 235 juta penduduk dunia menderit a asma dan paling sering terjadi pada a nak. Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kemati an akibat penyakit asma bronkial di Ind onesia mencapai 24.773 orang atau sekit ar 1,77 persen dari total jumlah kemati an penduduk. Setelah dilakukan penyesua ian umur dari berbagai penduduk, data i ni sekaligus menempatkan Indonesia di u rutan ke- 19 di dunia perihal kematian akibat asma bronkial. Dampak yang akan terjadi jika pasien dengan penya kit asma tidak ditangani dengan tepat, dimana li ngkungan memiliki peran dalam memicu kekambuhan a sma. Selain itu ada faktor lain yang dapat mening katkan keparahan asma. Beberapa diantaranya adala h rinitis yang tidak diobati atau sinusitis, gang guan refluks gastroesofagal, sensitivitas terhadap aspirin, pemaparan terhadap senyawa sulf it atau obat golongan beta bloker, dan influenza, faktor mekanik, dan faktor psikis (Stress) (Zulli es, 2016). Penanganan yang dilakukan pada pasien dengan as ma yaitu jauhkan dengan debu, bulu binatang, pe rubahan cuaca,dll. Serta selalu berikan masker pada penderita dan kenakan pakaian yang hangat, saat cuaca yang dingin agar tidak terjadinya ke kambuhan asma pada pasien. Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kej adian asma dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, hindari merokok dan asap rokok sert a asap korbondiaksoda, hindari binatang yang me mpunyai bulu yang halus dan menjaga pola makan agar tidak terjadinya obesitas, karena obesitas juga merupakan faktor resiko terjadinya asma pa da individu. Peran perawat untuk merawat pasien dengan As ma adalah melalui pendekatan proses keperawa tan. Asuhan keperawatan yang diberikan melal ui pengkajian, diagnosa keperawatan, interve nsi keperawatan, implementasi keperawatan da n evaluasi keperawatan. Perawat juga perlu memberikan dukungan dan motivasi kepada pasi en dan keluarga untuk tetap menjaga kesehata n, menyarankan kepada pasien dan keluarga ag ar tetap tabah, sabar, dan berdoa agar diber ikan kesembuhan, serta keluarga dapat merawa t pasien dirumah dengan mengikuti semua anju ran dokter dan perawat. • Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Menggambarkan perawatan pada pasien Asma dengan ketid akefektifan kebersihan jalan nafas. 2. Tujuan Khusus Menggambarkan pengkajian pada pasien yang mengalami Asma dengan ketidakefektifan kebersihan jalan nafas. Menggambarkan diagnosis keperawatan pada pasien yang meng alami Asma ketidakefektifan kebersihan jalan nafas. Menggambarkan perencanaan keperawatan pada pasien yang men galami Asma ketidakefektifan kebersihan jalan nafas. Menggambarkan tindakan keperawatan pada pasien yang men galami Asma ketidakefektifan kebersihan jalan nafas. Menggambarkan evaluasi pada pasien yang mengalami Asma ketidakefektifan kebersihan jalan nafas. Menggambarkan kondisi jalan nafas sebelum dan sesudah d ilakukan dengan pemberian nebulizer. Menggabarkan perubahan jalan nafas sebelum dan sesudah dilakukan dengan pemberian nebulizer. Menggambarkan bagaimana prosedur pemberian nebulizer pada pasien Asma. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberi manfaat keilmuan untuk meningkatkan pengetahu an, dan memberi masukan informasi tentang asuhan keperawata n pada klien asma khususnya dengan masalah ketidakefektifan jalan nafas. 2. Manfaat Praktis Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjadi awal dari penelitian-penelitia n selanjutnya yang berkaitan dengan Asma sehingga harapanya dengan adanya penelitian ini peneliti dapat menemukan berba gai solusi untuk mengatasi permasalahn ketidakefektifan jal an nafas. 3. Sekian Presentasi dari sa ya. Maaf apabila banyak k urang ,saya hanya manusia dengan kadar otak rata-ra ta 😊 Terimakasih :*