Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KORUPSI SEJAK DAHULU SAMPAI SEKARANG

Disusun oleh : Kelompok 4

Nama Anggota : 1. Reti Jianti

2. Riski Aulia

3. Saniatil Ma’wa

4. Seriayimi

5. Septiana Sri Rezeki

Dosen pembimbing : Gustika Anggriani,SST.,M.Bmd

AKADEMI KEBIDANAN RANGGA HUSADA PRABUMULIH

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunianya, sehingga dapat terselesaikan makalah ini.
Makalah ini penulis susun atas perintah atau tugas yang diberikan
oleh dosen. Selain itu penulis mneyusun makalah ini dengan harapan agar
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para
pembacanya, dan bagi penyusun khususnya. Makalah ini penulis susun
berdasarkan informasi dan data dari berbagai sumber.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, kaarena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifsat membangun guna penyempurnaan makalah ini.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis ucapkan kepada pihak-pihak
yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan makalah.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun
kesalahan lain yang ada didalam makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang .....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2.1 Bayi Besar ..................................................................................................

2.1.1 Pengertian ........................................................................................

2.1.2 Faktor-faktor Makrosomia ...............................................................

2.1.3 Komplikasi .......................................................................................

2.1.4 Alasan Merujuk ...............................................................................

2.1.5 Tindakan Selama Rujukan ...............................................................

2.2 Hidrosephalus .....................................................................................

2.2.1 Pengertian ........................................................................................

2.2.2 Bentuk Umum ..................................................................................

2.2.3 Tanda dan Gejala .............................................................................

2.2.4 Operasi Pemasangan Pintas (shunting) ............................................

2.3 Anencephalus .............................................................................................

2.3.1 Pengertian ........................................................................................

2.3.2 Anenchepaly ....................................................................................

2.3.3 Tanda dan Gejala .............................................................................

2.3.4 Faktor Resiko ...................................................................................

2.3.5 Penatalaksanaan ...............................................................................


2.4 Kembar Siam .............................................................................................

2.4.1 Pengertian ........................................................................................

2.4.2 Jenis Kembar Siam ..........................................................................

2.4.3 Penatalaksanaan ...............................................................................

2.5 Gawat Janin ...............................................................................................

2.5.1 Pengertian ........................................................................................

2.5.2 Etiologi ............................................................................................

2.5.3 Tanda dan Gejala .............................................................................

2.5.4 Faktor Risiko ...................................................................................

2.5.5 Penatalaksanaan ...............................................................................

BAB III PENUTUP ........................................................................................

2.1 Kesimpulan ................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat


berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan
tergantung 3 faktor yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir
(passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya psikologi ibu,
penolong saat bersalin dan posisi saat bersalin. dengan adanya
keseimbangan antara faktor tersebut, bila ada gangguan pada faktor ini
dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.

Kelambatan atau kesulitan persalinan ini di sebut distosia. Distosia itu


adalah kesulitan dalam jalannya persalianan salah satunya adalah distosia
karena kelainan his baik kekuatan maupun sifatnya yang menghambat
kelancaran persalinan.yang dapat dibedakan menjadi Distosia kelainan
janin Yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat
janin, IUFD, tali pusat menumbung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Tentang Bayi besar?

2. Bagaimana Tentang Hidrocephalus?

3. Bagaimana Tentang Anecephalus?

4. Bagaimana Tentang Bayi kembar Siam?

5. Bagaimana Tentang Gawat janin?


1.3 Tujuan Penulisan

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang distosia karena kelainan


Janin yaitu Bayi Besar, Hidrocephalus, Anecephalus, Kembar Siam, gawat
janin, IUFD, tali pusat menumbung.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bayi Besar

2.1.1 Pengertian

Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya lebih dari 4000gram.
menurut kepustakaan bayi yang besar baru dapat menimbulkan dytosia
kalau beratnya melebihi 4500gram.

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya


kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang
sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan
postpartum lebih besar.

Macrosomia atau bayi besar adalah bayi yang lahir dengan berat lebih
dari 4000 gram. Rata - rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan ( 37
minggu - 42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4000 gram. Pada
kondisi tertentu ada beberapa ibu hamil yang melahirkan bayi dengan
berat diatas 4000 gram.

2.1.2 Faktor-faktor Makrosomia

1. Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu
yang menderita diabetes selama kehamilan.

2. Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi


besar (bayi giant).

3. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga


mempengaruhi kelahiran bayi besar
2.1.3 Komplikasi

Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari


efek ibu. Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka
sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya
dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu.

Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan


kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap
riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan
dengan seksio sesarea yang direncanakan. Resiko dari trauma lahir yang
tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan
intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina, robekan perineum
dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin
terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai
penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan
dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu
dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan
abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter
bedah kebidanan yang terampil.

Pemantauan glukosa darah ( Pada saat datang atau umur 3 jam,


kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila kadar glukosa ≥ 45 gr% dua
kali berturut-turut. Pemantauan elektrolit Pemberian glukosa parenteral
sesuai indikasi Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi Hidrokortison 5
mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak
efektif.

2.1.4 Alasan Merujuk

Bila dijumpai diagnosis makrosomia, maka bidan harus segera


membuat rencana asuhan kebidanan untuk segera diimplementasikan,
tindakan tersebut adalah merujuk klien. Alasan dilakukannya rujukan
adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan
juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

1. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan
panggul ibunya perdarahan intracranial

2. Distosia bahu

3. Ruptur uteri

4. Robekan perineum

5. Fraktur anggota gerak

2.1.5 Tindakan Selama Rujukan

1. Memberikan pengertian kepada ibu bahwa kehamilan ini harus dirujuk


ke Rumah Sakit karena bidan tidak mempunyai kapasitas untuk
menganganinya.

2. Apabila ibu tidak bersedia dirujuk maka akan terjadi kemungkinan


yang tidak diharapkan baik bagi ibu maupun janin. Seperti : Resiko
dari trauma lahir, distosia bahu, robekan perineum, dll.

3. Mendampingi ibu dan keluarga selama di perjalanan.

4. Memberikan semangat kepada ibu bahwa kehamilan ini akan


tertangani dengan baik oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan. Ibu
agar tetap berdoa dan berusaha berpikir positif.

Mengingat resiko yang ditimbulkan bila terjadi kehamilan dengan


bayi macrosomia ( bayi besar ) tersebut, maka sebaiknya ibu hamil
melakukan hal - hal berikut ini:

a. Menjaga kenaikan berat badan. Terutama pada ibu hamil dengan


Diabetes dan Obesitas. Untuk ibu hamil dengan berat badan normal,
kenaikan berat badan sekitar 10 kg - 13 kg, namun bila berat badan
sebelum hamil kurang dari 45 kg, atau sebelum hamil sudah obesitas
maka kenaikan berat badan disesuaikan dengan anjuran bidan atau
dokter.

b. Melakukan aktifitas gerak dan olahraga. Ibu hamil yang kurang gerak
akan membuat kalori tubuh menumpuk dan tersimpan dalam bentuk
lemak sebagai cadangan kalori tubuh. Senam hamil dan jalan pagi
yang teratur akan sangat membantu mencegah kenaikan berat badan
berlebih saat hamil.

c. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran memasuki trimester III. Buah-


buahan segar atau sayuran dalam bentuk jus yang banyak
mengandung serat sangat disarankan. Hindari camilan junkfood dan
kudapan yang mengandung banyak zat gula misalkan es krim dan
puding berkadar gula tinggi . Minuman sirup manis sebaiknya juga
dikurangi bila kenaikan berat badan telah melewati batas normal.

d. Patuhi diet dan pengobatan yang teratur. Bagi ibu hamil dengan
riwayat diabetes sebaiknya mematuhi diet atau aturan pola makan
sesuai anjuran dokter dan teratur mengikuti program terapi diabetes
baik pemberian insulin maupun obat minum.

e. Pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk pemantauan berat badan


selama kehamilan. Pada setiap kunjungan berkala tersebut, bidan dan
dokter akan membantu memantau berat badan setiap ibu hamil dengan
pertimbangan indeks massa tubuh atau BMI masing - masing ibu hamil

2.2 Hidrosephalus

2.2.1 Pengertian

Hydrocephalus adalah suatu keadaan dimana terdapat timbunan likuor


serebrospinalis yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel, yang disertai
dengan tekanan intracranial (sarwono, 2007). Hydrocephalus adalah jenis
penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan
serebrospinal).

Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi vertical serebra,


biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan
serebrospinalis, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinalis di
dalam cranium; Secara tipikal ditandai dengan pembesaran kepala,
menonjolnya dahi, deteriorasi mental, dan kejang-kejang (Sudarti dan
Afroh Fauziah, 2012). Hydrocephalus merupakan Penimbunan cairan otak
dalam tengkorak dan bilik-bilik otak sehingga kepala menjadi besar.
Kadang disebut air di otak (Suseno Tutu dan Masruroh, 2009).

2.2.2 Bentuk Umum

Ada beberapa type hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan


tekanan intrakranial.

Tiga bentuk umum hydrocephalus berdasarkan sirkulasi :

1. Hidrocephalus Non-komunikasi (Non communicating hydrocephalus)

Biasanya diakibatkan obstruksi dalam system ventrikuler yang


mencegah bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada
orang lanjut usia yang berhubungan dengan malformasi congenital pada
system saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun
bekas luka.Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi
lesi pada system ventricular atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka
didalam system di dalam system ventricular. Pada klien dengan garis
sutura yag berfungsi atau pada anak – anak dibawah usia 12 – 18 bulan
dengan tekanan intraranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda – tanda dan
gejala – gejala kenaikan ICP dapat dikenali. Pada anak – anak yang garis
suturanya tidak bergabung terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan
pembesaran kepala.
2. Hidrosefalus Komunikasi (communicating hidrocepalus)

Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus
arachnoid untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit atau malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa,
biasanya disebabkan karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah
sesudah terjadinya hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan
tanda dan gejala – gejala peningkatan ICP)

3. Hidrosefalus Bertekan Normal (Normal Pressure Hidrocephalus).

Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan


kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan
intrakranial biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya
meliputi ; dimentia, ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini
berhubungan dengan cedera kepala, hemmorhage serebral atau thrombosis,
mengitis; pada beberapa kasus (Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada
kemungkinan ditemukkan hubungan tersebut.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Lingkar kepala bayi aterm normal berkisar antara 32 dan 38 cm. pada
hidrosephalus lingkar kepala sering lebih mencapai dari 50 cm, dan
terkadang mencapai 80 cm. volume cairan biasanya berkisar antara 500-
1500 Ml , tetapi bisa juga sampai 5L . pada presentasi bokongditemukan
pada sepertiga kasus pada presentasi apapun, hidrosefalus lazimnya
disertai disporposi sefalopelvik berat dengan distosia serius sebagai
konsekuensi umumnya.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :

1. Penanganan Sementara. Terapi konservatif medikamentosa ditujukan


untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting) Misalnya : pengontrolan
kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi
massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu
malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar
ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. (Peter Paul
Rickham, 2003)

2.2.4 Operasi Pemasangan ‘Pintas’ (Shunting)

Operasi pintas bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor


dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih
adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari
ventrikel, namun kadang pada hidrosefalus komunikans ada yang didrain
ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada
periode pasca operasi, yaitu: pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi
infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
Infeksi pada shunt meningatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi
ventrikel dan bahkan kematian. (Allan H. Ropper, 2005:360)

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hydrocephalus antara lain :

1. Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon.

Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam di jaringan otak,
kulit, dan rongga perut, dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup
penderita sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh.
Tindakan bedah pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis
dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi. Tindakan dilakukan terhadap
penderita yang dibius otak ada sayatan kecil didaerah kepala dan
dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak yang selanjutnya
selang pintasan ventrikel dipasang, disusul, kemudian dibuang sayatan
kecil didaerah perut, dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan
rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan, dengan
sebuah selang pintasan yang ditanam dibawah kulit sehingga tidak terlihat
dari luar.
2. Teknik neuroendoskopi

Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnose dan sekaligus


tindakan bedah. VRIES pada tahun 1978 mengembangkan endoskopi yang
canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang dilengkapi dengan peralatan
bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang
dikepala, selang dipadu dengan layar televise, dioperasikan alat bedah
untuk membuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel.

2.3 Anencephalus

2.3.1 Pengertian

Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang


tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.

Anensefalus terjadi jika tabung saraf sebelah atas gagal menutup, tetapi
penyebabnya yang pasti tidak diketahui.

2.3.2 Anenchepaly dapat terjadi karena di sebabkan oleh:

1. Infeksi TORCH

2. Kuman toksoplasma

3. Rubella dan lain-lain

4. Disamping juga karena kakurangan asam folat sehingga pembentukan


organ janin tidak sempurna. Pembentukan organ janin terjadi pada
trimester pertama, sehingga sangat sulit untuk memperbaiki keadaan ini
kecuali saat akhir kelahiran, dibuatkan tempurung, namun itu sulit di
lakukan mengingak janin masih sangat kecil.
2.3.3 Tanda dan gejala

Ibu polihididramnion, bayi tidak memiliki tulang tengkorak tidak


memiliki otak, terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak kepala pada
pemeriksaan USG.

Kelainan ini ditandai dengan tidak adanya kubah cranium dan otak
diatas dasar tengkorak dan orbita. Kegagalan dalam memperoleh
penampakan diameter biparietalis yang adequate pada trimester kedua
seyogyanya menimbulkan kecurigaan.

2.3.4 Faktor risiko

Diantaranya : Hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria


pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi),
mengkonsumsi kafein, tar, alkohol, dll selama masa kehamilan.

Faktor lingkungan yang multiple, 30% riwayat keluarga, Multi gravid


> 6 kali , Primigravida, Riwayat melahirkan cacat.

2.3.5 Penatalaksanaan

1. Deteksi dini

2. Konseling tentang : evaluasi konsumsi nutrisi, kemungkinan kesulitan


pada proses perslainan, rencana persalinan dirumah sakit

3. Kolaborasi daan rujukan

4. Deteksi terhadap CPD

5. Persalinan pervaginam dipertimbangkan dnegan syarat : pertolongan


persalinan ditolong oleh dokter, tenaga anestesi harus ada, dan adanya
dokter anak.

6. Melakukan observasi : DJJ, kontraksi uterus, posisi, caput / molding


dan kekuatan mengedan
7. Lakukan episiotomy lebar

8. Distosia bahu lakukan manufer Roberts

9. Jika dalam kala II mekanisme persalinan tidak ada perkembangan


lakukan sesar

2.4 Kembar Siam

2.4.1 Pengertian

Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh ke


daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal
terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka
pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.

Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang
membagi uterus yang sama dan biasanya, tapi tidak selalu, dilahirkan
dalam hari yang sama. Pada manusia, ibu dengan kandungan yang
membawa bayi kembar dengan demikian akan mengalami persalinan
berganda dan biasanya masa mengandung yang lebih singkat (34 sampai
36 minggu) daripada kehamilan bayi tunggal. Karena kelahiran prematur
biasanya memiliki konsekuensi kesehatan kepada bayi, kelahiran kembar
seringkali ditangani secara khusus yang agak berbeda daripada kelahiran
biasa.

2.4.2 Jenis Kembar Siam:

1. Thoracopagus: kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax). Jantung


selalu terlibat dalam kasus ini. Ketika jantung hanya satu, harapan
hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah. (35-40% dari
seluruh kasus).

2. Omphalopagus: kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya


masing-masing tubuh memiliki jantung masing-masing, tetapi
biasanya kembar siam jenis ini hanya memiliki satu hati, sistem
pencernaan, diafragma dan organ-organ lain. (34% dari seluruh kasus)
Xiphopagous: kedua tubuh bersatu di bagian xiphoid cartilage.

3. Pygopagus (iliopagus): bersatu di bagian belakang. (19% dari seluruh


kasus)

4. Cephalopagus: bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Kembar


siam jenis ini umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan
serius di otak. Dikenal juga dengan istilah janiceps (untuk dewa Janus
yang bermuka dua) atau syncephalus.

2.4.3 Penatalaksanaan

Konsultasi dengan ahli bedah anak akan memudahkan orang tua


mengambil keputusan. Juga perlu diingat bahwa kembar monoizigot
beresiko tinggi mengalami ketidaksepadanan malformasi struktur ,
kemungkinan besar karena proses pembentukan kembar adalah kejadian
teratogenik yang mengganggu proses – proses perkembangan normal.
Akibatnya kembar siam mungkiin memiliki anomaly struktur yang tidak
sepadan yang semakin mempersulit keputusan mengenai kehamilan perlu
dilanjutkan atau tidak. Sebagai contoh salah satu kembar siam yang
anencefalus. Pelahiran pervaginam kembar siam untuk tujuan terminasi
kehamilan dapat dilakukan karena penyatuan umumnya lentur walaupun
sering terjadi distosia. Apabila janin sudah matur, pelahiran pervaginam
dapat menimbulkan trauma.

2.5 Gawat Janin

2.5.1 Pengertian

Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung


janin dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan
amnion. Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan
mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut
seringkali tidak benar.

Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh


oksigen yang cukup.

2.5.2 Etiologi

Gawat janin yaitu terdiri dari berbagai hal baik dari faktor ibu maupun
faktor janin sehingga memicu terjadinya gawat janin berikut etiologinya :

1. Insufisiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus plasenta


dalam waktu singkat) berupa : aktivitas uterus yang berlebihan,
hipertonik uterus, dapat dihubungkan dengan pemberian oksitosin,
hipotensi ibu, kompresi vena kava, posisi terlentang, perdarahan ibu,
solusio plasenta, plasenta previa.

2. Insufisiensi uteroplsenter kronik (kurangnya aliran darah uterus


plasenta dalam waktu lama) berupa penyakit hipertensi, pada
hipertensi khusunya preeklamsia da eklamsia terjadi vasopasme yang
merupakan akibat dari kegagalan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
pembuluh darah sehingga pembuluh darah mengalami kerusakan dan
menyebabkan aliran darah ke plasenta terhambat dan menimbulkan
hipoksia pada janin yang akan menjadikan gawat janin.

3. Diabetes mellitus : pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan


pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes
mengalami toleransi glukosa terganggu dan sering kali disertai dengan
hipoksia

4. Isoimunisasi Rh, postmaturitas atau dismaturitas, kompresi


(penekanan) tali pusat.

2.5.3 Tanda dan gejala

1. Frekwensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari
160 x / menit.
2. Berkurangnya gerakan janin ( janin normal bergerak lebih dari 10 kali
per hari ).

3. Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan ( jika bayi


lahir dengan letak kepala ).

4. Pada kehamilan : ibu merasakan gerakan janin menurun, ibu merasa


besar perut lebih kecil

5. Pada persalinan : gerakan janin menurun atau meningkat.

6. Pada kehamilan : terdapat retardasi pertumbuhan uterus, TFU< dari


usia kehamilan, pemeriksaan DJJ terjadi perubahan pola denyut DJJ
dari nilai normal

7. Pada persalinan : perubahan pola DJJ ( Takhikardi, bradikardi,),


hipotensi pada ibu, peningkatan suhu, kontraksi uterus hipertonik
( Ben – zion 1994)

2.5.4 Faktor risiko

1. Premature usia gestasi < 28 mingg

2. Demam maternal

2.5.5 Penatalaksanaan

1. ingkatkan oksigen pada janin dengan cara : Mintalah si ibu merubah


posisi tidurnya; Berikan cairan kepada ibu secara oral atau IV; Berikan
Oksigen.

2. Periksa kembali denyut jantung janin. Bila frekwensi bunyi jantung


janin masih tidak normal, maka dirujuk; Bila merujuk tidak mungkin,
siap-siap untuk menolong BBL dengan asfiksia.

Anjurkan ibu hamil in-partu berbaring kesisi kiri untuk meningkatkan


aliran oksigen ke janinnya. Hal ini biasanya meningkatkan aliran darah
maupun oksigen melalui plasenta lalu ke janin. Bila posisi miring ke kiri
tidak membantu. Coba posisi yang lain ( miring ke kanan, posisi sujud ).
Meningkatkan oksigen ke janin dapat mencegah atau mengobati Gawat
Janin.
BAB III

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Hidrosepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan


serebrospinalis dalam pentrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun
dalam pentrikel biasanya 500-1500 ml, akan tetapi kadang-kadang dapat
mencapai 5 liter. Hidrosefalus sering kali disertai kelainan bawaan lain
seperti misalnya spinabipida.

Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang


tengkorak dan otak tidak terbentu. Anensefalus merupakan suatu kelainan
tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.

Anak yang lebih berat dari 4000 g. Menurut kepustakaan anak yang
besar baru dapat menimbulkan distosia kalau beratnya melebihi 4500 g.

Kembar adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh ke


daunya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal
terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka
pemisah anak tidak sempurna dan terjadi kembar siam.

Sering dianggap DJJ yang abnormal, terutama bila ditemukan


mekonium, menandakan hipoksia dan asidosis. Akan tetapi, hal tersebut
seringkali tidak benar

Macrosomia atau bayi besar adalah bayi yang lahir dengan berat lebih
dari 4000 gram. Rata - rata bayi baru lahir dengan usia cukup bulan ( 37
minggu-42 minggu ) berkisar antara 2500 gram hingga 4000 gram.
DAFTAR PUSTAKA

MMK,Ai yeyeh Rukiyah,S.Si.T.MMK,Lia Yulianti,Am.keb.2010.Asuhan


Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:Trans Info Media

Fraser, Diane M. Cooper, Margaret A. 2009. Buku Ajar Bidan Myles.


Jakarta: EGC

Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai