LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
Di Susun Oleh:
PUSPITA WINDY APRIANTI
NIM: A2R17028
1
RESUME TRIGGER
Di Susun Oleh:
PUSPITA WINDY APRIANTI
NIM: A2R17028
2
RESUME KASUS
Uraian Kasus : Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun dirawat di ruang anak, mengeluh sejak
setahun lalu merakhir terlihat lemah dan pucat. Kulit pucat, Mudah lelah, Terlihat lemah, Pusing,
pandangan berkunang kunang. Tidak nafsu makan, hanya menghabiskan 1-2 sendok makan,
berdebar-debar, berat badan turun (5kg BB semula 20kg) dalam 2 minggu. Ia mengalami
gangguan pertumbuhan (BB 15kg TB 95cm) nilai IMT : 15 dan sering menjalani transfusi. Pada
anak ini ditemukan splenomegali, anemia hipokromik mikrositik, sel target. Merasa tidak
nyaman saat aktivitas, lelah saat aktivitas. Tanda-tanda vital: tekanan darah (TD) 100/50 mmHg,
nadi 68 x/m, respirasi 27 x/m, temperatur 38° C. konjugtiva anemis, Hemoglobin 4,3 g/dl CRT >
3 detik. Diagnosis untuk anak laki-laki ini adalah Thalasemia.
A. Data Fokus
S : (Data Subjektif Pasien)
5. berdebar-debar
7. konjugtiva anemis,
1. Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 4,3* 14.00-18.00 g/dl
3
Leukosit 9.9 4.0 -10.5 rb/ul
Eritrosit 1,72* 4.50-6.00 jt/ul
Hematokrit 13.0* 42.00-52.00 vol %
Trombosit 016 150-450 rb/ul
RDW-CV 20.7* 11.5-14.7 %
MCV, MCV, MCHC
MCV 76.1* 80.0-97.0 fll
MCH 25.0* 27.0-32.0 pg
MCHC 33.0 32.0-38.0 %
HITUNG JENIS
Gran % 62.2 50.0-70.0 %
Limposit % 30.4 25.0-40.0 %
MID % 7.4 4.0-11.0 %
Gran # 6.20 2.50-7.00 rb/ul
Limposit # 3.0 1.25-4.0 rb/ul
MID # 0.7 rb/ul
Keterangan: Keterangan:
( Tanda bintang (*) diatas menunjukkan ) diatas menunjukkan bahwa bahwa angka tidak
dalam batas normal
Pembimbing Mahasiswa
4
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS
“THALASEMIA”
Di Susun Oleh:
PUSPITA WNDY APRIANTI
NIM: A2R17028
5
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah dengan kondisi sel darah merah
lebih mudah rusak atau umumnya lebih pendek dari sel darah merah yang normal
(<120hari) (Susyanti dan Prayustira, 2016).
Thalasemia merupakan sindrom kelainan darah yang diwariskan dan merupakan
kelompok penyakit hemoglobinopati, yaitu kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin akibat mutasi didalam atau dekat gen globin (Nurafif dan Kusuma,
2015).
Penyakit thalasemia meupakan salah satu penyakit genetic tersering di dunia.
Penyakit ini disebabkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk protein yang
dibutuhkan untuk memproduksi hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein kaya zat
besi yang berada dalam sel darah merah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru keseluruh tubuh (Sausan, 2020).
B. ETIOLOGI
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang diperlukan dalam
pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen cacat yang diturunkan. Untuk
menderita penyakit ini, seseorang harus memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika
hanya 1 gen yang diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
a. Thalasemia Mayor Karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan
penyakit yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Akibatnya,
penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan anemia. Dampak lebih
lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak dan umurnya pun sangat pendek,
hingga yang bersangkutan memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang
hidupnya. Penderita thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-
18 bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa muncul gejala
lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies cooley. Faies cooley adalah ciri
khas thalasemia mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol
akibat sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin. Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani transfusi darah
dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang baik, hidup penderita
thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1- 8 bulan. Seberapa sering transfusi
darah ini harus dilakukan lagi-lagi tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang
pasti, semakin berat penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani
transfusi darah.
b. Thalasemia Minor Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu
hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor
tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi
masalah. Kemungkinan 25% anak mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis
6
keturunan pasangan ini akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai
ragam keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering mengalami
pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan akan tetap ada di sepanjang
hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan transfusi darah di sepanjang hidupnya.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Talasemia Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang
terkena 2 jenis yang utama adalah :
a. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa-Thalasemia paling sering ditemukan
pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1 gen). Merupakan thalasemia
dengan defisiensi pada rantai a
b. Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta – Thalasemia pada orang di daerah
Mediterania dan Asia Tenggara. Merupakan anemia yang sering dijumpai yang
diakibatkan oleh defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
1. Thalasemia beta mayor, Bentuk homozigot merupakan anemia hipokrom
mikrositik yang berat dengan hemolisis di dalam sumsum tulang dimulai pada
tahun pertama kehidupan.Kedua orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala-
gejala bersifat sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang
karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada kranium, ikterus
dengan derajat yang bervariasi, dan hepatosplenomegali.
2. halasemia Intermedia dan minor Pada bentuk heterozigot, dapat dijumpai tanda-
tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan
kadar Hb bervariasi, normal agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin
dalam serum meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat.
c. Thalasemia b-d (gangguan pembentukan rantai b dan d yang letak gen nya diduga
berdekatan).
d. Thalasemia d (gangguan pembentukan rantai d)
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Thalasemia Minor / thalasemia Trait : tampilan klinis normal, splenomegaly dan
hepatomegaly ditemukan pada sedikit penderita, hyperplasia eritroit stipples ringan
sampai sedang sampai sumsum tulang, bentuk homozigot, anemia ringan, MCV
rendah, pada penderita yang berpasangan harus diperiksa. Karena karier minor pada
kedua pasangan dapat menghasilkan keturunan dengan thalasemia mayor.
Pada anak yang sering dijumpai adanya :
- Gizi buruk
- Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
- Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati (hepatomegaly), limpa yang
besar ini mudah ruptur karena trauma ringan saja.
b. Thalasemia mayor, gejala klinik terlihatsejak anak aru berumur kurang dari 1 tahun,
yaitu:
7
- Anemia simptomatik pada usia 6-12 bulan, seiring dengan turunnya kadar
hemoglobin fetal.
- Anemia mikrositik berat, terdapat sel target dan sel darah merah yang berinti
pada darah perifer, tidal terdapat HbA, kadar Hb rendah mencapai 3 atau
4g/dl.
- Lemah dan pucat
c. Thalasemia intermedia
- Anemia mikrositik, bentuk heterozigot
Sonati (2012) menjelaskan pada klien thalasemia, perawatan yang ada Sonati (2012)
menjelaskan pada klien thalasemia, perawatan yang ada sekarang yaitu hanya dengan
membantu penderita thalasemia berat sekarang yaitu hanya dengan membantu penderita
thalasemia berat untuk hidup untuk hidup lebih lebih lama lama lagi. lagi. Akibatnya,
Akibatnya, orang-orang ini orang-orang ini harus harus menghadapi komplikasi dari
gangguan yang terjadi dari waktu ke menghadapi komplikasi dari gangguan yang terjadi
dari waktu ke waktu.
8
berlebihan adalah penyebab utama kematian pada orang penderita thalasemia.
Penyakit jantung kematian pada orang penderita thalasemia. Penyakit jantung
termasuk gagal jantun termasuk gagal jantungg,, aritmis denyut jantung, dan
terlebih aritmis denyut jantung, dan terlebih lagi serangan jantung. lagi serangan
jantung.
2. Infeksi
Di antara orang-orang penderita thalasemia, infeksi adalah Di antara orang-orang
penderita thalasemia, infeksi adalah penyebab utama penyebab utama penyakit
penyakit dan dan kedua kedua paling paling umum umum penyebab penyebab
kematian. Orang-orang yang limpanya telah diangkat berada kematian. Orang-
orang yang limpanya telah diangkat berada pada pada risiko risiko yang yang
lebih lebih tinggi, tinggi, karena karena mereka mereka tidak tidak lagi lagi
memiliki organ yang memerangi infeksi. memiliki organ yang memerangi infeksi.
3. Osteoporosis
Banyak penderita thalasemia memiliki tulang yang Banyak penderita thalasemia
memiliki tulang yang bermasalah, bermasalah, termasuk termasuk osteoporosis.
Ini osteoporosis. Ini adalah adalah suatu suatu kondisi kondisi di mana tulang
menjadi sangat lemah, rapuh dan mudah di mana tulang menjadi sangat lemah,
rapuh dan mudah patah.
9
F. PATHWAY
Deformitas tulang
Suplay O2 menurun Perubahan Gangguan
pembentukan tumbuh kembang
ATP
- Perubahan bentyk Aliran darah ke organ vital dan
wajah jaringan menurun
- Penonjolan tulang Energi yang dihasilkan
tengkorak menurun
O2 dan nutrisi tidak
- Peningkatan
ditransport secara adekuat
pertumbuhan tulang Kelemahan fisik
maksila
- Terjadi face coley
Perfusi perifer tidak efektif
Intoleransi aktivitas
Perasaan berbeda
dengan orang lain Kebutuhan energi
meningkat
Gambaran diri negatif
anoreksia
Gangguan citra tubuh
Defisit nutrisi
10
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah tepi :
- Hemoglobin, gambangan morfologi eritrosit
- Retikulosit meningkat
H. PENATALAKSANAAN
Pada kasus thalasemia belum ditemukan cara pasti untuk Pada kasus thalasemia belum
ditemukan cara pasti untuk menyembuhkan penyakit keturunan ini. Hingga sekarang
talasemia belum belum ada ada obat obat yang yang bisa bisa menyembuhkanya.
menyembuhkanya. Satu Satu-satunya tindakan satunya tindakan yang bisa dilakukan
untuk memperpanjang usia penderita. yang bisa dilakukan untuk memperpanjang usia
penderita.
1. Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Transfusi yang
dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini merupakan terapi utama
bagi orang-orang yang Terapi ini merupakan terapi utama bagi orang-orang yang
menderita thalasemia sedang atau berat. Transfusi darah menderita thalasemia
sedang atau berat. Transfusi darah dilakukan dilakukan melalui pembu melalui
pembuluh ven luh vena dan a dan memberikan memberikan sel darah sel darah
merah dengan hemoglobin normal. Untuk mempertahankan merah dengan
hemoglobin normal. Untuk mempertahankan keadaan tersebut, transfusi darah
harus dilakukan secara rutin keadaan tersebut, transfusi darah harus dilakukan
secara rutin karena dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. karena
dalam waktu 120 hari sel darah merah akan mati. Transfusi secara teratur sangat
penting untuk ketahanan hidup Transfusi secara teratur sangat penting untuk
ketahanan hidup (Hoffman, 2007). (Hoffman, 2007).
2. Terapi Khelasi Besi ( Iron Chelation Iron Chelation))
Yayasan Thalasemia Indonesia (2011) menjelaskan hemoglobin Yayasan
Thalasemia Indonesia (2011) menjelaskan hemoglobin dalam sel darah merah
11
adalah zat besi yang kaya protein. Apabila dalam sel darah merah adalah zat besi
yang kaya protein. Apabila melakukan transfusi darah secara teratur dapat
mengakibatkan melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan
penumpukan penumpukan zat zat besi besi dalam dalam darah. darah. Kondisi
Kondisi ini ini dapat dapat merusak merusak hati, jantung, dan organ-organ
lainnya. Untuk mencegah hati, jantung, dan organ-organ lainnya. Untuk
mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang
kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang kelebihan zat besi
dari tubuh. Terdapat dua obat-obatan yang kelebihan zat besi dari tubuh. Terdapat
dua obat-obatan yang digunakan dalam terapi khelasi besi, yaitu: digunakan
dalam terapi khelasi besi, yaitu:
a. Deferoxamine
Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah Deferoxamine
adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara perlahan-lahan
dan biasanya dengan bantuan kulit secara perlahan-lahan dan biasanya
dengan bantuan pompa pompa kecil kecil yang yang digunakan digunakan
dalam dalam kurun kurun waktu waktu semalam. semalam. Terapi ini
memakan waktu lama dan sedikit memberikan rasa Terapi ini memakan
waktu lama dan sedikit memberikan rasa sakit. Efek samping dari pengobatan
ini dapat menyebabkan sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan dan pendengaran. kehilangan
penglihatan dan pendengaran.
b. Deferasirox Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek Deferasirox
adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya adalah sakit
kepala, mual, muntah, diare, sakit sampingnya adalah sakit kepala, mual,
muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan (kelelahan). sendi, dan kelelahan
(kelelahan).
c. Suplemen Suplemen Asam Asam Folat Folat
Asam folat adalah vitamin B yang dapat membantu Asam folat adalah
vitamin B yang dapat membantu pembangunan pembangunan sel-sel sel-sel
darah darah merah merah yang yang sehat. sehat. Suplemen Suplemen iinnii
harus tetap diminum di samping melakukan transfusi darah harus tetap
diminum di samping melakukan transfusi darah ataupun terapi kelasi besi.
ataupun terapi kelasi besi.
3. Transplantasi sumsum tulang belakang
Bone Marrow Transplantation (BMT) sejak tahun 1900 telah dilakukan. Darah
dan sumsum transplantasi sel induk arah dan sumsum transplantasi sel induk
normal akan menggantikan sel-sel induk yang rusak. Sel – sel indyk adalah sel –
sel di dalam sumsum tulang yang membuat sel-sel darah merah. Transplantasi sel
induk adalah satu-satunya pengobatan yang dapat menyembuhkan thalasemia.
12
Namun, memiliki kendala karena hanya sejumlah kecil orang yang dapat
menemukan pasangan yang baik antara donor dan resipiennya.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Perubahan fungsi tubuh
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Terapeutik
3. Edukasi
13
teratur
Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
Ajurkan melahkukan
perawatan kulit yang tepat(mis.
Melembabkan kulit kering pada
kaki)
Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi( mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan,
omega3)
Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan( mis. Rasa sakit yang
tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
2 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
keperawatan, diharapkan :
dengan ketidakmampuan
- Porsi makan yang 1. Observasi
mencerna makanan dihabiskan meningkat
1. Identifikasi status nutrisi
- Perasaan cepat
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
kenyang menurun makanan
- Serum albumin 3. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
- Kekuatan otot jenis nutrient
menelan meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
2. Terapeutik
3. Edukasi
4. Kolaborasi
14
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
4 Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan PROMOSI CITRA TUBUH ( I.09305)
berhubungan dengan keperawatan, diharapkan :
1. Observasi
Perubahan fungsi tubuh 1. melihat bagian tubuh Identifikasi harapan citra
tubuh berdasarkan tahap
meningkat
perkembangan
2. menyentuh bagian tubuh Identifikasi budaya, agama,
jenis kelami, dan umur terkait citra
meningkat
tubuh
3. verbalisasi perasaan Identifikasi perubahan citra
tubuh yang mengakibatkan isolasi
negatif meningkat
sosial
4. verbalisasi kekhawatiran Monitor frekuensi pernyataan
kritik tehadap diri sendiri
pada penolakan/ reaksi
Monitor apakah pasien bisa
orang lain meningkat melihat bagian tubuh yang berubah
2. Terapiutik
15
5. respon no verbal pada Diskusikan perubahn tubuh
dan fungsinya
perubahan tubuh membaik
Diskusikan perbedaan
6. hubungan sosisal penampilan fisik terhadap harga
diri
meningkat
Diskusikan akibat perubahan
pubertas, kehamilan dan penuwaan
Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh
(mis.luka, penyakit, pembedahan)
Diskusikan cara
mengembangkan harapan citra
tubuh secara realistis
Diskusikan persepsi pasien
dan keluarga tentang perubahan
citra tubuh
3. Edukasi
Jelaskan kepad keluarga
tentang perawatan perubahan citra
tubuh
Anjurka mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra tubuh
Anjurkan menggunakan alat
bantu( mis. Pakaian , wig,
kosmetik)
Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung( mis.
Kelompok sebaya).
Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
Latih peningkatan
penampilan diri (mis. berdandan)
Latih pengungkapan
kemampuan diri kepad orang lain
maupun kelompok
16
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.
Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
17
ASUHAN KEPERAWATAN
Di Susun Oleh:
PUSPITA WINDY APRIANTI
NIM: A2R17028
18
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009
IDENTITAS
1. Nama : An. L
2. Umur : 6 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : belum sekolah
8. Pekerjaan : Wiraswasta
9. Alamat : Ds. Ngantru
10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds. Ngantru
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri
19
mengatakan pasien merasa pusing dan pandangan berkunang kunang, tidak nafsu makan
porsi makan sedikit (hanya 1-2 sendok) sedikit BB turun 5kg dalam 2 minggu.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :
Pasien mempunyai riwayat penyakit diabetes melitus
B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Kuning kecoklatan Coklat
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Padat Lunak
- Jumlah - -
- Frekwensi 1-2x/hari 1x sehari
- Masalah BAB Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. B A K
- Warna Kuning Bening
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji 1000cc
- Frekwensi 4x sehari 2-3x sehari
- Masalah BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. Minum
20
- Oral / NGT 1000ml/hari 1000ml/hari
- Frekwensi Air putih Air putih
- Jenis Tidak ada Rendah gula
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada Tidak ada
- Yang Tdk disukai Tidak ada yang tidak suka Semua suka
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak
C. Rekreasi
Hobby : mendengarkan musik
Penggunaan Waktu Senggang :
Menonton tv
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Pasien tidak dapat bekerja seperti biasanya
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Pasien tampak terbuka
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Orang tua
KONSEP DIRI
B. Gambaran Diri
Pasien suka dan menerima semua fisik tubuhnya
C. Harga Diri
Pasien tidak menarik diri dari lingkunganya
D. Ideal Diri
Seharusnya pasien bekerja
E. Identitas Diri
Pasien mengatakan pasien sorang laki-laki
F. Peran
Pasien seorang anak
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Pasien beribadah diatas tempat tidur
21
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin akan segera cepat sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin kalau dirawat di RS akan segera cepat sembuh dan cepat pulang
PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
k/u tampak lemah dan pucat
22
Ketegangan telinga : Elastis
b. Lubang telinga :
Bersih
c. Ketajaman pendengaran :
normal, px mampu mendengarkan detak jam tangan, kanan dan kiri sama
kerasnya
23
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler, tidak ada suara tambahan
3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : terlihat
- Ictus cordis : ICS 5 liniea mid clavicula sinistra
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Kanan atas : ICS II liniea sternalis dekstra, kiri atas : ICS II liniea sternalis
sinista. Kanan bawah : ICS IV liniea sternalis dekstra, kiri bawah : ICS IV
liniea sternalis sinistra
Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup (terdengar tunggal)
- Bunyi jantung II : dup ( terdengar tunggal)
- Bunyi jantung Tambahan : tidak ada
- Bising / Murmur : tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 80x/menit
Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal, tidak ada tanda tanda acites
- Benjolan / Massa : tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen
Tidak terlihat
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 20x/menit
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak ada benjolan
- Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda tanda acites
- Hepar : tidak ada pembesaran + nyeri hepar
- Lien : tidak ada pembesaran + nyeri tekan
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen
Tympani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada
24
tidak ada oedem
c. Kekuatan Otot : 5 5
5 5
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku :
tidak ada kelainan.
Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Composmentis / 4-5-6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk/kejang
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Tidak ada parese/kelemahan
4. Fungsi Motorik :
Pasien tidak mampu berjalan
5. Fungsi Sensorik :
Mampu merasakan panas dan dingin
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Tidak normal
b. Refleks Patologis
tidak normal
25
MCHC 33.0 32.0-38.0 %
HITUNG JENIS
Gran % 62.2 50.0-70.0 %
Limposit % 30.4 25.0-40.0 %
MID % 7.4 4.0-11.0 %
Gran # 6.20 2.50-7.00 rb/ul
Limposit # 3.0 1.25-4.0 rb/ul
MID # 0.7 rb/ul
Keterangan:
Tanda bintang (*) diatas menunjukkan diatas menunjukkan bahwa bahwa angka tidak
angka tidak dalam batas dalam batas normal.
2. Rontgen
Tidak ada
3. E C G
Tidak ada
4. U S G
Tidak ada
5. Lain – lain
Tidak ada
Mahasiswa
26
ANALISA DATA
Umur : 6 Tahun
Tanda Minor
Tidak terbentuk HbA
DS :
1. keluarga mengatakan Membentuk inklosion bodies
pasien pusing dan
pandangan berkunang Menempel pada dinding
eritrosit
kunang
DO : Hemolisis
Defisit nutrisi
Tanda Mayor Pernikahan penderita thalasemia
27
2 DS : - carier
DO : Penurunan penyakit secara
1. berat badan turun 5kg autosomal resesif
dalam 2 minggu Gangguan sintesis rantai
2. TD 100/50 mmHg, globulin alfa dan beta
HR 68 x/m, Rantai alfa kurang terbentuk
RR 27 x/m, daripada rantai beta
Kebutuhan energi
meningkat
Anoreksia
Defisit nutrisi
28
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Umur : 6 Tahun
29
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Umur : 45 Tahun
30
meningkat
- Kekuatan otot Terapeutik
menelan
meningkat 1. Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
2. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
3. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Kolaborasi
31
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
32
angkle brachial index)
Terapeutik
Edukasi
33
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
34
09.10 5. Memberikan suplemen makanan 9. Monitor asupan makanan
10. Monitor berat badan
Kolaborasi 11. Monitor hasil pemeriksaan
12. Laboratorium
1. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan Terapeutik
Kolaborasi
35
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
36
3. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
09.10 harus dilaporkan( sakit kepala ) angkle brachial index)
Terapeutik
Edukasi
37
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
38
09.10 5. Memberikan suplemen makanan
Terapeutik
Kolaborasi
1. Fasilitasi menentukan pedoman diet
1. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk (mis. Piramida makanan)
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient 2. Sajikan makanan secara menarik dan
yang dibutuhkan suhu yang sesuai
3. Berikan makan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
4. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Kolaborasi
39
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
40
Terapeutik
Edukasi
41
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
42
09.10
Kolaborasi Terapeutik
Kolaborasi
43
44