Anda di halaman 1dari 15

STIKeS HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG PRODI NERS

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
KASUS ANEMIA
Dosen Pembimbing : Shulhan Arief Hidayat, S.Kep, Ns, M.Kep

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

(SHULHAN ARIEF HIDAYAT, S.Kep, Ns, M.Kep) ( PUSPITA WINDY APRIANTI )


NIDN. 07-1707-9203

LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA

A. DEFINISI
Anemia dalam bahasa Yunani : Tanpa darah. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen dalam sel darah berada dibawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang mengangkut ke oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar Hemoglobin (Hb) atau
Hematokrit (Ht) dibawah normal, tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan Kriteria WHO degan kriteria
sebagai berikut :
a) Laki laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b) Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c) Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
d) Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 12 gr/dl
e) Anak usia 6-14 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia diklinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia
bila terdapat nilai sebagai berikut :
a) Hemoglobin < 10gr/dl
b) Hematokrit < 30%
c) Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
a) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b) Ringan Hb 8 gr/dl – 9.9 gr/dl
c) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d) Berat Hb <6 gr/dl
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia Hipoproliferatif yaitu anemia deisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh produksi sel
darah merah, meliputi;
a) Anemia aplastik penyebabnya:
- Agen neoplastik
- Terapi radiasi
- Antibiotik tertentu : obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenibutason, benzene
- Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejalanya : pucat, lemah, dll
Defisiensi trombosit : ekimokis, petekie, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan sususnan saraf pusat
Morfologis: anemia normositik normokromik
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan,
replikasi, deferensiasi) Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejalanya :
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi. Penyebabnya yaitu menurunnya
ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromi
Gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

Sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
- Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan
ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia Hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah
merah :
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisi

C. ETIOLOGI
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C
dan copper.
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah.
Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum
tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat
badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan
(kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah
sebaliknya (Fadil, 2010).

Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:


1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin
C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia
karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup
persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan
vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin,
anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan
vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan
anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar
tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena
mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri
yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Baughman (2012), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:
1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.
Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi menjadi 3 golongan
besar, yaitu sebagai berikut:
1. Gejala umum anemia Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala
yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di bawah titik tertentu.
Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:
a. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat beraktivitas, angina
pektoris, dan gagal jantung.
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot,
iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
2. Gejala khas masing-masing anemia Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia
adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, keletihan, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas.
b. Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
c. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
3. Gejala akibat penyakit yang mendasari
Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut. Misalnya anemia
defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti
pembesaran parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

Area Manifestasi Klinis


Keadaan umum Pucat , penurunan kesadaran, keletihan berat ,
kelemahan, nyeri kepala, demam, dipsnea, vertigo,
sensitive terhadap dingin, BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis,
kulit kering, kuku rapuh, koylonychia, clubbing finger, CRT
> 2 detik, elastisitas kulit munurun, perdarahan kulit atau
mukosa (anemia aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera, konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus
Mulut Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi,
atrofi papil lidah, glossitis, lidah merah (anemia deficiency
asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi, sesak waktu kerja,
angina pectoris dan bunyi jantung murmur, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantung
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah, hepatospleenomegali (pada
anemia hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, irritable, lesu perasaan dingin pada
ekstremitas.
E. PATHWAY WOC ANEMIA


Perdarahan Disentroporesis Hemoliasis Terhentinya Pembuatan Sel
(Kurang Bahan Bahan Baku Darah Oleh Sum-sum Tulang
Pembuatan Sel Darah)

Anemia

Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kadar HB ↓ Mengikat O2 O2 Dalam Darah ↓ O2 Ke Otak ↓ O2 Ke Ginjal ↓ O2 Ke Usus ↓ O2 Ke Fe (Besi)

O2 dalam darah ↓ O2 ke Jaringan Otak dan Hipoksia Teknan Ginjal Tekanan Usus Tekanan Tulang
Perifer ↓ Terganggu Terganggu Terganggu
Respon Fisiologis Tubuh Pusing

Pucat, sianosis, Susah BAK Resiko Kelemahan Otot


Gangguan Perfusi
Usaha untuk menungkatkan perifer dingin, Ketidakseimbangan
Cerebral
O2 CRT lambat (> 3 Cairan
Gangguan Eliminasi Intoleransi Aktivitas
detik)
Urine
Pola Nafas tidak efektif

Perfusi jaringan Resiko Perfusi serebral


perifer tidak efektif tidak efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya
kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat
dilakukan dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama
kehamilan, yaitu trimester I dan III.
b. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau
menggunakan rumus
c. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual.
Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti,
sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada
kolom morfology flag.
d. Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif baru, dipakai
secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan
variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan
nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka
dari besi serum, jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW
adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan eritrosit
protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.
e. Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa tetes darah dan
pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi eritropoesis,
naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya
dalam individu, sedangkan besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas.
EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.
f. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan besi habis
sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan
spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun
donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum
dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
g. Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin
dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi
kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
h. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa
keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin
dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler.
Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga tergantung keahlian pemeriksa, jumlah
struma sumsum yang memadai dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu
teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan besi dalam populasi umum
(Fadil, 2005)
G. PENATALAKSANAAN
Bila Anda merasakan gejala anemia di atas dan orang-orang di sekeliling anda melihat anda
tampak pucat dan lelah, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan menanyakan kebiasaan
makan anda dan obat yang sedang anda minum. anda lalu akan mendapatkan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya untuk menentukan apakah terdapat anemia dan
apa penyebabnya.
1. Penanganan anemia tergantung pada penyebabnya. Bila penyebabnya adalah kekurangan zat besi,
dokter akan mencari tahu dan mengatasi penyebab kekurangan tersebut. Suplemen zat besi dalam
bentuk tablet atau sirup mungkin diberikan. (Bila anemia disebabkan oleh masalah penyerapan pasca-
operasi gastrektomi, pemberian suplemen akan diberikan secara intramuskular atau intravenal).
2. Pemulihan biasanya berlangsung enam hingga delapan minggu setelah penanganan. Setelah anemia
tertangani, Anda masih akan terus menerima asupan suplemen zat besi hingga beberapa bulan untuk
menjaga kondisi. Tinja Anda akan berwarna hitam selama perawatan.
3. Bila anemia disebabkan penyakit tertentu, satu-satunya solusi adalah menyembuhkan penyakitnya.
4. Anemia kronis yang ditandai dengan gejala parah seperti denyut jantung cepat, nafas tersengal dan
pingsan mungkin harus segera ditangani dengan transfusi darah.
a. Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang
sesuai.
b. Pemberian preparat Fe: fero sulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat
dimulai dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat, dapat
diberikan bersama makanan.
Fero glukonat 3 x 200 mg secsra oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap
pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, dapat
diberikan secara perenteral dengan dosis 250 mg Fe (3 mg/kg BB) untuk tiap g% penurunan kadar
Hb dibawah normal.
Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuskuler mula-mula 50 mg,
kemudian 100-250 mg tiap 1-2 hari sampai dosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan
intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan. Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan
reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat dilakukan dengan
(Baughman, 2000):
1. Anemia Aplastik

 Transplantasi sumsum tulang.

 Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).

 Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.

 Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah dan trombosit.
 Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang yang
menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi

 Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal, fibroid uteri,
atau kanker yang dapat disembuhkan.
 Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.

 Berikan preparat besi orang yang diresepkan.

 Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.

 Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.

3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat) Anemia defisiensi vitamin B12:
 Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian ketat).
 Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya faktor-faktor
instriksik.

 Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa atau
malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
4. Anemia defisiensi asam folat:

 Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.

 Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.

 Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
5. Anemia sel sabit

 Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.

 Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.

 Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.

 Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive terhadap terapi, pada
preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan
untuk mencegah krisis.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d penggunaan otot bantu, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun.
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d pengisian kapiler >3 detik,
nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
edema, penyembuhan luka lambat
3. Gangguan eliminasi urine b.d imaturitas d.d distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas
(hesitancy), volume resido urin meningkat
4. Intoleransi aktivits b.d ketidakseimbangan kebutuhan oksigen d.d frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setalah istirahat, gambaran EKG
menunjukkan iskemia, sianosis.
I. INTERVENSI
No DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
efektif b.d penurunan tindakan keperawatan
1. Observasi
konsentrasi selama 2x24 jam pola
 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
hemoglobin napas menurun.
edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle
Dengan kriteria Hasil :
brachial index)
Gejala dan Tanda - Dispeneu menurun
 Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Mayor – Subjektif : - Penggunaan otot
(mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
(Tidak tersedia). bantu napas
dan kadar kolesterol tinggi)
Gejala dan Tanda meurun
 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
Mayor – Objektif : - Pemanjangan fase
bengkak pada ekstremitas
ekspirasi menurun
1. Pengisian kapiler >3 2. Terapeutik
- Frekuensi napas
detik.  Hindari pemasangan infus atau
membaik
2. Nadi perifer pengambilan darah di area keterbatasan
- Kedalaman napas
menurun atau tidak perfusi
membai
teraba.  Hindari pengukuran tekanan darah pada
3. Akral teraba dingin. ekstremitas pada keterbatasan perfusi
4. Warga kulit pucat.  Hindari penekanan dan pemasangan
5. Turgor kulit torniquet pada area yang cidera
menurun.  Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan perawatan kaki dan kuku
 Lakukan hidrasi
 Gejala dan Tanda
3. Edukasi
Minor – Subjektif :

 Anjurkan berhenti merokok


1. Parastesia.
 Anjurkan berolahraga rutin
2. Nyeri
 Anjurkan mengecek air mandi untuk
ekstremitas
menghindari kulit terbakar
(klaudikasi
 Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
intermiten).
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol,
jika perlu
Gejala dan Tanda  Anjurkan minum obat pengontrol tekakan
Minor – Objektif: darah secara teratur
 Anjurkan menghindari penggunaan obat
1. Edema.
penyekat beta
2. Penyembuhan
 Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang
luka lambat.
tepat(mis. Melembabkan kulit kering pada
3. Indeks ankle-
kaki)
brachial < 0,90.  Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
4. Bruit femoral.  Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ikan, omega3)
 Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis. Rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

2 Pola napas tidak Setelah dilakukan MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)
efektif b.d hambatan tindakan keperawatan
1. Observasi
upaya napas selama 2x24 jam pola
napas menurun. - Monitor pola napas (frekuensi,
Gejalan dan Tanda Dengan kriteria Hasil :
kedalaman, usaha napas)
Mayor : - Dispeneu menurun - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Subjektif : - Penggunaan otot
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
1. Dispnea bantu napas - Monitor sputum (jumlah, warna,
Objektif : meurun
aroma)
1. Penggunaan otot - Pemanjangan fase
bantu pernapasan. 2. Terapeutik
ekspirasi menurun
2. Fase ekspirasi
- Frekuensi napas
memanjang. - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
membaik
3. Pola napas abnormal head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
Kedalaman napas
(mis. takipnea. trauma cervical)
membaik
bradipnea, - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
hiperventilasi kussmaul - Berikan minum hangat
cheyne-stokes). - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
Gejala dan Tanda detik
Minor : - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : 1. Ortopnea
- Penghisapan endotrakeal
Objektif :
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan
1. Pernapasan pursed-
forsepMcGill
lip.
- Berikan oksigen, jika perlu
2. Pernapasan cuping
3. Edukasi
hidung.
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
3. Diameter thoraks
tidak kontraindikasi.
anterior—posterior 
- Ajarkan teknik batuk efektif
meningkat
4. Kolaborasi
4. Ventilasi semenit
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
menurun ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Salemba
Medika: Jakarta
Harsono, ED. 2010. Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada UP
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku untuk Brunner and Suddarth.
2012. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2011. Jakarta: EGC
Doenges, E., Marilyn. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta
Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. 2010. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai