LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
KASUS ANEMIA
Dosen Pembimbing : Shulhan Arief Hidayat, S.Kep, Ns, M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
ANEMIA
A. DEFINISI
Anemia dalam bahasa Yunani : Tanpa darah. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen dalam sel darah berada dibawah normal. Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang mengangkut ke oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke
seluruh bagian tubuh.
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar Hemoglobin (Hb) atau
Hematokrit (Ht) dibawah normal, tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh.
Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan Kriteria WHO degan kriteria
sebagai berikut :
a) Laki laki dewasa Hb < 13 gr/dl
b) Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
c) Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
d) Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 12 gr/dl
e) Anak usia 6-14 tahun Hb < 11 gr/dl
Untuk kriteria anemia diklinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia
bila terdapat nilai sebagai berikut :
a) Hemoglobin < 10gr/dl
b) Hematokrit < 30%
c) Eritrosit < 2,8 juta/mm2
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah :
a) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
b) Ringan Hb 8 gr/dl – 9.9 gr/dl
c) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
d) Berat Hb <6 gr/dl
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia Hipoproliferatif yaitu anemia deisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh produksi sel
darah merah, meliputi;
a) Anemia aplastik penyebabnya:
- Agen neoplastik
- Terapi radiasi
- Antibiotik tertentu : obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenibutason, benzene
- Infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejalanya : pucat, lemah, dll
Defisiensi trombosit : ekimokis, petekie, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran
kemih, perdarahan sususnan saraf pusat
Morfologis: anemia normositik normokromik
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan,
replikasi, deferensiasi) Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
b) Anemia pada penyakit ginjal
Gejalanya :
- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10mg/dl
- Hematokrit turun 20-30%
- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi. Penyebabnya yaitu menurunnya
ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin.
c) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik
normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi
artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan.
d) Anemia defisiensi besi
Penyebab:
- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
Gejala-gejalanya:
- Atropi papilla lidah
- Lidah pucat, merah, meradang
- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
- Morfologi: anemia mikrositik hipokromi
Gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
Sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
e) Anemia megaloblastik
Penyebab:
- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
- Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan
ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu
↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia Hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah
merah :
- Pengaruh obat-obatan tertentu
- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
- Proses autoimun
- Reaksi transfusi
- Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓
Anemia hemolisi
C. ETIOLOGI
a. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
b. Perdarahan
c. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
d. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C
dan copper.
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah.
Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum
tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar
ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat
badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan
(kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah
sebaliknya (Fadil, 2010).
―
Perdarahan Disentroporesis Hemoliasis Terhentinya Pembuatan Sel
(Kurang Bahan Bahan Baku Darah Oleh Sum-sum Tulang
Pembuatan Sel Darah)
Anemia
B1 B2 B3 B4 B5 B6
O2 dalam darah ↓ O2 ke Jaringan Otak dan Hipoksia Teknan Ginjal Tekanan Usus Tekanan Tulang
Perifer ↓ Terganggu Terganggu Terganggu
Respon Fisiologis Tubuh Pusing
Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah dan trombosit.
Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang yang
menderita infeksi.
2. Anemia defisiensi besi
Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal, fibroid uteri,
atau kanker yang dapat disembuhkan.
Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat) Anemia defisiensi vitamin B12:
Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian ketat).
Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya faktor-faktor
instriksik.
Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa atau
malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.
4. Anemia defisiensi asam folat:
Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
5. Anemia sel sabit
Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive terhadap terapi, pada
preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan
untuk mencegah krisis.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d penggunaan otot bantu, fase ekspirasi
memanjang, pola napas abnormal, pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun.
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d pengisian kapiler >3 detik,
nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,
edema, penyembuhan luka lambat
3. Gangguan eliminasi urine b.d imaturitas d.d distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas
(hesitancy), volume resido urin meningkat
4. Intoleransi aktivits b.d ketidakseimbangan kebutuhan oksigen d.d frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setalah istirahat, gambaran EKG
menunjukkan iskemia, sianosis.
I. INTERVENSI
No DIAGNOSA SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan PERAWATAN SIRKULASI (I.02079)
efektif b.d penurunan tindakan keperawatan
1. Observasi
konsentrasi selama 2x24 jam pola
Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer,
hemoglobin napas menurun.
edema, pengisian kalpiler, warna, suhu, angkle
Dengan kriteria Hasil :
brachial index)
Gejala dan Tanda - Dispeneu menurun
Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
Mayor – Subjektif : - Penggunaan otot
(mis. Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
(Tidak tersedia). bantu napas
dan kadar kolesterol tinggi)
Gejala dan Tanda meurun
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
Mayor – Objektif : - Pemanjangan fase
bengkak pada ekstremitas
ekspirasi menurun
1. Pengisian kapiler >3 2. Terapeutik
- Frekuensi napas
detik. Hindari pemasangan infus atau
membaik
2. Nadi perifer pengambilan darah di area keterbatasan
- Kedalaman napas
menurun atau tidak perfusi
membai
teraba. Hindari pengukuran tekanan darah pada
3. Akral teraba dingin. ekstremitas pada keterbatasan perfusi
4. Warga kulit pucat. Hindari penekanan dan pemasangan
5. Turgor kulit torniquet pada area yang cidera
menurun. Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Gejala dan Tanda
3. Edukasi
Minor – Subjektif :
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan MENEJEMEN JALAN NAPAS (I. 01011)
efektif b.d hambatan tindakan keperawatan
1. Observasi
upaya napas selama 2x24 jam pola
napas menurun. - Monitor pola napas (frekuensi,
Gejalan dan Tanda Dengan kriteria Hasil :
kedalaman, usaha napas)
Mayor : - Dispeneu menurun - Monitor bunyi napas tambahan (mis.
Subjektif : - Penggunaan otot
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
1. Dispnea bantu napas - Monitor sputum (jumlah, warna,
Objektif : meurun
aroma)
1. Penggunaan otot - Pemanjangan fase
bantu pernapasan. 2. Terapeutik
ekspirasi menurun
2. Fase ekspirasi
- Frekuensi napas
memanjang. - Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
membaik
3. Pola napas abnormal head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga
Kedalaman napas
(mis. takipnea. trauma cervical)
membaik
bradipnea, - Posisikan semi-Fowler atau Fowler
hiperventilasi kussmaul - Berikan minum hangat
cheyne-stokes). - Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
Gejala dan Tanda detik
Minor : - Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : 1. Ortopnea
- Penghisapan endotrakeal
Objektif :
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan
1. Pernapasan pursed-
forsepMcGill
lip.
- Berikan oksigen, jika perlu
2. Pernapasan cuping
3. Edukasi
hidung.
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
3. Diameter thoraks
tidak kontraindikasi.
anterior—posterior
- Ajarkan teknik batuk efektif
meningkat
4. Kolaborasi
4. Ventilasi semenit
- Kolaborasi pemberian bronkodilator,
menurun ekspektoran, mukolitik, jika perlu.
5. Kapasitas vital
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada
berubah
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan Salemba
Medika: Jakarta
Harsono, ED. 2010. Kapita Selekta Neurologi, Gajah Mada UP
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku untuk Brunner and Suddarth.
2012. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi. 2011. Jakarta: EGC
Doenges, E., Marilyn. 2011. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC: Jakarta
Suratun dkk. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. 2010. Jakarta: EGC