Anda di halaman 1dari 12

PEMICU 1

BLOK 3

PENOLAKAN TITO KECIL

NAMA : ANGELINA BETTY SIBURIAN

NIM : 200600129

KELOMPOK 12

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020
Pemicu 1

Nama Pemicu : Penolakan Tito kecil

Penyusun : Dr.Essie Octiara, drg, Sp.KGA dan Lili Rahmawati, dr, Sp.A

Seorang ibu membawa anaknya laki-laki berusia 5 tahun bernama Tito ke dokter gigi dengan
keluhan gigi depan hampir semua tinggal akar gigi, sedangkan gigi belakang banyak yang
berlubang. Gusi sering bengkak hilang timbul sehingga menyebabkan anak demam. Bengkak
gusi hilang karena diberi obat oleh dokter gigi, namun beberapa bulan ke depan bengkak gusi
timbul lagi. Dokter gigi telah melakukan beberapa penanganan tingkah laku pada anak agar
anak mau dirawat giginya, namun anak tetap menolak dirawat karena takut.
Berat badan anak 13 kg, tinggi badan anak 100 cm dan lingkar kepala 50 cm.

Saat di ruang klinik, anak menangis keras, menjerit dan meronta untuk menolak naik ke kursi
gigi. Ibu sudah putus asa melihat anak, karena berulang kali tingkah laku yang sama
ditunjukkan anak. Dokter gigi melakukan tindakan membujuk dan modeling pada anak,
namun tetap tidak berhasil juga.

Menurut informasi ibu, anak memiliki pengalaman perawatan gigi kurang menyenangkan
saat usia 3 tahun. Anak dicabut giginya akibat gigi patah dan goyang karena jatuh sehingga
gigi tidak dapat dipertahankan lagi. Pada saat itu anak menolak meronta namun dipaksa untuk
dilakukan pencabutan gigi karena perawatan darurat. Semenjak itu kalau diajak berobat gigi,
anak tidak pernah mau dirawat.

Anak merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Anak sering dirawat oleh kakek
dan nenek karena ibu dan ayah sering bekerja di luar kota. Kakek dan nenek tidak dapat
menolak permintaan anak karena merupakan cucu laki-laki satu-satunya. Ibu memang agak
kesulitan dalam menangani tingkah laku anak apabila anak meminta sesuatu atau menolak
sesuatu.

Hasil pencatatan riwayat medis diperoleh keterangan bahwa anak lahir dengan berat badan
2,300 gram, masa gestasi 8 bulan, dan dilahirkan secara cesar. Ibu saat hamil mengalami rasa
mual yang cukup panjang sehingga sampai masa kehamilan 6 bulan, ibu sukar makan dan
hampir selalu muntah bila sehabis makan. Sejak usia 2 tahun, anak sering sakit-sakitan dan
sering mengonsumsi obat-obatan. Riwayat imunisasi Tito tidak lengkap, hanya mendapat 3
kali suntikan imunisasi dan ibu lupa jenis vaksinnya. Analisis keadaan Tito
Pertanyaan:

1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan pasien Tito tersebut? Normalkah?


2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?
3. Bagaimana status gizi pada pasien anak tersebut ?
4. Faktor-faktor manakah yang membuat pasien anak tersebut sering menderita sakit?
Bagaimana cara mencegah hal tersebut dan bagaimana imunisasi anak tersebut?
5. Bagaimana perkembangan psikologis/ tingkah laku pasien anak seharusnya bila
dihubungkan dengan usia. Sesuaikah tingkah laku pasien anak tersebut dengan
usianya?
6. Faktor-faktor apa saja yang berperanan membuat pasien anak tersebut bertingkah laku
seperti di atas ?
7. Bagaimana klasifikasi tingkah laku pasien Tito tersebut menurut Frankl dan Wright ?
8. Jelaskan menurut Anda, penanganan tingkah laku apa yang cocok dilakukan untuk
Tito pada saat perawatan giginya
Jawaban

1. Pertumbuhan anak terbagi 3, yaitu pertumbuhan fisik, intelektual, dan emosional.


Pertumbuhan fisik adalah pertumbuhan badani yang tampak dari luar. Pertumbuhan
intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi, kemampuan menangani
materi yang abstrak / simbolik tingkat molekuler / sederhana proses kompleks.
Pertumbuhan emosional adalah pertumbuhan yang berkaitan dengan kemampuan
membentuk ikatan batin mempunyai perasaan.

Pertumbuhan Tito jika dihitung dari berat badan sewaktu lahir (2300 gram = 2,3 kg)
adalah tidak normal. Berat lahir rata-rata bayi adalah sekitar 7,5 lb (3,5 kg), tetapi
antara 5,5 lb (2,5 kg) dan 10 lb (4,5 kg) masih dianggap normal1.

Pertumbuhan Tito jika dihitung dari lamanya masa gestasi (8 bulan = 32 minggu) juga
tidak normal. Bayi yang belum lahir menghabiskan sekitar 38 minggu di dalam rahim,
tetapi rata-rata lama kehamilan, atau masa gestasi, dihitung pada 40 minggu2.

Apabila ditinjau dari usia dan berat badan (13 kg), Tito memiliki berat badan yang
tidak normal. Menurut data WHO3, berat badan anak normal untuk usia 5 tahun
berkisar 16 kg – 21 kg dengan nilai median 18, 3 kg.

Jika dilihat dari hubungan antara usia dan tinggi badan (100 cm), Tito memiliki tinggi
badan yang tidak normal. Menurut data WHO4, tinggi badan anak normal untuk usia 5
tahun berkisar 105,3 cm – 114,6 cm dengan nilai median 110 cm.

Apabila dilihat dari hubungan antara usia dengan ukuran lingkar kepala (50 cm), Tito
memiliki lingkar kepala normal. Menurut data WHO5, lingkar kepala normal untuk
anak usia 5 tahun adalah 49,2 cm – 52,2 cm dengan median 50,7 cm.

Apabila ditinjau dari aspek intelektual, Tito dapat menafsir dan mengingat situasi
berdasarkan observasinya terhadap pengalamannya yang kurang menyenangkan pada
usia 3 tahun. Hal ini adalah normal bagi anak 5 tahun. Ditinjau dari segi
emosionalnya, Tito merasa takut atau cemas menghadapi dokter gigi, artinya ia
memiliki perasaan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di sekitarnya (normal).
2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak terdiri dari faktor alami dan faktor
pola asuh. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak:
 Keturunan
Keturunan adalah transmisi ciri fisik dari orang tua kepada anak melalui gen
mereka. Hal ini mempengaruhi penampilan fisik seperti tinggi badan, berat
badan, struktur tubuh, warna mata, tekstur rambut, kecerdasan dan bakat,
bahkan penyakit dan kondisi seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dll.

 Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini
melibatkan lingkungan fisik dan kondisi geografis tempat tinggal anak, serta
lingkungan sosial dan hubungan dengan keluarga dan teman sebaya. Bahkan
cuaca suatu tempat mempengaruhi anak-anak berupa ritme tubuh dan alergi

 Latihan dan Kesehatan


Latihan di sini mengacu pada waktu bermain normal dan aktivitas olahraga
yang membantu tubuh meningkatkan kekuatan otot dan menambah massa
tulang. Olahraga membuat anak tetap sehat dan melawan penyakit dengan
memperkuat sistem kekebalan, terutama jika mereka bermain di luar.

 Hormon
Kelenjar berbeda yang terletak di bagian tubuh tertentu mengeluarkan hormon
yang berfungsi untuk mengontrol fungsi tubuh. Ketidakseimbangan fungsi
kelenjar penghasil hormon dapat menyebabkan cacat pertumbuhan, obesitas,
masalah perilaku, dan penyakit lainnya.

 Seks
Anak laki-laki dan perempuan tumbuh dengan cara yang berbeda, terutama
menjelang pubertas. Anak laki-laki cenderung lebih tinggi dan secara fisik
lebih kuat daripada anak perempuan. Namun, anak perempuan cenderung
lebih cepat dewasa selama masa remaja, sementara anak laki-laki menjadi
dewasa dalam jangka waktu yang lebih lama. Temperamen mereka juga
beragam, membuat mereka menunjukkan ketertarikan pada hal yang berbeda.
 Nutrisi
Nutrisi adalah faktor penting dalam pertumbuhan. Malnutrisi dapat
menyebabkan penyakit defisiensi yang berdampak buruk pada tumbuh
kembang anak. Di sisi lain, makan berlebihan dapat memicu obesitas, diabetes
dan penyakit jantung. Pola makan seimbang kaya vitamin, mineral, protein,
karbohidrat dan lemak sangat penting untuk perkembangan otak dan tubuh.

 Pengaruh Keluarga
Pertumbuhan positif terlihat ketika keluarga menginvestasikan waktu, energi
dan cinta dalam perkembangan anak melalui kegiatan membacakan buku,
bermain, dan melakukan percakapan yang bermakna. Keluarga yang
melecehkan atau mengabaikan anak dapat membuat mereka menjadi individu
yang memiliki keterampilan sosial yang buruk saat dewasa.

 Status sosial ekonomi


Status sosial ekonomi keluarga menentukan kualitas kesempatan yang didapat
seorang anak. Keluarga kaya dapat menawarkan sumber belajar yang lebih
baik untuk anak-anak mereka, sedangkan anak-anak dari keluarga yang lebih
miskin mungkin tidak memiliki akses ke sumber daya pendidikan dan nutrisi
yang baik untuk mencapai potensi penuh mereka.

 Proses pembelajaran dan penguatan


Belajar berkaitan dengan membangun anak secara mental, intelektual,
emosional, dan sosial sehingga mereka beroperasi sebagai individu fungsional
yang sehat dalam masyarakat. Di sinilah perkembangan pikiran terjadi dan
anak bisa mencapai kedewasaan. Penguatan adalah komponen pembelajaran di
mana suatu aktivitas atau latihan diulangi dan disempurnakan untuk
memperkuat pelajaran yang dipetik6.

3. Status gizi Tito kurang memuaskan. Hal ini didasarkan 3 keadaan, yaitu:
 Ibu saat hamil mengalami rasa mual yang cukup panjang sampai masa
kehamilan 6 bulan, ibu sukar makan dan hampir selalu muntah bila sehabis
makan (prenatal)
 Tito lahir pada usia kandungan 8 bulan (natal)
 Tito sering sakit-sakitan sejak usia 2 tahun dan sering mengonsumsi obat-
obatan (pascanatal)

Tito kemungkinan kekurangan zat-zat yang dibutuhkan badan, misalnya:

 Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kekuatan gigi dan juga berguna
untuk pertumbuhan tinggi badan
 Vitamin E
Vitamin E berguna untuk menghasilkan dentin yang dapat melindungi gigi
dari risiko berlubang
 Serat
Serat mendorong produksi air liur. Air liur yang cukup membantu mengocok
partikel makanan yang menempel pada gigi dan menyebabkan kerusakan.

4. Faktor yang membuat anak tersebut sering menderita sakit adalah karena pada masa
prenatal anak tersebut kekurangan gizi disebabkan oleh asupan gizi yang masuk dari
ibunya sangat sedikit. Hal ini membuat kondisi tubuh Tito menjadi lemah sehingga
rentan terkena penyakit.

Untuk mencegah hal tersebut, Tito harus diberi banyak asupan nutrisi yang seimbang
pada masa pertumbuhannya melalui makanan sehari-hari yang sehat. Tito juga perlu
diberikan suplemen untuk menambah asupan gizi.

Untuk jenis imunisasi, Tito memiliki jumlah imunisasi yang kurang dari yang
seharusnya. Di Indonesia, ada 5 imunisasi wajib yang harus diterima anak, yaitu:
 Imunisasi hepatitis B: diberikan pada bayi 4 kali, yaitu 12 jam setelah
kelahiran, usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan.
 Imunisasi polio: Vaksin polio tetes diberikan pada bayi 4 kali, yaitu pada usia
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan; sedangkan vaksin polio sunting
diberikan sekali pada usia 4 bulan.
 Imunisasi BCG: diberikan sekali pada bayi saat usia 2 atau 3 bulan.
 Imunisasi campak: diberikan pada bayi 3 kali, yaitu pada usia 9 bulan, 18
bulan, dan 6 tahun.
 Imunisasi DPT-HB-HIB: Diberikan sebanyak 4 kali pada usia 2 bulan, 3
bulan, 4 bulan, dan 18 bulan7.
5. Umumnya anak usia 5 tahun memiliki sifat sebagai berikut:
 Menunjukkan ekspresi wajar saat marah, sedih, takut
 Menjadi pendengar dan pembicara yang baik
 Anak memahami perbedaan hal baik dan buruk
 Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga mengikuti perintah
 Anak akan mulai mengalami perkembangan kepribadian super ego pada usia 5
tahun, dan perkembangan ini secara khas akan menjadi sempurna. Dan ketika
super ego berkembang maka suara hati telah terbentuk8.

Pada kasus ini, tingkah laku yang ditunjukkan oleh Tito tidak sesuai dengan tingkah
laku anak seusianya. Perkembangan psikologi atau tingkah laku yang ditunjukkan
Tito dikategorikan tidak normal. Normalnya, jika Tito diajak berkomunikasi, ia dapat
merespon dengan baik. Kalaupun ia tidak mau menerima perawatan dari dokter gigi,
Tito dapat menolaknya dengan baik, tidak menangis keras dan menjerit karena hal
tersebut bisa digolongkan kepada tindakan tantrum, dimana tantrum normalnya hanya
dialami oleh anak berusia 1-4 tahun. Lebih dari itu sudah tidak wajar lagi9

6. Faktor yang berperan membuat Tito bersikap demikian adalah pola asuh yang salah.
Sejak kecil Tito dirawat oleh kakek dan neneknya karena orang tuanya sering pergi ke
luar kota. Hal ini membuat kedekatan antara orang tua dan anak kurang dan membuat
Tito kurang menghargai ibunya yang membawanya ke dokter gigi. Selain itu, kakek
dan nenek tidak dapat menolak permintaan Tito karena merupakan cucu laki-laki
satu-satunya. Ibunya juga agak kesulitan dalam menangani tingkah laku Tito apabila
ia meminta sesuatu atau menolak sesuatu. Oleh karena itu, ketika dibujuk ke dokter
gigi, walaupun ia tidak mau, ia memberi penolakan dengan menangis dan menjerit.

7. Klasifikasi tingkah laku menurut Frankl10:


 Jelas negatif (--): anak menolak perawatan, menangis keras, ketakutan,
mengisolasi diri, dan tidak mau mendengar apa pun yang dikatakan dokter.
 Negatif (-): Anak enggan menerima perawatan, bersikap tidak kooperatif,
menunjukkan beberapa perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan misalnya
cemberut atau menyendiri.
 Positif (+):Anak mau menerima perawatan tetapi selalu bersikap hati-hati,
bersedia untuk menuruti dokter giginya dengan mengajukan syarat tetapi si
anak tersebut tetap mengikuti arahan dokter giginya secara kooperatif.
 Jelas positif (++): Anak menjalin hubungan yang baik dengan dokter gigi,
anak tertarik dengan prosedur perawatan gigi, anak juga menikmati prosedur
perawatan gigi, menunjukkan kontak verbal yang baik, dan banyak bertanya.

Berdasarkan uraian di atas, Tito menunjukkan tingkah laku jelas negatif (--)
karena ia menangis keras dan menjerit, serta menolak mendapatkan perawatan
dari dokter.

Klasifikasi tingkah laku menurut Wright ialah sebagai berikut11:

 Perilaku kooperatif: Pasien antusias terhadap perawatan yang dilakukan


 Perilaku tidak mampu kooperatif: Biasanya dialami oleh pasien di bawah 3
tahun yang masih sangat bergantung pada ibunya dan pasien yang
memiliki keterbatasan fisik
 Perilaku histeris: Pasien menangis dengan keras, memekik, dan marah
karena memiliki ketakutan yang tinggi.
 Perilaku keras kepala: Pasien melawan setiap instruksi, tidak mau
membuka mulut, menentang, serta tidak sopan.
 Perilaku pemalu: Pasien merasa malu karena takut berbuat salah,
menghindari kontak mata, dan tidak banyak bicara.
 Perilaku tegang: Pasien memiliki suara tremor, dahi berkeringat, bibir
kering, dan tangan bergetar, tetapi tetap menerima perawatan yang diberi.
 Perilaku cengeng: Merengek sepanjang prosedur perawatan, tetapi masih
mau menerima perawatan

Berdasarkan uraian tersebut, Tito termasuk ke dalam golongan perilaku


histeris karena Tito sama sekali menolak perawatan dari dokter gigi, menangis
dengan keras, dan berteriak.

8. Beberapa cara untuk menghadapi Tito saat masa perawatannya ialah sebagai berikut12:
 Desensitisasi
Desensitisasi adalah salah satu teknik yang paling sering digunakan oleh ahli
psikologi untuk melawan rasa takut. Teknik ini meliputi tiga tahapan: pertama,
melatih pasien untuk relaks; kedua membangun hierarki stimulus; ketiga,
memperkenalkan tiap stimulus dalam hierarki untuk membuat relaks pasien,
dimulai dengan stimulus yang paling sedikit menyebabkan rasa takut dan maju
pada tahap selanjutnya hanya bila pasien tidak takut lagi dengan stimulus
tersebut.

 Sedasi
Bagi pasien anak yang tidak menjadi relaks dan kooperatif dengan teknik yang
lain diperlukan teknik sidasi. Sedasi dimaksudkan untuk menghilangkan
kecemasan. Sedasi dapat diberikan melalui cara-cara berikut: oral, intravena,
intramuskular, inhalasi.

 Tell-Show-Do (TSD)
Yang terutama pada TSD adalah menceritakan mengenai perawatan yang akan
dilakukan, memperlihatkan padanya beberapa bagian perawatan, bagaimana
itu akan dikerjakan, dan kemudian mengerjakannya. Biasanya saat melakukan
TSD dokter gigi kerap memberikan pujian yang menyenangkan hati anak.

 Hand Over Mouth Exercises (HOME)


HOME adalah tindakan menundukkan anak yang menentang. Anak yang
memiliki kebiasaan dimanja dapat ditundukkan dengan metode ini. Melalui
cara ini, dokter dapat menunjukkan bahwa anak harus taat dan disiplin.

Hal terpenting yang perlu dilakukan dokter dalam menghadapi anak kecil yang
mengalami tantrum adalah menjaga kondisi diri tetap sabar dan tidak terpancing
emosi. Apabila dokter sudah dapat mengontrol dirinya, ia dapat dengan tenang
membujuk pasiennya. Kontak mata dengan pasien harus dilakukan, tetapi tidak
mengintimidasi. Tidak boleh ada unsur penyiksaan pada saat perawatan yang dapat
membuat anak trauma.
DAFTAR PUSTAKA

1. Staff Healthwise. Physical Growth in Newborns. 21 Agustus 2019.


https://www.uofmhealth.org/health-library/te6295#:~:text=The%20average%20birth
%20weight%20for,usually%20lighter%20than%20later%20siblings. (29 November
2020)
2. Better Health Channel. Baby due date. Agustus 2014.
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/baby-due-date#:~:text=The
%20unborn%20baby%20spends%20around,generally%20occurs%20two%20weeks
%20later. (29 November 2020)
3. World Health Organization. Weight-for-age Boys. https://www.who.int/docs/default-
source/child-growth/child-growth-standards/indicators/weight-for-age/wfa-boys-0-5-
zscores.pdf?sfvrsn=be07c977_4. (29 November 2020)
4. World Health Organization. Height-for-age Boys. https://www.who.int/docs/default-
source/child-growth/child-growth-standards/indicators/length-height-for-age/hfa-
boys-2-5-zscores1624a4eedf53470c904a84fd28bd75a2.pdf?sfvrsn=4d77e340_2. (29
November 2020)
5. World Health Organization. Head circumference-for-age BOYS Birth to 5 years (z-
scores). https://www.who.int/docs/default-source/child-growth/child-growth-
standards/indicators/head-circumference-for-age/boys-simplified-field-tables--head-
circumference-for-age--birth-to-5-years-(z-scores).pdf?sfvrsn=afcf1b35_0. (29
November 2020).
6. Awadhiya, Sameer. Factors That Affect Growth and Development in Children. 17 Juli
2019. https://parenting.firstcry.com/articles/factors-that-affect-growth-and-
development-in-children/. (29 November 2020)
7. Adrian, Kevin. Daftar Imunisasi Wajib yang Harus Didapat Si Kecil. 17 Januari 2020.
https://www.alodokter.com/daftar-imunisasi-wajib-yang-harus-didapat-si-kecil. (30
November 2020)
8. Suryana D. Hakikat anak usia dini. http://repository.ut.ac.id/4697/1/PAUD4107-
M1.pdf. (30 November 2020).
9. Kinanti, A A. Psikolog: Anak Usia 4-6 Tahun Masih Tantrum, Tanda Pola Asuh
Tidak Tepat. 29 September 2016. https://health.detik.com/ibu-dan-anak/d-
3309912/psikolog-anak-usia-4-6-tahun-masih-tantrum-tanda-pola-asuh-tidak-tepat. (1
Desember 2020).
10. Horax S, Salurapa NS, Irma. Pengaruh tumbuh kembang psikis, emosi, dan sosial
dalam ilmu kedokteran gigi anak. PIN IDGAI Makassar; 2011: 780-7.
11. Zuhri A, Salurapa N, Horax S. Diagnosis perilaku suatu keharusan untuk mencapai
derajat kesehatan gigi anak optimal. PIN IDGAI Bandung; 2010:1-7.
12. Wasilah, Niken Probosari. Penatalaksanaan Pasien Cemas Pada Pencabutan Gigi
Anak Dengan Menggunakan Anestesi Topikal dan Injeksi. 2011; 8(1): 53-4.

Anda mungkin juga menyukai