Sebelum membaca buku ini, alangkah baiknya jika mengetahui bahwa tujuan buku ini di buat bukan
untuk sebagai acuan 100% untuk ilmiah atau ujian (apalagi kalau menyebutkan buku ini sebagai sumber
bacaan di depan papa CSW) tetapi untuk secara cepat buka “cerpekan/contekan” saat lupa tentang
terapi dan penanganan beberapa kasus. Jangan samakan buku ini dengan Textbook yang menjadi acuan
buku ini karena jelas lebih baik baca textbook, tetapi karena kapasitas otak koass kebanyakan sudah
penuh karena berbagai lika liku kehidupan koass jadi diharapkan buku ini membantu pembaca untuk
melewati dunia koass yang bagaikan roller coaster ini.Jika ada penyakit yang belum tecover, mohon
maafkan karena sumber daya manusia sangat terbatas sehingga kita mengerjakan buku ini seluang kami
dari kegiatan koass(karena kami penyusun juga butuh waktu untuk mengurus diri sendiri,mengurus
keluarga,mengurus pacar/calon istri/ calon suami (kalau Sudah ada ) dan juga tentunya mencari jodoh
(jika belum ada). Sekian pembuka dari tim penyusun, sebelum ditutup, Kami Mengucapkan Terima Kasih
kepada:
Tuhan yang Maha Esa karena tanpa berkat dan rahmatnya penyusunan buku ini tidak akan
berjalan sebagaimana mestinya dan juga kita tidak akan berada di RSSA untuk menjalani
Pendidikan dokter muda tanpa penyertaan dari Tuhan yang Maha Esa.
Para orang tua yang sudah berjuang untuk menyekolahkan anak anaknya di hutan rimba yang
bernama “Fakultas Kedokteran”. Terima kasih atas dedikasi dan perjuangan kalian, karena tanpa
kalian kita hanyalah angan angan semata dan tidak akan ada wujudnya di dunia ini.
Teman baik para penyusun yang sudah menyemangati dan menopang kami pada saat dunia
perkoassan.
Guru kami dosen/supervisor kami yang bekerja di FK maupun yang bekerja di RSSA. Karena
tanpa bimbingan SPV/dosen kita akan buta mengenai dunia kedokteran dan tentunya tim
penyusun tidak akan bisa berada di sini sebagai dokter muda.
Presidium yang sudah berkerja keras untuk angkatan 2013 Andreas Jeffrey, Bisma Dewanto, dan
I Made Bhayu Mahendra yang telah memberikan gagasan dan ide untuk menulis buku resume
ini
Teman Sejawat Dokter Muda FKUB RSSA angkatan 2013 yang sudah berbagi ilmu dan
pengalamannya selama ini
Adik Kelas tercinta yang selanjutnya menggunakan dan memperbarui buku ini. Semoga bisa
memperbaiki apa yang kurang dari buku ini dan juga bisa membuat buku ini semakin berguna
untuk seterusnya. Jangan sampai berhenti di sini rek, di update yang bagus, di tambahin
kontennya supaya memudahkan kita di masa depan. Menulis buku ini juga sekaligus mencicil
buat rangkuman dan belajar.
TIM PENYUSUN
Kelainan HIPERKALSEMIA
Kalsium
Gejala Hiperkalsemia akan timbul pada kadar Ca > 11 mg/dL gangguan fungsi
ginjal dan nefrokalsinosis akan terlihat pada kadar Ca> 13 mg/dL
Dikatakan Hiperkalsemia berat apabila kadar Ca > 15 mg/dL gangguan pada
jantung EMERGENSI !!!!!
Terapi:
1. Segera Hidrasi dengan normal saline (NaCl 0.9%) 200-500cc/jam dengan
target UOP 3-5 L/24 jam
2. INDIKASI HD CITO karena gangguan elektrolit JIKA PASIEN CKD DAN
JIKA TERAPI LAIN TIDAK EFEKTIF
3. Dapat diberi furosemide 20-40 mg IV, setelah rehidrasi untuk mencegah fluid
overload dan dapat meningkatkan eksresi Ca melalui urin
4. Dapat diberi calcitonin 4-8 IU/kgBB SC atau IM
5. Pemberian Bifosfonat
a. Zoledronat 4 mg dalam 50 ml NS 0,9% atau D5% Drip selama 15
menit
b. Pamidronat 60-90mg dalam 100-200cc NS 0.9%/D5% Drip dengan
kecepatan 15 mg /jam
6. Replesi Fosfat Beri Fosfat peroral s.d kadar fosfat >3.0 mg/dL HATI HATI
JIKA TERLALU BANYAK DAPAT TERJADI HIPOCALCEMIA
7. Jika penyebab karena intoksikasi vitamin D atau keganasan hematologi
pertimbangkan pemberian glucocorticoid (hidrokortison) IV 200-300mg/hari
selama 3-5 hari
HIPOKALSEMIA
Tanda Klinis:
1. Kesemutan pada ujung jari dan sekitar mulut
2. Chvostek sign
Terapi :
1. Beri Ca Glukonat 1-2 gram(1-2 ampul) dalam 500 ml D5% Drip IV selama
30-60 menit(Sabatine : Dapat diberi lebih dari 20 menit) (Dosis 0.5
mg/kgBB/jam).Dapat diulang tiap 6 jam sampai kadar Ca total 7 mg/dL
Pertahankan kadar Ca 8-8.5 mg/dL untuk mencegah hiperkalsiuria
2. Ergocalciferol 50.000-100.000 IU/hari PO atau Calcitriol 0.25-2 µg/hari
Bekerja lama (dalam htungan jam)
3. Koreksi Hipomagnesia (terlampir dibawah) dapat diberi Magnesium 50-100
mEq/hari
4. Koreksi hipoalbumin
5. Pada CKD Beri Phospate Binder (YANG MURAH MERIAH YAITU
ANTASIDA DOEN !!!!)
Sumber :
1. Sabatine, M.S., 2016. Pocket medicine: the Massachusetts General Hospital
handbook of internal medicine 6Ed. Lippincott Williams & Wilkins.
2. Papdi, E., 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal
medicine).
Kelainan HIPERNATREMIA
Natrium
Definisi : Merupakan keadaan dimana Kadar Na >145 mEq/L
Manajemen:
Diagnosis Hypernatremia:
ALGORITMA MANAJEMEN HIPERNATREMIA
HIPONATREMA
Manajemen:
Gejala Klinis:
Prinsip umum:
1. Hilangkan Penyebab
HIPERKALEMIA
GEJALA KLINIS
MANAJEMEN
Sumber
1. Braunwald, E., Fauci, A.S., Kasper, D.L., Hauser, K., Longo, D.L. and Jameson, J.L.,
2015. Harrison's manual of medicine 19Ed. McGraw Hill Professional.
2. Papdi, E., 2012. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (Emergency in internal medicine).
Ulkus Peptikum Ulkus Peptikum dibagi menjadi :
1. Ulkus Gaster : Nyeri 30 menit – 2 jam setelah makan (onset lbh cpt), dan diperparah ketika
makan
2.Ulkus Duodenum : Nyeri 90 menit – 3 jam setelah makan. Biasanya terdapat nyeri epigastic
pada malam hari (Nocturnal pain), lebih membaik jika makan
Untuk terapi Non Farmakologis : KIE untuk makan tepat waktu dan kurangi makan
pedas,kopi, dan alcohol (meskipun belum pasti mencegah ulkus tetapi dilakukan untuk
mengurangi produksi asam lambung). Hindari juga pemberian NSAID
Jika terpaksa harus mengkonsumsi NSAID : Kalau bisa ganti dengan COX 2 Selective
(Celecoxib). Jika tidak memungkinkan untuk mengganti regimen pengobatan,bisa
memberikan Obat2 an golongan PPI untuk mencegah ulkus peptikum pada pasien
yang mengkonsumsi NSAID.
Menurut SSC ,Dalam Sepsis ada target yang harus tercapai dalam 3 jam dan 6 jam
pertama
3 jam Pertama
1. Ukur kadar laktat
- Disebabkan karena kegagalan metabolic (kegagalan liver) diakrenakan
sepsis. Ada juga yang mengatakan karena hipoperfusi jaringan
Metabolisme anaerob Peningkatan kadar laktat
- Merupakan yang harus segera dicek Karena jika kadar laktat >4
Segera beri cairan dan masuk ke tahap terapi 6 jam pertama
2. Kultur darah segera untuk mencari agen penyebab dan tes sensitivitas
antibiotic
- Ambil 2 atau lebih sampel kultur darah
- Ambil kultur darah dari 2 tempat : Secara IV dan melalui akses vena.
Kecuali jika akses vena terpasang <48 jam, maka kedua sampel dapat
diambil dari akses vena
- Sebelum kultur darah, JANGAN DIBERI ANTIBIOTIK DULU. Karena dapat
mempengaruhi hasil kultur
3. Berikan Broad Spectrum Antibiotic
- Pilihan Antibiotik terlampir dibawah
- Diberikan maksimal 3-5 hari sambil menunggu tes sensitivitas antibiotic
4. Berikan Cairan Kritaloid 30 ml/kgBB (Fluid Challenge) pada saat pasien
Hipotensi atau kadar laktat > 4
- Pada Fluid Challenge perhatikan:
1. Tipe Cairan yang diberikan Beri NaCl 0.9%/ Kristaloid
2. Jumlah Cairan yang Masuk 1-2 Liter dalam 30-60 menit (Kalau d
Guideline SSC,500-1000 mL dalam 30 menit), jika ada kelainan ginjal
harus hati hati Kurangi jumlah cairan yang masuk atau siapkan
furosemide jika terjadi pulmonary edema jangan beri lebih dari 2 L,
resiko Pulmonary Edema
3. Perhatikan HR(Target HR <110),Tensi (Lihat hipotensi atau tidak), dan
MAP(Target MAP >65) (Perhatikan End point)
4. Safety Limit Jika ada penyakit penyerta harus diawasi ketat
Resiko Pulmonary Edema dan edema perifer
6 Jam Pertama
1. Pemberian Vassopresor (Jika Hipotensi tidak membaik dengan terapi cairan)
untuk mempertahankan MAP >65 mmHg
- Pilihan pertama Norepinephrine, dapat ditambahkan Epinephrin jika tak
membaik
- Detailnya terlampir di bawah
PERAWATAN
1. Posisikan pasien 30-450 Untuk mencegah aspirasi tapi bukti masih kurang
kuat
2. Atur asupan nutrisi ada bagannya di bawah
3. MONITORING
a. TTV ( Terutama Suhu)
b. Saturasi O2 untuk menilai hemodinamik
c. Mottling score merupakan tanda klinis yang mudah dinilai dan
didefinisikan sebagai perubahan warna kulit yang biasanya dimulai
sekitar lutut. Ini disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah kecil
yang heterogen dikarenakan mikroperfusi.
Jadi, pada kasus ini 24 x 20 = 480 cc. Transfusi yang dibutuhkan melebihi batas
maksimal (288-384 cc/jam) maka ada rumus 3,4,5
Jadi , memakai rumus diatas disarankan pakai koefisien kecil saja supaya leboh
efesien :
Refrensi :
1. Guideline PERKENI DM 2015
2. Guideline PERKENI terapi insulin 2015
3. Sabatine, M.S., 2016. Pocket medicine: the Massachusetts General Hospital
handbook of internal medicine 6Ed. Lippincott Williams & Wilkins.
4. Kitabchi, A.E., Umpierrez, G.E., Miles, J.M. and Fisher, J.N., 2009. Hyperglycemic crises in
adult patients with diabetes. Diabetes care, 32(7), pp.1335-1343.
PENILAIAN INTRAOPERATIF
1. Penilaian GDA:
Sebelum induksi Anestesia
30 menit sesudah Induksi
Setiap 45 menit selama tindakan
Pada Akhir tindakan
30 menit sesudah sadar
Setiap 6 jam atau sampai pasien diperbolehkan makan
Cek GDA lebih sering jika
o Setiap 30 mnt Jika GDA >200 mg/dL selama anestesia
o Setiap 15 mnt Jika GDA <80 mg/dL selama anestesia
2. Perubahan Tx:
Target GDA : 150 – 200 mg/dL saat operasi. GDA > 200 memiliki resiko
mortalitas yang tinggi pada saat operasi.
Perlu Insulin jika:
o Sernua pasien yang rnenggunakan insulin sebelum pembedahan perlu
meneruskan insulin selama tindakan.
o Pasien DM tipe 2 dengan diet dan OHO dan glukosa darah puasa >
180 mg/dl, HbAlC > 10%.
Dapat dipertimbangkan perlu insulin, Jika :
o Pasien DM tipe 2 dengan diet dan OHO, glukosa darah puasa <180
mg/dl, HbAlC <10%
o Lama pernbedahan <2jam ruang tubuh tidak dibuka boleh rnakan
sesudah operasi
Metformin harus dihentikan 2-3 hari sebelum pembedahan untuk mencegah
asidosis laktat dan dapat diganti dengan sulfonilurea sementara.
Menurut Sudarkan dan Surani, Insulin Perioperatif diberikan 0.5-1 IU(
Campurkan Rapid Acting Insulin 100 IU ke dalam 100 cc NS) dan diberikan 2-3
IU atau lebih tinggi pada pasien DM tipe 2.
Tabel 1 dibawah lampiran dari PAPDI:
PENILAIAN POST OPERATIF:
Target GDA : American Diabetic Association maupun American Thoracic
Surgeon berpendapat jika target GDA terbaik post Op adalah 140- 180 mg/dL.
Jika diatas >180 mg/dL,harus berhati hati jika ada reaksi stress metabolic.
Target GDA menurut PAPDI 180-220 mg/dL
Infus glukosa diberikan sampai pasien dapat makan
Bila Insulin IV akan di stop, segera berikan insulin SC karena setelah 30 menit
insulin IV tidak akan bekerja lagi. Terapi Insulin yang optimal terlampir di
bawah (PAPDI)
o Hitung jumlah Insulin selama 24 jam (Dosis lama)
o Dosis baru adalah 80- 100 % dosis lama. DIberikan sebelum makan
pagi (25%) sebelum makan malam 25% dan 25% sisanya sebelum tidur
o Diteruskan untuk mendapat dosis insulin tepat atau dosis sebelum
pembedahan
DAFTAR PUSTAKA:
1. PAPDI edisi VI, 2014
2. Sudhakaran, S. and Surani, S.R., 2015. Guidelines for perioperative
management of the diabetic patient. Surgery research and practice, 2015.
VERTIGO DEFINISI
Vertigo merupakan ilusi terasa berputar yang disebabkan oleh ketidak seimbangan
aktivitas neural antara nuclei vestibular kanan dan kiri
ETIOLOGI
*Disrartria
*Inkordinasi
*Diploplia
* Kebas pada wajah
3. Infark pada Inferior Cerebral Artery dapat terjadi dengan gejala
vertigo,nystagmus, dan ketidak seimbangan postural
- Multiple Sclerosis : Dapat menyebabkan gejala vestibular dengan plak pada Entry
one dari Saraf VIII dengan gejala vertigo yang tampak
-Herpes Zoster oticus
- Meniere Disesase ada gangguan pendengaran
1. Terdapat Ilusi dari gerakan seperti terasa berputar. Sensasi berputar tak selalu
diperlukan untuk menegakkan diagnosis vertigo, perasaan pasien terasa
seperti miring maupun bergoyang dapat diaktakan sebagai gejala vertigo.
Terkadang tidak semua pasien dapat mendeskripsikan gejala vertigo dengan
tepat, gejala seperti pusing yang tidak jelas, adanya gangguan keseimbangan
,ataupun disorientasi dapat muncul sebagai gejala vestibular. Terkadang gejala
dapat terasa seperti pasien presyncope yang dapat diartikan seperti perasaan
pusing dan terasa mau pingsan
2. Mual dan Muntah merupakan gejala tipikal
3. Gangguan postural dan instabilitas : Terjadi karena Vestibular nuclei
mengirimkan sinyal ke vetibulospinal tract Stimulasi otot untuk mnjaga
postur. Gejala ini lebih dominan pada vertigo central karena adanya gangguan
sinyal . Pasien vertigo perifer biasanya dapat berjala seimbang tanpa adanya
gangguan postur tetapi takut untuk bergerka
4. Tilt ilussion : Pasien merasa bahwa mereka dan lingkungan mereka
dimiringkan sehubungan dengan gravitasi, bahkan ke titik yang terbalik,
biasanya mencerminkan kerusakan organ otolitik (utricle dan saccule) atau
koneksi pusat . Disfungsi Otolith juga dapat menyebabkan lateropulsi atau
kecenderungan untuk jatuh ke sisi lesi (ipsilateral).
5. Drop Attack: Pasien merasakan sensai terasa didorong atau tertarik ke tanah.
Berbeda dengan gejala presyncope, tidak ada kehilangan kesadaran pada saat
drop attack
6. Disorientasi Spasial(gampangnya gangguan menilai jarak,posisi,lokasi, dan
gerakan) : Merupakan disorietasi spasial yang cepat berlalu ketiak kepala
menoleh ke satu arah, gejala sering menetap meskipun pasien telah pulih dari
serangan vertigo. Biasanya jika pasien mencermati, gejala memberat jika
menoleh ke sisi lesi
7. Oscillopsia: merupakan ilusi visual seperti gerakan konstan ke belakang dan ke
depan atau dari sisi ke sisi gerak lingkungan, dan penglihatan kabur setiap kali
kepala bergerak adalah manifestasi dari gangguan refleks vestibuloocular.
8. NICE TO KNOW SAJA !!! DARI UPTODATE. Jika ada gangguan
keseimbangan tanpa vertigo Pikirkan kemungkan acute simultaneous
bilateral vestibular loss seperti pada kasus keracunan antibiotik golongan
aminoglikosida. Tidak ada gejala vertigo karena tidak ada gangguan asimeteris
vestibular. Gejala Oscillopsia dapat tejadi jika pasien menggerakan kepala
secara pasif seperti ketika berjalan ataupun mengemudikan kendaraan di jalan
yang bergelombang (rough terrain). Gangguan keseimbangan dapat terjadi jika
pasien berada di tempat gelap
TERAPI CEPAT
Sumber :
1. Catetan Kuliah dan Slide Kuliah
2. Oxford Handbook of Neurology tahun 2014
3. Uptodate
4. Buku Ajar neurologi FKUB
5. Buku Dasar Neurologi dr.Badrul
Dementia Dementia Alzheimer
Alzheimer
Definisi : Merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan kognitif, fungsi emosi,
dan emosi yang serius dan tidak berhubungan dengan retardasi mental. Menurut PPK
Dementia 2015, didefinisikan sebagai sindrom penurunan fungsi kognitif yang cukup
berat sehingga menggangu aktivitas sosial dan aktivitas sehari hari, dan dapat
ditemukan perubahan perilaku yang tidak disebabkan oleh delirium maupun gangguan
psikiatri mayor
[Gejala Klinis]
Defisit Kognitif
- Memory Loss : Susah mengingat,Agnosia (tidak mampu memproses informasi
sensori seperti tidak bisa mengenali obyek,orang,suara,bentuk maupun bau contoh:
Pasien visus baik, tapi tidak tahu benda yang tunjukan),Sering kehilangan barang,
sering tersesat. Pasien terkadang juga melupakan tentang pekerjaan,
Riw.Pendidikam,Tanggal lahir,Anggota keluarga,dan bahkan terhadap namanya
sendiri. Juga tidak mampu mempelajari hal baru
Non-Kognitif
- Depresi
- Gangguan Psikotik
- Gangguan psikotik yang merusak:
+ Agresif (fisik maupun verbal)
+ Hiperaktif dan tidak kooperatif
+ Suka Menentang
+ Melakukan kegiatan berulang ulang
Anamnesis :
- Riw. Penyakit dahulu : Tumor,stroke (Klo demensia vaskular sih pasti stroke dlu trs
demensia),penyakit metabolik
- Riw. perubahan perillaku pasien
- Riw.gangguan kognitif : Memori jangka panjang maupin pendek, orientasi orang,
tempat dan waktu, dan Nilai afasia atau tidak
PDx :
1. MMSE dan Clock Drawing Test
(MMSE Interpretasi)
Normal : 24-30
Mild Cognitive Impairment/Mild Alzheimer : 20-23
Moderate Alzheimer: 10-19
0-9 : Severe Alzheimer
2. Imaging : MRI Kepala, CT scan kepala
3. Nilai Activity of Dialy Living (ADL) dan Instrumental Activity of Dialy Living (IADL)
Clock Drawing Test : Krn pasien dementia gangguan menghitung. dia salah
menempatkan angka pada saat menggambar jam
Untuk menanyakan Sindroma LUTS dengan sistematis harus mengetahui kalau LUTS
ada 3 kategori besar,yaitu:
1. Storage Berhubungan dengan perasaan/FEEL ingin kencing/kebelet maupun
nyeri, yaitu
- Urgensi : Rasa ingin BAK sampai terasa nyeri dan tak nyaman
- Frekuensi : Keinginan Ingin Miksi terus menerus (Menurut buku basuki >8x /hari dan
kencing setiap kurang dari 2 jam)
- Nocturia : Pasien terbangun pada malam hari karena ingin BAK (lebih dari sama
dengan 1x)
-Disuria : Nyeri pada saat BAK
2. Voiding Keluhan yang dirasakan saat kencing
- Hesitancy : Pasien tidak bisa mengeluarkan BAK
- Intermitent : Karena Hesitancy pasien mengejan sehingga pancaran keluar tetapi
terkadang berhenti
3. Post Miksi keluhan ketika miksi selesai
- Terminal Dribbling : Pasien tidak puas saat selesai miksi dan urin masih menetes
Jadi untuk anamnesis LUTS,untk mempermudah kita bayangkan saat kita mau
kencing secara normal bagaimana. Jadi urutannya yaitu :
1. Tanya tentang perasaan kebelet urgensi (krn kita kencing krn ada keinginan untuk
BAK)
2.Tanyakan pancarannya apakah lemah/kuat. Dan apakah berhenti ketika kencing shg
perlu mengejan untuk BAK?
3. Apakah saat BAK terasa nyeri (disuria)
4. Apakah ketika selesai miksi menetes (bersisa) atau krn tetesan trsbt sehingga
Celana Dalam/Celana/Sarung menjadi basah karena Urin (Menanyakan Terminal
Dribbling)
5.Tanyakan apakah setelah miksi, apakah sudah lega/ masih ingin kencing dan tidak
puas post miksi? (menanyakan frekuensi)
6. Tanyakan Kepada pasien ketika malam bangun berapa kali untuk BAK?
(Menanyakan Nocturia
[USG]
1. Bisa Transabdominal/TAUS
- Melihat Volume Postat
- IPP
- Kelainan Buli --> batu, atau clot darah
- Menghitung Residu Urin pasca miksi
- Melihat adakah Hidronefrosis
2. Transrectal/TRUS
- Mencari Fokus keganasan prostat
- Guiding untuk Biposi Prostat
IPP diukur dari protursi/tonjolan prostat ke buli hingga dasar sirkumferens buli (Jadi
buat garis imaginer prostat secara horizontal di bagian terlebar prostat,dan dari garis
tsb diukur ke atas. itu IPPnya)
* IPP grade 1 : 1.5 mm
* IPP grade 2 : 5-10 mm
* IPP grade 3 : 10 mm
IPP berhubungan derajat obstruksi pada leher Buli,Jumlah sisa urine sisa pasca miksi,
dan volume prostat
- IPP derajat ringan --> Tidak ada volume residu bermakna (<100 ml) dan tidak ada
kelainan yang lain --. Tidak perlu terapi
- IPP derajat tinggi : Menunjukan residu urin >100 ml --> Terapi Agresif
[Manajemen]
[Medikamentosa]
1. Alpha adrenergic Inhibitor --> menghambat kontraksi otot polos (diberikan pada saat
Volume prostat <40cc)
DOSIS Tamsulosin: Merk: Harnal 1 tablet 0.2 mg (Ada yang Oral Controlled
Absorbtion System/ACOS) 1x 0.4 mg. Klo non ACOS--> 1x 0.4 mg, jika dosis tidak
adekuat dalam 2-4 minggu, dapat dinaikan menjadi 1x0.8 mg
Dosis Terazosin : merk Hytroz ada yang 1mg ada yang 2 mg. Dosis 1x 1mg per haru
2. 5 Alpha Reductase --> Bekerja Mengecilkan massa Prostat --> HARUS MELIHAT
HASIL USG, JIKA TERLALU BESAR DAPAT DIBERIKAN OBAT INI(Menurut
Guideline IAUI >40cc)
Dosis Dutasteride : Merk Terod sof caps 0.5 mg >Dosis 1x 0.5 mg (1x1 tab)
Dosis Finasteride : Merk prostacom 5 mg. Dosis yaitu 1x 5mg (1x1 tab)
TERAPI PEMBEDAHAN
1. Open Prostatectomy Indikasi jika Volume Prostat lebih dari 100 gram. Atau lebih
dari 80 cc
2. TURP Jika pasien tidak bisa kencing setelah Trial Without Catheter dan
pembesaran Prostat sedang atau kecil. Max volume prostat untuk TURP 80 cc
Diskusi Kasus Nyeri Colic dan Batu Ginjal dengan Dr.dr. Basuki B
Purnomo,Sp.U(K)
Ketika nyeri colic lsg ksh NSAID saja(ketorolac Supp aja). Trs baru di anamnesis
Jika Curiga batu cek USG sm UL dlu. Klo msu lbh tau lokasi batunya bs d lakukan
NCCT maupun IVU
Medical Expulsive Theraphy (MET): Beri tamsulosin untuk merelaksasikan otot polos
spy batu mudah lewat (Baca guideline EUA)
Batas 4 Kuadran --> Batas tengah yaitu Proc.Xiphoideus dan Batas horizontal yaitu
sejajar umbilikus
[REGIO FLANK]
3. Costovertebral Angle/Nyeri ketok ginjal --> Ketok di bagian antara costae dengan
vertebrae (Positif pada Hydronefrosis dan batu ginjal)
[REGIO SUPRAPUBIK]
1. Inspeksi apakah ada penonjolan pada daerah suprapubik
2. Palpasi --> dan dideskripsikan apakah ada nyeri dan teraba buli samapai mana(Mis:
teraba 2 jari dari umbilikus). Biasanya terasa nyeri pada saat buli terisi penuh -->
Retensi urin pada kasus BPH contohnya
3. Perkusi --> Perkusi buli dan deskripsikan suara DULL sampai mana
- Apakah OUE terletak pada tempat seharusnya? --> Jika tidak apakah OUE ada di
ventral/dorsal penis. Kalau di dorsal Epispadia, kalau di ventral Hipospadia
TRIAS HIPOSPADIA :
*MUE di ventral
*Memberntuk Congential Curvature --> pada saat ereksi penis melengkung
*Krn penumpukan smegma dan debris di corona --> Terbentuk chordae --> Disebut
dorsal hood
- Apakah prepusium penis dapat diretraksi atau tidak bisa dikembalikan ? --> Fimosis
jika tidak bisa diretrasikan ke belakang, dan parafimosis jika tidak bisa dikembalikan
ke posisi semula.
(Grading Phimosis sesuai Grading dari kikiros. Gambar terlampir)
Pemeriksaan lain
- Cek Reflex Cremaster Positif jika normal , Klaau torsio biasanya tidak ada reflex
cremaster karena ada torsio sehingga otot cremaster tidak bisa mengangkat testis
- Cek Phren Test Untuk membedakan Orchitis dengan Torsio Testis
(Kalau pada Orchitis Nyeri membaik pada Orchitis, kalau torsio nyeri tidak berkurang)
DDx BPH
1. BPH Sulcus media mendatar, Konsistensi kenyal ,Pembesaran Polus lateralis
simteris, Nyeri (-)
2. Ca prostat Konisisensi keras, Pembesaran Polus lateralis asimteris,
3. Prostatitis Nyeri (++) pada saat DRE
BPH:
Grade 1 : Pendataran/pembesaran pada sulcus media saja
Grade 2 : Grade 1 + Pembesaran polus lateralis
Grade 3 : Grade 2+ Pembesaran pada Polus posterior
[Benign Prostate Hyperplasia/BPH]
Komplikasi BPH :
1. ISK Berulang
2. HIL
3. Retensio Urin
4. ISK Bawah
5. Batu Buli
6. Batu Ginjal
7. Hidronefrosis
Pada BPH, Pemeriksaan Lab yang diperlukan (SESUAI URUTAN, SPV terutama
dr.Besut suka kalau DM ngerti yang prioritas yang mana)
1. Urin Lengkap --> PALING UTAMA
- Cek Leukosituria --> ISK
- Cek Eritrosituria -->
menandakan adanya pendarahan --> Cnth misal ada batu ginjal yang menggesek
mucosa sehingga terjadi pendarahan
- Cek pH --> Kalau batu ginjal tipe non opaque/as.urat --> pH urin asam --> Bisa diberi
NaBic 3x600 mg
2. Ureum/Creatinin --> Cek fungsi ginjal dan persiapan pemeriksaan Rediologis
3. Radiologis --> USG Trans Rectal
- Pada USG Prostat amati 2 hal:
+ Prostat Volume --> >20 cc --> Peningkatan Volume Prostat
+ Intravesical Protrusion of the Prostat(IPP) --> Penonjolan Prostat ke VU
[BATU GINJAL]
Sumber
1. EUROPEAN UROLOGY ASSOCIATION GUIDELINE 2016
2. Buku Dasar Urologi dr.Basuki edisi 3
3. Kuliah dan Tentiran Urologi FKUB
Luka Bakar
dan Terapi
Cairan pada
Luka Bakar
- Sering ditemui
- Berhubungan dengan luka yang luas dan dalam
- Timbul kekakuan otot yang mendadak :
I. Trismus/Lockjaw : Karena eksitasi otot rahang terutama otot maseter
II. Kaku Leher sampai opisthotonus
III. Risus Sardonicus : alis tertarik ke atas, sudut muut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat
pada gigi
- Kejang Umum tonik secara spontan/dengan rangsangan
- Kesadaran baik
- Spasme otot laring dan pernapasan --> gangguan menelan (disfagia), asfiksia, dan sianosis
- Retensi Urin karena Spasme Spincter Interna (Bladder)
- Pada Kasus berat --> Overaktivitas simpatis sehingga ada takikardai, Hipertensi,Keringat yang
banyak,Panas tinggi, dan Aritmia jantung
** During generalized tetanic spasms, patients characteristically clench their fists, arch their back, and
flex and abduct their arms while extending their legs, often becoming apneic during these dramatic
postures
** Patients with tetanus may develop reflex spasms of their masseter muscles rather than a (normal)
gag response when their posterior pharynx is touched with a tongue blade or spatula (the spatula test).
Dx topis
-Menyerang sel renshaw pada anterior horn medulla spinalis
Spasme skeletal Muscle --> Karena toxin menempel pada saraf perifer dan ditransport kedalam axon
sampai ke CNS --> menempel pada gangliosides pada Presinaptik inhibitor motor nerve endings -->
menghambat GABA dan glisin --> eksitasi terus menerus
Dx Etiologis : Tetanus
Dx Banding:
- Meningitis bacterial
- Trismus karena dental infection
- Malignant Neuroleptic Syndrome
- Rabies
TATALAKSANA
Prinsip
1. Menghancurkan organisme agar toxin tidak diproduksi lagi
2. Toxin yang belum sampai ke SSP dihentikan
3. Efek toxin yang terikat pada SSP dinetralisir
Non Farmakologis :
- Stabilisasi ABC
- Masuk ruang Isolasi untuk mencegah kejang
- Rawat Luka : Membersihkan, irigasi,dan debridement jaringan nekrotik. Kompres dengan H2O2 dan
sekitar luka suntik ATS
Farmakologis :
1.Antibiotik
- Metronidazole 500 mg Oral ataupun IV tiap 6 jam selama 7-14 hari (Lbh baik dari Penicilin krn
bioavaibilitas tinggi dan mengurangi kejadian spasme
- Penicillin G 1.2 jt unit/ hari selama 10 hari IM (Anak : 50.000 U/kgBB/12 jam selama 7-10 hari). Jika ada
sediaan IV : 200.00 U/kgBB/24 jam dibagi 6 dosis
** The first study to compare penicillin and metronidazole found a greater reduction in mortality in the
metronidazole group (7 versus 24 percent). However, in two subsequent studies, there was no
difference in mortality in patients treated with penicillin and those treated with metronidazole . In one
of the former studies, patients receiving metronidazole required fewer muscle relaxants and sedatives .
It is possible that the observed difference in outcomes may not be due to differences in the
antimicrobial activity of the two agents but rather may be explained by the GABA antagonist effect of
penicillins and third-generation cephalosporins, which may lead to central nervous system (CNS)
excitability.
** If a mixed infection is suspected, a first-, second-, or third-generation cephalosporin such as cefazolin
(1 to 2 g IV every 8 hours), cefuroxime (2 g IV every 6 hours), or ceftriaxone (1 to 2 g IV every 24 hours)
can be used.
**An alternative agent is doxycycline (100 mg every 12 hours); other agents with activity against C.
tetani are macrolides, clindamycin, vancomycin, and chloramphenicol [11,38]. The efficacy of these
agents has not been evaluated but, based upon in vitro susceptibility data, it is likely that they are
effective.
4.Terapi Anti kejang (ada d buku ajar Neuro UB edisi 1 halaman 292)
Sumber:
1. Buku Ajar Neurologi UB
2. UptoDate :
https://www.uptodate.com/contents/tetanus?search=tetanus&source=search_result&selectedTitle=1~
150&usage_type=default&display_rank=1#H1917381
TRIGERMINAL NEURALGIA
Klinis:
- Serangan secara mendadak (paroxysmal) yang bertahan selama 1-2 menit yang mengenai
salah satu atau lebih cabang N.V
** TN is typically unilateral. Occasionally the pain is bilateral, though rarely on both sides
simultaneously. The distribution of pain most often involves the V2 and/or V3 subdivisions of the
trigeminal nerve. Autonomic symptoms, usually mild or moderate, can occur in association with
attacks of TN in the V1 trigeminal distribution, including lacrimation, conjunctival injection, and
rhinorrhea . However, isolated involvement of the V1 subdivision occurs in <5 percent of
patients with TN . The presence of autonomic features, particularly when prominent or severe, is
suggestive of the syndromes of short-lasting unilateral neuralgiform headache attacks with
conjunctival injection and tearing (SUNCT) and short-lasting unilateral neuralgiform headache
attacks with autonomic symptoms (SUNA)
Ddx :
3. Kelainan Gigi
4. Migraine
5. Multiple sclerosis
6. Glossopharyngeal Neuralgia
Terapi :
Etiologi : Bell's palsy is believed to be caused by inflammation of the facial nerve at the geniculate
ganglion, which leads to compression and possible ischemia and demyelination. This ganglion lies in the
facial canal at the junction of the labyrinthine and tympanic segments, where the nerve curves sharply
toward the stylomastoid foramen. Classically, Bell's palsy has been defined as idiopathic, and the cause
of the inflammatory process in the facial nerve remains uncertain. Recently, attention has focused on
infection with herpes simplex virus type 1 (HSV-1) as a possible cause because research has found
elevated HSV-1 titers in affected patients. However, studies have failed to isolate viral DNA in biopsy
specimens, leaving the causative role of HSV-1 in question
1. Idiopatic
2. Unilateral
3. Lesi LMN
Penjelasn : pada gambar A lesi pada LMN sehingga tidak ada persarafan yang mengkompensasi sehingga
akan timbul bels sign. Pada gambar B lesi pada UMN spt pada kasus CVA ada segmen saraf perifer yang
mengkompensasi sehingga bels sign (-)
3 LOKASI LESI BELLS PALSY
Gejala : Terjadi gangguan produksi d air liur,Gangguan lakrimasi, gangguan 2/3 anterior lidah, dan tentu
gangguan LMN N.VII, Karena lokasinya d proximal ganglion jd jg bs ada keluhan gemrebeg (gg
hiperakusis krn gg.otot stapedius)
2. Lesi pada Ganglion Geniculata hingga Proximal Chorda Tympani : Akan terdapat gangguan produksi air
liur tetapi tidak ada gangguan lakrimasi. Mirip jika lesi nomeor 1 tapi tanpa gangguan lakrimasi
3. Lesi di Foramen Stylomastoid : Hanya gangguan motoris wajah tanpa keluhan lain
Terapi :
- Steroid (Prednison 1 mg/kgBB atau 60 mg/hari selama 6 hari-> diikuti Tapp off setelah 6 hari 10
mg/hari sampai total 10 hari terapi
- Antiviral : dengan acyclovir karena keterlibatan HSV-1 sebagai etiologi . Acyclovir 5x400mg selama 10
hari atau 5x800 mg jika curiga herpes zooster
*Terapi gabungan sebenarnya tidak ada signifikansi bermakna. Tetapi tetap diberikan saja
Sumber :
- Uptodate
- AAFP
COMMUNITY ACCUQIRED PNEUMONIA
KLASIFIKASI
CAP : Community-acquired pneumonia (CAP) is that which occurs in the absence of immune
compromise or prior hospital admission within the previous 30 days.
Nosocomial pneumonia can occur in anyone resident in hospital for 48 h. It is especially
common in the intensive care unit 48 h after endotracheal intubation (ventilator-associated
pneumonia (VAP)) with risk being proportional to the duration of intubation
HCAP
o - termasuk pasien yang dirawat di rumah sakit perawatan akut selama dua hari atau
lebih dalam waktu 90 hari dari infeksi
o -tinggal di fasilitas perawatan jangka panjang atau menerima terapi antimikroba
intravena / kemoterapi / perawatan luka dalam waktu 30 hari sebelum infeksi saat ini
o - Berobat di rumah sakit atau klinik Hemodialisis
Hospital Acuqired Pneumonia : Infeksi Pneumonia yang terjadi >48 jam setelah dirawat inap di
RS dan tidak terdapat infeksi pneumonia saat awal masuk RS
Ventilator Acquired Pneumonia : Pneumonia yang terjadi 48-72 jam setelah pemasangan
intubasi endotrakeal
1. CURB 65
2. PORT Score/ PSI Score
PORT SCORE/PSI : Untuk menilai probabilitas morbiditas dan mortalitas pasien Community Accquired
Pneumonia
Risk Class 1/2 ; Rawat Jalan dengan pemeberian Antibiotic Oral
Risk Class 3: Evaluasi lingkungan sekitar pasien dan
- Dapat rawat jalan dengna antibiotik oral
- Dapat rawat inap dengan pemberian antibiotik dan monitoring
Risk Class 4/5 Harus Rawat Inap untuk diterapi
Interpretasi PSI
<70 = Risk class II
71-90 = Risk class III
91-130 = Risk Class IV
>130 = Risk Class V
Biasanya terapi ditentukan dr peta kuman, sbg panduan untk terapi empirik
Nosokomial Pneumonia
1. Hospital Acquired Pneumonia (>48 Jam di RS)
2. VAP/ICU Pneumonia
3. Health Care Acquired Pneumonia ( 3 bln dirawat d RS, 3 bln terakhir antibiotik, dirawat d panti
jompo,terapi corticosteroid jangka panjang)
Ciri Khas CXR (diagnosis pasti) --> Infiltrat yang membentuk air bronchogram
PTx :
Poli : tanpa antibiotik slbmnya macrolid (azitromicin 1x500 3x 5 hari) dan Beta Lactam antibiotic
Levofloxacin pd azotemia --> dipengaruhi ginjal --> klo ada azotemia hrs adjusting dose. Klo CrCl 10-19
beri levo 1x 500/48 jam. Klo CrCl 20-40 1x750mg /48 jam
Prognosis : Baik
Klo bs mnyebabkan prognosis jelek yaitu klo ada komplikasi :
1. Respiratory failure
2. Pneumothorax
Radiologi
Komponen Hilus :Ada A. pulmonum,V.pulmonalis, Kelenjar getah bening, Cabang bronkus utama
Hilus sering tidak terlihat krn masa mediastinal
Liat hemidiafragma
Scalopping --> ga khas
Klo tenting --> khas Tb
flattening --> COPD
Liat K/V --> Normalnya kebaca verebrae T5 lbh dr it KV kuat ,klo kurang berarti KV Kurang
Demam dan leukositosis biasanya membaik dalam 2-4 hari tetapi temuan pemeriksaan fisik
bertahan lebih lama
Abnormalitas radiologi thorax paling lama untuj selesai( 4-12 minggu ) tergantung pada usia
pasien dan penyakit paru yang mendasarinya Follow up ulang CXR 4-6 minggu setelah KRS
Pasien dapat dipulangkan dari rumah sakit setelah kondisi klinisnya stabil, tanpa masalah medis
aktif yang memerlukan perawatan di rumah sakit.
Jika terjadi kekambuhan, khususnya di segmen paru yang sama Pikirkan kemungkinan
neoplasma pada paru (jika curiga Ca Paru CT scan Thorax)
Daftar Pustaka