Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2017


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

GANGGUAN ELEKTROLIT

Oleh :
Annisa Rachma Mulyani
111 2016 2068
Pembimbing Supervisor :
dr. Nikmawati Sp.S, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
Cairan tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan
ekstrasel (60%) dan cairan intrasel (40%). Cairan ekstrasel dapat dibagi
lagi menjadi dua subkompartemen antara lain cairan interstitial (30%)
dan cairan intravaskuler (10%)
Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solut berupa
elektrolit (kation dan anion) yang penting dalam mengatur
keseimbangan cairan dan fungsi sel. Natrium pada cairan ekstrasel dan
kalium pada cairan intrasel merupakan dua kation utama yang
mempengaruhi tekanan osmotik cairan dan langsung berhubungan
dengan fungsi sel
Natrium
Natrium berperan dalam menentukan status volume cairan tubuh.
Keseimbangan natrium yang terjadi dalam tubuh diatur oleh dua
mekanisme, yaitu kadar natrium yang sudah tetap dalam batas tertentu
(set-point) serta keseimbangan natrium yang masuk dan keluar (steady-
state).
Naik turunnya ekskresi natrium dalam urin diatur oleh filtrasi
glomerulus dan reabsorpsi tubulus ginjal
Sebanyak 60-65% natrium yang difiltrasi direabsorpsi di tubulus
proksimal, 25-30% di lengkung Henle, 5% di tubulus distal, dan 4% di
duktus kolingentes.
Hipernatremia
Kadar serum natrium >150 mEq/L
Penyebab hipernatremia antara lain:
- Ekskresi air melebihi ekskresi natrium; seperti peningkatan insensible
water-loss, diare osmotik, diabetes insipidus, diuresis osmotik, dan
gangguan pusat rasa haus di hipotalamus.
- Penambahan natrium yang melebihi jumlah cairan; seperti koreksi
natrium bikarbonat berlebihan pada asidosis metabolik.
- Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel; seperti peningkatan asam
laktat setelah olahraga berat yang meningkatkan osmolalitas sel.
Hiponatremia
Ringan Berat (<120 mmol/L)
Akut < 48 jam

Kronik > 48 jam anoreksia eksitabilitas neuromuskuler

nyeri kepala edema otak

Iritabel mual/muntah

kelemahan otot Kejang

cedera otak permanen

koma
kondisi hiponatremia sering terlihat pada Syndrome of Inappropriate
Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) dan Cerebral Salt-Wasting
(CSW)

SIADH, atau sindrom Schwartz-Bartter,


diakibatkan oleh pelepasan ADH tanpa
CSW merupakan kehilangan natrium
rangsangan fisiologis. Kondisi ini
melalui ginjal akibat proses
menyebabkan peningkatan
intrakranial, yang menyebabkan
osmolalitas urin dan peningkatan
hiponatremia dan penurunan volume
volume cairan ekstrasel, yang
cairan ekstrasel
selanjutnya memicu kelebihan cairan
akibat hiponatremia dilusional
Kalsium
Komponen aktif kalsium adalah fraksi kalsium yang tidak terikat
(terionisasi); kadarnya sebesar 4-5,2 mg/dL atau 1-1,3 mmol/L dalam
plasma yaitu sekitar 45% dari total kalsium serum.
Keseimbangan kalsium diatur oleh absorbsi usus, ekskresi ginjal, dan
faktor hormonal
Hiperkalsemia
Beberapa penyakit dapat disertai dengan hiperkalsemia, seperti
hiperparatiroidisme, keganasan, intoksikasi vitamin D, sarkoidosis,
hipertiroidisme, dan insufisiensi adrenal.
Kondisi ini menurunkan eksitabilitas neuromuskuler yang menyebabkan
kelemahan otot, confusion, stupor, sampai koma
Hipokalsemia
Hipokalsemia dapat diakibatkan oleh defisiensi vitamin D (paparan sinar
matahari yang tidak adekuat, diet rendah lemak, malabsorbsi, gangguan
metabolisme vitamin D), hipoparatiroidisme, keganasan,
hiperfosfatemia, penyakit hati atau ginjal, pemakaian diuretik, dan obat
yang dapat menurunkan availabilitas kalsium (-blocker, Ca-channel
blocker).
Gejala klinis hipokalsemia adalah tetani, tanda Chvostek, tanda
Trousseau, spasme otot, parastesia, perubahan status mental, atau
kejang. Spasme laring sampai apnea dapat muncul pada hipokalsemia.
Gejala-gejala tersebut biasanya baru timbul bila kadar kalsium
terionisasi <2,8 mg/dL
Paralisis Periodik
DEFENISI
Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang
ini dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit
chanellopathies pada otot skeletal.
Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik
kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum
Penderita mengalami kelemahan otot flaksid
KLASIFIKASI
Paralisis Paralisis periodik hipokalemik
periodik Paralisis periodik
primer hiperkalemik
atau Paralisis periodik
familial normokalemik
Paralisis Tirotoksikosis
periodik
sekunder Gagal ginjal kronis
Paralisis Perodik Hipokalemik

Autosom dominan.
Lokasi: kromosom 1q31-32.
Faktor pencetus: periode istirahat setelah latihan fisik yang berat,
setelah bangun tidur pagi hari, konsumsi karbohidrat yang
berlebihan,cuaca dingin, trauma, infeksi pernafasan atas.
Seranganbiasanya pada pagi hari saat bangun tidur dan berakhir
dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
Umumnya mengenai otot-otot proksimal anggota gerak bawah
yang secara cepat berkembang menjadi general (diikuti oleh
anggota gerak atas, badan dan leher).
Otot-otot bulbar/respirasi jarang terkena.
4
Lanjutan PP Hipokalemik......

Patogenesis: kelemahan otot terjadi karena


Masuknya ion Kalium ke dalam sel otot
Membran menjadi hipereksitabilitas diikuti oleh depolarisasi,
menyebabkan otot menjadi paralisis
Adanya gangguan metabolisme KH dalam sel otot

Kenaikan permeabilitas membran terhadap natrium dan


klorida selama episode kelemahan
Pada pemeriksaan dijumpai refleks fisiologik menurun
atau menghilang, sementara itu sensasi kulit tetap
normal.
Kadar Kalium serum < 3,5 mEq/l.
5
Lanjutan PP Hipokalemik......
EMG menunjukkan penurunan amplitudo unit motor potensial &
potensial polifasik meningkat jumlahnya, serta kecepatan hantar
serabut saraf menurun pada saat serangan. Di luar serangan EMG
normal.

EKG sesuai dengan hipokalemia

6
Pencegahan
menghindari kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik yang berat,
hindari kedinginan,
mengkonsumsi buah-buahan atau jus yang tinggi akan kalium,
membatasi intake karbohidrat dan garam
TERAPI :
Pemberian KCl oral:25 mEq setiap 30 menit sampai
terjadi perbaikan (max: 200 mEq/12 jam).
Hindari diet KH tinggi
Hindari diuretik golongan benzotiazid
Profilaksis: acetazolamid & spironolakton

7
Paralisis Periodik Hiperkalemik
Autosom dominan.
Lokasi: kromosom 17, defek gen channel Na+.
Onset: bayi dan anak-anak, biasanya terjadi pada siang hari
ketika istirahat stl aktivitas fisik. Setiap serangan bisa didahului
oleh adanya sensasi berat dan kaku pada otot2.
Faktorpencetus: istirahat setelah aktivitas, cuaca dingin, lapar,
stres emosional, kehamilan dan pemberian kalium.
Umumnya mengenai anggota gerak bawah, ttp ekstremitas atas
& otot2 leher bisa juga terkena.

9
Lanjutan PP
Hiperkalemik...........
Lama serangan singkat yaitu < 60 menit. Serangan bisa dicegah
dengan mengkonsumsi KH setelah aktivitas fisik.

Kadar K+ serum meningkat ringan selama serangan, tetapi


pada beberapa kasus pernah dilaporkan kadar K+ yang normal,
disebut PP Normokalemik.

EMG: gambaran miotonia.

Tes provokatif: pemberian KCl 2-10 gram akan membangkitkan


serangan dalam 1-2 jam.
Terapi pp hiperkalemik
Terapi:

Profilaksis : acetazolamide atau diuretik thiazide dapat digunakan untuk


mencegah serangan.
Pengobatan saat serangan: pada kasus yang sedang tidak
membutuhkan terapi obat-obatan yang mana hanya dengan minum
minuman yang manis atau permen gula dapat mengurangi serangan.
Jika kadar kalium darah sangat tinggi dapat diberikan secara intravena
20 ml kalsium glukonas 20% atau drip normal saline atau secara
intravena glukosa 10% ditambah insulin.
Paralisis periodik hiprekalemik Paralisis peiodik hipokalemik

Dekade pertama Dekade kedua

Pemicu Istirahat sehabis latihan, dingin, puasa, Istirahat sehabis latihan, kelebihan
makanan kaya kalium karbohidrat

Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur pagi hari

Onset Beberapa menit sampai beberapa jam Beberapa jam sampai beberapa hari

Keparahan serangan Ringan sampai sedang, fokal Sedang sampai berat

Gejala tambahan Miotonia atau paramiotonia -

Kalium serum Biasanya tinggi, bisa normal Rendah

Pengobatan Acetazolamide, dichlorphenamide, Acetazolamide, dichlorphenamide, suplemen


thiazide, beta-agonist kalium, diuretik hemat kalium
Periodik Paralisis
Normokalemik
Penatalaksanaan sama dengan paralisis periodik hiperkalemik, seperti: 3
Diet tinggi karbohidrat, seperti permen gula
Thiazide, seperti chlorthalidone 250-1000 mg/hari
Pemberian secara intravena normal saline dan kalsium glukonas
Pemberian secara intravena insulin dan glukosa
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai