Bangsal
Paralisis Periodik
Hipokalemia
Oleh
Hening Widjayanti
Intoksikasi Barium
Gangguan ginjal
Gangguan endokrin
Gangguan gastrointestinal
Dipandang dari berat ringannya
Hipokalemia dibagi menjadi :
Hipokalemia ringan
Kadar serum antara 3 3,5 mEq/L
Hipokalemia moderat
kadar serum antara 2,5 3 mEq/L.
Hipokalemia berat
Kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia yang
< 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan
jantung dan mengancam jiwa
Gejala Klinis Periodik
Paralisis
Mual dan muntah
Sifatnya berulang/intermiten
Saat serangan pasien sadar, sering serangan terjadi saat pasien istirahat
atau bangun tidur, jarang terjadi pada pasien yang sedang olahraga,
namun serangan bisa datang justru saat pasien istirahat sehabis
berolahraga
Diare, poliuria, fatigue
Nyeri otot/kram dan kelemahan otot-otot skeletal, lokasi disekitar dibahu
dan pangkal paha
Gejala Klinis
Menjalar ke lengan atas dan ekstremitas bawah, atau ke otot
mata dan otot yang
Jantung berdebar-debar
Perbandingan PP Hipokalemia, Normokalemia,
Hiperkalemia
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Mutasi gen reseptor dihidropiridin pada kromosom
1q dalam proses coupling eksitasi-kontraksi otot
Channelopathy
Patofisiologi
Transmisi
Neuromuskular
terhalang
Paralisis
KLASIFIKASI
TES PEMERIK
PROVO SAAN
KASI FISIK
DIAGN
OSTIK
EMG LABORA
TORIUM
EKG
Anamnesa
Usia saat onset
Riwayat paralisis yang berulang
Waktu
Kelemahan otot
Intensitas
Sekunder
PP tirotoksikosis dapat diberikan -blocker dan
carbimazole. Pada kondisi darurat penggunaan
propanolol intravena direkomendasikan.
PP akibat intoksikasi barium dapat diberikan antidotum
magnesium sulfat 2.5 gram intravena bolus dosis
tunggal. Kasus akut, dapat dilakukan bilas lambung
menggunakan magnesium sulfat 2.5%.
PP akibat paramyotonia congenital gejala muncul akibat
hiperkalemia yang diinduksi udara dingin.
Penatalaksanaan pasien ditempatkan di ruangan
bersuhu hangat dan dapat diberikan glukosa intravena
atau thiazide per oral.
PP akibat Andersens syndrome harus dirawat di ruang
ICU mengingat kondisi aritmia jantung yang dapat
berakibat fatal.
Prognosis
Prognosis pada periodik paralisis bervariasi dimana pada
pasien yang tidak mendapatkan terapi kuat maka akan
didapatkan kelemahan anggota badan bagian proksimal
yang menetap, dimana aktivitas dapat dibatasi.
Bila hipokalemia dibiarkan dalam waktu lama akan
terjadi rhabdomiolisis sampai gagal nafas
Kebanyakan kasus akan membaik dengan terapi,
sementara pada kasus yang lain mengalami kelemahan
yang progresif.
Serangan yang sering berulang akan mengakibatkan
kelemahan yang progresif dan menetap walaupun diluar
serangan.
LAPORAN KASUS BANGSAL
I. IDENTITAS PENDERITA
.Nama :Tn. S
.Umur : 66 tahun
.Jenis Kelamin : Laki-laki
.Status perkawinan : Kawin
.Pendidikan : tamat SLTA
.Pekerjaan : Wiraswasta
Gerak : / /
Klonus : -/-
GDS 92 80-160
Ureum 32 15-39
Kesan :
Cardiomegaly ( Left ventrikel
Pulmo dalam batas normal
RESUME
Subyektif
Seorang laki-laki, 66 tahun datang dengan keluhan utama
tetraparesis sejak 5 jam SMRS, memberat, faktor pencetus
makan berlebihan dan aktifitas berlebihan. Penderita sebelumnya
beraktifitas selama 2 jam terus menerus tanpa istirahat dan
makan 2 porsi nasi yang cukup banyak dibandingkan biasanya.
Gangguan sensibilitas (-). BAK dan BAB tidak ada keluhan.
Keluhan seperti ini sebelumnya (-) :
Obyektif
Tanda vital : TD : 150/80 mmHg, N : 80x/mnt, RR : 18x/mnt, t :
36,5oC
BMI: BB = 60 Kg = 21 Kg/m2(normoweight)
TB2 (1.68m)2
Nn craniales : Dalam batas normal
Gerak : / /
Klonus : -/-
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : Dalam batas normal
Hasil EKG : Normosinus rythym
Laboratorium : Hipokalemia (2.9)
VI. DIAGNOSIS
I. Diagnosis Klinik : Tetraparesis flaksid
Hipokalemia
Diagnosis Topik : Muskular (kanal ion)
Diagnosis Etiologik : Paralisis periodik
hipokalemia
II.HT grade I
IIIRiwayat LBP
VII. RENCANA AWAL
1. Paralisis periodik hipokalemia
IP Dx : Laboratorium T3, T4, TSH
EMG
Konsul Gizi
IP Tx :
O2 3 lpm nasal canul
IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidin 50 mg/12 jam (iv)
Koreksi Kalium :(3.5 2.9) x 0.4 x 70 = 16.8 meq/L
1/2 flash Kcl (1 flash KCl = 25 meq)
dalam 50 cc aquabides, kecepatan 2 meq/jam
Vitamin B1B6B12 1 tab/8 jam
Amlodipin 5 mg/24 jam (po)
IP Mx : KU, tanda Defisit neurologis
IP Ex : Menjelaskan kepada keluarga mengenai
penyakit, komplikasi yang mungkin terjadi, rencana
tatalaksana selanjutnya, dan prognosis penyakit
II. HT grade I
IP Px :-
IP Tx : Amlodipin 5 mg/24 jam (po)
IP Mx : vital sign
IPEx : Menjelaskan kepada keluarga mengenai
penyakit, komplikasi yang mungkin terjadi, rencana
tatalaksana selanjutnya, dan prognosis penyakit
VIII. CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 02/05/2017 (hari perawatan ke 1)
S : Lemah kedua lengan dan tungkai perbaikan
O : KU :tampak sakit sedang
Kesadaran : GCS: E4M6V5
TD : 120/80 mmHg, N : 78x/menit,
RR : 18x/ menit, Suhu : 36.5oC
Mata :Pupil bulat isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex
cahaya (+/+)
Leher :Kaku kuduk (-)
Nn Cranialis : Dalam batas normal
Motorik Superior Inferior
Gerak : / /
Kekuatan : 444/444 444/444
Tonus : N/N N/N
Trofi : E/E E/E
Refleks fisiologis : +/+ +/+
Refleks patologis : -/- -/-
Klonus : -/-
Sensibilitas : Dalam batas normal
Vegetatif : Dalam batas normal
Jawaban konsul gizi klinik
o Status gizi : normoweight
o Status metabolik : meningkat
o Status gastrointestinal : fungsional
o Kebutuhan : Kalori 33 kkal/kgBBI = 1500 kkal
Protein 1.2 gr/kgBB = 65 gr (15%)
Karbohidrat 60%, lemak 23%
Diet diberikan dalam bentuk diet biasa
1500/65 gram protein, extra pisang 2x
Monitoring asupan dan daya terima
Hasil laboratorium (02/05/2017)
Imunoserologi Hasil Satuan Nilai rujukan