I. EPILESSI
1.DEFINISI
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
epilepsi berulang berselang lebih dari 24 jam yang timbul tanpa provokasi.
Sedang yang dimaksud bangkitan epilepsi ( Epileptic Seizure ) adalah
manifestasi klinis yang disebabkan oleh aktifitas listrik otak yang abnormal
dan berlebihn dari sekelompok neuron.
I.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsy
( ILAE ) 1981 terdiri dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis
bangkitan epilepsi dan klasifikasi untuk sindrom epilepsi.
1. Bangkiatan parsial / fokal
1.1.
Bangkiatan parsial sederhana
1.1.1. Dengan gejala motorik
1.1.2. Dengan gejala somato sensorik
1.1.3. Dengan gejala otonom
1.1.4. Dengan gejala psikis
1.2.
Bangkitan parsial kompleks
1.2.1. Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengan gagguan
kesadaran
1.2.2. Bangkitan parsial yang disertai gangguan kesadaran sejak
awal bangkitan
1.3.
Bangkkitan parsial yang menjadi umum sekunder
1.3.1. Bangkitan sederhana yang menjadi umum.
1.3.2. Parsial kompleks menjadi umum
1.3.3. Parsial sederhana menjadi parsial kompleks, lalu menjadi
umum
2. Bangkitan Umum
2.1.
Lena ( Absence )
I.1.1 Tipikal Lena
I.1.2 Atipikal Lena
2.2.
Mioklonik
2.3.
Klonik
2.4.
Tonik
2.5.
Tonik Klonik
2.6.
Atonik / astatik
3. Bangkitan tak tergolongkan
ETIOLOGI EPILEPSI
Etiologi epilepsi dapat dibagi ke dalam 3 ( tiga ) kategori, yaitu :
1. Idiopatik
: tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit
neurologik. Diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan
umumnya berhubungan dengan usia
2. Kriptogenik : dianggap simtomatik terapi penyebabnya belum
diketahui.
3. Simtomatik : bangkiatan epilepsi disebabkan oleh kelainan / lesi
struktural pada otak, misalnya ; cedera kepala, infeksi SSP, kelainan
kongenital, lesi desak ruang , gangguan peredaran darah otak, toksik
( alkohol, obat ) , metabolik kelainan neurodegeratif.
III.
Diagnosis
Pedoman umum
Ada 3 ( tiga ) langkah menuju diagnosis epilepsi, yaitu :
1. Langkah petama
: memastika apakah kejadian yang bersifat
paroksismal merupakan bangkitan epilepsi
2. Langkah kedua
: apabila benar terdapat bangkitan epilepsi, maka
tentukanlah bangkitan tersebut termasuk tipe bangkitan yang mana.
3. Langkah ketiga
: tentukan etiologi, tentukan sindrom epilepsi apa
yang ditunjukkan oleh bangkitan tadi, atau penyakit epilepsi apa yang
diderita oleh pasien.
Pemerikasaan fisik umum dan neurologik
3
Karakteristik
bangkitan
Riwayat
penyakit
Epilepsi lobus
temporalis
Epilepsi lobus
frontalis
Epilepsi lobus
parietalis
Epilepsi lobus
oksipitalis
- Parsial sederhana
- Sederhana
- Parsial sederhana
- Parsial komplek
- Kompleks
- Umum sekunder
- Parsial
sederhana
- Umum sekunder
- Umum sekunder
- atau kombinasi
- atau kombinasi
- Umum sekunder
Kejang demam/
kejang dalam
keluarga +
Gangguan
memori
+/ -
Awitan
Manifestasi
bangkitan
- Bersifat cluster
- Beberapa kali
sehari
- Umumnya saat
tidur
- dapat terlokalisir
atau menyebar
secara jacksonal
- Berlangsung
singkat
Parsial sederhana :
- Gejala otonomik
( gangguan epigastrik
) dan atau psikik
- Fenomena sensorik
tertentu olfaktori atau
auditori termasuk
ilusi
Parsial komplek :
- Seringkali berawal
dengan berhentinya
aktivitas motorik
yang diikuti
otomatisme,
oroalimentary dan
otomatisme lainnya
- Manifestasi
motorik berbentuk
tonik atau postural
- Kadang ada
sensari
intraabdominal
- Otomatisme
gestural kompleks
yang sering terjadi
saat awitan
- Umumnya
sensorik dengan
fenomena positive
( rasa geli, rasa
kesetrum )
- Sering
mengalami
terjatuh jika
discharges
bilateral
- Rasa nyeri
tebakar superfisial
atau halusinasi
- Ada keinginan
untuk
menggerakkan
bagian bagiab
tubuh ( tangn,
lengan atau
wajah )
- Umumnya
visual
- Negative :
skotoma,
hemianopsia,
amourosis
- Positif :
percikan atau
kilatan yang
tampak
dilapangan
pandang
kontralateral tau
menyebar
- Pulih secara
bertahap
- Fenomena
negative : karamp
kramp, rasa
sebaguan tubuhnya
hilang
( asomatognosia )
- Vertigo berat atau
disorientasi ruang
Post ictal
confusion
-(+)
Metabolik
imaging
PET :
- ( - ) atau minimal
- Amnesia
Hipometabolisme
Gambaran EEG
- Dapat normal
- Dapat normal
- Asimetris ringan
sampai jelas
dibanding aktivitas
dasar
- Asimetris
- Frontal soike
atau sharp waves
atau slow waves
- Abnormal
epileptiform
- Unilateral atau
bilateral
- Unilateral atau
bilateral
- Sinkron atau
asinkron
Jenis jenis
bagkitan
Amygdalohipocampal
( Mesiobasal limbic
or Rhinencephalic )
seizure
- Supplementary
motor seizures
- Cingulate
- Anterior
frontopolar region
- Orbitofrontal
- dorsolateral
- Opercular
- Motor cortec
Kojewnikows
syndrome
kemudian diteruskan ke dendrit dan disalurkan melalui akson yang bersinap dengan
dendrit neuron lain dan seterusnya. Pada epilepsi terdapat gangguan dalam aliran listrik
ini, diamana sering kali terjadi perbedaan perbedaan potensial listrik yang
menyebabkan dilepaskannya muatan listrik patologis yang menyebabkan kejang,
gangguan modalitas emosi dan sebagainya. Pada suatu penelitian dikatakan bahwa
pelepasan muatan listrik pada neuron berhubungan dengan asetilkolin tertentu, sehingga
pada epilepsi diperkirakan berhubungan dengan pelepasan dan penimbunan asetilkolin
yang tidak normal. Episode kejang terjadi secara
setempat harus mencapai jumlah tertentu agar dapat memicu neuron untuk melepaskan
muatan listriknya.
Pada epilepsi lobus temporalis juga sering didapatkan sklerosi pada daerah
hipokampus. Sklerosis ini akan menyebabkan kematian sel daerah hipokampus pada
region CA1, CA3 dan hilus dentatus
Penyebab lain yang sering dikaitkan denga lobus temporalis ini adalah :
Post infeksi SSP ( ensefalitis herpes simpleks dan meningitis bakteri ).
Trauma kepala yang menimbulkan ensefalomalasia dan sikatrik korteks
Glioma
AVM
Hamatoma
Genetik
Kejang demam kompleks
PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS
Anamnesis :
Aura dijumpai pada 80 % penderita ELT. Aura yang timbul dapat berupa gejala
penciuman, ilusi, rasa pusing, halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran.
Kadang ditemukan adanya distorsi menilai ukuran benda dan jarak penderita terhadap
objek. Fenomena psikis yang dapat timbul adalah dejavu, depersonalisasi dan derealisasi.
Juga dapat disertai dengan perasaan cemas dan takut. Adanya kehilangan kesadaran
8
selama fase epileptic ini berlangsung, dimana terjadi suatu kejadian yang disebut
fenomena iktal. Fenomena iktal dapat berupa serangan automatisme, dimana penderita
melakukan gerakan yang nampaknya bertujuan, tetapi dilakukan dalam keadaan tidak
sadar. Adanya gerakan tangan yang meraba - raba, nafas yang menjadi cepat , gerakan
memindahkan barang, dan sebagainya yang semuanya dilakukan dengan tidak sadar.
Mioklonia kadang ditemukan kadang tidak. Selain itu juga dapat ditemukan perangai
emosional afektif antara lain penderita dapat menagis, tertawa, marah dan sebagainya
secara tidak sadar selama episode ini berlangsung.
Episode ini biasanya berlangsung selama 30 detik samapai 5 menit.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan radiologi
MRI : dijumpai atropi hipokampus pada 87 % penderita
Pemeriksaan EEG :
Gelombang paku dan gelombang tajam yang diikuti gelombang lambat pada
region temporal anterior ( F7/ F8, dan T3 / T4 ) atau regio temporal basal F9/ F10 dan
T9/ T10 )
Diagnosis banding
Epilepsi lobus frontal
Narkolepsi
Penatalaksanaan :
1. Carbamazepin dosis awal 5 mg/ kgBB/ hari PO. Kemudian dilanjutkan dengan
dosis rumatan 15 - 20 mg/ kgBB/ hari PO atau Phenytoin dosis awal 5 7 mg/
kgBB/ hari
2. Bila tidak ada respon dapat dilakukan lobektomi temporal anterior.
Sebuah penelitian dengan
Identitas penderita
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Kawin / tidak Kawin
Pendidikan
Alamat
II.
No
: Ny.I
: 39 tahun
: Perempuan
: Kawin
: Sekolah Menengah Atas
: Jl.Patelan Selatan No 74 B Rt 07/Rw 08,
Tanggal
No
Masalah Non
Tanggal
10
Aktif
1
2
Kejang 4
30/ 7 / 2013
Kejang parsial menjadi 30/ 7 / 2013
3
4
general komplek4
Otomatism 4
Epilepsi lobus
30 / 7 /2013
14/ 2 /2008
temporal
III.
Data Subyektif
6 sejak tahun yang lalu os pertama kali, kejang kambuh kambuhan setiap 3 4 bulan
sekali.Sebelum kejang os mengeluh ada bayangan hitam, terkadang sedih teringat oleh
kejadian kejadian masa lalu.Saat kejang dimulai dengan wajah sebelah kiri bergerak
gerak sendiri, kemudian tangan kiri kaku ,terangkat ke atas, diikuti oleh kaki kiri
bergerak gerak, kemudian diikuti tangan dan kaki kanan.Akhirnya seluruh tubuh kejang
klojotan. Saat kejang mata os melirik ke kiri atas, kepala menengok ke kiri. Saat kejang
os tidak sadar, setiap kejang berlangsung 4 5 menit.Setelah kejang os tertidur.
Sealin itu os juga mengeluh hampr setiap hari os dari mulutnya keluar suara tang Tang
Tang , mulut kecap kecap, os tidak sadar, berlangsung 5 menit, kemudian
bderhenti sendiri dan os sadar
Selama ini os sudah berobat ke spesialis saraf dan mendaptkan terapi phenitoin 2 x 100
mg dan Depakote 3 x 500 mg , namun sampai saat ini kejang masih kambuh
kambuhan, kemudian os periksa ke RSDK
Faktor memperberat
:(-)
Faktor memperingan
:(-)
Gejala Penyerta
:(-)
11
C. Nervi Kranialis
D. Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Klonus
E. Sensibilitas
F. Vegetatif
Inferior
+/+
5-5-5/ 5-5-5
N/N
E/E
+/+
-/-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HASIL CT SCAN 13 Januari 2008
13
14
KESAN : hasil rekaman EEG adalah abnormal III, ditemukan gelombang epileptogenik di regio
temporal kiri
V.
Ringkasan
SUBYEKTIF:
6 sejak tahun yang lalu os pertama kali, kejang kambuh kambuhan setiap 3 4 bulan
sekali.Sebelum kejang os mengeluh ada bayangan hitam, terkadang sedih teringat oleh
kejadian kejadian masa lalu.Saat kejang dimulai dengan wajah sebelah kiri bergerak
gerak sendiri, kemudian tangan kiri kaku ,terangkat ke atas, diikuti oleh kaki kiri
bergerak gerak, kemudian diikuti tangan dan kaki kanan.Akhirnya seluruh tubuh kejang
klojotan. Saat kejang mata os melirik ke kiri atas, kepala menengok ke kiri. Saat kejang
os tidak sadar, setiap kejang berlangsung 4 5 menit.Setelah kejang os tertidur.
Sealin itu os juga mengeluh hampr setiap hari os dari mulutnya keluar suara tang Tang
Tang , mulut kecap kecap, os tidak sadar, berlangsung 5 menit, kemudian berhenti
sendiri dan os sadar
Selama ini os sudah berobat ke spesialis saraf dan mendaptkan terapi phenitoin 2 x 100
mg dan Depakote 3 x 500 mg , namun sampai saat ini kejang masih kambuh
kambuhan, kemudian os periksa ke RSDK
OBYEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu
Tinggi badan
BMI
Kepala
Leher
Status Neurologi
Mata
Leher
Nn. Cranialis
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Klonus
Sensibilitas
Vegetatif
: GCS E4M6V5 = 15
: 120/ 80 mmHg
: 85 x/ mnt, regular
: 16x / mnt
: 36,6 C
: 160 cm, Berat Badan 60 kg
: 23,4 ( normoweight )
: mesosefal
: simetris, kaku kuduk (-), pembesaran limfonodi (-)
: Pupil Bulat Isokor, 3 mm/ 3 mm, RC + / +
: kaku kuduk ( - )
: dalam batas normal
Superior
Inferior
:
+/+
+/+
:
5-5-5/5-5-5
5-5-5/ 5-5-5
:
N/N
N/N
:
E/E
E/E
:
+/+
+/+
:
-/-/:
-/: dalam batas normal
: dalam batas normal
Ad fungsionam
: ad bonam
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 13 Agustus 2013 ( ontrol I )
S
: kejang (-), mulut kecap kecap (- )
O
: Kesadaran GCS = E4M6V5 = 15, KU baik
T = 110/ 80 mmHg, N = 80x/ mnt, RR = 16x/ mnt, t = 36,7 C
Status Neurologi
Mata
Leher
Nn. Cranialis
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Klonus
Sensibilitas
Vegetatif
HASIL
SATUAN
NILAI NORMAL
HEMATOLOGI PAKET
Hemoglobin
13,15
gr %
13.00 16.00
Hematokrit
38.0
40.0 54.0
Eritrocit
4.64
Juta / mmk
4.50 6.50
MCH
28.32
Pg
27.00 32.00
MCV
81.88
fL
76.00 96.00
MCHC
34.58
g /DL
29.00 36.00
Leikosit
4.95
Ribu / mmk
4.00 11.00
Trombosit
163.9
Ribu / mmk
150.00 400.00
RDW
13.85
11.60 14.80
MPV
8.51
fL
4.00 11.00
118
mg / dl
74 106
Ureum
18
mg / dl
15 39
KIMIA KLINIK
17
Kreatinin
0.85
mg / dl
0.60 1.30
Natrium
139
mmol/ L
136 145
Kalium
3.8
mmol / L
3.5 5.1
Clorida
112
mmol / L
98 107
ELEKTROLIT
A
P
: 1. Diagnosis Klinik
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi
:
Dx : Renaca MRI
EEg ulang
Tx
: Phenitoin 2 x200 mg ( po )
Clobazam 1 x 10 mg ( po )
Mx : Keadaan umum, deficit neurologis
Ex
: Menjelas kepada pasien dan keluarga tentang hasil EEG dan Foto
Thorax
Tanggal 20 Agustus 2013 ( Kontrol ke 2 ) )
S
: Kejang (- ). Mulut kecap kecap (- )
O
: Kesadaran GCS = E4M6V5 = 15, KU baik
T = 120/ 80 mmHg, N = 80x/ mnt, RR = 16x/ mnt, t = 36,7 C
Status Neurologi
Mata
Leher
Nn. Cranialis
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Reflek fisiologis
Reflek patologis
Klonus
Sensibilitas
Vegetatif
A Diagnosis Klinik
Diagnosa Topis
Diagnosa Etiologi
P
:
Dx : Rencana MRI
18
EEg ulang
Tx
: Phenitoin 2 x200 mg ( po )
Clobazam 1 x 10 mg ( po )
Mx : Keadaan umum, deficit neurologis
Ex
: Menjelas kepada pasien dan keluarga tentang penykit dan rencana
pengobatan
BAGAN ALUR
Periksa ( 30 -07-13 )
S : kejang( + )
O : KU Baik GCS 15
Mata : dbn
Leher : kaku kuduk (-)
Nn Cranialis : dbn
Motorik : dbn
Sensibilitas : dbn
Vegetatif : dbn
CT Scan : Dbn
EEG : abnormal III, gel epileptogenik
region temporal kiri
A : epilepsy lobus temporal
P:
Dx : lab DR, MRI, EEG bulang
Tx : Phenitoin 2 x 200 mg, Clobazam 1
x 10 mg
Mx : ttv , def,
Ex : menjelaskan peny dan rencana tx
Kontrol I ( 13 - 07 - 13 )
S : kejang (- )
O : KU Baik GCS 15
Mata : dbn
Leher : kaku kuduk (-)
Nn Cranialis : dbn
Motorik : dbn
Sensibilitas : dbn
Vegetatif : dbn
Lab : dbn
A : epilepsy lobus temporal
P:
Dx : MRI, EEG bulang
Tx : Phenitoin 2 x 200 mg, Clobazam 1
x 10 mg
Mx : ttv , def,
Ex : menjelaskan peny dan rencana tx
19
DECISION MAKING
20
DAFTAR PUSTAKA
21
22