Anda di halaman 1dari 69

Meningoepithelial

Meningioma

Presentasi Kasus
Bangsal

Oleh : Hening Tri Utami


Moderator : dr. Ratih Vierda Oktaviani, Sp.S,
MSi. Med

PENDAHULUAN
Meningioma merupakan
neoplasma intrakranial
nomor 2 tersering
Sebagian besar dari
meningioma bersifat jinak
dan tumbuh lambat, namun
beberapa bisa menjadi ganas
Gejala klinis biasanya
muncul secara bertahap dan
tergantung dari lokasi
meningioma

DEFINISI
Meningioma
Tumor yang berasal dari sel-sel pada lapisan
mening yang membungkus susunan saraf
pusat.

EPIDEMIOLOGI
15% dari neoplasma intrakranial primer

12 % dari semua tumor medulla spinalis


Insidensi 4-5 /100.000 individu
Wanita: laki-laki 2:1.
Insidensi tertinggi pada usia 60-70 tahun
90% jinak, 10% malignant

Wiemels J, Wrensch M, Claus EB.


Epidemiology and etiology of meningioma.
J Neurooncol 2010; 99:307.

ANATOMI

ETIOLOGI
- Trauma Kepala
- Radiasi
- Penggunaan
telepon seluler

Genetik : mutasi
gen NF2 pada
kromoson 22q12

Hormonal
:
Berhubungan
dengan
reseptor
estrogen,
progesteron
dan
androgen

Wiemels J, Wrensch M, Claus EB.


Epidemiology and etiology of meningioma.
J Neurooncol 2010; 99:307.

PATOFISIOLOGI
Berasal dari sel meningotelial dari lapisan
arachnoid (arachnoid cap cell) yang
mengalami granulasi dan perubahan
bentuk
Patofisiologi masih belum jelas
5% karena genetik/herediter

KLASIFIKASI

Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK(eds). World Health Organization Classification of Tumours of
the Central Nervous System,4th edn. Lyon: IARC Press; 2007: 163184

MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum meliputi:
Nyeri kepala
Paresis nn. craniales
Perubahan mental
Kejang
Muntah
Gangguan visus

Neurosurg Focus 23(4): E1,


2007

www.hopkinsmedicine.or

Pemeriksaan penunjang

X-Foto Cranium
MSCT
MRI
Angiografi

PENATALAKSANAAN

Operasi

Radioter
api

Kemoter
api

Hormon

The Royal Collage of Radiologist. Meningioma as a late effect of cancer


treatment. London : The Royal College of Radiologists.2013

OPERATIF

Simpsons D.The reccurents of intracranial meningiomas


after surgical treatment. J Neurol Neurosurg Psychiatri
1957: 20: 22-23

RADIOTERAPI
Fractioned Radiotherapy irradiation 50 Gy -70 Gy
Stereotactic radiotherapy or Stereotactic
radiosurgery lesi < 2 cm, menggunakan sinar
foton dari gamma knife

The Royal Collage of Radiologist. Meningioma as a late effect


of cancer treatment. London : The Royal College of

KEMOTERAPI
Kemoterapi melibatkan penggunaan obat-obatan untuk
membunuh sel-sel tumor.
Menghambat siklus S
Memicu apoptosis
Hidroxyurea, alpha interferon, somatostatin analog

ADJUVANT HORMON

Anti esterogen tamoxifen


Anti progesteron mifepristone

Terapi ini belum banyak digunakan untuk pengobatan


meningioma dan tingkat keberhasilan sampai saat ini masih
terbatas.
Penelitian sedang berlangsung, efektivitas perawatan ini tetap
tidak meyakinkan.
Penggunaan tamoxifen dan hyroxyurea telah terbukti
mengecewakan mengendalikan tumor
Operasi dan / atau terapi radiasi masih merupakan pilihan
utama pengobatan
NCCN Clinical Practice Guidelines in Oncology.
Central Nervous System Cancer. NCCN . 2011

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa baik
Survival rate lima tahun adalah 80%.
10% ganas dan kekambuhannya tinggi.
Meningioma maligna mempunyai prognosis yang buruk

The Royal Collage of Radiologist. Meningioma as a late effect


of cancer treatment. Treatment London : The Royal College of
Radiologists.2013

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. K
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : Lulus SD
Pekerjaan : Pekerja Pabrik
Alamat : Candisari, Mranggen, Demak
MRS : 25-08-2015
Keluar RS : 14-09-2015
No. CM : C548547

DATA SUBYEKTIF
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
(autoanamnesis dengan pasien)
Keluhan Utama : nyeri kepala
Lokasi
: kepala
Onset
: 6 bulan SMRS, makin lama
makin berat
Kualitas
: nyeri kepala terasa berat
dan cekot-cekot
Kuantitas
: nyeri kepala dirasakan terus
menerus terutama pagi hari.
Aktivitas sehari-hari mandiri

KRONOLOGIS
6 bulan pasien mulai merasakan nyeri
kepala, terasa berat dan cekot-cekot di
seluruh kepala, terutama pada pagi hari.
muntah (-), pandangan kabur (-),
kelemahan anggota gerak (-), bicara pelo
(-), mulut merot (-). Pasien tidak minum
obat.
5 bulan nyeri kepala dirasakan
bertambah berat dan terus menerus,
muntah (+) terutama pagi hari, tanpa
disertai mual, pandangan kabur (-),

3 bulan nyeri kepala makin berat, muntah (+),


pandangan kabur (-). Pasien juga merasakan
anggota gerak kiri lebih lemah, pasien masih dapat
berjalan tetapi diseret, baal anggota gerak kiri (-),
mulut merot ke kanan (+), bicara pelo (-), kejang
(-), makan minum tersedak (-). BAK dan BAB dalam
batas normal. Pasien berobat ke dokter umum dan
diberi obat sakit kepala tetapi tidak ada
perubahan.
1 bulan nyeri kepala bertambah berat, muntah
(+) makin sering, pandangan kabur (+), mulut
merot ke kanan, bicara pelo (+), kejang (-), makan
minum tersedak (-) , gangguan pendengaran (-),
gangguan penciuman (-). Oleh keluarga pasien
dibawa ke RS Pelita Anugrah Mranggen, dilakukan
CT Scan Kepala dan didiagnosis dengan kecurigaan
di kepala, dirawat 3 hari, pasien kemudian dirujuk
ke RSDK.

Faktor yang memperberat : Faktor yang memperingan : Gejala penyerta : muntah, lemah anggota gerak
kiri, mulut merot ke kanan, pandangan mata kabur.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat sakit tumor sebelumnya disangkal
Riwayat KB suntik (+) sejak 15 tahun yang lalu
Riwayat merokok (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pegawai pabrik, suami
bekerja swasta, dengan 1 orang anak yang
belum mandiri.
Biaya pengobatan ditanggung BPJS
Kesan : Sosial Ekonomi Kurang

DATA OBYEKTIF
1.

Status praesens
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 78x/ menit,
reg
RR : 20 x/ menit,
t : 36,4 C
Status gizi
: BB = 45 kg, TB = 152 cm
BMI = 22,9 kg/m2
(normoweight)
2. Status internus
Kepala : simetris, nyeri tekan (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : pembesaran Nn. Ll (-), JVP tak meningkat.

THORAX
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di SIC IV medial
LMCS
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)
Paru :
Inspeksi : simetris statis dinamis
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, sura tambahan
(-)
Abdomen : supel, hepar dan lien tak teraba, bising
usus (+)

STATUS PSIKIKUS
Cara berpikir : realistis
Perasaan hati : euthyme
Tingkah laku : normoaktif
Ingatan: baik
Kecerdasan : cukup

STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS: E4M6V5 = 15
VAS : 5 6
Kepala : simetris, nyeri tekan daerah kepala
(-)
Mata
: Pupil bulat isokor 2,5
mm/2,5 mm, refleks cahaya (+/
+)
Leher : kaku kuduk (-)
Nn. craniales : disfungsi n II, paresis n.VII
dan XII sinistra sentral

Motorik

Superior

Inferior

Gerak

+/+

+/+

Kekuatan

5-5-5 / 4-4-4

5-5-5 / 4-4-4

Tonus

N/

N/

Trof

E/E

E/E

R. fsiologis

++ /+++

++/+++

R. patologis

/ + (B,C)

Klonus

Sensibilitas

: Dalam batas normal

vegetatif

: Dalam batas normal

MSCT SCAN KEPALA


RS PELITA ANUGRAH (24 AGUSTUS 2015)

Ada tumor di temporal dextra cenderung meningioma??


Ada edema cerebri disekitar tumor tersebut.
TIK meningkat

X-FOTO THORAKS AP, DI UGD 25 AGUSTUS 2015)

Kesan :
Cor tidak
membesar,
Pulmo tak tampak
infiltrat,
Tak tampak
gambaran
metastasis pada
tulang yang
tervisualisasi

Hasil Laboratorium di UGD 25 Agustus 2015


Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Natrium
Kalium
Chlorida
Calsium
Magnesium

Hasil
12,8
36,7
4,26
10,4
292,8
102
21
1,2
137
4,6
106
2,3
0,98

Satuan
gr%
%
Juta/mmk
Ribu/mmk
Ribu/mmk
Mg/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L
mmol/L

Nilai
Normal
12.00

15.00
35.00

47.00
3.90 5.60
4.00 11.00
150.0

400.0
90-160
15 39
0.60 1.30
136 145
3.5 5.1
98 107

RESUME
Pasien seorang wanita, 37 tahun, datang ke RSDK dengan
keluhan 6 bulan pasien mulai merasakan nyeri kepala
kronis progresif, berat dan cekot-cekot di seluruh kepala,
terutama pada pagi hari. 5 bulan nyeri kepala dirasakan
bertambah berat dan terus menerus, muntah (+)
terutama pagi hari 3 bulan nyeri kepala makin berat,
muntah (+). Pasien juga merasakan hemiparesis sinistra,
paresis n.VII sinistra sentral (+). 1 bulan nyeri kepala
bertambah berat, muntah (+) makin sering, pasien juga
merasakan hemiparesis sinistra, disfungsi n. II, paresis n
VII dan XII sinistra sentral. Oleh keluarga pasien dibawa ke
RS Pelita Anugrah Mranggen dilakukan MSCT Kepala dan
didiagnosis tumor otak, pasien kemudian dirujuk ke RSDK.

TD : 110/70 mmHg, N : 78x/ menit, reguler


RR
: 20 x/ menit, t : 36,4 C
BMI = 22,9 kg/m2 (normoweight)
Kesadaran: GCS: E4M6V5 = 15
VAS : 5 6
Kepala : simetris, nyeri tekan daerah kepala (-)
Mata : Pupil bulat isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks
cahaya (+/+)
Leher
: kaku kuduk (-)
Nn. craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII
sinistra sentral
Motorik : hemiparesis sinistra spastik
Ct Scan Kepala : tumor di regio temporal dextra
cenderung meningioma ?

DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
:
Sefalgia kronik progresif
Muntah proyektil
Hemiparesis sinistra spastik
Disfungsi n.II
Paresis n.VII dan XII sinistra spastik
Diagnosis Topis
: Temporoparietal dextra
Diagnosis Etiologis : SOL intrakranial suspek
meningioma

RENCANA PENGELOLAAN AWAL


SOL intrakranial suspek meningioma
IpDx :
Konsul Bedah Saraf
Konsul Mata
Konsul Rehabilitasi Medik
IpTx :
IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 10 mg / 6 jam (i.v) H-1
Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam (p.o)
Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam (i.v)
Vit. B1, B6, B12 1 tab/ 8 jam (p.o)
IpMx : nyeri kepala, defisit neurologis, TTV
IpEx :Menjelaskan kepada keluarga dan penderita tentang penyakit
pasien, rencana pemeriksaan yang akan dilakukan, terapi dan
prognosis penyakit.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 26-08-2015 (Hari Perawatan-2)


S

Nyeri kepala sedikit berkurang

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD : 120/80 mmHg N : 78 x/mnt RR : 16 x/mnt t

VAS

45

: 36,8 C

Mata
: pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+
Status
neurolog Nn. Craniales : disfungsi n II , paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Motorik : hemiparesis sinistra spastik
is

Penunja
ng

Hasil konsul mata : ODS papil oedem, saran konsul neuroophtalmology


untuk lapang pandang
Hasil Konsul RM: latihan ROM pasif dan aktif ekstremitas kiri

SOL regio temporoparietal dekstra susp. meningioma

Tx

IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 4 x 10 mg
(i.v) H-2
Inj. Ketorolac
2 x 30 mg (p.o)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)

Mx

Nyeri kepala, defisit neurologis

Ex

Menjelaskan kpd keluarga tentang penyakit, rencana pemeriksaan dan


prognosis

Vit. B1, B6, B12

3 x 1 tab

(p.o)

Tanggal 28-08-2015 (Hari Perawatan- 5)


S

Nyeri kepala berkurang

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD : 120/70 mmHg N : 64 x/mnt RR : 20 x/mnt t

VAS

34

: 36,5 C

Mata : pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+


Nn. Craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Status
neurologis Motorik : hemiparesis sinistra spastik
Sensibilitas : dalam batas normal

Konsul

Hasil diskusi bedah saraf: rencana craniotomi Senin 7 September 2015


Hasil konsul Neuroophtalmology : bilateral papil oedem, lapang pandang OD scotoma
sentral, OS hemianopsia nasal

SOL regio temporo parietal dekstra susp. Meningioma

Tx
P
Mx

IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 4 x 5 mg (i.v) H-1
Inj. Ketorolac 2 x 30 mg (p.o) k/p
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)

Asam Mefenamat
3 x 500 mg (p.o)
Vit. B1, B6, B12 3 x 1 tab
(p.o)

Nyeri kepala, KU, TTV, defisit neurologis


Menjelaskan kepada keluarga tentang rencana operasi, risiko dan prognosis

Hasil Konsul Neuroophtalmology

Visus OD >3/60, OS > 3/60


Kesan : Bilateral papil oedem, lapang pandang OD scotoma
sentral,

Tanggal 31-08-2015 (Hari Perawatan- 7)


S

Nyeri kepala (+) tetap

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD

VAS

34

Status
neurologis

Konsul

: 120/80 mmHg N : 70 x/mnt RR : 16 x/mnt t

: 3 C

Mata : pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+


Nn. Craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Motorik
: hemiparesis sinistra spastik
Sensibilitas : dalam batas normal
Lab : dalam batas normal
Folow up Bedah Saraf : Pro craniotomi dasar tengkorak ( 7 September 2015)
Inj cefazolin 1 gr profilaksis, Usaha PRC 2 kolf
Hasil konsul Peny Dalam : EKG normosinus ritme
SOL regio temporo parietal dekstra susp. Meningioma

A
Tx

IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 4 x 5 mg (i.v) H-2
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)
Asam Mefenamat 3 x 500 mg (p.o)
Vit. B1, B6, B12 3 x 1 tab (p.o)

Mx

Nyeri kepala, KU, TTV, defisit neurologis

Ex

Menjelaskan kepada keluarga tentang rencana operasi, risiko dan prognosis

Persiapan pre operasi:


Informed consent
Inj. Cefazolin 1 gr(i.v) skin test (preop)
Usaha darah 2 PRC
Puasa 6 jam pre operasi

Laboratorium (pre operasi)


Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
PPT
PTTK
HBs Ag

Hasil
12,54
38,6
4,46
11,00
292,8
13,4
26,6
0,00

EKG
Kesan: normo sinus ritme

Satuan
gr%
%
Juta/mmk
Ribu/mmk
Ribu/mmk
Detik
Detik

Nilai Normal
12.00 15.00
35.00 47.00
3.90 5.60
4.00 11.00
150.0 400.0
10.0 15.0
23.4 36.8
Negatif <0,13

Tanggal 07-09-2015 (Hari Perawatan- 14, Post Op Hari 0)

Nyeri kepala (+)

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD

VAS

7-8

Status
neurologis
Konsul

: 120/80 mmHg N : 74 x/mnt RR : 16 x/mnt t

: 37 C

Mata : pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+


Nn. Craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Motorik
: hemiparesis sinistra spastik
Sensibilitas : dalam batas normal
Operasi craniotomy hari ini 7 september 2015
Lab : leukositosis (12.100) , hipoalbumin (2,8)
1. SOL regio temporo parietal dekstra susp. Meningioma (post op craniotomy hari 0)
2. Hipoalbumin

Tx

Rawat ruang HCU 1 A,


IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 3 x 10 mg (i.v)
Inj. Tramadol 3x100 mg (i.v)
Inj. Phenitoin 2x200 mg (iv)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)
Asam Mefenamat 3 x 500 mg (p.o)
Vit. B1, B6, B12 3 x 1 tab (p.o)

Mx

Nyeri kepala, KU, TTV, defisit neurologis

Ex

Menjelaskan kepada keluarga tentang rencana operasi, risiko dan prognosis, asupan proteim

Konsul bagian gizi klinik


Kebutuhan albumin = (3,5 2,8) x 0,8 x 55 kg
= 30,8 gr/dL

Laporan Operasi
Penderita tidur terlentang dengan GA
Disinfeksi, pasang duk steril
Insici operation mark cutis dan subcutis
Incisi os tempotalis
Buka duramater didapatkan tumor lunak, melekat pada duramater
Angkat tumor
Rawat perdarahan
Reposisi tulang
Drain
Jahit luka operasi
Operasi selesai
Instruksi post operasi:
Dexamethasone 10 mg/ 8jam (i.v)
Phenitoin 200mg/ 12 jam
Ranitidin 50 mg/ 18 jam
Tramadol 100mg/ 8 jam (i.v)

Laboratorium post operasi


Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Lekosit
Trombosit
Albumin
Natrium
Kalium
Chlorida

Hasil
11,10
33,6
3,87
12,1
295
2,8
137
4,6
106

Satuan
gr%
%
Juta/mmk
Ribu/mmk
Ribu/mmk
gr/dL
mmol/L
mmol/L
mmol/L

Nilai
Normal
12.00

15.00
35.00

47.00
3.90 5.60
4.00 11.00
150.0

400.0
3.4 5.0
136 145
3.5 5.1
98 107

Tanggal 10-09-2015 (Hari Perawatan- 17, Post Op Hari 2)

Nyeri kepala (+) , nyeri tempat operasi (+)

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD

VAS

4-5

Status
neurologis
Konsul

: 36,8 C

Mata : pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+


Nn. Craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Motorik
: hemiparesis sinistra spastik
Sensibilitas : dalam batas normal
Hasil konsul bagian gixzi klinik :Kebutuhan kalori 1700 kkal/ hari, kebutuhan protein 55 gr ,
karbohidra 225 gr, lemak 50 gr
1. SOL regio temporo parietal dekstra susp. Meningioma (post op craniotomy hari 2)
2. Hipoalbumin

Tx
P

: 120/70 mmHg N : 68 x/mnt RR : 16 x/mnt t

IVFD RL 20 tts/mnt
Inj. Dexamethasone 3 x 5mg (i.v) tapp off hr 1
Inj. Tramadol 3x 100 mg (i.v) stop
Inj. Phenitoin 2x 200 mg (iv)
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)
Asam Mefenamat 3 x 500 mg (p.o)
Vit. B1, B6, B12 3 x 1 tab (p.o)
Aff kateter urin
Nyeri kepala, KU, TTV, defisit neurologis, asupan protein

Tanggal 14-09-2015 (Hari Perawatan- 21, Post Op Hari 7)

Nyeri kepala (+) , nyeri tempat operasi (+)

GCS

GCS : E4M6V5=15

TTV

TD

VAS

Status
neurologis
Konsul

: 120/70 mmHg N : 68 x/mnt RR : 16 x/mnt t

: 36,8 C

Mata : pupil bulat isokor 2,5 mm/ 2,5 mm, RC +/+


Nn. Craniales : disfungsi n II, paresis n. VII dan XII sinistra sentral
Motorik
: hemiparesis sinistra spastik
Sensibilitas : dalam batas normal

5-5-5
5-5-5-5

4+ - 4+ 4+
4+ - 4+ 4+

Hasil pemeriksaan PA : meningoephitelial meningioma


1. SOL regio temporo parietal dekstra susp. Meningioma (post op craniotomy hari 7)
2. Hipoalbumin

Tx
P
Mx

IVFD RL 20 tts/mnt aff


Inj. Dexamethasone 12 x 5mg (i.v) stop
Inj. Ranitidin 2 x 50 mg (i.v) stop
Phenitoin 2x200 mg (po)
Asam Mefenamat 3 x 500 mg (p.o)
Vit. B1, B6, B12 3 x 1 tab (p.o)

Nyeri kepala, KU, TTV, defisit neurologis, asupan protein


Menjelaskan kepada keluarga tentang rencana operasi, risiko dan prognosis, asupan proteim

Hasil Patologi Anatomi


Sediaan operasi dari meningen:
Makroskopik:
Potongan-potongan jaringan kurang lebih 75 cc,
potongan terbesar 6 x 6 x 1,5 cm, ukuran terkecil
4x2x0,5warna putih kemerahan, rapuh
Mikroskopik:
Menunjukkan sel-sel meningen tersusun uniform
sebagian membentuk struktur whorl stroma
jarinagn fibrokolagen berserbukan sel radang
limfosit, histiosit
Sesuai dengan meningothelial meningioma

DAFTAR MASALAH
No

Masalah Aktif

Tanggal

No.

Masalah

Tangga

Pasif

.
1.

Sefalgia kronis progresif (6 25-08-

2.

bulan) 7
Muntah
proyektil

25-082015
Paresis n.VII sinistra sentral 25-082015
7
Paresis n.XII sinistra sentral 25-082015
7

Suspek SOL intrakranial 25-082015


8

Meningioma meningothelial 09-09-

3.
4.
5.
6.
7.
8.

2015
(5 25-082015

bulan) 7
Hemiparesis sinistra spastik 25-082015
7
Disfungsi n. II 7

D
E
C
I
S
I
O
N
M
A
K
I
N
G

KONTROL POLI

2 MINGGU
POST OPERASI

Gejala Spesifik Menurut Lokasi


LOKASI TUMOR

Konveksitas
Parasagital

Sphenoid ridge

INSIDENSI
(%)
34,7
22,3

17,1

Ventrikel lateral
Tentorium
Serebelum
Tuberculum-sellae

5,2
3,6
4,7
3,6

Selubung n. optikus
Serebellopontine angle

2,1
2,1

Olfactory groove
Foramen magnum
Clivus

3,1
0,52
0,5

GEJALA
Nyeri kepala, kejang, gangg.sensorik
Anterior: nyeri kepala, gangguan memori dan perilaku
Medial: gangguan motorik dan sensorik
Posterior: hemianopsia homonim
Semua: oklusi vena
Medial: gangguan visus, paresis n.III, IV,V1, VI
Lateral: nyeri kepala, kejang, gagguan motorik dan
sensorik
Nyeri kepala, kejang, hidrosefalus
Ataksia, nyeri kepala, gangguan visus, diplopia
Nyeri kepala, ataksia, dizzines, nyeri wajah, disartria
Gangguan visus, nyeri kepala, atrofi n.optikus,
hemianopsia homonim nonkongruen
Gangguan visus
Gangguan pendengaran, nyeri kepala, ataksia,
dizzines, tinitus, facial palsy
Anosmia, sindr. Foster Kennedy, nyeri kepala
Nyeri leher dan oksipital, emesis, ataksia, disfagia,
gangguan motorik dan sensorik
Nyeri kepala, emesis, ataksia, gangguan motorik dan
sensorik

Skema progresivitas meningioma

Dosage

The usual but empirical initial dose in brain tumor patients is an intravenous bolus of

mg of

10

dexamethasone, followed by a maintenance dose of 4 mg given by the


intravenous (IV) route every 6 hours (16 mg/day) (Szabo & Winkler, 1995). Because of
both rapid and complete absorption from the gastrointestinal tract, dosing of oral and
parenteral glucocorticoids is equivalent, and intravenous therapy should be converted to
oral therapy at the earliest appropriate opportunity. Higher daily dexamethasone doses
can be given to patients who do not respond to the usual initial dose. Response is usually
measured in terms of improvement in neurological deficits within 48 hours.
Corticosteroids can produce an improvement in neurologic symptoms and reduction in
cerebral edema within the first 8 to 48 hours, with 12 to 24 hours being the usual time
frame.
In recent years, doses as high as 100 mg per day of dexamethasone have been used
occasionally in situations of imminent herniation or to achieve rapid stabilization prior to
urgent surgery (DeAngelis, 1994). Preoperatively, doses may be increased to 40 mg but
often a change in dosing is not warranted. Intra-operative dosing is not usually relevant
to brain tumor patients, because intracranial pressure adjustment is managed by the
anesthesiologist with various other drugs including IV fluids, pressors, and mechanical
ventilation. Postoperatively, decisions regarding dosing are influenced by the type of
brain tumor and extent of surgical resection, length of surgery, and other intraoperative
complications, but often the standard dosing protocol of 4 mg IV every 6 hours is
ordered.

Nuclear medicine uses


radioactive materials to
diagnose or treat diseases. An
Octreotide Scan is one that
uses radioactive material to
detect certain types of cancers
arising from the neuroendocrine systems (this means
cancers that relate to the
interaction between the
nervous system and hormones
from the endocrine system
glands that produce hormones
in the body). It shows where
the cancer started (the primary
site) and any places it has
spread to (called metastases).
Liquid radioactive octreotide is
injected into a vein, travels
through the bloodstream and
attaches to any cancer cells in
the body. A radiation detecting
device, a gamma camera,
detects the radioactive

OCTORATID SCAN

Anda mungkin juga menyukai