Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN
BATU SALURAN KEMIH
DI RUANG MAWAR RSUD.RST
AMBON

Di susun oleh :
M. Bagus Adi Saputro
Sabrina Wattimena
Selsa Lakluranga
Mien Dahlan
Siska Djawa
Leornado Leuwol
Enggelina Julita Sarbunan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES RS.PROF.Dr.J.A.LATUMETEN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batu Saluan Kemih (BSK) merupakan masalah kesehatan yang sudah lama dikenal dan
menempati urutan ketiga di bidang Urologi. Urolithiasis atau batu saluran kemih adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika batu - batu ini keluar dari ginjal dan berpindah ke bagian lain dari
sistem pengumpul urin, yang meliputi ureter, kandung kemih dan uretra (Trisnawati & Jumenah,
2018).

Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan dalam 2 faktor antara lain faktor endogen seperti
faktor genetik, hiperkasiuria, pH urin yang bersifat asam maupun basa dan kelebihan pemasukan
cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan keseimbangan cairan yang masuk dalam
tubuh

dapat merangsang pembentukan batu, sedangkan faktor eksogen seperti kurang minum atau
kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pelvis renal
akibat ketidakseimbangan cairan yang masuk, tempat yang bersuhu panas menyebabkan
banyaknya pengeluaran keringat, yang akan mempermudah pengurangan produksi urin dan
mempermudah terbentuknya batu, dan makanan yang mengandung purin yang tinggi, kolesterol
dan kalsium yang berpengaruh pada terbentuknya batu. Faktor yang menyebabkan berkurangnya
aliran urin dan menyebabkan obstruksi, salah satunya adalah statis urin dan menurunnya volume
urin akibat dehidrasi serta ketidakadekuatan intake cairan, hal ini dapat meningkatkan resiko
terjadinya urolithiasis. Rendahnya aliran urin adalah gejala abnormal yang umum terjadi, selain
itu, berbagai kondisi pemicu terjadinya urolithiasis seperti komposisi batu yang beragam menjadi
faktor utama identifikasi penyebab urolithiasis.Terapi dan perubahan gaya hidup merupakan
intervensi yang dapat mengubah faktor resiko, namun ada juga faktor resiko yang tidak dapat
diubah. Jenis Kelamin Pasien dengan urolithiasis umumnya terjadi pada laki-laki 70-81%
dibandingkan dengan perempuan 47-60%, dapat dilihat dari anatomi sistem perkemihan laki-laki
dan perempuan, dapat menjadi salah satu alasan bahwa Urolithiasis umumnya terjadi pada laki-
laki dibandingkan

peruan Urolithiasis banyak terjadi pada usia dewasa dibanding usia tua, namun bila
dibandingkan dengan usia anak-anak, maka usia tua lebih sering terjadi. Kebiasaan diet dan
obesitas Intake makanan yang tinggi sodium, oksalat yang dapat ditemukan pada teh, kopi instan,
minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam
dapat menjadi penyebab terjadinya batu.

Pekerjaan yang menuntut untuk bekerja di lingkungan yang bersuhu tinggi serta intake cairan
yang dibatasi atau terbatas dapat memacu kehilangan banyak cairan dan merupakan resiko
terbesar dalam proses pembentukan batu karena adanya penurunan jumlah volume urin.Cairan
Asupan cairan dikatakan kurang apabila < 1 liter/ hari, kurangnya intake cairan inilah yang
menjadi penyebab utama terjadinya urolithiasis karena hal ini dapat menyebabkan berkurangnya
aliran urin/ volume urin (Nugraha, 2019).

Di Asia, sekitar 1% –19,1% penduduknya menderita urolithiasis. Namun, karena variasi dalam
status sosial ekonomi dan lokasi geografis, prevalensi dan insiden telah berubah di berbagai
negara atau wilayah selama bertahun-tahun. Penelitian untuk faktor risiko batu saluran kemih
sangat penting. Dalam ulasan ini, ditemukan prevalensi urolitiasis adalah 5% –19,1% di Asia
Barat, Asia Tenggara, Asia Selatan, serta beberapa negara maju (Korea Selatan dan Jepang),
sedangkan hanya 1% –8% di sebagian besar Asia Timur dan Asia Utara. Tingkat kekambuhan
berkisar dari 21% sampai 53% setelah 3-5 tahun. Kalsium oksalat (75% –90%) adalah komponen
batu yang paling sering, diikuti oleh asam urat (5%−20%), kalsium fosfat (6% −13%), struvite
(2%−15%), apatite ( 1%) dan sistin (0,5% −1%) (Liu, et al., 2018). Di Indonesia sendiri, angka
kejadian batu saluran kemih yang sesungguhnya masih belum bisa diketahui, tetapi diperkirakan
terdapat170.000 kasus per tahunnya. Menurut Riskesdas ( 2018 ) pravelensi batu ginjal > 15
tahun berdasarkan diagosis dokter, Kalimantan Timur berada di urutan ke 16 dari 33 provinsi di
Indonesia Ini menunjukan bahwa kasus batu saluran kemih sedikit tinggi (Riskesdas, 2018).
Dampak urolithiasis jika tidak segera ditangani adalah gagal ginjal. Berdasarkan hasil penelitian,
sebanyak 3,2 persen kasus gagal ginjal permanen yang dialami orang dewasa disebabkan oleh
batu ginjal Batu ginjal yang semakin lama semakin besar di dalam ureter, akan menghalangi air
seni untuk mengalir keluar. Air seni yang tidak bisa keluar ini lama-kelamaan akan 170.000
kasus per tahunnya.

Menurut Riskesdas ( 2018 ) pravelensi batu ginjal > 15 tahun berdasarkan diagosis dokter,
Kalimantan Timur berada di urutan ke 16 dari 33 provinsi di Indonesia. Ini menunjukan bahwa
kasus batu saluran kemih sedikit tinggi (Riskesdas, 2018) Dampak urolithiasis jika tidak segera
ditangani adalah gagal ginal. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 3,2 persen kasus gagal
ginjal permanen yang dialami orang dewasa disebabkan oleh batu ginjal. Batu ginjal yang
semakin lama semakin besar di dalam ureter, akan menghalangi air seni untuk mengalir keluar.
Air seni yang tidak bisa keluar ini lama-kelamaan akan terakumulasi dan memberi tekanan yang
besar pada ginal Pada pasien yang sudah didiagnosa mengalami Urolithiasis dapat dilakukan
tindakan dengan cara bedah maupun non-bedah. Penanganan secara bedah adalah dengan operasi
terbuka. Sedangkan penanganan secara non-bedah adalah dengan cara memperlancar
pengeluaran batu menggunakan Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), Ureteroscopic
Lithotripsy (URS), Percutaneous Nephrolithotripsy (PNL), dan Retrograde Intra Renal Surgery
(RIRS). Sementara efektivitas PNL tidak terlalu tergantung dari ukuran batu, efektivitas Stone
Free Rate (SFR) dari SWL atau RIRS sangat tergantung dari ukuran batu. Tindakan ESWL
sangat tergantung pada ukuran batu < 20 mm. Batu berukuran >20 mm harus diterapi secara
primer dengan PNL, karena ESWL sering kali membutuhkan beberapa kali prosedur dan
berkaitan dengan peningkatan risiko obstruksi ureter yang membutuhkan terapi tambahan (Ikatan
Ahli Urologi Indonesia, 2018). Masalah yang terjadi pada saat sebelum tindakan bedah pasien
mengalami gejala nyeri perut kanan atas bahkan mengalami kecemasan saat ingin menjalani
tindakan pembedahan, dan setelah dilakukannya tindakan operasi dapat menimbulkan masalah
baru yaitu, Pasien mungkin mengalami nyeri setelah efek obat bius hilang, perdarahan pada area
yang dibedah, atau infeksi pada uretra akibat operasi atau pemasangan kateter. Maka disini
perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pada premaupun post operatif agar tidak
terjadinya peningkatan keparahan penyaki pada pasien.Perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan, dituntut mampu melakukan pengkajian secara
komprehensif, menegakkan diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi
keperawatan dan intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
melaksanakan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan evaluasi dan
tindak lanjut.Salah satu intervensi perawat dalam penanganan Pasien Urolithiasis pada pre
operasi adalah dengan mengurangi keluhan nyeri pada pasien dengan cara pencegahan observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Selain itu perawat juga berperan penting dalam melakukan
perawatan luka kepada pasien selesai tindakan pembedahan atau post operasi untuk mencegah
terjadinya infeksi (Kurniawan &Armiyati,2017). Berdasarkan uraian fenomena diatas dan
diperkuat pula dengan data di RS.

BAB 11

KONSEP TEORI

Konsep Medis Urolithiasis (batu salutan kemih)Hi

1.Definisi
Urolithiasis adalah proses pembentukan batu secara berbeda bagian dari saluran kemih,
termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Pengelolaan urolitiasis rumit dengan tiga
masalah utama yaitu, prevalensinya yang tinggi, kemungkinan kambuh yang tinggi dan
kurangnya intervensi yang efektif, dan tidak diterapkan nya pola hidup sehat.
Urolitiasis adalah kondisi dimana pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,
termasuk analgesia dan perawatan untuk memfasilitasi pengeluaran batu. Urolithiasis
terjaditerutama melalui supersaturasi urin dan biasanya timbul dengan nyeri pinggang,
hematuria, dan mual / muntah. Urinalisis tidak mendiagnosis, tetapi dapat digunakan dalam
kaitannya dengan pemeriksaan lain. Sejarah, pemeriksaan, dan penilaian dengan beberapa tes
laboratorium merupakan landasan evaluasi bahwa benar adanya pasien tersebut menderita
Urolithiasis.Urolithiasis adalah penyakit umum yang
prevalensinya meningkat dengan potensi morbiditas yang signifikan.

2.Etiologi
Urolithiasis adalah penyakit batu saluran kemih yang dapat ditemukan di sepanjang saluran
perkemihan. Sekitar 97% batu kemih ditemukan di ginjal dan ureter (batu ginjal), sisanya
3%dikandung kemih dan uretra. Ukuran batu saluran kemih berkisar dari mikrometer hingga
beberapa sentimeter dalam diameter. Penyakit batu saluran kemih sering tidak diperhatikan
dalam waktu lama periode sebelum individu memanifestasikan diri mereka sendiri bahwa ada
gejala yang seringkali sangat menyakitkan.
Urolithiasis adalah penyakit multifaktorial akibat interaksi kompleks antara faktor eksogen
seperti lingkungan dan faktor endogen seperti genetik. Faktor lingkungan, seperti gaya hidup,
obesitas, kebiasaan makan dan dehidrasi, serta kondisi air yang cenderung terdapat butiran pasir,
telah terlibat dalam perkembangan urolitiasis, sedangkan hormonal, faktor genetik atau anatomis
mungkin juga
mempengaruhi patogenesisnya.

Lebih dari 80% penderita batu ginjal menderita urolithiasis yang disebabkan oleh kalsium
oxalate dan asam urat. Meskipun urolithiasis adalah penyakit yang dikenal sejak zaman kuno,
bahkan sekarang banyak peneliti mencoba untuk menjelaskan mekanisme pembentukan batu
ginjal kalsium oksalat dan asam urat. Mekanisme fisiokimia pembentukan batu melalui
presipitasi, pertumbuhan, agregasi, nukleasi, pembentukan retensi kristal merupakan pemicu
terjadinya Urolithiasis.

3. Anatomi

Saluran kemih dibagi menjadi dua bagian: saluran kemih bagian atas dan saluran kemih bagian
bawah. Pembentuknya terdiri dari ginjal dan ureter, sedangkan saluran kemih bagian bawah
terdiri darikandung kemih dan uretra.

Ginjal adalah organ saluran kemih yangterletak di rongga retroperiotoneal bagian atas.
Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini
disebut sebagi hilusrenalis, yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang
merawat ginjal yakni pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf.

Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder atau pipa yang menghubungkan ginjal
dengan kandung kemih. Ureter merupakan lanjutan dari pelvis renalis yang berjalan dari hillus
ginjal menuju distal dan kemudian bermuara pada kandung kemih. Ureter terdiri dari 2 saluran
pipa di sebelah kandung kemih. Ureter memiliki panjang sekitar 20 - 30 cm dengan diameter rata
- rata sekitar 0,5 cm dan diameter maksimal sekitar 1,7 cm yang berada di dekat kandung kemih.

Kandung kemih adalah organ berongga yang terletak di rongga pelvis di bagian posterior
symphisis pubis. Lapisan jaringannya memiliki struktur yang sama seperti ureter. Ketika kosong
bentuknya seperti balon yang tidak berisi udara. Ketika berisi bentuknya seperti sphere. Semakin
terisi oleh urin kandung kemih akan berkembang menjadi seperti buah pir yang menonjol ke arah
rongga abdomen.

4. Fisiologi

Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk menyaring dan membuang zat limbah
dengan cara menghasilkan urine. Jika fungsi sistem ini terganggu, limbah dan racun bisa
menumpuk di

dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Sistem urinaria atau saluran kemih
terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga uretra (saluran kencing).

Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan peranannya masing-masing. Melalui
saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan dikeluarkan dari dalam tubuh.
Fungsi utama ginjal adalah mengatur jumlah air dalam darah, menyaring zat limbah atau sisa
metabolisme Menghasilkan hormon yang berfungsi untuk mengendalikan tekanan darah dan
produksi sel darah merah, serta mengatur pH atau tingkat keasaman darah. Ureter adalah bagian
dari sistem urinaria yang berbentuk

menyerupai saluran pipa atau tabung.

Ureter berfungsi untuk mengalirkan urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung
dikandung kemih. Organ yang berada di dalam perut bagian bawah ini bertugas menyimpan
urine. Jika kandung kemih sudah terisi penuh oleh urine, akan timbul dorongan untuk buang air
kecil. Kandung

kemih orang dewasa mampung menampung urine hingga 300–500 ml.


Uretra atau saluran kencing adalah saluran yang menghubungkan antara kandung kemih ke
lubang saluran kemih pada ujung penis atau vagina

5. Patofisiologi

Pembentukan batu saluran kemih adalah prosedur kompleks yang mencakup gangguan
biokimiawi urin yang merangsang terjadinya nukleasi kristal dan agregasi. Gangguan
penyerapan magnesium pada usus berperan dalam pembentukan kalsium oksalat. Memang,
penyimpangan saluran kemih yang mempengaruhi perkembangan batu disebabkan oleh meliputi
terus-menerus rendah pH urin yang rendah (faktor utama), hiperurikosuria (kadar asam urat urin
harianmelebihi 850 mg / hari), volume urine yang rendah, dan penghambat makromolekul
kristalisasi.

Urolithiasis biasanya dikaitkan dengan penurunan pH urin yang persisten. Hampir semua pasien
dengan batu asam urat menunjukkan pH urin yang terus-menerus rendah. PH urin yang rendah
diduga dapat memicu kalkulasi asam urat melalui kimia asam basa basa dan kelarutan asamurat.
Hiperurikosuria dengan pH urin yang teratur juga dapat menyebabkan pembentukan batu
bercampur yang terdiri dari monosodium urat dan kalsium oksalat. Meskipun urat sebagian
besar lebih mudah larut daripada asam urat, dapat dicatat bahwa tidak demikian. Monosodium
urat pada kadar tinggi mengendap dari larutan dan diduga menghasilkan kristalisasi kalsiuoksalat
melalui keduanya. Hiperurikosuria sebagian besar berasal dari kelalaian nutrisi.
PATHWAY
BAB 111

A. KOSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y. DENGAN

BATU SALURAN KEMIH

DI RUANGAN RSUD. RST AMBON

1. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn s

Jenis kelamin: Laki – laki

Umur : 42 Tahun

Satus perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Tukang bengkel

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Alamat : Jl Raya petung km.20


Diagnosa medik : batu ginjal dextra

Nomor register : 00.46.76XXXXX

Tgl pengkajian :14 juni 2021/17 juni 2021

Sumber informasi: kakaknya ny S

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : ny s

Umur : 20 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan terakhir: Sd

Pekerjaan : Petani

Alamat : Pondokrejo/Bulu, Rembang

Hubungan dengan pasien : Adik

C. RIWAYAT PENYAKIT

a. Keluhan umum : pasien menyatakan nyeri pada bagian pinggang kanan

b. Status kesehatan saat ini

Pasien mengatakan sakit dibagian pinggang Kanna, alasan masuk rumah sakit karena pasien
sering Merasakan nyeri dan mengganggu tidur dan istirahat Pasien, keluhan yang pasien rasakan
selama 4-5 bulan, Pasien sempat menjalani pengobatan di rumah sakit Rembang dengan rawat
jalan, lalu pasien di USG di Rumah sakit islam sultan agung semarag dan dikasih Rujukan untuk
rawat inap di RSI Sultang Agung Semarang, dan timbulnya keluhan atau nyeri yaitu Sering
mendadak.
c. Riwayat kesehatan masa lalu

1). Penyakit yang pernah dialami

Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai penyakit yang pernah dialami sebelumnya.

2). Kecelakaan

Pasien mengatakan tidak mempunyai Riwayat kecelakaan

3). Pernah Dirawat

Pasien mengatakan tidak pernah dirawat

Di rumah sakit atau pelayanan kseshatan lainnya

4). Alergi Obat

Pasien mengatakan tidak mempunyai Alergi obat

5). Imunisasi

Pasien mengatakan riwayat imunisasi Pasien lupa.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Pasien mengatakan Keluarga dari kakek dan nenek klien tidak ada yang Mempunyai riwayat
seperti pasien.

e. Genogram
f. Penyakit yang pernah di derita anggota keluarga

Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit Yang pernah diderita anggota keluarga

g. Penyakit yang sedang di derita keluarga

Pasien mengatakan tidak ada penyakit yang sedang diderita anggota keluarga.

D. Riwayat kesehatan lingkungan

1). Kebersihan rumah dan lingkungan

Pasien mengatakan rumah dan Lingkungannya bersih dan terjaga.

2). Kemungkinan terjadi bahaya

Pasien mengatakan tidak ada kemungkinan terjadinya bahaya.

a. Pola kesehatan fungsional


Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Persepsi pasien tentang Kesehtan diri :
Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan kesehatan Dirinya sangat begitu berarti
untuk dirinya. Tetapi koien juga menyadari Semuanya hanya titipan saja.
Pengetahuan dan persepsi pasien terhadap penyakit dan Perawatannya : Sebelum dan
sesudah sakit pasien menyatakan penyakit Yang sedang diderita sekarang semua Allah
yang kasih dan Allah yang Beri, pasien menerima smuanya dengan ikhlas. Untk
perawatnya pasien Kooperatif dalam menjalankan perawatan dengan baik.
Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan kesehatan : Pasien Mengatakan
sebelum dan sesudah sakit langsung memeriksakan Kesehatannya ke rumah sakit atau
klinik terdekat
kemampuan untuk mengotrol kesehatannya : Pasien mengatakan Kalau sakit langsung
pergi ke rumah sakit
Kebiasaan hidup : Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak Mempunyai kebiasaan
mengonsumsi jamu, merokok, alcohol, dan kopi. Dan pasien juga jarang beraktivitas
Factor sosioekonomi : Pasien mengatakan hubungan social atau Ekonominya
Alhamdulillah bbaik. Pasien tidak mempunyai jaminan Kesehatan.

b. Pola Nutrisi dan Metabolic


Pola makan : Sebelum sakit pasien mengatakan makannya 3X Sehari habis 1 porsi.
Sesudah sakit pasien mengatakan makannya sedikitsedikit tetapi habis 1 porsi
Apakah keadaan sakit mempengaruhi makan atau minum :
Sebelum sakit pasien mengatakn tidak ada pegaruh dalam makan atau Minum. Sesudah
sakit pasien mengatakan ada pengaruh dalam makan
Makanan yang disukai atau patangan dalam makanan : Sebelum Sakit pasien
mengatakan tidak ada pantangan dalam makanan. Sedudah Sakit pasien mengatakan ada
pantangan dalam makanan seperti ikan teri, Udang, cumi-cumi, dan soda
Adakah keyakinan atau kebudayaan yang dianut : Sebelum dan Sesudah sakit pasien
mengatakan tidak ada kebudayaan yang dianut
Kebiasaaan mengonsumsi obat atau vitamin penambah nafsu Makan : Sebelum dan
sesudah sakit pasien mengatakan tidak ada
Kebiasaan mengkonsumsi obat atau vitamin penambah nafsu makan
Adakah keluhan dalam makanan : Sebelum dan sesudah sakit Pasien mengatakan tidak
ada kleuhan alam makan. Pasien tidak ada Kesulitan dalam mengunyah dan menelan
makanan
Adakah penurunan BB dalam 6 bulan terakhir : Pasien mengatakan Tidak ada
penurunan berat badan
Pola minum : Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan Minum lancar dan minum
air putih
Adanya keluhan demam : Sebelum dan sesudah sakit pasien tidak ada keluhan demam.

c. Pola Eliminasi
Pola BAB : Sebelum sakit pasien mengatakan BABnya normal 1X
Sehari, warna kuning, kpnsistensi padat, pasien tidak terpasang kolostomy
Pola BAK : Sebelum dan sesudah sakit pasien mengatakan BAK
Normal tidak terpasang kateter.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


Kegiatan dalam pekerjaan : Pasien mengatakan pekerjaannya Adalah sebagai petani,
biasanya berangkat pada pagi hari
Olahraga yang dilakukan : Pasien mengatakan tidak melakukan Olahraga khusus
danjarang sekali dalam beraktivitas.
Kesulitan atau keluhan dalam aktivitas : Kegiatan dalam pekerjaan
: Pasien mengatakan pekerjaan sebagai petani. Kegiatannya yaitu Membajak pesawahan.
Olahraga yang dilakukan : Pasien mengatakan jarang sekali dalam
Berolahraga
Kesulitan atau keluhan dalam aktivitas : Sebelum dan sesudan sakit Pasien mengtakan
tidak da kesulitan atau keluhan dalam beraktivitas
Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaiaj bersoleh, makan, dan
Lain-lain)
Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit melakukan
Perawatan dirinya yaitu mandiri tanpa bantuan
Berhajat (BAK/BAB) : Sebelum sakit kpasien mengatakn BAB
Dan BAKnya normal. Sesudah sakit klen mengatakan BAK lancer, tetapi
BAB sedikit-sedikit
Keluhan sesak napas setelah melakukan aktivitas : Sebelum dan
Sesudah sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan sesak napas
Mudah merasa kelelahan : Sebelum dan sesudah sakit pasien
Mengatakan tidak mudah merasa kelelahan

e. Pola istirahat dan tidur


Kebiasaan tidur : Sebelum sakit pasien mengatakan tidurnya jam
21.00 dan tidak ada gangguan , lama tidur 8 jam. Sesudah sakit pasien
Mengatakan kalu nyerinya timbul tidak bisa tidur, paling bisa cum 2 jam
Saja
Kesulitan tidur : Sebelum skait pasien tidak ada kesulitan tidur dan
Sesudah sakit pasien mengatakan susah tidur jika nyeri timbul

f. Pola kognitif-persepsi sensori


Keluhan yang berkenaan dengan sensori : Sebelum dan sesudah
Sakit pasien mengatakan tidak ada keluhan dalam pendengaran dan
Penglihatan. Pasien bisa menerima masukkan dan pertanyaan dengan baik
Kemampuan kognitif : Sebelum dan sesudah sakit kemampuan
Kognituf pasien baik, mampu menerima dan mampu mengingat pesan yang
Diterima
Kesulitan yang dialami : Sebelum dan sesudah sakit pasien
Mengatakan tidak ada kesulitan yang dialami

Persepsi terhadap nyeri : P : pasien mengatakan nyeri saat sedang


Duduk, Q : pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : pasien
Mengatakan nyeri dibagian pinggang kanan, S : sebelum operasi pasien
Mengatakan skala nyeri 6,dan T : pasien mengatakan waktu nyeri
Dirasakan setiap saat.

g. Pola Presepsi dan Konsep diri


Citra tubuh/body image : Pasien mengatakan tidak ada persepsi
Buruk tenang tubuh atau dirinya
Identitas : Pasien mengatakan bapak dari 1 orang anak, bernama
Tn.S pasien bekerja sebagai petani
Ideal diri : Pasien berharap semoga cepat membaik agar melakukan
Aktivitas seperti sedia kala
Harga diri : Pasien mengatakan penilaian harga dirinya masih sama
Sperti sebelum sakit, berperilaku baik dengan keluarga dan orang lain

h. Pola mekanisme koping


Bagaiamana pasien dalam mengambil keputusan : Pasien
Mengatakan jika mengambil keputusan dibantu oleh istrinya
Yang dilakukan jika menghadapi masalah : Pasien mengatakan jika
Menghadapi masalah dengan tenang, baik-baik dan terus terang
Bagaimana pasien dalam menghadapi masalah sekarang : Pasien
Mengatakan menghadapimasalah upaya yang dilakukan yaitu dengan
Bercerita kepada istrinya.
Menurut pasien apa yang dapat dilakukan perawat agar pasien
merasa nyaman : Pasien mengataka di RSI Sultan agung semarang ini
pelayanannya sudah baik, ramah, dan kpasien berharapini akan lebih
ditingkatkan lagi

i. Pola peran-berhubungan dengan orang lain


Mengkaji bagaimana berhubungan dengan orang lain : Pasien
Mengatakan hubungannya dengan orang lain baik, tidak ada masalah,
Saling membantu satu dengan yang lain.
Kemampuan pasien dalam berkomunikasi : Pasien berkomunikasi
Dengan jelas, mampu mengekspresikan dan bisa mengerti atau
Menghargai ketika orang lain berbicara
Siapa orang terdekat dan lebih berpengaruh pada pasien : Pasien
Mengatakan orang terdekat dan berpengaruh adalah istri dan anaknya
Kepada siapa pasien meminta bantuan bisa mempunyai masalah :
Pasien mengatakan meminta bantuan kepada istri dan keluarganya
Adakah kesulitan dalam keluarga : Pasien mengatakan tidak ada
Kesulitan dalam keluarga dan hubungan dengan keluarga baik

j. Pola nilai dan kepercayaan


Bagaimana pasien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan :
Pasien mengatakan shalat 5 waktunya selalu tepat waktu
Masalah yangterkait dengan aktivitasnya tersebut selama dirawat :
Pasien mengatakan Alhamdulillah masih bisa melakukan shalat dengan
Tepat waktu
Adakah keyakinana atau kebudayaan yang dianut pasien : Pasien
Mengatakan tidak ada kebudayaan atau keyakinan yang danut.
Adakah nilai/keyakinan/kebudayaan terhadap pengobatan yang
Dijalani : Pasien mengatakan tidak ada kebudayaan/keyakinan dalam
Pengobatan yang sedang dijalani.
II. Pemeriksaan Fisik
Pasien dalam keaadaan composmentis, keadaan Umum lemah dan lesu,
hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Pada tanggal 04 februari 2021 : S : 36,8°C, TD :
140/80 mmHg, Rr :20X/m, N : 87X/m, pada tanggal 05 februari 2021 : S : 36,6°C, TD :
130/80 mmHg, RR : 20X/m, N : 75X/m, dan pada tanggal 06 februari 2021 : S : 36°C,
TD : 127/65 mmHg, RR : 22X/m, N : 81X/m.
Kepala bentuk mesocephal, rambut warna hitam, Tidak rontok, tidak ada ketombe.
Mata kemampuan Penglihatan normal, ukuran pupil mengecil saat terkena Cahaya,
conjunctiva merah muda, tidakikterik, tidak Memakai alat bantu, simetris, tidak ada nheri
tekan. Hidung Bersih, simetris, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada Napas cuping
hidung, tidak memakia oksigen, tidak ada Nyeri tekan.Telinga bentuk simetris, tidak
hilang Pendengaran, tidak infeksi, tidak ada lesi, tidak ada nyeri Tekan, tidak ada
serumen. Mulut dan tenggorokan tidak ada Gangguan bicara, gigi bersih, tidak ada
kesulitan dalam Mengunyah, tidak ada benjolan dileher, tidak ada Pembesaran tonsil,
tidak ada nyeri tekan.
Pemeriksaan dada pada bagian jantung : inspeksi : Simetris, palpasi : tidak ada nyeri
tekan, perkusi : pekak, Auskultasi : bunyi jantung normal (lupdup), tidak ada suara
Tambahan. Dibagian paru-paru, inspeksi : simetris, palpasi : Tidak ada nyeri tekan,
gerakan fremitus, perkusi : bunyi Paru sonor, auskultasi : suara napas vaskuler, tidak ada
Suara tambahan.

Pemeriksaan pada bagian abdomen, inspeksi : Smetris, terdapat balutan operasi,


auskultasi : terdengar Bising usus normal 12X/m, perkusi : Timpany, palpasi : Tidak ada
massa, tidak ada nyeri tekan, terdapat batu pada Ginjal pasien berukuran 1 cm. Luka
insisi post op Berdasarkan data pengkajian yang belum tergambarkan area Insisi post op
abdomen lateral kanan.
Pada pemeriksaan genetalia Tn. S mengatakan Bersih, berjenis kelamin laki-laki, tidak
terpasang kateter, Tidak ada infeksi. Pada ekstermitas Tn. S kukunya bersih, Kulit putih,
tidak ada urgor kulit tidak ada edema, Eksermitas atas terpasang infus, dan capillary refill
time Normal (ditekan kembali <2 detik ). Kulit, bersih, tidak Kering, tidak ada lesi, tidak
ada tirgoe kulit, tidak ada tandatanda infeksi, keadaan balutan tidak ada rembesan.

III. Data Penunjang

a. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium, pada tanggal 04 Februari 2021 pemeriksaan
hematologic haemoglobin Didapatkan hasil 14,4 dengan nulai rujukan 13.2-17.3 Dengan
satuan g/dL, hematokrit didapatkan hasil 44.4 Dengan nilai rujukan 33.0-45.0 dengan
satuan %, Leukosit didapatka hasil 9.68 dengan nilai rujukan 3.80-10.60 dengan satuan
ribu/uL, trombosit didapatkan Hasil 279 dengan nilai rujukan 15—440 dengan satuan
Ribu/uL golongan darah A dan Rh Positif, pemeriksaan PPT PT didapatkan hasil 10.3
dengan nilai rujukan 9.3-11.4 dengan satuan detik, PT (control) didapatkan hasil 11.6
dengan nilai rujukan 9.1-12.3 dengan satuan detik, Pemeriksaan APTT, APTT diapatkan
hasil 24.1 dengan Nilai rujukan 21.8-28.4 dengan satuan detik, APTT
(control) didapatkan hasil 26.0 dengan nilai rujukan 21.0-28.4 dengan satuan detik.
Pemeriisaan kimia klinik Glukosa darah sewaktu didapatkan hasil 92 dengan nlai
Rujukan 75-100 dengan satuan mg/dL, ureum Didapatkan hasil 21 dengan nilai rujukan
10-5- dengan Satuan mg/dL, creatinine didapatkan hasil 1.06 dengan Nilai rujukan 0.70-
1.30 dengan satuan mg/dL. Pemeriksaan elektrolit (Na,K,Cl) Natrium (Ma) Didaptkan
hasil 138.0 dengan nilai rujukan 135-149 Dengan satuan mmol/L, kalium (K) didapatkan
hasil 4.60 dengan nilai rujukan 3.5-50 dengan satuan Mmol/L.
Pada pemeriksaan radiologi, pada tanggal 04 Februari 2021 pemeriksaan thorax besat
(non kontras), Radiografi thorax. Pada COR : bentuk dan letak normal, Pada pulmo :
cotaka vaskulae tak meningkat, tak Tampak gambar infiltrate, pada diafragma dan sinus
Kostofrenikus tak tampak kelainan. Kesan cor tak Membesar, pulmo tak tampak
kelainan.

b. Diet yang di peroleh


Diet yang diberikan : Nasi
c. Therapy
a. Sharox 750 2X1
b. Paracetamol (100)ml IV 3X1
c. Infus RL 20tpm

TABEL 2,1 Analisa data post operatif urolithiasis di RSUD

NO DATA (DO / DS) MASALAH PENYEBAB


1. Ds: Nyeri akut Agen pencedera fisik
- P: pasien (prosedur operasi)
menyatakan
nyeri post op
Q:pasien
menyatakan
nyeri terasa
seperti nyut –
nyutan
R:lesi pada
ureter
S:dengan skala
nyeri 5
T:nyeri hilang
timbul

Do:
- Pasien tampak
meringis
menahan sakit
- Terdapat lesi
pada ureter post
operasi

TTV:
- TD: 135/84
mmHg
- N: 94X/Menit
2. - S: 36 0C Resiko jatuh Kondisi pasca operasi

- RR: 20X/Menit

Ds:
- Paseien
menyatakan
nyeri saat
berjalan
- Pasien
menyatakan saat
berjalan
berpegangan
pada benda
benda
Sekitar dan
terkadang di
bantu oleh
keluarga
- Pasien
mengatakan sulit
berjalan dan
merasa takut
jatuh saat
berjalan di
karenakan nyeri

Do:
- Pasien tampak
meringis
menahan sakit
- Skala morse
klien 75
- Pasien terlihat
sulit berjalan

B. Diagnosa dan intervensi keperawatan

Tabel 2.2 Diagnosa dan intervensi pada klien dengan post operatif urolithiasis di RSUD

NO Dx keperawatan tanggal Intervensi


1. Nyeri akut b.d agen 17 juni 2021 Setelah di lakukan
pencedera fisiologis tindakan asuhan
(prosedur operasi) keperawatan selama 3x3
jam di harapkan nyeri
pasien berkurang atau
menurun.
Kriteria hasil:
Tingkat nyeri L. 08066
a. Keluhan nyeri
menurun
b. Meringis menurun
c. Sikap protektif
menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur
menurun
f. Frekuensi nadi
membaik
g. Pola nafas
membaik
h. Tekanan darah
membaik
i. Pola tidur mrmbaik
Manajemen nyeri I. 08238
Observasi :
a. Identifikasi
lokasi,karakteristik
, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala
nyeri
c. Identifikasi
respons nyeri non
verbal
d. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
e. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
f. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
g. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
h. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah di
berikan
i. Monitor efak
samping
pengguaan
analgetik
Terapeutik:
a. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS,hypnosis,
akupresur, terapi
music,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
b. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
c. Fasilitasi istirahat
dan tidur
d. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
c. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
d. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
a. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2. Gangguan mobilitas 17 juni 2021 Setelah dilakukan


fisik b.d nyeri b.d tidakan asuhan
pasien menyatakan keperawatan selama
kesulitan bergerak 3x3 jam di harapkan
karna nyeri luka post mobilitas fisik pasien
operasi meningkat.
Kriteria hasil:
Mobilitas fisik
L.05042
a. Pergerakan
ekstremitas
meningkat
b. Kekuatan otot
meningkat
c. Nyeri menurun
d. Kecemasan
menurun
e. Gerakan
terbatas
menurun
Dukungan mobilisasib
I.05173
Observasi:
a. Identifikasi
adanya nyeri
atau keluhan
fisik lainnya
b. Identifikasi
toleransi fisik
melakuakan
pergerakan
Terapeutik:
a. Fasilitasi
mobilisasi
dengan alat
bantu (mis,
pagar tempat
tidur)
b. Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
jika perlu
c. Libatkan
keluarga
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
a. Jelaskan
prosedur dan
tujuan
mobilisasi dini
b. Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini
c. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi)

3. Resiko infeksi b.d 17 juni 2021 Setelah dilakukan


efek prosedur tindakan asuhan
invasive keperawatan selama
3x3 jam diharapkan
tingkat infeksi
menurun.
Kriteria hasil:
Tingkat infeksi
L.14137
a. Kebersihan
meningkat
b. Kebersihan
badan
meningkat
c. Kemerahan
menurun
d. Nyeri menurun
Pencegahan infeksi
I.14539
Observasi :
a. Monitor tanda
dan gejala
infeksi lokal
dan sistemik
Terapeutik :
a. Batasi jumlah
pengunjung
b. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
dan lingkungan
pasien
c. Pertahankan
teknik aseptik
pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi :
a. Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
c. Ajarkan etika
batuk
d. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
e. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
f. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu

Diagnosa keperawatan:

1. Nyeri Akut
2. Gangguan Mobilitas Fisik
3. Resiko Infeksi
C. Implementasi keperawatan

Tabel 2.3 implementasi keperawatan klien dengan post operatif urolithiasis di RSUD

NO TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1. KAMIS 17 JUNI Melakukan Ds:
2021 16.00 WIT pengkajian a. P: pasien
1.2 melakukan menyatakan
pengukuran nyeri nyeri pada
secara komprehensif luka post
termasuk lokasi operasi
nyeri, karakteristik, Q: pasien
durasi, frekuensi menyatakan
1.3 mengidentifikasi nyeri seperti
skala nyeri di tusuk –
2.1 mengidentifikasi tusuk
adanya nyeri atau R: nyeri pada
keluhan fisik lainnya perut kanan
menjalar ke
pinggang
S: skala nyeri
4
T: pasien
menyakatan
nyeri hilang
timbul
b. Pasien
menyatakan
kesulitan
bergerak
karena masih
nyeri

Do:
a. Pasien tampak
meringis
menahan sakit
b. TTV
TD:146/90m
mHg
N:63x/menit
S: 37 OC
Rr: 20x/menit

DS:
a. Pasien
menyatakan
paham cara
melakukan
teknik nafas
dalam
b. Pasien
menyatakan
sedikit
nyeri/sakit
saat di beri
injeksi
analgetik dan
antibiotik

Do:
a. TTV TD:
135/70mmHg
N:80x/menit
S:36,5 0C
Rr:20x/menit
b. Pasien tampak
mengerti apa
yang di
jelaskan oleh
perawat
Pasien
meringis saat
diberi injeksi
analgetik dan
antibiotik

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI


KEPERAWATAN
1. Kamis, 17 juni 2021 Nyeri akur b.d S:
dengan agen 1) P: pasien
pencedera fisik menyatakan nyeri
(prosedur operasi) pada luka post
operasi
Q: pasien
menyatakan nyeri
seperti di tusuk
tusuk
R: nyeri di perut
kanan menjalar ke
pinggang
S: skala nyeri 4
T: pasien
menyatakan nyeri
hilang timbul
2) Pasien
menyatakan
mampu
mengontrol nyeri
dengan teknik
relaksasi nafas
dalam
O:
1) Pasien tempak
meringis
2) TTV TD :
135/70 mmHg
N: 80X/menit
S: Suhu 36,5 0C
3) Dc urine:500ml

A:Masalah belum
teratasi
P:Itervensi di lanjutkan
Monitor TTV
 Identivikasi
lokasi nyeri,
karakteristik,
durasi,
frekuensi
 Identifikasi
skala nyeri
 Kolaborasi
pemberian
analgetik

D. Evaluasi keperawatan

Tabel 2.4 evaluasi asuhan keperawatan klien post operatif urolithiasis di RSUD

DAFTAR PUSTAKA

Abou-Elela, A. (2017). Epidemiology, pathophysiology, and management of uric


acidurolithiasis: A narrative review. Journal of Advanced Research , 8 (5), 513-527. Adrian, K.
(2020, Juny Monday). Mengenal Fungsi Sistem Urinaria dan Penyakit yang Bisa Menyerangnya.
Dipetik february Wednesday, 2021, dari https://www.alodokter.com/mengenal-fungsi-sistem-
urinaria-dan- penyakit-yang-bisa-menyerangnya: https://www.alodokter.com Afif, M. (2018).
BAB II. Dipetik July Thursday, 2021, dari

http://repository.unimus.ac.id/2084/4/BAB%20II.pdf: http://repository.unimus.ac.id
Al-Mamari, S. A. (2017). Complication Of Urolithiasis. Dalam I. C. Practice, Urolithiasis in
Clinical Practice (hal. 121-129). Springer.

Amir, M. D., & Nuraeni, P. (2019). Article text. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam
Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operatif

Appendictomy di Ruang Nyi Ageng Serang RSUD Sekarwangi , 107

Anda mungkin juga menyukai