Anda di halaman 1dari 14

Vesikolthiasis : Laporan Kasus

Diki Pranatal Ramba Sibannang1, I Komang Adi Sujendra2, M.Sabir3


1
Mahasiswa Program Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Undata Palu
3
Bagian Infeksi Tropis dan Traumatologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Tadulako
*Corespondent Author : dikipranatal@gmail.com

ABSTRACT
Introduction : AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) can be interpreted
as a collection or disease caused by decreased immunity due to infection by the
HIV (Human Immunodeficiency Virus) which belongs to the retroviridae family.
AIDS is the end stage of HIV infection. Lymphadenopathy tuberculosis is
extrapulmonary tuberculosis.

Case report : This report describe the case of a 35-year-old male patient with
advanced HIV / AIDS and tuberculosis lymphadenitis how the principles of
management and therapy in this patient.
.
Conclusion :
The basic principle of management and therapy for HIV / AIDS patients with
tuberculosis co-infection are not taking antiretroviral drugs and continuing to
take anti-tuberculosis drugs for up to 8 weeks.

Keyword : HIV/AIDS, Lymphadenopathy Tuberculosis, Antiretroviral Drugs,


Anti-Tuberculosis Drugs

1
ABSTRAK
Pendahuluan : Batu saluran kemih jarang ditemukan di negara maju dan pada
orang dewasa paling sering dikaitkan dengan obstruksi saluran kemih, infeksi
kronis atau kehadiran benda asing intravesika . Kondisi ini dapat terjadi di masa
kecil dan terkait dengan kekurangan gizi, terutama dalam diet kekurangan protein.
Laporan kasus : Laporan ini memaparkan kasus pasien anak laki-laki usia 11
tahun dengan kondisi adanya batu pada saluran kemih yaitu pada vesika urinaria
( Vesikolithiasi) bagaimana prinsip menajemen dan terapi pada pasien tersebut.
Kesimpulan : Prinsip dasar menajemen dan terapi pasien Vesikolithiasis yaitu
dengan melakukan operasi terbuka (Vesikolithotomi) untuk mengangkat batu dari
vesika urinaria.
Kata Kunci : Vesikolithiasis, Vesikolithotomi

PENDAHULUAN
Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih (ginjal, ureter,kandung kemih, maupun uretra) akibat pengkristalan
dalam urin. Batu saluran kemih merupakan keadaan patologis dan sering
dipermasalahkan baik dari segi kejadian (insidens), etiologi, patogenesis maupun
dari segi pengobatan. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.(1)
Penyakit batu saluran kemih merupakan penyakit yang bisa mengalami
kekambuhan, rata – rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun dan 70% dalam
10 tahun. Data kandungan / komposisi zat yang terdapat di batu sangat penting
untuk upaya pencegahan kemungkinan timbulnya kekambuhan penyakit ini. Batu
saluran kemih biasanya timbul akibat rusaknya keseimbangan antara kelarutan
dan pengendapan garam.(1)
Batu saluran kemih jarang ditemukan di negara maju dan pada orang
dewasa paling sering dikaitkan dengan obstruksi saluran kemih, infeksi kronis
atau kehadiran benda asing intravesika . Kondisi ini dapat terjadi di masa kecil

2
dan terkait dengan kekurangan gizi, terutama dalam diet kekurangan protein.
Mengenai presentasi klinis, batu saluran kemih mungkin tanpa gejala. Namun,
gejala seperti nyeri suprapubik, disuria, hematuria, aliran urin lemah, kencing
terputus - putus, frekuensi, urgensi, dan nyeri pada kelenjar dapat terjadi pada
lebih dari 50% pasien.(2)
Kejadian (insidens) batu saluran kemih tidak sama diberbagai belahan bumi,
bervariasi menurut suku bangsa dan geografi, selain itu setiap peneliti
mengemukakan angka yang berbeda-beda. Di seluruh dunia rata-rata 1- 12%
penduduk yang menderita batu saluran kemih. Di Negara maju seperti Amerika
Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak ditemukan pada bagian atas
saluran kemih, sedangkan di Negara berkembang seperti India, Thailand dan
Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Di Amerika Serikat 5-10%
penduduk menderita BSK setiap tahunnya. Angka kejadian batu ginjal di
Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di
seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan
sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar
19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang.(3)
Batu saluran kencing (BSK) merupakan penyakit ketiga terbanyak di
bidang urologi setelah infeksi saluran kencing dan pembesaran prostat jinak.
Data di Indonesia menunjukkan BSK merupakan penyakit kedua terbanyak
setelah infeksi saluran kencing dan penyakit terbanyak di antara penyakit-
penyakit yang memerlukan tindakan di bidang urologi. Prevalensi BSK makin
meningkat di seluruh dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia BSK masih
menempati porsi terbesar dari seluruh pasien di klinik urologi. Insidensi dan
prevalensi BSK di Indonesia belum pasti.(4)
Batu saluran kencing terdapat pada 7-10 dari 1000 pasien yang masuk
ke rumah sakit. Laki-laki memiliki resiko mendapat BSK tiga kali lipat
dibandingkan dengan wanita dengan umur puncak awal kejadian 20–40 tahun.
Prevalensi sepanjang hidup BSK diperkirakan 1 - 15%, dengan kemungkinan
mendapat suatu batu berbeda-beda berdasarkan usia, jenis kelamin, ras dan lokasi

3
geografi. Sebagian BSK memiliki dasar genetik, tetapi sebagian lagi sangat
tergantung pada factor lingkungan atau factor gizi seperti diet tinggi protein. (4)
Berdasarkan lokasi, BSK dibagi menjadi (1) batu ginjal 27,1% (2) batu
ureter 51,8% (3) batu buli 18,1% (4) dan batu urethra 3%.(4)
Batu buli-buli masih sering dialami anak-anak di daerah miskin atau
pedesaan. Di Eropa atau Amerika, kejadian batu buli-buli hampir tidak ada karena
perkembangan pola diet, tetapi masih endemik di sejumlah negara seperti di
Afrika dan Asia. Batu buli-buli meliputi 5% dari semua kasus batu saluran kemih.
Di negara-negara berkembang seperti di Eropa Timur, Asia Tenggara, India, dan
Timur Tengah, batu bulibuli lebih sering dibandingkan batu ginjal. Anak laki-laki
lebih sering dibanding wanita, alasannya masih belum jelas.(5)
Penyebab pasti yang membentuk BSK belum diketahui, oleh karena banyak
faktor yang dilibatkannya. Diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun
batu terdapat dalam jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia
urin yang menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium
hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan
oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu.
Proses ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan
membantu memahami mekanisme patogenesis BSK dan merupakan tahap awal
dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.(6)
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat
atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium amonium fosfat (MAP), Xanthin dan
sistin. BSK mempunyai komponen dasar kalsium sekitar 75% berupa kalsium
oksalat, kalsium fosfat atau campuran oksalat dan fosfat. BSK cenderung
mengambuh, rata-rata kekambuhan terjadi 50% dalam 5 tahun dan 70% dalam 10
tahun. Sehingga identifikasi penyebab timbulnya batu yang pertama adalah
penting untuk pencegahan kerusakan ginjal lebih lanjut.(6)
Prognosis batu buli-buli tergantung diagnosis primer dan kepatuhan terapi.
Kekambuhan setelah operasi pengangkatan batu jarang terjadi. Selama perawatan
tidak ditemukan komplikasi pada pasien.(5)

4
Kasus Batu Saluran Kemih sering terjadi di RSUD Undata dan memiliki
komplikasi yang banyak oleh sebab itu timbul ketertarikan untuk melaporkan
salah satu kasus Batu Saluran Kemih pada seorang pasien anak laki-laki 11 tahun
yang dirawat inap di Paviliun Teratai RSUD Undata Palu.

LAPORAN KASUS
Pasien anak laki-laki masuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Undata dengan
keluhan susah buang air kecil sejak 3 bulan yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit. Pasien merasakan nyeri ketika berkemih. Terkadang juga pasien merasakan
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri dirasakan seperti diremas-remas dan tidak
berkurang ketika dipengaruhi posisi tubuh. Pasien juga mengeluhkan ketika buang
air kecil sering keluar batu sejak 3 bulan terakhir, pasien mengumpulkan batu
yang keluar saa diat berkemih kurang lebih setengah gelas aqua. Keluhan nyeri
tidak disertai dengan demam. Pasien juga mengeluhkan ketika buang air kecil,
berwarna merah dan pasien mengatakan bahwa sebelumnya tidak emiliki riwayat
trauma.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang,
kesadaran composmentis, dan status gizi yaitu gizi baik. Pada tanda-tanda vital
didapatkan, nadi 88 kali per menit, respirasi 18 kali per menit dan suhu 36,7°C.
Pada pemeriksaan bagian mata didapatkan konjungtiva anemis ocular dextra et
sinistra. Pada palpasi abdomen didapatkan nyeri tekan suprapubik (+), teraba
massa pada region inguinal dextra. Massa permukaan regular padat disertai nyeri
tekan pada region flank.
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Tidak ada dari anggota
keluarga pasien ini yang menderita penyakit dan keluhan yang sama.
Pada hasil pemeriksaan laboratoriun didapatkan Red Blood Cell: 4,82 x
106/ul, White Blood Cell : 7,58 x 103/ul, hemoglobin: 11,47 g/dl (menurun),
Haematocrite: 34,7 % (menurun), Platelet : 317 x 103/ul, HBS-Ag : non-Reaktif,
Ureum : 19,7 mg/dl, Kreatinin: 0,68 mg/dl.
Pemeriksaan Radiologi USG Abdomen didapatkan tampak adanya batu pada
saluran kemih (Vesica Urinaria).

5
Gambar 1 : USG Abdomen
Pasien didiagnosis dengan Vesikolithiasis. Penatalaksanaan pada pasien ini
adalah dilakukan Operasi Vesikolithotomi.

DISKUSI
Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah
terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat
dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi. Pada orang dewasa, komposisi batu kandung
kemih yang paling umum adalah asam urat yang menyumbang sekitar 50% dari
kasus. Sebagian besar pasien yang mengalami batu kandung kemih asam urat
tidak menderita asam urat atau hiperurisemia. Bahan kimia lain yang membentuk
batu kandung kemih termasuk kalsium oksalat, kalsium fosfat, amonium urat,
sistin, dan kalsium-amonium-magnesium fosfat (juga disebut triple phosphate
atau struvite stones dan selalu dikaitkan dengan infeksi). Pasien yang rentan
terhadap bakteriuria kronis dan infeksi saluran kemih, seperti mereka yang
mengalami cedera tulang belakang atau kandung kemih yang sangat hipotonik,
cenderung mengalami struvite (infeksi) dan batu kalsium fosfat.(7)

Pada anak-anak, jenis batu yang paling umum adalah kalsium oksalat,
kalsium fosfat, dan kemungkinan asam urat amonium. Di negara-negara
berkembang, bayi dan anak-anak yang sangat muda sering hanya diberikan ASI
dan beras, yang menyebabkan ekskresi amonia urin yang tinggi karena fosfor

6
makanan yang rendah. Anak-anak ini juga biasanya memiliki asupan sayuran
hijau yang tinggi (makanan oksalat yang tinggi) dengan sitrat diet rendah.(7)

Tanda dan gejala yang ditemukan pada anak – anak dengan batu kandung
kemih adalah biasanya urgensi, frekuensi, inkontinensia, disuria, piuria, kesulitan
berkemih, saluran kemih menjadi kecil atau sempit, perut bagian bawah sakit dan
intermittency urin, dengan demam dan adanya hematuria. Kebanyakan batu
kandung kemih terdiri dari kalsium oksalat (45-65%), diikuti oleh kalsium fosfat
(14-30%), dan mereka biasanya lebih besar dari 2,5 cm diameter.(8)

Pada kasus ini, pasien an. A didiagnosis dengan “Vesikolithiasis”.


Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada hasil anamnesis pasien ini
mengeluhkan adanya kesulitan buang air kecil sejak 3 bulan terakhir. Pasien juga
mengeluhkan nyeri ketika akan berkemih dan keluar batu, dan ketika berkemih
urin yang dikeluarkan berwarna merah (hematuria). Hal ini sesuai dengan
referensi yang mengatakan bahwa tanda dan gejala dari batu saluran kemih yaitu
nyeri pinggang (kolik atau non kolik), dan gejala komplikasi seperti buang
air kecil berdarah (hematuria), keluar batu saluran kencing spontan, deman
bahkan sampai gagal ginjal. Pemeriksaan fisik batu saluran kencing dimulai dari
pemeriksaan status generalisata (umum) dan pemeriksaan status lokalis urologi.
(4)
Sedangkan menurut referensi, gejala pada anak tidak jauh berbeda dari orang
dewasa yaitu inkontinensia, disuria, piuria, kesulitan berkemih, saluran kemih
menjadi kecil atau sempit, perut bagian bawah sakit dan intermittency urin,
dengan demam dan adanya hematuria. (8)

Terdapat beberapa faktor yang mendorong pembentukan BSK yaitu


(1) peningkatan kadar kristaloid pembentuk batu dalam urin (2) pH urin
abnormal rendah atau tinggi (3) berkurangnya zat-zat pelindung dalam urin
dan (4) sumbatan saluran kencing dengan stasis urin. Disamping itu, terdapat
pula tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan untuk terjadinya BSK
yaitu: retensi partikel urin, supersaturasi urin, dan kekurangan inhibitor

7
kristalisasi urin. Kelebihan salah satu faktor ini menyebabkan batu saluran
kencing.(4)
Batu saluran kencing diklasifikasikan sebagai batu ginjal (nefrolithiasis),
batu ureter (ureterolithiais), batu buli (vesikolithiasis) dan batu urethra
(urethrolithiasis). Batu ginjal yang terdiri atas batu pyelum (pyelolithiasis), batu
kalik (kalikolithiasis), batu infundibulum (infundibulolithiasis), batu multipel
ginjal, batu cetak ginjal (Staghorn stone) yang komplit, inkomplit.(4)
Batu buli (vesikolithiasis) terdiri atas batu buli kecil (diameter terbesar 30
mm), batu buli besar (diameter terbesar > 30 mm), batu buli sangat besar (Huge
Bladder Stone) dan batu Bladder Neck. Batu buli pada umumnya berasal dari batu
ginjal yang turun (jatuh) ke ureter dan apabila batu ureter lolos spontan sampai
berhenti dibuli maka batu tersebut merupakan batu buli. Pada pasien yang satu
kali batu ureternya lolos spontan ke buli, kemungkinan satu lagi BSKnya lolos
spontan adalah sekitar 15% menjelang 3 tahun dan sekitar 30% menjelang 15
tahun. (4)
Penyebab batu buli-buli pada anak adalah makanan rendah protein hewani.
Malnutrisi dan ketidakseimbangan diet antara protein, vitamin, dan fosfat
mendukung lithogenesis pada anak. Dehidrasi juga mendukung terbentuknya batu
buli-buli pada anak. Batu berkembang saat urin terkonsentrasi di dalam buli-buli,
menyebabkan mineral dalam urin mengkristal. Infeksi dapat menyebabkan
perkembangan batu buli - buli. Infeksi menghasilkan enzim urease, yang
meningkatkan pH urin, mendukung pembentukan kristal magnesium amonium
fosfat (struvite); kristal kalsium juga bisa terbentuk. Agen infeksi yang terkait
dengan batu saluran kemih adalah E. coli, Proteus sp., Providencia sp., dan
beberapa strain Klebsiella sp., Pseudomonas sp., dan Enterococci. Pemeriksaaan
darah lengkap pada pasien ini menemukan tanda infeksi.(5)
Diperkirakan diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya batu
saluran kemih. Diet berbagai makanan dan minuman mempengaruhi tinggi
rendahnya jumlah air kemih dan substansi pembentukan batu yang berefek
signifikan dalam terjadinya BSK. Bila dikonsumsi berlebihan maka kadar
kalsium dalam air kemih akan naik, pH air kemih turun, dan kadar sitrat air

8
kemih juga turun. Diet yang dimodifikasi terbukti dapat mengubah komposisi air
kemih dan risiko pembentukan batu. Selain itu kebiasaan menahan kencing juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi. Pada pasien ini dia
mengatakan bahwa sering mengkonsumsi minuman berwarna, pasien hampir
setiap hari mengkonsusmsi minuman tersebut. Pasien juga mengatakan kalau
dia sering sekali menahan kencing dan kurang dalam mengkonsumsi air putih.
Hal ini sesuai dengan teori yang ada pada tinjaua pustaka yang mengatakan
bahwa Pembentukan batu saluran kemih BSK) diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaankeadaan lain yag belum jelas. Secara epidemiologis terdapat dua faktor
yang mempermudah terbentuknya batu saluran kemih (BSK) yaitu faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari diri individu
sendiri seperti herediter/keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik adalah
faktor yang berasal dari luar individu seperti geografi daerah, iklim dan
temperatur, jumlah asupan air, diet, pekerjaan dan aktivitas fisik, kolesterol,
hipertensi, asupan vitamn C berlebih, kebiasaan menahan kemih dan obesitas.(3)
Gangguan anatomi dapat menyebabkan pembentukan batu kandung kemih
di antara anak-anak. Komposisi kimia dari batu-batu tersebut bervariasi. Status
kolonisasi saluran kemih berperan dalam pembentukan batu. Organisme Urease-
positif mempengaruhi komposisi batu struvite (magnesium ammonium fosfat) dan
karbonat apatit. Escherichia coli dikaitkan dengan pembentukan batu kalsium
oksalat dan urat.(9)
Pada pemeriksaan radiologi dilakukan pemeriksaan USG abdomen,
ditemukan terdapat batu pada buli – buli atau vesica urinaria, namun tidak
ditentukan untuk jenis batunya. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka yang
mengatakan bahwa salah satu pemeriksaan radiologi yang bisa digunakan untuk
kasus batu pada vesica urinaria yaitu USG Abdomen. Foto polos abdomen,
ultrasonografi, pielografi intravena (IVP), dan computed tomography (CT) adalah
pemeriksaan untuk evaluasi batu kemih pada anak-anak. Foto polos abdomen dan
ultrasonografi banyak digunakan sebagai pemeriksaan awal. Ultrasonografi bisa
mengungkapkan jenis batu, termasuk batu radiolusen, dan dapat menghasilkan

9
temuan klinis penting lain seperti obstruksi atau nefrokalsinosis. Pielografi
intravena (IVP) dikaitkan dengan paparan radiasi lebih besar dan risiko
penggunaan agen kontras. Keunggulan CT meliputi waktu pemeriksaan lebih
singkat, sensitivitas dan spesifisitas untuk batu lebih tinggi, tidak memerlukan
kontras intravena, dan kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan diagnosis
banding. Pada foto polos abdomen pasien didapatkan gambaran radioopak di
daerah vesica, kesan batu buli-buli. Batu buli-buli biasanya bulat, bisa tunggal
atau multipel. Ukurannya bisa cukup besar dan menempati seluruh kandung
kemih; dapat mencapai diameter hingga 5 cm di beberapa bagian Asia.(5)
ESWL telah menjadi pengobatan lini pertama untuk batu ginjal, batu
proksimal, dan batu midureter karena sifatnya yang noninvasif, biaya relative
lebih murah, efisiensi tinggi, lebih sedikit paparan pasien terhadap efek anestesi,
rawat inap yang lebih pendek dan komplikasi yang lebih sedikit. ESWL terdiri
dari kekuatan atau tenaga penghancur yang dihasilkan oleh sumber daya eksternal
yang disebut lithotriptor, yang menghasilkan gelombang akustik intensitas tinggi
dan frekuensi rendah. Semua mesin lithotripsy terdiri dari 4 komponen: sumber
energi, sistem fokus, unit lokalisasi, dan mesin kopling. Gelombang kejut
terkonsentrasi langsung ke batu ginjal atau ureter. Mekanisme fragmentasi
bergantung pada kavitasi, geser, dan spalling. Bukti terbaru menunjukkan
Kontraindikasi untuk pengobatan ESWL termasuk kehamilan, infeksi saluran
kemih dan obstruksi yang tidak terkontrol, koagulopati dekompensasi, aritmia,
hipertensi yang tidak terkontrol dan arteri ginjal atau aneurisma aorta abdominal.
Hampir dalam semua kasus, hematuria mikroskopis dapat terjadi tetapi hanya
sekitar sepertiga dari pasien akan mengalami hematuria berat yang sembuh sendiri
dalam banyak kasus dan dapat dikelola secara konservatif. Oleh karena itu, secara
ringkas, ESWL adalah metode yang aman dan efektif untuk mengobati batu di
saluran kemih ketika indikasi yang tepat diikuti.(10)
Nefrolitotomi perkutan (PCNL) telah dengan cepat menjadi standar
perawatan untuk perawatan semua batu yang lebih besar dari atau sama dengan 2
cm. Namun, perlu diketahui, risiko komplikasi lebih tinggi daripada prosedur
endoskopi lainnya, terutama jika seorang ahli bedah kurang berpengalaman.

10
Pengangkatan batu perkutan saat ini diindikasikan untuk pasien dengan batu
staghorn, batu ginjal lebih besar dari 2 cm, dan batu kutub bawah lebih besar dari
1,0 cm. Kontraindikasi untuk PCNL termasuk koagulopati yang tidak dikoreksi,
infeksi saluran kemih, ketidak mampuan untuk mentolerir posisi tengkurap
terutama dalam kasus gangguan pernapasan, dan kehamilan. Sangat penting untuk
mengobati infeksi saluran kemih secara memadai sebelum prosedur PCNL.(10)
Antagonis alfa-adrenoreseptor (penghambat alpha), penghambat saluran
kalsium, dan penghambat fosfodiesterase-5 (PDE5) diyakini bekerja dengan
merelaksasikan otot polos ureter untuk mengurangi kontraksi ureter, menghambat
peristaltik dan membantu menghilangkan batu. Manajemen medis ini juga
mengurangi frekuensi nyeri kolik. Stimulasi reseptor adrenergik alfa-1 dalam
ureter meningkatkan kekuatan kontraksi ureter dan frekuensi peristaltik ureter.
Blokade reseptor alfa1 menghambat tonus basal, mengurangi amplitudo dan
frekuensi peristaltik, dan menurunkan tekanan intraluminal sambil meningkatkan
laju transpor cairan dan kemungkinan pengusiran batu. Alfa-adrenergik blocker
telah terlibat sebagai terapi paling efektif untuk pengusiran batu urin, kelas obat
lain termasuk diuretik thiazide dan non-thiazide dan alluporinol telah terbukti
mencegah terulangnya nefrolitiasis. Di antara golongan obat ini, tiazid adalah
kelompok obat yang paling banyak digunakan dalam mencegah batu kalsium.
Selain itu, allopurinol menunjukkan peran yang pasti dalam pencegahan batu
kalsium oksalat. Diuretik nonthiazide seperti indapamide muncul sebagai strategi
pencegahan yang efektif untuk kekambuhan batu kalsium.(10)
Operasi terbuka adalah pilihan untuk batu buli-buli pada anak-anak karena
batu biasanya berdiameter lebih dari 2,5 cm dan radiologis padat. Pada pasien ini
dilakukan operasi vesikolithotomi, dimana pada tinjauan pustaka pada usia anak –
anak lebih dianjurkan untuk dilakukan vesikolithotomi. Dampak batu buli-buli
pada anak-anak di negara berkembang sangat signifikan. Jika tidak diobati, dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih berulang, nyeri kronik, dan retensi urin
karena obstruksi bladder outlet.(5)

11
Gambar 2 : Operasi Vesikolithotomi

Gambar 3 : Batu yang dikeluarkan dari vesica urinaria


Selain itu, ada beberapa indikasi saat ini untuk operasi terbuka menurut
European Association of Urology (EAU) adalah sebagai berikut: beban batu
kompleks, prosedur invasif minimal yang tidak berhasil dilakukan seperti ESWL
atau PCNL, penyakit medis komorbiditas, obesitas morbid, kelainan anatomi
(seperti stenosis infundibular) , Obstruksi PUJ, dan striktur, kelainan bentuk
tulang dan ginjal nonfungsional.(5)
Prognosis batu buli-buli tergantung diagnosis primer dan kepatuhan terapi.
Kekambuhan setelah operasi pengangkatan batu jarang terjadi. Pada pasien ini
selama perawatan tidak ditemukan komplikasi.(5)

12
KESIMPULAN
Batu Saluran Kemih merupakan satu penyakit yang ditandai dengan adanya
masa keras yang terbentuk di sepanjang saluran kemih (ginjal, ureter,kandung
kemih, maupun uretra) akibat pengkristalan dalam urin. Penanganan pada pasien
ini yaitu dilakukan vesikolithotomi yaitu operasi terbuka untuk mengangkat batu
dari vesica urinaria.

PERSETUJUAN
Pada laporan kasus ini, penulis telah menerima persetujuan dari pasien
dalam bentuk informed consent.

KONFLIK KEPENTINGAN
Penulis menyatakan bahwa dalam penulisan ini tidak terdapat konflik
kepentingan pada tulisan ini.

13
REFERENSI
1. Suryanto Felicia, subawa AAN. Gambaran Hasil Analisis Batu Saluran
Kemih Di Laboratorium Patologi Klinis RSUP Sanglah Denpasar Periode
November 2013-Oktober 2014. E-J Med. 2017 Jan;06(01).

2. Toricellu Miranda FC, Mazzuchi E. Surgical Management Of Bladder


Stones : Literatur Reeview. 2012;40(03).

3. Retno Sulistiyowati, Setyanni O, Nurjazuli. Faktor Resiko yang


Berhubungan Dengan Kejadian Kristal Batu Saluran Kemih di Desa Mrisi
Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan. J Kesehat Lingkung
Indones [Internet]. 2013 oktober [cited 2019 Jun 24];12(02). Available
from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

4. Zamzami Z. Penatalaksanaan Terkini Batu Saluran Kencing di RSUD


Arifin Achmad Pekanbaru, Indonesia. J Kesehat Melayu. 2018 Apr
25;1(2):60.

5. Wiryanatha AGO, Adi Maharta GR. Batu Buli - Buli Pada Anak. 2019
[cited 2019 Jun 24];46(04). Available from: rastumahartha@gmail.com

6. Ratu G, Badji A. PROFIL ANALISIS BATU SALURAN KEMIH DI


LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK. Indones J Clin Pathol Med
Lab. 2018 Mar 15;12(3):114.

7. Leslie SW, Murphy PB. Bladder stone. 2019 May 2;08(01).

8. Dagistan E, Uyeturk U, Ozturk H. A child with a large bladder stone: A


case report. Pediatr Urol Case Rep. 2014 Jul 1;1(4):22–22.

9. Diniz ALL, Vieiralves RR, Souza TA de, Favorito LA. Giant Bladder
Stone and Renal Failure: A Case Report, Literature Review and Future
Perspectives. OALib. 2017;04(01):1–8.

10. Shafi H, Moazzami B, Pourghasem M, Kasaeian A. An overview of


treatment options for urinary stones. Casp J Intern Med. 2016;7(1):1–6.

14

Anda mungkin juga menyukai