Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif,hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan
hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di
Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan
anak laki-laki dan perempuan 2:1.Sindrom nefrotik merupakan penyebab
kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan
merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun
1995-2000.Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga
mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini.
2. Batu Kandung Kemih
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena factor lain yang memperngaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh
factor instrinsik dan ekstrensik. Factor ekstrensik yang paling mempengaruhi
adalah factor gaya dan pola hidup masyarakat terutama masyarakat kota.
Pola dihup masyarakat kota cendrung statis dan prakits. Pola hidup
dikatakan statis karena masyarakat kota cendrung kurang aktivitas/gerak dan
mobilitas dibantu dengan mesin sepeti keendaraan bemotor dan escalator.
Poola hidup dikatakan praktis karena hidup masyarakat kota memiliki
tuntutan untuk bekerja efisien dalam bekerja sehari-hari sehingga
membutuhkan hal-hal yang prakits, termasuk didalamnya kepraktisan untuk
mengakses makanan dan minuman cepat saji (fastfood).

1
Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga
dapat memicu terrbentuknya batu saluran kemih. Seing menahan BAK dan
kegemukan juga dapat memmicu terbentuknya batu saluran kemih
(muslimin, 2007). Diindonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati
porsi terbesar dari jumlah pasien diklinik urologi (Nurlina, 2008) insidensi dan
prevalensi yang psti dari penyakit ini diindonesi belum dapat ditetapkan
secara pasti. Sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemihyang
sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus pertahun
(Muslim,2007)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
2. Apa etiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
3. Apa Anatomi Fisiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
5. Apa Manifestasi Klinis dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
6. Apa Komplikasi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Sindrom Nefrotik dan Batu
Kandung Kemih?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
9. Apa Discharge Planning Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?

C. TUJUAN
Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan
asuhan keperawatan pada penderita penyakit sindrom nefrotik dan batu kandung
kemih. Serta di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan
dan factor-factor yang berhubungan tentang penyakit sindrom nefrotik dan batu
kending kemih.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
a. Nefrotik sindrom
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 1997).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba,terutama pada anak-anak. Biasanya berupa
oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat
proteinuria berat (Mansjoer Arif, dkk. 1999).

Sindrom nefrotik adalah kelainan yang terjadi ketika ginjal


mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urin yang keluar dari dalam
tubuh. Setiap ginjal di dalam tubuh manusia mengandung 1 juta saringan
untuk membersihkan darah yang mengandung limbah metabolik. Ginjal
yang sehat akan menyimpan zat penting bernama protein di dalam
darah. Tubuh memerlukan protein untuk tumbuh dan memperbaiki diri
sendiri.

Dengan sindrom ini, ginjal membuang protein bersamaan dengan


limbah metabolik saat buang air kecil. Sindrom nefrotik menyebabkan
pembengkakan (edema), terutama pada kaki dan pergelangan kaki serta
meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.

b. Batu Kandung Kemih


Batu kandung kemih adalah massa keras seperti batu yang terletak di
sepanjang saluran kemih manusia. Batu ini bisa menyebabkan gejala
seperti nyeri, perdarahan, penyumbatan saluran kemih serta infeksi. Batu
ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) yang dalam dunia medis
disebut nefrolitiasis, di dalam saluran ureter, dalam kandung kemih dan di

3
tempat akhir saluran kemih (uretra). Batu ini terbentuk dari endapan
endapan mineral dan zat zat sisa pada saluran kemih.

Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk
dari endapan mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran batu
kandung kemih sangat bervariasi dan semua orang punya risiko untuk
menderita kondisi ini. Namun, laki-laki lanjut usia (biasanya di atas usia
52 tahun) lebih sering mengalaminya, terutama mereka yang menderita
pembesaran prostat.

Saluran urine bisa tersumbat oleh batu kandung kemih. Terhalangnya


saluran urine tersebut bisa menyebabkan penderita merasakan nyeri saat
berkemih, kesulitan berkemih, atau tidak bisa berkemih sama sekali.

2. Etiologi
a. Sindrom nefrotik

Menurut Arif Mansjoer sebab pasti belum diketahui. Sindrom


nefrotik umumnya dibagi menjadi:
1) Sindrom nefrotik bawaan : diturunkan sebagai resesif autosom atau
karena reaksi fetomaternal
2) Sindrom nefrotik sekunder : disebabkan oleh parassit malaria,
penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefritis kronik,
thrombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain
3) Sindrom nefrotik idiopatik. (tidak diketahui penyebabnya)
b. Batu kandung kemih
Menurut (Purnomo, 2011) terbentuknya batu saluran kemih diduga
karena ada hubungannya gangguan cairan urine, gangguan metabolic,
infeksi saluran kemih dehidrasi dan keadaan lain yang masih bellum
terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa factor
yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang yaitu:

4
1. Factor instrinsik : herediter (diduga diturunkan orang tuannya) umur,
(paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-
laki tiga lebih banyak dibandingkan dengan perempuan).
2. Factor ekstrinsik : geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet
pekerjaan.
Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temukan umum.
Tidak terkecuali batu saluran kemih, yang merupakan kumpulan Kristal
yang terdiri dari bermacam-macam Kristal dan matrik organic. Teori yang
menjelaskan mengenai penyakit batu saluran kemih kurang lengkap.
Proses pembentukan membutuhkan supersaturasi urine. Supersaturasi
tergantung pada Ph urine, kekuatan ion, konsentrasi zat terlarut, dan
komplekasi. (stoller 2010)
Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena
konsentrasi inhibitor alami yang rendah seperti magnesium, sitrat,
firofosfat, dan sejumlah kecil logam.
Toeri ini tidak absolute karena tidak semia orang yang inhibitor
pembentuk kristalnya rendah terkena batu saluran kemih.(stoller 2010)
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen dari komponen
Kristal dengan ukuran dan transparansi yang mudah diidentifikasi
dibawah polarisasi mikroskop. Difraksi X-ray terutama untuk menilai
geometris dan arsitektur batu. Banyak tahap yang terkait dalam
pembentukan batu.
2. Komponen matriks sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu
saluran kemih memiliki tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2%
hingga 10% beratnya terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil
heksosa dan heksamin.
3. Anatomi Fisiologi
Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam memperrtahankan homeostatis
cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan
homeostatik dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotic, asam

5
basa, eskresi sisa metabolisme, system pengaturan hormonal dan
metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga abdomen, retroperitoneal primer
kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat
dibelakang peritonium.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas
bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm, lebar 5-7, tebal 2,5 cm. ginjal kiri lebih panjang dari ginjal
kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram, wanita dewasa 115-
155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra
toraklis, sisi luarnya cembung dan diatas setiap ginnjal terdapat sebuah
kelenjar suprarenal.

Ureter

Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm, mempunyai 3 jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal
berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis, dan
ureter menembus kandung kemih. Lapisan ureter terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2. Lapisan tengah (otos polos)
3. Lapisan sebelah dalam (mukosa)
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit

sekali untuk mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Pelvis ginjal (pelvis ureter) bagian ujung atasnya melebar
membentuk corong, terletak di dalam hilus ginjal, menerima kalik mayor.
Ureter keluar dari hilus ginjal, berjalan vertical ke bawah dibelakang
peritoneum parietal, melekat pada muskulus psoas yang memisahkan
dengan prosesus transverses vertevrae lumbalis.

Pembagian ureter menurut tempatnya:

1. Pars abdominalis ureter.


2. Pars pelvis ureter.

6
Vesika Urinaria

Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis. Bagian ini tempat


menyimpan urine, berdinding otot kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan
jumlah urine yang dikandung.Vesika urinaria pada waktu kosong terletak di
apeks vesika urinaria di belakang tepi atas simfisis pubis. Permukaan
posterior vesika urinaria berbentuk segitiga,merupakan muara ureter dan
sudut inperior mebentuk uretra.

Bagian atas permukaan vesika urinaria di tutupi oleh peritonium yang


membentuk dinding anterior.bagian bawah permukaan posterior di pisahkan
dari rektum oleh duktus deferns, vesika siminalis, dan vesika retrovesikalis.
Permukaan superior seluruhnya di tutupi oleh peritoneum dan berbatas
dengan gulungan ileum dan kolon sigmoit, sepanjang lateral permukaan
veritonium melipat ke dinding lateral pelvis. Apa bila vesika urinaria terisi
penuh, permukaan superior membesar dan menonjol ke atas masuk,
kedalam rongga abdomen. peritoneum menutupi bagian bawah dinding
anterior kolumna vesika urinaria, terletak di bawah vesika urinaria dan
permukaan atas prostat. Serabut otot polos dinding vesika urinaria di
lanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kullum vesika urinaria yang di
pertahankan pada tempatnya pada pria oleh ligamentum puboprostatika dan
pada wanita ligamentum pubovesikalis, yang merupakan penebalan fasia
pelvis.

URETRA

Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urine keluar

 Uretra pria

Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria
sampai orifisium uretra eksterna pada penis,panjangnya 17,5-20 cm
yang terdiri dari:

1. Uretra prostatika
2. Uretra pars membranasea

7
3. Uretra pars kavernosus
4. Orifisium uretra eksterna
 Uretra wanita

Uretra wanita terletak di belakang simfisis, berjalan sedikit miring ke arah


atas. Salurannya dangkal,panjangnya kira-kira 4 cm mulai dari orifisium
uretra interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di
belakang simfisis pada dinding anterior vagina, menjurus obliq ke bawah
dan menghadap ke depan.

Apabila tidak berdilatasi, diameter 6 cm. uretra ini menembus fasia oris.
Gelandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar di antaranya adalah
glandula para uretralis (skene) yang bermuara ke dalam orifisium uretra
dan hanya berfungsi sebagai saluran eksresi. Lapisan uretra wanita
terdiri:

1. Tunika muskularis
2. Lapisan spongeosa
3. Lapisan mukosa seblah dalam

Diafragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan


permukaan vagina 2,5 cm di belakang gland klitoris.

4. Patofisiologi
a. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik ditandai oleh proteinuria lebih dari 3-3,5 g/24 jam,
hipoalbuminermia edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas
darah. Kelainan fundamentalnyaberupa proteinuria yang terjadi karena
perubahan permeabilitas membrane filtrasi gomerulus. Sejumlah kelainan
glomerulus. Sejumlah kelainan glomerulus yang dikenal sebagai penyakit
non-inflamasi, idiopatik atau minimal change, ataupun bentuk subakut
glomerulonefritis inflamator menjadi penyabab sindrom nefrotik.
Proteinuria
Gambaran yang lazim ditemukan pada semua tipe sindrom nefrotik
adalah proteinuria. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan arsitektur

8
pada membaran basalis glomerulus, atau pada podosit dan ‘slit
diaphragma’
Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia merupakan gambaran yang hampir konsisten terdapati
kendati intensitassnya bervariasi secara langsung menurut derajat
proteinuria dan secara terbalik dan ataupun protein dari makanan.
Edema
Edema pada sindrom nefrotik terdapat bagian tubuh yang bergantung
(bagian tubuh yang letaknya paling rendah) disamping terjadi sekitar
mata dan tangan. Pada kedua bagian yang disebutkan terkahir ini, gejala
edema tidak terlihat diantara pasien-pasien penyakit jantung atau hati.
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia diyakini terjadi karena peningkatan sintesis lipoprotein
hepatic yang dipicu oleh penurunan tekanan osmotic koloid. Keadaan ini
dapat diperparah dengan hilangnya protein plasma yang mengatur
homeostatis lipid kedalam urine. Kadar kolesterol dan LDL plasma
mengalami kenaikan pada sebagian besar pasien sindrom nefrotik. Pada
pasien-pasien dengan penyakit yang berat juga terdapat kecenderungan
terjadinya kenaikan kadar VLDL dan trigliserid.
Hiperkoagulabilitas
Hiperkoagulabilitas terdapat pada banyak pasien sindrom nefrotik.
Keadaan ini dapat menimbulkan thrombosis pada vena renalis atau vena
kava inferior dan emboli pulmonal. Hilangnya anti thrombin III kedalam
urine yang merupakan anti koagulan alami terrpenting tampaknya
menjadi penyebab utama. Lagipula, karena beberapa hal yang tidak
diketahui, pasien-pasien nefrotik kerap kali memperlihatkan kenaikan
kadar banyak factor pembekuan seperti fibrinogen, factor V, VII, VIII, dan
X yang turut memberikan kontribusinya pada keadaan
hiperkoagulabilitas.
b. Batu Saluran Kemih

9
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan
supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu
dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor
sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter (reaktan) dapat memacu
pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi
reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini
berperan pada pembentukan awal atau nukleasi Kristal, progresti Kristal
atau agregatasi Kristal. Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks
kalsium dapat mencegah agregatasi Kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi Kristal dalam saluran kemih.
Batui ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentukan Kristal kalsium dan menimbulkan agregatasi pebentukan
batu. Subyek normal dapat engekskresikan nucleus Kristal kecil. Proses
pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan ekskresi
agregat Kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai Kristal
kalsium oksalat dalam air kemih.
Proses pembentukan Kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi
batu masih belum sejelas proses pembuangan Kristal melalui aliran air
kemih yang banyak. Diperkirakan bahwa agregasi Kristal menjadi cukup
besar sehoingga tertinggal dan biasanya ditimbun pada duktus kolektikus
akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar.
Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang
mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh Kristal
sendiri.
Sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batui
kalsium, dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang
sebagai kalsium fosfat, jenis batu lainnya terdiri dari batu sistin, atau
asam urat dan batu sruvit.
5. Manifestasi Klinis
a. Sindrom nerfotik

10
1. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada
anak-anak
2. Hipoalbuminemia<30 g/l
3. Edema anasarka. Edema terutama jelas pada kaki, disekitar mata
(periorbital). Asites, dan efusi pleura
4. Hiperlipidemia
5. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko thrombosis arteri
dan vena
b. Batu kandung kemih
Gejala-gejala antara lain:
a) Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal
dari ginjal kolik renal umumnya disebabkan karena batu melewati
saluran kolektivus atau saluran sempit ureter, sementaranon kolik
rena disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal.
b) Hematuria pada penderita batu kandung kemih seringkali terjadi
hematuria (air kemih bewarna seperti air teh) terutama pada obstruksi
ureter.
c) Infeksi jenis batu kandung kemih apapun serignkali berhubungan
dengan infeksi sekunder akibat obstruksi
d) Adanya demam yang berhubungan dengan batu kandung kemih
merupakan kasus darurat karena dapat menyebabkan urosepsis.
e) Mual-mual muntah obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
6. Komplikasi
a. Sindrom nefrotik
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut

11
6. Dehidrasi
7. Venous thrombosis
8. aterosklerosis
b. Batu kandung kemih
Menurut (S. Wahap,2013) batu saluran kemih selain memicu terjadinya
renal colic, ada beberapa komplikasi yang diwaspadai:
1. Pembendungan dan pembengkakan ginjal akibat pecahan batu
2. Kerusakan dan gagal fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama
sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
3. Infeksi saluran kemih akibat desminasi partikel batu ginjal atau
bakteri akibat obstruksi
4. Timbulnya batu berulang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sindrom nefrotik
Pengkajian diagnosis sindom nefrofik tidak di tentukan dengan hanya
penampilan klinis diagnosis sindrom nefrotif dapat di tegakkan melalui
beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisasi, pemeriksaan
sedimen urine, pengukuran protein urine, albumin serum,pemeriksaan
serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah dimana:
1. Urinalisis
2. Pemeriksaan sedimen urine
3. Pengukuran protein urine
4. Albumin serum
5. Pemeriksaan serologis umtuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal
7. Biopsi ginjal
8. Darah
b. Batu kandung kemih
a) Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah.

12
b) Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau
sistin meningkat
c) Culture urine : menunjukan adanya infeksi saluran kemih
d) Survey biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam
urat, fosfat, protein dan elektrolit
e) Darah lengkap , sel darah putih meningkat menunjukkan adanya
infeksi. Sel darah merah biasanya normal. HB, HT: abnormal bila
pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
f) Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
g) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasi, seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul
h) USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, local batu
8. Penatalaksanaan
a. Sindrom nefrotik
1. Diet tinggi kalori, tinggi protein, tendah garam, rendah lemak.
2. Tinglkatkan kadar albumin serum.
3. Berantas infeksi
4. Lakukan work-up untuk diagnotik dan untuk mencari komplikasi
5. Berikan terapi suportif
6. Terapi prednison4e sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya
14 hari setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk
memastikan apakah penderita mengalami remisi spontan atau tidak.
b. Batu kandung kemih
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada kandung kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu kandung
kemih adalah jika batu telah menimbulkan: obstruksi, infeksi, atau harus
diambil karena sesuatu indikasi social.obstruksi karena batu kandung
kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu
yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera

13
dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
seperti diatas tetapi didertia oleh seorang karena pekerjaannya
mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih
pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya. Dalam
hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Sindrom Nefrotik
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral);
2) Tanda umum masalah elektrolit;
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan;
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit;
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
minus status cairan;
6) Status perkembangan seperti usia atau status social;
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan.
a. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan.
1) ± 2% : Ringan
2) ± 5% : Sedang
3) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan Umum

14
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral : NGT dan oral;
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV;
3) Makanan yang cenderung mengandung air;
4) Irigasi kateter atau NGT.
4) Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kejernihan/kepekatan;
2) Feses: jumlah dan konsentrasi;
3) Muntah;
4) Tube drainase;
5) IWL.
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ±
200cc.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa;
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung;
3) Mata : cekung, air mata kering;
4) Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran;
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah,
hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
1) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok;

15
2) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik;
3) Hb naik : adanya hemokonsentrasi;
4) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik;
5) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
d. pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
e. gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO,
dan saturasi O2.
1) PCO2 normal : 35-40 mmHg;
2) PO2 normal : 80-100 Hg;
3) HCO3 normal : 25-29 mEq/l;
4) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri
(95%-98%) dan vena (60%-85%).
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

2. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam
jaringan.
a. Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema;
b. Kemungkinan berhubungan dengan:
Retensi garam dan air, Efek dari pengobatan dan Malnutrisi;
c. Kemungkinan data yang ditemukan antara lain :
Orthopnea, Oliguria, Edema/pembengkakan, Distensi vena jugularis,
Hipertermi, Distres pernapasan, Anasarka dan Edema paru;

d. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:


Obesitas, Hipothiroidism, Pengobatan dengan kortikosteroid, Imobilisasi
yang lama, Cushings syndrome, Gagal ginjal, Sirosis hepatis, Kanker
dan Tosemia.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)

16
3. Rencana Keperawatan

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permabilitas


glumerulus.
Tujuan yang diharapkan:
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan outpun cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan.
c. Tidak terlihat adanya edema. Tarwoto & Wartonah, (2010)
Intervensi Rasional
a. Ukur dan monitor: a. Dasar pengkajian
1) Intake dan output cairan kelebihan Volume cairan
2) berat badan dan respons terhadap
3) tanda-tanda vital penyakit
b. Monitor adanya perubahan edema b. Mengetahui adanya edema

c. Kolaborasi dengan dokter dalam c. Kerja sama disiplin ilmu dalam


pemberian cairan, obat, dan efek perawatan
pengobatan

d. Kurangi pemasukan cairan d. Mengurangi kelebihan cairan

e. Pada pasien yang bedrest: e. Mengurangi edema


1) Ubah posisi setiap 2 jam
2) Latihan pasif dan aktif
f. Pada kulit yang edema berikan f. Mencegah kerusakan kulit
losion, hindari penekanan yang
terus-menerus
g. Berikan pengetahuan kesehatan f. pasien dan keluarga
tentang: mengetahui dan kooperatif
a) Intake dan output cairan
b) Berat badan
c) Pengobatan

17
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Setiadi, (2012)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Manurung, (2011)

2. Batu Kandung Kemih


a) Pengkajian
1. Identitas
Secara otomatis, tidaktor jenis kelamin dan usia yang signifikan dalam
proses pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolgitiasis
dilapangan sering kali terrjadi pada laki-laki dan pada masa usia
dewasa. hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas, dan
geografis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering terjadi pada klien batu kandung kemih ialah nyeri
pada kandung kemih yang menjalar, berat ringannya tergantung pada
lokasi dan besarnya batu, dapat terjadi nyeri/kolik renal klien dapat
juga mengalami gangguan gastrointestinal dan perubahan
3. Pola psikososial
Hambatan dalam interaksi social dikarenakan adanya
ketidaknyamanan (nyeri hebat) pada pasien, sehingga focus
perhatiannya hanya pada sakitnya. Isolasi social tidak terjadi karena
bukan merupakan penyakit menular.
4. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Penurunan aktifitas selama sakit terjadi bukan karena kelemahan
otot, tetapi dikarenakan gangguan rasa nyaman (nyeri). Kegiatan
aktifitas relative dibantu oleh keluarga, misalnya berpakaian,

18
mandi makan, minum dan lain sebagainya, terlebih jika kolik
mendadak terjadi.
b) Terjadi mual muntah karena peningkatan tingkat stress pasien
akibat nyeri hebat. Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi pH
pencernaan yang asam akibat sekresi HCL berlebihan.
Pemenuhan kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada masalah.
Namun, klien sering kali membatasi minum karena takut urinenya
semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami.
c) Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola,
kecuali diikuti oleh penyakit penyerta lainnya. Klien mengalami
nyeri saat kencing (disuria, pada diagnosis uretrolithiasi).
Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (oliguria), disertai vesika
(vesikolithiasis).
5. Pemeriksaan fisik
Anamneses tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang
kuat. Oliguria, disuria, gross hematuria menjadi cirri khas dari
urolothiasis. Kaji TTV, biasanya tidak perubahan yang mencolok pada
urolithiasis. Takikardi akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang,
distensi vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis),
teraba massa keras/batu (uretrolthiasis)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik paien dengan batu kandung kemih dapat
berfariasi mual tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat
tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi
nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan
darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,2 0C, dan indeks massa 7 (IMT) 29,3 kg/m2.
Pada pemeriksaan palpasi region flank sinistra didapatkan tanda

19
ballottement (+) dan pada perkusi nyeri ketok costovertebrae
angle sinistra (+).
c. Pemeriksaan fisik persisten
1) System persyarafan, tinglkat kesadaran, GCS, refleks bicara,
kompos mentis.
2) System penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor,
dengan refleks cahaya (+).
3) System pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan
jalan nafas. Atau tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada
riwayat brongcitis, tb, asma, empisema, pneumonia
4) System pendengaran, tidak di temukan gangguan pada
system pendengaran.
5) System pencernaan, mulut dan tenggorokan: fungsi
mengunyah dan menelan baik, bising usus normal.
6) System abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, terabah
massa keras atau batu nyeri ketok pada pinggang.
7) System refroduksi tidak ada masalah/gangguan pada system
refroduksi
8) System kardio vaskuler, tidak di temukan gangguan pada
system kardio vaskuler
9) System integument, hangat, kemerahan, dan pucat.
10) System muskuluskeletal, mengalami intoleransi aktifitas karna
nyeri yang di rasakan yang melakukan mobilitas visik tertentu
11) System perkemihan, adanya oliguria, di suria, gros hematuria,
menjadi cirri khas dari urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri
ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika,
terabah massa keras/batuk.
6. Pemeriksaan penuinjang
a. Laboratorium
b. Radiologis
1. Poto polos abdomen

20
2. Piyelografi intravena (PIV)
3. Ultra sonografi
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Obsttruksi karna batu kandung kemih yang telah
menimbuulkan hidroureter dan batu yang sudah menyebabkan infeksi
kandung kemih, harus segerah di keluarkan.
b) Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut
Batasan karakteristik:
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan pada parameter fisiologis
c. diaforesis
d. perilaku distraksi
e. bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
f. perilaku ekspresif
g. ekspresi wajah nyeri
h. sikap tubuh melindungi
i. putus asa
j. fokus menyempit
k. sikap melindungi area nyeri
l. perilaku protektif
m. laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
n. dilatasi pupil
o. fokus pada diri sendiri
p. keluhan tentang intensitas menggunakan menggunakan standar
skala nyeri
q. keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrument nyeri

21
Faktor yang berhubungan :

a. agens cedera biologis


b. agens cedera kimiawi
c. agens cedera fisik
2. Gangguan eliminasi urine
Batasan karakteristik:
a. Disuria
b. Sering berkemih
c. Anyang-anyangan
d. Nokturia

Factor yang berhubungan:

a. Penyebab multipel
3. Retensi urine
Batasan karakteristik:
a. Tidak ada haluaran urine
b. Berkemih sedikit
c. Distensi kandung kemih
d. Menetes
e. Sering berkemih
f. Inkontinensia aliran berlebih
g. Residu urine
h. Sensasi kandung kemih penuh
i. Berkemih sedikit

Factor yang berhubungan:

a. Akan dikembangkan
c) Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional

Nyeri akut

 Lakukan pengkajian nyeri  Agar perawat

22
secara komprehensif termasuk mengatahui secara
lokasi,karakteristik, durasi, komprehensif , lokasi
frekuensi, kualitas dan faktor karakteristik,
presipitasi durasi,frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi

 Ajarkan tentang tehnik non  Pasien dan keluarga


farmakologi: nafas dalam, mengetahui dan
relaksasi, distraksi, kompres kooperatif
hangat dan kompres dingin
 Monitor vital sign sebelum dan  Mengetahui adanya
sesudah pemberian analgetik tanda vital sebelum dan
pertama kali sesudah pemberian
analgetik

Gangguan Eliminasi Urine

 Monitor keadaan bladder  Tingkatkan kekuatan otot


setiap 2 jam dan kolaborasi bladder
dalam bladder trainning

 Hindari factor pencetus  Mengurangi atau


inkontenensia urine seperti menghindari
cemas inkontinensia

 Kolaaborasi dengan dokter  Menghindari factor


dalam pengobatan dan penyakit
kateterisasi
 Berikan penjelasan tentang  Meningkatkan
pengobatan, kateter, pengetahuan dan pasien
penyebab dan tindakan lebih kooperatif
lainnya
Retensi Urine

 Memonitor keadaan bledder  Menentukan masalah

23
setiap 2 Jam

 Ukur intake dan output cairan  Memonitor


setiap 4 jam keseim,bangan cairan

 Berikan cairan 2000ml/hari  Menjaga defisit cairan


dengan kolaborasi
 Kurangi minum setelah jam 6  Mencegah nocturia
malam
 Kaji dan monitor analisis urine  Membantu monitor
elektrolit dan berat badan keseimbangan cairan

 Lakukan latihan pergerakan  Meningkatkan fungsi


dan lakukan relaksasi ketika ginjal dan bledder
duduk berkemi
 Ajarkan tehnik latihan dengan  Relaksasi pikiran dapat
kolaborasi dokter/fisioterapi meningkatkan
kemampuan berkemih

 Kolaborasi dalam  Mengoatkan otot pelvis


pemasangan

d) Implementasi
Berikuit ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dapat di lakukan oleh perawat:
1. Memahami rencana keperawatan yang telah di tentukan
2. Menyiapakan tenaga dan alat yang di perlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan alktifitas kehidupan sehari –hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan member penyuluhan pada klien dan
keluarganya
e) Evaluasi

24
Adalah stadium pada proses keperawatan dimana tarap keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan di nilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau interfensi keperawatan di tetapkan. Evaluasi
yang di harapkan pada pasien dengan batu saluran kemih ialah nyeri
akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urine kembali
normal, kekurangan volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki
pengetahuan mengenai penyakit yang di alaminya

C. PATOWFLO DIAGRAM
1. Sindrom nefrotik

Sindrom nefrotik

glomerulunefritis

Permeabilitas glomerulus meningkat

Kenaikan filtrasi plasma protein

Proteinuria

25
Penurunan Hipoalbuminemia
respon imun

Resiko infeksi Tekanan onkotik plasma menurun

Volume darah efektif menurun

Aktif renim angiotensia aldosteron

(mekanisme regulator ginjal)

Retensi air & natrium Kelebihan volume cairan

edema

Kulit meregang Terasa penuh Efek diuretik


abdomen

26
Kulit tipis dan rapuh Nafsu makan Resiko kekurangan
menurun volume cairan

Resiko kerusakan Cadangan energy Nutrisi kurang dari

integritas kulit dipakai kebutuhan

Kelelahan

Intoleransi
aktivitas

Deficit perawatan diri

27
2. Batu kandung kemih

-usia
- profesi - konstitusi - musim
- jenis - keturunan
- mentalitas nutrisi - rias
kelamin

- gangguan
- kelainan - infeksi - kelainan - factor
aliran air
morfologi saluran kemih metabolilk genetic
keruh

Ekskresi bahan
Ekskresi inhibitor
pembentuk batu
Kristal menurun
meningkat

Perubahan fisiko-kimiawi
supersaturasi

- Kelainan kristaluria
- Agregalasi Kristal
- Pertumbuhan kristal

Batu kandung kemih

28
BAB III

PENUTUP

A. KESMPULAN
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria
29akart,hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia.
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena factor lain yang memperngaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008).
B. SARAN
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit sindrom
nefrotik dan batu saluran kemih. Selain itu perawat juga memberi health
education kepada klien dan keluarga dan mereka faham dengan sindrom
nefrotik dan batu saluran kemih dan bagaimana cara pengobatannya.

29
Daftar pustaka

-Syifuddin, Haji. Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk


keperawatan & kebidanan / penulisan, H. syafiuddin ; editor Monica Ester.-
Ed,4-Jakarta:ECG,2011 (hal.446)
-Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi V (hal1025)
- NANDA Internasional inc. 2015. Diagnosis keperawatan: definisi &
klassifikasi 2015-2017. Edisi 10.jakarta:EGC
- Prabowo dan Pranata, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika
NANDA International.2012.nursing dignoses:definitions&classifications 2012-
2014.jakarta :EGC

- Buku panduan lengkap ilmu penyakit dalam.

-dasar-dasar patofisiologi penyakit

30

Anda mungkin juga menyukai