PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh
proteinuria masif,hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan
hiperlipidemia. Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7
per 100.000 anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, sedangkan di
Indonesia dilaporkan 6 per 100.000 anak per tahun, dengan perbandingan
anak laki-laki dan perempuan 2:1.Sindrom nefrotik merupakan penyebab
kunjungan sebagian besar pasien di Poliklinik Khusus Nefrologi, dan
merupakan penyebab tersering gagal ginjal anak yang dirawat antara tahun
1995-2000.Semua penyakit yang mengubah fungsi glomerulus sehingga
mengakibatkan kebocoran protein (khususnya albumin) ke dalam ruang
Bowman akan menyebabkan terjadinya sindrom ini.
2. Batu Kandung Kemih
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena factor lain yang memperngaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008). Batu saluran kemih yang muncul dapat disebabkan oleh
factor instrinsik dan ekstrensik. Factor ekstrensik yang paling mempengaruhi
adalah factor gaya dan pola hidup masyarakat terutama masyarakat kota.
Pola dihup masyarakat kota cendrung statis dan prakits. Pola hidup
dikatakan statis karena masyarakat kota cendrung kurang aktivitas/gerak dan
mobilitas dibantu dengan mesin sepeti keendaraan bemotor dan escalator.
Poola hidup dikatakan praktis karena hidup masyarakat kota memiliki
tuntutan untuk bekerja efisien dalam bekerja sehari-hari sehingga
membutuhkan hal-hal yang prakits, termasuk didalamnya kepraktisan untuk
mengakses makanan dan minuman cepat saji (fastfood).
1
Mengkonsumsi suplemen makanan dan obat-obatan tertentu juga
dapat memicu terrbentuknya batu saluran kemih. Seing menahan BAK dan
kegemukan juga dapat memmicu terbentuknya batu saluran kemih
(muslimin, 2007). Diindonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati
porsi terbesar dari jumlah pasien diklinik urologi (Nurlina, 2008) insidensi dan
prevalensi yang psti dari penyakit ini diindonesi belum dapat ditetapkan
secara pasti. Sampai saat ini angka kejadian batu saluran kemihyang
sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 170.000 kasus pertahun
(Muslim,2007)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
2. Apa etiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
3. Apa Anatomi Fisiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
5. Apa Manifestasi Klinis dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
6. Apa Komplikasi dari Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Sindrom Nefrotik dan Batu
Kandung Kemih?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
9. Apa Discharge Planning Sindrom Nefrotik dan Batu Kandung Kemih?
C. TUJUAN
Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan
asuhan keperawatan pada penderita penyakit sindrom nefrotik dan batu kandung
kemih. Serta di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan
dan factor-factor yang berhubungan tentang penyakit sindrom nefrotik dan batu
kending kemih.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
tempat akhir saluran kemih (uretra). Batu ini terbentuk dari endapan
endapan mineral dan zat zat sisa pada saluran kemih.
Batu kandung kemih atau bladder calculi adalah batu yang terbentuk
dari endapan mineral yang ada di dalam kandung kemih. Ukuran batu
kandung kemih sangat bervariasi dan semua orang punya risiko untuk
menderita kondisi ini. Namun, laki-laki lanjut usia (biasanya di atas usia
52 tahun) lebih sering mengalaminya, terutama mereka yang menderita
pembesaran prostat.
2. Etiologi
a. Sindrom nefrotik
4
1. Factor instrinsik : herediter (diduga diturunkan orang tuannya) umur,
(paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-
laki tiga lebih banyak dibandingkan dengan perempuan).
2. Factor ekstrinsik : geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet
pekerjaan.
Mineralisasi pada semua system biologi merupakan temukan umum.
Tidak terkecuali batu saluran kemih, yang merupakan kumpulan Kristal
yang terdiri dari bermacam-macam Kristal dan matrik organic. Teori yang
menjelaskan mengenai penyakit batu saluran kemih kurang lengkap.
Proses pembentukan membutuhkan supersaturasi urine. Supersaturasi
tergantung pada Ph urine, kekuatan ion, konsentrasi zat terlarut, dan
komplekasi. (stoller 2010)
Teori Kristal inhibitor menyatakan bahwa batu terbentuk karena
konsentrasi inhibitor alami yang rendah seperti magnesium, sitrat,
firofosfat, dan sejumlah kecil logam.
Toeri ini tidak absolute karena tidak semia orang yang inhibitor
pembentuk kristalnya rendah terkena batu saluran kemih.(stoller 2010)
1. Komponen Kristal batu terutama terdiri dari komponen dari komponen
Kristal dengan ukuran dan transparansi yang mudah diidentifikasi
dibawah polarisasi mikroskop. Difraksi X-ray terutama untuk menilai
geometris dan arsitektur batu. Banyak tahap yang terkait dalam
pembentukan batu.
2. Komponen matriks sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu
saluran kemih memiliki tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2%
hingga 10% beratnya terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil
heksosa dan heksamin.
3. Anatomi Fisiologi
Ginjal
Ginjal merupakan organ terpenting dalam memperrtahankan homeostatis
cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan
homeostatik dengan mengatur volume cairan, keseimbangan osmotic, asam
5
basa, eskresi sisa metabolisme, system pengaturan hormonal dan
metabolisme. Ginjal terletak dalam rongga abdomen, retroperitoneal primer
kiri dan kanan kolumna vertebralis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat
dibelakang peritonium.
Batas atas ginjal kiri setinggi iga ke-11, ginjal kanan setinggi iga ke-12, batas
bawah ginjal kiri setinggi vertebra lumbalis ke-3. Tiap-tiap ginjal mempunyai
panjang 11,25 cm, lebar 5-7, tebal 2,5 cm. ginjal kiri lebih panjang dari ginjal
kanan, berat ginjal pada laki-laki dewasa 150-170 gram, wanita dewasa 115-
155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra
toraklis, sisi luarnya cembung dan diatas setiap ginnjal terdapat sebuah
kelenjar suprarenal.
Ureter
Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm, mempunyai 3 jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal
berhubungan dengan ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis, dan
ureter menembus kandung kemih. Lapisan ureter terdiri dari:
sekali untuk mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Pelvis ginjal (pelvis ureter) bagian ujung atasnya melebar
membentuk corong, terletak di dalam hilus ginjal, menerima kalik mayor.
Ureter keluar dari hilus ginjal, berjalan vertical ke bawah dibelakang
peritoneum parietal, melekat pada muskulus psoas yang memisahkan
dengan prosesus transverses vertevrae lumbalis.
6
Vesika Urinaria
URETRA
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih dan
fungsinya menyalurkan urine keluar
Uretra pria
Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna didalam vesika urinaria
sampai orifisium uretra eksterna pada penis,panjangnya 17,5-20 cm
yang terdiri dari:
1. Uretra prostatika
2. Uretra pars membranasea
7
3. Uretra pars kavernosus
4. Orifisium uretra eksterna
Uretra wanita
Apabila tidak berdilatasi, diameter 6 cm. uretra ini menembus fasia oris.
Gelandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar di antaranya adalah
glandula para uretralis (skene) yang bermuara ke dalam orifisium uretra
dan hanya berfungsi sebagai saluran eksresi. Lapisan uretra wanita
terdiri:
1. Tunika muskularis
2. Lapisan spongeosa
3. Lapisan mukosa seblah dalam
4. Patofisiologi
a. Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik ditandai oleh proteinuria lebih dari 3-3,5 g/24 jam,
hipoalbuminermia edema, hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas
darah. Kelainan fundamentalnyaberupa proteinuria yang terjadi karena
perubahan permeabilitas membrane filtrasi gomerulus. Sejumlah kelainan
glomerulus. Sejumlah kelainan glomerulus yang dikenal sebagai penyakit
non-inflamasi, idiopatik atau minimal change, ataupun bentuk subakut
glomerulonefritis inflamator menjadi penyabab sindrom nefrotik.
Proteinuria
Gambaran yang lazim ditemukan pada semua tipe sindrom nefrotik
adalah proteinuria. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan arsitektur
8
pada membaran basalis glomerulus, atau pada podosit dan ‘slit
diaphragma’
Hipoalbuminemia
Hipoalbuminemia merupakan gambaran yang hampir konsisten terdapati
kendati intensitassnya bervariasi secara langsung menurut derajat
proteinuria dan secara terbalik dan ataupun protein dari makanan.
Edema
Edema pada sindrom nefrotik terdapat bagian tubuh yang bergantung
(bagian tubuh yang letaknya paling rendah) disamping terjadi sekitar
mata dan tangan. Pada kedua bagian yang disebutkan terkahir ini, gejala
edema tidak terlihat diantara pasien-pasien penyakit jantung atau hati.
Hiperlipidemia
Hiperlipidemia diyakini terjadi karena peningkatan sintesis lipoprotein
hepatic yang dipicu oleh penurunan tekanan osmotic koloid. Keadaan ini
dapat diperparah dengan hilangnya protein plasma yang mengatur
homeostatis lipid kedalam urine. Kadar kolesterol dan LDL plasma
mengalami kenaikan pada sebagian besar pasien sindrom nefrotik. Pada
pasien-pasien dengan penyakit yang berat juga terdapat kecenderungan
terjadinya kenaikan kadar VLDL dan trigliserid.
Hiperkoagulabilitas
Hiperkoagulabilitas terdapat pada banyak pasien sindrom nefrotik.
Keadaan ini dapat menimbulkan thrombosis pada vena renalis atau vena
kava inferior dan emboli pulmonal. Hilangnya anti thrombin III kedalam
urine yang merupakan anti koagulan alami terrpenting tampaknya
menjadi penyebab utama. Lagipula, karena beberapa hal yang tidak
diketahui, pasien-pasien nefrotik kerap kali memperlihatkan kenaikan
kadar banyak factor pembekuan seperti fibrinogen, factor V, VII, VIII, dan
X yang turut memberikan kontribusinya pada keadaan
hiperkoagulabilitas.
b. Batu Saluran Kemih
9
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan
supersaturasi dalam pembentukan batu. Inhibitor pembentuk batu
dijumpai dalam air kemih normal. Batu kalsium oksalat dengan inhibitor
sitrat dan glikoprotein. Beberapa promoter (reaktan) dapat memacu
pembentukan batu seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi
reaktan dan inhibitor belum dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini
berperan pada pembentukan awal atau nukleasi Kristal, progresti Kristal
atau agregatasi Kristal. Misalnya penambahan sitrat dalam kompleks
kalsium dapat mencegah agregatasi Kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi Kristal dalam saluran kemih.
Batui ginjal dapat terbentuk bila dijumpai satu atau beberapa faktor
pembentukan Kristal kalsium dan menimbulkan agregatasi pebentukan
batu. Subyek normal dapat engekskresikan nucleus Kristal kecil. Proses
pembentukan batu dimungkinkan dengan kecenderungan ekskresi
agregat Kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai Kristal
kalsium oksalat dalam air kemih.
Proses pembentukan Kristal yang terbentuk pada tubulus menjadi
batu masih belum sejelas proses pembuangan Kristal melalui aliran air
kemih yang banyak. Diperkirakan bahwa agregasi Kristal menjadi cukup
besar sehoingga tertinggal dan biasanya ditimbun pada duktus kolektikus
akhir. Selanjutnya secara perlahan timbunan akan membesar.
Pengendapan ini diperkirakan timbul pada bagian sel epitel yang
mengalami lesi. Kelainan ini kemungkinan disebabkan oleh Kristal
sendiri.
Sekitar delapan puluh persen pasien batu ginjal merupakan batui
kalsium, dan kebanyakan terdiri dari kalsium oksalat atau agak jarang
sebagai kalsium fosfat, jenis batu lainnya terdiri dari batu sistin, atau
asam urat dan batu sruvit.
5. Manifestasi Klinis
a. Sindrom nerfotik
10
1. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada
anak-anak
2. Hipoalbuminemia<30 g/l
3. Edema anasarka. Edema terutama jelas pada kaki, disekitar mata
(periorbital). Asites, dan efusi pleura
4. Hiperlipidemia
5. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko thrombosis arteri
dan vena
b. Batu kandung kemih
Gejala-gejala antara lain:
a) Kolik renal dan non kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal
dari ginjal kolik renal umumnya disebabkan karena batu melewati
saluran kolektivus atau saluran sempit ureter, sementaranon kolik
rena disebabkan oleh distensi dari kapsula ginjal.
b) Hematuria pada penderita batu kandung kemih seringkali terjadi
hematuria (air kemih bewarna seperti air teh) terutama pada obstruksi
ureter.
c) Infeksi jenis batu kandung kemih apapun serignkali berhubungan
dengan infeksi sekunder akibat obstruksi
d) Adanya demam yang berhubungan dengan batu kandung kemih
merupakan kasus darurat karena dapat menyebabkan urosepsis.
e) Mual-mual muntah obstruksi saluran kemih bagian atas seringkali
menyebabkan mual dan muntah.
6. Komplikasi
a. Sindrom nefrotik
Komplikasi yang dapat terjadi:
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
11
6. Dehidrasi
7. Venous thrombosis
8. aterosklerosis
b. Batu kandung kemih
Menurut (S. Wahap,2013) batu saluran kemih selain memicu terjadinya
renal colic, ada beberapa komplikasi yang diwaspadai:
1. Pembendungan dan pembengkakan ginjal akibat pecahan batu
2. Kerusakan dan gagal fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama
sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal
3. Infeksi saluran kemih akibat desminasi partikel batu ginjal atau
bakteri akibat obstruksi
4. Timbulnya batu berulang
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Sindrom nefrotik
Pengkajian diagnosis sindom nefrofik tidak di tentukan dengan hanya
penampilan klinis diagnosis sindrom nefrotif dapat di tegakkan melalui
beberapa pemeriksaan penunjang berikut yaitu urinalisasi, pemeriksaan
sedimen urine, pengukuran protein urine, albumin serum,pemeriksaan
serologis untuk infeksi dan kelainan immunologis, USG renal, biopsi
ginjal, dan darah dimana:
1. Urinalisis
2. Pemeriksaan sedimen urine
3. Pengukuran protein urine
4. Albumin serum
5. Pemeriksaan serologis umtuk infeksi dan kelainan imunologis
6. USG renal
7. Biopsi ginjal
8. Darah
b. Batu kandung kemih
a) Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah.
12
b) Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau
sistin meningkat
c) Culture urine : menunjukan adanya infeksi saluran kemih
d) Survey biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam
urat, fosfat, protein dan elektrolit
e) Darah lengkap , sel darah putih meningkat menunjukkan adanya
infeksi. Sel darah merah biasanya normal. HB, HT: abnormal bila
pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
f) Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan
anatomic pada area ginjal dan sepanjang ureter.
g) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasi, seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul
h) USG ginjal: untuk menentukan perubahan obstruksi, local batu
8. Penatalaksanaan
a. Sindrom nefrotik
1. Diet tinggi kalori, tinggi protein, tendah garam, rendah lemak.
2. Tinglkatkan kadar albumin serum.
3. Berantas infeksi
4. Lakukan work-up untuk diagnotik dan untuk mencari komplikasi
5. Berikan terapi suportif
6. Terapi prednison4e sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya
14 hari setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk
memastikan apakah penderita mengalami remisi spontan atau tidak.
b. Batu kandung kemih
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada kandung kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu kandung
kemih adalah jika batu telah menimbulkan: obstruksi, infeksi, atau harus
diambil karena sesuatu indikasi social.obstruksi karena batu kandung
kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu
yang sudah menyebabkan infeksi saluran kemih, harus segera
13
dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
seperti diatas tetapi didertia oleh seorang karena pekerjaannya
mempunyai resiko tinggi dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih
pada saat yang bersangkutan sedang menjalankan profesinya. Dalam
hal ini batu harus dikeluarkan dari saluran kemih.
14
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan,
dan tingkat kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
1) Cairan oral : NGT dan oral;
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV;
3) Makanan yang cenderung mengandung air;
4) Irigasi kateter atau NGT.
4) Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kejernihan/kepekatan;
2) Feses: jumlah dan konsentrasi;
3) Muntah;
4) Tube drainase;
5) IWL.
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar ±
200cc.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan
pada:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani, dan sensasi rasa;
2) Kardiovaskuler : detensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung;
3) Mata : cekung, air mata kering;
4) Neurologi : refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran;
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah, dan bising usus.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap : pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah,
hemoglobin (Hb), dan hematokrit (Ht).
1) Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok;
15
2) Ht turun : adanya pendarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik;
3) Hb naik : adanya hemokonsentrasi;
4) Hb turun : adanya pendarahan hebat, reaksi hemolitik;
5) Pemeriksaan elektrolit serum : pemeriksaan ini dilakukan untuk
mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion bikarbonat.
d. pH dan berat jenis urin : berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal
untuk mengatur konsentrasi urine, normalnya pH urine adalah 4,5-8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
e. gas darah : biasanya yang biasa diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO,
dan saturasi O2.
1) PCO2 normal : 35-40 mmHg;
2) PO2 normal : 80-100 Hg;
3) HCO3 normal : 25-29 mEq/l;
4) Saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri
(95%-98%) dan vena (60%-85%).
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam
jaringan.
a. Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema;
b. Kemungkinan berhubungan dengan:
Retensi garam dan air, Efek dari pengobatan dan Malnutrisi;
c. Kemungkinan data yang ditemukan antara lain :
Orthopnea, Oliguria, Edema/pembengkakan, Distensi vena jugularis,
Hipertermi, Distres pernapasan, Anasarka dan Edema paru;
16
3. Rencana Keperawatan
17
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Setiadi, (2012)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan
untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana
rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana keperawatan. Manurung, (2011)
18
mandi makan, minum dan lain sebagainya, terlebih jika kolik
mendadak terjadi.
b) Terjadi mual muntah karena peningkatan tingkat stress pasien
akibat nyeri hebat. Anoreksia sering kali terjadi karena kondisi pH
pencernaan yang asam akibat sekresi HCL berlebihan.
Pemenuhan kebutuhan cairan sebenarnya tidak ada masalah.
Namun, klien sering kali membatasi minum karena takut urinenya
semakin banyak dan memperparah nyeri yang dialami.
c) Eliminasi alvi tidak mengalami perubahan fungsi maupun pola,
kecuali diikuti oleh penyakit penyerta lainnya. Klien mengalami
nyeri saat kencing (disuria, pada diagnosis uretrolithiasi).
Hematuria (gross/flek), kencing sedikit (oliguria), disertai vesika
(vesikolithiasis).
5. Pemeriksaan fisik
Anamneses tentang pola eliminasi urine akan memberikan data yang
kuat. Oliguria, disuria, gross hematuria menjadi cirri khas dari
urolothiasis. Kaji TTV, biasanya tidak perubahan yang mencolok pada
urolithiasis. Takikardi akibat nyeri yang hebat, nyeri pada pinggang,
distensi vesika pada palpasi vesika (vesikolithiasis/uretrolithiasis),
teraba massa keras/batu (uretrolthiasis)
a. Keadaan umum
Pemeriksaan fisik paien dengan batu kandung kemih dapat
berfariasi mual tanpa kelainan fisik sampai tanda-tanda sakit berat
tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan. Terjadi
nyeri/kolik renal klien dapat juga mengalami gangguan
gastrointestinal dan perubahan.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan
darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,2 0C, dan indeks massa 7 (IMT) 29,3 kg/m2.
Pada pemeriksaan palpasi region flank sinistra didapatkan tanda
19
ballottement (+) dan pada perkusi nyeri ketok costovertebrae
angle sinistra (+).
c. Pemeriksaan fisik persisten
1) System persyarafan, tinglkat kesadaran, GCS, refleks bicara,
kompos mentis.
2) System penglihatan, termasuk penglihatan pupil isokor,
dengan refleks cahaya (+).
3) System pernafasan, nilai frekuensi nafas, kualitas, suara dan
jalan nafas. Atau tidak mengeluh batuk atau sesak. Tidak ada
riwayat brongcitis, tb, asma, empisema, pneumonia
4) System pendengaran, tidak di temukan gangguan pada
system pendengaran.
5) System pencernaan, mulut dan tenggorokan: fungsi
mengunyah dan menelan baik, bising usus normal.
6) System abdomen, adanya nyeri tekan abdomen, terabah
massa keras atau batu nyeri ketok pada pinggang.
7) System refroduksi tidak ada masalah/gangguan pada system
refroduksi
8) System kardio vaskuler, tidak di temukan gangguan pada
system kardio vaskuler
9) System integument, hangat, kemerahan, dan pucat.
10) System muskuluskeletal, mengalami intoleransi aktifitas karna
nyeri yang di rasakan yang melakukan mobilitas visik tertentu
11) System perkemihan, adanya oliguria, di suria, gros hematuria,
menjadi cirri khas dari urolithiasis, nyeri yang hebat, nyeri
ketok pada pinggang, distensi vesika pada palpasi vesika,
terabah massa keras/batuk.
6. Pemeriksaan penuinjang
a. Laboratorium
b. Radiologis
1. Poto polos abdomen
20
2. Piyelografi intravena (PIV)
3. Ultra sonografi
7. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih
secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang
lebih berat. Obsttruksi karna batu kandung kemih yang telah
menimbuulkan hidroureter dan batu yang sudah menyebabkan infeksi
kandung kemih, harus segerah di keluarkan.
b) Diagnose keperawatan
1. Nyeri akut
Batasan karakteristik:
a. Perubahan selera makan
b. Perubahan pada parameter fisiologis
c. diaforesis
d. perilaku distraksi
e. bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri
untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
f. perilaku ekspresif
g. ekspresi wajah nyeri
h. sikap tubuh melindungi
i. putus asa
j. fokus menyempit
k. sikap melindungi area nyeri
l. perilaku protektif
m. laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas
n. dilatasi pupil
o. fokus pada diri sendiri
p. keluhan tentang intensitas menggunakan menggunakan standar
skala nyeri
q. keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar
instrument nyeri
21
Faktor yang berhubungan :
a. Penyebab multipel
3. Retensi urine
Batasan karakteristik:
a. Tidak ada haluaran urine
b. Berkemih sedikit
c. Distensi kandung kemih
d. Menetes
e. Sering berkemih
f. Inkontinensia aliran berlebih
g. Residu urine
h. Sensasi kandung kemih penuh
i. Berkemih sedikit
a. Akan dikembangkan
c) Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
Nyeri akut
22
secara komprehensif termasuk mengatahui secara
lokasi,karakteristik, durasi, komprehensif , lokasi
frekuensi, kualitas dan faktor karakteristik,
presipitasi durasi,frekuensi, kualitas
dan factor presipitasi
23
setiap 2 Jam
d) Implementasi
Berikuit ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan yang dapat di lakukan oleh perawat:
1. Memahami rencana keperawatan yang telah di tentukan
2. Menyiapakan tenaga dan alat yang di perlukan
3. Menyiapkan lingkungan terapeutik
4. Membantu dalam melakukan alktifitas kehidupan sehari –hari
5. Memberikan asuhan keperawatan langsung
6. Mengkonsulkan dan member penyuluhan pada klien dan
keluarganya
e) Evaluasi
24
Adalah stadium pada proses keperawatan dimana tarap keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan di nilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau interfensi keperawatan di tetapkan. Evaluasi
yang di harapkan pada pasien dengan batu saluran kemih ialah nyeri
akut dapat tertangani dengan tepat, proses eliminasi urine kembali
normal, kekurangan volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki
pengetahuan mengenai penyakit yang di alaminya
C. PATOWFLO DIAGRAM
1. Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
glomerulunefritis
Proteinuria
25
Penurunan Hipoalbuminemia
respon imun
edema
26
Kulit tipis dan rapuh Nafsu makan Resiko kekurangan
menurun volume cairan
Kelelahan
Intoleransi
aktivitas
27
2. Batu kandung kemih
-usia
- profesi - konstitusi - musim
- jenis - keturunan
- mentalitas nutrisi - rias
kelamin
- gangguan
- kelainan - infeksi - kelainan - factor
aliran air
morfologi saluran kemih metabolilk genetic
keruh
Ekskresi bahan
Ekskresi inhibitor
pembentuk batu
Kristal menurun
meningkat
Perubahan fisiko-kimiawi
supersaturasi
- Kelainan kristaluria
- Agregalasi Kristal
- Pertumbuhan kristal
28
BAB III
PENUTUP
A. KESMPULAN
Sindrom nefrotik (SN) ialah keadaan klinis yang ditandai oleh proteinuria
29akart,hipoproteinemia, edema, dan dapat disertai dengan hiperlipidemia.
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh
pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya
berlebihan atau karena factor lain yang memperngaruhi daya larut substansi
(Nurlina, 2008).
B. SARAN
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit sindrom
nefrotik dan batu saluran kemih. Selain itu perawat juga memberi health
education kepada klien dan keluarga dan mereka faham dengan sindrom
nefrotik dan batu saluran kemih dan bagaimana cara pengobatannya.
29
Daftar pustaka
30