Anda di halaman 1dari 40

BAB I

STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. IM
Usia : 45 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Putrobangsa I
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam

Datang ke Rumah Sakit : 19 Desember 2017


Anamnesis dilakukan secara : Autoanamnesis

ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Benjolan pada kelopak mata kanan sejak 3 bulan sebelum masuk
rumah sakit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RST dr. Soedjono dengan keluhan benjolan
pada kelopak mata kanan dialami penderita sejak 3 bulan yang lalu.
Benjolan pada mata kanannya awalnya hanya satu lalu kemudian
bertambah banyak menjadi 4 benjolan yang terkadang hilang dan muncul.
Pada awalnya benjolan yang muncul pertama hanya satu benjolan pada
kelopak mata atas sisi luar yang muncul sekitar 3 bulan yang lalu, benjolan
tersebut muncul secara mendadak, awalnya benjolan tersebut kecil
kemudian membesar, benjolan tersebut terkadang disertai rasa gatal,
benjolan tidak sakit, tidak merah, dan teraba keras saat diraba.
Dua bulan kemudian muncul benjolan yang kedua dan ketiga pada
kelopak mata kanan bagian bawah yang muncul secara mendadak.
Benjolan tersebut tidak nyeri, tidak merah, dan saat diraba teraba keras.
Benjolan pertama, kedua dan ketiga terkadang mengecil sendiri namun
terkadang membesar kembali tanpa diketahui penyebabnya.
Satu minggu sebelum masuk ke rumah sakit, muncul benjolan yang ke
empat pada kelopak mata atas sisi dalam. Benjolan tersebut muncul secara
tiba-tiba, tidak nyeri, tidak merah dan teraba keras.
Sebelum muncul benjolan, pasien tidak pernah mengalami trauma,
matanya tidak pernah merah dan tidak berair.
Sejak 2 tahun yang lalu pasien mengaku penglihatannya mulai kabur
saat melihat jauh sehingga pasien menggunakan kacamata terutama saat
berkendara menggunakan motor. Penglihatan pasien sedikit kabur saat
melihat dekat atau saat membaca, namun keluhan tersebut membaik saat
pasien menggunakan kacamata jauhnya, sehingga pasien tidak
menggunakan kacamata baca saat sedang membaca. Pasien menyangkal
adanya kesulitan apabila melihat garis lurus atau melihat garisnya seperti
bengkok dan terlihat bayangan yang bisa menyebabkan pasien pusing.
Pasien juga tidak mengeluh penglihatan ganda.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
mengaku tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat penyakit yang sama
pada keluarga disangkal. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Riwayat
keluarga dan lingkungan sekitar yang mengalami sakit yang sama tidak
ada. Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat keluhan serupa disangkal
 Riwayat memakai kacamata diakui
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan tertentu disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

1
Tak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

e. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah pernah memeriksakan keluhannya dan sudah diberi antibiotic
dan obat anti alergi namun keluhan tidak kunjung membaik.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien seorang wiraswasta dan bekerja sebagai penjual sprei. Biaya
pengobatan dengan biaya sendiri. Kesan ekonomi cukup.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1) Status Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Aktivitas : Normoaktif
 Kooperatif : Kooperatif
 Status gizi : Baik
2) Vital Sign
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 85 x.menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,5ºC

3) Ilustrasi ( 19 Desember 2017)

2
Gambar 1. Skema ilustrasi
4) Status Ophthalmicus
No Pemeriksaan Oculus Dexter Ocuulus sinister
1 Visus 6/60 6/20
S -2,25 6/6 S -1,50 6/6
Add S +1,50 J6
2 Bulbus oculi
- Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
- Enoftalmus - -
- Eksoftalmus - -
- Strabismus - -
3 Suprasilia Normal Normal
4 Palpebra superior
- Edema - -
- Hematom - -
- Hiperemi - -
- Massa Ukuran 1.5x1.5, teraba Tidak ditemukan
keras
Ukuran 1x1, teraba
keras

3
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
- Krusta - -
- Ptosis - -
- Pseudoptosis Tidak ditemukan Tidak ditemukan
5 Palpebra Inferior
- Edema - -
- Hematom - -
- Hiperemi - -
- Massa Ukuran 3x2, teraba Tidak ditemukan
keras
Ukuran 0,5x0,5, teraba
keras
- Entropion - -
- Ektropion - -
- Blefarospasme - -
- Silia - -
- Krusta Trikiasis (-) Trikiasis (-)

6 Konjungtiva
- Hiperemi - -
- Injeksi konjungtiva - -
- Injeksi siliar - -
- Sekret - -
- Perdarahan konjungtiva - -
- Banguunan patologis - -
- Semblefaron - -
- Jaringan fibrovaskular - -

4
7 Kornea
- Kejernihan Jernih Jenih
- Edema - -
- Infiltrat - -
- Sikatrik - -
- Ulkus - -
- Keratic presipitat - -
- Bangunan patologis - -
8 COA
- Kedalaman Normal Normal
- Hipopion - -
- Hifema - -
9 Iris
- Kripta Normal Normal
- Edema - -
- Sinekia - -
- Atrofi - -
10 Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
- Refleks pupil + +
- Sinekia - -
11 Lensa
- Kejernihan Jernih Jernih
- Iris shadow - -
12 Corpus Vitreum
- Floaters Tidak ditemukan Tidak ditemukan
- Hemoftalmus - -
13 Fundus refleks Cemerlang Cemerlang
14 Funduskopi
Fokus -3 -2

5
1. Papil N.II Bulat, batas tegas, Bulat, batas tegas,
CDR 0,3 CDR 0,3
 Myopic cresent Tidak ditemukan Tidak ditemukan
 Fundus tigroid Tidak ditemukan Tidak ditemukan
2. Vasa
 AV rasio 2:3 2:3
 Mikroaneurisma - -
 Neovaskularisasi - -
3. Macula
 Fovea refleks + +
 Eksudat - -
 Edema - -
4. Retina
 Edema - -
 Bleeding - -
 Ablation retina - -
15 TIO Normal Normal

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada

5. DIAGNOSA BANDING
OD Kalazion
1) OD Kalazion
Dipertahankan karena pasien mengatakan benjolan pada mata kanan sejak
3 bulan yang lalu (bersifat kronis), dari pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan teraba keras, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan pada
benjolan.
2) OD Hordeolum
Disingkirkan karena pada hordeolum didapatkan benjolan yang bersifat
akut yaitu 2-3 hari, saat pemeriksaan fisik benjolan teraba lunak, tedapat
hiperemis dan ada nyeri tekan pada benjolan. Sedangkan pada pasien

6
benjolan bersifat kronis yaitu 3 bulan, saat pemeriksaan fisik didapatkan
benjolan teraba keras, tidak hiperemsi dan tidak ada nyeri pada benjolan.
ODS Miopi
1) Miopi derajat ringan
Dipertahankan karena pada pemeriksaan visus didapatkan S -2.25 pada
mata kanan dan S -1.50 pada mata kiri, sedangkan derajat ringan
didapatkan S -1.00 sampai dengan S -3.00 D.
2) Miopi derajat sedang
Disingkirkan karena pada pemeriksaan visus didapatkan S -2.25 pada mata
kanan dan S -1.50 pada mata kiri, sedangkan pada derajat sedang
didapatkan S -3.00 sampai dengan S -6.00.
3) Miopi derajat berat
Disingkirkan kerena pada miopia berat dimana miopia lebih besar dari 6
D, sedangkan pada pasien diberi koreksi dengan lensa S -2.25 pada mata
kanan dan S -1.50 pada mata kiri sudah membaik. Lensa sferis -2.25 dan -
1.50 termasuk miopia ringan
4) Pseudomiopia
Disingkirkan karena pada miopia palsu terjadi oleh rangsangan berlebih
terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kejang pada otot siliaris
dan hilang jika di relaksasikan sedangkan pada pasien tetap menetap
miopianya walaupun sudah direlaksasikan.
ODS Presbiopi

1) ODS Presbiopi
Dipertahankan karena pasien mengalami gejala kabur saat melihat jarak
dekat
2) ODS Hipermetropia
Disingkirkan karena pada hipermetropia terdapat gejala kabur bila melihat
jauh maupun lebih kabur lagi saat melihat dekat, sedangkan pada pasien
didapatkan keluhan kabur ketika melihat dekat.

6. DIAGNOSA
OD kalazion, ODS Miopi derajat ringan, ODS Presbiopia

7
7. TERAPI
OD Kalazion
1) Non Medikamentosa
Kompres air hangat 5-10 menit 4x/hari
2) Medikamentosa
 Oral
Tidak diberikan
 Topikal
Gentamicin salep mata 0,3% 3x1 OD
 Parenteral
Tidak diberikan
 Operatif
Ekskokleasi kalazion
ODS Miopi Derajat Ringan
1) Non Medikamentosa
 Kacamata : diberikan kacamata dengan lensa Sferis (–) OD -0.75 D
dan OS -2.25 D
 Lensa kontak
2) Medikamentosa
 Oral
Tidak diperlukan
 Topikal
Tidak diperlukan
 Parenteral
Tidak diperlukan
 Operatif
LASIK  Pada pasien ini tidak dilakukan tindakan opeatif untuk
koreksi refraksinya.
ODS Presbiopi
1) Non Medikamentosa
 Kacamata : diberikan kacamata Sferis +1.75 D sesuai dengan umur
pasien 47 tahun

8
2) Medikamentosa
 Oral
Tidak diperlukan
 Topikal
Tidak diperlukan
 Parenteral
Tidak diperlukan
 Operatif
Tidak diperlukan

8. EDUKASI
1) OD Kalazion
 Menjelaskan bahwa keluhan benjolan di kelopak mata pasien
merupakan akibat dari penyumbatan kelenjar di kelopak mata
yang disebut kalazion
 Menjelaskan pada pasien bahwa benjolan pada kelopak mata kanan
atas nya dapat timbul kembali di tempat yang sama atau dimata
lainnya dan penyakitnya ini tidak menular. Mata yang sehat dapat
terkena penyakit benjolan juga.
 Bila terjadi rekurensi (berulang), lakukan
o Kompres hangat 10-20 menit 4 kali sehari
o Antibiotik topikal dan steroid disertai kompres panas dan
bila tidak berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan
pembedahan.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa untuk mencegah agar tidak
terjadi benjolan berulang biasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh kulit di sekitar mata. Kemudian bersihkan minyak
berlebih yang ada di kelopak mata secara perlahan serta gunakan
pelindung mata, seperti kacamata, saat berada di jalan raya atau
tempat-tempat berdebu
 Mencegah mata yang sakit untuk tidak sering dikucek/disentuh

9
 Karena dirasa mengganggu (penglihatan atau gerakan kelopak
mata), maka dilakukan tindakan operatif untuk mengeluarkan
isinya
2) ODS Miopi
 Menjelaskan pada pasien bahwa kelainan gangguan penglihatan ini
tidak dapat disembuhkan dengan obat-obatan, tetapi dapat dibantu
menggunakan kacamata atau lensa kontak.
 Memberikan penjelasan kepaada pasien, bila membaca dalam
posisi tegak, hindrari membaca buku sambil tiduran dan dengan
pencahayaan yang kurang serta atur jarak baca minimal + 30 cm.
 Mata minus tidak bisa berkurang atau sembuh. Penggunaan
kacamata ataupun lensa kontak tidak akan membuat mata minus
sembuh atau berkurang. Penggunaan kacamata hanya membantu
memperjelas penglihatan dan mengurangi cepatnya bertambahnya
minus pada mata, ha tersebut diimbangi dengan kebiasaan sehari-
hari.
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penglihatan kabur pada kedua
mata yang dialami pasien termasuk derajat ringan, menggunakan
kacamata atau lensa kontak supaya minusnya tidak bertambah dan
mencegah komplikasi. Namun beritahu pasien akan dampak
penggunaan lensa kontak yaitu iritasi sampai infeksi pada kornea.
 Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian.
Misalnya setelah membaca, melihat gambar atau menggunakan
gadget yang lama, berhenti dahulu 15-20 menit, beristirahat sambil
melakukan aktifitas lain.
 Bila menggunakan lensa kontak butuh keterampilan dan ke hati
hatian
 LASIK adalah operasi yang dapat mengurangi minus pada mata
jadi pasien dapat melakukan operasi LASIK jika ingin melakukan
LASIK.

10
3) ODS Presbiopi
 Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang dialami
salah satunya disebabkan oleh melemahnya otot mata karena usia
tua
 Menjelaskan kepada pasien bahwa usianya sudah lebih dari 40
tahun, sehingga kemampuan mata untuk melihat dekat sudah
berkurang dan memerlukan bantuan kacamata baca agar jelas jika
melihat benda dekat dan membaca.
 Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata baca
saat membaca dekat agar mata tidak cepat lelah.
 Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan kacamata bacanya
apabila hendak melakukan pekerjaan yang membutuhkan fokus
seperti membaca menjahit.
 Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan yang terjadi
dapat terjadi perubahan terus sehingga pasien harus sering kontrol
dan menyesuaikan ukuran kaca mata baca pasien dengan
pertambahan usia.
 Mengingatkan pasien untuk memperhatikan sumber pencahayaan
saat membaca, terutama pada malam hari
 Kontrol visus secara berkala setiap tahun

9. KOMPLIKASI
1) OS Kalazion
 Kalazion berulang
 Trikiasis
 Astigmatisme
2) ODS Miopi
 Ablatio retina
 Strabismus
3) ODS Presbiopi
 Tidak ada

11
10. RUJUKAN
Dalam kasus ini belum diperlukan rujukan ke disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya ataupun ke RS dengan fasilitas penunjang yang lebih lengkap.

11. PROGNOSIS
Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam : Ad Bonam Ad bonam
Quo ad sanam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad functionam : Ad bonam Ad bonam
Quo ad cosmetican : Ad bonam Ad bonam
Quo ad vitam : Ad bonam Ad bonam

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Palpebra
2.1.1 Anatomi Palpebra1
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat mentup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
membantu menyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superioe berakhir pada alis mata, palpebra
inferior menyatu dengan pipi.

Gambar 2. Anatomi Palpebra

Gambar 3. Glandula palpebra

13
1) Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian tubuh
lain karena tipis, longgar dan elastis, dengan sedikit folikel rambut
serta tanpa lemak subkutan.
b. Muskulus orbikularis Okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra, serat-
serat ototnya mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan
menyebar dalam jarak pendek mengelilingi tepi orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal, bagian di atas septum
orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut
bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus
orbikularis oculi berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit
kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokong palpebra yang utama adalah lapisan jaringan
fibrosa padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut
lempengan tarsus.
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
2) Tepian Palpebra
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm.
Tepian ini dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior.
a. Tepian anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak
teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak

14
daripada bulu mata bawah serta melengkung ke atas, bulu
mata bawah melengkung ke bawah.
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil,
yang bermuara ke dalam folikel rambut pada dasar bulu
mata.
- Glandula Moll
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar keringat yang
bermuara membentuk suatu barisan dekat bulu mata.
b. Tepian posterior
Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan
sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea
yang telah dimodifikasi (kelenjar Meibom atau tarsal)
c. Punctum lacrimale
Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat peninjolan
kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikusnya ke saccus lakrimalis.
3) Fissura Palpebra
Fissura palpebrae adalah ruang bentuk elips diantara kedua
palpebra yang terbuka. Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis.
Kantus lateralis kira-kira 0.5 cm di tepian lateral orbita dan bermuara
membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebih tipis dari kantus lateralis
dan mengelilingi lacus lacrimalis
4) Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai
sawar antara palpebra dan orbita.
5) Refraktor Palpebrae
Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Mereka
dibentuk oleh kompleks muskulofacialis dengan komponen otot rangka

15
dan polos, yang dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan
facia kapsulopalpebra di palpebra inferior.
6) Musculus Levator Palpebrae Superioris
Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek daari
permukaan bawah ala minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan
foramen optikum.
7) Persarafan Sensoris
a. Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua
nervus trigeminus (V). Nervus lacrimalis, supraorbitalis,
supratrochlearis, dan nassalis eksterna adalah cabang-cabang divisi
oftalmika nervus cranial kelima infraorbitalis, zygomatikcofacialis
dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi
maksilarts (kedua) nervus trigeminus. Pembuluh Darah dan Limfe
b. Pasokan darah palpebra datang dari arteri lacrimalis dan
opthtalmica melalui cabang-cabang lateral dan medialnya,
anastomosis di antara arteria palpebralis lateralis dan medialis
membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan
areolar submuskular.
c. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena opthalmica
dan vena-vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Vena-
vena ini tersusun dalam pleksus pra- dan pascatarsal.
d. Pembuluh limfe segmen lateralis palpebra berjalan ke dalam
kelenjar getah bening preaurikular dan parotis, pembuluh limfe
dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar
getah bening submandibular.

2.2 Kalazion
2.2.1 Definisi

16
Adalah massa di kelopak mata yang dihasilkan dari peradangan non
infeksi granulomatosa kronis pada kelenjar meibom. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis tersebut.
2.2.2 Etiologi
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom.2
Chalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum internum. Kalazion
dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis, dan acne rosacea.

2.2.3 Epidemiologi
Chalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim
sangat jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh
hormonal terhadap sekresi sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan
terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama kehamilan
2.2.4 Patofisiologi
Kalazion tidak terinfeksious yang merupakan radang
granulomatosa kelenjar Meibom. Nodul terlihat atas sel imun steroid
responsive termasuk jaringan ikat makrofag seperti histiosit, sel raksasa
multinucleate sel plasma, sepolimorfonuklear leukosit dan eosinofil.2
Chalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak,
tidak hiperemik, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi
pada mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar,
kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi
dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous ini yang
membedakan antara chalazion dengan hordeolum internal atau eksternal
(terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun chalazion
dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik,
nodul tunggal (jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam

17
palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar
meibom yang berdilatasi
2.2.5 Manifestasi klinis
 Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri
tekan.
 Pseudoptosis
 Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
 Pada anak muda dapat diabsobsi spontan
2.2.6 Diagnosis banding
 Hordeoulum
 Dermoid Cyst
 Tear Gland Adenoma
 Blefaritis
 Trikiasis
2.2.7 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
kelopak mata. Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu
kanker kulit, untuk memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan
biopsi
2.2.8 Penatalaksanaan
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat
diabsorbsi (diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
1) Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.
2) Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak
berhasil dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3) Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan
pengeluaran isinya.
4) Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.

18
Untuk mengurangi gejala :

1) Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan


ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada
hordeolum internum.
2) Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa klai sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis
dengan kemungkinan adanya suatu keganasan.

Ekskokleasi Kalazion

Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain.Obat


anestesia infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion
dijepit dengan klem kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva
tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan
kemudian isi kalazion dikuret sampai bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi
salem mata.

Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan


drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif
diberikan bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.

2.2.9 Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil
yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada
lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak
memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering
terjadi peradangan akut intermiten
2.2.10 Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan
trichiasis, dan kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat
atipik perlu dibiopsi untuk menyingkirkan adanya keganasan.
Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra sudah mengubah
kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat

19
menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau
kulit.

2.3 Miopi
2.3.1 Definisi
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat)
yaitu seseorang tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa
melihat dengan jelas benda-benda yang dekat. Hal ini terjadi apabila
bayangan dari benda yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata
yang tidak berakomodasi.

Gambar 4. Miopi
2.3.2 Klasifikasi
1) Berdasarkan penyebabnya
a. Miopi aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari
normal. Pada orang dewasa panjang aksial bola mata 22.6 mm.
Perubahan diameter anteroposterior bola mata 1 mm akan
menimbulkan perubahan refraksi sebesar 3 dioptri.
b. Miopi kurvatura
Kurvatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada
keratokonus dan kelainan kongenital. Perubahan kelengkungan

20
kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 6 D.
c. Miopi indeks refraksi
Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada
penderita diabtes mellitus yang kadar gula darahnya tidak
terkontrol.
d. Perubahan posisi lensa
Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah
terutama glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia.
2) Berdsarkan tinggi nya dioptri
a. Miopi ringan : -1 sampai -3 D
b. Miopi sedang : -3 sampai -6 D
c. Miopi berat : > -6 D
3) Secaa klinis dan kelainan patologi pada mata
a. Miopi simpleks
Terjadi kelainan fundus ringan. Kelainan fundus ringan ini berupa
miopi cressent yang ringan dan berkembang sangat lambat.
Biasanya tidak terjadi kelainan organik dan dengan koreksi yang
sesuai bias mencaapai tajam penglihatan yang normal. Berat
kelainan refraksi yang terjadi biasanya kurang dari -6D. keadaan
ini disebut juga sebagai miopi fisiologi.
b. Miopi progresif
Ditemukan pada segala umur. Pada kedaan ini terjadi kelainan
fundus yang khas untuk miopi tinggi (miopi lebih dari S- 6.00 D).
c. Miopi patologis
Disebut juga sebagai miopi degenerative, miopi maligna atau
miopi progresif. Keadaan ini dapat ditemukan pada semua umur
dan terjadi sejak lahir. Tanda-tanda miopi maligna adalah adanya
progresifitas kelainan fundus yang khas pada pemeriksaan
oftalmskopik. Pada anak diagnosis ini dapat dibuat jika terdapat
peningkatan tingkat keparahan miopi dengan waktu yang relative

21
pendek. Kelainan refraksi yang terdapat pada miopi patologik biasa
nya melebihi S -6.00 D (Sidarta, 2007).

2.3.3 Gejala klinis


Gejala subjektif miopia antara lain:
 Kabur bila melihat jauh.
 Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
 Sering menyipitkan mata (efek pinhole)
 Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai
dengan akomodasi).
 Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1) Miopia simpleks :
a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan
pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola
mata yang agak menonjol.
b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang
normal atau dapat disertai kresen miopia (myopic cresent)
yang ringan di sekitar papil saraf optik.
2) Miopia patologik :
a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia
simpleks.
b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa
kelainan-kelainan pada.
 Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa
pendarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai
floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam
badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya
dengan keadaan miopia.

22
 Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil,
kresen miopia, papil terlihat lebih pucat yang
meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia
dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan
pigmentasi yang tidak teratur.

Gambar 5. Miopi Cressent


 Makula : berupa pigmentasi di daerah retina,
kadang-kadang ditemukan perdarahan subretina
pada daerah makula.
 Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina
bagian perifer.
 Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa
penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini
maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.

23
Gambar 6. Tigroid fundus

2.3.4 Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis miopia, harus dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada
anamnesis, pasien mengeluhkan penglihatan kabur saat melihat jauh, cepat
lelah saat membaca, atau melihat benda dari jarak dekat. Berikut ini gejala
utama yang terjadi pada
a. Miopia simpel
Gejala utama miopia simpel adalah pandangan kabur yang menetap
saat melihat jauh, sedangkan penglihatan dekat biasanya normal.
Gejala selain pemandangan kabur mungkin saja muncul.
b. Miopia malam
Gejala utamanya adalah pandangan jauh kabur saat pencahayaan
kurang. Pasien sering mengeluhkan sulit melihat rambu-rambu lalu
lintas saat berkendaraan malam hari.
c. Pseudomiopia
Pandangan jauh kabur yang sementara, khususnya saat setelah
melakukan pekerjaan yang dekat. Hal ini mengindikasikan tidak
cukup baiknya fungsi akomodasi.
d. Miopia degeneratif
Pada miopia degeneratif terdapat pemandangan jauh yang sangat
kabur karena derajat miopia sangat signifikan. Pasien harus
meletakkan objek sangat dekat dengan matanya. Pasien mungkin

24
mengeluhkan adanya kilatan cahaya atau benda-benda yang
mengapung akibat perubahan dari vitreoretinalnya. Jika patologi dari
segmen posterior berubah maka akan mengakibatkan gangguan fungsi
retina, pasien akan mengeluhkan memiliki riwayat hilangnya
penglihatan atau riwayat menggunakan alat optik dengan koreksi
tinggi.
e. Miopia terinduksi
Pasien dengan miopia terinduksi juga melaporkan adanya pandangan
jauh yang kabur. Waktu kaburnya itu sesuai dengan agen atau kondisi
yang mempengaruhi miopia tersebut. Pupil konstriksi saat penyebab
dari miopia ini adalah agen agonis kolinergik.

Setelah melakukan anamnesis, pada pasien dilakukan pemeriksaan mata


sebagai berikut:

a. Pemeriksaan ketajaman penglihatan (visus, refraksi subjektif)


Cara subjektif dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen dan
lensa coba. Pemeriksaan dengan optotipe Snellen dilakukan dengan
jarak 5-6 meter dari kartu Snellen dan pemeriksaan ini harus
dilakukan dengan tenang. Pada pemeriksaan terlebih dahulu
ditentukan tajam penglihatan atau visus yang dinyatakan dengan
bentuk pecahan.Visus yang terbaik adalah 6/6 (20/20), yaitu pada
jarak pemeriksaan 5 meter dapat terlihat huruf yang seharusnya
terlihat pada jarak 5 meter.

25
Gambar 7. Snellen Chart
Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat dilihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung
jari pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan
normal terlihat pada jarak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat
pada jarak 2 m, maka visusnya sebesar 2/60. Apabila pada jarak
terdekat pun hitung jari tidak dapat terlihat, maka pemeriksaan
dilakukan dengan cara pemeriksa menggerakkan tangannya pada
bermacam-macam arah dengan jarak bermacam-macam dan meminta
penderita mengatakan arah gerakan tersebut. Gerakan tangan pada
penglihatan normal terlihat pada jarak 300 m, jika penderita hanya
dapat melihat gerakkan tangan pada jarak 1 m, maka visusnya
1/300.Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat pada jarak
terdekat sekalipun, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar
tersebut pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata
penderita ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat

26
arah sinar dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan
arahnya benar, maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan
dikatakan visusnya 1/~ dengan proyeksi baik. Namun jika penderita
hanya dapat melihat sinar dan tidak dapat menentukan arah dengan
benar atau pada beberapa tempat tidak dapat terlihat maka retina tidak
berfungsi dengan baik dan dikatakan sebagai proyeksi buruk. Bila
cahaya senter sama sekali tidak terlihat oleh penderita maka berarti
terjadi kerusakan dari retina secara keseluruhan dan dikatakan visus
nol atau buta total.
2.3.5 Penatalaksanaan
1) Pemberian lensa sferis konkaf (-)
Penderita miopi dapat dikoreksi kelainannya dengan
bantuan lensa sferis konkaf (-) yang terkecil/terlemah agar dapat
menghasilkan tajam penglihatan terbaik, karena dengan koreksi
lensa sferis konkaf (-) terkecil orang miopi akan dapat membiaskan
sinar sejajar tepat diretina tanpa akomodasi.
Koreksi miopi dengan menggunakan lensa konkaf atau
lensa negatif, perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa
konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan refraksi mata
mempunyai daya bias yang terlalu besar , seperti pada miopi,
kelebihan daya bias ini dapat dinetraisasi dengan meletakkan lensa
sferis konkaf didepan mata,
Besarnya kuekuatan lensa yang digunakan utuk
mengkoreksi mata miopi ditentukan dengan cara trial and error,
yaitu dengan mua-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan
kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah
sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.
Pasien miopi yang dikoreksi dengan kacamata sferis
negative terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan
maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.00 D
memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis

27
-3.25 D, Maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 D agar
memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.
2) Pemakaian lensa kontak
Cara yang disukai untuk mengoreksi kelainan miopi tinggi
adalah lensa kontak. Banyak jenis lensa kontak yang tersedia
,meliputi lensa kontak sekali pakai yang sekarang telah tersedia
lebih dari -16.00 D.
Lensa ontak ada 2 macam yaitu lensa kontak lunak (soft
lens) serta lensa kontak keras (hard lens). Pengelompokkan ini
didasarkan pada bahan penyusunnya.
Keuntugan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat
masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa
yang minimal, dan dapat dipakai sementara waktu. Kerugin lensa
kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak
maksimal, resiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi
astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit.
Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu
memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka
waktu lama, serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2
D. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama, serta
memberika rasa yang kurang nyaman.
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena
memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini
dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2
3) Pembedahan/operatif
a. Radial keratotomi (RK)
Merupakan upaya untuk mengurangi kelengkungan kornea
dengan cara membuat sayatan pada akonea. Insisi dengan
pola seperti jari-jari radial pada parasentral kornea untuk
melemahkan bagian dari kornea. Bagian yang curam pada
kornea akan menjadi lemah sedangkan bagian central
kornea akan mendatar. Hasil dari perubahan refraktif

28
tergantung pada ukuran zona optiknya dan jumlah serta
dalamnya insisi.

Gambar 8. Radial Keratotomi13


1) Photorefraktive Keratektomi (PRK)
PRK adalah suatu prosedur dimana kekuatan kornea dikurangi dengan
menggunakan ablasi laser pada central kornea dan merupakan upaya
untuk mengurangi kelengkungan kornea dengan cara memotong
permukaan depan kornea dengan menggunakan alat excimer laser.

Gambar 9. Photorefractive Keratectomy14

2) Laser Assisted In situ Keratomileusis (LASIK)

29
Gambar 10. Operasi Metode LASIK14

LASIK merupakan metode terbaru didalam operasi mata,


direkomendasikan untuk miopia dengan derajat sedang sampai berat.
Pada LASIK digunakan laser dan alat pemotong yang dinamakan
mikrokeratom untuk memotong flap secara sirkular pada kornea. Flap
yang telah dibuat dibuka sehingga terlihat lapisan dalam dari kornea.
Kornea diperbaiki dengan sinar laser untuk mengubah bentuk dan
fokusnya, setelah itu flap ditutup kembali.
Kandidat yang ideal untuk dilakukan LASIK, yaitu:
1) Diatas 18 tahun.
2) Memiliki resep kaca mata atau lensa kontak yang stabil minimal
2 tahun ini.
3) Memiliki ketebalan kornea yang cukup.
4) Memiliki satu gangguan penglihatan seperti miopia,
astigmatisma, hipermetropia atau kombinasinya.
5) Tidak menderita penyakit, baik yang berhubungan dengan
penglihatan atau penyakit lain.
6) Telah melakukan informed consent yang adekuat ke pasien
tentang tindakan ini.

30
Syarat untuk melakukan LASIK, yaitu:

1) Gangguan refraksi harus masuk dalam katagori yang bisa


diobati oleh FDA-laser excimer, seperti: miopia sampai -
14.0D, astigmatisma sampai -6.0D dan hipermetropia sampai
+6.0D. Karena teknik dan teknologi yang berkembang sangat
cepat, dokter dapat mengobati keadaan yang lebih parah. Laser
juga digunakan untuk regular atau campuran astigmat. Jika
gangguan refraktif pasien atau faktor kesehatan lain tidak
memungkinkan melakukan LASIK, prosedur lain dapat
direkomendasikan.
2) Mata harus dalam keadaan stabil dan tidak ada kemungkinan
untuk berubah kedepannya, hal ini bisa dikonfirmasi dengan
resep kaca mata dan lensa kontak yang digunakan dalam 1
tahun ini atau lebih.
3) Kondisi yang mengikuti, sampai berubah atau diperbaiki, bisa
membuat pasien tidak bisa melakukan LASIK, karena hal
tersebut menyebabkan fluktuasi pada mata, seperti:
 Kehamilan atau menyusui
 DM atau penyakit lain dengan fluktuasi hormonal yang
mempengaruhi mata.
 Dibawah usia 18 tahun (operasi laser tidak diizinkan
dibawah usia 18 tahun oleh FDA, karena mata selalu
stabil pada usia pertengahan dua puluhan.)
 Pasien menggunakan obat yang dapat menyebabkan
fluktuasi penglihatan.
 Kondisi mata yang membuat pasien tidak dapat
menjalani LASIK, baik sementara atau permanen,
yaitu: Glaukoma, suspek glaukoma atau hipertensi
okular, Beberapa penyakit mata, seperti uveitis,
Trauma mata atau operasi mata sebelumnya,
Keratokonus, penyakit kornea degeneratif atau pre
keratokonus.

31
 Pasien harus bebas dari penyakit dan pengobatan yang
dapat mempengaruhi penyembuhan, seperti penyakit
autoimun (rematik artritis, lupus eritematosus),
gangguan immunodefisiensi (HIV), diabetes, dan obat-
obat lain seperti steroid, retinoid acid, dan lain-lain.
 Pasien harus tidak memiliki herpes okular dalam 1
tahun waktu potensial operasi.

Sebelum dan sesudah melakukan prosedur LASIK, pasien diberi


beberapa nasehat dan informasi, yaitu:14

a. Sebelum LASIK
 Sebelum operasi, pasien menghentikan penggunaan kream, losion,
make up dan parfum untuk menjamin tidak ada kumpulan debris pada
mata yang dapat meningkatkan risiko infeksi. Dokter mungkin
meminta pasien untuk mengscrab matanya sebelum dilakukan operasi
untuk mengangkat residu dan debris disekitar mata.
 Pasien harus diberitahu diantarkan pergi dan pulang serta pada saat
follow pertama, karena pengobatan ini memberikan rileksasi sehingga
penglihatan menjadi kabur.
b. Setelah LASIK
 Rasa terbakar yang ringan dan gatal atau merasakan suatu sensasi di
mata, bisa berlangsung sampai beberapa jam setelah LASIK. Obat
analgetik mungkin bisa diberikan. Tetes mata harus digunakan setiap
hari dalam jangka waktu beberapa hari untuk mencegah infeksi dan
inflamasi.
 Penglihatan akan tetap kabur pada hari pertama dan penglihatan
meningkat saat pemeriksaan pasien esok harinya. Kebanyakan orang
menyatakan bahwa penglihatan membaik 1 hari setelah operasi. Tidak
disarankan untuk menggunakan lensa kontak pada periode ini,
walaupun penglihatan kabur. Beberapa pasien dapat berkendaraan satu
hari setelah operasi.
 Pasien disuruh untuk menunggu beberapa hari sebelum diperbolehkan
bekerja seperti semula.

32
 Make up dan losion mata tidak diperbolehkan pada beberapa periode
setelah operasi.
 Semua olahraga dilarang untuk 3 hari dan olah raga berat atau
berkelanjutan dihentikan untuk 4 minggu.
 Pasien tidak diizinkan untuk berkendara sampai penglihatannya baik.
 Pada beberapa bulan pertama (6 bulan) ketajaman penglihatan bisa
berfluktuasi dan efek samping mungkin akan muncul. Periode
penyembuhan dan stabilitas dari penglihatan bisa memakan waktu 1
sampai 3 bulan.
 Setelah LASIK mata lebih mudah untuk terkena trauma, karena flap
dari kornea tidak sekuat kornea yang original. Pasien disarankan untuk
menggunakan pelindung mata saat berolah raga dan aktivitas yang
dapat membuat trauma pada bola mata, proyeksi, alis mata.
2.3.6 Prognosis
Prognosis dari miopia simpel sangatlah bagus. Pasien dapat
memperoleh penglihatan jauh yang baik dengan menggunakan koreksi.
Hal ini tergantung juga dengan derajat miopianya, astigmat, anisometropia
dan fungsi akomodasi dari pasien. Pemeriksaan secara teratur sangat
penting untuk penderita degeneratif miopia karena mereka mempunyai
faktor risiko untuk terjadinya ablasio retina, degerasi retina atau masalah
lainnya
2.3.7 Kompikasi
1) Amblyopia
Dimana visus tidak dapat menjadi 6/6 tanpa disertai kelainan organik.
2) Ablasio retina
Resiko untuk terjadinya ablation retina pada 0 sampai -4.75 D sekitar
1/6662. Sedangkan pada -5 sampai -9.75 D resiko meningkat menadi
1/1335. Lebih dari -10 D resiko menjadi 1/148.
3) Strabismus
Esotropia atau juling ke dalam akibat mata berkonvergensi terus-
menerus.
4) Vitreal Liquefaction dan Detachment

33
Badan vitreus yang berada diantara lensa dan retina mengandung 98%
air dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuan usia akan mencair
secara perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada
penderita miopi tinggi. Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur
normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat bayangan-
bayangan kecil (floates). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps
pada vitreus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini
nantinya akan menimbulkan resiko untuk terlepasnya retina dan
menyebabkan kerusakan retina. Vitreus detachment pada miopi tinggi
terjadi karena luasnya volume yang harus diisi akiba memanjangnya
bola mata (Sidarta, 2003).

2.4 Presbiopi
2.4.1 Definisi
Presbiopia merukan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang
dekat
Presbiopia adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin
berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Presbiopia merupakan bagian alami dari penuaan
mata. Presbiopia ini bukan merupakan penyakit dan tidak dapat dicegah.
Presbiopia adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin
berkurangnya kemampuan akomodasi mata sesuai dengan makin
meningkatnya umur. Daya akomodasi adalah kemampuan lensa mata
mencembung dan memipih. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan
setelah umur itu umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca
untuk mengkoreksi presbiopnya.
2.4.2 Etiologi
1. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
2. Kelemahan otot-otot akomodasi
3. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat
kekakuan (sklerosis) lensa.

34
2.4.3 Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya
refraksi mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas
matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan
meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian
kemampuan melihat dekat makin berkurang.

2.4.4 Klasifikasi
1. Presbiopi Insipien, tahap awal perkembangan presbiopi. Dari
anamnesa didapati pasien memerlukan kaca mata untuk membaca
dekat, tapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes, dan pasien
biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca.
2. Presbiopia Fungsional, amplitudo akomodasi yang semakin menurun
dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
3. Presbiopi Absolut, peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi
fungsional, dimana proses akomodai sudah tidak terjadi sama sekali.
4. Presbiopi Prematur, presbiopi yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun
dan biasanya berhubungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau
obat-obatan.
5. Presbiopi Nokturnal, kesulitan untuk membaca jarak dekat pada
kondisi gelap, disebabkan oleh peningkatan diameter pupil.
2.4.5 Diagnosis Presbiopia
1. Anamnesis
a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang
halus/kecil
b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering
terasa pedih. Bisa juga disertai kelelahan mata dan sakit
kepala jika membaca terlalu lama.
c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca atau
menegakkan punggungnya karena tulisan tampak kabur

35
pada jarak baca yang biasa (titik dekat mata makin
menjauh).
d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat,
terutama di malam hari.
e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca.
f. Sulit membedakan warna.

2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus, pemeriksaan dasar untuk mengevaluasi presbiopi
dengan menggunakan Snellen Chart.
b. Refraksi, periksa mata satu persatu, mulai dengan mata
kanan. Pasien diminta untuk memperhatikan kartu Jaeger
dan menentukan kalimat terkecil yang bisa dibaca pada
kartu. Target koreksi adalah J6.

2.4.6 Diagnosis Banding


Diagnosis banding presbiopia adalah hipermetropia dan lowvision jika
hipermetropi lebih dari 3 dioptri

2.4.7 Penatalaksanaan Presbiopia


1. Digunakan lensa positif untuk koreksi presbiopia. Tujan koreksi
adalah untuk mengkompensasi ketidakmampuan mata untuk
memfokuskan objek-objek yang dekat.
2. Kekuatan lensa mata yang berkurang ditambahkan dengan lensa
positif yang sesuai usia, dan hasil pemeriksaan subjektif sehingga
pasien mampu membaca tulisan pada kartu Jaeger.
3. Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi +3,00 D adalah lensa
positif terkuat yang dapat diberikan pada pasien. Pada kekuatan ini,
mata tidak melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm,
karena tulisan yang dibaca terletak pada titik fokus lenca +3,00 D.

36
Kekuatan Lensa

Usia (Tahun) Positif yang


Dibutuhkan

40 tahun +1,00 D

40-45 tahun +1,25 D

45 tahun +1,50 D

45-50 tahun +1,75 D

50 tahun +2,00D

50-55 tahun +2,25 D

55 tahun +2,50 D

55-60 tahun +2,75 D

60 tahun +3,00 D

4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopi, ada beberapa jenis lensa
lain yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi
yang ada bersamaan dengan presbiopinya. Ini termasuk :
a. Bifokal, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
b. Trifokal, untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang dan jauh, bisa
yang mempunyai garis horizontal atau yang progresif.
c. Bifokal kontak, untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat,
bagian bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang
memuaskan hasil koreksinya.
d. Monovisioin kontak, lensa kontak untuk melihat jauh di mata
dominan, dan lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non
dominan. Mata yang dominan umumnya adalah mata yang digunakan
untuk fokus pad a kamera untuk mengambil foto.

37
e. Monovision modified, lensa kontak bifokal pada mata non dominan,
dan lensa kontak untuk melihat pada mata dominan. Kedua mata
digunakan untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk
membaca.
f. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK,
dan keratektomi fotorefraktif.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta,
2000:
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
2004:
3. SUSAN R. CARTER, M.D., Eyelid Disorders: Diagnosis and Management,
University of California, San Francisco, School of Medicine, San Francisco,
CaliforniaAm Fam Physician. 1998 Jun 1;57(11):2695-
2702.http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
4. Joanne car Ff. Opthalmology Referral Guidelines. NHS oxfordshire. 2012:19-20
5. James C. tsai ea. Oxford American Handbook of Opthalmology. first ed. New
York2011. 103-13 p.
6. Ilyas Sidarta H: Ikhtisar penyakit mata. Balai Penerbit FKUI Jakarta.2009. Hal
28-29
7. Kanski JJ. 2009. Clinical Ophthalmology A Synopsis. Butterworth-
Heinemann, Boston
8. Menaravisi. Kalazion. Tanya Dokter (online). 2006-2011. Diunduh dari: URL:
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1001124 (diakses 25 Februari 2016).
9. Ophthalmologists of The Internationally Renowned Hospital for Oculoplastic
Surgery (online). Germany. 2006. Diunduh dari: URL:
http://www.palpebra.com/english/clinical_pictures/pic_2007025.html (diakses 25
Februari 2016

39

Anda mungkin juga menyukai