PENDAHULUAN
Penyakit
batu
empedu
saat
ini
menjadi
masalah
kesehatan
kolesistektomi lebih dari 500.000 setiap tahun. Insiden batu pada saluran
empedu 12% yang ditemukan sebelum atau pada saat kolesistektomi. Di
Inggris sekitar 4000 pasien dilakukan pembersihan batu saluran empedu. Batu
empedu
dan
saluran
empedu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk buah pear
yang terletak pada permukaan visceral hepar, panjangnya sekitar 46 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-60 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat
menggembung sampai 300 cc. Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus
dan collum. Bagian fundus umumnya menonjol sedikit keluar tepi hati,
dibawah lengkung iga kanan, ditepi lateral m.rectus abdominis. Sebagian
besar korpus menempel dan tertanam didalam jaringan hati. Kandung empedu
tertutup seluruhnya oleh peritoneum visceral, tetapi infundibulum kandung
empedu tidak terfiksasi kepermukaan hati oleh lapisan peritoneum. Apabila
kandung empedu mengalami distensi akibat bendungan oleh batu, bagian
infundubulum menonjol seperti kantong yang disebut kantong Hartmann.
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3 mm. dinding
lumennya mengandung katup berbentuk spiral disebut katup spiral Heister,
yang memudahkan cairan empedu mengalir masuk kedalam kandung
empedu, tetapi menahan aliran keluarnya.
Saluran
empedu
ekstrahepatik
terletak
didalam
ligamentum
Gambar 2.3 Posisi anatomis dari vesica fellea dan organ sekitarnya.
Komponen
Dari hati
Air
97,5 gr/dl
92 gr/dl
Garam empedu
1,1 gr/dl
6 gr/dl
Bilirubin
0,04 gr/dl
0,3 gr/dl
Kolesterol
0,1 gr/dl
0,3-0,9 gr/dl
7
Asam-asam lemak
0,12 gr/dl
0,3-1,2 gr/dl
Lesitin
0,04 gr/dl
0,3 gr/dl
Na+
145 mEq/liter
130 mEq/liter
K+
5 mEq/liter
12 mEq/liter
Ca+
5 mEq/liter
23 mEq/liter
Cl-
100 mEq/liter
25 mEq/liter
HCO3
28 mEq/liter
10 mEq/liter
a. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada
dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.
Fungsi garam empedu adalah:
Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kumankuman usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar
(90 %) garam empedu dalam lumen usus akan diabsorbsi kembali oleh
mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan bersama feses dalam
bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut terjadi disegmen
distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah tersebut
misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam empedu
akan terganggu.
b. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme
dan globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole
menjadi bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di
dalam plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat
oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80% oleh glukuronide. Bila terjadi
pemecahan sel darah merah berlebihan misalnya pada malaria maka
bilirubin yang terbentuk sangat banyak.
2.3 Defenisi
Kolelitiasis merupakan adanya atau pembentukan batu empedu; batu
yang terdapat dalam kandung empedu disebut kolesistolitiasis dan batu yang
terdapat dalam saluran empedu (ductus choledochus) disebut koledokolitiasis.
Kolelitiasis memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi.
Kolelitiasis lebih sering dijumpai pada individu berusia diatas 40 tahun
terutama pada wanita dikarenakan memiliki faktor resiko,yaitu: obesitas, usia
lanjut, diet tinggi lemak dan genetik.
Sinonim kolelitiasis adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus.
Namun istilah kolelitiasis lebih dimaksudkan untuk pembentukan batu di
dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan
beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di
dalam kandung empedu.
2.4 Epidemiologi
Insiden kolelitiasis di negara barat adalah 20% dan banyak menyerang
orang dewasa dan usia lanjut. Angka kejadian di Indonesia di duga tidak
berbeda jauh dengan angka di negara lain di Asia Tenggara dan sejak tahu
1980-an agaknya berkaitan erat dengan cara diagnosis dengan ultrasonografi.
10
Kehamilan,
yang
menigkatkan
kadar
esterogen
juga
11
2.6 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu
empedu di golongkankan atas 3 (tiga) golongan, yaitu:
a) Batu kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari
70% kolesterol.
b) Batu kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama.
c) Batu pigmen hitam
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk
dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.
2.7 Patofisiologi
2.7.1 Patogenesis Bentukan Batu Empedu
Avni Sali tahun 1984 membagi batu empedu berdasarkan komponen
yang terbesar yang terkandung di dalamnya. Hal ini sesuai dengan
pembagian dari Tetsuo Maki tahun 1995 sebagai berikut:
12
Batu Kolesterol
Pembentukan batu Kolesterol melalui tiga fase yaitu:
a. Fase Supersaturasi
Kolesterol, phospolipid (lecithin) dan garam empedu adalah
komponen yang tak larut dalam air. Ketiga zat ini dalam
perbandingan tertentu membentuk micelle yang mudah larut. Di
13
kadar
chenodeoxycholat
rendah,
padahal
14
15
16
17
19
2.9 Diagnosis
2.9.1
Anamnesis
Setengah
sampai
duapertiga
penderita
kolelitiasis
adalah
20
2.9.2
Pemeriksaan Fisik
Batu kandung empedu
Apabila
ditemukan
kelainan,
biasanya
berhubungan
dengan
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Batu kandung empedu yang asimtomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan pada pemeriksaan laboratorium. Apabila terjadi peradangan
akut, dapat terjadi leukositosis. Apabila terjadi sindroma mirizzi, akan
ditemukan kenaikan ringan bilirubin serum akibat penekanan duktus
koledukus oleh batu. Kadar bilirubin serum yang tinggi mungkin
21
22
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi
mempunyai
derajat
spesifisitas
dan
23
Kolesistografi
Untuk penderita tertentu, kolesistografi dengan kontras
cukup baik karena relatif murah, sederhana, dan cukup akurat
untuk melihat batu radiolusen sehingga dapat dihitung jumlah dan
ukuran batu. Kolesistografi oral akan gagal pada keadaan ileus
paralitik, muntah, kadar bilirubun serum diatas 2 mg/dl, okstruksi
pilorus, dan hepatitis karena pada keadaan-keadaan tersebut
kontras tidak dapat mencapai hati. Pemeriksaan kolesitografi oral
lebih bermakna pada penilaian fungsi kandung empedu.
2.10
Penatalaksanaan
Non Bedah
Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan
pengobatan. Nyeri yang hilang-timbul bisa dihindari atau dikurangi
dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Selain itu
tatalaksana non bedah terdiri dari atas lisis batu dan pengeluaran secara
endoskopik. Selain itu dapat dilakukan pencegahan kolelitiasis pada
24
Lisis batu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik
mungkin berhasil pada batu kolesterol. Terapi berhasil pada
separuh penderita dengan pengobatan selama satu sampai dua
tahun. Lisis kontak melalui kateter perkutan kedalam kandung
empedu dengan metilbutir eter berhasil setelah beberapa jam.
Terapi ini merupakan terapi invasive tetapi kerap disertai penyulit.
Pembedahan memang dilakukan untuk batu kandung
empedu yang simtomatik. Masalahnya, perlu ditetapkan apakah
akan dilakukan kolesistektomi profilaksis secara efektif pada yang
asimtomatik. Indikasi kolesistektomi elektif konvensional maupun
laparoskopik adalah kolelitiasis asimtomatik pada penderita
diabetes
mellitus
karena
serangan
kolelitiasis
akut
dapat
25
Pada Koledokolitiasis.
Penderita yang menunjukkan gejala kolangitis akut harus
26
ini
merupakan
standar
terbaik
untuk
b) Kolesistektomi laparaskopi
Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik
tanpa adanya kolesistitis akut. Karena semakin bertambahnya
pengalaman, banyak ahli bedah mulai melakukan prosedur ini pada
pasien dengan kolesistitis akut dan pasien dengan batu duktus
koledokus. Secara teoritis keuntungan tindakan ini dibandingkan
prosedur konvensional adalah dapat mengurangi perawatan di
rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan, pasien dapat cepat
kembali bekerja, nyeri menurun dan perbaikan kosmetik. Masalah
yang belum terpecahkan adalah kemanan dari prosedur ini,
berhubungan dengan insiden komplikasi seperti cedera duktus
biliaris yang mungkin dapat terjadi lebih sering selama
kolesistektomi laparaskopi.
27
28
Alternatif
Ada suatu terapi alternatif yang dinamakan gallbladder flush
atau liver flush. Jadi dalam terapi ini, kita minum 4 gelas apple
cider dan makan 5 buah apel per hari selama 5 hari, lalu segera
setelah itu mengonsumsi magnesium dan kemudian minum jus lemon
atau anggur yang dicampur minyak olive sebelum tidur. Paginya, kita
akan mengeluarkan kotoran berwarna hijau dan sesuatu yang berwarna
coklat (yang diyakini merupakan batunya) tanpa rasa sakit.
2.11
Komplikasi
Empiema
Perikolesistitis
29
Perforasi
e. Kolesistitis kronis
2.12
Pencegahan
30
BAB III
KESIMPULAN
dalam
saluran
empedu
(ductus
choledochus)
disebut
koledokolitiasis.
Penderita batu kandung empedu baru memberi keluhan bila batu tersebut
bermigrasi menyumbat duktus sistikus atau duktus koledokus, sehingga
gambaran klinisnya bervariasi dari yang tanpa gejala (asimptomatik), ringan
sampai berat karena adanya komplikasi. Dijumpai nyeri di daerah
hipokondrium kanan, yang kadang-kadang disertai kolik bilier yang timbul
menetap/konstan. Rasa nyeri kadang-kadang dijalarkan sampai di daerah
subkapula disertai nausea, vomitus dan dyspepsia, flatulen dan lain-lain.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan hipokondrium kanan, dapat
teraba pembesaran kandung empedu dan tanda Murphy positif. Dapat juga
timbul ikterus. Kolik bilier merupakan keluhan utama pada sebagian besar
pasien. Nyeri viseral ini berasal dari spasmetonik akibat obstruksi transient
duktus sistikus oleh batu. Dengan istilah kolik bilier tersirat pengertian
bahwa mukosa kandung empedu tidak memperlihatkan inflamasi akut.
Kolik bilier biasanya timbul malam hari atau dini hari, berlangsung lama
antara 3060 menit, menetap, dan nyeri terutama timbul di daerah
epigastrium. Nyeri dapat menjalar ke abdomen kanan, ke pundak,
punggung, jarang ke abdomen kiri dan dapat menyerupai angina pectoris.
Komplikasi
Asimtomatik,
yang
dapat
terjadi
pada
penderita
kolelitiasis
yaitu
32
Batu empedu sebagian besar berasal dari kolesterol, maka dari itu sebaiknya
kita mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti
makanan berlemak, terutama yang mengandung lemak hewani.
33