Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS MANAJEMEN

ASUHAN KEBIDANAN ANEMIA REMAJA PADA KELUARGA TN. A


DI RT.001 KELURAHAN LEGOK

PERIODE 3 – 15 OKTOBER 2022

DOSEN PEMBIMBING:
DIANE MARLIN, SST, M.Keb

DISUSUN OLEH:
LUSI JUYARTA PANJAITAN

213001070105

PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA NN. K DENGAN ANEMIA


DI RT 001 KELURAHAN LEGOK
LAPORAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

Nama Mahasiswa : Lusi Juyarta Panjaitan


NIM : 213001070105
Program Studi : S1 Kebidanan

Laporan Praktik Kebidanan Komunitas ini telah diperiksa dan telah disetujui oleh
Pembimbing Individu pada tanggal Oktober 2022.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing Praktik Komunitas

DIANE MARLIN, SST, M.Keb


NIDN. 1010301018091

Menyetujui,
Ketua Prodi S1 Kebidanan

DIANE MARLIN, SST, M.Keb


NIDN. 1010301018091

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iiii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan………………………… 5
C. Tujuan………………………………………………………. 6
D. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan……………. 6
E. Manfaat Penulisan…………………………………………… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……………………………………… 7
A. Konsep Remaja………………………………………… 7
B. Konsep Dasar Anemia…………...…………………….. 10
C. Hemoglobin……………………………………………. 18
D. TTD dan Buah Jambu…………………………………. 19
E. Manajemen Asuhan Kebidanan………………………. 25
F. Evidance Based ………………………………………. 27
BAB III. TINJAUAN KASUS................................................................ 332
BAB VI. PENUTUP…………………………………………………… 40
A. Kesimpulan…………………………………………….. 40
B. Saran…………………………………………………… 40
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….. 42

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan laporan tentang anemia pada remaja.
Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran. Terima kasih kepada Ibu Diane
Marlin, SST, M.Keb selaku dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk dan nasihat selama penulisan dalam menyusun laporan ini.
Harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isinya sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.

Jambi, Oktober 2022

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah keadaan dimana terjadi penurunan jumlah masa eritrosit
yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung
eritrosit. Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang
cukup dalam tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum
tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru. Pada dasarnya,
anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang
kurang mengandung zat besi. Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat
dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang baik,
maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang
nilai gizinya, maka akan menyebabkan kekurangan gizi dan dapat
menimbulkan anemia.(Kulsum, 2020)
World Health Organization (WHO 2020) Anemia adalah suatu kondisi
di mana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih
rendah dari normal. Hemoglobin diperlukan untuk membawa oksigen dan jika
sel darah merah terlalu sedikit atau abnormal, atau tidak cukup hemoglobin,
maka akan terjadi penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke
jaringan tubuh. Hal ini menyebabkan gejala seperti kelelahan, kelemahan,
pusing dan sesak napas, antara lain. Konsentrasi hemoglobin optimal yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi menurut usia,
jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal, kebiasaan merokok, dan status
kehamilan. Penyebab paling umum dari anemia termasuk kekurangan nutrisi,
terutama kekurangan zat besi, meskipun kekurangan folat, vitamin B12 dan A
juga merupakan penyebab penting; hemoglobinopati, dan penyakit menular,
seperti malaria, tuberkulosis, HIV, dan infeksi parasit.
Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang paling rentan
menderita anemia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan
kebutuhan zat gizi untuk proses pertumbuhan yang pesat. Riesiko ini lebih
besar pada remaja putri karena adanya proses kehilangan darah melalui

1
menstruasi (Alifah, et.al 2021). Remaja (adolescence) merupakan masa transisi
atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang di tandai adanya
perubahan fisik, psikis dan psikososial. Menurut WHO, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Salah satu masalah kesehatan yang
sering terjadi pada usia remaja ini terutama remaja wanita yaitu anemia (Dini
fitri damayanti, 2020).
Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut
(WHO, 2013), prevalensi anemia dunia berkisar 40-88%. Menurut data hasil
Riskesdas tahun 2018, prevalensi anemia diIndonesia yaitu 48,9% dengan
proporsi anemia ada di kelompok umur 15 – 24 tahun dan 25 – 34 tahun
(Kemenkes RI, 2018 ). Sejalan dengan penelitian (Ersalina diniati.et.al 2019)
Bahwah responden berjenis kelamin perempuan lebih rentan terkena anemia
dengan persentasi sebear 40% sedangkan laki-laki 6%. Perempuan lebih rentan
terkena anemia dikarenakan perempuan memiliki kadar HB lebih rendah dari
pada laki-laki. Selain itu perempuan membutuhkan asupan zat besi yang lebih
tinggi dari pada laki-laki karena perempuan mengalami kondisi seperti
mestruasi, kehamilan, menyusui, dan menopouse (Sabrina, Andisa, 2019).
Cut-off points anemia berbeda-beda antar kelompok umur, maupun
golongan individu. Kelompok umur atau golongan individu tertentu dianggap
lebih rentan mengalami anemia dibandingkan kelompok lainnya. Rujukan cut-
off point anemia balita 12–59 bulan adalah kadar Hb dibawah 11,0 g/dL. Anak
sekolah usia 6–12 tahun dianggap mengalami anemia bila kadar Hbnya <12,0
g/dl. Ibu hamil dianggap mengalami anemia bila kadar Hb-nya di bawah 11,0
g/dL. Sementara itu, laki- laki berusia ≥15 tahun dianggap mengalami anemia
bila kadar Hb <13,0 g/dL dan wanita usia subur 15–49 tahun mengalami
anemia bila kadar Hb <12,0 g/dL (Kemenkes RI 2013 dalam Purba dkk , 2021).
Anemia pada remaja putri berdampak jangka panjang baik pada dirinya
maupun pada anaknya. Sebagai perempuan nantinya akan hamil dan memiliki
anak, pada masa kehamilan ini, remaja yang sudah menderita anemia dapat
mengalami anemia yang lebih parah saat hamil karena kebutuhan gizi saat
hamil mengalami peningkatan. Jika tidak segera diatasi, maka dapat
membahayakan dirinya dan bayinya (Widyasih, Hesti, 2018 ). Sejalan dengan

2
penelitian (Adipati,et.al, 2020) dengan judul Pengaruh Anemia Ibu Hamil
Terhadap Berat Bayi Lahir Rendah: Studi Meta Analisis Beberapa Negara
Tahun 2015 Hingga 2019. Didapatkan kesimpulan bahwa Terdapat pengaruh
anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR. Deteksi anemia pada ibu hamil
perlu dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan peran tenaga keseharan dan
kader. Penyuluhan bagi remaja putri di sekolah dan posyandu harus dilakukan
secara berkala dan berkesinambungan.
Faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian anemia pada
remaja diantaranya rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya misalnya
vitamin A, vitamin C, folat, riboflavin dan B12, kesalahan dalam konsumsi zat
besi misalnya konsumsi zat besi bersamaan dengan zat lain yang dapat
mengganggu penyerapan zat besi tersebut ( Julaecha, 2020 ).
Berdasarkan hasil penelitian Siallagan dkk (2016) dimana hasil
penelitian menunjukan Asupan zat besi dan vitamin C merupakan variabel
yang paling mempengaruhi kadar Hb remaja di Pusdiklat Buddhis
Maitreyawira. Setiap kenaikan 1 mg asupan Fe akan meningkatkan kadar Hb
remaja sebesar 0,013 g/dl dan setiap penambahan 1 mg asupan vitamin C akan
meningkatkan kadar Hb remaja sebanyak 0,002 g/dl. vitamin C merupakan
unsur esensial yang sangat dibutuhkan tubuh untuk pembentukan Hb terutama
pada kondisi tubuh yang kekurangan asupan zat besi.
Gangguan penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh adanya vitamin
C dalam tubuh remaja. Vitamin C dapat membantu mereduksi besi ferri (Fe3+)
menjadi ferro (Fe2+) dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi tubuh,
proses reduksi tersebut akan semakin besar jika pH didalam lambung semakin
asam. Vitamin C dapat meningkatkan pH didalam lambung sehingga dapat
meningkatkan proses penyerapan zat besi hingga 30% (Hartono, 2011). Pola
makan yang kurang beragam seperti nasi dan kacang-kacangan saja kurang
mampu menyerap zat besi, karena daya serap zat besi yang berasal dari pangan
nabati jauh lebih rendah dibandingkan dengan hewani sehingga perlu
ditambahkan dengan sumber-sumber vitamin C untuk (Wirakusumah, 2009)
Psidium guajava L. atau sering biasa disebut jambu biji ini merupakan
tanaman yang berasal dari Amerika Serikat Tengah, lalu penyebaran tanaman

3
ini meluas ke kawasan Asia Tenggara dan ke wilayah Indonesia melalui
Thailand (Cahyono, 2010). Diperkirakan dari 150 jenis jambu biji yang
dikenal, jenis Guajava psidium yang dipercaya mengandung nutrien
antioksidan.
Kandungan vitamin C dalam jambu biji lebih tinggi dari buah jeruk,
dalam 100 gram buah jambu biji ini mengandung 183,5 mg vitamin C,
sedangkan pada 100 gram buah jeruk terkandung 50 sampai 70 mg vitamin C.
Kandungan vitamin C pada jambu biji sanggup memenuhi kebutuhan harian
anak berusia 13 sampai 20 tahun yang mencapai 80 sampai 100 mg per hari,
atau kebutuhan vitamin C harian orang dewasa yang mencapai 70 sampai 75
mg per hari. Dengan demikian, sebutir jambu biji dengan berat 275 per buah
dapat mencukupi kebutuhan harian akan vitamin C pada tiga orang dewasa atau
anak-anak (Yuan, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian Andaruni & Nurbaety (2018 : 104)
tentang efektivitas pemberian tablet zat besi (fe), vitamin c dan jus buah
jambu biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin (hb) remaja putri setelah
intervensi 8 minggu diperoleh rerata peningkatan kadar Hb tertinggi pada
kelompok tablet Fe + jus jambu biji sebesar 2,13 gr/dL, kelompok tablet
Fe+vitamin C sebesar1,23 gr/dL, dan kelompok tablet Fe sebesar 0,83 gr/dL.
Berdasarkan uji Anova setelah intervensi 2 minggu (p=0,010), setelah
intervensi 4 minggu (p=0,226),setelah intervensi 6 minggu (p=0,423), setelah
intervensi 8 minggu (p=0, 0,267)dengan α=0,05. Hal ini disebabkan karena jus
jambu biji tidak hanya memilikikandungan vitamin C yang tinggi tetapi juga
memiliki kandungan vitamin dan nutrisi lain seperti energi (49,00 kal), protein
(0,90 gram),lemak (0,30 gram),Karbohidrat (12,20 gram), Kalsium (14,00
gram), Fosfor (28,00 gram), serat (5,60 gram), besi (1,10 mg), vitamin A (4,00
RE), vitamin B1 (0,05 mg), vitamin B2 (0,04 mg), vitamin C87,00 mg, dan
vitamin B3 (1,10 gram). Hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar
hemoglobin pada kelompok suplementasi tablet Fe+jus jambu biji lebih
tinggi dibandingan dengan kelompok suplementasi tablet Fe+vitamin C dan
suplementasi tablet Fe.

4
Berdasarkan Penelitian (sholikhah & Rifa[atul. 2022) Tentang
Pemberian Jus Jambu Biji Berpengaruh Pada Kenaikan Kadar Hemoglobin
Remaja Putri Di Asrama Putri Sma Muhammadiyah 2 Yogyakarta.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden yang
berjumlah 29 remaja putri dengan memberikan intervensi berupa pemberian
jus jambu biji merah selama 7 hari berturut-turut dengan melakukan
pemeriksaan kadar HB mengalami peningkatan kadar HB dari yang semula
hanya 20 remaja (68,9%) yang mempunyai kadar HB normal setelah dilakukan
intervensi menjadi semua responden atau 29 remaja (100%) Hbnya menjadi
normal. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi jus jambu biji merah mengalami
peningkatan kadar Hb yang bermakna dari sbeelum diberikan jus jambu biji
merah.( Sholaikhah Sulistyoningtyas, 2022)
Didukung lagi penelitian Marlina dan Putriyani (2015 : &) tentang
efektifitas pemberian tablet Fe dan jus jambu biji terhadap peningkatan kadar
hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang mengalami anemia defisiensi zat besi
yaitu terdapat perbedaan rata-rata kadar Hb pada kelompok kontrol 0,10
dengan p value 0,811>0,05 dan kelompok perlakuan 0,34 dengan p value
0,317>0,05, Dapat dilihat selisih rata-rata selisih rata-rata pemberian tablet Fe
(0,10 gr/dL), pemberian tablet Fe + jus jambu biji (0,34 gr/dL). Jadi, ada
peningkatan kadar Hb antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yaitu
0,24 gr/dL.
Sesuai rekomendasi WHO tahun 2011, upaya penanggulangan anemia
pada rematri dan WUS difokuskan pada kegiatan promosi dan pencegahan,
yaitu peningkatan konsumsi makanan kaya zat besi, suplementasi TTD, serta
peningkatan fortifikasi bahan pangan dengan zat besi, vitamin C dan asam
folat. Organisasi profesi dan sektor swasta diharapkan dapat berkontribusi
mendukung kegiatan komprehensif Promotif dan Preventif untuk menurunkan
prevalensi anemia pada rematri dan WUS (Kemenkes RI, 2018 : 2)

B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Pembahasan laporan bidan komunitas tentang Anemia pada Remaja Putri.

5
C. Tujuan
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan anemia pada remaja putri di RT 001 Kelurahan Legok Kota Jambi.

D. Sasaran, Tempat, Dan Waktu Asuhan Kebidanan


1. Sasaran
Nn. K di RT.001 Kelurahan Legok Kota Jambi
2. Tempat
Di Rumah Tn. A yang berada di RT.001 Kelurahan Legok Kota Jambi
3. Waktu
Pada hari Rabu tanggal 13 Oktober 2022

E. Manfaat
1. Manfaat Institusi
Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi
penulis karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru
tentang anemia pada remaja.
2. Manfaat Bagi Institusi Lain
Sebagai bahan masukan bagi institusi terkait dalam pengembangan
program pendidikan dapat memberikan pelayanan kebidanan yang aktual
dan profesional pada masyarakat.
3. Manfaat Bagi Penulis
Penulis ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi
penulis karena meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan menambah
wawasan baru tentang anemia pada remaja.
4. Manfaat Bagi Klien
Agar menambah wawasan klien tentang anemia pada remaja serta
penganan yang tepat.
5. Manfaat Ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
menambah pengetahuan serta bahan acuan dari penulis lainnya

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja dalam beberapa istilah lain disebut puberteit, adolescence,
dan youth. Dalam bahasa Latin, remaja dikenal dengan kata adolescere dan
dalam bahasa Inggris adolesence yang berarti tumbuh menuju kematangan.
Kematangan yang dimaksud bukan kematangan fisik saja, namun juga
kematangan sosial dan psikologi (Kumalasari dan Adhyantoro, 2013).
Kusmiran (2012) mengatakan bahwa remaja merupakan masa di mana
individu mengalami perubahan-perubahan dalm aspek kognitif
(pengetahuan), emosi (perasaan), sosial (interaksi), dan moral (akhlak).
Masa remaja disebut juga sebagai masa peralihan .(Rima wiren, 2020).
Sarwono (2011) menyatakan bahwa remaja adalah suatu masa
dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-
tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa, serta terjadi peralihan dari ketergatungan sosial
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.(Eka ningsih,
et.al, 2021).
Dari beberapa pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa remaja
adalah individu usia 10-19 tahun dan belum menikah, peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan perubahan psikologis, dan
perubahan sosial.(Eka ningsih, et.al, 2021)
2. Kebutuhan Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat berkaitan dengan
besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode
pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Pada remaja putri terjadinya
growth spurt pada usia 10-12 tahun. Kebutuhan gizi relatif besar,
dikarenakan pada masa pertumbuhan. Selain itu, remaja juga melakukan
aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan usia yang lainnya, sehingga

7
dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak (Andriani dan Wirjatmadi, 2014).
Zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya adalah:
1. Protein
2. Zat besi
3. Vitamin B12
4. Vitamin C
5. Asam Folat
3. Permasalahan Gizi Remaja
1) Anemia
Anemia gizi merupakan masalah yang paling tinggi di Indonesia,
yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia gizi dapat
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, vitamin C, pirioksin,
vitamin E (Almatsier, 2010). Remaja yang lebih sering mengalami
anemia adalah remaja putri, hal ini disebabkan remaja putri dalam usia
reproduksi setiap harinya memerlukan zat gizi tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan remaja putra karena remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulan (Arisman, 2009).
2) Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut
Myers (2008) seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi
pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka. Angka kejadian
obesitas meningkat dengan pesat akibat pola hidup tidak aktif. Aktifitas
fisik yang minimal pada waktu luang digunakan untuk menonton
televisi, dan bermain video games pada anak-anak meningkatkan angka
kejadian obesitas (Adiwinanto, 2008).
3) Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)
Gaki merupakan masalah kesehatan yang masih membutuhkan
perhatian dan penanganan serius karena dampaknya dapat
mempengaruhikelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia
(Santoso, 2009). Semua gangguan ini dapat berakibat pada rendahnya

8
prestasi belajar anak usia sekolah, rendahnya produktivitas kerja pada
orang dewasa serta timbulnya berbagai masalah sosial ekonomi
masyarakat yang dapat menghambat pembangunan (Depkes, 2010).
4. Tahapan Tumbuh Kembang Remaja
Tahapan tumbuh kembang remaja terdiri dari beberapa tahap dengan
karakteristik yang khas di masing-masing tahapannya. Smetana (2011)
membagi tumbuh kembang remaja menjadi tiga tahapan berikut.(Rima
wiren, 2020).
1) Remaja awal (11-13 tahun/early adolescence)
Kematangan seksual antara remaja laki-laki dan perempuan
terjadi pada usia yang berbeda. Coleman dan Hendry (1990) dan
Walton (1994) mengatakan bahwa kematangan seksual pada remaja
laki-laki biasanya terjadi pada usia 10-13,5 tahun, sedangkan remaja
perempuan 9-15 tahun (Notoatmodjo, 2010). Pada tahap awal ini
remaja lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya secara seksual
ditandai dengan terjadinya peningkatan ketertarikan pada anatomi
seksual. Selain itu, ia akan merasa cemas dan timbul banyak
pertanyaan mengenai perubahan alat kelamin dan ukurannya.
2) Remaja pertengahan (14-17 tahun/middle adolescence)
Remaja pada masa ini cenderung berperilaku agresif ditandai
emosi yang berlebihan dalam merespons suatu kejadian. Faktor
perilaku agresif pada remaja umumnya dipengaruhi oleh faktor luar,
seperti orang tua, teman, dan lingkungan sekitar anak remaja. Ia
berperilaku agresif akibat menolak diperlakukan seperti anak-anak
dan berharap memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. Selain
itu, remaja kurang percaya pada orang dewasa sehingga mencoba
bersikap mandiri yang sering tampak dalam bentuk penolakan,
misalnya penolakan terhadap pola makan keluarga.
3) Remaja akhir (18-21 tahun/late adolescence)
Remaja akhir disebut dewasa muda karena mulai
meninggalkan dunia kanak-kanak. Kumalasari (2012) menjelaskan
bahwa transisi dalam nilai-nilai moral pada remaja dimulai dengan

9
meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang
dianut orang dewasa. Remaja lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri,
dapat mewujudkan rasa cinta, dan belajar menyesuaikan diri dengan
norma-norma yang berlaku. Remaja akan mulai merasakan beban atau
tanggung jawab dalam mencari pendidikan yang baik atau pekerjaan
yang lebih mapan.

B. Konsep Dasar Anemia


1. Pengertian Anemia
Anemia Adalah suatu keadaan dimana rendahnya kadar hemoglobin
(Hb) dalam darah kurang dari 12g/dL untuk anak sekolah dan wanita
dewasa (Kemenkes RI, 2019:152). Anemia adalah suatu keadaan dimana
kadar hemoglobin, hematokrit dan sel darah merah lebih rendah dari nilai
normal sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur
makanan esensial (Arisman dalamRahayu, dkk , 2019).
Anemia adalah suatu kondisi media di mana jumlah sel darah merah
atau hemoglobin kurang dari normal. Kadar hemoglobin umumnya berbeda
pada laki-laki dan perempuan. Untuk pria, anemia biasanya didefinisikan
sebagai kadar hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100 ml dan pada wanita
sebagai hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100 ml (Proverawati, 2011).
Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel
darah merah yang schat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan
tubuh. Anemia adalah suatu kondisi dimana konsentrasi hemoglobin lebih
rendah dari biasanya. Kondisi ini mencerminkan kurangnya jumlah
eritrosit dalam sirkulasi. Akibatnya, jumlah oksigen yang dikirim ke
jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukanlah penyakit yang spesifik
namun merupakan tanda kelainan mendasar.
Anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh kerusakan atau oleh
produksi eritrosit yang tidak memadai berdasarkan faktor kemampuan
sumsum untuk merespon eritrosit yang menurun (yang dibuktikan dengan
peningkatan jumlah retikulosit dalam darah beredar); tingkat dimana

10
eritrosit mudah berkembang biak di sumsum tulang (seperti yang diamati
pada biopsi susmsum tulang); serta ada tidaknya hasil akhir dari kerusakan
eritrosit dalam sirkulasi (misalnya, peningkatan kadar bilirubin, penurunan
tingkat haptoglobin) (Jitowiyono, 2018).
Hemoglobin adalah salah satu komponen dalam sel darah
merah/eritrosit yang berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkannya ke seluruh sel jaringan tubuh. Oksigen diperlukan oleh
jaringan tubuh untuk melakukan fungsinya. Hemoglobin dibentuk dari
gabungan protein dan zat besi dan membentuk sel darah merah/eritrosit.
Ketika jumlah sel darah merah berkurang atau jumlah hemoglobin di
dalamnya rendah, darah tidak dapat membawa pasokan oksigen yang
cukup. Pasokan oksigen yang tidak adekuat dalam jaringan menyebabkan
gejala anemia (Ernawati, dkk, 2018 : 7).
2. Klasifikasi Anemia
Menurut Wong (2009 : 1117) anemia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1) Etiologi atau fisiologi yang dimanifestasikan dengan penurunanjumlah
eritrosit atau hemoglobin dan tidak dapat kembali, seperti:
a. Kehilangan darah yang berlebihan. Kehilangan darah yang
berlebihan dapat diakibatkan karena perdarahan (internal atau
eksternal) yang bersifat akut ataupun kronis.
b. Destruksi (hemolisis) eritrosit. Sebagai akibat dari defek
intrakorpuskular didalam sel darah merah (misalnya anemia sel
sabit) atau faktor ekstrakorpuskular (misalnya, agen infeksius, zat
kimia, mekanisme imun) yang menyebabkan destruksi dengan
kecepatan yang melebihi kecepatan produksi eritrosit.
c. Penurunan atau gangguan pada produksi eritrosit atau
komponennya. Sebagai akibat dari kegagalan sumsum tulang(yang
disebabkan oleh faktor-faktor seperti neoplastik, radiasi, zat-zat
kimia atau penyakit) atau defisiensi nutrien esensial (misalnya zat
besi).

11
2) Morfologi, yaitu perubahan khas dalam ukuran, bentuk dan warna sel
darah merah.
a. Ukuran sel darah merah: normosit (normal), mikrosit (lebih kecil
dari ukuran normal) atau makrosit (lebih besar dari ukuran normal)
b. Bentuk sel darah merah: tidak teratur, misalnya: poikilosit (sel
darah merah yang bentuknya tidak teratur), sferosit (sel darah
merah yang bentuk nya globular) dan depranosit (sel darah merah
yang bentuk nya sabit/sel sabit).
c. Warna/sifatnya terhadap pewarnaan: mecerminkan konsentrasi
hemoglobin; misalnya normokromik (jumlah hemoglobin cukup
atau normal), hipokromik (jumlah hemoglobin berkurang).
3. Jenis-Jenis Anemia

Menurut Rahayu (2019 : 23) adapun jenis – jenis anemia sebagai


berikut :

1) Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia yang paling banyak terjadi utamanya pada remaja putri adalah
anemia akibat kurangnya zat besi. Zat besi merupakan bagian dari
molekul hemoglobin.

2) Anemia Defisiensi Vitamin C

Anemia defisiensi vitamin C disebabkan oleh kekurangan vitamin C


yang berat dalam jangka waktu lama. Salah satu fungsi vitamin C
adalah membantu mengasorbsi zat besi, sehingga jika terjadi kekuranga
vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurangdan bisa
terjadi anemia.

3) Anemia Makrositik

Jenis anemia ini disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin B12 atau
asam folat. Anemia ini memiliki ciri sel-sel darah abnormal dan
berukuran besar (makrositer) dengan kadar hemoglobin per eritrosit
yang normal atau lebih tinggi (hiperkrom) dan MCV tinggi. MCV atau
Mean Corpuscular Volume merupakansalah satu karakteristik sel darah
merah.

12
4) Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik terjadi bila sel darah merah dihancurkan jauh lebih
cepat dari normal dimana umur sel darah merah normalnya adalah 120
hari. Pada anemia hemolitik umur sel darah merah lebih pendek
sehingga sumsum tulang penghasil sel darah merah tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan sel darah merah.

5) Anemia Sel Sabit

Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah suatu penyakit keturunan
yang ditandai dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan
anemia hemolitik kronik.

6) Anemia Aplastik

Anemia aplastik terjadi apabila sumsum tulang tempat pembuatan


darah merah terganggu. Kejadian anemia aplastik menyebabkan
terjadinya penurunan produksi sel darah (eritrosit, leukosit dan
trombosit). Anemia aplastik terjadi karena disebabkan oleh bahan
kimia, obat-obatan, virus dan terkait dengan penyakit- penyakit yang
lain.
4. Patofisiologi Anemia
Menurut Peterson & Cornacchia dalam Ernawati (2018 : 8) , Anemia
terjadi melalui tiga mekanisme (patofisiologi) utama, yaitu:
a) Adanya masalah produksi dan maturasi sel darah merah atau
eritropoiesis yang tidak efektif sehingga sel darah merah yang
dihasilkan sedikit atau tidak berkualitas, kondisi ini disebut
hipoploriferatif,
b) Adanya peningkatan penghancuran atau lisis sel darah merah, ini
disebut kondisi hemolisis, dan
c) Kehilangan darah melalui perdarahan akut (segera) atau kronis
(menahun).
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan
zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Tahap yang lebih

13
lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan
transferin,berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi darah
dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi
anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Hb ( Rahayu ,
2019 :11).
5. Diagnosis Anemia
Menurut Kemenkes RI (2018 : 13) Penegakkan diagnosis anemia
dilakukan dengan pemeriksaaan laboratorium kadar hemoglobin/Hb dalam
darah dengan menggunakan metode Cyanmethemoglobin (WHO, 2001).
Hal ini sesuai dengan Permenkes Nomor 37 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. Rematri dan
WUS menderita anemia bila kadar hemoglobin darah menunjukkan nilai
kurang dari 12 g/dL.
6. Tanda dan Gejala Anemia
a. Anemia Ringan
Berdasarkan WHO, anemia ringan merupakan kondisi dimana kadar
Hb dalam darah diantara Hb 8 g/dl -9,9 g/dl. Sedangkan berdasarkan
Depkes RI, anemia ringan yaitu ketika kadar Hb diantara Hb 8 g/dl <11
g/dl. Jumlah sel darah yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya
pengiriman oksigen ke setiap jaringan seluruh tubuh sehingga muncul
tanda dan gejala serta dapat memperburuk kondisi medis lainnya. Pada
anemia ringan umumnya tidak menimbulkan gejala karena anemia
berlanjut terus-menerus secara perlahan sehingga tubuh beradaptasi
dan mengimbangi perubahan. Gejala akan muncul bila anemin
berlanjut menjadi lebih berat. Gejala anemia yang mungkin muncul:
1) Kelelahan
2) Penurunan energi
3) Kelemahan
4) Sesak nafas ringan
5) Palpitasi
6) Tampak pucat (Damayanti, 2017)

14
Menurut Kemenkes RI (2018 : 16) Tanda dan Gejala yang
sering ditemui pada penderita anemia adalah 5 L (Lesu, Letih, Lemah,
Lelah, Lalai), disertai sakit kepala dan pusing (“kepala muter”), mata
berkunang-kunang, mudah mengantuk, cepat capai serta sulit
konsentrasi. Secara klinis penderita anemia ditandai dengan “pucat”
pada muka, kelopak mata, bibir, kulit, kuku dan telapak tangan.
b. Anemia Berat
Menurut WHO anemia berat merupakan kondisi dimana
kadar Hb dalam darah dibawah <6 g/dl. Sedangkan berdasarkan
Depkes RI, anemia berat yaitu ketika kadar Hb dibawah <5 g/dl.
Beberapa tanda yang mungkin muncul pada penderita anemia berat
yaitu:
1) Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan tinja lengket dan
berbau busuk, berwarna merah manin, atau tampak berdarah jika
anemia karena kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2) Denyut jantung cepat
3) Tekanan darah rendah
4) Frekuensi penapasan cepat
5) Pucat atau kulit dingin
6) Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel
darah merah.
7) Murmur jantung
8) Pembesaran limpa dengan penyebab anemia tertentu (Damayanti,
2017)
7. Penyebab Anemia
Menurut Kemenkes RI (2018:14) Anemia terjadi karena berbagai sebab,
seperti defisiensi besi, defisiensi asam folat, vitamin B12 dan protein.
Secara langsung anemia terutama disebabkan karena produksi/kualitas sel
darah merah yang kurang dan kehilangan darah baik secara akut atau
menahun. Ada 3 penyebab anemia, yaitu:

15
1) Defisiensi zat gizi
Rendahnya asupan zat gizi baik hewani dan nabati yang merupakan
pangan sumber zat besi yang berperan penting untuk pembuatan
hemoglobin, sebagai komponen dari sel darah merah/eritrosit. Zat
gizi lain yang berperan penting dalam pembuatan hemoglobin antara
lain asam folat dan vitamin B12. Pada penderita penyakit infeksi kronis
seperti TBC, HIV/AIDS, dan keganasan seringkali disertai anemia,
karena kekurangan asupan zat gizi atau akibat dari infeksi itu sendiri.
2) Perdarahan (Loss of blood volume)
a) Perdarahan karena kecacingan dan trauma atau luka yang
mengakibatkan kadar Hb menurun.
b) Perdarahan karena menstruasi yang lama dan berlebihan
3) Hemolitik
a) Perdarahan pada penderita malaria kronis perlu diwaspadai karena
terjadi hemolitik yang mengakibatkan penumpukan zat besi
(hemosiderosis) di organ tubuh, seperti hati dan limpa.
b) Pada penderita Thalasemia, kelainan darah terjadi secara genetik
yang menyebabkan anemia karena sel darah merah/eritrosit cepat
pecah, sehingga mengakibatkan akumulasi zat besi dalam tubuh.
8. Dampak Anemia
Menurut Kemenkes RI (2018 :17) Anemia dapat menyebabkanberbagai
dampak buruk pada rematri dan WUS, diantaranya:

1) Menurunkan daya tahan tubuh sehingga penderita anemia mudah


terkena penyakit infeksi

2) Menurunnya kebugaran dan ketangkasan berpikir karena kurangnya


oksigen ke sel otot dan sel otak.

3) Menurunnya prestasi belajar dan produktivitas kerja/kinerja


9. Pencegahan Anemia pada Remaja Putri
Menurut Sunita dalam Rahayu (2019 : 83), cara mencegah anemia
adalah:
1) Meningkatkan konsumsi makanan bergizi dan kaya akan zat besi, dan
mengandung Vitamin C.

16
2) Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD). Tablet tambah darah adalah tablet besi folat
yang setiap tabletmengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat. Anjuran minum yaitu minumlah 1
(satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1
tablet setiap hari selama haid.
3) Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia
seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.
10. Penanganan Anemia
Beberapa pilihan penanganan anemia secara umum di berikan untuk
mengatasi anemia antara lain sebagai berikut.
1) Konsumsi zat besi (defisiensi zat besi)
2) Konsumsi vitamin C
3) Konsumsi vitamin B12 dan asam folat
4) Mengonsumsi probiotik
5) Obat-obatan
6) Transfusi darah
7) Transplatasi sel sum-sum tulang belakang
8) Pembedahan
9) plasmapheresis
Menurut Rahayu (2019 : 85), Tindakan penting yang dilakukan untuk
penanganan kekurangan zat besi antara lain:
1) Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar zat
besi yang cukup secara rutin pada usia remaja seperti mengonsumsi
zat besi dari sumber hewani yaitu daging, ikan, unggas, dan makanan
laut.
2) Mengonsumsi Suplementasi zat besi (TTD)
Memberi terapi farma kologi untuk menambah kadar hemoglobin
dalam darah selain dari makanan.
3) Mengonsumsi sari buah atau jus buah yang mengandug Vitamin C
yang tinggi. Salah satu buah yang banyak mengandung Vitamin C
yaitu jambu biji.

17
4) Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak
diberi bersama susu, kopi, teh, minuman ringan yang mengandung
karbonat, multivitamin yang mengandung fosfat dan kalsium.

C. Hemoglobin
1. Pengertian
Hemoglobin merupakan suatu substansi protein dalam sel darah
gterdiri merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan pembawa
oksigen (Anggraeni, 2012). Hemoglobin adalah komponen sel darah
merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Oksigen
diperlukan tubuh untuk membantu proses metabolisme. Zat besi
merupakan komponen utama dalam pembentukan sel darah merah.
Kebutuhan zat besi meningkat terjadi pada masa pertumbuhan seperti
bayi, anak-anak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kehilangan zat besi
pada remaja putri sering terjadi karena mengalami menstruasi (Sin-sin,
2010).
Hemoglobin adalah senyawa yang membawa oksigen pada sel darah
merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml
darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada
darah. Hemoglobin merupakan pigmen protein yang mengandung zat
besi yang terdapat didalam sel darah merah dan berfungsi membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh (Irianto, 2010).
Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan
dengan oksigen itu membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah
(Evelyn, 2009).
2. Fungsi Hemoglobin
Menurut Sadikin (2006) dalam Widyastuti (2014) Hemoglobin di
dalam darah membawa oksigen dari paru-paru keseluruh jaringan tubuh.
Tubuh mengandung kurang lebih 80% zat besi yang terdapat di dalam
hemoglobin. Fungsi hemoglobin di dalam tubuh antara lain):
1) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam
jaringan tubuh.

18
2) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3) Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil
metabolisme ke paru-paru untuk di buang.
4) Membawa zat-zat nutrisi yang akan diedarkan ke seluruh tubuh.
5) Memberi warna merah pada darah.

D. Tablet Tambah Darah (TTD) dan Buah Jambu


1. Tablet Tambah Darah
a) Pengertian
Tablet tambah darah (TTD) merupakan suplemen zat gizi
yang mengandung 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat (sesuai
rekomendasi WHO). TTD bila diminum secara teratur dan sesuai
aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi.
b) Kandungan TTD
Mengandung 60mg besi, dan 0,2 asam folat. Tablet tambah
darah sangat dianjurkan jika diminum bersamaan dengan vitamin C
atau Vitamin B12, karena keduanya merupakan katalisator yang
membuat penyera, Jan tablet tambah darah menjadi lebih cepat dan
maksimal.(Siti rahma, et.al, 2021)
c) Mekanisme penyerapan TTD
a) Penyerapan zat besi terjadi di usus dua belas jari (duodenum) dan
usus halus (jejenum) bagian atas.
b) Zat besi memasuki lambung dari kerongkongan dalam bentuk
besi (ferri) kemudian teroksidasi dalam bentuk besi larut (ferro).
c) Asam lambung akan menurunkan pH sehingga dapat
meningkatkan kelarutan dan penyerapan zat besi.
d) Ketika produksi asam lambung terganggu, penyerapan zat besi
juga akan terganggu.
e) Setelah berbentuk ferro, sel mukosa usus pada duodenum dan
jejenum akan menyerap zat besi ini. Penyerapan zat besi dibantu
oleh protein khusus yaitu transferin (tf).

19
f) Protein tersebut berfungsi mengangkut zat besi dari saluran cerna
ke seluruh jaringan tubuh khususnya sumsum tulang belakang,
yang akan digunakan untuk membentuk hemoglobin sel darah
merah.
2. Buah Jambu
1) Pengertian
Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn.) termasuk
Genus Psidium, famili Myrtaceae. Bagian yang paling penting dari
jambu biji adalah buahnya. Buah yang sudah masak atau matang
mengandung gizi yang cukup tinggi. Buah jambu biji biasanya
dimanfaatkan sebagai buah segar atau olahan berupa jus
(Rismunandar dalam Sinaga, 2016).
Penyebaran Famili Myrtaceae yang terdiri dari 150 genus
dan lebih dari 3500 spesies tersebar luas di daerah-daerah tropila dan
subtropika, dan juga di daerah beriklim sedang, seperti Australia.
Famili ini antara lain terdiri dari dua subfamili yang sangat dekat,
yaitu Myrtoideae yang tersebar luas terutapa di daerah tropika
Amerika, dan Leptospermoideae, yang tersebar terutama di Malaysia,
Australia, dan Polinesia. Jambu biji (Psidium guajava linn), yang
terdapat di Indonesia berasal dari daerah tropika Amerika,dan
dibudidayakan di seluruh kepulauan Indonesia sebagai pohon buah-
buahan

Gambar 2.1 Buah Jambu Biji

20
Jambu biji dalam dunia tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : permatophyta
Sub devisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
2) Kandungan Jambu Biji
Salah satu buah yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin
adalah jambu biji, kandungan zat kimia dalam buah jambu biji adalah
asam amino (triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang. vitamin
A, vitamin B1, dan vitamin C. Kandungan mineral yang ada dalam
buah jambu biji dapat mengatasi penderita anemia (kekurangan darah
merah) karena di dalam buah jambu biji merah mengandung juga zat
mineral yang dapat memperlancar proses pembentukan hemoglobin
sel darah merah. Kandungan mineral seperti magnesium, tembaga
dan mangan. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai faktor rekan
untuk enzim antioksidan, superoksida dismutasi. Tembaga
dibutuhkan dalam produksi darah merah (Ningtyastuti, 2018).
Buah jambu biji merah mengandung vitamin C, vitamin A,
zat alsium dan fosfor. Kandungan vitamin C buah jambu biji merah
5 kali lebih banyak dibandingkan dengan jeruk. Senyawa lain dalam
buah bu biji yang berfungsi sebagai antioksidan adalah karotenoid
seperti beta-karoten, lycopene, beta-cryptoxanthin dan polifenol.
Pada buah jambu biji merah juga dijumpai fosfat, oksalat asam, asam
malat.
3) Manfaat Jambu Biji
Jambu biji merupakan buah sebagai sumber vitamin A (beta
karoten) dan kaya dengan vitamin C. Semua buah-buahan

21
mengandung vitamin C, namun buah jambu mempunyai kandungan
vitamin C tertinggi dibandingkan buah lainnya. Vitamin C dalam
buah jambu biji memiliki fungsi menjaga pembuluh kapiler,
mencegah anemia, sariawan, gusi bengkak dan berdarah. Selain itu
vitamin C dapat menjaga kekebalan tubuh dalam melawan berbagai
infeksi, sehingga terjaga dari penyakit flu, demam dan batuk
(Afrianti, 2010). Keistimewaan buah jambu biji merah yang memiliki
berbagai jenis antioksidan yang bermanfaat untuk mencegah
terjadinya oksidasi atau menetralkan senyawa yang telak teroksidasi
(Rismunandar dalam Sinaga, 2016)
4) Mekanisme Penyerapan Vitamin C Pada Jus Jambu Biji
a) Vitamin C membentuk askorbat besi kompleks yang larut dan
mudah diserap oleh organ-organ pada tubuh manusia.
b) Pengubahan zat besi non-heme dalam bentuk senyawa anorganik
Ferri (Fe3+) menjadi Ferro (Fe2+) akan semakin besar bila pH di
dalam lambung semakin asam.
c) Vitamin C dapat menambah keasaman sehingga dapat membantu
penyerapan zat besi di dalam lambung.
d) Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebanyak
30%. Semakin sering seseorang mengonsumsi vitamin C,
semakin tinggi kadar hemoglobin.(herdinarta, 2017)
5) Kaitan Jambu Biji dengan Peningkatan Kadar HB
Berdasarkan Penelitian (sholikhah & Rifa[atul. 2022)
Tentang Pemberian Jus Jambu Biji Berpengaruh Pada Kenaikan
Kadar Hemoglobin Remaja Putri Di Asrama Putri Sma
Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan pada responden yang berjumlah 29 remaja putri dengan
memberikan intervensi berupa pemberian jus jambu biji merah
selama 7 hari berturut-turut dengan melakukan pemeriksaan kadar
HB mengalami peningkatan kadar HB dari yang semula hanya 20
remaja (68,9%) yang mempunyai kadar HB normal setelah dilakukan
intervensi menjadi semua responden atau 29 remaja (100%) Hbnya

22
menjadi normal. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi jus jambu biji
merah mengalami peningkatan kadar Hb yang bermakna dari
sbeelum diberikan jus jambu biji merah,
Didukung lagi penelitian Marlina dan Putriyani (2015 : &)
tentang efektifitas pemberian tablet Fe dan jus jambu biji terhadap
peningkatan kadar hemoglobin (Hb) pada remaja putri yang
mengalami anemia defisiensi zat besi yaitu terdapat perbedaan rata-
rata kadar Hb pada kelompok kontrol 0,10 denganp value 0,811>0,05
dan kelompok perlakuan 0,34 dengan p value 0,317>0,05, Dapat
dilihat selisih rata-rata selisih rata-rata pemberian tablet Fe (0,10
gr/dL), pemberian tablet Fe + jus jambu biji (0,34 gr/dL). Jadi, ada
peningkatan kadar Hb antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yaitu 0,24 gr/dL.
Berdasarkan hasil penelitian Andaruni & Nurbaety (2018 :
104) tentang efektivitas pemberian tablet zat besi (fe), vitamin c
dan jus buah jambu biji terhadap peningkatan kadar hemoglobin
(hb) remaja putri setelah intervensi 8 minggu diperoleh rerata
peningkatan kadar Hb tertinggi pada kelompok tabletFe + jus jambu
biji sebesar 2,13 gr/dL, kelompok tablet Fe+vitamin C sebesar1,23
gr/dL, dan kelompok tablet Fe sebesar 0,83 gr/dL. Berdasarkan uji
Anovasetelah intervensi 2 minggu (p=0,010), setelah intervensi 4
minggu (p=0,226), setelah intervensi 6 minggu (p=0,423), setelah
intervensi 8 minggu (p=0, 0,267)dengan α=0,05. Hal ini disebabkan
karena jus jambu biji tidak hanya memiliki kandungan vitamin C
yang tinggi tetapi juga memiliki kandungan vitamin dan nutrisi lain
seperti energi (49,00 kal), protein (0,90 gram),lemak (0,30 gram),
Karbohidrat (12,20 gram), Kalsium (14,00 gram), Fosfor (28,00
gram), serat (5,60 gram), besi (1,10 mg), vitamin A (4,00 RE),
vitamin B1 (0,05 mg), vitamin B2 (0,04 mg), vitamin C87,00 mg, dan
vitamin B3 (1,10 gram). Hal ini yang menyebabkan peningkatan
kadar hemoglobin pada kelompok suplementasi tablet Fe+jus

23
jambu biji lebih tinggi dibandingan dengankelompok suplementasi
tablet Fe+vitamin C dan suplementasi tablet Fe.
3. Jus Buah
1) Pengertian
Jus buah adalah minuman ringan yang dibuat dari buah dan
air minum atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan. Selain itu, konsisten yang cair dari jus
memungkinkan zat-zat terlarutnya mudah diserap oleh tubuh.
Dengan dibuat jus, dinding sel selulosa dari buah akan hancur dan
larut sehingga lebih mudah untuk dicerna oleh lambung dan saluran
pencemaan (Wirakusumah, 2013).
Jus buah adalah minuman buah segar sejenis jajanan dengan
bahan dasar dari buah-buahan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat luas karena kandungan gizi dan vitaminya yang sangat
baik bagi kesehatan, Pengolahan yang baik dan benar pada dasarnya
adalah mengelolah makanan dan minuman berdasarkan kaidah-
kaidah dari prinsip hygiene sanitasi makanan (Depkes RI, 2010)
2) Proses Pembuatan Jus Jambu Biji
1. Proses pembuatan jus ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain:
a) Bahan-bahan
• 100 gram jambu biji merah
• 1sdm madu untuk pemanis
• 100ml air matang
b) Alat-alat
• Blender
• Pisau
• Gelas
• wadah
c) Cara pembuatan jus
• Siapkan blender

24
• Cuci buah jambu kemudian potong agar mudahh
hancur
• Masukkan ke dalam blender
• Tambahkan madu dan air putih
• Proses hingga halus
• Saring, tuangkan ked lam gelas dan sajikan segera

E. Tinjauan Umum Tentang Manajemen Kebidanan


1. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam
rangkaian/ tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien atau pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
2. Tahapan dalam manajemen kebidanan
Menurut Varney (2007 : 26-28) dalam Handayani (2017 : 131) Tahapan
dalam manajemen kebidanan ada 7 langkah yaitu
1) Langkah I : Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang
diperlukan untuk megevaluasi keadaan klien secara lengkap.
Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
2) Langkah II: Interpretasi data dasar
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah
klien atau kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-
data yang telah dikumpulkan
3) Langkah III: mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan

25
pencegahan. Penting untuk melakukan asuhan yang aman.
4) Langkah IV: Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V: Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Rencana asuhan yg menyeluruh meliputi apa
yang sudah diidentifikasi dari klien dan dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan
akan terjadi berikutnya.
6) Langkah VI: Melaksanakan perencanaan
Melaksanakan rencana asuhan pada langkah ke lima secaraefisien
dan aman. Jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya.
7) Langkah VII: Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
diidentifikasikan didalam masalah dan diagnosa.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
1) Data subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata
mencakup nama, umur, pekerjaan,status perkawinan, pendidikan
serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung
pada klien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
2) Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti
pemeriksaan laboratorium.

26
3) Assesmen/Diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah
yang mencakup kondisi tersebut. Penegakan diagnose kebidanan
dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi
ancaman keselamatan ibu.
4) Planning/Perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan
oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk mencegah masalah
pasien/klien. (Wahyuningsih, 2018:267).

F. Teori Evidence Based Midwifery


1. Pengertian
Evidence based artinya berdasarkan bukti. Artinya tidak lagi
berdasarkan pengalaman atau kebiasaaan semata (Jayanti , 2019 : 1).
Evidence based midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan
(Gray,1997 dalam Jayanti , 2019 : 1).
2. Manfaaat Evidence based Midwifery dalam Praktik Kebidanan
Dengan pelaksanaan praktik asuhan kebidanan yang berdasarkan
evidence based tersebut tentu saja bermanfaat membantu mengurangi
angka kematian ibu hamil dan risiko-risiko yang dialami selama
persalinanbagi ibu dan bayi serta bermanfaat juga untuk memperbaiki
keadaan kesehatan masyarakat (Jayanti, 2019 : 3)
3. Kategori Evidence Based
Menurut World Health Organization dalam Jayanti (2019 : 4) Menurut
WHO, Evidence based terbagi sebagai berikut:
1) Evidenve-based Medicine adalah pemberian informasi obat-obatan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Temuan obat baru yang dapat saja segera ditarik dan peredaran
hanya dalam waktu beberapa bulan setelah obat tersebut
dipasarkan, karenadi populasi terbukti memberikan efek samping
yang berat pada sebagian penggunanya.

27
2) Evidence-based Policy adalah satu sistem peningkatan mutu
pelayanan kesehatan dan kedokteran (Clinical Governance): suatu
tantangan profesi kesehatan dan kedokteran di masa mendatang.
3) Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
4) Evidence based report adalah mengumpulkan bentuk penulisan
laporan kasus yang baru berkembang, memperlihatkan bagaimana
hasil penelitian dapat diterapkan pada semua tahapan
penatalaksanaan pasien.
4. Sumber Evidence Based
Sumber EBM dapat diperoleh melalui bukti publikasi jurnal dari
internet maupun berlangganan baik hardcopy seperti majalah, bulletin,
atauCD. Situs internet yang ada dapat diakses, ada yang harus dibayar
namun banyak pula yang public domain (Jayanti , 2019 : 4)
5. Evidence Based Midwifery pada kasus
1) Pengaruh Kombinasi Pemberian Tablet Fe dan Jus Jambu Biji
terhadap Kenaikan Kadar Hemoglobin Mahasiswi Jurusan
Kebidanan (Baiq Eka Putri Saudia,et.al,2021)
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari uji analisis dengan
t-independen di dapatkan nilai rata-rata perubahan kadar
hemoglobin sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yang
diberi tablet Fe. Sebelum diberikan tablet Fe nilai rerata 11.840 dan
nilai rerata setelah diberikan tablet Fe yaitu 12.047 sehingga rerata
selisih kenaikan kadar haemoglobin sebesar 0,20. Hasil penelitian
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Giynati dkk
(2016) dalam penelitiannya tentang pengaruh pemberian tablet Fe
terhadap kenaikan kadar haemoglobin remaja putri dengan anemia
di SMK Negeri I Pojong Gunung Kidul yang melibatkan 30
responden di peroleh hasil bahwa ada pengaruh kenaikan kadar
haemoglobin dengan pemberian tablet Fe didapatkan kenaikan rata-
rata yaitu 0,1 dan 0,7. Pada kelompok kontrol naik 40% dan pada
kelompok eksperimen 93,33%.

28
2) Efektivitas Pemberian Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin C Dan Jus Buah
Jambu Biji Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja
Putri Di Universitas Muhammadiyah Mataram. (Andaruni &
Nurbaety, 2018 : 104-107).
Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah intervensi 8
minggu diperoleh rerata peningkatan kadar Hb tertinggi pada
kelompok tablet Fe + jus jambu biji sebesar 2,13 gr/dL, kelompok
tablet Fe + vitamin C sebesar 1,23 gr/dL, dan kelompok tablet Fe
sebesar 0,83 gr/dL. Berdasarkan uji Anova setelah intervensi 2
minggu (p=0,010), setelah intervensi 4 minggu (p=0,226), setelah
intervensi 6 minggu (p=0,423), setelah intervensi 8 minggu (p=0,
0,267) dengan α=0,05. Ada efek pemberian suplementasi pada
ketiga kelompok terhadap peningkatankadar Hb pada remaja putri,
namun kelompok tablet Fe + jus jambu biji memiliki peningkatan
kadar Hb yang lebih tinggi dan lebih cepat meningkatkan kadar Hb
dibandingkan kelompok lain.
3) Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri Melalui Konsumsi
Tablet Tambah Darah.(fitria,et.al,2021)
Hasil kegiatan PKM berupa penyuluhan ini mendapatkan
apresiasi yang kuat, peserta terlihat semangat mengikuti dan
mendengarkan ceramah dan ada tanya jawab dari para peserta.
Peserta penyuluhan juga antusias menerima Tablet Tambah Darah
yang diberikan dan bersedia meminumnya di rumah. Oleh karena
itu, diharapkan peserta dapat mengkonsumsi TTD yang diberikan
secara berkelanjutan agar angka anemia pada remaja putri dapat
menurun.
4) Efektifitas Pemberian Jus Jambu Biji Terhadap Perubahan Kadar
Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Nurul Jadid
Kumpai Kabupaten Kubu Raya (Dini Fitri Damayanti,2020)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 15
remaja putri sebagai kelompok kontrol di Pondok Pesantren Nurul
Jadid Kumpai, diperoleh distribusi kadar hemoglobin sebelum

29
mengkonsumsi jus jambu biji dan tablet Fe yaitu kadar hemoglobin
minimum 11,2 gr/dl, maksimum 13,5 gr/dl, rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 12,383 gr/dl sedangkan sesudah diberikan jus
jambu biji dan tablet Fe yaitu kadar hemoglobin minimum 12,1
gr/dl, maksimum 14,3 gr/dl, rata-rata kadar hemoglobin sebesar
13,408 gr/dl. Perbedaan antara kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah diberi jus jambu biji dan tablet Fe adalah 1,1 gr/dl dengan
nilai p sebesar 0.000 ( p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa jus
jambu biji dan tablet Fe dapat meningkatkan kadar hemoglobin
5) Pengaruh Konsumsi SF dan Jus Jambu Biji Merah terhadap
Perubahan Kadar Hemoglobin pada Remaja Puteri yang Mendapat
Suplementasi Tablet SF di SMP Negeri 19 Kota Jambi Tahun 2019
(Lia,et.al,2019)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebelum
melakukan pemberian SF dan jus jambu biji merah setelah
mengkonsumsi SF dan jus jambu biji merah selama 7 hari kadar
hemoglobin remaja puteri mengalami peningkatan. Secara statistik
ada perbedaan yang signifikan dengan nilai sig (2-tailed) hitung
0.000 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh
yang signifikan antara pemberian SF dan jus jambu biji merah
terhadap peningkatan HB pada remaja puteri di SMP negeri 19 Kota
Jambi tahun 2019.
6) Pemberian Jus Jambu Biji Berpengaruh Pada kenaikan Kadar
Hemoglobin Remaja Putri Di Asrama Putri Sma Muhammadiyah
Yogyakarta (Sholaikhah Sulistyoningtyas, 2022)
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada responden
yang berjumlah 29 remaja putri dengan memberikan intervensi
berupa pemberian jus jambu biji merah selama 7 hari berturut-turut
dengan melakukan pemeriksaan kadar HB mengalami peningkatan
kadar
HB dari yang semula hanya 20 remaja (68,9%) yang
mempunyai kadar HB normal setelah dilakukan intervensi menjadi

30
semua responden atau 29 remaja (100%) Hbnya menjadi normal.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi jus jambu biji merah
mengalami peningkatan kadar Hb yang bermakna dari sbeelum
diberikan jus jambu biji merah.

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS
S1 KEBIDANAN

NAMA KK : TN. A
ALAMAT : Jl. Cempaka II Kelurahan Legok
RT 001 RW 001

A. KOMPOSISI KELUARGA
NO Nama Hub Umur L/P Tingkat Pekerjaan Agama
dg KK pendidikan
1 Tn.A KK 39 L SMP Wiraswasta Islam
2 Ny.E Istri 37 P SMP IRT Islam
3 An.K Anak 15 P SMP Pelajar Islam
4 An.M Anak 7 L SD Pelajar Islam
5 An.R Anak 1 L - - Islam

1. Anggota keluarga yang meninggal 6 bulan terakhir : Tidak ada


2. Penyebab kematian : Tidak ada
3. Umur : Tidak ada

B. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT PUS (PASANGAN USIA


SUBUR)
1. Berapa usia PUS saat ini :
( ) <20 tahun ( ) 20-25 tahun ( ) 26-30 tahun ( ) 31-35 tahun
(√) 36 – 40 tahun ( ) 41-45 tahun ( ) > 45 tahun
2. Saat ini apakah PUS menggunakan alat kontrasepsi :
(√ ) ya ( ) Tidak
3. Bila ya, alat kontrasepsi apa yang digunakan :
( ) IUD ( ) Pil (√) Suntik
( ) Implant ( ) lain-lain, sebutkan : Tidak ada

32
4. Bila tidak, apa alasan PUS tidak menggunakan alat kontrasepsi:
( ) Tidak tahu ( ) Tidak nyaman ( ) Mahal ( ) dilarang
agama
Lain-lain sebutkan : Tidak ada
5. Dari mana PUS mendapatkan informasi tentang KB :
(√) Petugas kesehatan ( ) orang lain ( ) Media elektronik ( ) Media masa
6. Bagaimana kondisi PUS saat ini :
(√ ) Sehat ( ) Sakit
7. Bila sakit, tindakan apa yang sudah dilakukan untuk mengatasi keluhan
tersebut :
( ) Ke pelayanan kes. ( ) Didiamkan saja ( ) Obat warung ( ) Alternatif
8. Bila PUS sakit, apa keluhan/diagnosis medisnya : Tidak ada

C. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT IBU MENYUSUI


1. Apakah mendapatkan informasi tentang cara pemberian ASI
(√) Ya ( ) Tidak
2. Bila Ya, Jenis informasi yang ibu dapatkan:
( ) perawatan payudara ( ) Manfaat ASI (√) Teknik Menyusui
3. Apakah ibu pernah memberi kolostrum/susu pertama kali pada bayi segera
melahirkan:
(√) Ya ( ) Tidak
4. Sampai usia berapa anak diberikan ASI ekslusif:
( ) 4 bulan (√) 6 bulan
5. Sampai usia berapa anak diberi ASI:
( ) 6 bulan (√) 6-12 bulan ( ) 12-18 bulan ( ) 18-24 bulan
6. Keluhan ibu/diagnose medis terkait dengan masalah menyusui: tidak ada

D. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT BALITA (0-5 TAHUN)


Penjelasan :
N = Normal T = Tidak normal H = Garis hijau
M = Garis Merah K = Garis kuning L = Lengkap
O = Overweight (Garis kuning di atas hijau)

33
TL =Tidak lengkap
BL = Belum lengkap (usia belum mencukupi)
1. Apakah keluarga melakukan penimbangan balita
( √) Ya ( ) Tidak
2. Bila tidak, alasannya :
( ) Jauh ( ) malas ( ) Repot ( ) Tidak tahu
3. Apakah setiap hari anak mendapatkan makanan selingan di antara waktu
makan :
( √ ) Ya ( ) Kadang-kadang ( ) Tidak
4. bagaimana kondisi balita saat ini :
(√ ) Sehat ( ) Sakit
5. Bila balita sakit, apa yang dikeluhkan atau diagnosis medisnya : tidak ada
6. Riwayat Imuniasai :

N Nama Umur B N/ M K H O Jenis Imunisasi Ket.


o anak B T
& JK

B DD D P P P P H H H
CP P P O O O O E E E
GTT T L L L L P P P
1 3 I I I I A A A
2
O O O O T T T
1 2 3 4 I I I
T T T
I I I
S S S
2 3
1

1. An.M 1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Lengk
ap

34
7. Apakah balita dibawa untuk diperiksa kesehatannya keposyandu ?
(√ )Ya ( ) Tidak alasanya: Tidak ada
8. Bagaimana pemanfaatan Posyandu
(√ )ada ( ) Jarang( ) Tidak ada, alasanya: Tidak ada
9. Apakah balita memiliki KMS
(√ )ada ( ) Tidak ada, alasanya: Tidak ada
E. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK PRASEKOLAH DAN
USIA SEKOLAH (5-12 TAHUN).
1. Berapa kali anak melakukan kebersihan gigi dalam sehari :
( ) 1 kali ( ) 2 kali (√) 3 kali
2. Bagaimana kondisi gigi anak saat ini :
(√) berlubang dan hitam ( ) gusi bengkak dan berdarah
( ) Sariawan ( ) Bersih dan sehat
3. Apakah anak terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah makan :
(√ ) Ya ( ) Tidak
4. Apakah anak terbiasa memakai alas kaki saat bermain :
(√) Ya ( ) Tidak
5. Bagaimana kondisi anak saat ini :
(√) Sehat ( ) Sakit
6.Bila sakit, apa yang dikeluhkan/diagnosis medisnya: Tidak ada

F. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT ANAK REMAJA (12-18


TAHUN)
1. Kegiatan yang dilakukan remaja diluar sekolah: remaja masjid
2. Apa yang dilakukan remaja jika ada masalah: menceritakan kepada
orangtua
3. Bagaimana kondisi remaja saat ini:
( ) Sehat (√) Sakit
4. Bila sakit, apa yang dikeluhkan/diagnose medisnya: Anemia

35
G. BILA DALAM KELUARGA TERDAPAT USIA DEWASA (18-55
TAHUN)
1. Kegiatan yang dilakukan usia dewasa setelah lulus sekolah : Tidak ada
2. Bagaimana kondisi usia dewasa saat ini :
(√ ) Sehat ( ) Sakit
3.Bila sakit, apa yang dikeluhkan/diagnosis medisnya: Tidak ada

H. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Apakah dalam keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa :
( )Ya (√) Tidak
2. Bilaya, kondisinya saat ini : Tidak ada
3. Apa yang telahdilakukanuntukmengatasinya :
( ) kepelayanankesehatan ( ) Didiamkan saja
( ) Alternatif

I. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PRILAKU KESEHATAN


KELUARGA
1. Cara keluarga mengolah sayuran sebelum dimasak :
(√ ) Dipotong baru dicuci ( ) Dicuci baru dipotong
2. Cara keluarga menyajikan makanan yang telah dimasak
(√ ) Tertutup ( ) Terbuka
3. Adakah kebiasaan keluarga menggantung pakaian setelah dipakai
(√ ) Ya ( ) Tidak
4. Bagaimana cara keluarga membuang sampah (limbah rumah tangga)
( ) Ditumpuk (√ ) Dibakar
( ) Dikubur ( ) Diambil petugas
5. Bagaimana keluarga membuang limbah WC
(√ ) Septic tank ( ) Got
( ) Kali/sungai ( ) lain-lain sebutkan : Tidak ada
6. Dari mana keluarga mendapat sumber air bersih
(√ ) PAM-Ledeng ( ) Sumur
( ) Sungai ( ) Pompa air listrik ( ) lain-lain sebutkan\

36
7. Berapa jarak sumber air dengan septic tank
( ) < 10 m (√) > 10 m
8. Bagaimana keadaan air rumah
( ) Berasa ( ) Berbau ( ) Berwarna ( ) Ada endapan
(√) Tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau
9. Kebiasaan keluarga mandi
( ) < 2 x /hari (√ ) > 2 x/hari
10. Kebiasaan keluarga menggunakan handuk
(√ ) Sendiri-sendiri ( ) Bersama-sama
11. Kebiasaan keluarga membersihkan bak mandi/tempat penampungan air
( ) < seminggu (√) 1 x seminggu ( ) > seminggu
12. Bagaimana kondisi lantai WC
() Licin (√) Tidak licin ( ) lain-lain sebutkan : Tidak ada
13. Apakah tempat penampungan air untuk keperluan memasak ditutup
(√ ) Ya ( ) Tidak
14. Apakah sinar matahari masuk kedalam rumah
(√ ) Ya ( ) Tidak
15. Bagaimana pencahayaan didalam rumah
(√ ) Terang ( ) Kurang terang ( ) Tidak terang
16. Bagaimana kondisi penataan rumah
(√) Rapi ( ) Berantakan
17. bagaimana kebersihan rumah
(√) Bersih ( ) Tidak bersih
18. Bagaimana kondisi lantai rumah
(√) Licin ( ) Tidak licin
19. Adakah sumber pencemaran lingkungan
( ) Ya (√) Tidak
20.Bila ada sumber pencemaran sebutkan: Tidak ada
21.Pemanfaatan pekarangan : Tidak ada
( ) ada (√) Tidak
22.Bila ada sebutkan: Tidak ada

37
J. ANALISIS MASALAH
Dari analisa data masalah yang ada pada keluarga Tn. A disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dari Nn. K dan seluruh anggota keluarga. Masalah
yang ditemukan di dalam keluarga Tn. A adalah kurangnya pengetahuan Nn.
K tentang anemia serta penanganan yang tepat.

38
K. POINT OF ACTION (POA) KEBIDANAN KOMUNITAS
NO MASALAH KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU TEMPAT DANA PENANGGUNG
KOMUNITAS JAWAB
1 Kurangnya Konseling tentang Meningkatkan Keluarga Rabu/ Rumah Mahasiswa Mahasiswa
pengetahuan anemia remaja pengetahuan remaja Tn. A 11-10- Tn.A
remaja dan dan keluarga tentang 2022
keluarga anemia remaja
tentang
anemia pada
remaja Konseling Meningkatkan
penanganan yang pengetahuan remaja
tepat anemia pada tentang cara
remaja penvegahan dan
penanganan anemia
remaja

39
L. IMPLEMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
1. Memberitahu Nn. K dan keluarga tentang kondisinya bahwa Nn. K
mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia ringan yaitu Hb-nya
10,5 gr%.
Rasionalisasi: Dengan mengetahui kondisinya dalam keadaan baik akan
membuat psikologis klien tenang dan tidak khawatir sehingga
keadaannya tetap dalam keadaan baik.
2. Menganjurkan konsumsi menu Gizi seimbang dengan perbanyak makan
sayur dan buah seperti daging merah, ikan, telur, sayuran hijau, kacang-
kacangan, dan menganjurkan untuk mengurangi makanan instan atau
bahkan menghentikan makan makanan instan serta mengkonsumsi
makanan/minuman yang mangundung vitamin c dan zat besi seperti buah
jeruk, buah naga, buah biit.
Rasionalisasi: Konsumsi menu gizi seimbang dengan perbanyak makan
buah dan sayur merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah dan makanan yang sangat
mudah dan cepat diolah sebagai pengganti makanan rumahan, selain tinggi
akan kalori, makanan ini juga mengandung banyak gula, lemak (terutama
kolestrol) dan garam.
3. Menganjurkan selalu sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas. Sarapan
yang tepat itu 1 sampai 2 jam sebelum waktu kerja artinya sebelum jam 9
pagi.
Rasionalisasi: Sarapan sangat penting karena dapat meningkatkan
produktifitas dan konsentrasi untuk melakukan aktifitas sehari- hari
4. Menganjurkan untuk olahraga rutin 3 kali/minggu dengan lama 30menit.
Rasionalisasi: Untuk memperkuat tulang dan otot, berolahraga sangat
bermanfaatuntuk membentuk dan memeperkuat otot. Melakukan olahraga
secara traturdapat membuat tubuh kita menyerap sejumlah besar asam
amino, yangmembantu pertumbuhan dan perkembangan tubuh.

40
5. Memberikan terapi farmakologi tablet tambah darah 1x1.
Rasionalisasi: Mengonsumsi tablet tambah darah ferrous fumarate 1x1
dapat menambah kadar hemoglobin dalam darah selain dari makanan
sehingga dapat mengurangi kejadian anemia pada remaja.
6. Menganjurkan mengonsumsi jus buah jambu biji 100gr/hari.
Rasionalisasi: Kandungan vitamin C dalam jambu biji dengan berat 100
gram mengandung 183,5 mg vitamin C, Kandungan vitamin C pada jambu
biji sanggup memenuhi kebutuhan harian anak berusia 13 sampai 20 tahun.
7. Menganjurkan istirahat cukup.
Rasionalisasi: Karena Istirahat yang cukup dapat memulihkan kesehatan
dan konsentrasi sehingga aktifitas selalu terjaga, tidur itu penting bagi
kesehatan, bahkan tidur adalah makanan untuk otak.

M. EVALUASI ASUHAN KEBIDANAN


1. Klien dan keluarga mengerti tentang kondisinya saat ini
2. Klien sudah paham dan bersedia mengikuti saran yang diberikan untuk
penanganan anemia yang sedang dialaminya.

41
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di peroleh dari pelaksanaan praktek komunitas kebidanan,
sebagai berikut
1. Dari data yang diperoleh selama pengkajian, keluarga Tn. A termasuk ke
dalam struktur keluarga Nuclear family (Sepasang suami istri yang tinggal
bersama anak anak).
2. Dari hasil analisa data selama melakukan pengkajian, terdapat prioritas
masalah yaitu kurangnya pengetahuan tentang anemia pada remaja .
3. Dari hasil diagnosa masalah, dilakukan beberapa rencana tindakan yang
kemudian diimplementasikan sesuai dengan prioritas masalah yang ada,
kemudian dilakukan evaluasi dengan hasil sebagai berikut :
a. Nn. K mengerti dan mampu menjelaskan tentang pengertian anemia
remaja.
b. Nn. K mengerti dan mampu menjelaskan tentang penanganan
anemia remaja.

B. Saran
1. Puskesmas
Menjalin kerjasama dan menindak lanjuti kegiatan yang telah
dilaksanakan untuk penanganan anemia remaja.
2. Masyarakat
Meningkatkan partisipasi dalam kegiatan peningkatan kesehatan melalui
upaya promotif dan preventif.
3. Keluarga Tn. A
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan cara
mengikuti berbagai kegiatan-kegiatan seperti perkumpulan PKK, ikut
berpartisipasi di Forum Kesehatan Desa (FKD) dan penyuluhan tentang
kesehatan.

42
4. Mahasiswa
Meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam memberikan asuhan
kebidanan komunitas dalam binaan keluarga.

43
DAFTAR PUSTAKA

Amalia. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Anemia Defisiensi Besi. MAJORITY .


Volume 5 , hal : 166-169
Andriani & witjatmadi. 2012 Pengantar Gizi Masyarakat. PT Fajar Interpratama
Mandir. Kencana Jakarta
Alfiah, E., Yusuf, A. M., & Puspa, A. R. 2021. Status Anemia dan Skor Diet
Quality Index (DQI) pada Remaja Putri di SMP Ibnu Aqil. Jurnal Al-Azhar
Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, hal : 16–22.
Apriyanti, Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
SMA N 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelawan Tahun 2019
Andaruni & Nurbaety. 2018. Efektivitas Pemberian Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin
C Dan Jus Buah Jambu Biji Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin
(Hb) Remaja Putri Di Universitas Muhammadiyah Mataram. Midwifery
Journal | Vol. 3, No. 2, Juli 2018, hal : 104-107
Astutik & Ertiana. 2018 Anemia Dalam Kehamilan. CV Pustaka Abadi
Arisman , 2009. Gizi Dalam daur kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi / Ed. 2 Jakarta
: xvii + 275 hlm.
Cahyaningtyas, Dwi Kartika. 2017. Pengaruh Konsumsi Tablet Fe Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di SMAN 2 Ngaglik
Kabupaten Sleman
Damayanti dkk, 2021. Efektivitas Madu Dan Tablet Fe Sebagai Upaya
Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren
Dieniah, Dkk. 2019. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri Di Smk Analisis Kimia Nusa Bangsa
Kota Bogor Tahun 2018. 151 -158
Ernawati, dkk. 2018. Peluang Generasi Bangsa yang Terabaikan Anemia
Baduta. Bogor: PT Penerbit IPB
Fitria.dkk Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri Melalui Konsumsi
Tablet Tambah Darah. 2021 : 91-99
Giyanti, Fitri., Wahtin, Sri. 2016. Kenaikan Kadar Hemoglobin Remaja Putri
Dengan Anemia DI SMK Negeri I Ponjong Kabupaten Gunung Kidul.
Yogyakarta : Universitas „Aisyiyah Yogyakarta.
Handayani, sih. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Kemenkes RI
Hartati & Desmariyenti. 2020 . The Effect of Iron (Fe) Tablets to the Anemia
Status of Adolescent Women.
Haryanto, A.R., et.al. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 4, Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Isati ., Hastono, S. 2016. Determinan Kejadian Anemia Remaja Putri Di SMP
Negeri 22 Kota Jambi. Jurnal Kesmas Jambi : Fakultas Kesehatan
MasyarakatUniversitas Indonesia.
Jayanti, Ira. 2019. Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:
Deepublish.
Julaecha, J. 2020. Upaya Pencegahan Anemia pada Remaja Putri. Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK), hal : 109–112.

44
Kaimudin, N. I., dkk. 2017. Skrining Dan Determinan Kejadian Anemia Pada
RemajaPutri SMA Negeri 3 Kendari. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. VOL. 2/NO.6/Mei 2017.
Kalsum , U., & Raden, H. 2016. Kebiasaan Sarapan pagi Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Pada Remaja di SMA Negeri 8 Muaro Jambi. Jurnal
Penelitian Universitas jambi Seri Sains, hal : 09-18.
Kemenkes RI . 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan,edisi pertama. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Kemenkes RI. 2018. Pedoman Pencegahan dan Penanganan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Jakarta: Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Kemenkes RI. 2019. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI . 2019. Buku KIE Kader Kesehatan Remaja. Jakarta : Kemenkes RI
Kusumaryani, N. 2017. Prioritaskan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Krisnanda R. Vitamin C Membantu dalam Absorpsi Zat Besi pada Anemia
DefisiensiBesi. J Penelit Perawat Prof. 2019;1 hal : 89-94.
Marlina, Hastuti & Putriyana, Winda. 2015. Pemberian Tablet Fe Dan Jus Jambu
Biji Pada Remaja Putri Yang Anemia Defisiensi Besi. Jurnal Ilmu
Kebidanan, Volume III, Nomor 1, Maret 2015 hal 7-12.
Marsya, dkk. Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan
Kejadian Anemia pada Remaja Putri A Systematic Review. 2021
Mulyani, dkk. Faktor Resiko Anemia pada Remaja Putri Obesitas di Bandar
Lampung. 2021
Mutmainah, dkk. 2021. Hubungan Kurang Energi Kronik (Kek) dan Wasting
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Majene.2021
Mutmainah dkk. 2018. Pengaruh Pemberian Tablet Fe Terhadap Perubahan
Kadar Hb Pada Remaja Putri di Pondok Pesantren Miftahulkhoer
TasikmalayaTahun 2018
Nasriyah, dkk. 2019. Screening Anemia melalui Pemeriksaan hemoglobin dengan
Metode Sianmethemoglobin pada Remaja Putri Di Wilayah UPT
Puskesmas Mayong II. Kudus : Universitas Muhammadiyah Kudus.
Nasruddin, H dkk. 2021. Angka Kejadian Anemia Pada Remaja. Jurnal Ilmiah
Indonesia, hal 357-364.
Ndun, Festy. 2018. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An.
A.SDi Ruang Kenanga RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang.
Nuraeni dkk. 2019. Peningkatan Kadar Hemoglobin melalui Pemeriksaan dan
Pemberian Tablet Fe Terhadap Remaja yang Mengalami Anemia Melalui
“Gerakan Jumat Pintar”. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 5,
No. 2,Agustus 2019, Hal : 200–221
Oski FA, Honing As, Helu B, Howanitz P. Effect of iron therapy on behavior
performance in non anemic, iron- deficient infants.
Pediatric.1983;71(1):877- 80.
Purba, Deasy Handayani., dkk. 2021. Kesehatan dan Gizi untuk Anak. Yayasan
Kita Menulis.

45
Putri Ardhana, B.E. Wirjatmadi, B.R. Adriani, M. (2012). Pengaruh Suplementasi
Besi dan Zinc Terhadap Kadar Hb Dan Kesegaran Jasmani Remaja Putri
Yang Anemia Defisiensi Besi, The Indonesian Kournal Of Public Health
Vol.9 No.1 Juli 2012 Hal 67-76
Rahayu, dkk. 2019. Metode Orkes-Ku (Raport Kesehatanku) Dalam
Mengidentifikasi Potensi Kejadian Anemia Gizi Pada Remaja Putri.
Yogyakarta : CV. Mine
Satyaningsih, E. 2007. Anemia Gizi Pada Remaja Putri Smk Amaliyah Sekadau
Kalimantan Barat Tahun 2007. Depok : Thesis FKMUI.
Siallagan, Damayanti., Swamilaksita, P. A., & Angkasa, Dudung. 2016. Pengaruh
asupan Fe, vitamin A, vitamin B12, dan vitamin C terhadap kadar
hemoglobinpada remaja vegan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 13 No 2
- Oktober 2016, hal : 67-74
Tandirerung, dkk. 2013. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Kejadian
AnemiaPada Murid SD Negeri 3 Manado.
Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta : EGC . 26-28
Wahyu Putri.Hubungan Antara Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja
Putri. 2021
Widyasih, Hesti. (2018). Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Pada Remaja Dan
Pra Nikah. Yogyakarta: Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Wong Donna L, dkk.2009.Buku Ajar Keperawtan Pediatrik Edisi 6 Volume
2. Jakarta:EGC
Zhang, Y., Chen, J., & Liu, X. (2021). Profiles of anemia among school-aged
children categorized by body mass index and waist circumference in
Shandong. Pediatrics & Neonatology, hal : 165 -171.

46
LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN INDIVIDU
KELUARGA BINAAN
PRAKTIK PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN

TTD DOSEN
NO HARI / TANGGAL URAIAN KEGIATAN
PEMBIMBING

Jambi, 2022
Mengetahui,
Ka. Prodi S1 Kebidanan

DIANE MARLIN, SST, M.Keb


NIDN. 1010301018091

Anda mungkin juga menyukai