Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PROJEK

FARMASI KLINIK (MATERI TUBERCULOSIS)


KELOMPOK 8 (KELAS B)

Dosen pengampuh :
Maman Rusmana, M. Farm, Apt.

NAMA KELOMPOK 8
Arif Setiawan 2043700075
Desi Ratnasari 2043700081
Horlina Bontea 2043700054
Maulana Hafidz 2043700229
Ria Andriani 2043700042
Sovania Pappa' 2043700165

PROFESI APOTEKER ANGKATAN 43


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2020

KATA PENGANTAR

FARMASI KLINIK “TUBERKULOSIS”Page i


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Projek Farmasi Klinik dengan baik dan lancar .
Laporan ini disusun untuk membantu mengembangkan pemahaman pembaca.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan, serta penarikan garis
kesimpulan dalam makalah ini. Laporan ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Penyakit Tuberculosis atau TBC yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Farmasi Klinik yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis
harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu laporan ini .

Jakarta, November 2020

Kelompok 8

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
I.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page ii


I.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3
I.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3
I.4 Manfaat......................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................


II.1 Definisi........................................................................................................ 4
II.2 Menifestasi Klinis........................................................................................ 6
II.3 Klasifikasi.................................................................................................... 7
II.4 Pencegahan.................................................................................................. 9
II.5 Faktor Penyebab.......................................................................................... 10
II.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium................................................................. 10
II.7 Diagnosis..................................................................................................... 11
II.8 Cara Penularan............................................................................................. 14
II.9 Tatalaksana Terapi....................................................................................... 14
II.10 Mekanisme Kerja Obat............................................................................... 19
II.11 Efek Samping Obat..................................................................................... 19
BAB III ISI.....................................................................................................................
III.1 Hasil........................................................................................................... 20
III.2 Pembahasan................................................................................................ 24

BAB IV PENUTUP........................................................................................................
IV.1 Kesimpulan................................................................................................ 26
IV.2 Saran.......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 27
LAMPIRAN KUISIONER............................................................................................. 28

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page iii


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan infeksi saluran nafas bawah yang masih menjadi masalah
kesehatan di negara berkembang maupun negara maju. Menurut survey kesehatan rumah
tangga tahun 2002, penyakit saluran nafas merupakan penyebab kematian no 2 di Indonesia.
Data dari SEAMIC Health Statistic 2001 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan
penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3
di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan dari WHO tahun 1999
menyebutkan bahwa penyebab kematian akibat infeksi saluran nafas akut termasuk
pneumonia (Anonim, 2003).
Infeksi saluran pernafasan merupakan penyakit yang menyebabkan kematian. Pada
umumnya yang meninggal karena pneumonia. Seringkali kematian itu disebabkan oleh infeksi
kuman Haemophilus sp, Influenza atau Streptococcus aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas Sp,
Virus missal virus influenza. Pneumonia dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda
semua usia. Manifestasi klinik menjadi sangat berat pada pasien dengan usia yang sangat
muda, manula, serta pada pasien dengan kondisi kritis (Anonim, 2005).
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Penyakit tuberkulosis sudah
dicanangkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai Global Emergency sejak tahun
1992.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

FARMASI KLINIK “TUBERKULOSIS”Page 1


Gambar 1.1 Mycobacterium tuberculosis
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil
tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
dalam cairan mati dalam suhu 60ºC dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan
selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun
terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan
penderitaan yang disebabkan oleh TBC (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
WHO memperkirakan antara tahun 2002 hingga 2020, 1000 juta orang akan terinfeksi,
lebih dari 150 juta orang akan sakit dan 36 juta orang akan meninggal akibat TB jika kontrol
kedepan tidak baik.2 Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular dan penyebab ke-3 kematian setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut
di Indonesia.
Berdasarkan Hasil survey melalui google form kuisioner yang telah diisi oleh 10
korespondens, didapatkan kesimpulan bahwa dari total 10 koresponden terdapat 37 orang
yang sudah mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis), 11 orang yang masih ragu-ragu
dan 10 orang yang masih tidak mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis).

I.2 RUMUSAN MASALAH


Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: ”Bagaimana tingkat pemahaman atau pengetahuan masyarakat
terkait penyakit TBC (Tuberculosis) dan pneumonia?”.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 2


I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pengobatan penyakit TBC
(Tuberkulosis) sebelum dilakukan konseling.
2. Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pengobatan penyakit TBC
(Tuberkulosis) sesudah dilakukan konseling
I.4 MANFAAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam meningkatkan
kualitas kesehatan meliputi:
1. Manfaat bagi Institusi Kesehatan Menambah informasi terkait hubungan pengetahuan
dan perilaku penderita TB Paru dalam pencegahan penularan TB Paru supaya dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
2. Manfaat bagi responden Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana dan referensi untuk
menambah pengetahuan khususnya penderita TB Paru dalam mencegah penularan TB
Paru dengan memperhatikan pengetahuan, perilaku pencegahan TB Paru.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI TUBERKULOSIS DAN PNEUMONIA


Menurut Misnadiarly (2006: 11), penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit
kronis (menahun) yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena
menular. Pada 1882, Robert Kock secara meyakinkan telah dapat memberikan bukti bahwa
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang diberi nama
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut berwarna merah, berbentuk batang, dan
tahan asam disebut Basil Tahan Asam (BTA). Orang yang pertama kali dapat
membuktikan bahwa TBC adalah penyakit yang dapat ditularkan adalah Villemin yang
hidup pada tahun 1827-1894. Menurut Robbins, sebagaimana dikutip oleh Misnadiarly
(2006: 11), TBC adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, dan biasa terdapat pada paru-paru, tetapi mungkin juga pada organ lain
seperti kelenjar getah bening (nodus lymphaticus). Bakteri TBC yang masuk ke dalam
kelenjar getah bening dapat menimbulkan peradangan pada kelenjar tersebut disertai
perubahan struktur jaringan.
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.
Kurang lebih 5 – 10% individu yang terinfeksi kuman TB akan menderita
penyakit TB paru dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB paru adalah daya tahan
tubuh (imunitas) yang rendah di antaranya karena gizi buruk atau menderita HIV/AIDS.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 4


Pneumonia termasuk salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut
(ISPBA). Pneumonia merupakan radang paru yang disebabkan mikroorganisme (bakteri,
virus, jamur dan parasit). Proses peradangan akan menyebabkan jaringan paru yang
berupa alveoli (kantung udara) dapat dipenuhi cairan ataupun nanah. Akibatnya
kemampuan paru sebagai tempat pertukaran gas (terutama oksigen) akan terganggu.
Kekurangan oksigen dalam sel-sel tubuh akan mengganggu proses metabolisme tubuh.
Bila pneumonia tidak ditangani dengan baik, proses peradangan akan terus berlanjut dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti, selaput paru terisi cairan atau nanah (efusi
pleura atau 5 empiema), jaringan paru bernanah (abses paru), jaringan paru kempis
(pneumotoraks). Bahkan bila terus berlanjut dapat terjadi penyebaran infeksi melalui
darah (sepsis) ke seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian (Dahlan dan
Soemantri, 2001).
Kelompok pneumonia berat adalah penderita yang mengalami batuk atau
kerusakan pernafasan disertai salah satu tanda bahaya di atas atau mengalami retraksi
dinding dada bagian bawah ke dalam. Biasanya keaadaan ini disebabkan oleh masuknya
bakteri ke dalam tubuh, sehingga diperlukan antibiotik dalam penanganannya dan harus
dirawat di rumah sakit. Jenis obat yang digunakan untuk kasus ini adalah kotrimoksazol,
amoksisilin peroral atau kloramfenikol secara intramuskular, jika obat tidak dapat
diberikan secara peroral. Alternatif lain adalah penisilin dan seftriakson secara
intramuskular (Anonim, 1985).
Kelompok pneumonia yang lain adalah pneumonia khusus yang dapat
disubklasifikasikan ke dalam kelompok yang normal (non-imunosupresi) dan
imunosupresi. Pneumonia pada pasien yang non-imunosupresi, diantaranya: pneumonia
mikoplasma, pneumonia virus dan pneumonia Legionnaires, Sedangkan pada pasien yang
imunosupresi, misal pneumocystitis carinii pneumonia (PCP) merupakan tanda awal
serangan penyakit pada pasien AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Selain
itu, adapula kelompok pneumonia non-infektif, diantaranya: aspiri pneumonia, lipid
pneumonia, dan eosinofilik pneumonia (Underwood, 1999).

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 5


II.2 MENIFESTASI KLINIS
Menurut Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013, menifestasi klinis dari tuberculosis
yaitu :
1. Ciri-ciri dan symptom
 Pasien biasanya mengalami penurunan berat badan, lemas, batuk, demam,
dan keringat malam.
 Hemofisis frank
2. Pemeriksaan fisik
Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada, dan peningkatan suara yang
bergetar lebih sering diamati pada auskulasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan pada perhitungan sel darah putih dan dominasi limfosit
4. Radiografi dada
 Infiltrasi nodus pada daerah apical dilobus bagian atas dari bagian superior
dari lobus paling bawah.
 Kavitasi yang menunjukkan kadar udara-air sebagai tanda perkembangan
infeksi.
Menurut misnadiarly, 2008, menifestasi klinis dari pneumonia yaitu :
1. Ciri-ciri dan symptom
Demam, batuk berdahak (lendir kehijauan atau nanah), nyeri dada, sesak nafas,
sakit kepala, nafsu makan berkurang, kekakuan sendi, kekakuan otot, kulit
lembab, batuk berdarah.
2. Pemeriksaan fisik
Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada, dan peningkatan suara yang
bergetar lebih sering diamati pada auskulasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
berupa pemeriksaan hitung sel daerah tepi, pemeriksaan terhadap kuman
(mikrobiologi) mikroskopis ataupun kultur kuman yaitu pemeriksaan utama pra
terapi dan untuk evaluasi terapi selanjutnya

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 6


4. Tatalaksana Terapi
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi
pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara
empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur.
Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang
berspektrum sempit sesuai patogen.

II.3 KLASIFIKASI PENYAKIT


1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru (parenkim
paru) tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
menurut Depkes RI (2008), TBC paru dibagi dalam :
a. Tuberkulosis Paru BTA Positif
Sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambar
tuberkulosis aktif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TBC positif. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto rontgen dada
menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambar foto rontgen dada memperlihatkan gambar kerusakan
paru yang luas dan/atau keadaan umum penderita buruk. Tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter
untuk diberi pengobatan.
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe,
tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 7


TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit yaitu :
a. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misalnya TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misalnya meningitis, millier, perikarditis, peritionitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
Menurut Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013, kategori dari penyakit tuberculosis
yaitu :
1. Kategori-1
 Pasien baru TB paru BTA positif
 Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif
 Pasien TB ekstrak paru
2. Kategori-2
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan terputus

II.4 PENCEGAHAN
Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a.               Menyembuhkan penderita.
b.              Mencegah kematian.
c.               Mencegah kekambuhan.
d.             Menurunkan tingkat penularan.
Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut :
a. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,
merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa ke puskesmas atau ke
rumah sakit.
b. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 8


c. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
e. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG
(Bacillus Calmette–Guérin). Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan
yang amat bagus.
Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBC dengan berpola hidup yang
sehat dan teratur. Diantaranya dengan makan makanan yang bergizi seimbang sehingga
daya tahan tubuh meningkat untuk membunuh kuman TB, tidur dan istirahat yang cukup,
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba, lingkungan yang bersih baik
tempat tinggal dan disekitarnya, serta membuka jendela agar masuk sinar matahari di
semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena sinar matahari.
Sistem pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh seseorang akan cukup kuat
untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Orang yang benar-
benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan mempan dan tidak
akan menimbulkan gejala TBC.
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu yang
telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga
dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen serta menyarankan apabila ada yang
dicurigai sakit TB agar segera memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai
sembuh.

II.5 FAKTOR PENYEBAB


Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Berbagai karakter klinis unik
patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya
membelah setiap 16 –20 jam. Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 9


dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu
jam. Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid.
Dan pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus
atau mikroplasma (bentuk pemeliharaan antara bakteri dan virus). Bakteri yang umum
adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Klebsiella sp, Pseudomonas sp,
Virus misal virus influenza

II.6 CARA PEMERIKSAAN LABORATORIUM


1. Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Nelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri
tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan :
a. Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat
warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu
mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah
dengan warna dasar biru muda.
b. Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pewarnaan ZN warna pertama
yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri akan
mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna biru
dengan warna dasar biru yang lebih muda lagi.
2. Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen.
Dapat pula Middlebrook JH11, juga satu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapat
dipakai Middlebrook JH9 dan JH12
3. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan
ini, mencari obat- obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.

II. 7 DIAGNOSIS
a. Tuberculosis
Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di
daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes
laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD).
 Diagnosis Tuberkulosis pada Orang Dewasa

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 10


Diagnosis pasti TBC seperti lazimnya penyakit menular yang lain adalah dengan
menemukan kuman penyebab TBC yaitu kuman Mycobacterium Tuberculosis pada
pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi
jaringan. Diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, rontgen dada, usapn BTA, kultur sputum, dan tes kulit tuberkulin.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan 3 spesimen dahak
Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) yaitu:
a. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita pertama kali berkunjung ke
tempat pengobatan dan dicurigai menderita TBC.
b. Pagi (P): pengambilan dahak pada keesokan harinya, yaitu pada pagi hari segera
setelah bangun tidur.
c. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita mengantarkan dahak pagi ke
tempat pengobatan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Bila hasil rontgen
mendukung TBC, maka penderita didiagnosis menderita TBC BTA positif, namun bila
hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi. Apabila
fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan/kultur. Pemeriksaan
biakan/kultur memerlukan waktu yang cukup lama serta tidak semua unit pelaksana
memilikinya, sehingga jarang dilakukan.
 Diagnosis Tuberkulosis pada Anak-Anak
TBC anak adalah penyakit TBC yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Diagnosis
paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari
penderita. Tetapi pada anak hal ini sangat sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar
diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji
tuberkulin. Selain melihat gejala umum TBC anak, seorang anak harus dicurigai menderita
tuberkulosis bila mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA
positif dan terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari).

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 11


a. Uji Tuberkulin (Mantoux)
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (pernyuntikan intrakutan). Bila uji
tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada
anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan anergi (malnutrisi,
penyakit sangat berat pemberian imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan
dilakukan uji ulang.

b. Reaksi Cepat BCG


Saat penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan
dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium
tubercolosis.

c. Foto Rontgen dada


Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya
sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin
kalau ditemukan infiltrat dengan pembesar kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala
lain dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah milier, atelektasis/kolaps konsolidasi,
infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi
pleura dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Bila ada
diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai TBC. Foto rontgen
dada sebaiknya dilakukan PA (postero-anterior) dan lateral.
b. Pneumonia
Setelah mengetahui gejala klinis dan kelainan fisik melalui pemeriksaan fisik yang
dilakukan oleh dokter, masih dipelukan pemeriksaan penunjang seperti rongent dan
labolatorium. Hal ini perlu dilakukan untuk memperkuat diagnosis seseorang yang
menderita pneumonia atau tidak (Misnadiarly, 2008). Gambaran yang diperoleh dari hasil
rongent memperlihatkan kepadatan pada bagian paru-paru. Kepadatan terjadi karena paru-
paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk
mematikan kuman. Akibatnya fungsi paru-paru terganggu, penderita mengalami kesulitan
bernafas karena tidak ada oksigen pada paru-paru.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 12


Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan
hitung sel daerah tepi, pemeriksaan terhadap kuman (mikrobiologi) mikroskopis ataupun
kultur kuman yaitu pemeriksaan utama pra terapi dan untuk evaluasi terapi selanjutnya
(Misnadiarly, 2008).
Pada penderita pneumonia, jumlah leukosit (sel darah putih) dapat melebihi batas
normal (10.000/mikroliter). Menurut ahli paru-paru, perlu dilakukan pengambilan sputum/
dahak untuk dikultur dan dites resistensi kuman untuk dapat mengetahui mikroorganisme
penyebab pneumonia tersebut. Pengambilan sputum dapat dilakukan dengan cara yaitu
dibatukkan atau didahului dengan proses perangsangan untuk mengeluarkan dahak dengan
menghirup NaCl 3% dan dahak dapat diperoleh dengan menggunakan alat tertentu seperti
protective brush (semacam sikat untuk mengambil sputum pada saluran nafas bawah).
Sputum yang telah diambil dimasukkan ke dalam botol steril dan ditutup rapat, tidak boleh
lebih dari 24 jam diperiksa ke laboratorium (Misnadiarly, 2008).

II.8 CARA PENULARAN


Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) yang ditularkan dari orang ke
orang oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percian dahak)
besar (>100 µ) dan kecil (1-5 µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang
kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam dan orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman
TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut.Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
tingkat penularan, lamanya pajanan/kontak dan daya tahan tubuh.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 13


II.9 TATALAKSANA TERAPI
a. Tuberculosis
Tujuan pemberian pengobatan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:
menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien, mencegah
kematian akibat TBC aktif atau efek lanjutan, mencegah kekambuhan TBC, menurunkan
tingkat penularan TBC kepada orang lain, mencegah perkembangan dan penularan
resisten obat anti tuberkulosis (OAT).
Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol
(E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TBC diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan
tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu dua minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam dua bulan. Pada tahap lanjutan penderita
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis di Indonesia:
a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini,
disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
c. Kategori Anak: 2HRZ/4HR 30 Paduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan
dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), yang terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan penderita.
Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.
Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan. Paket kombipak adalah
paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 14


dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan
dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.

Tabel 2.1. Paduan OAT

Paduan OAT Sisipan (HRZE), bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita
baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama satu bulan.

Paduan OAT Anak


Prinsip pengobatan TBC anak adalah OAT diberikan dalam bentuk kombinasi
minimal tiga macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk
membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler, waktu pengobatan TBC pada anak 6-12
bulan. Pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Pengobatan TBC pada anak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap intensif, selama dua
bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal tiga macam obat, tergantung hasil
pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit. Tahap Lanjutan, selama 4-10
bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 15


Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
diminum setiap hari. Pada TBC anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal
maupun ekstra pulmonal seperti TBC milier, meningitis TBC, TBC tulang, dan lain-lain
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Pada kasus TBC tertentu yaitu TBC
milier, efusi pleura TBC, perikarditis TBC, TBC endobronkial, meningitis TBC, dan
peritonitis TBC, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2 - 4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam
jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah kategori anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR dan
kategori anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR.
Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau
3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. OAT untuk anak juga harus disediakan
dalam bentuk OAT kombipak untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.

Tabel 2.2. Dosis Kombinasi pada TB Anak

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 16


b. Pneumonia
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi
pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris dengan
antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri patogen
diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum sempit sesuai
patogen.
Berikut ini merupakan terapi empiris untuk penderita pneumonia pada dewasa:
Table 2.3. antibiotic pada terapi pneumonia
Keterangan:
*) Aminoglikosida atau Ciprofloksasin dikombinasi dengan salah satu antibiotika yang terletak
di bawahnya dalam kolom yang sama
**) Pneumonia berat bila disertai gagal napas, penggunaan ventilasi, sepsis berat, gagal ginjal
(Anonim, 2005).
Terapi pendukung pada pneumonia meliputi pemberian oksigen pada pasien yang
menunjukkan tanda sesak, hipoksemia, bronkhodilator pada pasien dengan tanda
bronkhospasme, fisioterapi dada untuk membantu pengeluaran sputum, nutrisi, hidrasi

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 17


yang cukup, bila perlu secara parenteral, pemberian antipiretik pada pasien dengan
demam (Anonim, 2005).

II.10 MEKANISME KERJA OBAT


 Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting
pada dinding sel bakteri.
 Rifampisin menghambat aktifitas polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-
sel yang rentan.
 Pirazinamid adalah analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian.
Mekanisme kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti
 Etambutol menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan
pada metabolism sel, menghambat multipikasi, dan kematian sel.
 Streptomisin adalah antibiotic bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein
 Etionamid dapat bekerja sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada
konsentrasi obat. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti tetapi etionamid
dapat menghambat sintesis peptide pada organisme yang rentan.
 Asam aminosalisilat menghambat pembentukan asam folat atau menghambat
pembentukkan komponen dinding sel, mikobaktin, dengan menurunkan pengambilan
besi oleh M. tuberculosis.
 Rifapentin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan rifampisin
(Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013).

II.11 Efek Samping Obat


Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya
warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 18


segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase
lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 19


BAB III

ISI

III.1 KUESIONER
Kuesioner dalam project ini terdiri dari pertanyaan positif (nomer 1, 2 , 4, 5, 7, 8 , 10) dan
pertanyaan negatif (nomer 3, 6, 9). Penilaian yang diberikan untuk setiap pertanyaan
dengan jawaban benar bernilai 1 dan salah bernilai 0. Jumlah pertanyaan adalah 10 dengan
skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0 dengan kriteria baik bila jawaban
responden dalam kuesioner memiliki skor ≥ 6, dan kriteria kurang bila jawaban responden
dalam kuesioner memiliki skor < 6.

III.2 HASIL
Tabel 3.1. (Sebelum melakukan konseling)
Nomer
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Jumlah Kategori
Soal
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang
2 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 Baik
3 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 Baik
4 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 Baik
5 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang
7 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 Kurang
8 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 4 Kurang
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 Kurang
Ket:
R1-R10 :Nomer Responden
1 : jawaban benar
0 : jawaban salah

Tabel 3.2. (Setelah melakukan konseling)


Nomer
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Jumlah Kategori
Soal
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 Baik
3 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik
4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik
5 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 Baik

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 20


6 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Baik
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
Ket:
R1-R10 :Nomer Responden
1 : jawaban benar
0 : jawaban salah

Gambar 3.1. (Perbandingan sebelum dan sesudah melakukan konseling)

120%

100%

80% Sebelum
Konseling
60%
Sesudaah
40% Konseling
20%

0%
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10

III.3 PEMBAHASAN
Berdasarkan kuesioner Pretest dan posttest didapatkan tanggapan responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan mengenai pemahaman responden terhadap pengobatan TB sebagai
berikut:
1. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 1 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
tentang penyebaab penyakit Tuberkulosis Paru dan pneumonia?” dari 10 responden,
terdapat 80% responden menjawab ‘Tidak’ dan 20% responden menjawab ‘Ya’.
Setelah dilakukan penjelasan bahwa penyakit TBC adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis, bakteri yang berbentuk
batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 1 saat posttest mengalami
perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat 100% responden menjawab ‘Ya’.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 21


2. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 2 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
akibat dari lupa minum obat?” dari 10 responden, terdapat 60% responden menjawab
‘Ya’, dan 40% responden menjawab ‘Tidak’. Setelah dilakukan penjelasan bahwa obat
yang lupa di minum 1 minggu termaksud dalam pasien putus obat sehingga pasien akan
diberikan OAT kategori yg lebih tinggi dan waktu pengobatnnya akan menjdi tambah
lama. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 2 saat posttest mengalami
perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat 80% responden menjawab ‘Ya’ dan 20%
responden menjawab ‘Tidak’

3. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 3 saat pretest yaitu, “Apakah penyakit


TB paru adalah penyakit yang tidak menular?” dari 10 responden, terdapat 60%
responden menjawab ‘Tidak’, 40% responden menjawab ‘Ya’. Setelah dilakukan
penjelasan bahwa penyakit TB merupakan yang dapat menular melalui udara, atau dari
droplet/percikan dahak yang ke luar pada saat penderita TB batuk, bersin, atau
berbicara. Bila pengobatan tahap intensif penderita TB dilakukan secara tepat, biasanya
penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu dua minggu. Tanggapan
responden terhadap pertanyaan No 3 saat posttest mengalami perubahan yaitu dari 10
responden, terdapat 80% responden menjawab ‘Tidak’ dan 20% responden menjawab
‘Ya’

4. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 4 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
penyakit TB pada anak dapat dicegah?” dari 10 responden, terdapat 70% responden
menjawab ‘Ya’, 30% responden menjawab ‘Tidak’. Setelah dilakukan penjelasan
bahwa bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG
(Bacillus Calmette–Guérin). Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan
yang amat bagus dari bakteri TB. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 4 saat
posttest mengalami perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat 90% responden
menjawab ‘Ya’ dan 10% responden menjawab ‘Tidak’

5. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 5 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
akibat dari minum obat secara tidak teratur?” dari 10 responden, terdapat 50%

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 22


responden menjawab ‘Ya’, 50% responden menjawab ‘Tidak’. Setelah dilakukan
penjelasan bahwa pengobatan yang tidak teratur dapat menyebabkan bakteri penyebab
TB menjadi lebih parah dan susah sembuh, sehingga penobatannya menjadi lebh lama.
Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 5 saat posttest mengalami perubahan
yaitu dari 10 responden, terdapat 80% responden menjawab ‘Ya’ dan 20% responden
menjawab ‘Tidak’

6. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 6 saat pretest yaitu, “Apakah anda


menghentikan pengobatan ketika anda merasa sudah baik-baik saja?” dari 10
responden, terdapat 90% responden menjawab ‘Ya’, 10% responden menjawab
‘Tidak’. Setelah dilakukan penjelasan bahwa Pengobatan TB tidak boleh dihentikan
sembarang meskipun tubuh baik-baik saja. Untuk menghentikan pengobatannya harus
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, jika hasil pemeriksaannya positif makan
pengobatan ini harus dilanjutkan sampai dokter menyatakan sembuh. Tanggapan
responden terhadap pertanyaan No 6 saat posttest mengalami perubahan yaitu dari 10
responden, terdapat 80% responden menjawab ‘Tidak’ dan 20% responden menjawab
‘Ya’

7. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 7 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
cara penularan tuberkulosis?” dari 10 responden, terdapat 80% responden menjawab
‘Tidak’, 20% responden menjawab ‘Ya’. Setelah dilakukan penjelasan bahwa penyakit
Tuberkulosis dapat ditularkan dari orang ke orang melalui udara pada saat penderita
TB berbicara, batuk, dan bersin. Bakteri tersebut menyebar melalui udara dalam bentuk
percikkan dahak dan bila terhirup oleh seseorang yang rentan maka orang tersebut
dapat terinfeksi bakteri tuberkulosis. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 7
saat posttest mengalami perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat 100% responden
menjawab ‘Ya’.

8. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 8 saat pretest yaitu, “Apakah anda akan
rutin datang ke Puskesmas terdekat untuk mengambil obat?” dari 10 responden,
terdapat 60% responden menjawab ‘Tidak’, 40% responden menjawab ‘Ya’. Setelah

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 23


dilakukan penjelasan pentingnya rutin pengobatan TB berdampak pada jumlah obat
dan lama pengobatan yang akan di terima kedepannya. Tanggapan responden terhadap
pertanyaan No 8 saat posttest mengalami perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat
100% responden menjawab ‘Ya’.

9. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 9 saat pretest yaitu, “Sebelum


dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan apakah anda akan berhenti menghentikan
pengobatan?” dari 10 responden, terdapat 100% responden menjawab ‘Tidak’. Dari
pertanyaan ini dapat disimpulkan bahwa semua responden dapat memahami bahwa
ketika belum dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan maka pengobatan TB tidak
boleh dihentikan. Hal ini diperkuat dengan jawaban dari posttest responden yang masih
sama baiknya yaitu dari 10 responden, terdapat 100% responden menjawab ‘Tidak’.

10. Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 10 saat pretest yaitu, “Apakah anda tahu
pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama?” dari 10 responden, terdapat 80%
responden menjawab ‘Tidak’, 20% responden menjawab ‘Ya’. Setelah dilakukan
penjelasan bahwa lama pengobatan tuberkulosis ditentukan oleh kepatuhan minum obat
pasien itu, untuk pasien TB baru akan diresepkan Kategori 1 yaitu INH, rifampisin,
pirazinamid, etambutol selama 2 bulan setiap hari (2HRZE) dan selanjutnya 4 bulan
dengan obat INH, dan rifampisin 3 kali seminggu (4H3R3). Jika pasien gagal dalam
pengobaatan kategori 1 maka akan diberikan pengobatan kategori 2 dengan obat INH,
rifampisin, pyrazinamide, ethambutol, dan streptomisin Selama 2 bulan setiap hari
(2HRZES), dan selanjutnya dengan obat INH, rifmpisin, dan etambutol selama 5 bulan
seminggu 3 kali (5H3R3E3). Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 10 saat
posttest mengalami perubahan yaitu dari 10 responden, terdapat 100% responden
menjawab ‘Ya’.
Dari hasil yang didapatkan dari kuesioner sebelum dilakukan konseling kepada
responden, pemahaman responden terhadap pengobatan penyakit TBC masih sangat
kurang. Dari 10 pertanyaan yang diberikan, 4 pertanyaan memiliki kriteria baik dan 6
pertanyaan memiliki kriteria kurang. Oleh karena itu dilakukan konseling ini untuk
meningkatkan pemahaman responden terhadap pengobatan penyakit TB.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 24


Dari hasil yang didapatkan dari kuesioner setelah dilakukan konseling kepada
responden, terjadi peningkatan pengetahuan responden terhadap pengobatan penyakit TB
yang ditandai dengan dari 10 pertanyaan yang diberikan, 10 pertanyaan memiliki kriteria
baik.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 25


BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Pemahaman masyarakat terhadap pengobatan penyakit TBC (Tuberkulosis) sebelum
dilakukan konseling memiliki kriteria yang kurang.
2. Pemahaman masyarakat terhadap pengobatan penyakit TBC (Tuberkulosis) sesudah
dilakukan konseling memiliki kriteria yang baik.
IV.2 SARAN
Semoga kita semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit
Tuberculosis (TBC) dan paham mengenai pengobatan TBC yang tepat sebagai seorang
calon Apoteker, serta dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta dalam
penanggulangan Tuberculosis (TBC).

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 26


DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY, dkk. 2006. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
PERPARI. Jakarta.
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta
Mansjoer, Arif (et.al). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media
Aesculapius.
Misnadiarly. 2006. Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru: Mengenal, Mencegah,
Menanggulangi TBC Paru, Ekstra Paru, Anak, dan pada Kehamilan. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.
Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Kedua. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia 2008.
Sukandar E. Y, dkk, 2013, Iso Farmakoterapi Buku 1, Penerbit Isfi, Jakarta.
World Health Organization (WHO). Fact Sheet No 104. WHO; 2011.
Wunderink RG, Watever GW. 2014. Community-acquired pneumonia. N Engl J
Med.2014;370:543-51.
Dahlan Z. 2009. Pneumonia, dalam Sudoyo AW, dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Luttfiya MN, Henley E, Chang L. Diagnosis and treatment of community acquired pneumonia.
American Family Physician. 2010;73(3):442-50.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 27


LAMPIRAN 1
KUESIONER
Nama Lengkap :
Kuesioner Penggunaan Obat TBC
1. Apakah anda tahu tentang penyebaab penyakit Tuberkulosis Paru dan pneumonia?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda tahu akibat dari lupa minum obat?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah penyakit TB paru adalah penyakit yang tidak menular?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah anda tahu penyakit TB pada anak dapat dicegah?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda tahu akibat dari minum obat secara tidak teratur?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda menghentikan pengobatan ketika anda merasa sudah baik-baik saja?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah anda tahu cara penularan tuberculosis?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda akan rutin datang ke Puskesmas terdekat untuk mengambil obat?
a. Ya
b. Tidak
9. Sebelum dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan apakah anda akan berhenti
menghentikan pengobatan?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah anda tahu pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama?
a. Ya
b. Tidak

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 28


FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 29
Lampiran 2
Rekapitulasi Kuesioner Pretest Responden
No Soal R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Skor Kategori
Apakah anda tahu tentang penyebaab
1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 Kurang
penyakit Tuberkulosis Paru dan pneumonia?
Apakah anda tahu akibat dari lupa minum
2 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 Baik
obat?
Apakah penyakit TB paru adalah penyakit
3 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 6 Baik
yang tidak menular?
Apakah anda tahu penyakit TB pada anak
4 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 Baik
dapat dicegah?
Apakah anda tahu akibat dari minum obat
5 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 5 Kurang
secara tidak teratur?
Apakah anda menghentikan pengobatan
6 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 Kurang
ketika anda merasa sudah baik-baik saja?
Apakah anda tahu cara penularan
7 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 Kurang
tuberculosis?
Apakah anda akan rutin datang ke
8 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 4 Kurang
Puskesmas terdekat untuk mengambil obat?
Sebelum dinyatakan sembuh oleh petugas
9 kesehatan apakah anda akan berhenti 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
menghentikan pengobatan?
Apakah anda tahu pengobatan TB
10 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 2 Kurang
membutuhkan waktu yang lama?
Baik=4
Jumlah
Kurang=6
Ket:
R1 - R10 : nomer Responden
0 : jawaban salah
1 : jawaban benar

FARMASI KLINIK “TUBERKULOSIS”Page 1


Lampiran 3
Rekapitulasi Kuesioner Posttest Responden
No Soal R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 Skor Kategori
Apakah anda tahu tentang penyebaab
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
penyakit Tuberkulosis Paru dan pneumonia?
Apakah anda tahu akibat dari lupa minum
2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 Baik
obat?
Apakah penyakit TB paru adalah penyakit
3 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 Baik
yang tidak menular?
Apakah anda tahu penyakit TB pada anak
4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 Baik
dapat dicegah?
Apakah anda tahu akibat dari minum obat
5 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 Baik
secara tidak teratur?
Apakah anda menghentikan pengobatan
6 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 Baik
ketika anda merasa sudah baik-baik saja?
Apakah anda tahu cara penularan
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
tuberkulosis
Apakah anda akan rutin datang ke
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
Puskesmas terdekat untuk mengambil obat?
Sebelum dinyatakan sembuh oleh petugas
9 kesehatan apakah anda akan berhenti 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Baik
menghentikan pengobatan?
Apakah anda tahu pengobatan TB
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Baik
membutuhkan waktu yang lama?
Baik=10
Jumlah
Kurang=0
Ket:
R1 - R10 : nomer Responden
0 : jawaban salah
1 : jawaban benar

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS”Page 2

Anda mungkin juga menyukai