Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL 7

SKENARIO 2: Fungsi Cairan Sulkus Gingiva


BLOK 6: Fungsi Sistem Stomatognati
2017/2018

Oleh :
Ketua : Dhea Ayu Dewanti (171610101066)
Scriber Meja : Shyntia Gabriel P. (171610101073)
Anggota : Debi Suntari (171610101065)
Azizarohaina Dirza (171610101067)
Vanny Septian (171610101069)
Mulia Widya Winiswara (171610101070)
Ferdiana Agustin (171610101071)
Deri Abdul Aziz (171610101072)
Safira Annisa Yasmin P (171610101074)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan ini, tentang Fungsi Cairan Sulkus Gingiva.
Penulisan laporan ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena
itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. drg. Nuzulul Hikmah, M.Biomed yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial
kelompok tujuh Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Jember dan telah memberikan
masukan yang membangun, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan- perbaikan di
masa mendatang dan kesempurnaan laporan ini.Semoga laporan ini dapat berguna bagi
kita semua.

Jember, 6 April 2018

Tim Penyusun
FUNGSI CAIRAN SULKUS GINGIVA
Seorang pasien laki-laki, usia 35 tahun datang dengan keluhan nyeri pada gigi-giginya.
Pasien punya kebiasaan merokok dan penyakit diabetes melitus. Hasil pemeriksaan klinis,
menunjukan ada kegoyangan pada beberapa gigi, terdapat plak supragingiva dan kalkulus,
gingival line kehitaman. Setelah perawatan selesai, dokter gigi menyarankan pasien untuk
selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya, terutama rajin menggosok gigi. Pada saat
menggosok gigi, diusahakan daerah servikal gingiva ikut ditekan, agar merangsang
pengeluaran cairan gingiva (gingival crevicular fluid). Komposisi cairan sulkus gingiva
mengandung komponen pertahanan seluler dan humoral, adanya agen antimikroba yang
dapat membunuh bakteri patogen. Oleh karena itu, cairan sulkus gingiva dapat digunakan
sebagai indikator untuk melihat keadaan jaringan periodontal, maupun kondisi sistemik
secara objektif pada setiap orang. Pengukuran jumlah cairan sulkus gingiva dapat digunakan
sebagai indeks inflamasi gingiva.
STEP 1
• Plak supragingiva
o Plak yang terdapat di atas tepi gingiva, pada permukaan lingual insisif bawah
dan permukaan bukal molar atas, terdapat pada sisi gusi ke arah giginya
o Menyerap substrat saliva dan sisa makanan
o Plak  lapisan lunak tipis dan padat menutupi email gigi dan gingiva
o Warnanya kekuningan dan mudah dibersihkan (di dokter gigi)
o Dapat dilihat secara langsung
• Servikal gingiva
o Daerah perbatasan gigi dengan gusi apabila dilihat secara langsung
o A.k.a. gingival line, marginal gingiva
• Indeks inflamasi gingiva
o Hasil pengukuran cairan gingiva, bisa jadi patokan kesehatan jaringan
periodontal, juga bisa sebagai patokan kondisi sistemik secara objektif pada
setiap orang
o Tingkat keparahan inflamasi
o Pada normal: 0.24 – 1.56 mikroL/ menit, 0.3 mikroL/gigi/jam
• Kalkulus
o Plak yang mengalami mineralisasi, menempel pada permukaan gigi/ gigi
tiruan
o Lapisan keras yang terbentuk pada permukaan gigi
o Biasanya di orang dewasa
o Permukaan kasar, shg mikroba gampang menempel
o Suatu massa yang mengalami kalsifikasi dan menempel erat pada perm. gigi
• Kegoyangan
o Hilangnya perlekatan gigi pada soketnya
o Ada 2 kondisi, fisiologis (gigi permanen mau erupsi) dan patologis (dewasa,
ada gangguan pada periodontal khususnya pada pembentukan poket
periodontal)
o Keadaan goyang, tidak tetap, dan keadaan berubah-ubah pada gigi
• Gingival crevicular fluid
o Cairan eksudat yg berasal dari pembuluh darah dan keluar dari dinding sulkus,
komposisi mirip darah (terutama pada protein plasma)
o Cairan yang terakumulasi di leher gigi, bisa berasal dari leukosit, sel
periodonsium, dan bakteri yang ada
o Awalnya merupakan cairan intestinal, lalu menjadi cairan eksudat
o Cairan ini bersifat alkali
• Agen antimikroba
o Zat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri atau mikroba
o Bisa berupa obat-obatan atau bahan kimia, juga dari sel PMN, juga dari enzim,
juga ada makrofag dan limfosit
STEP 2
1. Apa fungsi dari cairan sulkus gingiva?
2. Apa komposisi cairan sulkus gingiva?
3. Bagaimana cairan sulkus gingiva itu terbentuk?
4. Apa hubungannya rokok dan diabetes dengan penyakit periodontal?
5. Mengapa cairan gingiva sebagai indeks inflamasi?
STEP 3
1. Apa fungsi dari cairan sulkus gingiva?
a. Mengandung antimikroba dan plasma sebagai perlindungan dari bakteri dan
perlekatan gigi
b. Alkali sehingga mentralkan pH saliva
c. Protein plasma sbg pertahanan dari jar. Periodontal (seluler dan humoral),
PMN di CGS akan meningkat apabila ada inflamasi
d. Membersihkan material di sulkus gingival
2. Apa komposisi cairan sulkus gingiva?
a. Seluler : bakteri, sel epitel, makrofag, limfosit, leukosit, monosit
b. Humoral : sitokin, antibodi, karbohidrat
c. Elektrolit : kalsium, sodium
d. Enzim : lisosim, alkalinfosfat, asam fosfat, hasil metabolik dari bakteri (ex.
Prostaglandin, dll)
e. Juga ada asam laktat dan lipid, juga ada sistem fibrinolisis
f. Komplemen : C3 dan C4
g. Sitokin : IL, kemokin, TNF, IF
h. Antibodi : IgG, IgA, IgM
3. Bagaimana cairan sulkus gingiva itu terbentuk?
a. Berasal dari serum darah kemudian keluar ke sulkus gingiva melalui
junctional epithelium
b. Berkaitan dengan permeabilitas dari gingiva, awalnya cairan intestinal, lalu
jadi cairan eksudat. Pada kondisi sehat, CGS bisa keluar. Pada kondisi
inflamasi, CGS banyak mengandung cairan inflamasi.
4. Apa hubungannya rokok dan diabetes dengan penyakit periodontal?
a. Rokok : Zat kimia pada rokok dapat menimbulkan demineralisasi pada gigi,
gingival line kehitaman karena pasokan O2 kurang
b. DM : peningkatan gula darah dapat menimbulkan komplikasi berupa
keradangan pada jaringan periodontal, bisa radang karena CGS mengandung
banyak gula. Terjadi abnormalitas sel, seperti PMN, respon imun berlebih.
5. Mengapa cairan gingiva sebagai indeks inflamasi?
a. Karena komposisi CGS mirip seperti darah, dimana terdapat neutrofil,
kalsium, dan juga fosfat. Apabila terjadi periodontitis, otomatis kalsium dan
fosfat akan dikeluarkan melalui CGS.
b. Komponen protein dalam darah menurun, di CGS karbohidrat meningkat
c. Jika jaringan periodontal inflamasi, PMN akan meningkat dan urea menurun.
d. Mengandung sitokin dan imunoglobin (dirangsang oleh antigen) sebagai
signaling antar sel, shg mengundang sel lainnya apabila ada inflamasi
e. Saat abnormal, CGS akan meningkat.
STEP 4

CAIRAN SULKUS
GINGIVA

MEKANISME CARA
KOMPOSISI FUNGSI
SEKRESI PEMERIKSAAN

STEP 5
1. MMM definisi dan mekanisme sekresi cairan sulkus gingiva
2. MMM komposisi cairan sulkus gingiva
3. MMM fungsi cairan sulkus gingiva
4. MMM cara pemeriksaan cairan sulkus gingiva (DM)

STEP 6 (Mandiri)
STEP 7
1. MMM definisi dan mekanisme sekresi cairan sulkus gingiva
A. PENGERTIAN
Gingival Crevicular Fluid (GCF) adalah cairan eksudat maupun transudat yang
terkumpul pada margin gingiva atau sulkus gingiva dan jika terjadi patologis akan
berada di poket gingiva. Aliran Gingival Crevicular Fluid awalnya berasal dari
produk sel (transudat) dan selanjutnya juga dapat dipengaruhi oleh respon
inflamatorik pada daerah sekitar sulkus gingiva. Dengan demikian, Gingival
Crevicular Fluid dapat digunakan sebagai penanda diagnostic aktivitas penyakit
periodontal.

B. MEKANISME

Gingival Crevicular Fluid berasal dari jaringan gingiva dan serum darah yang
terdapat dalam sulkus gingiva dalam keadaan sehat maupun meradang.Pada keadaan
normal cairan sulkus gingiva yang mengandung leukosit akan melewati epitel
perlekatan menuju ke permukaan gigi.Cairan mengalir dari kapiler menuju ke
jaringan subepitel, terus ke epitel perlekatan. Kemudian cairan disekresikan dalam
bentuk cairan sulkus gingiva yang bercampur dengan saliva di dalam rongga mulut.
Komponen selular & humoral dari darah dapat melewati epitel perlekatan yang
terletak pd celah gingiva dalam bentuk GCF. GCF mengalir secara terus menerus
melalui epitel dan masuk ke sulkusgingiva dengan aliran yg sangat lambatyaitu,
0.24-1.56 μl/menit pada daerah yg tidak mengalami inflamasi.Aliran akan
meningkat pada gingivitis dan periodontitis.
Sebuah sumber menyebutkan cairan sulkus gingiva di produksi oleh sel epithelium
dari mukosa rongga mulut. Proses pembentukannya yang sesungguhnya tidak
diketahui dengan pasti hal ini karena :
• itu bukan produk saliva, karena kandungan protein tinggi tidak terlihat dalam
air liur dan aliran keluar cairan telah ditunjukkan.

• itu bukan sekresi sekresi kelenjar, karena tidak ada kelenjar yang dapat
didemostrasi di gingiva
• itu bukan transudat vaskuler lurus, karena ini akan memiliki komposisi ionik
yang mirip dengan plasma.

Ada 2 teori yang menjelaskan tentang pembentukan GCF, antara lain:


1. Teori 1 (Brill dan Egelberg)
Karena ada inflamasi, terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah 
rembesan cairan pada sulkus menjadi lebih lancar pada sulkus terbentuk GCF

2. Teori 2 (Pashley)
Pembentukan GCF diatur oleh cairan interstitial(cairan yang mengelilingi sel-sel
dalam tubuh) dari pembuluh kapiler  mengalir ke jaringan gingiva dan sekitarnya
 diolah di lilmfatik sistem
Saat inflamasi (membutuhkan sel radang), GCF akan dikeluarkan dari limfatik
sistem tersebut.
Sumber :Talwar,G.P at all.2016. Text Book of Biochemistry,Biotechnology, Allied,
and Molecular medicine. New Delhi: Eastern Economy Editioon.

Sumber :Mesteky, Jiri at all. 2015.Mukosal Imunology.Oxford: Elsevier

2. MMM komposisi cairan sulkus gingiva


Komponen
Cairan Sulkus
Gingiva

Enzim Non Enzim

Organik
Host Derived

Elemen Sel
Bakteria
Derived
Elektrolit

A. NON ENZYM

• Elektrolit

Konsentrasi elektrolit yang telah diukur pada CSG lebih tinggi daripada konsentrasi
elektrolit di plasma. Ini mencakup sodium, photasium, kalsium dan magnesium.
Konsentrasi ion ion tersebut akan meningkat pada keadaan gingiva meradang.

• Elemen seluler
Sel Epitel Deskuamasi

Sel epitel deskuamasi yaitu sel sel epitel perlekatan terluar yang terletak dasar sulkus
gingiva dan menyusun pertahanan setempat (host). Sel sel ini secara terus menerus
terlepas kedalam sulkus gingiva dan diganti dengan sel yang bergerak ke koronal
dari area dasar epitel. Kecepatan pertukaran sel epitel juga berpengaruh dalam
mekanisme pertahanan di dalam rongga mulut.

Leukosit

Leukosit masuk ke dalam rongga mulut melalui sulkus gingiva. Mengandung 95-
97% Neutrofil, 2 % Monosit dan 1 – 2 % Limfosit dimana 58% Limfosit B dan 24%
Limfosit T. Jumlah Leukosit meningkat pada keadaan inflamasi dengan fungsi
utama FAGOSITOSIS bakteri (peran imunitas GCF).

PMN leukosit bermigrasi secara teratur dan terus-menerus dari pembuluh darah ke
dalam epitel perlekatan, menembus ke sulkus gingiva dan keluar ke ruang mulut.
Merupakan sel paling aktif yang keluar dari pembuluh darah melalui epitel
perlekatan masuk ke dalam sulkus gingiva. Lebih dari 500 leukosit setiap detik yang
bermigrasi ke ruang mulut. Kecepatan migrasi PMN leukosit mempunyai hubungan
dengan keparahan gingivitis.

Neutrofil bermigrasi melalui epitel perlekatan ke sulkus gingiva. Pada sulkus,


neutrofil membentuk rintangan diantara epitel dan plak yang mencegah invasi
bakteri pada epitel dan jaringan ikat dibawahnya. 92% leukosit yang ditemukan di
dalam sulkus gingiva sehat berupa neutrophil. Jumlahnya dapat meningkat dari
7x104 -20x104 per ml. Bila terjadi kerusakan seluruh sel ini akan melepaskan enzim
cytosolic.

Monosit merupakan sel imatur yang mempunyai sedikit kemampuan untuk melawan
agen-agen yang menyebabkan infeksi. Konsentrasi dalam darah antara 5-10%.
Didalam darah hanya selama 24 jam, untuk selanjutnya bermigrasi ke berbagai
jaringan, menetap disana dan berubah menjadi makrofag.

Limfosit adalah leukosit kedua terbanyak di dalam darah sesudah leukosit neutrofil.
Antara 25-35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Limfosit tidak
dapat melakukan fagositosis. Limfosit menghasilkan antibodi terhadap berbagai
benda atau senyawa asing.
Bakteri

Bakteri yang terdapat pada CSG sama seperti bakteri yang menempel pada plak gigi
misalnya actinomces viscosus, streptococus sanguinis, dan porphyromonas
gingivalis.

• Organik

Karbohidrat dan protein sudah diteliti. Glukosa hexosamin dan asam hexuronik
ditemukan pada GCF. Glukosa darah kedarnya tidak berkorelasi dengan glukosan
dalam GCF; konsentrasi glukosa pada GCF tiga atau empat kali lebih tinggi daripada
glukosa pada serum. Interpretasi ini tidak hanya ditemukan pada jaringan yang
berdekatan, tetapi terdapat pada flora dari mikroba lokal. Total protein pada GCF
lebih sedikit dari serum. Tidak ada korelasi yang signifikan antara konsantrasi
protein di GCF dan keparahan dari ginggivitis, kedalaman poket, atau luasnya
kehilangan tulang.

Konsentrasi protein total dari CSG telah digunakan pada masa lalu sebagai alat
untuk mengevaluasi inflamasi gingiva dan aktivitas penyakit periodontal. Selain
IgG, IgA, IgM, beberapa komponen komplemen C3,C4,C5, dan C3 proaktivator
juga ditemukan didalam CSG. Ditemukannya C3,C4,C5, dan C3 proaktivator
menunjukkan bahwa didalam sulkus gingiva terjadi aktivitasi komplemen. IgG
spesifik terhadap sejumlah mikroorganisme da merupakan jumlah Imunoglobin
terbesar pada CSG

B. ENZYM

• Host Derived

1) Lisozym

Aktivitas muramidase, yaitu lisosim mampu menghidrolisa ikatan β (1-4) antara


asam N asetil muramik dan N-asetilglukosamin pada lapisan peptidoglikan dinding
sel bakteri, yang mengakibatkan terjadinya lisis bakteri. Aktivitas bakterial autolysin
tergantung pada kationik. Oleh karena lisosim merupakan kationik, lisosim dapat
merusak mambran bakteri dan mengaktifkan mekanisme bakterial autolisis karena
aktivasi muramidase dan autolysin. Menyebabkan agregrasi bakteri .Mencegah
perlekatan bakteri pada permukaan gigi .Mencegah penggunaan glukosa oleh
bakteri, sehingga mencegah produksi asam .Memecah rantai Streptokokus

2) Hyaloronidase

Hyaloronidase menghidrolisa ikatan β (1-4) antara asam N asetil muramik dan N-


asetilglukosamin, condroitin 4- sulphat dan condroitin 6-shulpat yang merupakan
komponen pembentuk dinding bakteri

• Bakteria Derived

• Protaglandin

Sebagai mediator inflamasi yang menyebabkan vasodilatasi, deposisi tulang,


menghambat sintesis kolagen. PGE2 adalah produk dari jalur siklooksigenase.
Peningkatan kadar PGE2 di GCF ditemukan pada pasien dengan periodontitis
dibandingkan dengan pasien dengan gingivitis. Tingkat PGE2 tiga kali lebih tinggi
pada pasien dengan periodontitis juvenil dibandingkan dengan periodontitis dewasa.

• Endotoksin

Kehadiran endotoksin bakteri mempunyai korelasi positif dengan inflamasi gingiva.


Molekul ini ditemukan pada membran luar dinding sel bakteri gram negatif. Level
endotoksin berhubungan dengan jumlah bakteri gram negatif dan sebagai faktor
patogenitas periodontitis.

• Hidroksiprolin

Ini adalah aminoacid kolagen dan penampilannya di GCF telah diteliti sebagai
penanda untuk penghancuran jaringan ikat periodontal. Data dari satu studi cross-
sectional pada manusia menunjukkan bahwa tingkat prolin hidrofik GCF tidak dapat
membedakan antara situs dengan gingivitis atau periodontitis. Karena ini bukan
kandidat yang menarik sebagai penanda potensial untuk perkembangan
periodontitis.

6) Urea

Klaven, Tylman, da Malone menemukan urea didalam CSG. Tidak


seorangpun menyebutkan fungsi urea tersebut dalam CSG, tetapi jumlah urea dalam
CSG akan menurun bila terjadi peradangan setempat. Urea hadir dalam saliva dan
CSG 3-10 mM pada individu sehat. Urea mungkin sumber nitrogen yang paling
berlebihan dalam mulut.

3. MMM fungsi cairan sulkus gingiva


• Self Cleansing

Cairan sulkus gingiva berfungsi sebagai self cleansing, dimana cairan sulkus gingiva
hanya sebagai pembantu saliva dalam fungsi ini. Cairan sulkus gingiva memiliki
aliran yang nantinya dapat membersihkan dan mencuci leher gingiva, mengeluarkan
sel-sel epitelial yang lepas, leukosit, bakteri, dan kotoran lainnya. Namun, karena
aliran cairan sulkus gingiva yang kecil, fungsi self cleansing lebih dilakukan oleh
saliva yang memiliki aliran yang lebih besar.

• Protein plasma dapat mempengaruhi perlekatan epitel ke gigi

Cairan sulkus gingiva mengandung protein plasma yang dapat membantu


menghambat perlekatan dari bakteri dengan epitel rongga mulut, antara lain sIgA.
sIgA berperan dalam memblokade reseptor epitel dengan cara mengikat ligan
mereka pada bakteri patogen. Dengan begitu, sIgA akan menghambat perlekatan
dari bakteri dengan epitel. Selain itu, proses aglutinasi antigen polivalen/ikatan
patogen dengan antibodi juga akan menjebak bakteri patogen dalam lapisan lendir.
Rantai oligosakarida dari komponen sIgA juga dapat berikatan dengan lapisan lendir
yang terdapat di permukaan sel epitel, sehingga bakteri patogen tidak bisa menempel
pada epitel.

• Sebagai sistem imun dan mengandung agen antimikrobial

Cairan sulkus gingiva mengandung komponen seluler dan humoral yang berfungsi
sebagai sistem imun termasuk di dalamnya agen antimikrobial seperti lisozim.
Selain itu diketahui bahwa interleukin 1-alfa dan interleukin 1-beta dapat
meningkatkan jumlah PMN dan monosit/makrofag, melepaskan enzim lisozim,
menstimulasi produksi prostaglandin E2 (PGE2) yang dapat merangsang
pembentukan osteoklas sehingga terjadi resorpsi tulang. Sebaliknya,interferon-alfa
pada cairan sulkus gingiva memiliki peran protektif karena dapat mencegah resopsi
tulang.
Gambar cairan sulkus gingiva sebagai system imun

Sumber : periobasics.com

• Indikator keadaan jaringan periodontal dan sistemik

Cairan sulkus gingiva dapat menjadi indicator suatu keadaan jaringan periodontal
dan kelainan sistemik. Hal ini karena cairan sulkus gingiva berasal dari darah dalam
tubuh dan kandungan cairan sulkus gingiva hampir sama dengan darah. Darah
merupakan indikator untuk melihat atau mendeteksi kelainan dalam tubuh seperti
mendeteksi terjadinya suatu proses inflamasi dan infeksi dalam tubuh. Hal ini sama
seperti yang terjadi dalam cairan sulkus gingiva dimana indikator-indikator
peradangan dapat terdeteksi dalam cairan sulkus gingiva seperti halnya dalam darah.

Indikator-indikator inflamasi yang dapat terdeteksi dalam cairan sulkus gingiva yaitu
IgG, IgA, C3, C4, aktivasi C4a, C3b, dan C5a, komponen-komponen respon imun
seperti mediator imun dan sitokin termasuk prostaglandin, laktoferin, dan lisozim.
Aliran cairan sulkus gingiva akan bertambah besar pada keadaan gingiva meradang
karena adanya peningkatan permeabilitas pembuluh vaskuler.
Gambar perbandingan cairan sulkus gingiva pada jaringan periodontal sehat dengan
penyakit periodontal

Sumber : sciencedirect.com

4. MMM cara pemeriksaan cairan sulkus gingiva (DM)


Cairan sulkus gingiva diketahui berperan dalam patogenesis terjadinya penyakit atau
kelainan periodontal, sehingga pengukuran terhadap adanya mediator-mediator
inflamasi di dalam CSG ini dapat digunakan untuk mengevaluasi adanya faktor –
faktor resiko terhadap kehilangan perlekatan gingiva hingga kerusakan tulang
alveolar. Selain sebagai penanda adanya penyakit periodontal, CGS dapat digunakan
sebagai biomarker penyakit sistemik.

Tujuan dari pemeriksaan CSG adalah untuk menganalisi bagaimana kondisi


inflamasi dan jaringan periodontal yang kemungkinan akan mengakibatkan resorbsi
jaringan periodontal yang lebih lanjut.

Faktor yang mempengaruhi sekresi CSG :

a) Circadian Periodicity. Terjadi peningkatan bertahap dalam jumlah CSG dari


pukul enam pagi sampai pukul sepuluh malam dan menurun setelah itu.

b) Hormon Seksual. Hormon seksual wanita meningkatkan CSG, mungkin


karena permeabilitas vaskularnya bertambah besar. Kehamilan, ovulasi, dan
kontrasepsi hormonal semuanya meningkatkan produksi cairan ginggival.
c) Stimulasi Mekanis. Mengunyah dan menggosok gigi dengan sangat kuat
menstimulasi aliran dari CSG. Bahkan stimulasi kecil dengan memberikan strip
kertas dapat memperlihatkan kenaikan produksi cairan.
d) Terapi Periodontal. Terdapat peningkatan produksi CSG selama periode
penyembuhan setelah operasi periodontal.
e) Obat-obatan pada cairan sulkus gingiva. Seluruh CSG yang diekskresikan
oleh obat-obatan dapat berguna saat terapi periodontal. Bader dan Goldgaber
mendemonstrasikan pada anjing bahwa tetrasiklin diekskresikan pada CSG;
penemuan ini menyebabkan penelitian lebih jauh yang memperlihatkan konsentrasi
tetrasiklin dibandingkan dengan serum. Metronidazole antibiotik lainnya yang
ditemukan dalan CSG manusia.
Terdapat berbagai teknik dalam pengumpulan cairan sulkus gingiva. Sampel bakteri
subgingiva lebih cocok diambil dengan metode kuret atau paper point. Sedangkan
cytokine dan enzim host biasanya dikumpulkan dengan filter paper strip. Berikut ini
merupakan cara pengumpulan cairan sulkus gingiva :

• Strip kertas penyaring

Cara ini disebut juga dengan metode Absorbing Paper Strip yang merupakan
penyerapan CSG dengan menggunakan paper strip. Metode ini dibagi menjadi 2
macam yaitu :

a) Brill technique (intra-sulcular method)


Filter paper strip dimasukkan ke dalam sulkus sampai dasar sulkus dapat dirasakan.
Metode ini harus dilakukan secara hati- hati, karena dapat menyebabkan iritasi.
Apabila terjadi iritasi akan menyebabkan ketidakakuratan volume cairan ini.

b) Loe and Hol-pedersen technique (extra-sulcular method)


Filter paper strip dimasukkan ke dalam pembukaan soket (tidak sampai dasar
sulkus) atau pada permukaan / di luar sulkus. Sehingga filter paper tidak akan
berkontak dengan epitelium sulkular

• Methylcellulose mikropipet

Pada teknik ini mikropipet yang telah distandarisasi panjang dan diameterya.
Mikropipet dimasukkan ke dalam poket dan dikumpulkan. Kemudian cairan yang
telah terkumpul disentrifugasi dan dianalisis.

• Crevicular washing

Pada teknik ini crevicular washing meliputi reaspirasi CSG. Metode yang digunakan
adalah :

C. Oppenheim Method (1970)


Takamori mendesain alat pengumpulan yaitu akrilik pada tahun 1963 yang
kemudian dimodifikasi oleh Oppenheim pada tahun 1970. Metode ini menggunakan
akrilik yang menutupi gingival margin maksilla dengan tepian dan groove yang
halus dan dihubungkan dengan 4 tabung. Kemudian terdapat pompa peristaltik yang
digunakan untuk membilas area crevicular dari satu sisi ke sisi yang lainnya.

D. Skapski dan Lehner method (1976)


Metode ini menggunakan dua jarum injeksi yaitu ejecting noodles yang diletakkan
di dasar poket dan collecting needle yang berada di gingival margin. Kemudian
terdapat suction yang digunakan untuk mengalirkan CSG dari collecting needle ke
tabung sampel. Area pengumpulan diisolasi dengan cotton roll, kemudian dialirkan
ke reaspirasi sebanyak 12 kali.

Penggunaan metode crevicular washing ini paling akurat dan mudah namun,
penggunaan alat ini membutuhkan biaya yang mahal.

• Pre – Weighed Twisted Threads

Teknik ini digunakan oleh Weinstein et al dengan benang yang dimasukkan ke


sekeliling sulkus gingiva.

Cairan Sulkus Gingiva pada Keadaan Inflamasi

Pada keadaan inflamasi, CSG mengandung beberapa produk peradangan dan


terdapat aktivasi komplemen (C4a, C3b, dan C5a), serta terjadi peningkatan aliran
cairan gingiva. Pada keadaan transisi dari jaringan periodontal sehat menjadi
gingivits atau inflamasi, pada CSG terjadi eprubahan awal berupa peningkatan
neutrofil interleukin-B.

Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Penyakit Periodontal

3) Gingivitis
Gingivitis merupakan bentuk dari penyakit periodontal dimana terjadi inflamasi
gingiva, tetapi kerusakan jaringan ringan dan dapat kembali normal. CSG pada
keadaan gingivitis didominasi oleh neutrofil. Mediator yang paling banyak terdeteksi
adalah leukotrien B, elastase, platelet activating factor, tromboxane B dan
kolagenase. Jumlah produk monosit seperti interleukin-1 atau tumor necrosis (TNF)
rendah, hal ini menunjukkan jumlah aktivasi yang lemah pada sel yang berhubungan
dengan inflamasi kronis. Pada gingivitis tidak ditemukan peningkatan jumlah atau
konsentrasi PGE2 yang signifikan.

4) Periodontitis
Periodontitis merupakan respon inflamasi kronis terhadap bakteri subgingiva,
mengakibatkan kerusakan jaringan periodontal yang irreversibel sehingga dapat
berakibat kehilangan gigi. pada pasien periodontitis, tingkat mediator inflamasi
meningkat seiring dengan waktu pada lokasi periodontal. Resiko terjadinya
periodontitis berhubungan dengan respon inflamasi sistemik keseluruhan suatu
individu. Sehingga, pada periodontitis dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
dari penyakit sistemik lainnya seperti diabetes melitus, jantung dll.
Pada pasien dengan periodontitis ditemukan sejumlah MMP-8, lactoferin, lysozyme
dan aktivita peroksidase lebih tinggi dalam CSG dari pada pasien yang memiliki
jaringan periodontal yang sehat. Pada pasien dengan poket yang dalam dan
kehilanga perlekatan gigi yang besar, terdapat elastase (protease endogen) yang aktif
dalam CSG. Berbeda dengan keadaan gingivitis, pasien periodontitis menunjukkan
peningkatan PGE2 dalam CSG.

Cairan Sulkus Gingiva sebagai Indikator Penyakit Sistemik

Pada pasien transplantasi organ, diberikan obat immunosupresif untuk mencegah


penolakan graft organ tersebut. Obat yang biasa diberikan adalah cyclosporine-A,
yang efek samping dari pemakaian obat tersebut akan terjadi pembesaran gingiva.
DAFTAR PUSTAKA

Ekaputri, Sara, dkk. 2010. Cairan Sulkus Gingiva Sebagai Indikator Keadaan Jaringan
Periodontal. Program Studi Periodonsia, FKG UI. Maj Ked Gt. Juni 2010: 17 (1): 81-86
ISSN: 1978-0206

Kasuma, Nila, dkk. 2015. Gingival Crevicular Fluid Sebagai Alternatif Cairan Fisiologis di
Rongga Mulut. Bagian Periodonsia, Universitas Andalas. Proceeding FORKOMIL III FKG
UNBRAH ; Hal : 113 – 118

Gupta, Virshali. 2016. Gingival Crevicular Fluid

Mesteky, Jiri at all. 2015.Mukosal Imunology.Oxford: Elsevier.

Subrahmanyam, M.V dan Sangeetha, M. 2003. Gingival Crevicular Fluid A Marker Of The
Periodontal Disease Activity. Indian Journal of Clinical Biochemistry, 2003, 18 (1) 5-7

Talwar,G.P at all.2016. Text Book of Biochemistry,Biotechnology, Allied, and Molecular


medicine. New Delhi: Eastern Economy Editioon.

Anda mungkin juga menyukai