ORAL BIOLOGI
SALIVA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah stomatognati ini
yang membahas tentang oral biologi terkait saliva. Adapun makalah ini kami buat
dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah stomatognati ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah stomatognati ini
yang membahas tentang oral biologi terkait saliva ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 DEFINISI DAN FUNGSI LIDAH ........................................................................ 6
2.2 KOMPOSISI SALIVA ........................................................................................... 6
2.3 PEMBENTUKAN SALIVA ..................................................................................... 7
2.3.1 ANATOMI KELENJAR SALIVA ................................................................................. 7
2.3.2 HISTOLOGI KELENJAR SALIVA ............................................................................. 7
2.4 PENGENDALIAN SEKRESI SALIVA ................................................................... 9
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI DAN SEKRESI
SALIVA ........................................................................................................................ 10
2.5.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA ............ 10
2.5.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI ...................... 11
DAFTAR PUSTAKA……………….…………………………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sekresi saliva setiap 24 jam berkisar antara 1000-1500 ml. Jumlah saliva
yang disekresikan dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar 0,3-0,5 ml/menit,
sedangkan dalam keadaan terstimulasi mencapai 1,0-1,5 ml/menit (Miles, dkk.,
2004). Saliva tidak terstimulasi menunjukkan seberapa besar saliva yang disekresi
secara konstan untuk melindungi dan melapisi rongga mulut, sedangkan saliva
terstimulasi menunjukkan kapasitas fungsional dari glandula saliva. Stimulasi
pada kelenjar saliva 2 dapat berupa rangsang olfaktorius, memikirkan dan melihat
makanan, rangsangan mekanis, kimiawi, neuronal dan rasa sakit. Pada saat
mengunyah makanan terjadi rangsangan mekanis. Rangsang yang ditimbulkan
oleh bahan kimiawi berupa rasa manis, asam, asin, pahit dan pedas. Rangsang
neuronal merupakan rangsangan yang datang melalui saraf simpatis dan
parasimpatis. Rasa sakit karena radang pada gingiva juga dapat menstimulasi
sekresi saliva (Putri & Diamawati, 2015)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dan komposisi saliva ?
2. Bagaimana pembentukkan saliva terjadi ?
3. Seperti apa terjadinya pengendalian sekresi saliva ?
4. Factor apa saja yang mempengaruhi komposisi dan sekresi saliva?
PEMBAHASAN
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen
anorganik dari saliva antara lain Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+, Cl- , SO4 2- , H + ,
PO4, dan HPO4 2- . Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi
adalah Na+ dan K+ . Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan
musin. Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak,
dan vitamin. Komponen organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri
dan makanan. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein
kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.7
Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar
saliva mayor serta beberapa kelenjar saliva minor.1,2,3,4 Kelenjar saliva mayor
terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara ramus
mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva
terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.
Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus.
Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk
membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis.4,5 Kelenjar saliva minor
terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal.
Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi, serta palatum.4
Asini mukous tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampai kolumner yang
mengelilingi lumen kecil dan memiliki inti pipih atau oval yang terletak di basal.
Sitoplasma asini mukous yang berada di basal sel bersifat basofilik sedangkan
daerah inti dan apeks berisi musin yang bewarna pucat. Hasil sekresi asini mukous
berupa musin yang sangat kental.
c) Asini campuran
Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat
perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit akan meningkat menjadi 2,5 ml/ menit bila distimulasi.
Berdasarkan hal tersebut dan bila pengaliran selama waktu tidur dapat diabaikan,
maka dapat diperhitungkan bahwa saliva yang dihasilkan perhari adalah antara 700-
800 ml. Sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar
submandibularis; sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva
minor. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi
konstan saraf parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan
tetap basah setiap waktu. Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi
saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:
1. Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut
merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut
memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui
saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat
makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di
mulut.
2. Refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral.
Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan
yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Kontrol sekresi saliva.10
Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen
anorganik dari saliva antara lain Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, SO42-, H+, PO4, dan
HPO42-. Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na+ dan
K+. Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan musin. Selain itu
ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak, dan vitamin.
Komponen organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya prolin,
musin, dan imunoglobulin.7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN