Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH STOMATOGNATI

ORAL BIOLOGI
SALIVA

Disusun oleh kelompok 3:

NADIRA CALLISTA N (2019 - 11 - 111) NAZHIFA ALFATHIA (2019 - 11 - 116)

NADYA PUSPITA S (2019 - 11 - 112) NIKITA NUR F (2019 - 11 - 117)

NADYA PUTRI D (2019 - 11 - 113) NINDHIYA N (2019 - 11 - 118)

NARULITA (2019 - 11 - 114) NISRINA AYU P (2019 - 11 - 119)

NASYWA KAMILAH N (2019 - 11 – 115) NUR KHOFIFAH (2019 - 11 - 120)

Kelas: 502 D / Semester 3

Tutor : Pinka Taher, drg, M Biomed


Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah stomatognati ini
yang membahas tentang oral biologi terkait saliva. Adapun makalah ini kami buat
dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami
sehingga kami dapat memperbaiki makalah stomatognati ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah stomatognati ini
yang membahas tentang oral biologi terkait saliva ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 3 November 2020

Penyusun
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 5
1.3 TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
2.1 DEFINISI DAN FUNGSI LIDAH ........................................................................ 6
2.2 KOMPOSISI SALIVA ........................................................................................... 6
2.3 PEMBENTUKAN SALIVA ..................................................................................... 7
2.3.1 ANATOMI KELENJAR SALIVA ................................................................................. 7
2.3.2 HISTOLOGI KELENJAR SALIVA ............................................................................. 7
2.4 PENGENDALIAN SEKRESI SALIVA ................................................................... 9
2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI DAN SEKRESI
SALIVA ........................................................................................................................ 10
2.5.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA ............ 10
2.5.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI ...................... 11

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12


3.1 KESIMPULAN ................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA……………….…………………………………………………………………………… 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Saliva merupakan cairan tubuh yang kompleks dan bermanfaat bagi


kesehatan rongga mulut. Saliva disekresi oleh tiga pasang glandula saliva mayor
yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan glandula saliva minor
(Khan, dkk., 2010). Saliva mempunyai peran penting dalam homeostasis rongga
mulut, karena memodulasi ekosistem dalam rongga mulut. Saliva diperlukan
untuk melumasi bolus makanan, perlindungan terhadap virus, bakteri dan jamur,
melindungi mukosa mulut, remineralisasi gigi, pencernaan, sensasi rasa,
keseimbangan pH serta fonasi. Fungsi perlindungan saliva sangat dipengaruhi
oleh perubahan yang berhubungan dengan komposisi maupun viskositas, derajat
keasaman, dan susunan ion serta protein saliva (Singh, dkk., 2015).

Sekresi saliva setiap 24 jam berkisar antara 1000-1500 ml. Jumlah saliva
yang disekresikan dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar 0,3-0,5 ml/menit,
sedangkan dalam keadaan terstimulasi mencapai 1,0-1,5 ml/menit (Miles, dkk.,
2004). Saliva tidak terstimulasi menunjukkan seberapa besar saliva yang disekresi
secara konstan untuk melindungi dan melapisi rongga mulut, sedangkan saliva
terstimulasi menunjukkan kapasitas fungsional dari glandula saliva. Stimulasi
pada kelenjar saliva 2 dapat berupa rangsang olfaktorius, memikirkan dan melihat
makanan, rangsangan mekanis, kimiawi, neuronal dan rasa sakit. Pada saat
mengunyah makanan terjadi rangsangan mekanis. Rangsang yang ditimbulkan
oleh bahan kimiawi berupa rasa manis, asam, asin, pahit dan pedas. Rangsang
neuronal merupakan rangsangan yang datang melalui saraf simpatis dan
parasimpatis. Rasa sakit karena radang pada gingiva juga dapat menstimulasi
sekresi saliva (Putri & Diamawati, 2015)
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja fungsi dan komposisi saliva ?
2. Bagaimana pembentukkan saliva terjadi ?
3. Seperti apa terjadinya pengendalian sekresi saliva ?
4. Factor apa saja yang mempengaruhi komposisi dan sekresi saliva?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Mampu memahami dan menjelaskan fungsi dan komposisi saliva.
2. Mampu memahami dan menjelaskan pembentukkan saliva.
3. Mampu memahami dan menjelaskan pengendalian sekresi saliva.
4. Mampu memahami dan menjelaskan factor yang mempengaruhi komposisi
dan sekresi saliva.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI DAN FUNGSI LIDAH

Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang


diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar
saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar
saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva. Fungsi saliva antara lain, saliva
memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva yang
merupakan suatu enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida; saliva
mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan
sehingga saling menyatu serta dengan menghasilkan mukus yang kental dan licin
sebagai pelumas; memiliki efek antibakteri, pertama oleh lisozim yaitu enzim yang
melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu dan kedua dengan membilas bahan
yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan; berfungsi sebagai
pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap; membantu
mastikasi dan berbicara karena adanya lubrikasi oral. Saliva berperan penting
dalam membantu menjaga kesehatan mukosa mulut dengan adanya growth factor
untuk membantu dalam proses penyembuhan luka. Aliran saliva yang terus
menerus membantu membilas residu makanan, melepaskan sel epitel, dan benda
asing. Penyangga bikarbonat di saliva menetralkan asam di makanan serta asam
yang dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu mencegah karies gigi.8

2.2 KOMPOSISI SALIVA

Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen
anorganik dari saliva antara lain Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+, Cl- , SO4 2- , H + ,
PO4, dan HPO4 2- . Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi
adalah Na+ dan K+ . Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan
musin. Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak,
dan vitamin. Komponen organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri
dan makanan. Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein
kaya prolin, musin, dan imunoglobulin.7

2.3 PEMBENTUKAN SALIVA

2.3.1 ANATOMI KELENJAR SALIVA

Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar
saliva mayor serta beberapa kelenjar saliva minor.1,2,3,4 Kelenjar saliva mayor
terdiri dari kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Kelenjar parotis
merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga antara ramus
mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva
terbesar kedua yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula.
Salurannya bermuara melalui lubang yang terdapat di samping frenulum lingualis.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus.
Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk
membentuk massa kelenjar di sekitar frenulum lingualis.4,5 Kelenjar saliva minor
terdiri dari kelenjar lingualis, bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal.
Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi, serta palatum.4

2.3.2 HISTOLOGI KELENJAR SALIVA

Kelenjar saliva merupakan kelenjar merokrin yang bentuknya berupa


tubuloasiner atau tubuloaveoler. Bagian dari kelenjar saliva yang menghasilkan
sekret disebut asini. Berikut adalah sel-sel yang menyusun asini kelenjar saliva.3
a) Asini serous
Asini serous tersusun dari sel-sel berbentuk piramid yang mengelilingi lumen
kecil dan berinti bulat. Di basal sel terdapat sitoplasma basofilik dan di apeks
terdapat butir-butir pro-enzim eosinofilik, yang akan disekresikan ke lumen asini
menjadi enzim. Hasil sekresi aini serous berisi enzim ptialin dan bersifat jernih dan
encer seperti air.6
b) Asini mukous

Asini mukous tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampai kolumner yang
mengelilingi lumen kecil dan memiliki inti pipih atau oval yang terletak di basal.
Sitoplasma asini mukous yang berada di basal sel bersifat basofilik sedangkan
daerah inti dan apeks berisi musin yang bewarna pucat. Hasil sekresi asini mukous
berupa musin yang sangat kental.
c) Asini campuran

Asini campuran mempunyai struktur asini serous serta mukous. Bagian


serous yang menempel pada bagian mukous tampak sebagai bangunan berbentuk
bulan sabit. Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain yaitu mioepitel.
Mioepitel terdapat di antara membran basalis dan sel asinus. Sel ini berbentuk
gepeng, berinti gepeng, memiliki sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel
sekretoris, dan memiliki miofibril yang kontraktil di dalam sitoplama sehingga
membantu memeras sel sekretoris mengeluarkan hasil sekresi.3
Hasil sekresi kelenjar saliva akan dialirkan ke duktus interkalatus yang
tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid dan mengelilingi lumen yang sangat kecil.
Beberapa duktus interkalatus akan bergabung dan melanjut sebagai duktus striatus
atau duktusintralobula ris yang tersusun dari sel-sel kuboid tinggi dan mempunyai
garis-garis di basal dan tegak lurus dengan membrana basalis yang berfungsi
sebagai transport ion.7
Duktus striatus dari masing–masing lobulus akan bermuara pada saluran yang
lebih besar yang disebut duktus ekskretorius atau duktus interlobularis.3
2.4 PENGENDALIAN SEKRESI SALIVA

Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat
perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada
kecepatan 0,5 ml/menit akan meningkat menjadi 2,5 ml/ menit bila distimulasi.
Berdasarkan hal tersebut dan bila pengaliran selama waktu tidur dapat diabaikan,
maka dapat diperhitungkan bahwa saliva yang dihasilkan perhari adalah antara 700-
800 ml. Sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar
submandibularis; sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva
minor. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi
konstan saraf parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan
tetap basah setiap waktu. Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi
saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:
1. Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi
Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut
merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut
memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui
saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat
makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di
mulut.
2. Refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral.
Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan
yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Kontrol sekresi saliva.10

Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva


melalui sarafsaraf otonom. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis
berfungsi meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan
mekanisme yang berperan berbeda. Stimulasi parasimpatis berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer
dalam jumlah besar dan kaya enzim, sedangkan stimulasi simpatis
menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi
kental dan kaya mucous. Sekresi saliva dikendalikan sistem saraf itu
terbukti hal ini karena bila serabut saraf yang menuju ke kelenjar dipotong
maka terjadi penurunan sekresi dan atrofi kelenjar saliva.9

2.5 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI DAN SEKRESI


SALIVA

2.5.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKRESI SALIVA

Kelenjar saliva memproduksi saliva hampir setengah liter setiap hari.


Beberapa faktor mempengaruhi sekresi saliva dengan merangsang kelenjar saliva
melalui cara-cara berikut:3
1. Faktor mekanis yaitu dengan mengunyah makan yang keras atau
permen karet.
2. Faktor kimiawi yaitu melalui rangsangan seperti asam, manis, asin,
pahit dan pedas.
3. Faktor neuronal yaitu melalui sistem syaraf autonom baik simpatis
maupun parasimpatis.
4. Faktor Psikis yaitu stress yang menghambat sekresi saliva.
5. Rangsangan rasa sakit, misalnya oleh radang, gingivitis, dan
pemakaian protesa yang dapat menstimulasi sekresi saliva.3

2.5.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMPOSISI

Saliva terdiri dari 94%-99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen
anorganik dari saliva antara lain Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-, SO42-, H+, PO4, dan
HPO42-. Komponen anorganik yang memiliki konsentrasi tertinggi adalah Na+ dan
K+. Sedangkan komponen organik utamanya adalah protein dan musin. Selain itu
ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino, ureum amoniak, dan vitamin.
Komponen organik ini dapat ditemukan dari pertukaran zat bakteri dan makanan.
Protein yang secara kuantitatif penting adalah α-amilase, protein kaya prolin,
musin, dan imunoglobulin.7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Saliva merupakan gabungan dari berbagai cairan dan komponen yang


diekskresikan ke dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar
saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar
saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva. komponen organik utamanya
adalah protein dan musin. Selain itu ditemukan juga lipida, glukosa, asam amino,
ureum amoniak, dan vitamin. Komponen organik ini dapat ditemukan dari
pertukaran zat bakteri dan makanan.
Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada
tingkat perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit.
Pada kecepatan 0,5 ml/menit akan meningkat menjadi 2,5 ml/ menit bila
distimulasi. Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui
sarafsaraf otonom. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis berfungsi
meningkatkan sekresi saliva, tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang
berperan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hasibuan S. Keluhan mulut kering ditinjau dari factor penyebab, manifestasi


dan penanggulangannya [internet]. 2002 [cited 2012 September 27] 1(8): 1.
Available from: USU digital library.
2. Bailey R. Salivary Glands and Saliva [internet]. 2008 [cited 2013 January 29].
Available from:
http://biology.about.com/od/humananatomybiology/ss/salivaryglands-and-
saliva.htm.
3. Soejoto, Soetedjo, Faradz SMH, Witjahyo RB, Susilaningsih N, Purwati RD,
etal. Lecture Notes Histologi II. Semarang: Bagian Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2010. 25-30.
4. Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. 6 ed. Jakarta:
EGC;2000. 736-40.
5. Bartels, C.L. Xerostomia-Information for Dentist, Helping Patients with Dry
Mouth [internet]. 2005 [cited 2012 September 11]. Available from:
http://www.oralcancerfoundation.org.
6. Friedman. Chew’s For Health Chewable Dietary Supplement Contain Xylitol
[internet]. 2010 [cited 2012 September 12]. Available from: http://
www.dentist.net.
7. Pratama S. Pengaruh pengunyahan permen karet yang mengandung xylitol
terhadap laju aliran saliva pada anak usia 10-12 tahun di pesantren Al-
Hamidiyah, Depok Tahun 2008. Jakarta: UI. 2008: 5-25.
8. Rosen, F.S. Anatomy and physiology of the salivary gland. Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology. 2001:1-11.
9. P, Chyntia. Oral Cavity Saliva Secretion Swallowing. [Presentation
transcript]. SlidePlayer.com Inc., 2020.

Anda mungkin juga menyukai