Anda di halaman 1dari 19

BIOMEKANIK

ORTODONTI

GIZCKA NADILLAH BASRI (J055222002)


LEVINA SISFIANTI (J055222003)

PPDGS ORTODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNHAS
2023

1
DAFTAR ISI

Contents
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 3
I.2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3
I.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 5
II.1 Pergerakan Gigi ............................................................................................................ 5
II.1.1. Erupsi Gigi ............................................................................................................. 5
II.1.2. Migrasi Gigi ........................................................................................................... 6
II.1.3. Perubahan posisi gigi selama mastikasi ............................................................... 6
II.2. Biomekanika Ortodonti............................................................................................... 6
II.2.1. Histologi pergerakan gigi ...................................................................................... 8
BAB III....................................................................................................................................17
KESIMPULAN ......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perawatan ortodontik berhubungan dengan pengaturan gigi geligi yang tidak teratur
dengan cara menggerakkan gigi geligi tersebut ke tempat yang ideal. Pergerakan gigi secara
ortodontik merupakan hasil dari reaksi biologis terhadap stress biomekanik yang dihasilkan
oleh tekanan ortodontik pada Periodontal ligament (PDL) dan tulang alveolar (Takahashi,
2003). Pada saat gigi menerima tekanan dari alat ortodontik dalam periode waktu yang lama,
terjadilah respons yang menyerupai peradangan. Tekanan ortodontik ini mengakibatkan
perubahan dan fungsi tulang alveolar dan berikut sel-selnya. Perubahan tersebut meliputi
aposisi pada sisi tarikan dan resorpsi pada sisi tekanan (Krishnan, 2006). Gigi-gigi akan
bergerak jika dikenai tekanan, diikuti oleh perubahan dalam jaringan ikat. Di masa lalu,
ortodontik hanyalah berhubungan dengan proses resorpsi pada sisi tekanan dan proses aposisi
pada sisi tarikan. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, penemuan-penemuan baru
telah memperlihatkan resorpsi dan aposisi jaringan tulang dilihat dari berbagai disiplin ilmu
dasar dan klinis, yang semuanya berguna bagi manusia.
Gigi geligi akan bergerak jika dikenai tekanan. Piranti-piranti ortodonti aktif, dapat
memberikan tekanan ke arah yang dikehendaki operator dengan tujuan untuk memperbaiki
maloklusi. Tekanan pada gigi akan menimbulkan perubahan-perubahan pada jaringan
periodontal dan tulang alveoler. Pada sisi regangan / tarikan akan terjadi aposisi sedangkan
pada sisi tekanan, akan terjadi resorpsi tulang alveolar yang memerlukan keaktifan sel-sel
osteoblas dan osteoklas yang berada di dalam matriks ekstraseluler.

I.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksud pergerakan gigi?
2. Bagaimana respon jaringan gigi terhadap stimulus mekanis?
3. Bagaimana gambaran histologis jaringan sebagai bentuk respon terhadap stimulus
mekanis?

3
I.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan:
1. Untuk mengetahui defenisi dari pergerakan gigi
2. Respon jaringan gigi terhadap stimulus mekanis
3. Gambaran histologis jaringan sebagai bentuk respon terhadap stimulus mekanis?

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pergerakan Gigi


Pergerakan gigi dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Kedua jenis pergerakan
tersebut dapat diketahui bahwa keadaan gigi dan struktur jaringan pendukungnya mengalami
perubahan, misalnya pada gigi yang terdapat diantara daerah diastema maka gigi tersebut
akan bergerak ke daerah yang kosong. 1
Pergerakan gigi secara fisiologis dapat terjadi pada gigi-geligi dalam masa
perkembangan yaitu bergerak ke mesial, distal, dan anterior, sebagai contoh pergerakan ke
depan ( anterior ) dari gigi-geligi disebut migrasi mesial fisiologis. Pergerakan gigi secara
fisiologis ini diperkirakan dapat berlangsung sepanjang hidup apabila ada kesempatan
gigi-geligi untuk bergerak. 1
Pergerakan fisiologis gigi secara alami terjadi selama dan setelah gigi erupsi.
Pergerakan tersebut meliputi: 1
a. Gigi erupsi
b. Gigi migrasi
c. Perubahan posisi gigi selama mastikasi

II.1.1. Erupsi Gigi


Erupsi gigi adalah pergerakan aksial gigi dari posisi perkembangannya dalam rahang
reposisi akhirnya dalam rongga mulut. Sejumlah teori yang menjelaskan bagaimana proses
erupsi terjadi yaitu : 1
a. Teori tekanan darah
Tekanan vaskular ini menyebabkan pergerakan aksial pada gigi.
b. Perkembangan akar
Gigi bergeser lebih banyak selama erupsi daripada peningkatan panjang akar.
c. Hamnock ligamen
Jaringan fibrosa ini membentuk jaringan di bawah akar yang berkembang dan
kaya akan cairan. Akar yang berkembang menguatkan dirinya melawan
berkas jaringan, yang mana menggunakan kekuatan langsung dari oklusal gigi.

5
d. Ligamen periodontal traction
Ligamen periodontal kaya akan fibroblas yang terdiri dari jaringan
kontraktil. Kontraksi serat periodontal ini (terutama kelompok serat
melintang) akan menghasilkan pergerakan aksial pada gigi.

II.1.2. Migrasi Gigi

Migrasi mengacu pada perubahan minor posisi yang terlihat setelah erupsi gigi. Gigi
geligi manusia menunjukkan untuk bergerak kearah mesial dan oklusal. Namun pada
mandibula menunjukkan variasi tertentu, migrasi gigi biasanya akibat proksimal dan
pemakaian oklusal. Pemakaian oklusal dan proksimal mereka bergeser ke arah mesial dan
oklusal untuk memelihara kontak intereproksimal dan oklusal. 1

II.1.3. Perubahan posisi gigi selama mastikasi

Selama mastikasi gigi dan struktur periodontal menjadi sasaran kekuatan berat
terus-menerus yang mana terjadi dalam 1 siklus pada 1 detik atau kurang dan berkisar dari 1-
50 kg berdasarkan pada jenis makanan yang dikunyah. Gigi (yang menjadi sasaran) untuk
kekuatan besar ini, menunjukkan pergeseran ringan pada soketnya dan akibatnya kembali pada
posisi semula segera setelah muatan dipindahkan. Pergerakan gigi secara patologis adalah
berpindahnya posisi gigi akibat terganggunya keseimbangan antara faktor-faktor yang
memelihara posisi gigi yang fisiologis oleh penyakit periodontal, misalnya mobilitas
gigi yang menyebabkan posisi gigi berpindah dari posisi yang sebenarnya dan susunan gigi
menjadi tidak teratur serta terjadinya maloklusi. Untuk mengembalikan posisi gigi agar
mendapatkan oklusi yang normal maka diperlukan perawatan yang memerlukan pergerakan
gigi yaitu dengan perawatan ortodonti. 1

II.2. Biomekanika Ortodonti


Alat ortodonti adalah alat untuk menimbulkan kekuatan mekanik ke periodontium,
agar gigi bergerak sesuai dengan yang dikehendaki. Terlihat ada proses biologis antara
kekuatan mekanik dengan bergeraknya gigi. Perawatan ortodonti aktif pada dasarnya adalah
adanya kemampuan jaringan periodontium untuk mengadakan remodeling. Prinsipnya adalah
bahwa aktivasi sel yang melakukan remodeling menyebabkan gigi berpindah tempat,
sedangkan kekuatan mekanik adalah merupakan rangsangan yang mengaktifkan sel
tersebut. 2

6
Perawatan ortodonti didasarkan pada prinsip apabila gigi diberikan tekanan
yang terus-menerus maka akan terjadi pergerakan gigi. Tekanan tersebut menyebabkan
perubahan (remodels) pada jaringan tulang disekitar gigi. Perubahan tersebut meliputi
penambahan pada satu sisi dan pengurangan di sisi yang lain. Proses ini menyebabkan adanya
pergerakan dan penambahan dimensi tulang. 1
Albin Oppenheim menyatakan “Pergerakan gigi secara biologis seperti yang terjadi
pada pertumbuhan dan perkembangan gigi yang natural, tidak dapat diduplikasi atau ditiru
dengan perawatan ortodonti. Oleh karena harus diketahui perubahan-perubahan yang terjadi di
tulang, sementum dan jaringan pulpa”. 1

Menurut Profitt, kekuatan yang optimal untuk pergerakan gigi secara ortodonti adalah
kekuatan yang mampu menstimulasi aktivitas selular tanpa merusak pembuluh darah dalam
ligamen periodontal (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat kekuatan yang optimal untuk
mendapatkan pergerakan gigi tipping, bodily (translasi), penegakan akar, rotasi,
ekstrusi dan intrusi. 2

Tabel 1 Kekuatan optimal untuk Pergerakan Ortodonti

7
II.2.1. Histologi pergerakan gigi
Saat gaya diaplikasikan pada gigi, maka akan menyebabkan pembentukan area tekanan
dan regangan di sekitar gigi. Area tekanan terbentuk pada arah pergerakan gigi, sementara area
regangan terbentuk pada sisi yang berlawanan. 1
Tulang adalah jaringan yang hidup, yang bereaksi dengan tekanan dan regangan dengan
cara tertentu. Permukaan tulang yang menerima tekanan akan mengalami resorpsi dan tulang
yang menerima regangan akan mengalami aposisi. Saat gigi bergerak karena aplikasi alat
ortodonti, terjadi resorpsi tulang pada area tekanan dan pebentukan tulang pada area regangan.
1

Perubahan histologik dapat dilihat selama pergerakan gigi yang bervariasi berdasarkan
durasi dan jumlah tekanan yang diaplikasikan. Perubahan histologik yang dapat diamati selama
pergerakan gigi dapat dipelajari pada dua topik: 1
1) Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ringan
2) Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ekstrim

II.2.1.1 Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ringan


Saat gaya diaplikasikan pada gigi, area tekanan dan regangan akan dihasilkan:
Perubahan pada area tekanan: Ligamen periodontal pada arah pergerakan gigi mengalami
kompressi hingga 1/3 dari ketebalan awalnya. Peningkatan yang nyata dari vaskularitas
ligament periodontal pada area ini dapat diamati karena peningkatan suplai darah kapiler. Hal
ini meningkatkan suplai darah yang membantu mobilisasi sel-sel seperti fibroblast dan
osteoklas. 1
Osteoklas adalah sel yang meresorpsi tulang yang menempati dinding soket pada area
tekanan. Sel ini berada dalam depresi dangkal pada tulang yang disebut Howship’s lacunae.
Perubahan orientasi trabekula tulang dapat dilihat beberapa minggu setelah aplikasi gaya
ortoonti kontinyu. Trabekula yang biasanya parallel dengan aksis panjang gigi berubah menjadi
horizontal misalnya parallel terhadap arah gaya ortodonti. Pola trabekula kembali normal
selamafase retensi perawatan. Osteoklas yang berada dalam Howship’s lacunae mulai
meresorpsi tulang. Saat gaya yang diaplikasikan berada dalam batas fisiologis, resorpsi dapat
diamati pada plat alveolar yang berdekatan dengan ligament. 1

Perubahan pada area regangan: Area gigi yang berlawanan dengan arah gaya disebut area
regangan. Pada aplikasi gaya ortodonti, membrane periodontal pada area regangan menjadi

8
lebar.Oleh karena itu, jarak antara prosessus alveolaris dan gigi menjadi lebar. Selain pelebaran
serat periodontal, vaskularisasi yang meningkat juga ditemukan pada sisi regangan sama
seperti pada sisi tekanan. Vaskularisasi yang meningkat menyebabkan mobilisasi sel-sel seperti
fibroblast dan osteoblast di area ini. 1

Gambar 1. Perubahan histologis selama pergerakan gigi

9
Gambar 2. Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ortodonti yang ringan

Perubahan remodelling sekunder


Kapanpun gaya diaplikasikan untuk menggerakkan gigi, tulang didekatnya langsung
menunjukkan aktivitas osteoklasik dan osteoblastik pada area tekanan dan regangan secara
berturut-turut. Selain itu, perubahan tulang juga terjadi untukmempertahankan lebar atau
ketebalan tulang alveolar. Perubahan tersebut dinamakan perubahan remodelling sekunder.
Sebagai contoh, saat gigi digerakkan ke arah labial, terdapat deposisi kompensasi dari tulang
baru pada bagian terluar plat tulang alveolar labial dan juga resorpsi kompensasi pada sisi
lingual tulang alveolar bagian lingual. Perubahan structural kompensasi tersebut
10
mempertahankan ketebalan prosessus alveolaris pendukung meskipun gigi digerakkan pada
jarak yang lebih ekstrim dari ketebalan plat tulang alveolar. 1

Gambar 3. (A) Perubahan remodelling sekunder diamati setelah aplikasi gaya bodily
arah lingual (B) Perubahan remodelling sekunder diamati setelah aplikasi gaya tipping pada
arah lingual

II.2.1.2. Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ekstrim


Kapanpun gaya ekstrim diaplikasikan pada gigi,maka akan menyebabkan kehancuran
atau kompressi total ligament periodontal. Pada area tekanan, akar yang paling dekat dengan
lamina dura, menekan ligament periodontal dan menyebabkan tertutupnya pembuluh darah.
Ligamen yang kehilangan suplai nutrisinya akan memicu perubahan regresif yang disebut
hyalinisasi. 1
Pada kasus ini, tulang tidak dapat teresorpsi pada bagian frontal yang berdekatan
dengan gigi. Tampaknya resorpsi tulang terjadi pada ruang sum-sum tulang didekatnya dan di
bawah plat alveolar, di belakang dan di atas zona hyalinisasi.Jenis resorpsi ini disebut
undermining resorption. 1
Pada sisi regangan, ligament periodontal terlalu melebar yang menyebabkan robeknya
pembuluh darah dan iskemia.Oleh karena itu, gaya ekstrim yang diaplikasikan pada gigi
ditemukan peningkatan aktivitas osteoklastik jika dibandingkan dengan pembentukan tulang
dengan hasil gigi menjadi longgar di dalam soketnya. 1
Selain itu, nyeri dan hiperemia gingiva kemungkinan terjadi karena aplikasi gaya
ekstrim selama pergerakan gigi ortodonti. 1

11
Gambar 4. Perubahan yang mengikuti aplikasi gaya ortodonti yang ekstrim

Tekanan kontinyu pada gigi yang cukup besar dapat menutup pembuluh darah secara
total dan menghentikan suplai darah ke area ligament periodontal. Saat hal ini terjadi, selain
sel-sel dalam ligament periodontal yang mengalami kompressi distimulasi, nekrosis steril
terjadi dalam area yang terkompressi. Dalam ortodonti klinis, sulit untuk menghindari tekanan
yang menghasilkan sedikitnya area avaskuler pada ligament periodontal, dan telah dijelaskan
bahwa dengan memberikan tekanan pada gigi dengan interval waktu tertentu, dengan
mempertahankan tekanan dalam durasi waktu yang cukup untuk menghasilkan respon biolois,
dapat membantu mempertahankan vitalitas jaringan. Kelihatannya hal ini menjadi suatu
mekanisme dengan mengunyah wafer plastic atau mengunyah permen karet setelah tekanan
ortodonti diberikan untuk mengurangi rasa nyeri – tekanan pengunyahan dapat mengubah
posisi gigi dan memperlancar sejumlah aliran darah ke dalam area yang mengalami kompressi,
olehnya itu dapat mengurangi ukuran area nekrotik dalam ligament periodontal. 3
Karena gambaran histologisnya menunjukka sel-sel menghilang, area avaskuler pada
ligament periodontal merujuk pada hyalinised (Lihat Gambar 5). Meskipun sebutannya seperti
itu, prosesnya sama sekali tidak melibatkan pembentukan jaringan konektif hyaline. Proses
tersebut menggambarkan adanya kehilangan semua sel-sel yang tak dapat terhindarkan saat
suplai darah terputus secara total. Saat hal ini terjadi, proses remodelling tulang membatasi
12
area nekrotik pada ligament periodontal sebaiknya dipenuhi oleh sel-sel yang berasal dari area
yang tidak mengalami kerusakan di dekatnya. 3

Gambar 5. Pada hewan percobaan, perubahan pada aliran darah dalam ligament
periodontal dapat diamati dengan tinta India perfusi ke dalam system vaskuler saat hewan
dibunuh. Pembuluh darah diisi dengan Tinta India, sehingga ukurannya dapat diamati dengan
mudah. (A) Perfusi normal dari ligament periodontal. Perhatikan area gelap yang menunjukkan
adanya aliran darah. (B) Gaya sebesar 50 gm menekan ligament periodontal, perhatkan jumlah
perfusi yang berkurang namun masih ada aliran darah pada sisi kompressi. (C) Gaya besar
dengan aliran darah yang hamper terputus pada area kompressi. Spesimen ini diamati pada
potongan horizontal, dengan akar gigi pada bagian kir dan kamar pulpa pada bagian kiri atas.
Ligamen periodontal berada pada bagian bawah dan sebelah kanan. Sel-sel menghilang pada
area kompressi, dan area tersebut terkadang disebut mengalami hialinisasi karena munculnya
kartilago hialin. 3

Setelah penundaan selama beberapa hari, elemen seluler mulai menginvasi area
nekrotik (hyalinised). Dan yang lebih penting, osteoklast ditemukan dalam ruang sum sum
tulang di dekatnya dan mulai menyerang bagian bawah dari tulang yang berdekatan dengan
13
area nekrotik ligament periodontal (Gambar 6). Proses ini lebih tepat disebut undermining
resorption, karena serangannya mulai dari bagian bawah lamina dura. Saat hyalinisasi dan
undermining resorption terjadi, penundaan yang tak biasa dihindari dari pergerakan gigi
terjadi. Pertama hal ini disebabkan oleh penundaan dalam menstimulasi diferensiasi sel-sel
dalam ruang sum-sum tulang, kedua karena ketebalan tulang harus dihilangkan pada bagian
bawah struktur sebelum pergerakan gigi terjadi. Interval waktu yang berbeda dari pergerakan
gigi saat resorpsi frontal yang di banding dengan undermining resorption ditunjukkan pada
grafik di gambar 7. 3

Gambar 6. Spesimen histologik dari area ligament periodontal yang terkompressi setelah
beberapa hari. Saat ligament periodontal terkompressi sampai aliran darah terputus secara total,
diferensiasi osteoklas dalam ruang ligament periodontal merupakan suatu hal yang mustahil.
Setelah ditunda beberapa hari, osteoklas dalam ruang sum-sum tulang di dekatnya mulai
menyerang bagian bawah lamina dura dan prosesnya disebut undermining resorption. Bentuk
scalloped yang diamati pada gambar menunjukkan bahwa aktivitas osteoklas aktif di area
tersebut (Courtesy Dr.F.E Khouw)

14
Gambar 7. Gambaran diagram dari interval waktu pergerakan gigi dengan resorpsi frontal
dibandingkan undermining resorption. Dengan resorpsi frontal, beban yang bekerja secara
terus menerus pada bagian terluar lamina dura menghasilkan pergerakan gigi yang kontinyu.
Dengan proses undermining resorption, terdapat proses penundaan hingga tulang di sekitar
gigi dapat diresorpsi. Pada titik tersebut, gigi berpindah pada posisi baru dan jika tekanan yang
lebih besar dipertahankan, maka akan terjadi penundaan kembali hingga satu siklus disekitar
area undermining resorption. 3

Sebagai rangkuman dari pembahasan di atas, pemberian gaya ortodonti yang ekstrim dapat
menimbulkan: 4
1. Kompresi pada ligament periodontal dan tertutupnya pembuluh darah pada area
tekanan dan iskemia.
2. Pembentukan zona hyalinisasi yang lebar dan lag period yang lebih panjang.
3. Tidak terjadi resorpsi frontal dan tidak terjadi pergerakan gigi segera mungkin
4. Meningkatnya vaskularitas endosteal dan resorpsi endosteal pada dinding soket di
bawah area hyalinisasi- undermining resorption.
5. Gigi bergerak sebagai akibat dari undermining resorption ini.
6. Pergerakan gigi yang relative cepat dengan deposisi tulang di area regangan
7. Gaya ekstrim yang berlebihan dapat menimbulkan resorpsi akar, mobilitas gigi,
nonvitalitas dan ankilosis gigi.

Gaya ortodonti optimum


Gaya ortodonti optimum merupakan gaya yang membuat gigi bergerak paling cepat
pada arah yang diharapkan, dengan kerusakan minimal pada jaringan dan ketidaknyamanan
yang minimum pada pasien.1

15
Oppenheim dan Schwarz melakukan penelitian ekstensif dan mengemukakan bahwa
gaya optimum adalah sama besar dengan tekanan capillary pulse yaitu 20-26 gm/sq.cm area
permukaan akar. Dari poin klinis, gaya ortodonti optimum memiliki karakteristik berikut: 1
a. Menghasilkan pergerakan gigi yang cepat
b. Ketidaknyamanan pasien yang minimal
c. Lag phase pergerakan gigi minimal
d. Tidak ada mobilitas gigi yang nyata pada gigi yang digerakkan

Hyalinisasi
Hyalinisasi merupakan bentuk degenerasi jaringan yang ditandai oleh pembentukan
substansi homogenus eosinofilik. Hyalinisasi ini dapat terjadi pada organ seperti ginjal, paru-
paru dll. Hyalinisasi ligament periodontal menunjukkan ligament periodontal yang mengalami
kompressi dan degenerasi. 1
Proses patologis konvensional dari hyalinisasi bersifat irreversible, namun hyalinisasi
ligament periodontal merupakan proses yang reversible. 1
Bukti eksperimental menunjukkan bahwa hyalinisasi ligament periodontal pada sisi
tekanan terjadi pada beberapa area selama pergerakan gigi ortodonti. Namun, areanya menjadi
lebih lebar saat gaya ekstrim diaplikasikan. 1
Perubahan yang dapat diamati selama pembentukan zona hyaliniasasi: 1
1) Terjadi penyusutan gradual dari serat ligament periodontal
2) Struktur seluler menjadi tidak jelas. Beberapa nucleus menjadi lebih kecl (pycnotic)
sementara beberapa nucleus menghilang.
3) Serat kolagen yang terkompressi menyatu secara bertahap ke dalam cell free mass yang
banyak atau sedikit.
4) Selain itu, perubahan tertentu juga terjadi pada substansi dasar.
5) Terdapat kerusakan pada dinding pembuluh darah menyebabkan isinya terdorong
keluar
6) Osteoklas terbentuk pada ruang sum-sum dan area yang berdekatan dengan permukaan
tulang bagian dalam setelah periode 20-30 jam.

Adanya zona hyalinisasi menunjukkan bahwa ligament menjadi tidak berfungsi dan
oleh karena itu resorpsi tulang tidak dapat terjadi. Gigi menjadi tidak mampu untuk
melakukan pergerakan selanjutnya hingga jaringan yang rusak secara local telah hilang dan
dinding tulang alveolar yang berdekatan teresorpsi. 1
16
Eliminasi jaringan hyaline terjadi melalui dua mekanisme: 1
1) Resorpsi tulang alveolar oleh osteoklas yang berdiferensasi pada membrane periodontal
intak perifer dan ruang sum sum yang berdekatan.
2) Invasi sel-sel dan pembuluh darah dari perifer zona kompressi dimana jaringan nekrotik
dibuang. Sel-sel masuk ke dalam jaringan hyaline dan mengeliminasi jaringan fibrous
yang tidak diinginkan melalui aksi enzimatik dan fagositosis.

Semakin besar gaya, semakin lebar area hyalinisasi. Oleh karena itu, area yang lebih
luas dari ligament menjadi kurang berfungsi, dimana ditunjukkan dengan adanya
undermining resorption. Jika gaya yang lebih ringan diberikan, zona hyaline menjadi lebih
kecil dan area yang lebih luas dari ligament yang masih berfungsi masih tersedia. Resorpsi
frontal ini mendominasi pada gaya ringan yang diberikan. 1
Lokasi dan perluasan jaringan hyaline bergantung pada kondisi pergerakan gigi. Pada
kasus pergerakan gigi tipping, hyalinisasi dekat pada area crest alveolar sementara pada
pergerakan gigi bodily, letaknya pada bagian pertengahan dari akar. Kapanpun gaya yang
ekstrim diberikan pada gigi selama pergerakan tipping,maka akan menghasilkan dua area
hyaliniasasi,satu di region apikal dan yang lain di area marginal. 1

Gambar 8. Area hyalinisasi selama pergerakan gigi. (A) Pergerakan gigi tipping
menyebabkan hyalinisasi yang berdekatan dengan crest alveolar.(B) Tipping dengan gaya
ekstrim pada dua area hyalinisasi, satu di region apical dan yang lain pada area marginal (C)
Pergerakan gigi bodily menyebabkan hyalinisasi yang mndekati bagian pertengahan aka

17
BAB III
KESIMPULAN

1. Pergerakan gigi dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Kedua jenis
pergerakan tersebut dapat diketahui bahwa keadaan gigi dan struktur jaringan
pendukungnya mengalami perubahan, misalnya pada gigi yang terdapat
diantara daerah diastema maka gigi tersebut akan bergerak ke daerah yang
kosong.
2. Pergerakan gigi secara fisiologis dapat terjadi pada gigi-geligi dalam masa
perkembangan yaitu bergerak ke mesial, distal, dan anterior, sebagai contoh
pergerakan ke depan ( anterior ) dari gigi-geligi disebut migrasi mesial
fisiologis. Pergerakan gigi secara fisiologis ini diperkirakan dapat berlangsung
sepanjang hidup apabila ada kesempatan gigi-geligi untuk bergerak.
3. Respon jaringan terhadap gaya ortodonti memberikan respon yang berbeda, saat
diberikan tekanan ringan dan tekanan yang besar.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhalajhi S.I. Orthodontics: The Art and Science. 5th ed. NewDelhi: Arya Medhi
Publishing House PVT.Ltd.1997
2. Bahirah, S . Evaluasi Pasca Perawatan Ortodontik . Cv. Sagung Seto: Jakarta. 2004
3. Proffit WR. Contemporary orthodontics. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier; 2019
4. Basavaraj. Orthodontic Principle and Practice. India: Jaypee. 2011

19

Anda mungkin juga menyukai