Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Alat ortodontik lepasan adalah alat ortodontik yang dapat dipasang dan dilepas
sendiri oleh pasien. Komponen alat ortodontik lepasan yang lebih modern menggunakan
plat dasar dari akrilik dan kawat stainless steel. Alat ortodontik lepasan sering dianggap
sebagai satu satunya metode dalam perawatan ortodonsi sehingga sering digunakan untuk
merawat kasus-kasus maloklusi berat yang sebenarnya tidak dapat dirawat dengan alat
ortodontik lepasan. Beberapa perubahan berimbang dengan maraknya perkembangan dari
spesialisasi di bidang ortodonsi, hal ini berimbas pada berkurangnya peran dari alat
ortodontik lepasan, walaupun sebenarnya alat ini masih dapat digunakan sebagai pilihan
perawatan untuk kasus-kasus tertentu. Alat ortodontik lepasan bisa juga dikombinasikan
dengan alat ortodontik cekat dan juga dapat digunakan pada kasus lokal dan perawatan
interseptif pergerakan gigi pada periode gigi bercampur. Salah satu contohnya adalah space
maintainer yang efektif dan digunakan secara universal sebagai retainer setelah selesainya
perawatan alat orto- dontik cekat.
Alat ortondontik lepasan memiliki keuntungan signifikan dibandingkan dengan alat
cekat. Alat ortodontik lepasan maksila yang dibangun dengan baik dapat berfungsi sebagai
penjangkar konsevatif. Penjangkar intraoral tidak hanya terdapat pada gigi saja melainkan
juga ditambah dengan adanya kontak dari plat dasar akrilik dengan palatal vault. Hal ini
sangat berguna bila diperlukan untuk mendapatkan gerakan oklusal dari gigi yang impaksi
atau keluar dari lengkung, misalnya untuk koreksi gigi insisivus dan kaninus yang tidak
erupsi. Pada kasus ini dapat diterapkan traksi untuk membawa gigi tersebut turun ke tingkat
oklusal dengan menggunakan palatum sebagai penjangkar. Sebaliknya pada kasus ini
penggunaan alat yang cekat dapat mengganggu dan mendorong gigi yang berdekatan.
Tenaga kesehatan yang kurang berpengalaman sering menganggap bahwa penggunaan alat
ortodontik lepasan hanya membutuhkan sedikit keterampilan dan desain yang telah dibuat
dapat dengan aman diserahkan kepada pihak laboratorium, padahal dalam kenyataannya,
penggunaan alat ini membutuhkan ketrampilan yang cukup. Jika alat ortodontik lepasan

1
akan dimanfaatkan secara maksimal, alat tersebut harus didesain, dibuat, dan dikontrol
dengan baik dan hati-hati. Pemakaian dan cara kerja serta pergerakan gigi yang terjadi dari
penggunaan alat ortodoktik lepasan akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk :
1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai biomekanik pergerakan gigi dan
komponen aktif pada alat ortodontik lepasan sehingga dapat meningkatkan hasil dari
perawatan
2. Meningkatkan kesadaran operator mengenai pasien yang membutuhkan perawatan
lebih kompleks dan perlu dirujuk ke spesialis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pergerakan Gigi
Ketika suatu gaya diaplikasikan pada suatu titik di permukaan halus gigi, gaya tersebut
dapat diuraikan menjadi dua komponen, satu gaya pada tepat pada sudut dari permukaan
gigi dan gaya yang lain sejajar terhadapnya. Ketika permukaan gigi melengkung, gaya
diuraikan menjadi tegak lurus dan sejajar terhadap garis singgung pada titik kontak.
Apabila gaya diberikan pada sudut di permukaan gigi, pergerakan gigi dihasilkan oleh
komponen gaya yang tegak lurus terhadap gigi. Jadi, gigi tidak akan bergerak ke arah
pemberian gaya (Isaacson dkk, 2002).
Gambar 2.1 (a) Ketika gaya diaplikasikan ke
permukaan yang melengkung, arah resultan
pergerakan adalah pada sudut yang tepat sampai garis
singgung pada titik kontak. (b) Gigi yang erupsi
sebagian dapat diintrusikan dengan spring yang
diaplikasikan pada lereng tonjol.

B. Perubahan Jaringan Selama Pergerakan Gigi


1. Area tekanan
Area tekanan adalah area yang ditekan oleh alat ortodontik sesuai arah gaya.
Tekanan berakibat pada deformasi pembuluh darah dan perubahan jaringan di sekitar
gigi. Aliran darah dan perubahan jaringan periodontal dapat beradaptasi dengan gaya
tekanan.
2. Area tarikan
Pada area tarikan, tulang baru terbentuk sebagai hasil dari gaya yang diberikan
oleh alat ortodontik selama perawatan ortodontik. Endothelial nitric oxide synthase
(eNOS) memediasi pembentukan tulang pada area tarikan dengan menunjukkan

3
bahwa eNOS dapat menjadi penanda untuk aktivitas osteoblas. Profil enzim juga
diinvestigasi dalam hubungannya dengan pembentukan tulang alveolar pada area
tarikan. Penanda biokimia lain yang dapat berguna dalam aktivitas osteoblastik
adalah alkalin fosfatase (ALP) (Ariffin, dkk., 2011).

Gambar 2.2 Area tarikan dan tekanan (Kitauara, dkk., 2014)

3. Kontrol biokimia pada pergerakan gigi


Jaringan yang terkena trauma menstimulasi pelepasan prostaglandin.
Konsentrasi prostaglandin cenderung meningkat setelah ada manipulasi pada
jaringan. Iskemia menjadi pemicu dari sintesis prostaglandin. Epinefrin,
angiotensin, prolaktin, dan histamin terbukti dapat meningkatkan sintesis
prostaglandin (Singh,2015).
Kontrol biokimia pergerakan gigi dari perawatan ortodontik bersifat kompleks
dan sebuah fenomena yang belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Menurut Singh
(2015) adanya kekuatan ortodontik akan mengaktifkan reaksi biofisika. Tekanan
viskoelastik yang ada di ligamen periodontal akan menyebabkan deformasi tulang,
luka pada jaringan, serta merangsang produksi first messenger. Salah satunya
adalah prostaglandin. Prostaglandin kemudian akan merangsang pembentukan
second messenger (cGMP). Setelah itu, akan terjadi peningkatan resorpsi dan
deposisi sel yang akan menyebabkan remodeling tulang sehingga menyebabkan
terjadinya gerakan ortodontik.

4
Teori dari pergerakan gigi
Menurut Premkumar (2008), teori pergerakan gigi terdiri dari :
1) Mekanokemikal hipotesis
Stress secara fisik pada tulang dan perubahan solubilitas dari kristal
hidroksiapatit yang didapatkan dari remodeling pada tulang.
2) Teori pressure-tension
Aplikasi gaya ortodontik akan menghasilkan messenger kimia sebagai
stimulus untuk perubahan seluler yang akhirnya menyebabkan pergerakan
gigi. Hal tersebut akan mengurangi vaskularitas dan adanya tarikan yang
berlebihan pada ligamen periodontal akan mendorong perubahan kimia serta
respons inflamasi yang menghasilkan prostaglandin sehingga terjadi
perubahan dalam kadar oksigen.
3) Teori bioelektrik
Aplikasi gaya ortodontik, fleksi dan belokan dari tulang alveolar akan
menghasilkan sinyal elektrik yang berhubungan dengan metabolisme dari
tulang. Terdapat 2 tipe dari sinyal elektrik yaitu :
a) Piezoelektrik
Piezoelektrik merupakan fenomena yang mengobservasi material kristalin
yang bertanggung jawab terhadap pergerakan gigi, contohnya terdapat
pada tulang dan kolagen. Terjadinya deformasi dari struktur kristal
menyebabkan pemindahan elektron yang selanjutnya akan membentuk
arus listrik.
b) Bioelektrik potensial

4. Pergerakan gigi dalam ortodonsi


Pergerakan gigi dalam ortodontik merupakan kombinasi antara resorpsi dan
aposisi tulang pada sisi tekanan dan tarikan. Gaya ortodontik akan menghambat
vaskularisasi ligamen periodontal dan aliran darah sehingga menyebabkan

5
terjadinya perubahan biokimia dan seluler serta terjadi perubahan kontur tulang
alveolar (Khrisnan and Davidovitch, 2006).
Respon jaringan gigi dan pendukungnya bergantung dari besarnya gaya
yang diaplikasikan pada gigi. Gaya yang besar akan menyebabkan rasa sakit,
nekrosis dari elemen seluler dalam ligament periodontal sehingga terjadi
undermining resorption atau resorbsi tidak langsung pada tulang alveolar. Gaya
yang ringan akan menyebabkan resorbsi frontal atau resorbsi langsung yang tidak
menyebabkan rasa sakit dan akan terjadi remodeling tulang (Balajhi and Iyyer,
2006).
Menurut Khrisnan dan Davidovitch (2006), pergerakan gigi pada perawatan
ortodonsi terdiri atas 3 tahap yang berbeda, yaitu :
a. Initial phase
Tahap ini terjadi segera setelah aplikasi gaya pada gigi yang ditandai dengan
pergerakan gigi yang mendadak pada soketnya. Pergerakan gigi pada ruangan
periodontal dan tekukan tulang alveolar memungkinkan keadaan tersebut. Pada
tahap ini, tekanan ringan dan berat memberikan pergerakan yang sama (Singh,
2015).
b. Lag phase
Tahap ini ditandai dengan tidak ada atau sedikitnya pergerakan gigi. Karena
komponen selular disekitarnya teraktivasi akibat pergerakan gigi pada tahap
sebelumnya. Tahap ini lebih lama jika tekanan berat diaplikasikan pada gigi
sehingga terbentuk jaringan hialin yang luas dan undermining resorption (Balajhi
and Iyyer, 2006).
c. Pos-lag phase
Tahap ini ditandai dengan hilangnya jaringan hialin dan terjadinya resorpsi.
Pergerakan ini disebabkan oleh osteoklas yang meresorbsi tulang sehingga
terbentuk ruangan untuk pererakan gigi (Balajhi and Iyyer, 2006).

6
5. Variasi Individu
Variasi individu sebagian besar dipengaruhi oleh genetik seseorang. Variasi
dapat berupa bentuk dan ukuran tengkorak serta rahang (Foster, 1997). Salah satu
contoh variasi individu adalah kepadatan tulang, karena ini menjadi pertimbangan
dalam pergerakan gigi. Hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi daerah
hialinisasi jika dihasilkan pada ligamen periodontal. Secara garis besar terdapat dua
jenis tipe kepadatan tulang alveolar, yaitu tipe pertama, dimana tulang alveolar
dengan rongga cancellous yang besar menyebabkan tulang tidak begitu padat. Hal
ini memudahkan resorpsi lebih cepat terjadi sehingga pergerakan gigi yang
diinginkan dapat cepat terjadi. Tipe ini sering ditemukan pada pasien. Tipe kedua,
dimana rongga cancellous sangat jarang pada tulang alveolar menyebabkan tulang
menjadi padat sehingga resorpsi berjalan lambat dan hanya terjadi sedikit. Resorpsi
ini penting jika daerah hialinisasi dihasilkan pada ligamen periodontal. Jika
hialinisasi berlebihan, akan menyebabkan waktu yang dibutuhkan cukup lama untuk
menyerap tulang dari arah tepi. Individu dengan tipe tulang alveolar ini terbilang
cukup langka (Isaacson dkk., 2002).

6. Usia
Perubahan usia hanya berkaitan dengan seberapa lama waktu yang
diperlukan untuk pergerakan gigi berlangsung. Semakin dewasa seseorang maka
pergerakan gigi akan menjadi semakin lambat. Hal ini disebabkan karena sel
ligamen periodontal lebih sedikit serta tulang alveolar yang sudah lebih padat
dibanding anak-anak (Isaacson dkk., 2002). Reaksi jaringan pendukung pada
orang dewasa berbeda dibandingkan dengan jaringan pada anak-anak. Setelah
umur 18 – 20 tahun, aktivitas pertumbuhan seseorang sudah berkurang. Tulang
kortikal menjadi lebih padat sedangkan tulang spongeus berkurang seiring dengan
umur dan struktur tulang berubah dari berlubang seperti sarang menjadi jaringan
padat (Indian Dental Academy, 2014).

7
C. Retensi
Retensi merupakan bagian penting dari perawatan ortodontik dan semua pasien
membutuhkan retensi ortodonsi setelah perawatan cekat maupun lepasan (Gladesville
Orthodontics, 2013). Selama periode retensi, ligamen periodontal mulai beradaptasi
serta terjadi perbaikan pada permukaan dengan terbentuknya tulang baru. Tulang akan
mengalami remodeling dan akan digantikan dengan tulang trabekula matur (Isaacson
dkk., 2002). Retainer digunakan untuk mengurangi atau menghentikan pergerakan gigi
yang disebabkan oleh jaringan elastik pada gusi mencoba untuk menarik gigi kembali
ke posisi awal dan memberikan waktu pada jaringan lunak untuk beradaptasi di posisi
yang baru (Gladesville Orthodontics, 2013).

D. Mekanisme Spring
1. Gaya
Kekuatan sangat penting untuk mengawali atau menstimulus remodeling
tulang maupun untuk membimbing gerakan gigi menuju ke posisi yang diinginkan
(Ardhana, 2011). Untuk gigi berakar tunggal, pegas harus memberikan gaya pada
kisaran 25-40 g. Pemberian kekuatan yang berlebihan akan menunda pergerakan
gigi, kelebihan anchorage atau penjangkar (gambar 2.4) dapat menyebabkan
ketidaknyamanan kepada gigi pasien (Isaacson, 2002).

Gambar 2.3 Pengaruh kekuatan yang berbeda selama retraksi kaninus. (a) Kekuatan yang
benar menghasilkan pergerakan kaninus maksimum dan pergerakan minimum gigi yang
lain. (b) Kekuatan yang berlebihan mungkin akan mengurangi pergerakan kaninus dan

8
menghasilkan pergerakan yang tidak diinginkan dari gigi lainnya di lengkung rahang
(Isaacson dkk., 2002).
Gaya yang diberikan untuk mendapatkan gerakan gigi harus sesuai dengan
kekuatan optimal jenis pergerakan gigi (Bahirrah, 2004).
Tipe gerakan Kekuatan (gr) / cm2
Tipping 50-75
Bodily 100-150
Torque 75-125
Rotasi 50-75
Ekstrusi 50-75
Intrusi 15-25
Tabel 2.1 Kekuatan optimal yang dapat diberikan untuk mendapatkan berbagai pergerakan
gigi (Profitt dkk, 1986).

2. Defleksi
Pengertian defleksi adalah seberapa jauh gigi digerakkan dari tempat
semula. Ketika alat ortodonsi diaktivasi, gaya yang diberikan pada gigi disalurkan
ke semua jaringan di sekelilingnya sehingga gigi akan bergerak lebih besar
dibandingkan dengan lebar ligamen periodontal yang menyebabkan terjadinya
defleksi pada tulang alveolar. (Fitriana, 2013). Stabilitas pada spring juga
merupakan hal yang penting, spring yang ideal harus fleksibel dalam arah
pergerakan gigi tetapi kaku dalam arah lain, sehingga tidak mudah berpindah
(Isaacson dkk, 2002).

3. Desain spring
Spring retractor kaninus dibuat menggunakan kawat stainless steel
berukuran 0,016 x 0,022 inci, dengan elemen utama double ovoid loop yang
mempunyai tinggi 10 mm. Dibuat sebuah lengkungan untuk menghindari efek
samping yang tidak diinginkan pada gigi premolar dua. Beban defleksi dan kurva

9
gaya menunjukkan kemampuan spring dalam menghasilkan dan menjaga kondisi
biomekanis yang optimal untuk meretrak kaninus (beban defleksi = 45 g per mm
aktivasi, rasio gaya antitip kira-kira 11:1 dan rasio gaya antirotasi diperkirkan 7:1)
(Gjessing, 1985).
Spring bukal yang tidak didukung (tubing) (Gambar 2.4) dan busur harus
dibuat dari kawat 0,7 mm untuk memberikan kekuatan yang cukup. Spring tersebut
tidak boleh diaktifkan lebih dari 1 mm, jika gaya yang berlebihan tidak diinginkan.
(Isaacson dkk., 2002).

Gambar 2.4 Spring kaninus bukal 0,7 mm yang tidak didukung (tubing) (Isaacson dkk.,
2002).

4. Arah pergerakan gigi


Titik kontak antara spring dan gigi menentukan arah pergerakan gigi. Spring
palatal baik digunakan untuk pergerakan gigi ke labial dan mesiodistal, sedangkan
spring bukal digunakan jika diperlukan pergerakan ke palatal, atau jika spring
palatal tidak dapat diletakkan secara benar pada permukaan gigi (Gambar 2.5).

Gambar 2.5 Retraktor kaninus bukal yang didukung, digunakan untuk pergerakan gigi ke
distal dan palatal (Isaacson dkk., 2002).
10
BAB III
PEMBAHASAN
Pergerakan gigi akibat pemberikan gaya ortodonsi dicirikan dengan perubahan
remodeling pada gigi dan jaringan periodontal, termasuk pulpa dental, ligamen periodontal,
tulang alveolar, dan gingiva. Jaringan tersebut ketika terkena berbagai macam arah,
frekuensi, dan durasi dari gaya mekanis, dapat memperlihatkan perubahan mikroskopis dan
makroskopis yang signifikan. Pergerakan gigi ortodonsi dapat terjadi secara cepat ataupun
lambat tergantung pada karakteristik fisik dari gaya yang diberikan serta respon biologis
dari ligamen periodontal. Gaya ini dapat memicu perubahan pada vaskularitas dan aliran
darah ligamen periodontal, menghasilkan berbagai macam molekul penting seperti
neurotransmitter, sitokin, growth factor, serta metabolit asam arakidonat. Molekul tersebut
dapat memicu berbagai respon selular dari berbagai tipe sel pada sekitar gigi, memberikan
lingkungan yang menguntungkan bagi deposisi atau resopsi jaringan. Pada beberapa studi
menyebutkan tekanan mekanikal merubah struktur jaringan pada level selular, molekular,
serta genetik (Krishnan dan Davidovitch, 2006).
Pergerakan gigi terjadi selama terdapat tekanan dari komponen aktif alat ortodontik.
Area tekanan (compression) dan tarikan (tension) terbentuk dalam ligamen periodontal.
Pergerakan gigi tipping, tekanan terbesar terdapat pada krista alveolar dan apeks.
Sedangkan untuk pergerakan gigi bodily, distribusi tekanan lebih merata sepanjang akar
dan di sekeliling akar (Lohakare, 2008). Distribusi tekanan lebih seragam dengan
pergerakan bodily gigi yang berarti gaya diaplikasikan pada mahkota gigi, tekanan
maksimal dan tarikan dalam ligamen periodontal lebih kecil dibandingkan dengan
pergerakan tipping gigi (Isaacson, dkk., 2011).
1. Area Tekanan (Compression Region)
Area tekanan adalah area ligamen periodontal yang diberi tekanan (Lohakare,
2008). Tekanan berakibat pada deformasi pembuluh darah dan perubahan jaringan di
sekitar gigi. Aliran darah dan perubahan jaringan periodontal dapat beradaptasi dengan

11
gaya tekanan. Perubahan metabolik dapat terjadi pada sel di ligamen periodontal sebagai
akibat dari hipoksia dan menurunnya nutrisi (Ariffin dkk., 2011).
Tekanan mekanik dapat menyebabkan hyalinisasi yang berakibat pada nekrosis
ligamen periodontal dan menyebabkan resorpsi tulang. Hyalinisasi terjadi saat area
bebas sel (cell-free areas) pada ligamen periodontal, dimana jaringan normal secara
histologis kehilangan kolagen. Distorsi dari arah serat periodontal juga dapat terlihat.
Beberapa fragmen sel (debris), area matriks yang terdegradasi menyebar di antara fibril
kolagen yang padat, pada beberapa kasus, nukleus piknotik terlihat pada area hyalinisasi.
Pada model tikus, onset hyalinisasi dari ligamen periodontal yang tertekan terlihat 24
jam setelah aplikasi gaya ortodontik. Makrofag memiliki peran untuk menghilangkan
jaringan terhyalinisasi (Ariffin dkk., 2011).
Resorpsi tulang alveolar terjadi pada area tekanan selama pergerakan gigi.
Resorpsi tulang terjadi melalui aktivitas osteoklastik oleh osteoklas yang membentuk
kavitas pada tulang (lakuna) yang kemudian akan diisi oleh sel osteoblas untuk menutup
kavitas. Dua proses dalam resorpsi tulang adalah larutnya mineral dan degradasi matriks
organ yang sebagian besar terdiri dari kolagen tipe I. Proses ini terjadi karena enzim
proteolitik dan secara khusus, matriks metaloproteinase (MMP) serta lysosomal cysteine
proteinase (Ariffin dkk., 2011). Resopsi tulang sangatlah penting bagi perawatan
ortodonsi, dengan menghilangkan tulang alveolar pada jalur dari pergerakan akar gigi.
Pada proses cell-mediated ini, penampakan osteoklas dapat diperhitungkan sebagai
tahap yang paling penting. Namun, masih belum jelas apakah sel datang dari aktivasi
osteoklas matur pada ligamen periodontal atau dari proliferasi sel punca pada jaringan
hemopoietik lokal (Krishnan dan Davidovitch, 2006).
Berdasarkan konsep dari respon jaringan setelah pergerakan gigi, perbaikan
tulang pada area tekanan hanya terjadi saat kekuatan tekanan menurun. Observasi
menggunakan mikroskop elektron menunjukkan bahwa perbaikan jaringan dan
pembentukan tulang terjadi pada area tekanan walau dengan adanya gaya. Saat osteoklas
menjadi inaktif dan menjauh dari permukaan tulang, area tekanan menunjukkan
pembentukan tulang. Marker remodeling tulang dapat diperiksa dengan mengukur

12
aktivitas osteoklastik dan osteoblastik pada area tekanan selama tahap awal pergerakan
gigi (Ariffin dkk., 2011).
2. Area Tarikan
Pada area tarikan, tulang baru terbentuk sebagai hasil dari gaya yang diberikan
oleh alat ortodontik selama perawatan. Osteoblas terbentuk dari diferensiasi sel
prekursor lokal, yaitu stem cell mesenkimal. Osteoblas yang matur membentuk osteoid
dan diikuti proses mineralisasi. Endotelhelial nitric oxide synthase (eNOS) memediasi
pembentukan tulang pada area tarikan, yang menunjukkan bahwa eNOS dapat menjadi
penanda untuk aktivitas osteoblas. Profil enzim juga diinvestigasi dalam hubungannya
dengan pembentukan tulang alveolar pada area tarikan. Marker biokimia lain yang dapat
berguna dalam aktivitas osteoblastik adalah alkalin fosfatase (ALP) (Ariffin dkk., 2011).
Dalam periode yang singkat terjadi proliferasi fibroblas dari ligamen periodontal
dan sel osteoprogenitor di dinding soket. Di daerah tarikan, sel osteoprogenitor
berdiferensiasi menjadi osteoblas yang terletak di matriks tulang (osteoid). Osteoid ini
dengan cepat mengalami kalsifikasi untuk membentuk jaringan yang longgar dan
bervascular yaitu woven bone. Selama periode 1 bulan, woven bone mengalami
remodeling untuk membentuk trabekula. Dalam rongga cancellous, remodeling tulang
terjadi pada permukaan eksternal dari prosesus alveolaris dan ditemukan oleh adanya
resorpsi tulang periosteal. Jadi, prosesus alveolaris bergerak pada arah dimana gigi
tersebut bergerak. Serat dari ligamen periodontal memanjang atau dibentuk kembali.
Berbeda dengan daerah yang mengalami tekanan, besarnya tarikan hanya memiliki efek
kecil dalam pola aktivitas jaringan. Namun, jika tarikan berlebihan, serat periodontal
dapat basah dan pembuluh kapiler pecah sehingga terjadi perdarahan (hemoragi) ke
dalam ligamen periodontal (Isaacson dkk., 2011).
Gaya yang diterima oleh gigi berasal dari alat ortondotik yang dipasang pada gigi.
Komponen dari alat ortondontik lepasan, yaitu :
1. Plat Dasar (Base Plate)
Plat dasar merupakan bagian dari alat ortodontik lepasan sebagai tempat
melekatnya semua komponen lain dari alat. Bahan yang umum digunakan adalah

13
autopolymerizing (resin akrilik kuring dingin) dan resin akrilik kuring panas. Plat dasar
dapat dimodifikasi agar mempunyai fungsi khusus misalnya dimodifikasi sebagai bite
plane (peninggi gigitan) untuk mengurangi overbite, menambah kekuatan penjangkaran
dan lain sebagainya (Alam, 2012). Plat dasar berfungsi untuk mendukung komponen-
komponen lain, meneruskan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif ke gigi
penjangkar, mencegah pergeseran gigi-gigi yang tidak akan digerakkan, melindungi
spring-spring di daerah palatal serta menahan dan meneruskan kekuatan gigitan
(Ardhana, 2011).
Plat dasar dibuat setipis mungkin, biasanya setebal 1 malam model (2mm) agar
pasien merasa nyaman. Plat rahang atas dibuat mencapai daerah perbatasan palatum
mole dan palatum durum, bagian tengah melengkung ke anterior sehingga cukup luas,
daerah palatal yang bebas agar tidak mengganggu fungsi lidah sewaktu mengunyah dan
berbicara. Plat rahang bawah dibuat pada bagian lingual mandibula dengan tebal satu
setengah ketebalan malam (3mm) untuk memperkuat plat, di daerah sulkus lingualis plat
dipersempit agar tidak mengganggu gerakan lidah (Ardhana, 2011).
2. Busur Lingual (Lingual Arch)
Busur lingual merupakan lengkung kawat yang berada di bagian palatal/lingual
gigi anterior, berjalan menelusuri daerah servikal gigi-gigi dari sisi kanan ke sisi kiri di
bagian palatal/lingual, menempel pada cingulum gigi, sedangkan posisinya berjarak
tertentu pada gigi-gigi yang labio/bukoversi sehingga tidak menghambat pergerakan gigi
saat diretraksi ke palatinal/lingual. Busur lingual berfungsi untuk mempertahankan
lengkung gigi bagian palatal/lingual, tempat mematrikan spring pembantu (auxiliary
spring), mempertahankan kedudukan spring pembantu (auxiliary spring) serta
meningkatkan stabilitas alat di dalam mulut (Ardhana, 2011).
Busur lingual dibuat menggunakan kawat berdiameter 0,9-1 mm. Penggunaan
ukuran kawat yang besar dapat dilakukan karena tidak memerlukan keelastisan dari
kawat dan diharapkan dapat kokoh mendukung spring pembantu (auxiliary spring) yang
akan dipatrikan pada busur. Spring-spring dipasang di bawah busur lingual di atas
jaringan mukosa (Ardhana, 2011).

14
3. Peninggi Gigitan (Bite Raiser)
Alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan peninggi gigitan, yaitu penebalan
akrilik di sebelah palatinal/lingual gigi anterior atau di sebelah oklusal gigi-gigi posterior
dimaksudkan agar beberapa gigi di region lainnya tidak berkontak saat oklusi. Peninggi
gigitan terdiri dari plat dasar dengan penebalan pada tempat-tempat tertentu, bagian
retensi berupa klamer untuk melekatkan alat pada gigi penjangkar, busur labial untuk
meretraksi gigi anterior ke palatal/lingual dan mempertinggi retensi serta stabilitas alat.
Pada keadaan tertentu jika diperlukan dapat pula diberi tambahan pir-pir pembantu
(auxiliary spring) untuk mengoreksi gigi-gigi yang malposisi (Ardhana, 2011).
Macam-macam peninggi gigitan berdasarkan letaknya antara lain adalah peniggi
gigitan posterior yaitu plat dengan perluasan yang berbentuk penebalan di permukaan
oklusal gigi-gigi posterior kanan dan kiri serta peninggi gigitan anterior yaitu peninggi
gigitan berada di dataran gigitan region anterior (Ardhana, 2011).
4. Penjangkar (Anchorage)
Anchorage atau penjangkar merupakan alat pertahanan dari pergerakan gigi yang
tidak diinginkan. Hal tersebut dapat dicapai dari beberapa sumber penjangkar yang
berbeda. Hilangnya penjangkar dapat membuat efek merugikan pada perawatan.
Penjangkar menjadi sebuah pertimbangan penting ketika merencanakan pergerakan gigi
ortodonsi. Penjangkar dapat bersumber dari gigi, mukosa oral dan tulang dibawahnya,
implan, serta dari ekstra oral (Roberts-Harry dan Sandy, 2004).
a. Penjangkar intraoral
1. Gigi
Pemberian penjangkar dari gigi dapat datang dari lengkung yang sama dari gigi
yang akan digerakkan (intramaxillary) atau dari lengkung yang berlawanan
(intermaxillary).
2. Mukosa oral dan tulang dibawahnya
Kontak antara alat ortodontik dengan mukosa labial ataupun lingual dapat
meningkatkan penjangkar. Kontak yang terjadi pada alat ortodonsi dengan
permukaan palatum memberikan pertahanan pada pergerakan mesial dari gigi

15
posterior. Penjangkar ini dapat memberikan gaya yang lebih besar jika terdapat
permukaan palatum yang tinggi sehingga dapat menghasilkan efek topangan yang
lebih besar. Permukaan palatum yang rendah akan memberikan kontrol penjangkar
yang lebih rendah dikarenakan alat ortodonsi akan cenderung untuk jatuh pada
bidang inklinasi dari palatum.

Gambar 3.1 Melibatkan sebanyak mungkin gigi pada desain alat dan menutup
permukaan palatum akan meningkatkan penjangkar
3. Implan
Implan oseo-integrasi dapat digunakan sebagai sumber penjangkar yang sangat
aman. Implan terintegrasi dengan tulang dan tidak memiliki membran periodontal
sehingga implan tidak akan bergerak ketika sebuah gaya diberikan dan pada
beberapa kasus, implan dapat memberikan sumber ideal sebagai penjangkar.
b. Penjangkar ekstra oral
Penjangkar ekstraoral dapat digunakan menggunakan beberapa alat. Salah satu
contoh alat tersebut adala headgear. Gaya dari alat ini biasanya diberikan pada gigi
melalui sebuah face-bow. Arah dari gaya yang diberikan dapat berbeda-beda
tergantung tipe headgear yang digunakan. Alat ini dapat diaplikasikan pada gigi
maksila dan madibula. Terdapat beberapa variasi headgear yaitu servikal, oksipital,
variabel, dan reverse.
5. Alat aktif
A. Spring
1. Spring Palatal
16
a. Single cantilever spring (finger spring)
Menurut Isaacson dkk (2002) single cantilever spring disebut juga sebagai finger
spring yang berfungsi untuk menggerakan gigi ke arah labial atau ke arah garis
lengkung. Spring ini terbuat dari kawat stainless steel berdiameter 0.5 mm. Bagian
dari spring ini adalah satu koil yang terhubung pada spring dekat dengan plat dasar,
fungsi koil untuk meningkatkan panjang kawat dan kelenturan spring. Untuk
kelentingan maksimal, koil harus berada pada sisi yang berlawanan dari pergerakan
spring. Pada pergerakan gigi ke labial ataupun bukal, finger spring harus diputar
agar tidak mengenai gigi lainnya dengan tujuan spring terlindungi oleh plat dasar
ketika gigi bergerak.
Gambar 3.2 Spring kantilever
digunakan untuk memberikan
gerakan proklinasi pada gigi
incisivus sentral.

Gambar 3.3 Koil pada spring


kantilever palatal harus
bersandar pada garis dari titik
tengah mahkota gigi dengan
sudut 90O terhadap arah
pergerakan.
Lengan spring harus tegak kecuali ketika lengan tersebut harus diputar agar
mendapatkan kontak yang tepat dengan gigi (biasanya digunakan ketika meretraksi
kaninus). Spring palatal biasanya diboksing untuk melindungi dari kerusakan
sehingga spring tersebut terletak di antara plat dasar dan mukosa. Selama
pembuatan sangat penting untuk memblok spring secara adekuat agar spring
tersebut dapat bergerak bebas dan tidak terhambat oleh kawat pelindungnya
(Isaacson dkk., 2002).

17
Gambar 3.4 Penyesuaian
dari kawat pelindung untuk
memastikan spring dapat
bergerak bebas

Indikasi:
Spring ini digunakan untuk menggerakan gigi ke arah mesiodistal, seperti
penutupan diastema anterior. Hal ini dapat digunakan hanya pada gigi yang terletak
dalam lengkung gigi secara bukolingual (Phulari,2011).
b. T spring
Gambar 3.5 T spring dibuat dari
kawat 0,5 mm. Pengaturan loops
digabungkan sehingga spring
dapat memanjang ketika gigi
bergerak ke bukal.

T spring terbuat dari kawat dengan diameter 0.5 mm. Prinsip mekanisnya
hampir sama dengan single cantilever spring. Namun, karena pada kedua ujung
spring tergabung dengan akrilik, kelenturannya menjadi berkurang (Isaacson dkk.,
2002).
c. Z-Spring
Z-spring digunakan untuk memindahkan satu atau dua gigi ke arah labial
(Cobourne dan DiBiase, 2010). Menurut Lokahare (2008), Z-spring merupakan
single atau double cantilever spring. Spring dibengkokkan menjadi bentuk Z dengan
dua koil dan modifikasi spring palatal. Spring dibuat dari kawat dengan diameter
0,5 mm. Pada spring ini, lengan yang aktif bersandar diatas koil.

18
Gambar 3.6 Akrilik menutupi Z-spring yang
ditempatkan dalam relasi gigi insisivus lateral
(Singh, 2015)

d. Coffin Spring
Coffin merupakan spring yang kuat terbuat dari kawat yang tebal berukuran
1,25 mm dan berfungsi untuk ekspansi lengkung transversal. Coffin spring biasanya
diletakkan pada bagian anterior pada regio inter caninus dan bagian posterior regio
molar pertama (Lohakare, 2008).
Keuntungan dari coffin spring dibandingkan sekrup adalah memiliki ekspansi
yang berbeda sehingga dapat berlaku pada gigi premolar dan molar, tetapi spring ini
cenderung tidak stabil kecuali coffin spring dibuat dan diatur dengan benar
(Isaacson dkk., 2006).

Gambar 3.7 Coffin spring (1,25 mm) untuk lengkung ekspansi transversal (Isaacson, dkk.,
2006).

19
Menurut Lohakare (2008) coffin spring dapat digunakan pada kondisi
lengkung yang sempit, gigi berjejal, dan ekspansi lengkung pada anteroposterior
dan arah melintang. Selain itu, menurut Premkumar (2008) coffin spring juga dapat
digunakan untuk ekspansi lengkung rahang atas yang terbatas, koreksi crossbite,
dan kondisi yang membutuhkan ekspansi diferensial.

2. Buccal Spring
Macam-macam buccal spring (Isaacson dkk., 2006) :
a. Buccal Canine Retractor
Buccal Canine Retractor terbuat dari kawat berdiameter 0,7 mm untuk
stabilitas sehingga kurang fleksibel daripada palatal spring, defleksi yang kecil
menghasilkan gaya yang besar (Isaacson dkk., 2006).

Gambar 3.8 Buccal Canine


Rectractor (Rahardjo, 2009)

b. Supported Buccal Retractor


Alat ini dibuat dari kawat 0,5 mm yang diberi penyangga tabung baja nirkarat
berdiameter 0,5 mm. Tabung membuat stabilitas vertikal, supported bucal retractor
memiliki sifat mekanik yang baik dan mudah digunakan (Rahardjo, 2009).
Gambar 3.9 Supported Buccal
Retractor (Rahardjo, 2009)

20
c. Reverse Loop Buccal Retractor
Buccal retractor ini banyak digunakan terutama bila sulkus bukal rendah seperti di
rahang bawah. Kelenturan spring tergantung pada tinggi loop vertical yang harus
dibuat sebesar mungkin (Isaacson dkk., 2006).

Gambar 3.10 Reverse Loop Buccal Retractor (Rahardjo, 2009).

B. Bows
Macam-macam labial bows :
1. Labial bows dengan U-loop
a. Short labial bows
Konstruksi short labial bow dari regio gigi kaninus kiri hingga gigi kaninus kanan
pada maksila maupun mandibular. Komponennya terdiri atas bow, 2 buah U-loop, dan
2 lengan retensi (Phulari, 2011).

Gambar 3.11 Short Labial Bow


(Singh, 2015)

21
b. Split labial bows
Alat ini bisa meningkatkan fleksibilitas dari kekakuan short labial bow. Aktifasi
selesai oleh penekanan U-loop sebesar 1-2 mm (Singh, 2015).
c. Fitted labial bows
Wire yang digunakan pada alat ini berdiameter 0,7 mm. Indikasi dari fitted labial
bows adalah sebagai alat retensi setelah periode aktif perawatan ortodontik. Alat ini
diletakkan pada sepertiga tengah mahkota gigi, dan harus bersifat pasif (Premkumar,
2008).
Gambar 3.12 Fitted Labial Bow
(Premkumar, 2008)

d. Long labial bows


Long labial bow merupakan modifikasi dari short labial bow dengan diperpanjang
sampai gigi premolar. Aktifasi alat dengan menekan loop sebesar 1-2 mm (Singh,
2015).
Gambar 3.13 long labial bows
(Premkumar, 2008)

e. Reverse labial bows


Alat ini sama dengan bow yang telah dideskripsikan diatas. Bow ini kaku dan harus
diaktifkan hanya sebesar 1 mm setiap aktivasi (Isaacson dkk., 2006).

22
Gambar 3.14 reverse loop labial
bow (0,7 mm) (Isaacson dkk.,
2006; Singh, 2015).

2. Labial bows tanpa U-loop


a. Roberts retractor
Roberts retractor adalah fleksibel bow yang dibuat dari kawat diameter 0,5 mm yang
dimasukkan ke dalam pipa stainless steel untuk memberi dukungan kepada kedua ujung
bow (gambar 2.22) (Isaacson dkk., 2006).

Gambar 2.22 Roberts retractor yang dibuat dengan kawat ukuran 0,5 mm dengan
tabung pendukug dengan diameter internal 0,5 mm (Isaacson dkk., 2006; Singh,
2015).
b. High labial bow with apron spring
Pada konsepnya, alat ini sama dengan Robert’s retractor. Busur disesuaikan pada
lengan vertikal seperti yang dideskripsikan pada Robert’s retractor.

Gambar 3.15 high labial bow (0,9 mm) dengan apron spring (0,4 mm). bagian
tengah dari high labial bow dihilangkan setelah baseplate diproses (Isaacson dkk.,
2006).
c. Mills retractor/ Extended labial bow
Bow ini adalah alternatif yang baik untuk Roberts’ retractor untuk reduksi overjet
dan juga cocok untuk pengaturan insisivus yang tidak beraturan. Kekurangan alat ini

23
adalah sedikit kurang nyaman untuk digunakan pasien (Isaacson, 2006). Kekurangan
yang lain adalah alat ini sulit untuk dibuat (Premkumar, 2008).
Gambar 3.16 Mills retractor/
Extended labial bow (Premkumar,
2008)

C. Screws
Sebagai alternatif penggunakan springs untuk memindahkan gigi, banyak sekali
jenis dari screw yang dapat diaplikasikan pada plat. Alat ini dibutuhkan untuk
memindahkan gigi atau sekelompok gigi melalui baseplate akrilik. (Tony dkk, 2011).
- Mendorong gigi atas
- Menutup diastema, atau mendorong distal atau mesial
- Memperluas lengkungan
Ada kemungkinan bahwa untuk setiap jenis perpindahan gigi mungkin ada
sekrup atau kombinasi sekrup yang dapat digunakan (Tony dkk, 2011).

D. Elastik
Alat elastis umumnya digunakan dengan peralatan removable untuk traksi
intermaxillary atau supaya perpindahan gigi lebih terlokalisasi terdapat kait atau tombol
yang terikat pada gigi dan alat elastis ini melekat pada salah satu ujung dan alat di lain
untuk memberikan gaya yang dibutuhkan (Tony dkk, 2011).

24
BAB IV
KESIMPULAN

Pergerakan gigi selama perawatan ortodonsik melibatkan aspek mekanis. Aspek


mekanis pergerakan gigi melibatkan komponen-komponen alat ortodontik. Alat ortodontik
lepasan memiliki beberapa komponen dasar penting seperti plat dasar, busur lingual,
peninggi gigitan, penjangkar, dan komponen aktif. Komponen alat ortodontik tersebut jika
diaktivasi dengan tepat akan menimbulkan suatu gaya tarikan dan tekanan yang akan
menghasilkan pergerakan gigi ke arah yang diinginkan. Pergerakan gigi tersebut didapatkan
dari perubahan jaringan periodontal selama alat ortodontik diaktifkan.

25

Anda mungkin juga menyukai