Anda di halaman 1dari 17

Pengertian dan fungsi saliva

       Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan


tidak berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari
kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa
oral. Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar
air liur. Semua kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk
membantu mencerna makanan dengan mengeluarkan
suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).
Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan
fetus (4 – 12 minggu) sebagai invaginasi epitel mulut yang
akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan jaringan asinar.
Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang
melapisi seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air
ludah pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4
ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air
ludah normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air
ludah (kapasitas dapar / asam) dan jumlah air ludah yang
kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies yang
tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan
mengakibatkan pembentukan karang gigi.
            Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya
sangat tergantung pada umur, jenis kelamin, makanan
saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi
biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia
memproduksi sebanyak 1000-1500 cc air ludah dalam 24
jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan 0,5 % lagi
terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik.
Unsur-unsur organik yang menyusun saliva antara lain :
protein, lipida, glukosa, asam amino, amoniak, vitamin,
asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun
saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium,
Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan Thiocynate (CNS) ,
Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi
dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.
Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1.      Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga
membantu proses mengunyah dan menelan makanan
2.      Membasahi dan melembutkan makanan menjadi
bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah
ditelan dan dirasakan
3.      Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan
dan kuman
4.      Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5.      Membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah
6.      Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan
penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan
darah dan epidermal growth factor pada saliva
7.      Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai
ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh.
8.      membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi
dan lidah)
 
Kurang lebih 80% bau mulut timbul dari dalam rongga
mulut. Air ludah atau saliva memegang peranan dalam
masalah bau mulut, gigi berlubang dan penyakit rongga
mulut/penyakit tubuh secara keseluruhan karena air ludah
melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan
sistem buffer sehingga makanan yang terlalu asam
misalnya bisa dinetralkan kembali keasamannya dan juga
segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan
adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa
udara) dijaga keseimbangannya. Di dalam air ludah juga
terdapat antigen dan antibodi yang berfungsi melawan
kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga
kita sehingga tubuh tidak akan mudah terserang penyakit.
Seandainya dalam keadaan normal tersebut seseorang
memakai obat kumur ataupun antiseptik yang berlebihan,
maka justru keseimbangan bakteri akan terganggu,
bakteri-bakteri yang penting bisa menjadi mati, justru
bakteri-bakteri yang merusak malah menjadi berlipat
ganda sehingga timbul lah masalah dalam rongga mulut.
Adanya bakteri akan dapat membuat sisa makanan di
gigi/selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya
ragi), sehingga timbul racun bersifat asam yang akan
membuat email menjadi rapuh (mengalami
demineralisasi/mineral gigi rontok )mula-mula secara
mikro dan dengan berjalannya waktu gigi akan berlubang
secara kasat mata. Masalah lain, bakteri terutama bakteri
anaerob (hidup tanpa udara) akan mengeluarkan gas
yang mudah menguap antara lain seperti gas H2S
(Hidrogen Sulfid), Metil Merkaptan dll. Gas ini
menimbulkan bau mulut.
Pada orang-orang yang mengalami diabetes/kencing
manis, perokok, makan obat-obatan tertentu, orang lanjut
usia, maupun orang yang menjalani terapi radiasi (pada
penderita kanker) punya kecenderungan air ludahnya
berkurang (disebut dengan istilah xerostomia=kekeringan
rongga mulut). Hal ini bisa diatasi dengan terapi obat-
obatan yang merangsang keluarnya air ludah (dengan
obat-obatan yang diresepkan dari dokter gigi). Kecuali
bagi perokok, barangkali lebih bijaksana apabila frekuensi
rokoknya yang dikurangi, juga orang yang sedang
meminum obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan
kekeringan rongga mulut, dapat kembali seperti semula
apabila obat-obatan telah dihentikan pemakaiannya.
(Khususnya pada penderita diabetes/kencing manis, ada
bau mulut khas yakni bau aseton). Kemudian dalam hal
kualitas, hindari makan-makanan yang terlalu banyak
mengandung zat-zat kimia, seperti makanan yang banyak
mengandung zat pengawet, zat pewarna tambahan, zat
penambah rasa, atau makanan yang terlalu
manis/lengket/asam , maupun minuman-minuman
berkarbonasi secara terus menerus. Sebab dengan
keasaman yang terus menerus, air ludah tidak dapat
menyangga kadar keasamannya (fungsi buffer tadi)
supaya pH-nya naik kembal. Jadi keasaman yang terus
menerus itu yang membuat gigi berlubang (mengalami
demineralisasi email). Bila ingin minum air bersoda, atau
permen lebih baik dimakan dalam satu waktu tertentu
berdekatan dengan makan pagi/makan siang/makan
malam dan diakhiri dengan minum air putih/sikat gigi,
daripada memakan atau meminumnya sedikit demi sedikit
dalam jangka waktu yang lama. Menyikat gigi umumnya
dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi setelah makan pagi
dan malam sebelum tidur. Dengan jumlah yang 2 kali dan
juga kesalahan manusiawi misalnya tidak bisa setiap saat
bisa membersihkan gigi dengan tepat dan teliti ke seluruh
bagian, maka kita harus melepaskan waktu perawatan
sisanya kepada air ludah yang cukup jumlahnya dan baik
kualitasnya. Dengan cara makan makanan yang alamiah
tidak banyak mengandung zat kimia, yakni zat perasa,
pewarna dan pengawet, makan makanan berserat seperti
sayur dan buah-buahan supaya saat menggigit air ludah
dapat terrangsang untuk keluar (pada makanan yang
semuanya lunak/tidak berserat, gigi tidak perlu menggigit
kuat, akibatnya air ludah juga tidak banyak keluar),
menghindari minuman berkarbonasi (secara berlebihan)
dan juga pola makannya diatur dengan memakan
camilan/minuman manis berdekatan dengan waktu makan
makanan utama, setelah itu gigi dibersihkan, apabila tidak
dapat menggosok gigi, kumur-kumurlah atau minumlah air
putih yang banyak. Itu adalah cara yang sederhana dan
paling mudah dilakukan.
Jenis kelenjar saliva dan muaranya
Macam-macam kelenjar ludah :
1.         Kelenjar ludah utama /  mayor /  besar-
besar
Kelenjar-kelenjar ludah besar terletak agak jauh dari
rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui
duktusnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
Ø      Kelenjar Parotis , terletak dibagian bawah telinga
dibelakang ramus mandibula
Ø      Kelenjar Submandibularis (submaksilaris) ,
terletak dibagian bawah korpus mandibula
Ø      Kelenjar Sublingualis ,  terletak dibawah lidah
Kelenjar ludah besar sangat memegang peranan
penting dalam proses mengolah makanan.
 
Kelenjar Parotis
v     Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah
terbesar yang terletak antara prossesus mastoideus
dan ramus mandibula.
v     Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris
pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi dihadapan
molar 2 atas.
v     Kelenjar parotis dibungkus oleh jaringan ikat padat
v     Mengandung sejumlah besar enzim antara lain
amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase, dan
kolinesterase.
v     Jaringan ikat masuk kedalam parenkim dan
membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus
v     Secara morfologis kelenjar parotis merupakan
kelenjar tubuloasinus (tubulo-alveolar) bercbang-
cabang (compound tubulo alveolar gland)
v     Asinus-asinus murni serus kebanyakan
mempunyai bentuk agak memanjang dan kadang-
kadang memperlihatkan percabangan-percabangan
v     Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-
sel basket
v     Saluran keluar utama ( duktus interlobaris) disebut
duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis
semu.
v     Kearah dalam organ duktus ini bercabang-cabang
menjadi duktus interlobularis dengan sel-sel epitel
berlapis silindris
v     Duktus interlobularis tadi kemudian bercabang-
cabang menjadi duktus intralobularis.
Kebanyakan duktus intralobularis merupakan
duktus Pfluger yang mempunyai epitel selapis
silindris yang bersifat acidophil dan menunjukkan
garis-garis basal
v     Duktus Boll pada umumnya panjang-panjang dan
menunjukkan percabangan
v     Duktus Pfluger agak pendek
v     Sel-selnya pipih dan memanjang
v     Pada jaringan ikat interlobaris dan
interlobularis terlihat banyak lemak yang
berhubungan dengan “kumpulan lemak bichat” (Fat
depat of bichat). Juga pada jaringan tersebut terlihat
cabang-cabang dari Nervus Facialis dan pembuluh
darah
 
Kelenjar submandibularis (submaksilaris)
v     Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus
mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris
(Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar
rongga mulut pada frenulum lidah , dibelakang gigi
seri bawah.
v     Merupakan kelenjar yang memproduksi air liur
terbanyak
v     Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini diliputi
kapsel yang terdiri  dari jaringan ikat padat yang juga
masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut
menjadi beberapa lobulus
v     Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar
tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang
(compound tubulo alveolar gland)
v     Percabangan duktusnya sama dengan glandula
parotis demikian pula sel-selnya
v     Bentuk sinus kebanyakan memanjang
v     Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-
sel basket
v     Duktus Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari
dalam preparat bila dibandingkan glandula parotis.
Selnya pipih dan memanjang
v     Duktus Pfluger : lebih panjang daripada duktus
pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak
percabangan sehingga dalam preparat lebih mudah
dicari
 
Kelenjar sublingualis
v     Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar
ludah besar
v     Terletak pada dasar rongga mulut, dibawah
mukosa dan mempunyai saluran keluar (duktus
ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus
v     Bermuara pada dasar rongga mulut dibelakang
muara duktus Wharton pada frenulum lidah
v     Glandula sublingualis tidak memiliki kapsel yang
jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan ikat yang
jelas/tebal
v     Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar
tubuloalvioler bercabang-cabang  (compound
tubuloalveolar gland)
v     Merupakan kelenjar tercampur dimana bagian
besar asinusnya adalah mukus murni
v     Duktus ekskretoris sama dengan glandula parotis
v     Duktus Pfluger sangat pendek
v     Duktus Boll sangat pendek dan bentuknya sudah
tidak khas sehingga dalam preparat sukar ditemukan
v     Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat
lemak sebagai glandula parotis
 
2.         Kelenjar ludah tambahan /  minor /
kecil-kecil
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-
kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa
(hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah
dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama
pakar yang menemukannya. Semua kelenjar ludah
mengeluarkan sekretnya kedalam rongga mulut.
Ø      Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada
bibir atas dan bibir bawah dengan asinus-asinus
seromukus
Ø      Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada
mukosa pipi, dengan asinus-asinus seromukus
Ø      Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis
anterior) terletak pada bagian bawah ujung lidah
disebelah menyebelah garis, median, dengan
asinus-asinus seromukus
Ø      Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland =
albuminous gland) terletak pada pangkal lidah,
dnegan asinus-asinus murni serus
Ø      Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal
lidah dengan asinus-asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga
glandula lingualis posterior
Ø      Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus
mukus .
 
Struktur-struktur kelenjar saliva
Tiap-tiap kelenjar sebagai suatu organ terdiri dari:
1.         Parenkim, yaitu bagian kelenjar yang terdiri dari
asinus-asinus dan duktus-duktus bercabang.
Asinus merupakan bagian-bagian sekretoris yang
mengeluarkan sekret. Sekret ini akan dialirkan melalui
suatu duktus untuk menyalurkan sekret kemana
mestinya.
2.         Stroma / jaringan ikat interstisial yang merupakan
jaringan antara asinus dan duktus tersebut.
Jaringan ikat ini membungkus organ (kapsel) dan
masuk kedalam organ dan membagi organ tersebut
menjadi lobus dan lobulus. Pada jaringan ikat tersebut
ditemukan duktus kelenjar, pembuluh darah,s erat
saraf dan lemak.
 
Kelenjar saliva mayor terdiri dari beberapa jenis sel:
1.    Unit sekretori
Terdiri dari : sel-sel asinar ,  duktus interkalaris , duktus
striata , dan main excretory ducts.
Sebagai tambahan kepada sel-sel ini yang bertanggung
jawab besar untuk sekresi dan modifikasi dari saliva,
sel-sel plasma juga berkontribusi pada sekresi saliva,
setidaknya pada kelenjar minor.
2.    Unit non sekretori
Terdiri dari myoepitel sel dan sel saraf
 
 
Sel-sel asinar
Merupakan unit sekretori sel.
Sel asinar mengandung olyco protein, protein dan
elektrolit.
Menurut sekretnya , asinus dapat dibedakan menjadi
asinus serus, mukus, dan tercampur
a.       Asinus serus
–    Sekretnya encer
–    Terdapat pada kelenjar parotis
–    Pengecatan HE bewarna ungu kemerahan
–    Lumennya sempit
–    Batas sel sukar dilihat dan antara sel terdapat
kanalikuli sekretoris interseluler
–    Inti sel bulat kearah basal
–    Penampakan sel tergantung fase sekresi selnya,
dimana pada fase istirahat, bagian apikalnya banyak
terdapat butir sekresi (zimogen) sehingga inti sel
terdesak ke basal. Dan setelah sekresi sel, maka sel
menjadi mengecil.
–    Terdapat sel myoepitel diantara sel kelenjar dan
membran basal yang dapat berkontraksi untuk
membantu mengeluarkan sekret asinus
 
b.      Asinus mukus
–    Sekretnya kental
–    Terdapat pada kelenjar saliva minor /  tambahan /
kecil-kecil
–    Pengecatan HE berwarna jernih kebiruan
–    Lumennya besar
–    Batas sel lebih jelas terlihat, tidak terdapat kanalikuli
interseluler sehingga sekretnya langsung dituangkan
oleh sel sekretoris kedalam lumen asinus
–    Inti sel pipih kearah basal
–    Pada fase istirahat, sitoplasmanya mengandung butir
mucigen yang sering rusak saat preparat fifiksasi/dicat
sehingga sel menjadi lebih terang
–    Terdapat sel myoepitel
–    Organela selnya berbeda dengan sel serus, dimana
terdapat lebih sedikit mitokondria, RE, dan banyak
apparatus golgi sehingga terdapat lebih banyak
komponen karbohidrat pada sekretnya
 
c.       Asinus campuran
–    Yang dimaksud dengan kelenjar-kelenjar yang
mempunyai asinus tercampur, adalah kelenjar-kelenjar
yang mempunyai baik asinus serus maupun asinus-
asinus mukus sebagai parenkimnya. Campuran
tersebut dapat berupa asinus-asinus murni mukus
dengan asinus-asinus murni serus atau dapat pula
satu asinus mempunyai bagian mukus dan serus
bersama-sama
–    Kelenjar submandibularis (submaksilaris) memiliki
sel serus lebih banyak dari pada sel mukusnya
–    Kelenjar sublingualis memiliki sel mukus lebih
banyak daripada sel serusnya
–    Pada asinus tercampur sel-sel mukus sering
didapatkan dekat duktus sedangkan sel-sel serus pada
bagian yang jauh dari duktus
–    Kadang-kadang sel mukus berasal dari melendirnya
sel-sel asinus karena terganggunay pengeluaran
sekretnya. Gangguan tersebut sering terjadi pada
duktus Boll
–    Bila dalam satu asinus sel-sel mukus lebih banyak
lagi, maka sel-sel albumin (serus) tadi akan terdesak
kearah apikal (puncak) asinus, sehingga sel-sel serus
tadi merupakan suatu lengkungan yang pada
penampang sering terlihat sebagai bulan sabit, yangs
ering disebut lanula Gianuzzi (Demilines of
Haidenhain, Crescent of Gianuzzi, serous demilunes of
Gianuzzi). Bagian ini masih mempunyai kanalikuli
sekretoris interseluler yang bermuara ke lumen asinus.
 
Duktus
Saluran kelenjar ludah terdiri dari beberapa bagian yang
panjangnya berbeda-beda menurut jenis kelenjar. Jika
dipandang dari segi lobulasi, ada yang letaknya
intralobularis dan ada yang interlobularis.
1. Duktus intralobularis
a.    Duktus interkalaris (Duktus Boll)
– Duktus yang menghubungkan asinus dengan saluran
berikutnya (duktus Pfluger)
– Bersifat non sekretorius
– Terdiri dari epitel selapis pipih atau selapis kubis
– Fungsi :  a. mengatur sekresi saliva asinar
   b. memodifikasi komponen elektrolit
   c. mengangkut komponen makromolekuler
 
b.   Duktus sekretorius (Pfluger)
– Duktus yang lebih besar dan bersifat sekretorious,
sehingga disebut juga duktus salivatorius, terutama
menghasilkan Ca dan air
– Epitelnya terdiri dari epitel selapis kubis sampai
silindris dimana bagian basalnya menunjukkan garis-
garis sehingga juga disebut striated duct (duktus
bergaris-garis)
–   Fungsi : a.   Transport elektrolit dengan menyerap
sodium dari sekresi utama          diangkut
keluar melalui pembuluh darah kapiler
 b.  memodifikasi kompisisi elektrolit saliva
 
2. Duktus Interlobularis
      Duktus pfluger tadi dilanjutkan oleh saluran yang
lebih besar keluar dari lobulus kelenjar tadi, masuk ke
dalam jaringan ikat interlobular. Saluran ini merupakan
duktus pengeluaran atau eksretorius yang mengalirkan
saliva ke dalam rongga mulut. Terdiri dari epitel selapis
silindris atau berlapis semu dan dekat muara duktus,
epitel ini berubah menjadi epitel berlapis pipih dan
berlanjut ke epitel rongga mulut.
Penamaan duktus berdasarkan atas pakar yang
menemukannya :
§          Kelenjar parotis : Stensen
§          Kelenjar Submandibular (submaksilaris) :
Whartoni
§          Kelenjar Sublingualis : Bartholini
Fungsi = Resorpsi Na dan sekresi K
 
Sel Myoepitel
–       Terdapat dalam asinar
–       Fungsinya untuk mengatur pergerakan saliva dari
asinar kesistem duktus dengan cara kontraksi asinar
 
Apa yang terjadi pada saluran saliva saat melewati
saluran tersebut :
            1. Sekresi bikarbonat dan Kalium (Potassium)
            2. Reabsorbsi Natrium dan Chlorida
 

Saraf kelenjar ludah


–       Kelenjar ludah disarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis (N VII)
–       Saraf parasimpatis = merangsang keluarnya saliva
–       Saraf simpatis = merangsang reseptor α dan β
 
Kelenjar ludah mendapatkan supply saraf
parasimpatis dari nukleus ludah inferior, kelenjar
submandibula dan sublingualis mendapat supply saraf
dari nukleus ludah superior. Supply saraf simpatis untuk
kelenjar parotis, submandibularis, sublingualis berasal dari
ganglion simpatis servikal superior, dengan pleksus saraf
yang berjalan ke kelenjar ludah di sepanjang arteri.
Kelenjar ludah minor mungkin juga mempunyai supply
saraf simpatis dan parasimpatis.
 
Sekresi kelenjar ludah
Saliva atau ludah merupakan campuran dari
beberapa sekresi kelenjar ludah. Sekresi normal saliva
sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya
saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang
mengandung air, mukoprotein, immunoglobulis,
karbohidrat komponen-komponen organis seperti, Ca, P,
Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula
enzim amilase yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga
mengandung sel-sel desquamasi yang lazim disebut
korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat
tergantung pada keaktivan kelenjar-kelenajar ludah.
Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh beberapa faktor,
yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan
kimaiwi. Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi
rangsangan langsung pada mukosa mulut. Bahan
makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang
berasal dari bagian thorakal. Sekresi air ludah dapat pula
timbul secara reflektoris hanya dengan jalan mencium bau
makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan dan
membayangkan makanan saja.
            Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang
utama yaitu : sekresi serus ( merupakan enzim untuk
mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk
pelumasan dan perlindungan permukaan).
Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan
pembuluh darah. Pembuluh darah besar berjalan
bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat
interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti
cabang-cabang duktusnya kedalam lobuli, dimana pada
akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler
mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena
yang berjalan bersama-sama dengan pembuluh darah
arterinya.
Faktor yang mempengaruhi sekresi saliva :
Ø       Irama siang malam
Ø       Sifat dan besar stimulus
Ø       Tipe kelenjar
Ø       Diet
Ø       Umur, jenis kelamin dan fisiologi seseorang
Ø       Kadar hormon
Ø       Elektrolit
Ø       Kapasitas buffer
Ø       Obat-obatan
Ø       Gerak badan
 
 
 
 
 
 
                                                               
Daftar Pustaka
 
Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991
 
Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a
textbook in outline from W.B. Saunders Company,
Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968.
 
Regina dan Nahak M Maria, Dasar-Dasar Imlu
Pencabutan Gigi. Akademi Kesehatan Gigi Denpasar.
 
Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V.
Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.
 
 
http://arbl.cvmbs.colostate.edu/hbooks/pathphys/digestion/
pregastric/salivary.html
 
http://www.fpnotebook.com/ENT59.htm
 
http://en.wikipedia.org/wiki/Saliva#Role_in_emesis
 

Anda mungkin juga menyukai