Anda di halaman 1dari 17

1. Apa anatomi, fisiologi, dan histologi dari mulut?

SISTEM PENCERNAAN

Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar-kelenjar yang pencernaan.
Fungsi sistem pencernaan adalah memperoleh zat-zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh.
Struktur Histologi Umum Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan umumnya mempunyai sifat struktural tertentu yang terdiri atas 4 lapisan
utama yaitu: lapisan mukosa, submukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
1. Lapisan mukosa terdiri atas (1) epitel pembatas; (2) lamina propria yang terdiri dari jaringan
penyambung jarang yang kaya akan pembuluh darah kapiler dan limfe dan sel-sel otot polos,
kadang-kadang mengandung juga kelenjar-kelenjar dan jaringan limfoid; dan (3) muskularis
mukosae.
2. Submukosa terdiri atas jaringan penyambung jarang dengan banyak pembuluh darah dan
limfe, pleksus saraf submukosa (juga dinamakan Meissner), dan kelenjar-kelenjar dan/atau
jaringan limfoid.
3. Lapisan otot tersusun atas: (1) sel-sel otot polos, berdasarkan susunannya dibedakan menjadi 2
sublapisan menurut arah utama sel-sel otot yaitu sebelah dalam (dekat lumen), umumnya
tersusun melingkar (sirkuler); pada sublapisan luar, kebanyakan memanjang (longitudinal). (2)
kumpulan saraf yang disebut pleksus mienterik (atau Auerbach), yang terletak antara 2
sublapisan otot. (3) pembuluh darah dan limfe.
4. Serosa merupakan lapisan tipis yang terdiri atas (1) jaringan penyambung jarang, kaya akan
pembuluh darah dan jaringan adiposa; dan (2) epitel gepeng selapis (mesotel).
Fungsi utama epitel mukosa saluran pencernaan adalah:
1. Menyelenggarakan sawar (pembatas), bersifat permeabel selektif antara isi saluran dan
jaringan tubuh.
2. Mempermudah transpor dan pencernaan makanan
3. Meningkatkan absorpsi hasil-hasil pencernaan (sari-sari makanan). Sel-sel pada lapisan ini
selain menghasilkan mukus juga berperan dalam pencernaan atau absorpsi makanan.
Nodulus limfatikus yang banyak terdapat pada lamina propria dan lapisan submukosa sebagai
sistem pertahanan tubuh atau pelindung dari infeksi mikroorganisme dari invasi virus dan
bakteri.
Muskularis mukosae dan lapisan otot untuk pergerakan lapisan mukosa secara independen
(otonom) dari pergerakan saluran pencernaan lain, sehingga meningkatkan kontak dengan
makanan. Kontraksi lapisan mukosa mendorong (peristaltik) dan mencampur makanan
(segmentasi) dalam saluran pencernaan. Pleksus-pleksus saraf mengatur kontraksi muskuler ini,
yang membentuk gangglia parasimpatis. Banyaknya jala-jala serabut pre- dan postganglionik
sistem saraf otonom dan beberapa serabut-serabut sensoris viseral dalam ganglia ini
memungkinkan komunikasi diantara mereka. Kenyataan bahwa saluran pencernaan menerima
banyak persyarafan dari sistem saraf otonom memberikan penjelasan anatomik akan besarnya
pengaruh gangguan emosi pada saluran pencernaan –
suatu fenomena yang penting pada pengobatan psikosomatis.

Rongga Mulut
Mulut
Rongga permulaan saluran pencernaan. Berhubungan dg bibir, pipi, palatum dan lidah Terdiri
dari 2 bagian: bagian luar, vestibula dan bagian dalam rongga mulut yg dibatasi sisinya oleh
tulang maksilatis & gigi ; Seb.belakang bersambung dg orofaring
Fungsi :
Untuk menahan abrasi, mulut dilapisi lapisan epitelium; gusi, palatum keras dan dorsum lidah yg
sedikit mengandung keratin
Palatum (langit-langit)
Merupakan atap dari rongga mulut
Palatum keras
Tersusun atas tajuk palatum dr seb depan tulang maksilaris & lebih ke belakang terdiri atas 2
tulang palatum
Membantu lidah untuk mengunyah
Sedikit berombak pada bagian tengah
Palatum lunak – lipatan menggantung, dpt bergerak berubah oleh otot skelet
Terdiri atas jaringan fibrosa dan selaput lendir
Menjauhi nasofaring saat mengunyah
Di tengahnya menggantung keluar prosesus berbentuk kerucut : uvula
Lengkung palatoglossal & palatopharyngeal membentuk batas pada fauces
Lidah
Ada dasar mulut dan ada dalam rongga mulut pada saat mulut tertutup, terikat pd tulang hioid
Fungsi :
Memegang dan mereposisi makanan selama dikunyah
Mencampur makanan dg saliva dan membentuk bolus
Inisiasi menelan dan berbicara
Lidah
Otot intrinsik mengubah bentuknya
Superior longitudinal
Verticalis
Transversus
Inferior longitudinal
Otot ekstrinsik mengubah posisi lidah
Genioglossus
Hyoglossus
Styloglossus
Palatoglossus

Sulcus terminalis, celah yg membagi lidah jd 2 bag :


2/3 anterior pada rongga mulut
1/3 posterior pada orofaring
Permukaan superior lidah terbagi 3 jenis papila
Filiformis – memberikan kekasaran & friksi pd lidah
Sirkumvalatum – bentuk V di bag.belakang lidah
Fungiformis – menyebar di permukaan lidah & memberiwarna kemerahan pd lidah
Kelenjar ludah
Fungsi kelenjar ludah
Mensekresi saliva/ludah
Fungsi ludah
Membersihkan mulut
Membasahi & melarutkan bahan kimia dalam makanan
Membantu membentuk bolus makanan mudah ditelan
Mengandung enzim yg memecah makanan
Terdiri dr kelenjar ludah intrinsik dan ekstrinsik
Kelenjar ludah intrinsik : kelenjar bukal, yg menyebar di mukosa mulut
Kelenjar ludah ekstrinsik : parotis, submandibularis,sublingualis

Kelenjar ludah
Kelenjar parotis
Kelenjar terbesar
Di sebelah kiri & kanan, anterior agak ke bawah telinga
Sekret keluar mll saluran parotis atau Stensen ke vestibula
Melintas arteri karotis eksterna & saraf kranial VII (fasialis)
Kelenjar submandibularis
Di bawah kedua sisi tl rahang
Sekret keluar mll saluran submandibularis/Wharton, yg bermuara di dasar mulut dkt frenulum
lingualis
Kelenjar sublingualis
Kelenjar terkecil, anterior terhadap submadibularis
Di bawah lidah, di kanan & kiri frenulum lingualis
Sekret dikeluarkan mll beberapa (10-12) muara kecil
Ludah
Disekresi dr sel serosa & mukosa kelenjar ludah
97-99,5% air, larutan hipoosmotik, sedikit asam,
mengandung :
Elektrolit: Na+, K+, Cl-, PO42-, HCO3-
Enzim pencernaan – amilase
Protein : mucin, lisosim, defensin dan IgA
Sisa metabolit : urea, asam urat

Pengendalian salivasi
Kelenjar intrinsik menjaga kelembaban mulut
Kelenjar ekstrinsik mensekresi ludah yang serous, kaya
akan enzim sebagai respon dr :
Adanya makanan yg masuk mulut stimulasi
kemoreseptor & mekanoresseptor
Pemikirin ttg makanan
Stimulasi simpatik yg kuat menginhibisi salivasi dan
menyebabkan mulut kering
Gigi
Gigi sementara/susu – 20 gigi, muncul pada 6-24 bulan
Gigi permanen – biasanya 32 gigi
Membesar & berkembang, meresorpsi akar
gigi susu
Muncul pada 6-12 tahun
Molar ke-3 muncul setelah akhir masa remaja
Klasifikasi gigi
Dikelompokkan berdasarkan bentuk dan fungsi :
Gigi seri/insisivus memotong
Gigi taring/kanina merobek
Premolar & molar menggiling,menghancurkan
Gigi
Terdiri dr 2 kelompok gigi sementara/susu & gigi tetap
Gigi sementara (20 gigi), tiap rahang terdapat :
4 gigi seri/insisivus
2 gigi taring/kanina
4 gigi geraham/molar
Gigi tetap (32 gigi), tiap rahang terdapat :
4 gigi seri/insisivus
2 gigi taring/kanina
4 gigi geraham depan/premolar
6 gigi geraham belakang/molar
Struktur gigi
Terdiri dr 2 bag utama : mahkota dan akar
Mahkota : bag gigi di atas gingiva
Akar : bag. gigi yang menempel pada tulang rahang
Leher – penghubung mahkota dan akar
Enamel – bahan rapuh terdiri dr kristal garam Ca & hidroksiapatit, melapisi mahkota
Ligamen periodontal : melekatkan gigi pada alveolus rahang, membentuk sambungan
fibrosa yg disebut gomphosis
Sulcus gingivalis – lubang tempat gingiva/gusi berbatasan dggigi
Sementum – jaringan penghubung berkalsium
Menyelimuti akar gigi
Melengkapi ligamen periodontal
Dentin – bahan menyerupai tulang, di bawah enamel, ygmembentuk ruah gigi
Rongga pulpa – ronggayg dikelilingi dentin mengandungpulpa
Pulpa – jaringan penghubung, pembuluh darah & saraf
Struktur gigi
Kanal akar – bag rongga pulpa ygmemanjang smp akar
Foramen apikal – bukaan proksimal kekanal akar
Odontalblast – mensekresi danmemelihara dentin
http://diaharrazy.files.wordpress.com/2010/12/sistem-percernaan.pdf
Pengunyahan
Pengunyahan adalah suatu proses penghancuran partikel makanan di dalam mulut dengan
bantuan dari saliva untuk mengubah ukuran dan konsistensi makanan yang pada akhirnya akan
membentuk bolus sehingga mudah untuk ditelan. Proses penghancuran makanan tersebut
dilakukan oleh gigi-geligi dibantu dengan otot- otot mastikasi dan pergerakan dari
kondilus melalui artikulasi temporomandibula.
Proses pengunyahan terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap membuka mandibula, tahap menutup
mandibula dan tahap berkontaknya gigi antagonis satusama lain atau kontak antara gigi dengan
bolus makanan, dimana setiap tahap mengunyah berakhir 0,5-1,2 detik. Otot yang bertanggung
jawab untuk menggerakan mandibula selama proses pengunyahan adalah muskulus masseter,
muskulus temporalis, muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus
lateralis.Adapun beberapa otot tambahan pada kavum oris yaitu muskulus
mylohyoideus,muskulus geniohyoideus, muskulus stylohyoideus, muskulus infrahyoideus dan
muskulus bucinator.
Selama proses pengunyahan otot yang berperan aktif dalam gerakan membuka mandibula adalah
muskulus pterygoideus lateralis, pada saat membuka mandibula tersebut muskulus pterygoideus
lateralis berkontraksi sedangkan muskulus pterygoideus medialis, muskulus masseter dan
muskulus temporalis berada dalam keadaan relaksasi. Begitu pula pada gerakan
menutup mandibula terjadi berkebalikan dari proses membuka mandibula yaitu muskulus
masseter, muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis berkontraksi sedangkan
muskulus pterygoideuslateralis dalam keadaan relaksasi. Sementara mandibula tertutup perlahan,
muskulus temporalis dan muskulus masseter juga berkontraksi untuk membantu gigi-geligi
saling berkontak pada oklusi normal.
Lidah ikut berperan serta pula pada proses pengunyahan karena lidah berfungsi membawa
makanan diantara permukaan oklusi gigi-geligi, membuang objek seperti biji, benda asing,
fragmen tulang, dan substansi yang tidak enak rasanya serta berfungsi untuk membawa massa
makanan yang sudah dikunyah ke palatum sebelum akhirnya ditelan. Selain itu lidah juga
berperan penting dalam mempertahankan kebersihan mulut yaitu untuk menghilangkan debris
makanan pada gingiva, vestibulum dan dasar mulut.
Peranan dari gigi-geligi pada proses pengunyahan juga sangat berpengaruh.Susunan gigi-geligi
yag lengkap pada oklusi sangat penting karena menghasilkan proses pencernaan makanan yang
baik, dimana dengan penghancuran makanan oleh gigi-geligi sebelum penelanan akan membantu
pemeliharaan kesehatan gigi yangbaik. Oklusi yang baik dan penggantian gigi yang hilang
dengan gigi tiruan akan menjaga estetis dan kesehatan rongga mulut. Dikatakan juga oleh Larsen
(1957) bahwa dengan mengunyah dan memberikan latihan untuk otot-otot dalam
mempertahankan fungsi dan kesehatan jaringan periodontal.
Tonjol gigi pada arkus dentalis superior dan inferior terletak pada posisi oklusi yang normal,
dimana hal ini akan menghasilkan kontak yang maksimal antara tonjoldan fossa serta
interkusipidasi maksimal. Oklusi umunya bervariasi anatara individu satu dengan yang lainnya,
sehingga ada beberapa individu yang benar-benar mempunyai oklusi ideal. Oklusi ideal dimana terdapat
hubungan yang tepat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagital. Selama proses
pengunyahan gigi-geligi cenderung kembali ke posisi istirahat, dimana pada posisi ini semua otot
yang mengontrol posisi mandibula berada dalam keadaan istirahat, disebut free way space dan
dalam upaya mencapai keadaan tersebut gigi-geligi akan memberikan efek mekanis yang maksimal
terhadap bahan makanan.
Proses pengunyahan tersebut dapat dijelaskan menjadi proses seperti berikut yaitu, pada
makanan berkonsentrasi keras akan dipotong kemudian gigi insisivus menutup dalam
hubungan edge to edge tetapi tidak pada posisi kontak yang sebenarnya. Mandibula bergerak ke
depan sampai makanan berkontak dengan gigi sebagai tanda dimulainya proses pemotongan lalu
setelah itu mandibula retrusi. Retrusi mandibula berhenti ketika resistensi terhadap pemotongan
makanan dijumpai.Pada saat gigi rahang bawah menekan makanan, tegangan otot akan
meningkat dan pergerakan gigi akan berubah dalam bentuk gerakan beraturan yang terus-
menerus.Makanan yang telah dipotong oleh gigi anterior (insisivus) kemudian dihancurkan atau
digiling dengan gigi posterior (molar) kemudian dihancurkan dan dibawa keposterior oleh lidah.
Dengan demikian gigi insisivus berada dalam hubungan edge to edge selama pemotongan
makanan.
Selain organ yang telah disebutkan diatas, sendi temporomadibula juga berperan penting dalam
proses pengunyahan. Selama gerakan mandibula, kondilus mandibula melakukan gerakan
memutar dan meluncur, hal ini mengakibatkan mandibula membuka dan menutup. Pergerakan
kondilus terjadi pada saat kondilus bergerak ke bawah dan ke atas sepanjang eminansia
artikularis dari tulang temporal.Kondilus dan tulang temporal dipisahkan oleh rongga persendian
dan meniskus,dimana meniskus terbagi atas rongga bagian atas dan bawah.
Pergerakan dari pembukaan mandibula diikuti oleh peluncuran dari processus kondilaris dan
meniskus ke depan dan ke belakang sepanjang tuberkulum artikularisdi dalam fossa mandibula
bersama dengan pergerakan serat. Pergerakan dari memajukan mandibula terjadi karena
tertariknya kondilus dan meniskus ke depan sepanjang tuberkulum artikularis. Pergerakan dari
memundurkan mandibula oleh serat-serat posterior dari muskulus temporalis yang menarik
kondilus dan meniskus ke belakang dan ke atas sepanjang tuberkulum artikularis, muskulus
masseter mempertahankan kontak gigi-geligi. Pergerakan mandibula ke samping oleh aktivitas
muskulus pterygoideus medialis dan muskulus pterygoideus lateralis pada satu
sisi,dimana processus kondilaris dan diskus artikularis akan terdorong ke depan dan ke
eminansia artikularis.

2. Mengapa penderita mengalami halitosis?


Halitosis adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk menerangkan adanya bau atau
odor yang tidak disukai sewaktu terhembus udara, tanpa melihat apakah substansi odor berasal
dari oral ataupun berasal dari non-oral. Rongga mulut mempunyai peranan besar terhadap
terjadinya halitosis (85%). Dalam rongga mulut seseorang, terdapat substrat-substrat protein
eksogen (sisa makanan) dan protein endogen (deskuamasi epitel mulut, protein saliva dan darah)
yang banyak mengandung asam amino yang mengandung sulfur (S). Selain itu juga terdapat
mikroorganisme baik gram positif maupun gram negatif, yang banyak terdapat pada sel epitel
mulut yang mengalami deskuamasi, pada plak gigi dan pada punggung lidah.
Mikroorganisme tersebut terutama gram negatif akan memecah substrat protein menjadi
rantai peptida dan menghasilkan asam amino yang mengandung sulfur seperti methionin,
cysteine dan cistine. Tempat predileksi proses pembusukan dalam mulut adalah punggung lidah
bagian posterior, diastema antar gigi belakang, karies besar, plak gigi, poket dan lesi-lesi
jaringan lunak.
Kondisi mulut yang dapat memicu terjadinya bau mulut ialah kurangnya flow saliva, berhentinya
aliran saliva, meningkatnya bakteri gram negatif anaerob, meningkatnya jumkah protein
makanan, pH rongga mulut yang lebih bersifat alkali dan meningkatnya jumlah sel-sel mati dan
sel epitel nekrotik didalam mulut.
Walaupun penyebab halitosis belum diketahui sepenuhnya, sebagian besar penyebab yang
diketahui berasal dari sisa makanan yang tertinggal di dalam rongga mulut yang diproses oleh
flora normal rongga mulut.
Beberapa faktor di dalam rongga mulut yang perlu mendapat perhatian khusus karena
mempunyai peranan serta pengaruh yang besar terhadap timbulnya halitosis pada seseorang,
diantaranya adalah saliva, lidah, ruang interdental dan gigi geligi. Saliva mempunyai peranan
penting terhadap terjadinya halitosis, hal ini terjadi karena adanya aktivitas pembusukan oleh
bakteri yaitu adanya degenerasi protein menjadi asam-asam amino oleh mikroorganisme,
sehingga menghasilkan VSCs yang mudah menguap dan bertanggung jawab atas terjadinya
halitosis.
Pembentukan VSCs dimungkinkan oleh suasana saliva yang alkali (pH basa), sebaliknya pada
suasana asam (pH rendah) pembentukan VSCs terhambat. Permukaan lidah terutama bagian
posterior yang sukar dijangkau dengan sikat (lapisan keputihan lidah) merupakan tempat yang
ideal bagi pengumpulan sel epitel mulut yang mengalami deskuamasi, sisa-sisa makanan,
bakteri dan deposit dari poket periodontal sehingga merupakan tempat utama aktivitas dan
perkembangbiakan bakteri. Daerah-daerah di antara papila-papila serta dasar lidah tersebut
merupakan tempat yang paling disukai bakteri khususnya bakteri anaerob. Ruang interdental
merupakan tempat yang kondusif untuk aktifitas bakteri anaerob, karena ruang tersebut
merupakan tempat akumulasi plak dan kalkulus, serta terdapatnya sulkus gingiva dan
kemungkinan terjadinya poket serta penyakit-penyakit gusi dan periodontal.
Gingivitis dan periodontitis adalah penyakit inflamasi yang paling umum terjadi dan memicu
terjadinya halitosis disebabkan bakteri gram negatif seperti veillonella, fusobacterium nucleatum
dan porphyromonas gingivalis tersembunyi di dalam jaringan periodontal yang sakit dan
menghasilkan gas yang bau. Tindakan penting untuk mengurangi halitosis adalah
menghilangkan penyakit periodontal serta mempertahankan kesehatan jaringan periodontal.
Pada kasus gigi berlubang, sisa makanan akan terkumpul di antara gigi dan
menyebabkan timbulnya nanah sehingga timbul bau busuk. Gigi yang jarang disikat dapat
menyebabkan sisa makanan tertinggal di celah gigi dan akan meningkatkan perkembangbiakan
bakteri anaerob sebagai penyebab halitosis. Debris merupakan substansi yang ideal bagi bakteri
anaerob untuk menghasilkan gas yang bau.
VOLATILE SULFUR COMPOUNDS ( VSCs )
Volatile sulfur compounds (VSCs) merupakan suatu senyawa sulfur yang mudah menguap, yang
merupakan hasil produksi dari aktivitas bakteri-bakteri anaerob di dalam mulut berupa senyawa
berbau tidak sedap dan mudah menguap sehingga menimbulkan bau yang mudah tercium oleh
orang di sekitarnya. Volatile berarti vaporous (uap) dan effervescent (berbuih) yaitu dua kata
yang secara mendetail menjelaskan kemampuan VSCs dalam mengganggu aktifitas seseorang
melalui bau yang dihasilkannya. Suatu penelitian menunjukkan bahwa bakteri dan asam amino
mempunyai peranan penting pada proses pembentukan Volatile sulfur compounds (VSCs).
Terdapat tiga asam amino utama yang menghasilkan VSCs, yaitu: cysteine menghasilkan
hidrogen sulfida (H2S), methionine menghasilkan methil mercaptan (CH3SH) dan cystine
menghasilkan dimethil sulfida (CH3SCH3).
Halitosis dihasilkan oleh bakteri yang hidup secara normal di dalam permukaan lidah dan dalam
kerongkongan. Bakteri tersebut secara normal ada disana karena bakteri tersebut membantu
proses pencernaan manusia dengan cara memecah protein. Spesies bakteri yang terdapat pada
permukaan oral dapat bersifat sakarolitik, yaitu menggunakan karbohidrat sebagai sumber
energi. Spesies lain bersifat asakarolitik atau proteolitik, yaitu menggunakan protein, peptida
atau asam amino sebagai sumber utamanya. Kebanyakan bakteri gram positif bersifat sakarolitik
dan bakteri gram negatif bersifat asakarolitik atau proteolitik.
Bakteri gram negatif merupakan penghuni utama plak supragingival termasuk plak yang
menutupi lidah dan permukaan mukosa lainnya. Porphyromonas gingivalis dan provotella
intermedia
(bentuk Bacteroides intermedius) secara normal terdapat dalam plak supragingival dan sangat
efektif dalam pembentukan halitosis. Demikian juga dengan bakteri anaerob pigmen hitam dan
fusobacterium.
Tongue coating juga dipercaya sebagai salah satu daerah pembentuk VSCs pada manusia sehat.
Tongue coating terbentuk dari deskuamasi sel-sel epitel, sel darah dan bakteri. Lebih dari 100
bakteri terdapat dalam sel epitel pada dorsum lidah, dimana hanya 25 bakteri yang melekat pada
setiap sel pada rongga mulut. Karena itu, tongue coating juga berperan dalam proses
pembusukan sehingga dihasilkan VSCs. Protein merupakan sumber energi bagi bakteri yang
bersifat asakarolitik. Protein dapat diperoleh pada makanan tertentu seperti telur ayam, kubis,
ikan, daging, susu dan lain-lain. Protein juga dapat diperoleh pada sel-sel darah yang telah mati,
bakteri-bakteri yang mati ataupun sel-sel epitel yang terkelupas dari mukosa mulut dan pada
penyakit tertentu. Kemampuan memecah molekul protein dalam bahan pangan terbatas hanya
pada beberapa spesies mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim proteolitik.
Mikroorganisme terutama bakteri gram negatif akan memecah substrat protein menjadi rantai
peptida dan asam amino yang mengandung sulfur seperti methionin, cysteine dan cystine.
Bakteri anaerob bereaksi dengan protein-protein yang ada dan akan dipecah menjadi asam-asam
amino. Asam-asam amino tersebut akan mengalami proses kimiawi (reduksi) yang selanjutnya
akan menghasilkan volatile sulfur compounds, yaitu: methil mercaptan (CH3SH), hidrogen
sulfida (H2S) dan dimethil sulfida (CH3SCH3).1 Pemeriksaan tentang peranan berbagai asam
amino dalam pembentukan bau mulut menunjukkan bahwa sulfur yang terkandung dalam
kelompok asam amino (cystine, cystein dan methionin) merupakan penyebeb utama halitosis.
Cystein dan methionin merupakan asam amino dengan rantai samping yang mengandung unsur
sulfur. Produk utama yang dihasilkan dari substrat tersebut adalah hidrogen sulfida dan methil
mercaptan (gambar 1).
Cystine (-S-S) mengalami proses reduksi yaitu penambahan unsur hidrogen menjadi
cysteine (-SH SH-), dimana cysteine (-SH SH-) mengalami 2 proses pemecahan yaitu: 1)
deamination dan decarboxylation dan 2) desulphydration. Deamination adalah proses pemecahan
asam amino sedangkan decarboxylation adalah proses pemecahan asam karboksilat sehingga
menghasilkan Methyl-mercaptan (CH3SH). Cysteine (-SH SH-) juga mengalami
desulphydration yaitu proses pemecahan sulfat dan air sehingga menghasilkan Hidrogen sulfida
(H2S) dan Serini. Methionine (CH-S-) mengalami proses reduksi yaitu proses penambahan unsur
hidrogen sehingga menghasilkan CH3SH, dimana CH3SH mengalami proses reduksi kembali
sehingga menghasilkan H2S dan CH4 (gambar 2).

3. Mengapa terjadi trismus pada anak di skenario?


Trismus pada kasus ini terjadi karena adanya pembesaran dari kelenjar parotis
menyebabkan degenerasi otot (Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa otot yang
tidak dipakai sebagaimana seharusnya, dalam waktu tiga hari mulai menunjukkan tanda-
tanda atrophia.)

Otot mastikasi atau pengunyah terdiri dari otot temporalis, masseter, pterygoid medial
dan pterygoid lateral. Masing-masing otot memiliki peranan tersendiri dalam proses
mengunyah, dan saat terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa nyeri,
keadaan ini disebut dengan muscle guarding yaitu penegangan pada otot yang timbul
sebagai kompensasi terhadap nyeri yang timbul pada otot tersebut (Okeson, 1998). Nyeri
ini akan menyebabkan otot akan berkontraksi, dan menyebabkan berkurangnya lebar
pembukaan mulut yang dapat dihasilkan oleh gerakan otot mastikasi. Kontraksi ini
merupakan suatu gerakan reflek, sehingga penderita tidak dapat mengontrolnya. Setiap
tindakan yang dipaksakan untuk meregangkan otot tersebut akan menimbulkan kontraksi
yang makin kuat. Untuk melakukan terapi pada penderita trismus lebih efisien dilakukan
dengan melakukan gerakan yang halus dan perlahan.

4. Mengapa keluhan bengkak dan nyeri di pipi kanan sejak 3 hari yang lalu?
peradangan gigi, peradangan ini mengakibatkan adanya pembengkakan didaerah
submandibular. terjadi kerusakan pada otot tersebut akan menimbulkan rasa nyeri,
5. Mengapa Keluhan tersebut disertai demam tinggi, nyeri telinga, sering meludah, dan
tidak mau makan?

6. Bagaimana hubungan keluhan pada pasien dengan keluhan teman sepermainannya?


Kemungkinan pasien tertular oleh temannya. Dikarenakan pasien memiliki gejala yang
sama dengan temannya. Selain itu pada pasien juga terdapat keluhan demam, dimana
demam merupakan suatu manifestasi dari adanya infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme.

7. Bagaimana patogenesis pada penyakit di skenario?


Virus masuk melalui hidung atau mulut akan terjadi masa inkubasi 2-4 minggu, gejala
prodromal tidak khas (demam ringan, malaise, sakit kepala) akan
bereplikasimenyerang kelenjar mucus terdekatdalam 1 hari setelah gejala awal
muncul, manifestasi klinis penyakit semakin nyata (timbul sakit telinga & nyeri pada
kelenjar parotis)2-3 hari kemudian kelenjar parotis akan membesar.
8. Bagaimana alur penegakkan diagnosis pada kasus di skenario?
Diagnosis dtegakkan hanya secara klinis. Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala
infeksi parotitis epidemika pada pemeirksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak
dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya.
Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan
darah.

Pemeriksaan Laboratorium
Mengingat penegakan diagnosis hanya secara klinis, maka pemeriksaan laboratorium
tidak terlalu bermanfaat. Pemeriksaan laboratorium didapatkan leucopenia dengan
limfosiotsis relative, didapatkan pula kenaikan kadar amylase dengan serum yang
mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam
dua minggu. Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga,
namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan
diagnosa. Dokter akan memberikan anjuran pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah.
Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps
antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies
(HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

9. Apa diagnosis dan diagnosis banding pada kasus di skenario?


10. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus di skenario?

1. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama

penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan

nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh

diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa karena

pengaruh aspirin pada anak-anak).

2. Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani

istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan kompres

Es pada area testis yang membengkak tersebut.

3. Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana

menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.

4. Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin

diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat

dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk menghilangkan

gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

5. Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg

sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan

makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan

diet makanan cair dan lunak.

Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang menjunjukkan

efektifitasnya
11. Apa komplikasi pada kasus di skenario?

1. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama

penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas

dan nyeri (antipiretik dan analgesik) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak

boleh diberikan kepada anak-anak karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye (bisa

karena pengaruh aspirin pada anak-anak).

2. Pada penderita yang mengalami pembengkakan testis, sebaiknya penderita menjalani

istirahat tirah baring ditempat tidur. Rasa nyeri dapat dikurangi dengan melakukan

kompres Es pada area testis yang membengkak tersebut.

3. Penderita yang mengalami serangan virus apada organ pancreas (pankreatitis), dimana

menimbulkan gejala mual dan muntah sebaiknya diberikan cairan melalui infus.

4. Pemberian kortikosteroid selama 2-4 hari dan 20 ml convalescent gammaglobulin

diperkirakan dapat mencegah terjadinya orkitis. Terhadap virus itu sendiri tidak dapat

dipengaruhi oleh anti mikroba, sehingga Pengobatan hanya berorientasi untuk

menghilangkan gejala sampai penderita kembali baik dengan sendirinya.

5. Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” (penyakit yg

sembuh sendiri tanpa diobati). Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan

makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan

diet makanan cair dan lunak.

6. Pemberian imunomodulator belum terdapat laporan penelitian yang menjunjukkan

efektifitasnya

Anda mungkin juga menyukai