Anatomi
Sistem digestivus terdiri dari tractus digestivus dan organ organ accessorius
Traktus digestivus terdiri dari cavum oris, pharynx, esophagus, gaster, intestinum
tenue, intestinum crassum dan anus
Organ accessorius terdiri dari glandula salivatorius , hepar, vesica felea / gall
bladder, dan pancreas yang terletak di sepanjang traktus digestivus
Cavum Oris
Terdiri dari vestibulum oris dan cavum oris propria
Batas superior : palatum durum dan patum molle
Batas anterior : Bucca
Batas inferior : diaphragma oris ( M. Geniohyoideus, M. Mylohyoideus, M Diagastricus
venter ant dan post)
Isi : Lingua
Kelenjar ludah
Berfungsi menghasilkan saliva, dimana saliva berfungsi dalam pencernaan,
lubrikasi rongga mulut, antibacterial (lisozim), dll. Komponen saliva sebagian besar terdiri
dari air (97-99,5%), enzim, serta zat organik dan in organik
Kelenjar ludah secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 yaitu kelenjar ludah
besar dan kelenjar ludah kecil. Kelenjar ludah besar meliputi kelenjar parotis, submaksilaris,
submandibularis, sub lingualis, serta pancreas. Kelenjar ludah kecil meliputi kelenjar labialis,
bukalis, von ebner, weber, blandin-nuhn.
Otot Pengunyah
Terdiri dari:
- M. Masseter
- M. Temporalis
- M. Pterygoideus Lateralis
- M. Pterygoideus Medialis
Vaskularisasi gigi
- Arteri alveolaris superior et inferior yang merupakan Cabang dari a. Maxillaris, melayani
maxillary dan mandibular teeth.
- Venanya memiliki nama yang sama
Pembuluh limfe pada gigi
- Teeth and gingivae dilayani lnn. Submandibularis
Innervasi gigi
- N. Alveolaris sup. Et inf. Cabang dari n. Maxillaris et mandibularis.
PALATUM
- Palatum durum strukturnya keras karena terdiri dari tulang.
- Palatum molle strukturnya lunak karena terdiri dari otot.
- N. Nasopalatinus adalah saraf yang dari cavum nasi ke canalis incisivus
- Sebelah medial dari gigi molar3 ada lubang yang disebut foramen palatinum major
- Di bagian lateral dari palatum dilewati oleh A. V. N. Palatina major berjalan ke anterior
dari palatum
LINGUA/LIDAH/TOUNGE
- dibagi menjadi corpus, dorsum, radix
- memiliki tonjolan disebut papilla
- berfungsi untuk: - mengaduk makanan - mendorong makanan – mengecap
Pharynx
Dibagi menjadi tiga yaitu:
- Nasopharynx, lanjutan dari cavum nasi melalui choanae. Pada nasopharynx terdapat
ostium tuba auditiva dan tonsila pharyngea
- Oropharynx, lanjutan dari cavum oris, mengandung tonsila palatine dan tonsila lingualis
- Laryngopharynx,terbuka ke laryng dan esophagus.
Esophagus
Menghubungkan pharyns dengan gaster. Bagian proximal dan bagian distal mempunyai
sphincter untuk mengatur gerakan. Terdiri dari 2 sphincter yaitu bagian atas (M.
Krikofaringeus) dan bagian bawah. Juga terdapat membrana mucosa yang menghasilkan
cairan mucous untuk pelicin.
Gaster
- Mempunyai 2 pintu, yaitu hiatus gastro-oesophageal dan orificium pyloricum
- Rugae gastricae adalah lipatan mucosa didalam gaster bila kosong
- Dinding terdiri dari tunica serosa, tunica muscularis dan tunica mucosa
- Tunica muscularis terdiri dari serabut longitudinal , circular dan obliq
- Gerakan peristaltik mendorong makanan ke duodenum
Ket : C ( Curavtura)
Intestinum tenue
Terdiri dari duodenum (25-30 cm), jejunum (2/5 panjang total) dan ileum (3/5 panjang total)
HEPAR
- Hepar adalah organ berlobus dengan berat sekitar 1,5 kg
- Lokasinya intraperitoneal.
- Berperan untuk menghasilkan empedu yang akan disalurkan ke gall bladder.
- Asam empedu sebagai salah satu kandungan empedu, berperan penting untuk
mencerna lemak dan sebagai katalis pancreatic lipase.
b. Lidah
Papil lidah terdiri dari 3 , yaitu :
- Papila filiformis (apex), seperti benang warna putih dan pendek serta berkeratin seperti
lidah api dan tidak memiliki kuncup kecap, epitel berlapis gepeng.
- Papi sircumvalata, banyak kuncup kecap (taste bud). Merupakan papil lidah terbesar
yang ditemukan pada sulcus terminalis lidah. Khas nya kiri kanan ada sulcus keluarnya
kelenjar ludah.
c. Gigi
- Tersusun dari kristal kalsium fosfat (99%). Email dibentuk oleh ameoblast yang berasal
dari ektoderm.
- Lapisan dibawah email adalah dentin. Dentin dibuat oleh sel odontoblast (berbentuk sel
torak). Lapisan email dan dentin tidak ada vaskularisasi
- Sementum, lapisan luar pada akar yang menyerupai tulang. Dibuat oleh sementosit yang
berasal dari sel mesenkim.
d. Esofagus
- 1/3 atas (otot lurik)
- 1/3 tengahh (otot lurik dan polos)
- Fundus/corpus, terdiri dari epitel torak selapis yang menghasilkan mukus sebagai
pelindung mukosa lambung dari asam lambung.
- Pilorus. Sel kelenjar yang dipenuhi dengan sel penyekresi mukus dan tidak memiliki sel
parietal. Terdapat doveola gastricca dalam bisa mencapai > ½ tebal mukosa.
f. Duedenum
Khas terdapat kelenjar brunner yang terbentang dari lapisan mukosa sampai lapisan
muskularis mukosa, vili intestinal lebar dan pendek., epitel torak selapis ber mikrovili
dan kaya sel goblet
g. Jejenum
Khasnya vili pendek terdapat lipatan mukosa dan submukosa yang dikenal dengan plika
semisirkularis kerkringi. Sel yang terdapat di jejenum yaitu sel paneth (makrofag usus),
sel torak.
h. Ileum
Khasnya adanya plak peyeri. Terdapat vili pendek dan kaya sel goblet.
i. Usus besar
- Kolon
Epitel sel torak selapis mukus ada mikrovili. Terdapat lapisan otot luar berisi 2 lapis otot
polos (sirkular, jka di anus membentuk sfingter ani internus dan longitudinal, jika
menebal disebut taenia coli).
- Apendix
Lapisan luar serabut otot pada M. Eksterna yang bersifat kontinyu dan banyak jaringan
limfoid dalam mukosa dan submukosa yang tersusun dalam folikel-folikel
j. Hati
Terdapat vena centralis, sel nya disebut hepatosit, ada juga sel fagositer (sel kuffer)
untuk memusnakan pembuluh darah yang rusak dari sirkulasi, juga ada sel stelata
hepatik (sel ito) yang menyimpan lemak dan memetabolisme Vit A.
k. Vesika felea
Dilapisi epitel torak selapis, banyak mikrovili ireguler dan pendek, ada lamina propia dan
tidak ada muskularis mukosa dan submukosa, lamina propia banyak berisi limfosit dan
sel plasma, ada sinus Rockytansky ashoff.
l. Pankreas
Terdapat sel sentroasinar, pulau pulau langerhans, dan duktus sekretorik
m. Kelenjar liur
- Kelenjar parotis (asinus serosa, dominan serosa)
- Kelenjar sublingualis (asinus mukosa, dominan mukosa)
Proses menelan
Note :
4. GERD
A. Etiologi ( kelemahan LES / Lower Esophageal Sphincter dimana kekuatan tonus < 3
mmHg)
- Definisi
Gastroesophageal reflux disease adalah suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks
kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
- Faktor resiko
1) Adanya hiatus hernia
2) Panjang LES (lower esophageal sphinter) makin pendek, makin rendah tonusnya
3) Obat obatan ( antikolinergik, beta adrenergik, theofilin, opiat dan lain-lain)
4) Faktor hormonal, selama kehamilan terjadi peningkatan kadar progesterone dapat
menurunkan tonus LES
5) Terjadi refluks fisiologis (dilatasi lambung / obstruksi gastric outlet dan delayed
gastric emptying)
6) Nikotin dapat menghambat tansport ion Na+ melalui epitel esofagus. Tergangu
ketahanan epithelial esofagus
7) Alkhol dan aspirin karena meningkatkan permeabilitas epitel terhadap ion H. Karena
normalnya dia membatasi dengan ion H bukan makin permeabilitas.
8) Infeksi Helicobacter pylori (HP)
9) Posisi telentang
10) Diet tinggi lemak
11) Konsumsi kafein
B. Epidemiologi
C. Manifestasi klinik
- Khas : Nyeri/rasa tidak enak di epigastrium atau retrosternal bagian bawah (heartburn)
- Disfagia (sulit menelan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah
- Odinofagia ( rasa sakit waktu menelan ) timbul saat terjadi ulserasi / lesi esofagus yang
berat.
- Nyeri dada non kardiak, suara serak, laringitis, batuk karena aspirasi sampai timbulnya
bronkiektasis atau asma
D. Patofisiologi
GERD merupakan penyakit multifaktror (Gambar 1), dimana esfagitis dapat terjadi
sebagai akibat dari refluks kandungan lambung ke dalam esofagus apabila :
- Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan mukosa
esofagus
- Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walupun waktu kontak antara
bahan refluksat dengan esofagus tidak cukup lama
- Terjadi gangguan sensitivitas terhadap rangsangan isi lambung, yang disebabkan oleh
adanya modulasi persepsis neural esofageal baik sentral maupun perifer.
Faktor ofensif
Dari bahan refluksat bergantung pada bahan yang dikandungnya. Derajat kerusakan
mukosa esofagus makin meningkat pada pH < 2, atau adanya pepsin atau garam empedu.
Namun yang paling tinggi daya rusak adalah asam
Faktor lainnya yang menyebabkan timbul gejala GERD yaitu refluks fisiologis yaitu
dilatasi lambung atau obstruksi gastric outlet dan delayed gastic emptying.
E. Pemeriksaan penunjang
- Kuesioner GERD-Q untuk membantu diagnosis GERD dan mengukur respons terhadap
terapi yang diberikan.GERD-Q dapat diisi oleh pasien sendiri. Untuk setiap pertanyaan,
responden mengisi sesuai dengan frekuensi gejala yang dirasakan dalam seminggu. Skor
8 ke atas cenderung tinggi menderita GERD.
- Pemantauan pH Esofageal
Pemantauan pH esofagus selama 24 jam secara ambulatoir memegang peranan penting
dalam mendiagnosis GER khususnya pada penderita asma tanpa gejala klasik atau pada
asma yang sulit diobati. Pemeriksaan ini gold standard untuk mendeteksi GER karena
dapat menunjukkan korelasi antara episode GER dengan wheezing atau gejala lain yang
menunjukkan bronkospame. Gejala respiratorik timbul selama episode refluks asam (pH
esofagus <4) atau dalam 10 menit sesudahnya, menunjukkan korelasi dan dugaan GER
sebagai pemicu asma. Sedangkan timbulnya refluks asam setelah gejala respiratorik
menunjukkan asma memicu GER.
- Proton Pump Inhibitor/PPI test (acid supression test)
PPI merupakan obat pilihan utama untuk diagnostic trial.Trial terapi dengan PPI dosis
tinggi selama 1 minggu dapat dipakai untuk mendukung diagnosis GERD (misalnya
omeprazol 20 atau 40 mg 2 kali sehari). Pada penelitian Amstrong dkk, pemberian
omeprazole 40 mg 1-2x/hari selama 1 minggu terbukti menunjukkan ” positive
predictive value” (PPV) tinggi sebagai acid supression test, untuk menghilangkan keluhan
heart burn akibat asam.
- Endoskopi
Endoskopi merupakan metode yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi
esofagitis tetapi mungkin kurang diperlukan untuk diagnosis GER karena sebagian besar
penderita GER tidak diapatkan adanya bukti esofagitis (misalnya eritema mukosa,
edema, erosi atau ulserasi). Endoskopi seharusnya dilakukan pada penderita dengan
gejala refrakter / telah mendapat terapi GER yang adekuat, yaitu untuk mengevaluasi
adanya Barret’s esophagus atau esofagitis ulseratif.
- Tes perfusi Asam (Tes Bernstein)
Pemeriksaan ini tidak menunjukkan ada atau tidaknya GER tetapi lebih menunjukkan
akibat dari paparan asam lambung yang lama pada esofagus (misalnya esofagitis). Tes ini
dilakukan dengan perfusi salin dan larutan 0.1 N HCl bergantian secara lambat pada mid-
esofagus melalui nasogastric tube. Tes positif bila gejala yang diprovokasi dengan gejala
yang terjadi spontan. Hasil yang negatif tidak menyingkirkan adanya refluks.
- Manometri Esofagus (Studi Motilitas Esofagus)
Manometri berguna untuk mengevaluasi gangguan motor seperti akalasia, spasme
esofagus yang difus, akan tetapi kurang berguna untuk menilai GER karena adanya
overlapping tekanan LES yang rendah pada penderita dengan dan tanpa refluks. Pada
penderita dengan tekanan LES yang sangat rendah (< 6 mmHg) lebih mudah untuk
mengalami esofagitis.
- Esofagografi Barium (Upper Gastrointestinal Series)
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan adanya abnormalitas anatomik, mendeteksi
esofagitis, ulkus peptikum, striktur dan hernia hiatus serta memberikan informasi fungsi
menelan. Karena pemeriksaan ini tidak spesifik dan tidak sensitif untuk GER maka hasil
yang normal tidak menyingkirkan adanya GER.
- Bedah Antri refluks
Pebedahan yaitu dengn funduplikasi, merupakan salah satu alternatif terapi di samping
terapi medikamentosa dalam upaya meringankan gejala dan menyembuhkan esofagitis.
Namun, morbiditas dan mortalitas pasca-operasi bergantung pada keterampilan dokter
bedah.
F. Tatalaksana ( farmako dan non )
Terapi medikamentosa
Step up ( mulai obat golongan kurang kuat menekan sekresi asam
seperti golongan prokinetik )
Step down ( jika yang diatas gaal, gunakan obat penekan sekresi asam
yang lebih kuat yaitu dengan PPI
Terapi pemeliharaan ( dengan dosis yang lebih rendah / prokinetik /
antasid)
Antasid ( cukup efektif dan aman untuk hilangkan gejala GERD tetapi
tidak menyembuhkan lesi esofagitis). Kerugian : dapat timbul diare (Mg),
konstipasi (Al), terbatas untuk pasien gangguan fs ginjal. Dose : 4x1
sendok mkn.
Antagonis reseptor H2 (simetidin : 2 X 800 mg / 4 x 400 mg, ranitidin : 4
x 150 mg, famotidin : 2 x 20 mg, nizatidin ; 2 x 150 mg). Efektif untuk
GERD jika diberikan dosis 2 X lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus
PPI ( drug of choice dalam pengobatan GERD). Sangat efektig dalam
hilangkan keluhan serta penyembuhan lesi esofagus. Dose untuk pasien
GERD ( Omeperazole : 2 x20 mg, Lansoprazole : 2 x30 mg, Pantoprazole :
2 x40 mg, Rabeprazole : 2 x 10 mg, Esomeprazole : 2 x40 mg). Umum
diberikan selam 6-8 minggu (terapi inisial) yang dapat dilanjutkan
dengan dosis pemeliharaan selama 4 bulan tergantung keparahan.
Non farmako
Meninggikan posisi kepala saat tidur
Hindari makan sebelum tidur
Berhenti merokok dan konsumsi alkohol
Mengurangi konsumsi lemak, dan jumlah makan yang banyak
Menurunkan BB dan hindari pakaian ketat
Hindari makanan/minuman seperti coklat, teh, peppermint, kopi, soda
Hindari obat (anti kolinergik, teofilin, diazepam, opiat, antagonist
kalsium, agonist beta adrenergik, progesteron)
G. Komplikasi
- Striktur/ penyempitan. Yang mana disebabkan karena adanya ulkus yang terdapat pada
esofagus telah pulih namun membentuk suatu jaringan fibrosis. Selanjutnya jaringan
fibrosis tersebut lama kelamaan akan menyusut dan menyempit sehingga lumen
esofagus pun ikut menyempit
- Perdarahan
Terdapat ulkus yang meradang di esofagus yang mana lama-kelamaan akan mengikis
mukosa hingga sampai ke pembuluh darah esofagus (esofagitis erosive) sehingga pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya perdarahan pada esofagus.
- Barret’s esophagus ( keadaan premaligna)
Bentuk komplikasi dari GERD derajat berat dimana terjadi metaplasia dar sel epitel
squamous berubah menjadi esofagus columnar. Juga merupakan faktor resiko terjadinya
adeno esofagus
- Mallory-weiss tear
Merupakan mukosa linear yang robek/ruptur pada gastroesofageal junction yang sering
diakibatkan oleh muntah, ketika tear menganggu submukosa arteriola, dapat
menyebabkan perdarahan cepat
H. Diagnosis banding
- Akalasia adalah suatu kelainan yang berhubungan denga saraf, yang tidak diketahui
penyebabnya
- Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung
- Kanker esophagus adalah squamous sel carcinoma dan adenocarcinoma, yang terjadi di
dalam sel yang melewati dinding pada kerongkongan.
- Ulkus peptikum, luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung
atau usus 12 jari telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan
- Esophagitis disebabkan oleh GERD. Tetapi ada juga yang disebabkan infeksi, efek obat,
terapi radiasi, penyakit sistemik dan trauma