Anda di halaman 1dari 10

DEPARTEMEN PERIODONTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

Laporan lengkap
25 Juli 2018

Pengaruh Aplikasi Lokal Gel Kurkumin dan Gel Ornidazole


Pada Pasien Periodontitis Kronis

OLEH:

Nama : Giska Anandita Cahyani


Stambuk : J014172027
Hari/Tanggal : Selasa, 24 Juli 2018
Pembimbing : Prof. Dr. drg, H. Hasanuddin Thahir, MS

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN PERIODONTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Pengaruh aplikasi lokal gel kurkumin dan gel ornidazole
pada pasien periodontitis kronis
P. L. Ravishankar, Y. Pradeep Kumar, E. N. Anila, Priyankar Chakraborty, Maharshi Malakar, R. Mahalakshmi
Department of Periodontics, SRM Kattankulathur Dental College, Kanchipuram, Tamil Nadu, India

Abstrak
Objektif : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak perbandingan
penggunaan kurkumin dan ornidazole dalam perawatan penyakit periodontitis kronis.
Bahan dan Metodde : Dua puluh individu dari kedua jenis kelamin berusia antara 27 hingga 53
tahun yang didiagnosa dengan periodontitis kronis dan memiliki kedalaman poket >5 mm secara
bilateral dipilih untuk penelitian ini, dengan desain split-mouth. Pemeriksaan indeks plak,
kedalaman poket (probing) dan kehilangan perlekatan klinis (CAL) juga diukur pada setiap pasien.
Pasien yang telah menerima profilaksis lengkap termasuk scaling dan root planning, diinjeksikan
kedua bahan uji ke dua area yang telah dipilih, dengan kedalaman poket (PD) >5 mm dan berlokasi
di kuadran simetrik. Kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis (CAL), dan indeks plak diukur
di hari ke 0 dan ke 30.
Hasil : Pada bulan pertama evaluasi, kelompok kurkumin menunjukkan pengurangan kedamalan
poket, indeks plak, dan kehilangan perlekatan klinis (CAL) yang signifikan dibandingkan dengan
kelompok ornidazole.
Kesimpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil yang lebih baik terlihat dari kelompok
kurkumin dibandingkan dengan kelompok gel ornidazol, sehingga kurkumin dapat digunakan
sebagai tambahan terhadap terapi periodontal non bedah.
Kata Kunci : Kurkumin, pemberian obat secara lokal, ornidazole
PENDAHULUAN
Penyakit periodontal dianggap sebagai suatu infeksi yang melibatkan baik respon inflamasi dan
imun, yang menyebabkan terjadinya peningkatan kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis
(CAL), serta terjadinya dekstruksi tulang alveolar dan sementum. [1] Perawatan modalitas untuk
menyembuhkan inflamasi periodontal dapat dilakukan dengan terapi periodontal bedah maupun
non bedah tergantung dari tingkat keparahan rusaknya jaringan periodontal. Terapi non bedah,
baik secara mekanik dan kemoterapi, dilakukan dengan meminimalkan atau menghilangkan
biofilm mikroba yang merupakan faktor utama etiologi terjadinya penyakit gingivitis dan
periodontitis. Penggunaan antibiotik secara sistemik dapat mengganggu sistem tubuh normal dan
juga dapat menyebabkan beberapa efek samping. Pemberian antibiotik atau antimikroba secara
lokal merupakan cara yang efektif untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut.[2]
Terapi antimikroba yang terlokalisasi cukup diminati karena sifatnya yang sangat spesifik terhadap
infeksi periodontal; semakin tinggi konsentrasi agen antimikroba pada subgingival, maka semakin
rendah efek samping dari penggunaan antibiotik secara sistemik. Keuntungan utama dari
pemberian obat-obatan secara lokal, selain karena keterlibatan sistemik yang minimum, pasien nya
lebih patuh, dan juga rasa ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien lebih minimum.
Pemberian obat-obatan secara lokal akan melepaskan agen antimikroba untuk waktu yang lama
secara stabil di tingkat farmakologi. Di antara agen antimikroba, metronidazole, ornidazole,
doxycycline, minocycline, chlorhexidine, stannous fluoride, dan lainnya telah diaplikasikan di
subgingiva dalam bentuk gel atau dapat berupa varnish ataupun serat.[3]
Terlepas dari kemajuan perkembangan ilmu kedokteran yang luar biasa, tanaman selalu menjadi
sumber obat utama di berbagai negara di seluruh dunia. Dalam dua dekade terakhir, reliabilitas
dan penggunaan produk herbal telah menjadi semakin penting karena banyaknya efek samping
dan komplikasi dari obat-obatan yang mengandung bahan kimia dan sintetis. Baru-baru ini,
penggunaan berbagai obat herbal atau Ayurvedic untuk kesehatan gigi dan mulut sedang menarik
banyak perhatian seperti neem, curcuma longa linn (kunyit), Punica granatum (delima),
Mangifera indica (mangga), dan Aloe Vera (lidah buaya). Tumbuhan dan produk alami telah
digunakan sejak dulu untuk aplikasi farmakologi meraka, seperti, anti-ulserogenik, penyembuhan
luka, anti-inflamasi, antimikroba, dan antioksidan. [4] Beberapa produk herbal kemudian diteliti
secara ekstensif untuk penggunaannya di dalam mulut baik itu dalam bentuk larutan kumur dan
gel. Di antara berbagai produk tanaman, neem dan lidah buaya telah digunakan secara luas dalam
perawatan berbagai penyakit mulut. Saat ini, kurkumin telah menarik banyak perhatian di bidang
periodonsia karena menunjukkan respons antiinflamasi yang baik.
Curcuma longa berwarna kuning, pigmen yang tidak larut dalam air dan diekstrak dari akar kunyit,
umumnya digunakan sebagai bumbu masak dan pewarna makanan di negara-negara di Asia
Tenggara. Curcuma longa juga telah digunakan sebagai agen terapeutik pada Pengobatan
Ayurvedic selama ribuan tahun. Akhir-akhir ini, efek anti-inflamasi, antioksidan, dan antikanker
nya telah dipelajari secara ekstensif. Curcuma Ionga juga dilaporkan memiliki sifat antibakteri dan
antijamur. [5] Kelompok nitroimidazole (metronidazole, ornidazole, dll) merupakan kelompok
anti-anaerob. Sebagai bakteri anaerob yang dipercaya menjadi faktor penyebab utama terjadinya
penyakit periodontitis dan metronizaole, golongan antibiotik nitroimidazole secara khusus
menyerang mikroorganisme anaerob; yang digunakan dalam perawatan penyakit periodontitis
kronis.
Metronidazole merupakan antibiotik spektrum luas yang paling umum dan aktif terhadap sebagian
besar bakteri patogen periodontal. Senyawa nitroimidazole bekerja dengan menghambat sintesis
DNA. Bekerja berdasarkan prinsip dimana yang awalnya tidak aktif kemudian berdifusi secara
pasif ke dalam sel di mana ia kemudian diaktifkan oleh reduksi kimia. Kelompok nitro direduksi
menjadi radikal anion sehingga terjadi oksidasi DNA yang akan menyebabkan kerusakan untai
dan kematian sel. Oleh karena itu, metronidazole memiliki efek antimikroba dan mutagenik yang
baik. Efek ini terutama terlihat pada bakteri anaerob gram negatif seperti Porphyromonas
gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium, Selenomonas sputigina, Bacteroides forsythus,
dan bakteri anaerob gram positif seperti Peptostreptococcus dan Campylobacter rektus, yang
terlibat dalam penyakit periodontal.[6] Sepanjang pengetahuan kami, belum ada penelitian yang
melaporkan mengenai perbandingan efektivitas gel ornidazole dan gel kurkumin yang tersedia
secara komersial pada penyakit periodontitis. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan
membandingkan kemanjuran klinis dari agen-agen ini.

BAHAN DAN METODE


Penelitan acak single-blind dilakukan untuk menilai dan membandingkan penyembuhan secara
klinis setelah pengaplikasian intrasulkular tunggal gel kurkumin yang tersedia secara komersial
(C. longa extract‑10 mg) (Curenext, Abbott healthcare limited, Mumbai, India) dan gel ornidazole
(gel ornidazole 1.0%, chlorhexidine gluconate solution – 0.25% sebagai bahan pengawet
(Ornigreat, Mankind Pharma Limited, New Delhi, India) [Gambar 1] pada poket periodontal yang
sebelumnya telah dilakukan scaling dan root planing (SRP). Ukuran sampel kemudian ditentukan
berdasarkan rekomendasi para ahli statistik untuk mencapai nilai statistik yang signifikansi, oleh
karena itu, 20 pasien (14 laki-laki dan 6 perempuan) berusia 27-53 tahun yang didiagnosa dengan
penyakit periodontitis kronis dan memiliki kedalaman poket >5 mm yang berkunjung ke
Departemen Periodonsia SRM Kattankulathur Dental College, Potheri, Tamil Nadu, dipilih untuk
mengikuti penelitian ini. Informed consent diperoleh dari seluruh pasien. Protokol penelitian ini
telah ditinjau dan disetujui oleh Dewan Komite Etik.
Kriteria inklusi
 Pasien dengan kedalaman poket 5-7 mm setidaknya pada tiga area yang tidak berdekatan
di kuadran mulut yang berbeda
Gambar 1: Kurkumin dan ornidazole yang tersedia secara komersial

 Kontrol kesehatan secara sistemik


 Pasien kooperatif yang dapat dimotivasi untuk diberikan instruksi kebersihan mulut yang
lebih baik
 Pasien dengan ≥ 20 gigi
 Pasien yang telah setuju untuk ikut turut berpartisipasi dalam studi ini
Kriteria eksklusi
 Pasien yang telah menjalani terapi antibiotik dalam 1 bulan terakhir
 Perempuan hamil atau menyusui
 Pasien perokok
Semua peserta yang dipilih dalam penelitian ini telah menerima perawatan scaling supragingival
dan juga telah diberikan instruksi mengenai kebersihan mulut sebelum penelitian dimulai. Stent
akririk khusus telah dibuat sebagai tempat uji dimana bahan uji akan ditempatkan sesuai dengan
standarisasi parameter klinis. Dalam uji klinis, terdapat 20 pasien (14 laki-laki, 6 perempuan) yang
terdaftar dalam penelitian ini. Sebanyak 60 lokasi diantara para peserta dipilih untuk penelitian ini.
Masing-masing pasien harus memiliki setidaknya tiga gigi dengan kedalaman poket 5-8mm yang
mengalami perdarahan saat dilakukan probing pada saat kunjungan awal. Sebelum dimulai, semua
pasien manjalani full mouth supra dan subgingival scaling and root planing.[7] Setelah
mengisolasi area dengan cotton rolls dan mengeringkannya, kedua gel uji kemudian diinjeksikan
ke dalam poket periodontal, dan dilanjutkan dengan pemberian periodontal pack. Pada masing-
masing peserta, dua area eksperimental dengan kedalaman poket (PD) >5mm kemudian dipilih
dan kedua area ini berlokasi di kuadran yang simetris, dan setelah dilakukan SRP, dua area
kemudian dipilih secara acak dengan menggunakan koin dan dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok I: Gel kurkumin dimasukkan ke dalam poket periodontal hingga poket terisi penuh
[Gambar 2]
Gambar 2: Pemberian kurkumin pada subgingival
Kelompok II: Gel ornidazole diberikan secara langsung dengan menggunakan jarum suntik ke
dalam poket, dan 60 poket periodontal kemudian diatur secara acak menjadi dua kelompok
sebelum tahap awal. Pengukuran parameter klinis dilakukan pada awal dan setelah 1 bulan
kemudian.
Pemberian secara subgingival dilakukan dengan menggunakan jarum suntik disposable (sekali
pakai) berukuran 2 ml dengan jarum tumpul yang ditekuk sebesar 130° [8] [Gambar 3]. Prosedur
ini dilakukan hingga poket terisi penuh. Perawatan dilakukan untuk mengaplikasikan gel tanpa
menyebabkan trauma atau merusak jaringan periodontal. Setelah insersi menggunakan sistem
pemberian obat secara lokal dilakukan, maka area tersebut kemudian dilindungi dengan
menggunakan periodontal pack, dan pasien disarankan untuk tidak memakan makanan keras yang
dapat menyebabkan trauma gingiva. Pasien juga disarankan untuk tidak menyikat gigi di area yang
sedang dirawat selama 12 jam atau menggunakan pembersih interproksimal atau benang gigi
selama 10 hari. Pasien diinstruksikan untuk tidak menggunakan obat kumur apapun selama masa
penelitian. Pasien diminta untuk datang kembali pada hari ke 7 untuk melepaskan periodontal
pack. Kedua kelompok akan diperiksa kembali pada hari ke-30. Parameter klinis seperti indeks
plak, kedalaman poket, dan kehilangan perlekatan klinis (CAL)dicatat oleh penguji tunggal yang
tidak mengetahui tentang perawatan apa saja yang telah dilakukan pada setiap subjek (pasien).
Tidak ada reaksi berupa rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami oleh masing-masing peserta,
dan proses penyembuhan juga berlangsung baik.
Analisis statistik
Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik. Perbandingan
intrakelompok dibuat dengan menggunakan Uji T berpasangan, dan perbandingan antarkelompok
dibuat dengan menggunakan Uji T tidak berpasangan menggunakan perangkat lunak SPSS versi
19.0.
HASIL
Seluruh parameter klinis dievaluasi pada saat awal dan 1 bulan setelah dilakukannya terapi non
bedah. Perbandingan intrakelompok dan antarkelompok dilakukan menggunakan uji T
berpasangan dan uji T tidak berpasangan. Hasilnya kemudian dianalisis secara statistik.

Gambar 3: Pemberian ornidazole pada subgingiva


Tabel 1 menunjukkan perbandingan intrakelompok ornidazole di awal dan 1 bulan kemudian
menggunakan uji T berpasangan. Terdapat penurunan PD dan kehilangan perlekatan klinis (CAL)
yang signifikan (P <0,001) dari 7.62 + 0.99 menjadi 5.07 + 1.003 dan 8.20 + 1.21–6.42 + 1.35.
Tabel 2 menunjukkan perbandingan intrakelompok kurkumin di awal dan 1 bulan kemudian
menggunakan uji T berpasangan. Terdapat penurunan kedalaman poket dan kehilangan perlekatan
klinis (CAL) yang signifikan (P <0,001) dari 6.81 + 0.89 menjadi 3.35 + 0.70 dan 8.03 + 0.72–
4.46 + 1.03.
Tabel 3 menunjukkan perbandingan intrakelompok kurkumin dan ornidazole di awal dan 1 bulan
kemudian menggunakan uji T tidak berpasangan. Setelah 1 bulan kemudian, kelompok kurkumin
menunjukkan penurunan yang signifikan (P <0,001) terhadap PD (3.35 + 0.70), kehilangan
perlekatan klinis (CAL) (4.46 + 1.03), dan indeks plak (0.98 + 0.39) dibandingkan dengan
kelompok ornidazole (PD [5.07 + 1.003], CAL [6.42 + 1.35], indeks plak [1.62 + 0.20]).

DISKUSI
Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh adanya interaksi antara
mikrobiota subgingiva dan respon jaringan host yang mengarah ke terjadinya dekstruksi struktur
pendukung gigi.
Pengobatan standar di Barat hanya terbatas pada berhasilnya pencegahan penyakit periodontal dan
perawatan berbagai jenis penyakit mulut. Oleh karena itu, penelitian untuk mencari produk
alternatif terus berlanjut, dan fitokimia alami yang diambil dari tumbuhan dan digunakan dalam
obat tradisional dianggap sebagai alternatif yang baik terhadap pemakaian bahan kimia sintetik.[9]
Perawatan yang ditawarkan dokter kepada pasien ialah berupa terapi nonbedah, bedah, ataupun
kombinasi keduanya. Terapi nonbedah mencakup pendekatan mekanik dan kemoterapi untuk
meminimalkan atau menghilangkan biofilm mikroba.
Scaling and root planing (SRP) perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya rekolonisasi bakteri
patogen periodontal di area subgingiva. Namun, terapi mekanis terkadang kurang berhasil dalam
menghilangkan bakteri patogen karena lokasinya yang berada di dalam jaringan gingiva atau di
area yang tidak dapat diakses oleh instrumen periodontal.
Konsep pemberian agen kemoterapi secara lokal ke dalam poket periodontal sebagai metode untuk
mengobati penyakit periodontal telah diteliti selama beberapa dekade terakhir. Sistem pemberian
obat secara lokal digunakan sebagai terapi tambahan pada terapi nonbedah yang dimana terlihat
terjadi peningkatan kondisi jaringan periodontal secara drastis. Perkembangan kemajuan di bidang
ini telah mengarah pada penemuan berbagai agen farmakologis baru yang dapat digunakan sebagai
sistem pemberian obat secara lokal. Beberapa obat herbal telah mencuri perhatian dalam perawatan
penyakit periodontal.
Tabel 1: Kelompok kurkumin di awal dan 1 bulan pertama
Parameter Awal 1 bulan t P
PD 6.81+0.89 3.35+0.70 19.8 <0.001
CAL 8.03+0.72 4.46+1.03 6.4 <0.001
s 2.53+0.27 0.98+0.39 7.71 <0.001
Perbandingan intrakelompok. PD: Kedalaman poket, CAL: clinical attachment level

Tabel 2: Kelompok ornidazole di awal dan 1 bulan pertama


Parameter Awal 1 bulan t P
PD 7.62+0.99 5.07+1.003 19.6 <0.001
CAL 8.20+1.21 6.42+1.35 8.01 <0.001
Indeks plak 2.70+0.2 1.62+0.20 1.9 >0.05
PD: Kedalaman poket, CAL: clinical attachment level

Tabel 3: Perbandingan kelompok kurkumin dan ornidazole di 1 bulan pertama


Parameter Kurkumin Ornidazole P
PD 3.35+0.70 5.07+1.003 <0.001
CAL 4.46+1.03 6.42+1.35 <0.001
Indeks plak 0.98+0.39 1.62+0.20 0.001
Perbandingan antarkelompok- uji T tidak berpasangan. PD: Kedalaman poket, CAL: clinical
attachment level

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efikasi klinis kedua sistem pemberian obat secara
lokal dalam bentuk gel - pertama, kelompok yang mengandung ornidazole dan, kelompok lainnya
mengandung kurkumin.
Ornidazole secara spesifik bekerja pada bakteri anaerob gram negatif dan bakteri fakultatif yang
merupakan penyebab dari penyakit periodontal. Ketika dibandingkan dengan metronidazole,
ornidazole memerlukan konsentrasi inhibitor minumum yang sangat rendah untuk menghambat
pertumbuhan bakteri patogen periodontal. Aktivitas antimikroba ornidazole diusulkan karena
adanya pengurangan kelompok nitro ke amina yang lebih reaktif yang menyerang DNA mikroba,
menghambat sintesis lebih lanjut, dan menyebabkan degradasi DNA yang ada.[11]
Kurkumin dikatakan dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan inflamasi, seperti kanker dan
ulkus. Efek biologis ini kemudian dikaitkan dengan aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi [12]
yang mungkin dapat terbukti bermanfaat dalam terapi periodontal, oleh karena itu, penelitian
mengenai perbandingan antara pemberian obat kurkumin dan ornidazole secara lokal sebagai
tambahan dalam terapi nonbedah dilakukan. Perbandingan kelompok intra antara kelompok
kurkumin dan ornidazole di awal mulainya penelitian dan 1 bulan kemudian menunjukkan
terjadinya penurunan yang signifikan pada PD, CAL, dan indeks plak.
Perbandingan antarkelompok antara kelompok kurkumin dan ornidazole menunjukkan terjadinya
penurunan yang lebih besar pada kelompok kurkumin (penurunan PD dari 6,81 + 0,89 menjadi
3,35 + 0,70), (penurunan CAL dari 8,03 + 0,72 menjadi 4,46 + 1,03), (penurunan indeks plak dari
2,53 + 0,27 hingga 0,98 + 0,39) dibandingkan dengan kelompok ornidazole (penurunan PD dari
7,62 + 0,99 menjadi 5,07 + 1,003), (penurunan CAL dari 8,20 + 1,21 menjadi 6,42 + 1,35), dan
(penurunan indeks plak dari 2,70 + 0,2 menjadi 1,62 + 0,20).
Kurkuminoid (campuran dari kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin)
dianggap sebagai kunci aktif dari konstituen Curcuma longa dan dilaporkan memiliki beberapa
aktivitas biologis. Beberapa bukti menyatakan bahwa kurkuminoid merupakan agen anti-inflamasi
yang ampuh bekerja melalui beberapa mekanisme, seperti, penekanan aktivasi NF- kappa B,
penghambatan cyclooxygenase‑2, menurunkan regulasi ekspresi proliferasi sel, anti apoptosis, dan
produk gen metastasis. Kurkuminoid juga dikatakan mampu memodulasi proliferasi dan respon
seluler berbagai jenis sel imun, seperti sel T, sel B, makrofag, neutrofil, sel pembunuh alami, dan
sel dendritik.[13] Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai sifat dari kurkumin itu sendiri, seperti
anti-inflamasi, antioksidan, anti alergi, antikarsinogenik, antimutagenik, antikoagulan,
antidiabetes, antifibrotik, antiulcer, antijamur, dan antibakteri.
Salah satu kekurangan dari penelitian ini adalah tidak dilakukannya evaluasi mikroba. Oleh karena
itu, pada penelitian lebih lanjut perlu dilakukan evaluasi klinis dan juga menentukan keberhasilan
jangka panjang pengaplikasian kurkumin dan ornidazole pada parameter klinis dengan sampel
yang lebih besar dan jangka waktu follow up yang lebih lama.

KESIMPULAN
Kurkumin terbukti memiliki efek yang lebih baik pada pasien penderita periodontitis kronis jika
dibandingkan dengan ornidazole, sehingga akan memberikan kita hasil perawatan yang lebih
menguntungkan jika digunakan sebagai agen pemberian obat secara lokal. Namun, dibutuhkan
penelitian dalam skala besar untuk membuktikan hasil yang konklusif.
Persetujuan pasien
Penulis menyatakan bahwa mereka telah memperoleh seluruh formulir persetujuan pasien. Dalam
formulir persetujuan, pasien memberikan persetujuan mereka terhadap gambar dan informasi
klinis lainnya untuk dilaporkan di dalam jurnal. Pasien memahami bahwa nama dan inisial mereka
tidak akan dipublikasikan dan akan dilakukan upaya-upaya untuk menyembunyikan identitas
mereka, tetapi anonimitas tidak dapat dijamin.

REFERENSI
1. Sankar V. Local drug delivery for oral diseases challenges and applications. Oral Dis 2011;17:73-84.
2. Alfant M, Walker CB. Local delivery tetracycline as a possible adjunct to conventional periodontal
therapy. J Dent Res 1983;62:289.
3. Greenstein G, Polson A. The role of local drug delivery in the management of periodontal diseases:
A comprehensive review. J Periodontol 1998;69:507-20.
4. Amrutesh S. Dentistry and Ayurveda – An evidence based approach. Int J Clin Dent Sci 2011;2:3-9.
5. Motterlini R, Foresti R, Bassi R, Green CJ. Kurkumin, an antioxidant and anti-inflammatory agent,
induces heme oxygenase-1 and protects endothelial cells against oxidative stress. Free Radic Biol
Med 2000;28:1303-12.
6. Patel B, Shah S, Kumar S. Evaluation of ornidazole gel as an adjunct to the phase I therapy. Adv
Hum Biol 2014;4:21-5.
7. Singh HP, Muzammil, Sathish G, Nagendra Babu K, Vinod KS, Rao HP. Comparative study to
evaluate the effectiveness of aloe vera and metronidazole in adjunct to scaling and root planing in
periodontitis patients. J Int Oral Health 2016;8:374-7.
8. Varghese M, Nagarathna CV, Scaria L. Kurkumin and metronidazole in periodontal therapy. Int J
Res Ayurveda Pharm 2014;5:680-4.
9. Torwane NA, Hongal S, Goel P, Chandrashekar BR. Role of ayurveda in management of oral health.
Pharmacogn Rev 2014;8:16-21.
10. Hosadurga RR, Rao SN, Jose J, Rompicharla NC, Shakil M, Shashidhara R, et al. Evaluation of the
efficacy of 2% kurkumin gel in the treatment of experimental periodontitis. Pharmacognosy Res
2014;6:326-33.
11. Greenstein G. The role of metronidazole in the treatment of periodontal diseases. J Periodontol
1993;64:1-5.
12. Yadav SK, Sah AK, Jha RK, Sah P, Shah DK. Turmeric (kurkumin) remedies gastroprotective
action. Pharmacogn Rev 2013;7:42-6.
13. Chandrasekaran CV, Sundarajan K, Edwin JR, Gururaja GM, Mundkinajeddu D, Agarwal A, et al.
Immune -stimulatory and anti-inflammatory activities of Curcuma longa extract and its
polysaccharide fraction. Pharmacognosy Res 2013;5:71-9.

Anda mungkin juga menyukai