Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS JURNAL PENELITIAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

The Effect Of The Use Of Thyme Honey In Minimizing Radiation -


Induced Oral Mucositis In Head And Neck Cancer Patients:
A Randomized Controlled Trial

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tahap Profesi Ners


Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :
Abdul Wahid 1720206005
Nauratun Nisfi 1720206008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENGAMBILAN JURNAL MASALAH


Mukositis oral yang disebabkan oleh diinduksi radiasi (OM) adalah kerusakan epitel yang
dapat terjadi pada mukosa mulut, faring dan laring, sebagai akibat dari paparan radiasi pengion
terutama antara minggu ke-2 dan ke-3 dari radioterapi konvensional (Radvansky et al., 2013).
Sampai saat ini, OM yang diinduksi radiasi tetap merupakan salah satu efek samping paling umum
dari radioterapi pada kanker kepala dan leher (H & N) (Al Jaouni et al., 2017). OM dapat
bervariasi, dengan mukolitis oral yang lebih parah menyebabkan ulkus di mulut, disfagia
menyakitkan dan akibatnya untuk kualitas hidup yang buruk (QoL), tetapi juga dalam
penghentian pengobatan (Mercadante et al., 2015). Durasi gejala biasanya memanjang selama
periode 6 minggu setelah dimulainya terapi radiasi dan sembuh dalam 8 minggu setelah selesainya
pengobatan (Bensinger et al., 2008).
Madu telah digunakan secara historis untuk sifat obatnya. Telah digunakan untuk
menyembuhkan luka bakar, luka bedah, dan infeksi mulut karena agen antibakteri dan analgesik
dan efek meningkatkan epithelialization (Alam et al., 2014; Belcher, 2014). Efektivitas madu
pada OM mungkin karena sifat higroskopis madu, viskositas, pH asamnya, yang mencegah
pertumbuhan bakteri pada mukosa, inhibin (hidrogen peroksida) diubah dari glukosa oksidase
dan asam glukonat, enzim yang mungkin merupakan faktor pertumbuhan dan mineral bergizi
jaringan dan vitamin yang membantu memperbaiki jaringan secara langsung (Molan, 2001;
Biswal et al., 2003; Bardy et al., 2008). Selanjutnya, Vandamme dkk. (2013) melaporkan bahwa
madu meningkatkan epithelisasi jaringan ketika digunakan untuk pembalut luka dan sebagai
hasilnya meningkatkan penyembuhan luka secara keseluruhan. Madu ditemukan efektif dalam
sejumlah kecil penelitian untuk pengelolaan mukolitis orak pada pasien kanker kepala dan leher
yang menjalani kemoradiasi (Biswal et al., 2003; Rashad et al., 2009; Rashad et al. 2009; Khanal
et al., 2010; Jayachandran dan Balaji, 2012).

Ruang Dahlia 1 dan 2 merupakan ruang perawatan yang kebanyakan pasien dengan
knker pada daerah kepala dan leher yang beberapa diantaranya akan mengalami kemoradiasi..
Dari latar belakang yang sudah disampaikan, penulis ingin mengetahui apakah
pemberian madu thyme dapat menurunkan mukolitis oral pada pasien kanker kepala dan leher
yang akan di kemoradiasi.

1
BAB II
RESUM JURNAL

A. Nama peneliti
Melanie Charalambous, Vasilios Raftopoulos, Lefkios Paikousis, Nicos Katodritis, Ekaterini
Lambrinou, Dimitrios Vomvas, Morpho Georgiou, Andreas Charalambous
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Pusat Onkologi Siprus (BOCOC) yang menyediakan perawatan khusus
dan perawatan untuk pasien kanker H & N.
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari uji coba terkontrol secara acak ini adalah untuk menilai efek dari madu thyme pada
tingkat dan durasi mukolitis oral yang diinduksi oleh pengobatan pada pasien kanker kepala dan
leher.
D. Metode penelitian
1. Merekrut, pengacakan dan masking
Konsultan dalam onkologi radiasi merekrut pasien sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang
ditentukan sebelumnya dan memperoleh informed consent mereka. Mengikuti keputusan
untuk berpartisipasi dalam penelitian, pengukuran baseline dilakukan sesuai dengan protokol
penelitian. Pasien kemudian secara acak dialokasikan di salah satu dari dua kelompok.
Pengacakan dicapai dengan menggunakan metode amplop. Pasien diminta untuk memilih
amplop tertutup yang akan menentukan kelompok mereka. Proses ini diawasi oleh pihak
ketiga eksternal.
2. Ukuran sampel
G Analisis daya dilakukan untuk menghitung ukuran sampel minimum. Tujuh puluh dua
peserta cukup untuk secara statistik mengidentifikasi perbedaan 30% dalam prevalensi OM
berat (kelas 3 dan 4) antara kelompok Kontrol dan Intervensi dengan kekuatan statistik 80%
dan tingkat signifikansi 5%. Prevalensi 30% dipilih karena itu adalah perbedaan terkecil
[Kelompok kontrol; 15%, Intervensi; 45%] diamati dalam literatur (Biswal et al., 2003;
Rashad et al., 2009; Rashad et al. 2009; Khanal et al., 2010; Jayachandran dan Balaji, 2012).
3. Peserta (kriteria inklusi dan eksklusi)
Pasien dengan diagnosis kanker H & N (karsinoma sel skuamosa) dengan kanker primer dan
non-metastatik yang dirujuk untuk Intensity Modulated Radiation Therapy (IMRT) dengan
dosis antara 50 dan 60Gy dalam rongga mulut dimasukkan dalam penelitian ini. Kriteria
inklusi adalah: a) pasien dengan derajat OM 1 atau lebih berdasarkan kriteria RTOG (Radiasi
2
Terapi Oncology Group), b) usia> 18 tahun, c) tiga minggu sebelum radioterapi, d) mampu
menyelesaikan penilaian studi dan e) bersedia berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria
eksklusi adalah: a) pasien dengan diabetes mellitus, b) alergi yang diketahui pada madu
thyme, c) kehadiran OM sebelum onset penelitian ini e) radioterapi dalam 6 bulan terakhir
sebelum penelitian ini.
4. Intervensi dan prosedur
Dalam kelompok intervensi, madu thyme diberikan kepada pasien sebagai bilasan oral
berdasarkan protokol yang dikembangkan sebelumnya (Biswal et al., 2003). Pasien
disarankan untuk mencairkan 20 ml madu thyme dalam 100 ml air murni yang membuat gargil
dalam rongga mulut (15 menit sebelum dan sesudah sesi radioterapi dan 6 jam kemudian),
tiga kali sehari selama tujuh minggu (dimulai dari hari pertama minggu ke-4 radioterapi) (Gbr.
1). Keputusan untuk menggunakan titik waktu ini sebagai salah satu pengukuran studi (dalam
kaitannya dengan waktu) diinformasikan oleh literatur yang relevan. Sebagai contoh, Elad
dan Zadik (2016), menemukan bahwa lesi mucositis oral yang sangat nyeri berkembang pada
semua pasien selama radioterapi, dengan ulkus yang tersisa selama 5-24 bulan setelah
selesainya terapi. Titik waktu ini sebagai tindak lanjut untuk pasien di kedua kelompok
membantu para peneliti untuk menguji efek yang lebih lama dari intervensi.
Rinci instruksi lisan dan tertulis diberikan kepada pasien memungkinkan mereka untuk setia
mengikuti protokol administrasi. Pasien dalam kelompok kontrol menggunakan larutan oral
salin yang normal, bukan madu thyme dalam jumlah dan periode waktu yang sama.
Selanjutnya, pasien di kedua kelompok diinstruksikan untuk tidak menelan bilasan oral.
Semua pasien yang berpartisipasi dalam penelitian diberitahu oleh konsultan mereka tentang
kebersihan mulut termasuk penggunaan sikat gigi yang lembut dan pasta gigi fluoride tinggi.
Selanjutnya mereka diberikan instruksi tertulis dan lisan tentang kebersihan mulut dan yang
sangat penting. Perlu dicatat bahwa semua pasien menggunakan larutan antijamur spesifik
selama radioterapi mereka. Seorang koordinator bertanggung jawab untuk mengingatkan
setiap hari panggilan untuk semua pasien untuk membentengi kepatuhan mereka terhadap
intervensi.
5. Penilaian
Ahli onkologi radiasi melakukan penilaian oral klinis dan pengukuran berat setiap minggu
pada kedua kelompok, mulai dari minggu ke-4 radioterapi (selama tujuh minggu) dan selama
intervensi dengan madu dan larutan oral salin. Para penilai yang berpartisipasi dalam
penelitian ini tidak menyadari kelompok alokasi pasien (buta). Dasar pemikiran untuk
memulai penilaian pada minggu ke-4 didasarkan pada literatur yang relevan yang mendukung

3
OM yang diinduksi radiasi, onset antara minggu ke-2 dan ke-3 sebagai hasil dari pengurangan
aliran saliva yang signifikan (Radvansky et al., 2013).
Penilaian klinis oral pada kedua kelompok dilakukan oleh ahli onkologi radiasi menggunakan
skala penilaian OM yang diadaptasi oleh Kelompok Terapi Radiasi Onkologi (RTOG:
http://www.rtog.org). Para pasien juga menyelesaikan OM Questionnaire yang dikembangkan
oleh Epstein et al. (2007), yang diberikan tepat sebelum awal intervensi (minggu ke-4
radioterapi), satu bulan setelah selesainya radioterapi dan enam bulan kemudian. Kuesioner
OMWQ (Epstein et al., 2007) adalah alat yang sederhana, valid dan dapat diandalkan dengan
konsistensi internal yang baik (a = 0,912) dan reliabilitas testretest (r = 80). Kuesioner 13-
item dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan kesejahteraan pasien yang berkaitan dengan
OM selama minggu terakhir. Jawaban yang mungkin dinilai pada skala Likert yang
mengandung 5, 7 dan 10 poin.
6. Kontrol kualitas madu thyme
Madu thyme murni dan disaring sebelum digunakan. Itu menjadi sasaran analisis kimia dan
diukur 'pH, viskositas dan kepadatannya. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk analisis
kimia. Madu Thyme yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pemasok tunggal untuk
menjamin konsistensi dalam kualitas produk.
7. Analisis data
Perbandingan dasar antara kedua kelompok dinilai menggunakan ttest untuk usia dan tingkat
dosis radiasi, dan tes x2 untuk jenis kelamin dan pendidikan. Tingkat keparahan gejala, berat
badan dan kualitas hidup disajikan sebagai rata-rata ± standar deviasi dan prevalensi OM berat
sebagai frekuensi (N) dan persentase (%). Generalized estimating equation (GEE) digunakan
untuk prediksi efek intervensi atas pengukuran berulang pada tingkat aktivitas oral, berat
badan dan skor QoL (Twisk, 2013). Model GEE untuk kriteria RTOG (grade OM)
menggunakan distribusi binomial negatif dengan fungsi tautan log karena memiliki model
yang lebih baik dibandingkan dengan distribusi multinomial.
Prevalensi OM berat (kelas 3 RTOG dan kelas 4) dinilai dengan menggunakan distribusi
binomial dengan fungsi tautan logit. Model Weight dan QoL GEE memanfaatkan distribusi
probabilitas Gamma karena memiliki model yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan distribusi normal. Model fit dinilai menggunakan Quasi-Likelihood di bawah
Kriteria Kemerdekaan (QIC) (Ballinger, 2004). Lima dimensi dari tingkat aktivitas oral (yaitu
Menelan, Minum, Makan, Nyeri Mulut, dan Sakit Tenggorokan) sangat berkorelasi, dan
analisis faktor diimplementasikan untuk menyimpulkan kombinasi linear tunggal; indeks
aktivitas oral. Model GEE dengan distribusi normal digunakan untuk menilai efek dari
intervensi dalam indeks aktivitas oral (Huh et al., 2012). Dalam korelasi subjek dimodelkan
4
menggunakan matriks kovariansi autoregresif (AR1) (Ballinger, 2004). Efek interaksi
kelompok dari waktu ke waktu di semua model GEE disesuaikan untuk jenis kelamin, usia,
tingkat radiasi dan untuk pengukuran baseline tingkat keparahan OM, kualitas hidup, berat
badan dan aktivitas oral. pengukuran Cohen digunakan untuk mengukur ukuran kualitas hidup
dan kegiatan oral pada setiap titik waktu (minggu ke-4 radioterapi, satu bulan setelah
selesainya radioterapi, 6 bulan kemudian). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan
SPSS 21.0 dan tingkat signifikan ditetapkan menjadi 0,05.
E. Hasil Penelitian
1. Demografi pasien dan karakteristik klinis
Delapan puluh enam pasien dengan karsinoma sel skuama primer dan non-metastasis (kanker
sel skuamosa). Kanker Kepala dan Leher diacak secara merata pada keduanya. Diagram alir
consort sepenuhnya disajikan di tempat lain sebagai bagian dari RCT yang lebih besar yang
berfokus pada xerostomia dan mucositis oral (Charalambous et al., 2017). Seperti yang
disajikan pada diagram consort flow (Charalambous et al., 2017), tiga pasien dari kelompok
intervensi (n = 3) dan empat pasien dari kelompok kontrol (n = 4) meninggal selama masa
pengobatan, sebagai hasilnya dari kanker dan efek samping pengobatan. Selanjutnya, empat
pasien dari kelompok madu menghentikan intervensi sebagai akibat komplikasi sekunder.
Akhirnya, data dari 72 pasien dimasukkan dalam analisis. Sebagian besar pasien yang
termasuk dalam penelitian ini adalah laki-laki (72,2%, n = 24 pada kelompok intervensi dan
n = 28 pada kelompok kontrol). Selanjutnya, 12 wanita dialokasikan dalam kelompok
intervensi dan 8 dari mereka dalam kelompok kontrol. Usia rata-rata dari kedua kelompok
adalah 61,53 dan tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dalam kaitannya dengan usia
individu pada kedua kelompok [t (70) = 0,975, p = 0,333] ditemukan. Sebagian besar pasien
(n = 23: n = 11 dalam kelompok intervensi, n = 13 pada kelompok kontrol) didiagnosis dengan
kanker laring diikuti oleh kanker di rongga mulut (n = 19: n = 8 pada kelompok intervensi, n
= 11 dalam kontrol kelompok) dan mayoritas dari mereka menerima kemoradiasi (n = 25 pada
kelompok intervensi, n = 21 pada kelompok kontrol). Secara khusus, pasien menerima: a)
Terapi radiasi (n = 3 pada kelompok intervensi, n = 2 pada kelompok kontrol), b) kemoradiasi
(n = 25 pada kelompok intervensi, n = 21 pada kelompok kontrol), c) kemoradiasi +
Pembedahan ( n = 8 pada kelompok intervensi, n = 13 pada kelompok kontrol). Dosis radiasi
rata-rata pada kelompok intervensi adalah 57,83Gy dan pada kelompok kontrol adalah 58,06
Gy dan tidak ada perbedaan statistik dalam kaitannya dengan dosis radiasi yang ditemukan.
Α sejumlah besar pasien memiliki pendidikan tingkat dasar (n = 14 kelompok intervensi, n =
11 pada kelompok kontrol). Tiga pasien tidak memiliki pendidikan formal dalam kelompok

5
intervensi dan 8 pasien dalam kelompok kontrol. Enam pasien di antara kedua kelompok
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

2. Penilaian klinis lisan


Model GEE, disesuaikan untuk jenis kelamin, usia dan tingkat radiasi dan untuk baseline
(minggu ke-4 radioterapi) pengukuran berat badan, indeks aktivitas oral dan kualitas hidup,
menunjukkan interaksi yang signifikan antara kelompok perlakuan dan keparahan OM di
seluruh 7 pengukuran mingguan (Wald x 2 (6) = 31,57, p <0,001, QIC = 47,55). Nilai OM
rata-rata di seluruh 7 pengukuran mingguan secara statistik berbeda dalam kelompok kontrol
dan intervensi. Gambar 3 menunjukkan tren ke atas (meningkatkan keparahan gejala) pada
rata-rata kadar OM untuk kelompok kontrol, dan kecenderungan menurun (penurunan
keparahan gejala) pada kelompok Intervensi. Secara khusus, rata-rata tingkat OM untuk
kelompok Intervensi turun dari 1,89 ± 0,7 menjadi 1,22 ± 0,6 dan rata-rata tingkat OM untuk
kelompok kontrol meningkat dari 2,06 ± 0,8 menjadi 2,47 ± 0,9.
a. Grade 3 dan 4 - OM yang parah
Untuk menilai efek dari madu thyme di kelas OM yang lebih parah, Kelas 3 dan 4
digabungkan dan diperiksa untuk prevalensi mereka dalam dua kelompok. Selama
pengukuran pertama (sebelum intervensi) ada 8 (22,22%) pasien dengan nilai 3 atau 4
pada kelompok intervensi dan 11 (30,56%) dengan nilai 3 atau 4 pada kelompok kontrol
(X2 = 0,643; p = 0,422 ). Model GEE, disesuaikan untuk jenis kelamin, usia, tingkat
radiasi dan untuk pengukuran dasar berat badan, indeks aktivitas oral dan kualitas hidup,
menunjukkan interaksi yang signifikan antara kelompok intervensi dan prevalensi OM
(kelas 3 dan kelas 4) di 7 pengukuran mingguan (Wald x Kelompok intervensi (n = 36)
Kelompok kontrol (n = 36) Prevalensi RTOG Prevalensi Prevalensi OMO yang berat OM
Berat Mean ± SD N (%) Mean ± SD N (%) 1,89 ± 0,7 8 (22,2%) ) 2.06 ± 0.8 11 (30.6%)
2 nd 1.86 ± 0.8 6 (16.7%) 2.25 ± 0.7 12 (33.3%) 3 rd 1.78 ± 0.8 5 (13.9%) 2.42 ± 0.8 14
(47.2%) 4 th 1.81 ± 0.7 5 (13.9%) 2.53 ± 0.9 20 (55.6%) 5 th 1.53 ± 0.7 3 (8.3%) 2.67 ±
0.8 21 (58.3%) 6 th 1.33 ± 0.6 1 (2.8%) 2.61 ± 0.9 19 (52.8%) 7 th 1.22 ± 0.6 1 (2.8%)
2.47 ± 0.9 16 (44.4%) (6) = 14.07; p = 0.029, QIC = 530.6). Gambar. 4 menunjukkan tren
ke atas dalam prevalensi OM yang parah pada kelompok kontrol dan kecenderungan
menurun pada kelompok intervensi sepanjang periode 7 minggu.
Secara khusus, 8 (22,2%) dari pasien dalam kelompok Intervensi didiagnosis dengan OM
berat pada minggu pertama pengukuran, sementara pada minggu ke-7 pengukuran,
prevalensi turun menjadi hanya satu pasien (2,8%). Masing-masing, dalam pengukuran
pertama, dalam kelompok kontrol, 11 (30,6%) pasien didiagnosis dengan OM berat
6
sementara pada minggu ke-7 pengukuran prevalensi meningkat menjadi 16 pasien
(44,4%) (Tabel 1).

3. Pengukuran berat mingguan


Model GEE, yang disesuaikan untuk jenis kelamin, usia, tingkat radiasi dan untuk pengukuran
baseline aktivitas oral, QoL dan keparahan OM, menunjukkan interaksi yang signifikan antara
kelompok perlakuan dan berat badan pasien di seluruh tujuh pengukuran mingguan (Wald x2
(6) = 92,04, p <0,001, QIC = 19,48).
Kedua kelompok menunjukkan penurunan berat badan mereka selama periode 7 minggu,
namun pasien dalam kelompok kontrol kehilangan berat badan lebih banyak dibandingkan
dengan mereka dalam kelompok intervensi (Gambar. 5). Pada kelompok intervensi, berat
badan rata-rata menurun dari 74,31 ± 14,6 pada minggu pertama (intervensi sebelumnya)
menjadi 71,92 ± 14,4 pada minggu ke tujuh dari pengukuran, sedangkan pada kelompok
kontrol, berat badan rata-rata menurun dari 70,58 ± 13,1 pada minggu 1-61,03 ± 10.8 pada
minggu ke 7.
4. Kuesioner OMW
a. Kualitas hidup
Dua pertanyaan mengukur kualitas hidup "Bagaimana Anda menilai kesehatan Anda
secara keseluruhan selama seminggu terakhir?" Dan "Bagaimana Anda menilai
keseluruhan QoL Anda selama seminggu terakhir?". Keduanya dinilai pada skala Likert
7-poin dengan 7 yang menunjukkan kesehatan keseluruhan yang sangat baik dan kualitas
hidup masing-masing. Skor Global QoL (berbasis 100) diperoleh, dengan menggunakan
rumus berikut: QoL = ((RS − 1)) / 6 ∗ 100, di mana RS (Skor Mentah) = jumlah (Kesehatan
Keseluruhan + QoL) / 2. Semakin tinggi skor QoL semakin tinggi tingkat kualitas hidup.
Kesehatan dan Kualitas Hidup secara keseluruhan dalam kelompok Intervensi (baseline
48,61 ± 24,8) meningkat pada bulan pertama setelah selesainya radioterapi (57,64 ± 20,7)
dan pada 6 bulan (78,91 ± 18,8). Pada kelompok Pengendalian, Kesehatan dan Kwalitas
Keseluruhan (dasar 34,72 ± 24,7) menurun pada bulan pertama (24,31 ± 17,5) dan
meningkat pada penilaian ulang 6 bulan (45,40 ± 19,1) (Gambar 6). Model GEE,
disesuaikan untuk jenis kelamin, usia, tingkat radiasi dan untuk pengukuran berat badan
awal, tingkat keparahan OM dan indeks aktivitas oral menunjukkan interaksi yang
signifikan antara kelompok perlakuan dan Kesehatan Keseluruhan pasien dan kualitas
hidup di tiga titik waktu (Wald). × 2 (2) = 19,49, p <0,001).
Ukuran efek pada bulan pertama setelah selesainya radioterapi (Cohen d = 1,74) adalah 3
kali lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran efek pada awal (Cohen d = 0,56). Pada akhir
7
penelitian pada 6 bulan, Kesehatan dan KELUARGA secara keseluruhan meningkat pada
kedua kelompok (Cohen d = 1,76).

b. Kegiatan oral
Kuesioner memeriksa seberapa banyak mulut dan kerongkongan tenggorokan membatasi
aktivitas oral pasien termasuk masalah dalam Menelan, Minum dan Makan [Likert skala
0 hingga 5] serta kehadiran nyeri mulut dan nyeri tenggorokan [Likert skala 1 sampai 10]
dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan gejala yang lebih parah.
Hasil yang lebih baik secara signifikan untuk kelompok Intervensi dibandingkan dengan
kelompok Kontrol ditemukan di sebagian besar gejala di seluruh periode waktu (minggu
ke-4 radioterapi (baseline intervensi), 1 bulan setelah selesainya radioterapi dan 6 bulan
kemudian) . Pada bulan pertama setelah selesainya penilaian ulang radioterapi, skor gejala
menurun untuk kelompok Intervensi dibandingkan dengan pengukuran baseline, dan
meningkat untuk kelompok Kontrol. Pada 6 bulan, kedua kelompok menunjukkan
penurunan skor aktivitas oral. Ukuran perbedaan dalam skor aktivitas lisan antara kedua
kelompok, dalam 6 bulan penilaian ulang, tinggi (Cohen d> 1,).
Misalnya, nyeri mulut berarti skor dari kelompok intervensi pada awal ditemukan menjadi
5,4 ± 2,6, dan kemudian menurun pada satu bulan setelah selesainya radioterapi menjadi
4,8 ± 2,5 dan bahkan lebih pada bulan ke-6 menjadi 0,7 ± 0,6. Nyeri mulut pada kelompok
kontrol ditemukan menjadi 6,0 ± 2,3 pada awal dan meningkat pada bulan pertama setelah
selesainya radioterapi (7,4 ± 1,6) dan juga menurun (2,2 ± 1,4) pada bulan ke-6. Ukuran
perbedaan pada skor nyeri mulut rata-rata antara kontrol dan intervensi, pada 6 bulan
sangat tinggi (Cohen d = 1,98) dibandingkan dengan perbedaan rendah pada awal (Cohen
d = 0,24). demikian pula, untuk nyeri tenggorokan, skor rata-rata dari kelompok
Intervensional pada awal ditemukan 5,9 ± 2,4 kemudian menurun pada 1 bulan menjadi
4,7 ± 2,5 dan bahkan lebih pada 6 bulan menjadi 1,1 ± 0,3. Dalam kelompok Kontrol, skor
rata-rata ditemukan 5,8 ± 2,6 pada awal dan meningkat pada 1 bulan (7,3 ± 1,9) dan
kemudian menurun (4,2 ± 2,7) pada 6 bulan. Ukuran perbedaan pada skor nyeri
tenggorokan rata-rata pada 6 bulan sangat tinggi (Cohen d = 1,61) dibandingkan dengan
perbedaan sepele pada awal (Cohen d = 0,04).
Lima gejala digabungkan menjadi indeks tunggal aktivitas oral melalui penggunaan
analisis faktor. Model GEE, yang disesuaikan untuk jenis kelamin, usia, tingkat radiasi
dan untuk pengukuran berat badan, QoL dan tingkat keparahan OM menunjukkan
interaksi yang signifikan antara kelompok perlakuan dan aktivitas oral pasien di tiga titik
waktu (Wald x2 (2) = 19,49, p <0,001, QIC = 37,12).
8
BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Rumus PICO
1. Pertanyaan klinis
Apakah terdapat efek penggunaan madu thyme dalam meminimalkan mucositis oral pada
pasien kanker kepala dan leher yang diradiasi
2. Penegakan PICO
 Populasi : pasien kanker kepala dan leher yang akan di radiasi
 Intervensi : Penggunaan Madu Thyme
 Comparison: bilasan salin
 Outcome : Meminimalkan mucositis oral
3. Strategi Pencarian Database Pencarian artikel pada rumusan masalah ini melalui
penulusuran elektronik https://www.sciencedirect.com dengan memasukan kata kunci
head and neck cancer patients AND minimizing radiation - induced oral mucositis
AND thyme honey. Hasilnya didapatkan 4 jurnal yang relevan, keempat jurnal tersebut
kemudian dilakukan seleksi literatur. Pada tahap pertama, artikel yang diperoleh dari data
base ini diseleksi berdasarkan judulnya. Lalu tahap kedua, artikel-artikel ini diseleksi
kembali dengan melakukan pengkajian abstrak. Hasilnya didapatkan artikel yang sesuai
kriteria yang diharapkan yaitu “The effect of the use of thyme honey in minimizing
radiation - induced oral mucositis in head and neck cancer patients: A randomized
controlled trial.”

B. Ktitik jurnal
Komponen yang dinilai Ya/tdk Penjelasan
Judul dan abstrak:
 Apakah judul sesuai dengan Ya  Pengaruh Penggunaan Madu Thyme Dalam
isi Meminimalkan Mucositis Oral Akibat
Radiasi Pada Pasien Kanker Kepala Dan
Leher: Sebuah Uji Coba Terkontrol Secara
 Apakah tujuan penelitian Ya Acak
disebutkan? Apa?
 Tujuan dari uji coba terkontrol secara acak
ini adalah untuk menilai efek dari madu
thyme pada tingkat dan durasi mukolitis
oral yang diinduksi oleh pengobatan pada
pasien kanker kepala dan leher.
 Apakah abstrak Ya  abstrak yang ditampilkan dalam penelitian ini
memberikan infromasi yang cukup lengkap mulai dari latar belakang, tujuan,
lengkap:latar belakang, metode yang digunakan, hasil serta kesimpulan.
tujuan, metode, hasil
Justifikasi,metodologi,desain:
 Apakah dijelaskan alasan Ya
melakukan penelitian (di
latar belakang dan tinjaun
pustaka)?
9
 Apakah tinjauan pustaka Ya
lengkap?cukup?
 Apakah menggunakan Sebagian
referensi terbaru?(maksimal
5 tahun)
 Apakah hipotesis  Hipotesis primer
disebutkan? Ya  Pasien dalam kelompok intervensi akan
mengalami tingkat OM yang lebih rendah
dibandingkan dengan pasien dalam
kelompok kontrol
 Hipotesis sekunder
 Pasien dalam kelompok intervensi akan
kehilangan lebih sedikit berat badan
dibandingkan dengan pasien dalam
kelompok kontrol
 Pasien dalam kelompok intervensi akan
mengalami lebih sedikit masalah oral (mis.
Menelan, minum, makan, mulut dan nyeri
tenggorokan) dibandingkan dengan pasien
dalam kelompok kontrol.
 Pasien dalam kelompok intervensi akan
mengalami kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan dengan pasien dalam
kelompok kontrol.

 Jika eksperimen,apakah Ya  Dalam kelompok intervensi, madu thyme


kelompok intervensi dan diberikan kepada pasien sebagai bilasan oral
kontrol dijelaskan? berdasarkan protokol yang dikembangkan
sebelumnya (Biswal et al., 2003). Pasien
disarankan untuk mencairkan 20 ml madu
thyme dalam 100 ml air murni yang membuat
gargil dalam rongga mulut (15 menit sebelum
dan sesudah sesi radioterapi dan 6 jam
kemudian), tiga kali sehari selama tujuh minggu
(dimulai dari hari pertama minggu ke-4
radioterapi)
 Apakah kelompok Ya
intervensi dan kontrol di
matchingkan atau tidak?

 Apakah eksperimennya Tidak


blind atau double blind?
 Kalau blind, bagaimana cara
melakukan blindnya?
Sampling:
 Bagaimana populasi - Populasi dipilih secara acak
dipilih?

 Menggunakan probability
sampling nonprobality -
sampling?

 Apakah kriteria inklusi dan Kriteria inklusi adalah: a) pasien dengan derajat OM
eksklusi disebutkan?apa? 1 atau lebih berdasarkan kriteria RTOG (Radiasi
Terapi Oncology Group), b) usia> 18 tahun, c) tiga
minggu sebelum radioterapi, d) mampu
10
menyelesaikan penilaian studi dan e) bersedia
berpartisipasi dalam penelitian. Kriteria eksklusi
adalah: a) pasien dengan diabetes mellitus, b) alergi
yang diketahui pada madu thyme, c) kehadiran OM
sebelum onset penelitian ini e) radioterapi dalam 6
bulan terakhir sebelum penelitian ini.
 Apakah ukuran sampel Ya
cukup?
Pengumpulan data:
 Bagaimana cara Ya Penilaian klinis oral pada kedua kelompok
pengumpulan datanya dilakukan oleh ahli onkologi radiasi menggunakan
(kuesioner atau data yang skala penilaian OM dan Kuesioner OMWQ
lain)?
 Siapa yang mengumpulkan
data?
 Apakah instrumen
pengumpulan data Ya Instrumen sudah valid
dijelaskan?

 Apakah instrumen di uji


dulu?
 Apakah confounding
factorsdiidentifikasi?
 Apakah ada penjelasan
validitas dan reabilitias?

Pertimbangan etik:
 Apakah penelitian Ya Penelitian ini disetujui oleh Komite Etika
menggunakan ethicala Universitas Teknologi Siprus dan Komite Etika
pproval dari komite etik Pusat Onkologi menurut hukum Nasional dan sesuai
 Apakah ada informed dengan prinsip Deklarasi Helsinki (World Medical
concent dalam penelitian? Ya Association, 2013).
Analisis data dan hasil:
 Apakah hasil disampikan Ya
dengan jelas?
 Apakah pvalue dan
confidence interval
dilaporkan? -
 Apakah hasilnya signifikan?
 Apakah kesimpulan Ya
penelitian ini?
Ya Penelitian ini memberikan bukti pada efek positif
dari madu thyme pada pengelolaan mucositis oral
yang terinduksi radiasi dan kualitas hidup pada
pasien kanker kepala dan leher.

Hasil dan keterbatasan


penelitian:
 Apakah hasil bisa Ya  Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini
digeneralisasi? adalah tidak adanya double blinding.(Double
 Apakah keterbatasan blind adalah sebuah metode pengujian produk
penelitian ini? baru, biasanya obat-obatan, di mana baik orang
yang mencoba produk maupun orang-orang
yang memberikan pengobatan tidak tahu siapa

11
yang diberi produk yang nyata dan siapa yang
diberi plasebo (obat kosong)).
 Keterbatasan lain adalah proses
 Apakah ada saran untuk pengacakan, karena penggunaan amplop
penelitian selanjutnya? dapat menyebabkan bias, meskipun orang
 Apakah implikasi penelitian yang tidak terlibat dalam proyek
tersebut (yang disebutkan bertanggung jawab untuk proses
dalam jurnal)?
pengacakan.

C. Kelebihan dan kekurangan jurnal


1. Kelebihan jurnal
a. Penelitian menggunakan metode randomized controlled trial
b. Dari segi pemahaman mudah dipahami dan mudah diakses.
c. Sebagai masukan peneliti selanjutnya untuk menggali dan mengeksplor intervensi
keperawatan penanganan mukolitis oral pada pasien kanker kepada dan leher yang
akan diradiasi.
2. Kekurangan jurnal
a. Salah satu keterbatasan dalam penelitian ini adalah tidak adanya double blinding.(Double
blind adalah sebuah metode pengujian produk baru, biasanya obat-obatan, di mana baik orang
yang mencoba produk maupun orang-orang yang memberikan pengobatan tidak tahu siapa
yang diberi produk yang nyata dan siapa yang diberi plasebo (obat kosong)).
b. Keterbatasan lain adalah proses pengacakan, karena penggunaan amplop dapat
menyebabkan bias, meskipun orang yang tidak terlibat dalam proyek bertanggung
jawab untuk proses pengacakan.
c. Penelitian ini hanya menggunakan madu thyme saja dan tidak meggunakan beberapa
madu

12
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut hasil penelitian ini memberikan bukti efek positif dari madu thyme pada manajemen
OM yang diinduksi radiasi pada pasien kanker H & N. Ini juga menunjukkan bahwa madu
efektif dalam menelan, disfagia, nyeri mulut dan tenggorokan dan penurunan berat badan
pasien kanker kepala dan leher. Selain itu penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian madu
thyme tampaknya meningkatkan kualitas hidup pasien secara keseluruhan.
B. Saran
1. Bagi perawat
Disarankan untuk menggunakan intervensi pemeberian madu thyme pada penganganan
mukolitis oral pada pasien yang akan dilakukan komoradiasi.
2. Bagi instansi rumah sakit
Melaksanakan intervensi pemberian adu thyme dalam penanganan mukolitis oral pada
pasien yang akan dilakukan kemoradiasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Abdulrhman, M., Elbarbary, N.S., Amin, D.A., Saeid, E.R., 2012. Honey and a mixture of honey,
beeswax, and olive oil-propolis extract in treatment of chemotherapy-induced oral mucositis: a
randomized controlled pilot study. Pediatr. Hematol. Oncol. 29, 285–292.
2. Alam, F., Islam, M.A., Gan, S.H., Khalil, M.I., 2014. Honey: a potential therapeutic agent for
managing diabetic wounds. Evid Based Compl. Alternative Med. 2014, 1–16.
3. Al Jaouni, S.K., AlMuhayawi, M.S., et al., 2017. Effects of honey on oral mucositis among
pediatric cancer patients undergoing chemo/radiotherapy treatment. Evid. Based Compl. Alternat.
Med. 2017, 1–7.
4. Ballinger, G.A., 2004. Using generalized estimating equations for longitudinal data analysis.
Organ. Res. Meth. 7, 127–150.
5. Bardy, J., Slevin, J.N., Mais, L.K., Molassiotis, A., 2008. A systematic review of honey uses
6. and its potential value within oncology care. J. Clin. Nurs. 17, 2604–2623.
7. Bardy, J., Molassiotis, A., Ryder, W.D., et al., 2012. A double-blind, placebo-controlled,
randomised trial of active manuka honey and standard oral care for radiation-induced oral
mucositis. Br. J. Oral Maxillofac. Surg. 50, 221–226.
8. Belcher, J., 2014. Dressings and healing with honey. Br. J. Nurs. 23, S2.
9. Bensinger, W., Schubert, M., Ang, K.K., et al., 2008. NCCN Task Force Report. Prevention and
management of mucositis in cancer care. J. Natl. Compr. Canc. Netw.: JNCCN 6, 1–21.
10. Biswal, B.M., Zakaria, A., Ahmad, N.M., 2003. Topical application of honey in the management
of radiation mucositis: a preliminary study. Support. Care Cancer. 11, 242–248.
11. Britton, B., Clover, K., Bateman, L., et al., 2012. Baseline depression predicts malnutrition in
head and neck cancer patients undergoing radiotherapy. Support. Care Cancer. 20, 335–342.

13
12. Charalambous, A., Lambrinou, E., Katodritis, N., et al., 2017. The effectiveness of thyme honey
for the management of treatment-induced xerostomia in head and neck cancer patients:A
feasibility randomized control trial. Eur. J. Oncol. Nurs. 27, 1–8. Cohen, G., Elad, S., Or, R.,
Galili, D., Garfunkel, A.A., 1997. The use of tretinoin as oral mucositis prophylaxis in bone
marrow transplantation patients: a preliminary study. Oral Dis. 3, 243–246.
13. Donnelly, J.P., Bellm, L.A., Epstein, J.B., et al., 2003. Antimicrobial therapy to prevent or treat
mucositis. Lancet Infect. Dis. 3, 405–412.
14. Elad, S., Zadik, Y., 2016. Chronic oral mucositis after radiotherapy to the head and neck: a new
insight. Support. Care Cancer 24, 4825–4830.
15. Epstein, J.B., Beaumont, J.L., Gwede, 2007. Longitudinal Evaluation of the Oral Mucositis
weekly questionnaire –head and neck cancer, a patient-reported Outcomes Questionnaire. Cancer
109, 1914–1922.
16. Harris, D.J., Eilers, J., Harriman, A., et al., 2008. Putting evidence into practice: evidencebased
interventions for the management of oral mucositis. Clin. J. Oncol. Nurs. 12, 141–152.
17. Hawley, P., Hovan, A., Mc Gahan, C.E., et al., 2014. A randomized placebo-controlled trial of
manuka honey for radiation-induced oral mucositis. Support. Care Cancer. 22, 751–761.
18. Herrstedt, J., 2000. Prevention and management of mucositis in patients with cancer. Int. J.
Antimicrob. Agents 16, 161–163.
19. Huh, D., Flaherty, B.P., Simoni, J.M., 2012. Optimizing the analysis of adherence interventions
using logistic generalized estimating equations. AIDS Behav 16, 422–431.
20. Jayachandran, S., Balaji, N., 2012. Evaluating the effectiveness of topical application of natural
honey and benzydamine hydrochloride in the management of radiation mucositis. Indian J. Palliat.
Care 18, 190–195.
21. Keller, U., Krampert, M., Kümin, A., et al., 2004. Keratinocyte growth factor: effects on
keratinocytes and mechanisms of action. Eur. J. Cell Biol. 83, 607–612.
22. Khanal, B., Baliga, M., Uppal, N., 2010. Effect of topical honey on limitation of radiationinduced
oral mucositis: an intervention study. Int. J. Oral Maxillofac. Surg. 39, 1181–1185.
23. Kobya, B.Η., Güdücü, T.F., 2016. Honey prevents oral mocositis in children undergoing
chemotherapy: a quasi-experimental study with a control group. Compl. Ther. Med. 29, 132–140.
24. Koj, A., 1996. Initiation of acute phase response and synthesis of kytokines. Biochem. Biophys.
Acta 1317, 84–94.
25. Lalla, R.V., Brennan, M.T., Schubert, M.M., 2011. Oral complications of cancer therapy. In:
Yagiela, J.A., Dowd, F.J., Johnson, B.S. (Eds.), Pharmacology and Therapeutics for Dentistry,
pp. 782–798.
26. Langius, J.A., van Dijk, A.M., Doornaert, P., et al., 2013. More than 10% weight loss in head and
neck cancer patients during radiotherapy is independently associated with deterioration in quality
of life. Nutr. Cancer. 65, 76–83.
27. Loprinzi, C.L., Ghosh, C., Camoriano, J., et al., 1997. Phase III controlled evaluation of sucralfate
to alleviate stomatitis in patients receiving fluoracil-based chemotherapy. J. Clin. Oncol. 15,
1235–1238.
28. Maddocks-Jennings, W., Wilkinson, J.M., Cavanagh, H.M., et al., 2009. Evaluating the effects of
the essential oils Leptospermum scoparium [manuka] and Kunzea ericoides (kanuka) on
radiotherapy induced mucositis: a randomized, placebo controlled feasibility study. Eur. J. Oncol.
Nurs. 13, 87–93.
29. Maiti, P.K., Ray, A., Mitra, T.N., et al., 2012. The effect of honey on mucositis induced by
chemoradiation in head and neck cancer. J. Indian Med. Assoc. 110, 453–456.
30. Mallick, S., Benson, R., Rath, G.K., 2016. Radiation induced oral mucositis: a review of current
literature on prevention and management. Eur. Arch. Oto-Rhino-Laryngol. 273, 2285–2293.
31. Mercadante, S., Aielli, F., Adile, C., et al., 2015. Prevalence of oral mucositis, dry mouth, and
dysphagia in advanced cancer patients. Support. Care Cancer. 23, 3249–3255.
32. Meredith, R., Salter, M., Kim, R., et al., 1997. Sucralfate for radiation mucositis: results of a
double-blind randomized trial. Int. J. Radiat. Oncol. Biol. Phys. 37, 275–279.
14
33. Molan, P.C., 2001. The potential of honey to promote oral wellness. Gen. Dent. 49, 584–589.
Motallebnejad, M., Akram, S., Moghadamnia, A., 2008. The effect of topical application of pure
honey on radiation-induced mucositis: a randomized clinical trial. J. Contemp. Dent. Pract. 9, 40–
47.
34. Oates, J.E., Clark, J.R., Read, J., et al., 2007. Prospective evaluation of quality of life and nutrition
before and after treatment for nasopharyngeal carcinoma. Arch. Otolaryngol. Head Neck Surg.
133, 533–540.
35. Oelmann, E., Haghu, S., Kulimova, E., et al., 2004. Influence of keratinocyte growth factor on
clonal growth of epithelial cells, lymphoma and leukaemia cells and on sensitivity of tumor cells
towards 5-fluorouracil in vitro. Int. J. Oncol. 25, 1001–1012.
36. Osama, M.M., Eliopoulos, N., Muanza, T., 2017. Radiation-induced oral mucositis. Front Oncol.
7, 1–23. Parsons, E., Begley, A., Herst, P., 2012. Manuka honey mouthwash does not affect oral
mucositis in head and neck cancer patients in New Zealand. J. Radiother. Pract. 11, 249–256.
37. Pastuszak, A.L., Schuler, L., Speck-Martins, C.E., et al., 1998. Use of misoprostol during
pregnancy and Mobius syndrome in infants. N. Engl. J. Med. 338, 1881–1885.
38. Plevova, P., 1999. Prevention and treatment of chemotherapy and radiotherapy induced oral
mucositis: a review. Oral Oncol. 35, 453–470.
39. Radvansky, L.J., Makala, B., Pace, A., 2013. Prevention and management of radiationinduced
dermatitis, mucositis, and xerostomia. Am. J. Health Syst. Pharm. 70, 1025–1032.
40. Raeessi, M.A., Raeessi, N., Panahi, Y., et al., 2014. “Coffee plus Honey” versus “topical steroid”
in the treatment of Chemotherapy-induced Oral Mucositis: a randomised controlled trial. BMC
Compl. Alternative Med. 14, 293. https:// bmccomplementalternmed.biomedcentral.com/.
41. Rashad, U.M., Al-Gezawy, S.M., El-Gezawy, E., et al., 2009. Honey as topical prophylaxis
against radiochemotherapy-induced mucositis in head and neck cancer. J. Laryngol. Otol. 123,
223–228.
42. Shueng, P.W., Wu, L.J., Chen, S.Y., et al., 2009. Concurrent chemoradiotherapy with helical
tomotherapy for oropharyngeal cancer: a preliminary result. Int. J. Radiat. Oncol. Biol. Phys. 77,
715–721.
43. Singer, S., Langendijk, J., Yarom, N., 2013. Assessing and improving quality of life in patients
with head and neck cancer. Am. Soc. Clin. Oncol. Educ. Book 230–235. Sonis, S.T., 2004. A
biological approach to mucositis. J. Support Oncol. 2, 21–36. Sonis, S.T., Peterson, R.L.,
Edwards, L.J., Lucey, C.A., Wang, L., Mason, L., et al., 2000.
44. Defining mechanisms of action of interleukin-11 on the progression of radiation-induced oral
mucositis in hamsters. Oral Oncol. 36, 373–381.
45. Spencer, A., Horvath, N., Gibson, J., et al., 2005. Prospective randomised trial of amifostine
cytoprotection in myeloma patients undergoing high-dose melphalan conditioned autologous
stem cell transplantation. Bone Marrow Transplant. 35, 971–977. Socha, R., Juszczak, L.,
Pietrzyk, S., et al., 2009. Antioxidant activity and phenolic composition of herbhoneys. Food
Chem. 113, 568–574.
46. Twisk, Jos WR., 2013. Applied Longitudinal Data Analysis for Epidemiology: a Practical Guide.
Cambridge University Press, New York.
47. Vandamme, L., Heyneman, A., Hoeksema, H., et al., 2013. Honey in modern wound care:
asystematic review. Burns 39, 1514–1525. World Medical Association, 2013. Declaration of
Helsinki: ethical principles for medical research involving human subjects. J. Am. Med. Assoc.
27 2191-4.

15

Anda mungkin juga menyukai