KANKER LIDAH
Di Ruang 28 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Disusun Oleh:
Tim PKRS R.28
Oleh:
Nyoman Annisa A 160070301111026
Betris Dian Kavalo 160070301111006
A.A. Flora Yunda A 160070301111005
Mengetahui,
( ) ( )
Ka.Ru Ruang 28
( )
8. Tujuan instruksional
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan
memahami tentang Kanker Lidah.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan,peserta dapat:
(1) Mengetahui dan memahami pengertian kanker Lidah
(2) Mengetahui dan memahami penyebab Kanker Lidah
(3) Mengetahui dan memahami tanda dan gejala kanker lidah
(4) Mengetahui dan memahami penanganan (terapi)kanker lidah
9. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien
Pendahulua 5 menit 1.Memberi salam 1.Menjawab salam
n 2.Memperkenalkan diri 2.Mendengarkan dan
3.Menjelaskan tujuan penyuluhan dan memperhatikan
pokok materi yang akan disampaikan 3.Menjawab
4.Menggali pengetahuan pasien tentang pertanyaan
kanker lidah
Penyajian 20 menit Menjelaskan materi: 1.Mendengarkan dan
1. memperhatikan
Definisi kanker lidah 2.Menganjukan
2. pertanyaan
Penyebab kanker lidah
3.
Tanda dna gejala kanker lidah
4.
Penanganan (terapi kanke lidah)
5.
Penutup 15 menit 1.Memberikan pertanyaan kepada 1.Menjawab
peserta tentang materi yang telah pertanyaan yang
disampaikan diberikan oleh
2.Menyimpulkan materi yang telah penyuluh
disampaikan 2.Membalas salam
3.Menutup acara dan mengucapkan
salam
10. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Ruang 28 Rumah Sakit dr. Saiful
Anwar Malang.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan telah dilakukan sebelumnya.
b. Evaluasi proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.
Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
c. Evaluasi hasil
Peserta mengerti tentang definisi kanker lidah, penyebab kanker lidah, tanda gejala
kanker lidah, penanganan kanker lidah / terapi kanker lidah, dan pencegahan kenker
lidah.
11. Media
Leaflet
LCD
12. Materi
(terlampir)
MATERI PENYULUHAN
CA LIDAH
I. PENGERTIAN
Karsinoma lidah adalah suatu tumor yang terjadi didasar mulut, kadang-kadang
meluas kearah lidah dan menyebabkan gangguan mobilitas lidah (Van de Velde, 1999).
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini dapat
menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase secara
limfogen dan hematogen.
II. ETIOLOGI
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang
terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor.
Secara garis besar, etiologi kanker lidah:
1. Tembakau: 80% penderita kanker lidah adalah perokok. Risiko perokok adalah 5-9
kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.
2. Alkoholisme: peminum berat mempunyai risiko 30 kali lebih besar dan efeknya
sinergis dengan merokok.
3. Infeksi virus dalam rongga mulut: Human papilloma virus (HPV) khususnya HPV 16
dan HPV 18.
4. Oral hygiene yang jelek.
5. Sunburn: iritasi sinar matahari dan iritasi kronis lainnya.
6. Gaya hidup: kebiasaan mengunyah sirih.
Sumber lain menyebutkan beberapa etioogi atau penyebab kanker lidah yaitu Kanker
rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu proses yang terdiri dari
beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan perkembangan tumor. Secara garis
besar, etiologi kanker lidah:
1. Predisposisi genetic
2. Efek hormonal
3. Lesi prakanker
4. Iritasi kronis, trauma, dan inflamasi
5. Kegagalan fungsi sistem imun
6. Terapi obat
7. Faktor lingkungan (Radiasi pengion, Pemajanan sinar matahar,i Efek radon dan
medan electromagnet, Polusi kimia, Polusi udara)
8. Kebiasaan pola hidup (Rokok dan tembakau, Nutrisi, Konsumsi alcohol, Praktik
seksual)
9. Virus
10. Faktor-faktor psikososial (Sifat kepribadian dan sikap; Sistem pendukung social)
(Baradero Mary, dkk.2007.Seri Asuhan Keperawatan Klien Kanker.Jakarta:EGC)
III. PATOFISIOLOGI
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan menjadi
beberapa faktor, yaitu Faktor luar, faktor heriditer dan faktor non heriditer. Faktor
luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non heriditer
meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus (papiloma
yang ditularkan melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai sel
squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai
pelindung.
Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara
tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis
hingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah
yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase ke
colli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat
adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk
ulkus yang mudah berdarah. Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan
metastase pada kelenjar limfe submental dan submandibular. Penatalaksanaan kanker
lidah meliputi operasi glosektomi dan diseksi leher yang dilanjutkan dengan
kemoterapi. (http://nurseammar.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-
karsinoma-lidah.html).
VI. KOMPLIKASI
1. Komplikasi akut yang dapat terjadi adalah :
a. Mukositis : Mukositis oral merupakan inflamasi pada mukosa mulut berupa eritema
dan adanya ulser yang biasanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi
kanker. Biasanya pasien mengeluhkan rasa sakit pada mulutnya dan dapat
mempengaruhi nutrisi serta kualitas hidup pasien.
b. Kandidiasis : Pasien radioterapi sangat mudah terjadi infeksi opurtunistik berupa
kandidiasis oral yang disebabkan oleh jamur yaitu Candida albicans. Infeksi kandida
ditemukan sebanyak 17-29% pada pasien yang menerima radioterapi.
c. Dysgeusia adalah respon awal berupa hilangnya rasa pengecapan, dimana salah
satunya dapat disebabkan oleh terapi radiasi.
d. Xerostomia : Xerostomia atau mulut kering dikeluhkan sebanyak 80% pasien yang
menerima radioterapi. Xerostomia juga dikeluhkan sampai radioterapi telah selesai
dengan rata-rata 251 hari setelah radioterapi. Bahkan tetap dikeluhkan setelah 12-
18 bulan setelah radioterapi tergantung pada dosis yang diterima kelenjar saliva dan
volume jaringan kelenjar yang menerima radiasi.
2. Komplikasi kronis adalah:
a. Karies gigi : Karies gigi dapat terjadi pada pasien yang menerima radioterapi. Karies
gigi akibat paparan radiasi atau yang sering disebut dengan karies radiasi adalah
bentuk yang paling destruktif dari karies gigi, dimana mempunyai onset dan progresi
yang cepat. Karies gigi biasanya terbentuk dan berkembang pada 3-6 bulan setelah
terapi radiasi dan mengalami kerusakan yang lengkap pada semua gigi pada
periode 3-5 tahun.
b. Osteoradionekrosis : Osteoradionekrosis (ORN) merupakan efek kronis yang
penting pada radioterapi. Osteoradionekrosis adalah nekrose iskemik tulang yang
disebabkan oleh radiasi yang menyebabkan rasa sakit karena kehilangan banyak
struktur tulang.
c. Nekrose pada jaringan lunak : Komplikasi oral kronis lain yang dapat terjadi adalah
nekrose pada jaringan lunak, dimana 95% kasus dari osteoradionekrosis
berhubungan dengan nekrose pada jaringan lunak. Nekrose jaringan lunak
didefinisikan sebagai ulser yang terdapat pada jaringan yang terradiasi, tanpa
adanya proses keganasan (maligna). Evaluasi secara teratur penting dilakukan
sampai nekrose berkurang, karena tidak ada kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Timbulnya nekrose pada jaringan lunak ini berhubungan dengan dosis, waktu, dan
volume kelenjar yang terradiasi. Reaksi akut terjadi selama terapi dan biasanya
bersifat reversibel, sedangkan reaksi yang bersifat kronis biasanya terjadi menahun
dan bersifat irreversibel.
VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor
primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
3. Biopsi
a. FNAB (Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang metastasis
ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm)
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno, 2010).
Pemeriksaan penunjang
1. Biopsi
a. Incisional biopsy
Dengan cara mengambil sampel dari daerah carcinoma dan daerah yang sehat,
sehingga diketahui batas jelas dari carcinoma. Tetapi kejelekannya adalah pembuluh
darah menjadi terbuka, dan ini akan mempermudah penyebaran dari carcinoma
tersebut, sedangkan keuntunganya dapat mengetahui batas dari carcinoma guna
terapi selanjutnya ( Penyinaran ).
Cara biopsy ini dapat dilakukan pada cacinoma lidah yang masih kecil dengan atau
tanpa metastase. Excisi jaringan yang diduga carcinoma dengan jarak 1 1,5 cm
dari jaringan sehat. Hasil excisi diletakkan pada gabus ( maksudnya adalah untuk
cukup bersih ). Dengan kasa yang diberi formalin diletakkan diatas preparat agar
preparat tidak melengkung sehingga topograpi tidakm berubah, kemudian dikirim ke
patologi anatomi. Dipotong menjadi 7 preparat, dan dilihat bagian mana yang tidak
bersih dapat diulang excisinya.Setelah dilakukan pemeriksaan diatas (incisional
biopsi) baru dilakukan pemeriksaan patologi anatomi untuk menentukan tumor ganas
atau bukan.
b. Brush biopsy
Pada prosedur ini, sampel diambil pada permukaan mukosa yang terlihat abnormal
dengan cara mengumpulkan sel epitel mukosa dengan menggunakan alat berbentuk
sikat, menempatkan sampel dalam slide dan melakukan tindakan fiksasi sebelum
membawa jaringan tersebut ke laboratorium. Tindakan pengambilan sampel dengan
skapel dan jarum biopsi diindikasikan pada kanker yang sudah jelas terlihat, terdapat
kecurigaan yang kuat terhadap lesi atau lesi terdapat pada orang yang memiliki
faktor-faktor resiko kanker mulut. Sedangkan brush biopsi diindikasikan pad keadaan
yang sebaliknya.
c. Teknik cahaya khemoluminesen
Jaringan yang dicurigai sebagai kanker disinari dengan khemoluminesen setelah
sebelumnya diwarnai dengan asam asetat. Hasilnya akan terlihat gambaran opak
acetowhite pada jaringan yang terkena kanker atau jaringan yang abnormal.
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan farmakologi
Typhonium Plus merupakan kombinasi herbal selektif ekstrak yang dalam karya sinergi
Typhonium Flagelliforme penguatan / Keladi Tikus. Typhonium Plus Terdaftar POM TR
043 330 391 Departemen Kesehatan Indonesia
Penggunaan yang disarankan:
Stadium I - II, ambil 1 kapsul 2 kali sehari sebelum makan. Stadium III di atas, ambil 2 kapsul
2 kali sehari sebelum makan, atau seperti diarahkan oleh praktisi kesehatan.
Komposisi:
Typhonium Flagelliforme / Keladi Tikus 80%, 10% Andrographis paniculata, Curcuma
zedoaria 10% (dalam ekstrak bentuk)
Penyimpanan: . Simpan pada suhu kamar & jauh dari anak Packing size: Packing dengan
20 kapsul.
Perhatian:
o Dua hari setelah mengkonsumsi Typhonium Ditambah , Anda mungkin merasa
masalah perut, diare sedikit, feses berubah menjadi hitam dan tubuh merasa
kelelahan.
o Kadang-kadang pasien dapat muntah setelah konsumsi, jika ini terjadi gejala berhenti
minum kapsul, ketika Anda merasa lebih baik, Anda dapat melanjutkan mengambil
kapsul tetapi mengurangi dosis atau berkonsultasi dengan praktisi medis Anda.
o Wanita hamil tidak harus mengambil kapsul ini