Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BIBIR SUMBING (CLP)

Di Ruang General

Di susun oleh :
1 B
2 Cnc
3 Cc
4 Cnc
5 Cnc
6 Cnc
7 Cnc
8 cn

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BIBIR SUMBING PADA ANAK
DI RUANG GENERAL DI RUMAH SAKIT PREMIER SURABAYA

Mahasiswa Profesi Ners :


1 B
2 B
3 B
4 B
5 N
6 B

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan


SATUAN ACARA PELAKSANAAN KEGIATAN PENYULUHAN
KESEHATAN TENTANG BIBIR SUMBING
DI RUMAH SAKIT PREMIER SURABAYA

Topik :
Sasaran Topik
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Pediatric Health Nurse


2. Pokok Bahasan : Bibir sumbing
3. Sasaran : Pasien, Keluarga pasien
4. Waktu dan Tempat
 Tempat : Rumah Sakit Premier
 Waktu : Kamis, 30 Oktober 2019, Pukul 10.00 WIB
5. Alokasi Waktu : 30 menit
6. Pemberi Materi : mahasiswa
7. Metode : Ceramah dan diskusi
8. Media : LCD dan Power point
9. Latar belakang
Kasus bibir sumbing dan celah langit-langit merupakan cacat bawaan yang
masih menjadi masalah di tengah masyarakat. Menurut laporan peneliti dari berbagai
negara, cacat labio palatoschizis dapat muncul dari 1 : 800 sampai 1 : 2000 kelahiran.
Indonesia yang berpenduduk 200 juta lebih, tentu mempunyai dan akan mempunyai
banyak kasus labio palatoschizis.
Pada dasarnya kelainan bawaan dapat terjadi pada mulut, yang biasa disebut
labiopalatoskisis. Kelainan ini diduga terjadi akibat infeksi virus yang diderita ibu pada
kehamilan trimester 1. jika hanya terjadi sumbing pada bibir, bayi tidak akan mengalami
banyak gangguan karena masih dapat diberi minum dengan dot biasa. Bayi dapat
mengisap dot dengan baik asal dotnya diletakan dibagian bibir yang tidak sumbing.
Kelainan bibir ini dapat segera diperbaiki dengan pembedahan. Bila sumbing
mencakup pula palatum mole atau palatum durum, bayi akan mengalami kesukaran
minum, walaupun bayi dapat menghisap naun bahaya terdesak mengancam. Bayi
dengan kelainan bawaan ini akan mengalami gangguan pertumbuhan karena sering
menderita infeksi saluran pernafasan akibat aspirasi.keadaan umur yang kurang baik
juga akan menunda tindakan untuk meperbaiki kelainan tersebut.

10. Tujuan instruksional


a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit audience mampu mengetahui dan
memahami tentang bibir sumbing.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan,audience dapat:
1) Mengetahui dan memahami pengertian bibir sumbing
2) Mengetahui dan memahami penyebab dari bibir sumbing
3) Mengtahui dan memahami klasifikasi dari bibir sumbing
4) Mengetahui dan memahami tanda dan gejala bibir sumbing
5) Mengetahui dan memahami cara mengatasi bibir sumbing
6) Mengetahui dan memahami komplikasi dari bibir sumbing

11. Sub Pokok Bahasan


1) Pengertian bibir sumbing
2) Penyebab dari bibir sumbing
3) Klasifikasi bibir sumbing
4) Tanda dan gejala bibir sumbing
5) Cara mengatasi bibir sumbing
6) Komplikasi bibir sumbing

12. Kegiatan Penyuluhan


Tahap Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Metode Media
Pendahuluan 5 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah -
menit 2. Memperkenalkan diri dan salam dan
menjelaskan kontrak waktu 2. Mendengarkan Tanya
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan Jawab
dan pokok materi yang akan memperhatikan
disampaikan 3. Menjawab
4. Menggali pengetahuan pertanyaan
audience tentang bibir sumbing
Penyajian 15 Menjelaskan materi: 1. Mendengarkan Ceramah Lembar
menit 1. Pengertian bibir sumbing dan dan Balik
2. Penyebab dari bibir sumbing memperhatikan Tanya dan
3. Klasifikasi bibir sumbing 2. Menganjukan Jawab leaflet
4. Tanda dan gejala bibir pertanyaan
sumbing
5. Cara mengatasi bibir sumbing
6. Komplikasi bibir sumbing
Penutup 10 1. Penegasan materi 1. Menjawab Tanya
menit 2. Meminta peserta untuk pertanyaan Jawab
menjelaskan kembali materi yang diberikan
yang telah disampaikan dengan oleh penyuluh
singkat menggunakan bahasa 2. Membalas
peserta sendiri salam
3. Memberikan pertanyaan
kepada peserta tentang materi
yang telah disampaikan
4. Menutup acara dan
mengucapkan salam
13. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
o Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan penyuluhan minimal 5 orang.
o Penyuluhan menggunakan lembar balik dan leaflet.
o Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Rumah Sakit Premier Surabaya
o Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari
sebelumnya.
b. Evaluasi proses
o Penyaji mampu menguasai materi penyuluhan yang diberikan.
o Penyaji mampu menyampaikan materi dengan baik.
o Peserta mendengarkan ceramah dengan baik dan berkonsentrasi terhadap materi
yang disampaikan oleh pemberi penyuluhan.
o Peserta antusias untuk bertanya dalam kegiatan penyuluhan dan menerima
penjelasan dari penyaji.
o Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan penyuluhan selesai
dilaksanakan.
c. Evaluasi hasil
o Post penyuluhan
Peserta mampu menjawab pertanyaan dari penyaji yang meliputi:
1. Pengertian bibir sumbing
2. Penyebab dari bibir sumbing
3. Klasifikasi bibir sumbing
4. Tanda dan gejala bibir sumbing
5. Cara mengatasi bibir sumbing
6. Komplikasi bibir sumbing
14. Media
LCD dan Powerpoint
15. Materi
(terlampir)
16. Pengorganisasian
Moderator& Fasilitator :
Penyaji :
Observer :
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian bibir sumbing


Labio/plato skisis merupakan kongenital anomali yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12
minggu.
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut,
palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang) untuk menyatu selama
perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21)
2. Penyebab dari bibir sumbing
- Faktor Heriditer
Dimana material genetic dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat
terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom (agen atau
faktor yang menimbulkan cacat pada masa embrio)Kawin antar kerabat sebagai
faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif dan 25%
bersifat dominan. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom yang
terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 ) dan 1 pasang
kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang menentukan jenis kelamin. Pada
penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3
untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom
pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir
sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung,
dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-
10000 bayi yang lahir.
Sebagai faktor yang sudah dipastikan. Gilarsi : 75% dari faktor keturunan resesif
dan 25% bersifat dominan.
a. Mutasi gen.
b. Kelainan kromosom
- Faktor Eksretnal / Lingkungan.
a. Faktor usia ibu.
b. Obat-obatan. Asetosal, Aspirin (SCHARDEIN-1985) Rifampisin,
Fenasetin,Sulfonamid, Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat,
Ibuprofen,Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit.
Antineoplastik, Kortikosteroid.
c. Nutrisi .
Nutrisi (kekurangan zat seperti vitamin B6 dan B kompleks, asam folat)d.
Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella e. Radiasif. Stres emosional g. Trauma,
(trimester pertama). (Wong, Donna L. 2003).
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella.
e. Radiasi.
f. Stres emosional.
g. Trauma, (trimester pertama).
3. Klasifikasi bibir sumbing
Berdasarkan organ yang terlibat
1. Celah di bibir (labioskizis)
2. Celah di gusi (gnatoskizis)
3. Celah di langit (palatoskizis)
4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ mis = terjadi di bibir dan langit-langit
(labiopalatoskizis)

Klafikasi menurut veau dibagi menjadi 4 golongan :


1 Golongan I : pada celah – celah langit lunak
2 Golongan II : celah pada langit – langit lunak dan keras di belakang foramen
insisivum.
3 Golongan III : celah pada langit – langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada satu sisi.
4 Golongan IV : celah pada langit – langit lunak dan keras mengenai tulang
alveolar dan bibir pada kedua sisi.
Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
1) Unilateral Incomplete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir
dan tidak memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral complete Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3) Bilateral complete Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
a. Celah dua sisi lengkap / complete bilateral cleft lip / labioschizis bilateral
complete
b. Celah dua sisi tidak lengkap / incompete bilateral cleft lip / labiosjis bilateral
incomplete
c. Celah dua sisi dengan satu sisi lengkap, sisi yang lain tidak lengkap.
4) Celah satu sisi tidak lengkap / incomplete unilateral chelf lip / labioschizis
unilateral incomplete
4. Tanda dan gejala bibir sumbing
a. Pada labio Skisis (sumbing bibir):
1. Distorsi pada hidung.
2. Tampak sebagian atau keduanya.
3. Adanya celah pada bibir.
b. Pada palato skisis (sumbing langit langit mulut):
1. Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau
foramen incisive.
2. Adanya rongga pada hidung.
3. Distorsi hidung.
4. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari.
5. Kesukaran dalam menghisap atau makan

5. Pentalaksanaan bibir sumbing


Penatalaksanaan labio palatoschizis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan
operasi pertama kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria
“ rule of ten “, yaitu:
a. Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan )
b. Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg )
c. Hb lebih 10 g / dl
d. Leukosit lebih dari 10.000 / ul
Cara operasi yang umum dipakai adalah cara millard. Tindakan operasi selanjutny
adalah menutup bagian langitan ( palatoplasti ), dikerjakan sedini mungkin ( 15 – 24
bulan ) sebelum anak mampu berbicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum
membentuk cara bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, seringkali hasil operasi
dalam hal kemampuan mengeluarkan suara normal ( tidak sengau ) sulit dicapai.
Bila Ini telah dilakukan tetapi suara yang keluar masih sengau dapat dilakukan
laringoplasti. Operasi ini adlah membuat bendungan pada faring untuk memperbaiki
fonasi, biasanya dilakukan pada umur 6 tahun keatas.
Pada umur 8 -9 tahun dilakukan operasi penambalan tulang pada celah alveolus atau
maksila untuk memungkinkan ahli ortodonti mengatur pertumbuhan gigi di kanan kiri
celah supaya normal. Graft tulang diambil dari dari bagian spongius kista iliaca.
Tindakan operasi terakhir yang mungkin perlu dikerjakan setelah pertumbuhan tulang–
tulang muka mendekatiselesai, pada umur 15 – 17 tahun.
Sering ditemukan hiperplasi pertumbuhan maksila sehingga gigi geligig depan atas atau
rahang atas kurang maju pertumbuhannya. Dapat dilakukan bedah ortognatik memotong
bagian tulang yang tertinggal pertumbuhannya dan mengubah posisinya maju ke depan.
6. Komplikasi bibir sumbing
a. Gangguan bicara dan pendengaran.
b. Kesulitan makan
Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya
labioskisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada
payudara ibu atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labiosksisis mungkin
dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan
adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik
bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu. Bayi
yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada palatum biasanya
dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoskisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus untuk mengatasi masalah pemberian makan/ asupan
makanan.
c. Terjadinya otitis media (infeksi pada saluran telinga).
d. Ganguan dental
Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada
area dari celah bibir yang terbentuk. Gigi tidak akan tumbuh secara normal, dan
umumnya diperlukan perawatan khusus untuk mengatasi hal ini.
e. Aspirasi.
f. Ganguan bicara
Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak
dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan
kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah
dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup
ruang atau rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya
normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan bicara, sebagian karena
palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga selama
berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
menproduksi suara atau kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch".
g. Distress pernafasan.
h. Infeksi telinga
Anak dengan labio-palatoskisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena
terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol
pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
i. Risisko infeksi saluran nafas.
j. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat.
k. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius.
l. Masalah gigi
m. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan
jaringan parut.
7 Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa terjadi celah sumbing pada bayi setelah lahir mudah karena pada
celah sumbing mempunyai ciri fisik yang spesifik. Sebetulnya ada pemeriksaan yang
dapat digunakan untuk mengetahui keadaan janin apakah terjadi kelainan atau tidak.
Walaupun pemeriksaan ini tidak sepenuhya spesifik. Ibu hamil dapat memeriksakan
kandungannya dengan menggunakaan USG.
a. Foto Rontgen
b. MRI untuk evaluasi abnormal
8 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang melibatkan
beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penatalaksanaan
labiopalatoskisis adalah dengan tindakan pembedahan. Tindakan operasi pertama
kali dikerjakan untuk menutup celah bibir palatum berdasarkan kriteria “ rule of ten
“, yaitu: Umur lebih dari 10 minggu ( 3 bulan ) Berat lebih dari 10 pond ( 5 kg ) Hb
lebih 10 g / dl Leukosit lebih dari 10.000 / ul Adanya kemajuan teknik bedah,
orbodantis, dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir tindakan koreksi kosmetik
dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringan yang ada, maka
tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara bertahap. Biasanya penutupan
celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi tersebut telah berumur 1-2
bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat badan yang memuaskan dan
bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis. Perbedaan asal ini dapat
diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada
hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada
langit-langit mempunyai ukuran, bentuk dan derajat cerat yang cukup besar, maka
pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita.
Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit- langit bervariasi dari 6 bulan
– 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka
sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga
kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan
bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Perawatan pra operasi
1 Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi. Bantu
orangtua dalam mengatasi reaksi berduka, Dorong orangtua untuk
mengekspresikan perasaannya, Diskusikan tentang pembedahan,
Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang
positif terhadap bayi. Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.
2 Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan
pengobatan bayi. Tahap-tahap intervensi bedah, Teknik pemberian
makan, Penyebab devitasi.
3 Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adekuat. Fasilitasi
menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botolØ atau dot yang
cocok. Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan
menghisap. Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran
susu kedinding mulut. Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat
lidah., Sendawakan bayi dengan sering selama pemberian makan, Kaji
respon bayi terhadap pemberian susu., Akhiri pemberian susu dengan
air.
b) Perawatan post operasi
1 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate, Berikan makan cair
selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok. Lanjutkan
dengan makanan formula sesuai toleransi.Lanjutkan dengan diet lunak
Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2 Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi
anak. Bersihkan garis sutura dengan hati-hati Oleskan salep antibiotik
pada garis sutura (Keiloskisis) Bilas mulut dengan air sebelum dan
sesudah pemberian makan. Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut
anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya
aspirasi.Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara
sistemik. Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda
nyeri.Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.Monitor keutuhan jaringan
kulit Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat
tidak steril, missal alat tensi
9 N
10 M
11
DAFTAR PUSTAKA

Dr . Bisono, SpBp. Operasi Bibir Sumbing. EGC : Jakarta.

Mansyoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid II. Media Aesculapius
FK UI : Jakarta.

Suradi, S.Kp, dan Yuliani, Rita. S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. PT. Fajar
Interpratama : Jakarta.

Wong, Donna L.1996. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai