OLEH:
KELOMPOK A (GERBONG 4)
1
LAPORAN SEMINAR KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
PERSALINAN GEMELLI DI RUANG
OPD RUMAH SAKIT PREMIER
OLEH:
1. Aprillia Anggrasari 1930009
2. Mita Ayu Lestari 1930053
3. Syoviana Kartika 1930085
4. Yurista Prahesti N 1930094
2
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
1. Aprillia Anggrasari 1930009
2. Mita Ayu Lestari 1930053
3. Syofiana Kartika 1930085
4. Yurista Prahesti Ningrum 1930094
Telah disetujui untuk dilakukan seminar kasus dari Ruang OPD Rumah Sakit
Premier Surabaya pada hari _____,____ __________ ________
Mengetahui,
3
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya dan karunianya. Penulis dapat menyelesaikan makalah seminar kasus
dengan tepat waktu. Penulisan makalah seminar kasus ini dibuat sebagai salah
satu tugas dari Prodi Profesi di Stikes Hang Tuah Surabaya. Makalah seminar
kasus ini berjudul “asuhan keperawatan Ny S Dengan Diagnosis Medis Persalinan
Gemeli di Ruang OPD Rumah Sakit Premier Surabaya”
Dalam penyusunan makalah seminar kasus ini, penulis mendapatkan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Hartono Tanto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Premier
Surabaya.
2. Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp.,M.Kep selaku Ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya.
3. Nuh Huda, M.Kep.,Ns.,Sp.KMB selaku Kepala Program Pendidikan
Profesi Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
4. Astrida B.,M.Kep.,Ns Sp.Kep.Mat. Selaku pembimbing institusi yang
penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, dan
bimbingan demi penyusunan makalah seminar kasus ini.
5. Janny Prihastuti, S.Kep., Ns., MARS. selaku Manajer Keperawatan
Rumah Sakit Premier Surabaya.
6. Easter, S.Kep., Ns. selaku Diklat Pendidikan Rumah Sakit Premier
Surabaya.
Penulis menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan
pemanfaatan literatur, sehingga makalah seminar kasus ini dibuat dengan
sederhana dan isinya jauh dari sempurna. Semoga seluruh budi baik yang telah
diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah Yang Maha
Pemurah. Akhirnya penulis berharap bahwa makalah seminar kasus ini
bermanfaat bagi kita semua.
4
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................................vi
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3. Tujuan .........................................................................................................................
1.3.1. Tujuan Umum...........................................................................................................
1.3.2. Tujuan Khusus..........................................................................................................
1.4. Manfaat .......................................................................................................................
1.4.1. Secara Teoritis..........................................................................................................
1.4.2. Secara Praktis............................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................
2.1. Konsep Persalinan Gemili ………………………………………………….
2.2 Definisi
………………………………………………………………………
2.3 Etiologi
………………………………………………………………………
2.4 Patofisiologi …………………………………………………………………
2.5 Tanda dan Gejala ……………………………………………………………
2.6 Letak Janin ………………………………………………………………….
2.7 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………….
2.8 Komplikasi ………………………………………………………………….
2.9 Penangan Persalinan ………………………………………………………..
2.10 WOC ………………………………………………………………………
BAB 3 LAPORAN KASUS ..................................................................................................
3.1. Identitas .......................................................................................................................
3.1.1 Identitas .....................................................................................................................
3.1.2 Status Kesehatan Saat ini .........................................................................................
5
3.1.3 Riwayat Keperawatan ...............................................................................................
3.1.4 Riwayat persalinan dan post partum .........................................................................
3.1.5 Riwayat keluaga berencana ......................................................................................
3.1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan ...............................................................................
3.1.7 Aspek Psikolsosial.....................................................................................................
3.1.8 Pemeriksaan fisik ......................................................................................................
3.1.10 Kesiapan dalam perawatan......................................................................................
3.1.11 Data Penunjang ………………………………………………………….
3.2. Analisa Data.................................................................................................................
3.3. Prioritas Masalah.........................................................................................................
3.4. Intervensi Keperawatan...............................................................................................
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................................
4.1. Kesimpulan..................................................................................................................
4.2. Saran ...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
7
kehamilan tunggal. Sedangkan angka kematian perinatal pada bayi kembar adalah
3-4 kali lebih besar dibanding bayi tunggal, akibat prematuritas dan kesulitan-
kesulitan lainnya (NICE, 2011:6).
Kematian ibu pada saat ini masih menjadi masalah kesehatan reproduksi
yang sangat penting di Indonesia. Indikator kesehatan yang menggambarkan
tingkat kesehatan ibu dan anak adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Disamping itu AKI merupakan tolok ukur untuk menilai
keadaan pelayanan obstetrik di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti sistem
pelayanan obstetrik belum sempurna, sehingga memerlukan perbaikan (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015). Menurut laporan World Health Organization(WHO)
AKI di dunia masih tinggi, dan Indonesia berada di posisi teratas dengan jumlah
kematian ibu tertinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain.
AKI di dunia tahun 2014 yaitu 289.000 jiwa per 100.000 kelahiran hidup.
Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000
jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian
ibu di negara-negara Asia Tenggara dimana Indonesia yaitu 190 per 100.000
kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per
100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29
per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, AKI di Indonesia pada
tahun 2012 meningkat tajam menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Tujuan
milenium dalam target MDGs pada 2015 adalah AKI dapat diturunkan menjadi
102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, berdasarkan data yang didapat AKI
pada tahun 2015 sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini sangat jauh
dari target MDGs. (Profil Kesehatan Indonesia, 2015: 104).
Di Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu yang dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota mengalami peningkatan dan penurunan, pada tahun
2012 jumlah kematian ibu sebanyak 160 orang atau 110,26 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan pada tahun 2013 menurun menjadi 115 orang atau 78.38 per
100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi 138 orang
atau 93.20 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2011
sebanyak 868 bayi atau 5.90 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2014
8
meningkat menjadi 1.056 bayi atau 7.23 per 1000 kelahiran hidup, dengan
penyebab utama kematian adalah perdarahan, infeksi, hipertensi, preeklampsi-
eklampsi, abortus, dan partus lama (Profil Kesehatan Sulsel, 2014: 19-
27).Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, AKI
dan AKB mengalami penurunan. Yaitu AKI pada tahun 2012 sebanyak 12 orang
atau 106,53 per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun menjadi
10orang atau 80 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebanyak 3
orang atau 24 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB pada tahun 2012
sebanyak 57 bayi atau 4,5 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2013 menurun
menjadi 17 bayi atau 1 per 1000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2014 sebanyak
10 bayi atau 1 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Gowa, 2014: 25-29).
Seorang bidan memiliki kewenangan dan kompetensi dalam menolong
persalinan gemelli.Hal ini terdapat dalam kompetensi bidan yang ke-4 yaitu bidan
harus mengetahui pengelolaan dan penatalaksanaan persalinandengan kehamilan
normal dan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk memaparkan secara
spesifik sebagai wujud perhatian dalam memberikan kontribusi pemikiran pada
berbagai pihak yang berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi
terbaik atas pemasalahan di atas dengan harapan dapat membantu mengatasi
masalah yang dihadapi dengan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu dengan
persalinan gemelli (Yulifah dan Surachmindari, 2014: 57 dan 93).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan studi
kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Diagnosa Medis
Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit Premier Surabaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit Premier Surabaya”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Seminar ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada Ny.S
dengan Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit
Premier Surabaya”.
1.3.2 Tujuan Khusus
9
1. Menjelaskan konsep teori penyakit Persalinan Gemilli
2. Menjelaskan konsep teori asuhan keperawatan Persalinan Gemilli
3. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan Diagnosa Medis
Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit Premier Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Secara Teoritis
Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang konsep
teori dan penanganan dalam pemberian Asuhan Keperawatan pada Ny.S dengan
Diagnosa Medis Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit Premier
Surabaya”.
1.4.2 Secara Praktis
1. Bagi Profesi Keperawatan
Seminar ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi
keperawatan agar meningkatkan dan mengembangkan perencanaan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis dengan Diagnosa
Medis Persalinan Gemilli di Ruang Obygn Rumah Sakit Premier
Surabaya.
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak begitu
besar, tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan perhatian dan
pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu janin
(Wiknjosastro, 2007). Sedangkan menurut (Mochtar Rustam, 2012) kehamilan
ganda atau kembar adalah kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih. Jadi,
kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dengan dua jenis janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan.
2.2 Etiologi
11
fertilisasi in vitro dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang
diperoleh dapat dibuahi lebih dari satu, jika semua embrio yang kemudian
dimasukan kedalam rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada
kembar yang berasal dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas
tidak atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar itu. Diperkirakan
disini sebabnya ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil
konsepsi.
2.3 Patofisiologi
Masa pembelahan sel telur terbagi dalam empat waktu, yaitu 0 – 72 jam, 4
– 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama, akan terjadi
diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan dikorionik atau rahim
punya dua plasenta. Sedangkan pada pembelahan kedua, selaput ketuban tetap
dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta. Pada kondisi ini, bisa saja terjadi
salah satu bayi mendapat banyak makanan, sementara bayi satunya tidak.
Akibatnya, perkembangan bayi bisa terhambat. Lalu, pada pembelahan ketiga,
selaput ketuban dan plasenta masing-masing hanya sebuah, tapi bayi masih
membelah dengan baik.
Pada pembelahan keempat, rahim hanya punya satu plasenta dan satu
selaput ketuban, sehingga kemungkinan terjadinya kembar siam cukup besar.
Pasalnya waktu pembelahannya terlalu lama, sehingga sel telur menjadi
12
berdempet. Jadi kembar siam biasanya terjadi pada monozigot yang
pembelahannya lebih dari 13 hari. Dari keempat pembelahan tersebut, tentu saja
yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa membelah dengan
sempurna. Namun, keempat pembelahan ini tidak bisa diatur waktunya. Faktor
yang mempengaruhi waktu pembelahan, dan kenapa bisa membelah tidak
sempurna sehingga mengakibatkan dempet, biasanya dikaitkan dengan infeksi,
kurang gizi, dan masalah lingkungan.
Menurut Dutton, dkk (2012) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
adalah sebagai berikut:
13
letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi
bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:
14
Gambar 2.4 :
1. Anamnesa
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
c. Uterus terasa lebih cepat membesar
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2. Inspeksi dan palpasi
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar dan
cepat tumbuhnya dari biasa.
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba 3 bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan
dengan perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut per menit atau sama-
sama dihitung dan berselisih 10.
4. Rontgen foto abdomen, tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi Tampak 2 janin, 2 jantung yang berdenyut telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram fetal
Diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada 2 plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan bisa positif kadang-
15
kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.
Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus
masih besar dan ternyata ada satu janin lagi didalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.
3 Komplikasi
1. Prematuritas
Janin dari kehamilan multipel cenderung dilahirkan preterm dan
kebanyakan memerlukan perawatan pada neonatal intensive care unit
(NICU). Sekitar 50 persen kelahiran kembar terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu. Lamanya kehamilan akan semakin pendek dengan
bertambahnya jumlah janin di dalam uterus. Sekitar 20% bayi dari
kehamilan multipel merupakan bayi dengan berat lahir rendah.
Bayi kembar yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 35 minggu dua kali
lebih sering menderita HMD dibandingkan dengan bayi tunggal yang
dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang dikenal
sebagai Respiratory Distres Syndrom (RDS) adalah penyebab tersering
dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah atau beberapa
saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas, cuping hidung,
retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam 48-96 jam pertama
kehidupan. Prevalensi HMD didapatkan lebih tinggi pada kembar
monozigotik dibandingkan dengan kembar dizigotik. Bila hanya satu bayi
16
dari sepasang bayi kembar yang menderita HMD, maka bayi kedua lebih
cenderung menderita HMD dibandingkan dengan bayi pertama
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
adalah 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
tunggal dengan berat badan yang sama.
17
kadang-kadang amat kompleks. Anastomosis vaskular pada plasenta
monokorionik dapat dari arteri ke arteri, vena ke vena atau arteri ke vena.
Biasanya cukup berimbang dengan baik sehingga tidak ada salah satu
janin yang menderita.Pada TRAP terjadi pirau dari arteri ke arteri plasenta,
yang biasanya diikuti dengan pirau vena ke vena. Tekanan perfusi pada
salah satu kembar mengalahkan yang lain, yang kemudian mengalami
pembalikan aliran darah dari kembarannya. Darah arteri yang sudah
terpakai dan mencapai kembar resipien cenderung mengalir ke pembuluh-
pembuluh iliaka sehingga hanya memberi perfusi bagian bawah tubuh dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh bagian
atas. Gangguan atau kegagalan pertumbuhan kepala disebut akardius
asefalus. Kepala yang tumbuh parsial dengan alat gerak yang masih dapat
diidentifikasi disebut akardius mielasefalus. Kegagalan pertumbuhan
semua struktur disebut akardius amorfosa.
8. Kembar Siam
18
a. Thoracopagus, bila kedua tubuh bersatu di bagian dada (30-40%).
Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
harapan hidup baik dengan atau tanpa operasi adalah rendah.
Untuk kepentingan ibu dan janin perlu diadakan pencegahan terhadap pre-
eklamsia dan eklamsia, partus prematurus dan anemia. Pemeriksaan antenatal
perlu diadakan lebih sering. Sehingga tanda-tanda pre-eklamsia dapat diketahui
dini dan penanganan dapat dikerjakan dengan segera.
19
1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1× seminggu pada kehamilan
lebih dari 32 minggu)
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koltus dan perjalanan jauh sebaiknya
dihindari, karena akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita pada perut yang tidak terlalu ketat diperbolehkan,
supaya terasa lebih ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah
WOC
20
BAB 3
TINJAUAN KASUS
21
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM
UNIT KEPERAWATAN MATERNITAS
3.1 IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny. S Nama Suami : Tn. T
2. Umur : 29 th Umur : 34 th
3. Suku/ bangsa : Jawa Suku/ bangsa : Jawa
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Supir
7. Alamat : Jl. Bendul merisi Alamat : Jl.
Bendul merisi
8. Status Pernikahan : 12 tahun
22
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
Menarche : umur 12 tahun
Siklus : teratur ( v ) tidak ( )
Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali sehari
Lamanya: 6-7 hari
Keluhan : tidak ada keluhan
23
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas :
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
Umur
No Usia Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Perdarahan Jenis BB pj
kehamilan
I 10 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Perempuan 3900 gr 50 cm
II 2 Tahun - Tidak ada Normal Bidan Tidak ada - Tidak ada Tidak ada Laki-laki
3700 gr 49 cm
III 1.1 Hari - Tidak ada Normal Dokter Tidak ada Terdapat Ada Ada ±280cc Perempuan 2085 gr 43 cm
laserasi
IV 1.1 Hari - Tidak ada Normal Dokter Tidak ada Terdapat Ada Ada ±280cc Perempuan 2010 gr 43 cm
laserasi
GENOGRAM :
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
X = Meninggal
= Tingga serumah
3.1.3 RIWAYAT PERSALINAN DAN POST PARTUM SEKARANG
Keluhan kontraksi : ibu mengatakan nyeri perut tembus ke punggung
Pengeluaran pervaginan : ada pengeluaran darah dan lendir
Kala persalinan
Kala 1 (26-06-2020 jam 02.00 WIB) : Ibu megeluh nyeri perut tembus
belakang disertasi pelepasan lendir dan darah. Sifat nyeri hilang timbul
semakin lama semakin sakit, TFU 2 jari di bawah Processus Xipoideus
(PX) 36 cm, teraba dua bokong.
Kala 2 (26-06-2020 jam 04.04 WIB): Ibu mengatakan rasa sakit perut
bertambah kuat, ibu merasa ada tekanan pada anus perasaan ingin BAB.
Perineum menonjol, vulva dan anus membuka, ketuban pecah jam 04.04
WIB. DJJ terdengar pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan
frekuensi 140 kali permenit dan kuadran kiri atas dengan frekuensi 136
kali permenit.
Kala 3 (26-06-2020 jam 04.15 WIB) : Ibu merasakan nyeri perut bagian
bawah, Ibu bahagia dengan kelahiran bayinya. Perdarahan ± 150 cc,
plasenta belum terlepas. Kontraksi uterus baik teraba keras dan bundar.,
tinggi fundus uteri setinggi pusat. Bayi pertama lahir spontan tanggal 26-
06-2020 jam 04.15 WIB dengan jenis kelamin perempuan. Bayi kedua
lahir tanggal 26-06-2020 jam 04.30 WIB dengan jenis kelamin
perempuan.
Kala 4 (26-06-2020 jam 04.35 WIB) : Ibu merasakan nyeri perut bagian
bawah, Ibu merasa lelah. Perdarahan ± 100 cc pemantauan pertama dan
30 cc pada pemantauan ke dua. . Plasenta lahir tanggal, 26-06-2020 jam
04.35 WIB 3, kontraksi uterus baik teraba keras dan bulat, TFU 1 jari di
bawah pusa
DATA BAYI
3.1.6 LINGKUNGAN :
- Kebersihan :Ibu mengatakan lingkungan rumah di perumahan,
kebersihan sudah ada yang mengatur.
- Bahaya : Ibu mengatakan lingkungan aman, tidak ramai.
- Lainnya sebutkan :-
2. Pola eliminasi :
SMRS :
BAK
- Frekwensi : 4-5 kali
- Warna : kekuningan
- Keluhan saat BAK : tidak ada
BAB
- Frekwensi : 1-2 kali
- Warna : kuning
- Bau : khas
- Konsistensi : padat
- Keluhan : tidak ada
MRS :
BAK
- Frekwensi : 5-6 kali
- Warna : kekuningan
- Keluhan saat BAK : tidak ada
BAB
- Frekwensi : 1-2 kali
- Warna : kuning
- Bau : khas
- Konsistensi : padat
- Keluhan : tidak ada
Hidung :
Reaksi alergi : Ibu tidak memiliki alergi debu atau dingin.
Sinus : Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat
sinusitis
Lainnya sebutkan : -
Mulut dan Tenggorokan :
Gigi geligi : Gigi geligi tampak utuh
Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan
Lainnya sebutkan : -
Dada dan Axilla
Mammae : membesar ( V ) ya ( ) tidak
Areolla mammae : Terjadi hiperpigmentasi
Papila mammae : Tampak menonjol
Colostrum : Ada pengeluaran ASI saat ditekan
Pernafasan
Jalan nafas : Paten
Suara nafas . : Tidak ada suara napas tambahan
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak tampak
penggunaan otot bantu pernapasan
Lainnya sebutkan : -
Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : tidak terkaji x/menit
Irama : Reguler
Kelainan bunyi jantung : Tidak ada kelainan bunyi jantung
Sakit dada : Ibu tidak mengeluh sakit dada
Timbul .: -
Lainnya sebutkan : -
Abdomen
Tinggi fundus uterus : 1 jari di bawah pusat
Kontraksi: ya
Bising usus : 15x/menit
Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
Turgor kulit : baik <2 detik
Warna kulit : kemerahan
Edema : tidak ada edema
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
Tanda Homan : +/-
Kesulitan dalam pergerakan : tidak ada kesulitan dalam
pergerakan
Lainnya sebutkan : terpasang infus pada tangan kiri, mengeluh kaki
lemas dan tremor, kesulitan bergerak. CRT >2detik.
Surabaya, ...........................
.............
Pemeriksa
(..................................................)
ANALISA DATA
PRIORITAS MASALAH
3.3 Prioritas Masalah
Nama klien : Ny. S
Umur : 29 Tahun
Tanggal Nama
No
Masalah Keperawatan Perawat
.
Ditemukan Diatasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan 26/06/2020 Yuris
Agen cedera fisik (prosedur
invasif)
2 Risiko Infeksi : Faktor Risiko 26/06/2020 Mita
(Prosedur tindakan invasif)
3. Gangguan Mobilitas Fisik 26/06/2020 April
berhubungan dengan Nyeri
Setelah kelompok melakukan Analisa kasus pada data pengkajian pasien Ny. S
Dengan Diagnosis Medis : G III P I A O, gestasi 39 minggu 6 hari, situs memanjang,
intra uterin, gemelli, keadaan ibu dan janin baik, inpartu kala I fase aktif Di Ruang RS
Premier Surabaya, maka kelompok dapat menarik kesimpulan sekaligus saran yang
dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu tindakan keperawatan pada pasien.
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran